repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1126/1/bab i_v.docx · web viewderajat keasaman merupakan...
TRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Domestikasi Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) dengan Pemberian Salinitas yang Berbeda di BBIP Busung Kabupaten Simeulue
Nama : Afrijal
Nim : 11C10432022
Jurusan : Perikanan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Munandar, S.Kel., M.Sc Sufal Diansyah, S. Kel. , M. Si NIDN: 0023118404 NIDN: 0004078802
Mengetahui,Dekan Fakultas Perikanan
Dr. Edwarsyah , SP., MP NIP : 19690211 199603 1 002
Mengetahui, Ketua Jurusan Perikanan
Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si NIDN : 0102098302
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul :
DOMESTIKASI IKAN GIRU (Amphiprion ocellaris) DENGAN PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA DI BBIP
BUSUNG KABUPATEN SIMEULUE
Yang disusun oleh :
Nama : Afrijal
Nim : 11C10432022
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi : Perikanan
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 19 April 2016 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Munandar, S.kel., M.Sc
(Dosen Penguji I) ...................................
2. Sufal Diansyah, S.Kel., M.Si
(Dosen Penguji II) ...................................
3. Mohamad Gazali, S.Pi., M.Si
(Dosen Penguji III) ...................................
4. Eri Safutra, S.Pi., MP
(Dosen Penguji IV) ...................................
Alue Penyareng, 19 April 2016Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Edwarsyah , SP., MP NIP : 19690211 199603 1 002
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Ganting Kecamatan Simeulue,
Kabupaten Simeulue Timur, Pada tanggal 7 Januari 1991.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara.
Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
SD Negeri 5 Ganting, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 5 Sinabang dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya
penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Sinabang pada tahun 2010.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 penulis menganggur selama
1 tahun. Selanjutnya penulis mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di
Universitas Teuku Umar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai
Mahasiswa Universitas Teuku Umar Angkatan 2011.
Sebagai penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan penulis mengikuti
praktek kerja lapangan pada tahun 2014 di UPTD PBPAT Bate Iliek Bireuen
Provinsi Aceh dengan judul “Teknik Pembenihan Ikan Mas Koi (Chiprinus
carpio L.) secara alami”. Untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di fakultas
perikanan dan ilmu kelautan Universitas Teuku Umar penulis melakukan
penelitian dengan judul “Domestikasi Ikan Giru (Amphiprion ocellari) Dengan
Pemberian Salinitas Yang Berbeda Di BBIP Busung Kabupaten Simeulue”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
Meulaboh, April 2016
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kekuatan,
keajaiban, kemudahan, rahmat dan hidayahNya Sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Domestikasi Ikan Giru
(Amphiprion ocellaris) Dengan Pemberian Salinitas Yang Berbeda Di BBIP
Busung Kabupaten Simeulue” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan hasil penelitian, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Edwarsyah, SP.,MP selaku dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
serta civitas akademik yang telah banyak mendukung sehingga penyelesaian
skripsi ini lancar. Ibu Syarifah Zuraidah, S.Pi.,M.Si selaku ketua jurusan yang
telah meluangkan waktunya dalam memberi dukungan dan proses akademis
dan administratif.
2. Bapak Munandar, S.Kel.,M.Sc dan Bapak Sufal Diansyah, S.Kel.,M.Si.
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberiarahan dan
menuangkan ide-idenya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Mohamad Ghazali, S.Pi.,M.Si dan Bapak Eri Safutra, S.Pi.,MP selaku
penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan untuk menyempurnakan
skripsi ini.
4. Ayahanda dan Ibunda tercinta terimakasih atas doa dan bimbingan, kasih
dan sayang serta perhatiannya selama ini yang tidak pernah habisnya
untukku. Untuk saudara-saudaraku terima kasih telah memberi semangat
untukku sehingga dapat termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013 dan semua teman-teman yang
penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih
banyak atas dorongan, kritikan dan sarannya.
6. Terima kasih kepada kawan kawan Muliadin, Alwis, Ariadi Ben, Heri
Irawan, Fitra, Faisal, fahri, Jasman, Hamdi, Amirudin, junilo, reni, ida, ira,
icha, asra dan Bang Hafizalludin yang telah mendukung penulis selama ini
dan kegembiran kepada penulis yang tak henti henti selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu melalui kesempatan ini penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun
demi kesempurnaan hasil penelitian skripsi ini dan semoga hasil penelitian skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Meulaboh, April 2016
Penulis
Ya Allah…..Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagian kecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu : “sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”
(Al-Kahfi : 109)Alhamdulillah…..Hari ini telah Engkau penuhi harapankuHarapan untuk membahagiakan orang-orang tercintaWalau hari depan masih sebuah tanda tanya
Ayahanda.......Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan dan harapkan. Ayah…. hari ini ku buktikan segala usahamu, terima kasih ayah Do’aku selalu mengiringi langkahmu.......
Ibunda.......Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran walaupun beragam cobaan yang menghalangi.......Ibunda….tiada lagi yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu.......
Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada yang mulia Ayahanda ....... dan Ibunda tercinta ....... Juga orang-orang yang kusayangi: Adikku ........ (Terimakasih atas canda tawa dan do’a s’lama ini. semoga Allah limpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua).
Terima Kasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; .........., .........., serta Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu,
Thank’s for Attention. Dan yang teristimewa kepada kedua adiku tercinta ......... yang telah memotivasi saya dalam menyelesaikan studi baik suka maupun duka.
Ya Allah........Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan JiwakuAgar Selalu Melangkah di Jalan Mu......Amin.....
AFRIJAL
DOMESTIKASI IKAN GIRU (Amphiprion ocellaris) DENGAN PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA DI
BBIP BUSUNG KABUPATEN SIMEULUE
Afrijal1), Munandar2), Sufal Diansyah2)
ABSTRAK
Ikan giru (Amphiprion ocellaris) salah satu ikan karang yang dapat dijadikan sebagai ikan hias. Ikan tersebut mempunyai nilai ekonomis tinggi karena warnanya yang menarik. Namun, saat ini yang dihadapi semakin sulitnya ditemukan bibit yang terdapat di alam akibat pengambilan secara tak terkendali khususnya di daerah laut Kabupaten Simeulue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan domestikasi ikan giru pada kadar salinitas yang berbeda melalui parameter kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan konversi pakan. Penelitian ini menggunakan ikan giru berukuran 4-6 cm yang dipelihara pada salinitas berbeda yakni 32, 30, 28, dan 26 ppt ikan dipelihara selama 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, sedangkan laju pertumbuhan mutlak dan konversi pakan menunjukan hasil yang berpengaruh nyata, nilai kisaran laju pertumbuhan mutlak ±0,0014 - 0,00444 gram dan konversi pakan memiliki nilai kisaran ±1,311 - 5,190 gram.
Kata kunci : domestikasi, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, salinitas.
CLOWNFISH (Amphiprion ocellaris) DOMESTICATION BY DIVERSE SALINITY IN BBIP BUSUNG SIMEULUE
DISTRICT
Afrijal1), Munandar2), Sufal Diansyah2)
ABSTRACT
Clownfish (Amphiprion ocellaris) is one reef fish that can be used as an ornamental fish. The fish has high economic value because its color is attractive. However, nowsaday, It is difficulty to find the seeds in nature due to uncontrolled harvesting in Simeulue waters. This study aimed to analyze the success of clownfish domestication at different salinity levels via parameter survival, growth and feed conversion. This study uses a clownfish, size 4-6 cm, which is care for at different salinity namely 32, 30, 28, and 26 ppt for 60 days. The results showed that different salinity did not significantly affect the survival, while the absolute growth rate and feed conversion showed significant results, the range value of the absolute growth rate arounds ± 0.0014 to 0.00444 gram and feed conversion has a value range for ± 1.311 - 5.190 grams.
Keywords: Domestication, Survival, Growth Rate, Salinity.
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... iDAFTAR ISI............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR.................................................................................. vDAFTAR TABEL ..................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 11.2 Rumusan Masalah......................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA II.1Klasifikasi Ikan Giru..................................................................... 4II.2Taksonomi..................................................................................... 4II.3Domestikasi Ikan........................................................................... 5II.4 Morfologi...................................................................................... 6II.5 Habitat dan Penyebaran................................................................ 7II.6 Parameter Kualitas Air.................................................................. 8
II.6.1 Parameter Fisika ................................................................. 8II.6.2 Parameter Kimia.................................................................. 10
III. METODE PENELITIAN3.1 Waktu dan tempat.......................................................................... 133.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 133.3 Analisis Data.................................................................................. 143.4 Prosedur Penelitian........................................................................ 15 3.4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan............................................ 15
3.4.2 Pembuatan Media Bersalinitas.............................................. 15 3.4.3 Skema Penelitian................................................................... 16 3.4.4 Pengadaan Ikan Giru............................................................. 17 3.4.5 Penebaran Ikan Giru.............................................................. 17 3.4.6 Pemeliharaan Ikan Giru......................................................... 17
3.5 Parameter Uji................................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. hasil penelitian............................................................................... 21
4.1.1. Kelangsungan Hidup............................................................ 214.1.2. Laju Pertumbuhan Mutlak(GR)........................................... 224.1.3. konversi pakan (FCR).......................................................... 234.1.4. Parameter Kualitas Air......................................................... 24
4.2. Pembahasan.................................................................................... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan..................................................................................... 285.2 Saran............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 29LAMPIRAN................................................................................................ 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan Giru................................................................................... 4
Gambar 2. Persentase rata-rata kelangsungan hidup ikan giru................... 21
Gambar 3. Rata-rata laju pertumbuhan mutlak........................................... 22
Gambar 4. Rata-rata konversi pakan........................................................... 23
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian.......................................... 13
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian...................................... 13
Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas air........................................................ 24
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kelangsungan hidup............................................................... 32
Lampiran 2. Laju pertumbuhan mutlak....................................................... 33
Lampiran 3. Konversi pakan....................................................................... 34
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian.......................................................... 35
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ikan giru merupakan jenis ikan hias akuarium air laut yang mempunyai
penggemar cukup banyak, salah satu jenis yang sangat umum dikenal dan telah
berhasil ditangkarkan adalah Amphiprion ocellaris. Menurut Burges (1990), ada
34 jenis Amphiprion yang telah teridentifikasi, ditemukan pada perairan dangkal
sampai dalam, pada dasar yang berkarang.
Secara umum ikan giru mempunyai corak warna dasar dengan kombinasi :
merah–putih, merah–hitam dan hitam–kuning–putih. Corak warna dan variasi
kombinasi warna dijadikan sebagai ciri dalam identifikasi jenis ikan giru. Ikan
giru ini hidup secara bergerombolan habitatnya di alam selalu berdampingan,
bersimbiosis dengan anemon laut, dimana ikan lain tidak mampu bertahan hidup
dalam ruang anemon. Simbiosis spesifik tersebut membuat ikan hias Amphiprion
ini mendapat julukan Anemon fish atau Clown fish, selain itu juga dikenal dengan
nama ikan giru karena penampilan warna yang cerah serta gerakan lucu/menarik.
(Yulianti, 2014).
Permintaan ikan giru saat ini cukup tinggi, baik untuk pemenuhan pasar
dalam negeri dan pengiriman keluar negeri. Negara tujuan pemesaran seperti:
Australia, Jepang, Jerman dan Perancis. Tingginya permintaan terkait dengan
pemenuhan kebutuhan makanan rohani, dimana manusia tidak hanyak
memerlukan makanan untuk jasmani saja. Perkembangan kondisi pasar yang
menggiurkan tersebut, tentu akan memacu para eksportir untuk mengekspoitas
sumber alam secara tak terkendali. Apabila tidak segera diimbangi dengan
kegiatan penangkaran, dapat menimbulkan kelangkaan populasi ikan giru saat ini,
diindonesia telah dimulai adanya kegiatan penangkaran baik oleh intasi
pemerintah dan juga unit usaha milik swasta. Kegiatan budidaya khususnya
pembenihan akan berlangsung optimal (produksi bersinambungan) bila terpenuhi
beberapa faktor pendukung seperti: teknologi pembenihan dan pembesaran ikan
giru induk atau induk hasil tangkaran yang berkualitas baik/unggul (Yulianti,
2014).
Permasalahan saat ini para eksportir ikan hias biasanya membeli ikan giru
dari para nelayan sehingga penyediaannya masih bergantung pada penangkapan.
Kegiatan penangkapan ikan hias di daerah karang biasanya menggunakan bahan
kimia potassium (KCN). Bahan tersebut dapat berdampak buruk bagi biota
lainnya dan apabila terakumulasi maka akan merusak ekosistem terumbu karang
di perairan tersebut (Fautin, 2007).
Sejauh ini ikan giru yang terdapat di Pulau Simeulue ditangkap oleh para
nelayan dan dijual atau diekspor. Penangkapan yang tidak terkendali ini
mengakibatkan populasi ikan giru mulai berkurang di Pulau Simeulue, oleh
karena itu perlu dilakukan upaya pelestariannya. Berdasarkan uraian diatas maka
perlu dikaji pemeliharan ikan giru dengan media salinitas yang berbeda sebagai
upaya domestikasi. Upaya domestikasi ini merupakan langkah awal untuk
melestarikan stok ikan giru di Pulau Simeulue.
1.2 Rumusan Masalah
Ketersedian ikan giru di perairan simeulue saat ini saat ini mulai
berkurang, hal ini diakibatkan oleh upaya penangkapan terhadap spesies tersebut.
penangkapan yang dilakukan saat ini oleh masyarakat untuk tujuan komersil,
yakni untuk permintaan pasar ikan hias. Sejauh ini di kabupaten simeulue belum
dilakukan upaya budidaya ikan giru. Langkah awal untuk memelihara ikan dalam
media terkontrol adalah domestikasi. Apabila ikan giru berhasil didomestikasi
maka pemenuhan permintaan ikan giru tidak lagi tergantung pada tangkapan alam,
keberhasilan domestikasi dapat diketahui dari beberapa parameter antara lain,
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan konversi pakan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan domestikasi ikan
giru pada kadar salinitas melalui parameter kelangsungan hidup, pertumbuhan,
dan konversi pakan.
1.4 Manfaat Penelitian
1 Secara teoritis bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan domestikasi
ikan giru dengan perlakuan tingkat salinitas yang berbeda menggunakan
ikan giru sebagai indikator biologi.
2. Secara praktis bermanfaat untuk menambah pengetahuan terutama terkait
dengan tingkat kelulusan hidup ikan giru, dengan perlakuan tingkat
salinitas yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Giru
Menurut Randall (2006), ikan giru dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Antinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : phiprion
Spesies : Amphiprion ocellaris
Gambar 1. Ikan giruSumber BBIP Busung
2.2 Taksonomi
Ikan giru (Amphiprion ocellaris) lebih banyak dikenal masyarakat dengan
sebutan ikan badut. Ikan giru sebenarnya terdiri dari 29 jenis, 28 jenis dari genus
amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spsies dari genus promnas yang
mempunyai ciri khusus duri preoperkualitas yang dijumpai dibawa matanya.
Secara umum ikan giru berukuran kecil, maksimal dapat mencapai ukuran 10–15
cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi) dan dilengkapi dengan mulut yang
kecil (Yulianti, 2014).
2.3 Domestikasi Ikan
Domestikasi merupakan suatu cara pengadopsian hewan dalam suatu
populasi yang hampir punah (terancam kelestariannya) dari kehidupan liar
(habitat asli) ke dalam lingkungan budidaya (Zairin, 2003). Pelaksanaan
domestikasi salah satunya yaitu, untuk mengurangi ketergantungan induk-induk
dari alam secara bertahap dalam pelaksanaan budidaya berkelanjutan (sustainable
aquaculture), dan digantikan dengan induk-induk produksi hatchery hasil
domestikasi. Tingkat kesempurnaan domestikasi hewan umumnya, sangat
ditentukan oleh pemahaman tentang keseluruhan aspek biologi dan ekologi hewan
tersebut.
Menurut Effendi (2004), terdapat tiga tahapan domestikasi spesies liar,
yaitu (1) mempertahankan agar tetap bisa bertahan hidup (survival rate) dalam
lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan artificial, dan terkontrol), (2)
menjaga agar tetap bisa tumbuh, dan (3) mengupayakan agar bisa
berkembangbiak dalam lingkungan terkontrol.
Tujuan dari domestikasi adalah supaya ikan liar dapat dijinakan dan
selanjutnya dapat dilakukan manipulasi terhadap ikan tersebut supaya dapat
dikembangbiakan. Hal ini mengingat banyaknya factor-faktor penyebab
menurunnya populasi ikan di alam. Salah satu penyebabnya adalah aktifitas
penangkapan ikan di alam sudah berlebih (over exploitation) dan rusaknya habitat
ikan (perairan laut) (Zairin, 2003).
2.4 Morfologi
Ikan giru (Amphiprion ocellaris) memiliki ciri warna tubuh hitam, merah,
oranye cerah, ukuran mungil, gerakan lincah dan termasuk ikan jinak. Ada 3 garis
putih pada bagian kepala, tengah-tengah badan dan pangkal ekor. Garis putih
dibagian badan mempunyai corak yang berbeda dengan dua garis puti lainnya, sisi
luar garis putih dihiasi siluet hitam, sisik relatif besar dengan sirip dorsal yang
unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar pada proses identifikasi,
disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Ciri khas yang paling menarik
dari ikan giru adalah badannya yang dihiasi warna-warna cemerlang sesuai
dengan tempat hidupnya, yaitu cabang-cabang karang yaitu anemon laut. Kapsul-
kapsul beracun pada cabang-cabang anemon laut akan membuat ikan yang
menyentu akan terluka atau mati. Namun ikan giru tidak pernah terluka oleh
anemon laut, bahkan ikan giru bersembunyi dibalik cabang-cabang tersebut
(Fautin, 2007).
Secara umum ikan giru (Amphiprion ocellaris) dikenel sebagai ikan giru
berukuran kecil. Maksimal mereka dapat mencapai ukuran 10–15 cm. Berwarna
cerah, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil. Sisiknya
relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering
dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk gigi, kepala
dan bentuk tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama; khususnya
berkenaan dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh Aclarkii merupakan spesies
yang mempunyai penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai variasi
warna yang paling banyak (tergantung pada tempat ditemukan) dibandingkan
dengan spesies ikan giru lainnya (Mebs, 2009).
Ikan giru dapat bertahan beberapa saat terhadap sengatan tentakel sebelum
lumpuh dengan cara menggosok-gosokkan badannya secara cepat pada tentakel
ikan giru dapat melumuri seluruh tubuhnya dengan lendir anti sengat tentakel.
Dalam waktu satu jam seekor ikan giru akan bisa menyelimuti seluruh tubuhnya
dengan lendir anti sengat tersebut. Ikan giru akan segera kehilangan kekebalannya
bila dipisahkan dengan anemon selama beberapa jam. Untuk menjadi kebal
kembali perlu beradaptasi dan memerlukan waktu seperti disebutkan diatas. Setiap
jenis ikan giru memiliki kriteria dalam memilih anemon (Mebs, 2009).
Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki kandungan tertentu
untuk melindunginya dari sengatan tentakel yang lain atau tersengat oleh tentakel
sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan giru untuk melindungi
badannya dari sengatan tentakel anemon. Simbiosis mutualisme antara ikan
giru (Amphiprion ocellaris) dengan tanaman laut dari golongan radianthus, karena
hanya ikan darai genus amphiprion yang mampu hidup bersama dan saling
menguntungkan sehingga disebut ikan anemone fish (Mebs, 2009).
2.5 Habitat dan Penyebaran
Ikan giru diketahui mempunyai daerah penyebaran relatif luas, terutama
sekitar indonesia pasifik. Di dalam, kehadiran ikan giru pada anemon dapat
melindunginya dari agresifitas beberapa jenis ikan seperti ikan kupu-kupu
(angle/scorpion). Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama khususnya
yang berhubungan lokasi hidupnya (Ziemann, 2001).
Jenis ikan giru menemukan rumahnya kembali setelah tersesat di lautan
lepas selama berhari-hari. Hal ini terlihat dari perlakuan anak-anak ikan giru yang
dapat kembali ke kawasan karang tempat para induknya tinggal. Habitat ikan giru
yang diamati gabungan ilmuan dari Australia, Amerika dan Perancis hanya
selebar 300 meter di sebuah taman laut alami di Papua Nugini. Namun anak-anak
ikan dapat mengenali rumah induknya meski sempat tersapu kelautan lepas.
Menurut Wabnitz et al., (2003) juga mengatakan saat ikan giru tersapu ke
perairan terbuka diperlihatkan kemampuan yang luar biasa seperti berenang
dengan cekatan, mencium, melihat dengan baik dan menggunakan semua
inderanya. Menurutnya, ikan-ikan tersebut mungkin dapat mengenali jejak kimia
tertentu yang dihasilkan saat mereka lahir. Berapa jauh perjalanan yang harus
ditempuh ikan giru ke rumahnya belum dihitung dengan pasti. Tapi, rata-rata
menghabiskan waktu 11 hari untuk berenang kembali ke karangnya. Para peneliti
juga belum mengetahui bagaimana ikan-ikan mengenali rumahnya.
2.6 Parameter Kualitas Air
2.6.1 Parameter Fisika
a. Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor penentu perkembangan kehidupan
tumbuhan air yang secara langsung ataupun tidak menentukan kehidupan
oraganisme lainnya yang menjadikannya sebagai makanan. Cahaya menyediakan
energi bagi terlaksananya fotosintesis (zona eufotik), sehingga kemampuan
penetrasi cahaya sampai pada kedalaman tertentu sangat menentukan distribusi
vertical organisme perairan (Widodo dan Suadi, 2006).
Radiasi matahari menentukan intensitas cahaya pada suatu kedalaman
tertentu dan juga sangat mempengaruhi suhu perairan. Sinar matahari yang jatuh
di permukaan air sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi menembus ke
dalam air, cahaya yang menembus permukaan air adalah penting bila ditinjau dari
produktivitas perairan (Sutika, 1989). Bagi biota laut cahaya mempunyai
pengaruh besar secara tak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses
fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena
menjadi sumber makanan (Romimohtarto, 2001).
Widodo dan Suadi (2006), mengatakan bahwa penyinaran cahaya matahari
akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman perairan.
Adanya bahan-bahan yang melayang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan
dekat pantai penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Intensitas cahaya yang
diterima sempurna oleh thallus merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis
yang menentukan tingkat pertumbuhan rumput laut.
b. Suhu
Dahuri (2001), menyatakan bahwa di perairan nusantara kita suhu air laut
umumnya berkisar antara 28-38 oC. suhu permukaan laut (SPL), Indonesia secara
umum berkisar antara 26-19 oC karena perairan Indonesia dipengaruhi oleh angin
musim, maka SPL-nya pun mengikuti perubahan musim. Suhu di laut adalah
factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme (Nybakken, 2000).
Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001), bahwa suhu merupakan
factor fisik yang sangat penting di laut, perubahan suhu dapat memberi pengaruh
besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut. Suhu mempengaruhi
daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2, gas-gas
ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi akibatnya kecepatan
fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima permukaan laut
dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan bervariasi
berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman,
tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto, 2001).
c. Kekeruhan
Kekeruhan didefenisikan sebagai suatu ukuran biasan cahaya di dalam air
yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan susupensi dari suatu material
yang ada bahan-bahan anorganik lamban teruarai, buangan industri, sampah dan
sebagainya yang terkandung dalam perairan Selanjutnya ditambahkan oleh Sutika
(1989) bahwa kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan
padatan terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan
organism perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna perairan. Kekeruhan yang
tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi,
2003).
Sutika (1989), mengatakan bahwa kekeruhan dapat mempengaruhi (a)
terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar oksigen dalam air dan
(c) terjadinya gangguan terhadap habitat. Selanjutnya Walhi (2006), menyatakan
bahwa kekeruhan standar untuk lingkungan laut sebesar 20 mg/l (Walhi, 2006).
2.6.2 Parameter Kimia
a. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu
perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion
utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit
(Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan
gram/kg atau promil (0 /00) (Effendi, 2003).
Data kualitas air pada salinitas air laut stabil pada nilai 32 ppt dengan
kisaran DO 4,3–4,8 mg/L dan kisaran suhu 27–29 oC. Kondisi air laut pada ikan
giru memiliki pH 7–8. Kisaran nilai dari berbagai parameter kualitas air tersebut
menggambarkan kondisi air yang cukup stabil dan masih layak sebagai media
pemeliharaan ikan giru (BBPBL, 2009).
b. Derajat Keasaman (pH)
Sutika (1989) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion H
dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau
rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu : kondisi gas-gas
dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat, proses
dekomposisi bahan organic di dasar perairan. Derajat keasaman merupakan faktor
lingkungan kimia air yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut pendapat Soesono (1989), bahwa pengaruh bagi organisme
sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju
pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju
reproduksi sedangkan pH 6,5–9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.
c. Oksigen Terlarut
Oksigen sangat penting karena dibutuhkan oleh organisme perairan dan
sangat mempengaruhi kehidupan organisme baik langsung maupun tidak
langsung. Oksigen terlarut dalam air diperoleh langsung dari udara yaitu dengan
difusi langsung dari udara dan melalui pergerakan air yang teratur juga dihasilkan
dari fotosintesis tanaman yang berklorofil (Sutika, 1989).
Effendi (2003), menjelaskan bahwa hubungan antara kadar oksigen
terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen dan
gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga kadar
oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan
tawar. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan suhu sebesar 1oC akan
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 % (Effendi, 2003). Distribusi oksigen
secara vertical dipengaruhi oleh gerakan air, proses kehidupan di laut dan proses
kimia.
Sedangkan Fardiaz (1992), menyatakan bahwa kejenuhan oksigen dalam
air dipengaruhi oleh suhu air, semakin tinggi suhu maka konsentrasi oksigen
terlarut semakin turun. Konsentrasi dan distribusi oksigen di laut ditentukan oleh
kelarutan gas oksigen dalam air dan proses biologis yang mengontrol tingkat
konsumsi dan pembebasan oksigen.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus–September 2015 di Balai
Benih Ikan Pantai (BBIP) di Busung Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang di gunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
1 berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama Alat Fungsi
1 Alat tulis Untuk mencatat hasil
2 Kamera Dokumentasi
3 Akuarium Wadah penelitian
4 Termometer Alat pengukur suhu
5 Refraktometer Alat Pengukur Salinitas
6 Blower Sebagai penyuplai ksigen
7 Serok Alat tangkap peneliti
8 Perahu sampan Transportasi peneliti
Bahan-bahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Bahan Fungsi
1 Ikan giru Sibagai objek peneliti
2 Pakan merek love larva Makanan ikan
3 Air laut Sebagai media penelitian
4 Air tawar Sebagai media penelitian
5 Selang ukurani 1 inchi Penyiponan sisa makanan & feses ikan3.3 Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental rancangan acak
lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.
Data yang diperoleh adalah data kelangsungan hidup, laju pertumbuhan
mutlak, dan data pengukuran kualitas air. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis ragam dengan menggunakan Analysis Of
Varience (ANOVA)untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan kepada
ikan giru terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak dan konversi
pakan. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Jika dari
ANOVA diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
atau berbeda sangat nyata maka untuk menentukan perbedaan antar perlakuan
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Rochiman, 1989). Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
BNT5% = t(0,05.dbG) √ 2 KT Galat
Ulangan .............................(1)
BNT1% = t(0,01.dbG) √ 2 KT Galat
Ulangan .............................(2)
Sumber : Rochiman, (1989)
Keterangan rumus :
BNT : Beda nyata terkecil
db :Derajat bebas
KT : Kuadrat Tengah
III.4 Prosedur Penelitian
III.4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
akuarium yang berjumlah 12 unit. dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan
tingginya 40 cm. Akuarium tersebut di cuci dengan bersih menggunakan air laut,
dan kemudian di keringkan.
III.4.2 Pembuatan Media Bersalinitas 32 ppt, 30ppt, 28 ppt dan 26 ppt
Penelitian ini akan menggunakan media berupa air laut dan air tawar,
dimana untuk mendapatkan salinitas 32 ppt dipastikan air laut yang digunakan
betul-betul murni 32 ppt, sedangkan untuk mendapatkan media yang bersalinitas
30, 28 dan 26 ppt dilakukan pengenceran. Cara memperolehnya yaitu air laut
dicampurkan air tawar dengan perbandingan tertentu sehingga diperoleh salinitas
tersebut.
III.4.3 Skema penelitian
1. Control
2 Ekor Ikan
32 ppt
2 Ekor Ikan
32 ppt
2 Ekor Ikan
32 ppt
2. Perlakuan I
2 Ekor Ikan
30 ppt
2 Ekor Ikan
30 ppt
2 Ekor Ikan
30 ppt
3. Perlakuan II
2 Ekor Ikan
28 ppt
2 Ekor Ikan
28 ppt
2 Ekor Ikan
28 ppt
4. Perlakuan III
2 Ekor Ikan
26 ppt
2 Ekor Ikan
26 ppt
2 Ekor Ikan
26 ppt
Untuk pengenceran (molaritas) digunakan rumus (Arrokhman, et al., 2012).
M1 . V1 = M2 . V2 ....................... (3)
Keterangan : M1 = Konsentrasi garam terlarut awal (ppt)
M2 = Konsentrasi garam terlarut yang diiginkan
V1 = Volume pengenceran awal
V2 = Volume pengenceran akhir
3.4.4 Pengadaan Ikan Giru
Ikan giru diambil sendiri oleh peneliti dikawasan laut Simeulue Timur.
Peneliti mengambil secara langsung ikan giru yang dialam, kemudian ikan giru
tersebut dimasukkan kedalam plastik, setelah itu, sampel (ikan giru) yang didapat
dari hasil tangkapan dibawa ke Hatchery BBIP busung, guna untuk didomestikasi.
3.4.5 Penebaran Ikan Giru
Ikan giru yang telah diambil langsung diadaptasikan pada wadah yang
telah disiapkan, wadah yang digunakan adalah akuarium yang telah di isikan air
laut dengan salinitas yang telah ditentukan selama 10 menit. Hal tersebut
dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Setelah selang waktu
10 menit ikan tersebut dilepaskan perlahan–lahan dalam akuarium.
Jumlah ikan yang akan di gunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor
dengan ukuran panjang total 4–6 cm, setiap akuarium di isikan 2 ekor / akuarium.
3.4.6 PemeliharaanIkan Giru
Penelitian domestikasi ikan giru dilakukan selama dua bulan di Balai
Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh. Dalam
pemeliharaan ikan giru dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengelolaan pakan.
Pengelolaan kualitas air
Selama masa pemeliharaan dilakukan penyiponan pada saat pagi dan sore
hari, dan dilakukan pergantian air selama satu minggu sekali pada pagi hari.
Pengelolaan pakan
Pakan yang akan diberikan kepada ikan giru berupa pellet merek love
larva merupakan pellet tenggelam. Dosis pemberiannya 2-3% dari berat
biomassa ikan atau secara adlibitum dan frekuensi pemberian 2 kali dalam sehari
yaitu pada pukul 07.00 - 19.00 WIB.
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan selama penelitian
berlangsung dengan frekuensi waktu yang berbeda. Pengambilan sampel ikan
hanya satu kali, dan pengukuran sampel air dilakukan dengan frekuensi waktu
setiap hari dua kali pada saat pagi dan sore hari.
Sampel ikan
a. Pengukuran laju pertumbuhan mutlak (GR)
b. Pengukuran konversi pakan (FCR)
c. Derajat kelangsungan hidup (SR)
Sampel air
a. Pengukuran salinitas
b. Pengukuran derajat keasaman (pH)
c. Pengukuran suhu
3.5 Parameter Uji
Derajat kelangsugan hidup
Adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan
dengan jumlah pada awal pemeliharaan, yang dihitung menggunakan :
Rumus Goddard (1996) (SR= NtNo
X 100 %). ........................(4)
Keterangan : SR = Survival rate (kelulusan hidup)
Nt = jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)
No = jumlah awal pada saat penebaran
Laju Pertubuhan Mutlak
Adalah perubahan bobot rata–rata individu dari awal sampai akhir
pemeliharaan, pertumbuhan bobot mutlak dihitung dengan menggunakan
Rumus Goddard (1996) (GR = Wt−Wo
t )................................(5)
Keterangan : Gr = laju pertumbuhan bobot mutlak (gram/ekor/hari)
Wt = Bobot rata – rata pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo = Bobot rata – rata pada awal pemeliharaan (gram)
t = Periode pemeliharaan (hari)
Konversi pakan
adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan
untuk menaikan bobot ikan sebesar satu gram, atau jumlah gram pakan yang
diubah menjadi daging.
Goddard (1996) (FCR =F
Wt+Wd+Wo ) ......................(6)
Keterangan : FCR = Konversi pakan
F = Jumlah pakan yang di habiskan (gram)
Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
Wd = Biomassa ikan mati selama pemeliharaan (gram)
Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup atau survival rate (SR) adalah jumlah ikan yang
hidup sampai akhir pemeliharaan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian salinitas yang berbeda memberikan hasil yang tidak
berpengaruh nyata pada tingkat kelangsungan hidup ikan giru (Lampiran 1).
Tingkat kelangsungan hidup ikan giru (Amphiprion ocellaris) dengan perlakuan
pemberian salinitas yang berbeda 32, 30, 28 dan 26 ppt memberikan hasil sebesar
100% pada semua perlakuan (Gambar 2).
100
100100
10032 ppt30 ppt28 ppt26 ppt
Gambar 2. Persentase kelangsungan hidup ikan giru (Amphiprion ocellaris).
Domestikasi ikan giru dengan pemberian salinitas yang berbeda
memberikan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup Ikan
giru (Amphipron ocellaris), hal ini dilihat pada hasil uji statistik yang menunjukan
bahwa pada taraf kepercayaan 100% (Ftabel 0,05) lebih besar dari Fhitung.
4.1.2. Laju Pertumbuhan MutlakHasil laju pertumbuhan mutlak atau grawth rate (GR) ikan giru yang
dipelihara selama 60 hari berada pada kisaran 0,0014 – 0,00444 gram (Gambar 3).
Hasil perhitungan ANOVA menunjukan bahwa perlakuan pemberian salinitas
yang berbeda memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan
mutlak ikan giru. Nilai GR maksimum terdapat pada perlakuan 32 ppt yaitu
0,00444 gram, diikuti 30 ppt dengan rata-rata 0,0036 gram selanjutnya 26 ppt
yaitu 0,0025 gram dan 28 ppt sebesar 0,0014 gram.
32 ppt 30ppt 28 ppt 26 ppt0
0.00050.001
0.00150.002
0.00250.003
0.00350.004
0.00450.005 0.0044000000
00000010.0036000000
0000001
0.0014
0.00250000000000001
Perlakuan
Laj
u Pe
rtum
buha
n m
utla
k gr
am/e
kor/
hari
Gambar3. Laju pertumbuhan mutlak ikan giru
dengan pemberian salinitas yang berbeda.
Berdasarkan hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang
kepercayaan 95% (Lampiran 2), diperoleh hasil berbeda sangat nyata antara
perlakuan 28 ppt dengan perlakuan 32 ppt, selanjutnya diperoleh hasil berbeda
nyata antara perlakuan 28 ppt dengan perlakuan 30 ppt, perlakuan 26 dengan
perlakuan 32 ppt serta terdapat hasil tidak berbeda nyata antara perlakuan 28
dengan perlakuan 26 ppt dan perlakuan 30 ppt dengan perlakuan 32 ppt.
4.1.3. Konversi Pakan (FCR)FCR adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan satu gram ikan kultur. Hasil konversi pakan
(FCR) ikan giru yang dipelihara selama 60 hari berada pada kisaran 1,311–5,190
gram (Gambar 4). Hasil perhitungan ANOVA menunjukan bahwa perlakuan
pemberian salinitas yang berbeda memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap
konversi pakan pada ikan giru. Nilai FCR terbaik terdapat pada perlakuan 32 ppt
yaitu 1,311gram, diikuti 30 ppt dengan rata-rata 1,736 gram selanjutnya 26 ppt
yaitu 2,314 gram dan 28 ppt sebesar 5,190 gram.
32 ppt 30 ppt 28 ppt 26 ppt0
1
2
3
4
5
6
1.3111.736
5.19
2.314
Perlakuan
Kon
vers
i Pa
kan
(gra
m)
Gambar 4. Konversi pakan ikan giru dengan pemberian salinitas
yang berbeda
Berdasarkan hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang
kepercayaan 95% (Lampiran 3), diperoleh hasil berbeda sangat nyata antara
perlakuan 32 ppt dengan perlakuan 28 ppt, selanjutnya diperoleh hasil berbeda
nyata antara perlakuan 30 ppt dengan perlakuan 28 ppt, perlakuan 26 dengan
perlakuan 28 ppt serta terdapat hasil tidak berbeda nyata antara perlakuan 32 ppt
dengan perlakuan 30 ppt dan perlakuan 26 ppt.
4.1.4. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang dilihat pada penelitian ini meliputih suhu dan
pH. Hasil pengukuran kualitas selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada tabel
berikut :
ParameterPerlakuan
Kisaran optimalP0 P1 P2 P3
Suhu (oC) 28-30 26-28 26-28 26-28 25-29 (Ghufran H 2010)
pH 7 - 8 7 - 8 7 – 8 7 – 8 7- 8,5 (Sari, 2014)
Suhu dari hasil pemeriksaan kualitas air selama penelitian berkisar antara
26-30 oC, kisaran suhu ini dapat dikatakan optimal bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan giru (Amphiprion ocellaris).
Dari hasil pengukuran pH selama penelitian ini pada waktu pagi dan sore
hari berkisar antara 7–8, hal ini menunjukan bahwa pH 7 masih layak untuk
kehidupan ikan giru (Amphiprion ocellaris).
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian domestikasi ikan giru (Amphiprion ocellaris) dengan
pemberian salinitas yang berbeda 32 ppt, 30 ppt, 28 ppt, dan 26 ppt yang telah
dilaksanakan selama dua bulan pemeliharaan ikan giru terhadap kelangsungan
hidup. Ikan giru yang diambil dari alam liar, sebelum di uji ikan tersebut di
aklimatisasi terlebih dahulu di dalam bak fiber selama 1 minggu, guna untuk
penyesuaian lingkungan dan pemilihan pasangan.
Pengamatan hari pertama setelah ikan giru dimasukan kedalam wadah
akuarium dengan salinitas air yang berbeda, pergerakan ikan giru dalam setiap
perlakuan terlihat lambat dalam waktu beberapa menit. Namun setelah diamati
selama 30 menit sampai 1 jam pada salinitas 26 ppt dan 28 ppt ikan giru mulai
berenang aktif pergerakan stabil dan lebih sering berada di dasar air. Pada salinitas
32 ppt sampai 30 ppt ikan giru berenang aktif sesekali berenang kepermukaan dan
lebih sering berenang di dasar air, dan pengamatan setelah 1 jam sampai 2 jam
pergerakan selalu aktif dan tidak terlihat tanda–tanda ikan stress hingga akhir
penelitian .
Selanjutnya pengamatan kedua pada salinitas 26 ppt dan 28 ppt setelah 1
jam, 2 jam hingga 1 satu hari, pergerakan aktif dan selalu berada di dasar air dan
tidak terlihat tanda–tanda ikan stres. Pengamatan dalam minggu pertama
menunjukan prilaku sebelumnya, begitu juga hasil pengamatan minggu kedua
hingga penelitian selesai tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan
giru yang di domestikasi dari alam liar ke dalam wadah akuarium yang salinitas
air nya berbeda dengan lingkungan hidupnya.
Untuk mengontrol keseimbangan air dan lingkungannya ikan atau
organisme lainnya perlu melakukan penyesuaian terhadap salinitas. Tiap spesies
memiliki kisaran salinitas optimum, diluar kisaran ini ikan harus mengeluarkan
energi lebih banyak dibandingkan untuk yang lain, misalnya pertumbuhan
(Anggoro, et al., 2013).
Hasil dari penelitian, laju pertumbuhan mutlak dari ikan giru terbesar
terdapat pada perlakuan P0 (32 ppt), P1 (30 ppt) dan P3 (26 ppt). Sedangkan pada
perlakuan P2 (28 ppt) merupakan laju pertumbuhan mutlak paling rendah.
Pertumbuhan merupakan proses perubahan ukuran yaitu panjang dan berat
ikan, dari hasil penelitian salinitas mempengaruhi laju pertumbuhan. Laju
pertumbuhan ikan sangat bervariasi serta dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal.
Menurut Effendie (2003), faktor internal merupakan faktor yang susah
dikontrol dan berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti seks, keturunan,
ketahananterhadap parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternal merupakan
faktor yang berhubungan dengan lingkungan media hidup ikan dan mudah
dikontrol yang meliputi kemampuan dalam pemanfaatan pakan serta sifat fisika
kimia air, yaitu suhu air, oksigen terlarut, amonia, salinitas.
Konversi pakan merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan
dalam kegiatan budidaya. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan ikan selama pemeliharaan. Menurut Effendi (2004), FCR adalah
suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu gram ikan kultur. Hasil penelitian konversi pakan (FCR) ikan
giru yang dipelihara selama 60 hari berada pada kisaran 1,311–5,190 gram. Hasil
perhitungan ANOVA menunjukan bahwa perlakuan pemberian salinitas yang
berbeda memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap konversi pakan pada ikan
giru. Nilai FCR terbaik terdapat pada perlakuan 32 ppt yaitu 1,311 gram, diikuti
30 ppt dengan rata-rata 1,736 gram selanjutnya 26 ppt yaitu 2,314 gram dan 28
ppt sebesar 5,190 gram.
Efisiensi penggunaan makanan oleh ikan, menunjukkan nilai presentase
makanan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Jumlah dan kualitas makanan
yang diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Efisiensi
pemanfaatan pakan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : kualitas dan kuantitas
pakan, tata cara pemberian pakan (frekuensi dan waktu), kualitas media atau daya
dukung lingkungan (salinitas, suhu, dan oksigen terlarut) (Anggoro, et al., 2013).
Suhu dari hasil pemeriksaan kualitas air selama penelitian, didapatkan
suhu yang berkisar antara 26-30 oC, kisaran suhu ini dapat dikatakan optimal bagi
kehidupan dan pertumbuhan ikan giru (Amphiprion ocellaris). Menurut Subyakto
dan Cahyaningtyas (2003), perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan
mempengaruhi proses metabolisme, aktivitas tubuh dan syaraf ikan.
Hasil pengukuran pH selama penelitian ini pada waktu pagi dan sore hari
berkisar antara 7-8, hal ini menunjukan bahwa pH 7 masih layak untuk kehidupan
ikan giru (Amphiprion ocellaris). Perairan dengan pH rendah mengakibatkan
aktifitas tubuh menurun dan kondisi ikan menjadi lemah sehingga mudah terkena
infeksi yang bisa mengakibatkan mortalitas tinggi (Ditjen Perikanan Budidaya,
2004).
Ketersediaan oksigen sangat berpengaruh terdapat metabolisme tubuh dan
untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Konsentrasi oksigen yang dapat
mendukung kehidupan organisme dalam perairan adalah mendekati atau diatas 3
ppm (Boyd, 1990). Kondisi perairan dengan pH netral sedikit basa sangat ideal
untuk kehidupan ikan laut, pH normal air laut yaitu 7,0–8,5 (Ditjen Perikanan
Budidaya, 2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Domestikasi ikan giru (Amphiprion ocellaris) dengan pemberian salinitas
yang berbeda, tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup pada
salinitas 32 ppt, 30 ppt, 28 ppt dan 26 ppt.
2. Pada parameter ujilaju pertumbuhan mutlak (GR) nilai maksimum terdapat
pada perlakuan 32 ppt yaitu 0,00444 gram, diikuti 30 ppt dengan rata-rata
0,0036 gram selanjutnya 26 ppt yaitu 0,0025 gram dan 28 ppt sebesar 0,0014
gram menunjukan hasil berpengaruh nyata.
3. Nilai konversi pakan (FCR) yang terbaik terdapat pada perlakuan 32 ppt yaitu
1,311%, diikuti 30 ppt dengan rata-rata 1,736% selanjutnya 26 ppt yaitu
2,314% dan 28 ppt sebesar 5,190% menunjukan hasil berpengaruh nyata.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kajian fisiologis ikan giru
(Aamphiprion ocellaris) yang dipelihara pada salinitas yang berbeda melalui
analisis gambaran darah, glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S., Rudiyanti, S. 2013. Domestikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) melalui Optimalisasi Media dan Pakan Journal Of Management Of Aquatic Resources, 2 (3) : 119-127.
Arrokhman, S, Abdulgsni, S, Hidayati, D. 2012. Survival Rate Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) dalam Media Pemeliharaan Menggunakan Rekayasa Salinitas. JURNAL SAINS DAN SENI ITS, 1 (1). [Diakses tanggal 30 Maret 2015].
[BBPBL], Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. 2009. (Budidaya amphiprion).Lampung : Balai Besar Pengebangan Budidaya Laut.
Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University, Alabama.
Burgess, 1990, ATLAS of Marine Aquarium Fishes,T.F.H., Publication, USA. – [Diakses tanggal 29 April 2015].
Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Pakan. Dalam Sukoso. 2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta.
Dahuri, R. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, EdisiRevisi. Pradnya Paramita. Jakarta. [Diakses tanggal 26 Maret 2015].
Direktorat Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2004. Petunjuk Teknik budidaya Laut Ikan Kerapu. Jakarta. [Diakses tanggal 30 Maret 2016].
Dunn, D.F. 2004. Para clownfish laut: Stichodaylidea (Coelenterata: Actini) dan anemon laut lainnya dengan ikan pomacentrid. Transaksi dari America philosophical Society, 71:115. [Diakses tanggal 26 Maret 2015].
Effendie, Hefny. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya. [Diakses tanggal 26 Maret 2015].
Fardiaz, S., 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisisus. Yogyakarta. [Diakses tanggal 26 Maret 2015].
Fautin, D.G. 2007 Anemon ikan dan anemon laut tuan mereka: panduan untuk aquarists dan penyelam. Museum Australia Barat. [Diakses tanggal 27 Maret 2015].
Ghufran H dan Kordi K. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomi Secara Buatan Andi. Yogyakarta. [Diakses tanggal 27 desember 2015].
Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and Hall. New York. 194 hal . [Diakses tanggal 20 Mei 2015].
Nyabakken, J., W., 2000. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta. [Diakses tanggal 27 Maret 2015].
Mahmudi, M. 1991. Pengaruh Salinitas Terhadap Tingkat Pemanfaatan Pakan, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Jambal Siam (Pangasiussutchi fowler). [Tesis]. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Mebs, D. 2009. Kimia biologi hubungan mutualistik anemon laut dengan ikan dan udang-udangan, Toxicon, DOI: 10,1016 / j.toxicon. 2009.02.027. [Diakses tanggal 27 Maret 2015].
Sari, O, V. Hendrarto, B. 2014. Pengaruh variasi jenis makanan terhadap ikan karang nemo ditinjau dari perubahan warna, pertumbuhan, dan tingkat kelulushidupan. Journal of maquares, 3 (3) Management of Aquatik Recources.[Diakses tanggal 25 desember 2015].
Randall, J. E dan D. G. Fautin. 2006. Selain anemonefishes yang mengasosiasikan dengan ikan anemon laut. Terumbu Karang, 21:188-190. [Diakses tanggal 27 Maret 2015].
Rochiman.1998. Dasar perancangan percobaan dan rancangan acak lengkap. Universitas Air Langga. Surabaya.226 hal [Diakses tanggal 26 juli 2015].
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan. Djambatan. Jakarta. [Diakses tanggal 28 Maret 2015].
Soesono. 1989. Limnology. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Bogor. [Diakses tanggal 28 Maret 2015].
Subyakto, dan Cahyaningsi. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga Agromedia Pustaka, Jakarta, 62 hlm.[Diakses tanggal 25 maret 2016].
Sutika, N. 1989. Ilmu Air. Universitas Padjadjarang. BUNPAD Bandung.[Diakses tanggal 29 Maret 2015].
Wabnitz, C., M. Taylor, E. Green and T. Razak. 2003. Dari Samudera ke Aquarium. Cambridge, Inggris, UNEP-WCMC: 64. [Diakses tanggal 30 Maret 2015].
Walhi. 2006. Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua. WALHI. Jakarta Indonesia. [Diakses tanggal 29 Maret 2015].
Widodo dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta. [Diakses tanggal 29 Maret 2015].
Yulianti, E, S. 2014. Efektivitas pemberian ASTAXANTHIN pada peningkatan kecerahan warna ikan badut. Jurnal, III (1) rekayasa dan teknologi budidaya. [Diakses tanggal 26 Maret 2015].
Zairin, M. Jr. 2003. Endokrinologi dan Perananya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia.Orasi Ilmiah Guru besar IPB.
Ziemann, D. A. 2001. The potential for the restoration of marine ornamental fish. Aquarium Sciences and Conservation 3 (1): 107-117. [Diakses tanggal 30 Maret 2015].
Lampiran 1. Kelangsungan Hidup
UlanganPerlakuan
Total32 ppt 30 ppt 28 ppt 26 ppt
1 100 100 100 100 400
2 100 100 100 100 400
3 100 100 100 100 400
Total 300 300 300 300 1200
Rata-rata 100 100 100 100 400
ANOVA – Uji F satu arah
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman DB JK KT F Hit F Tab
0,05 0,01
Perlakuan 3 0 0 0 4,066181
7,590992
Galat 8 0 0
Total 11 0
Kesimpulan :
* berpengaruh nyata
** Berpengaruh sangat nyata
Lampiran 2. Laju Pertumbuhan Mutlak
UlanganPerlakuan
Total32 ppt 30 ppt 28 ppt 26 ppt
1 0,00416
7
0,005
0,003333
0,005
0,0025
0,0025
0,00091
7
0,0025
0,0025
0,0025
0,0125
2 0,013417
3 0,01
0,00416
7
0,00083
3Total
0,013333
0,010833 0,00425 0,0075 0,035917
Rata-rata0,00444
40,003611
0,001417
0,0025 0,011972
ANOVA – Uji F satu arah
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman DB JK KT F Hit
F Tab0,05 0,01
Perlakuan 3 1,56E-05 5,22E-06 7,6327971 4,066181 7,590992
Galat 8 5,47E-06 6,83E-07
Total 11 2,11E-05
Kesimpulan
* berpengaruh nyata
** Berpengaruh sangat nyata
BNT5% =0,001557
BNT1% = 0,002265
Tabel Uji BNT
Perlakuan Rata2 Perlakuan Rata2 Perbedaan BNT (0.05)
BNT (0.01)
28 ppt 0,001417 26 ppt 0,0025 0,0010833 tn 0,001557 0,002265
28 ppt 0,001417 30 ppt 0,00361
1 0,0021944 * 0,001557 0,002265
28 ppt 0,001417 32 ppt 0,00444
4 0,0030278 ** 0,001557 0,002265
26 ppt 0,0025 30 ppt 0,003611 0,0011111 tn 0,001557 0,002265
26 ppt 0,0025 32 ppt 0,004444 0,0019444 * 0,001557 0,002265
30 ppt 0,003611 32 ppt 0,00444
4 0,0008333 tn 0,001557 0,002265
Lampiran 3. Konversi pakan
UlanganPerlakuan
Total32 ppt 30 ppt 28 ppt 26 ppt
1 1,388889 1,736111 2,314815 2,314815 7,75463
2 1,157407 1,157407 6,313131 2,314815 10,94276
3 1,388889 2,314815 6,944444 2,314815 12,96296
Total 3,935185 5,208333 15,57239 6,944444 31,66035
Rata-rata 1,311728 1,736111 5,190797 2,314815 10,55345
ANOVA – Uji F satu arah
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragam
anDB JK KT
F Hit F Tab
0,05 0,01
Perlakuan 3 27,58086
9,19362
5,525134
4,066181
7,590992
Galat 8 13,31171
1,663963
Total 11 40,89257
Kesimpulan
* berpengaruh nyata
** Berpengaruh sangat nyata
BNT5% = 2.42877
BNT1% = 3.534019
Tabel Uji BNT
Perlakuan Rata2 Perlakuan Rata2 Perbedaan BNT (0.05)
BNT (0.01)
32 ppt 1,31 30 ppt 1,73 0,42 tn 2,42877 3,534019
32 ppt 1,31 26 ppt 2,31 1 tn 2,42877 3,534019
32 ppt 1,31 28 ppt 5,19 3,88 ** 2,42877 3,534019
30 ppt 1,73 26 ppt 2,31 0,58 tn 2,42877 3,534019
30 ppt 1,73 28 ppt 5,19 3,46 * 2,42877 3,534019
26 ppt 2,31 28 ppt 5,19 2,88 * 2,42877 3,534019
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Pembersihan akuarium ikan giru Pengisian air akurium ikan giru
Pemesangan aerasi Pengukuran salinitas air
Pegukuran suhu air Pegukuran pH air
Pengukuran Ikan giru Penimbangan ikan giru
Wadah control air tawar Wadah control air laut
Skematis Wadah Perlakuan Ikan giru dalam wadah akuarium
Alat pengukur ph Alat dan pakan ikan giru
Ikan giru dan anemon Laboratorium BBIP Busung