repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/bab i_v.docx · web viewsuhu yang optimum untuk...

28
1 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Serukan ( Osteochilus sp ) merupakan salah satu ika yang air tawar yang terdapat di Aceh Barat (Aceh). Ikan ini adalah salah satu spesies liar dari family cyprinidae,hingga saat ini ikan serukan masih ditangkap di alam ( Sungai ), dan belum masuk ke lingkungan budidaya. Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan serukan ( Osteochilus sp ) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif. Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Serukan ( Osteochilus sp ) merupakan salah satu ika yang air tawar

yang terdapat di Aceh Barat (Aceh). Ikan ini adalah salah satu spesies liar dari

family cyprinidae,hingga saat ini ikan serukan masih ditangkap di alam ( Sungai ),

dan belum masuk ke lingkungan budidaya. Ketersediaan benih sebagai unsur yang

mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya mengandalkan

benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan serukan ( Osteochilus

sp ) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya

dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik

serta tepat sasaran.

Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk

bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif.

Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam

jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih

tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang intensif pula. Pembenihan yang

intensif membutuhkan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu,

penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kegiatan praktikum di

lapangan bagi mahasiswa perikanan. Pemijahan dapat dilakukan dengan cara

alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan pemijahan yang dilakukan

secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan. Sedangkan

pemijahan buatan dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan

bantuan manusia atau dengan stripping ( pemijahan ). Saat ini, telah dijual

dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

2

salmon dengan nama dagang ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.

Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya

peningkatan proses pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan

akan memberikan dan meningkatkan hasil benih ikan yang berkualitas.

Telah banyak dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi benih dengan

cara yang lebih maju seperti menggunakan ovaprim. Ovaprim telah terbukti

sukses dalam merangsang pemijahan ikan dari family cyprinidae

( Mas,tawes,koi,mas koky ).

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang dapat diambil

yaitu:

1. Hormon ovaprim adalah jenis hormon yang paling umum atau popular

digunakan untuk merangsang pemijahan ikan air tawar.

2. Ovaprim memiliki respon yang berbeda terhadap spesies ikan air

tawar,termasuk ikan serukan.

3. Ikan serukan adalah salah satu ikan dari family cyprinidae,yang masih liar

atau belum dibudidayakan saat ini.

4. Perlunya dicobakan penyuntikan ovaprim dengan dosis yang berbeda

untuk melihat daya rangsang atau ovulasi.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Penulis mengetahui waktu ovulasi ikan serukan setelah disuntik hormon

yang berbeda.

2. Untuk mengetahui dosis yang baik.

3. Utuk mengetahui angka ovulasi ( Ovulation Rate ).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penulis mengetahui waktu ovulasi ikan serukan setelah disuntik

menggunakan hormon yang berbeda.

2. Penulis mengetahui dosis yang optimal untuk ikan serukan.

3. Penulis mengetahui angka ovulasi ( Ovulation Rate ).

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

4

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Ciri-ciri Ikan Serukan (Ostheochilussp)

Ikan Serukan yang terletak pada gambar 1 merupakan ikan air tawar yang

termasuk famili cyprinidae. Menurut Retno (2002) klasifikasi ikan serukan adalah

sebagai berikut :Kelas :Pisces,Ordo : Ostariophysi,Sub-

ordo :Cyprinoidea,Famili :Cyprinidae,Sub-famili : Cyprininae,Genus :

Ostheochilus,Species : Ostheochilus hasselti cuvier and valenciennes,

(Ostheochilus sp ).

Gambar 1.Ikan Serukan (Ostheochilus sp)

Ciri – ciri ikan serukan adalah badan memanjang dan pipih ke samping

(compress ) memiliki panjang baku 2,5–3,0 kali tinggi badan, mulut dapat

disembulkan dengan bibir berkerut, sungut ada dua pasang dan permukaan sirip

punggung terletak di permukaan sirip dada. Menurut siripnya warna ikan serukan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ikan serukan yang berwarna coklat kehitaman

dan coklat kehijauan pada punggungnya, terang dibagian perut dan ikan serukan

dengan punggung merah ( Hardjamulia 1980 dalam Retno 2002 ).

Ikan serukan merupakan jenis ikan sungai atau perairan tawar yang

bentuknya mirip ikan mas, tawes, dan karper, hanya perbedaannya lebih kecil,

badannya memanjang, dan sirip punggungnya lebih panjang. Pada kedua sudut

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

5

mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba.Ukuran yang dipelihara di kolam

biasanya hanya sekitar 25 cm dengan berat lebih kurang 150 gram.Di perairan

bebas dapat mencapai 32 cm.

2.2 Habitat Ikan Serukan

Ikan serukan ( Osteochilus sp ) merupakan ikan endemik ( asli ) Indonesia

yang hidup di sungai – sungai dan rawa – rawa. Di habitat tersebut mudah

ditumbuhi pakan alami dari kelompok peryphyton seperti cyanophyceae,

chlorophyceae yang berfungsi sebagai sumber makanan penting bagi

invertebrata,berudu, dan ikan. Peryphyton juga berfungsi sebagai indikator

penting dariair, dan mampu menghilangkan polutan padat dan terlarut serta

mampu mengurangi kekeruhan. Peryphyton memiliki respon yang cepat terhadap

perubahan kualitas air. Selain peryphyton di sungai dan rawa-rawa ditumbuhi

dengan ceratophyllum atau tanaman hornwort yang sering mengambang di bawah

permukaan air dan bereproduksi dalam jumlah besar, yang mana berfungsi untuk

melindungi ikan yang sedang bertelur, serta mampu memproduksi oksigen tinggi,

biasanya tanaman hornwort ini digunakan di akuarium air tawar.

Ikan serukan hidup di lingkungan air tawar dengan kisaran kandungan

oksigen terlarut yang cukup yaitu 5-8 mg/L ( Cholik et al.2005 ). Di daerah tropis

umumnya ikan serukan dipelihara dengan baik pada daerah dengan ketinggian

150 –m dari permukaan laut, tapi ketinggian optimumnya 800 m dari permukaan

laut. Ikan serukan akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar

antara 5-6 mg/L, karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup

ikan yaitu ≤ 1 ppm ( Willoughby 1999 ). Suhu yang optimum untuk kelangsungan

hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28°C ( Asmawi 1983 ) dan untuk pH

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

6

berkisar antara6 - 8,6 ppm, serta kandungan ammonia yang disarankan adalah <

0,5 mg/L( Susanto 2001 ) .

2.3 Kebiasaan Makan Ikan Serukan

Makanan ikan serukan yaitu detritus dan jasad penempel peryphyton

seperti ganggang (chlorophyceae, cyanophyceae), cyanobacteria, mikroba

heterotrofik,dan detritus yang melekat dan terendam pada permukaan air. Pada

stadia larva dan benih, ikan serukan memakan fitoplankton dan zooplankton atau

jenis alga ber-selsatu seperti diatom dan ganggang yang termasuk ke dalam kelas

cyanophyceae dan chlorophyceae yang mengandung klorofil a dan klorofil b dan

protein ( Syandri 2004; Cholik et al. 2005 ), Sedangkan ikan serukan dewasa

memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae,

ceratophyllaceae, polygonaceae ( Susanto 2001 ).

Dari kelompok famili ciprinidae ikan serukan termasuk ikan yang tahan

terhadap serangan penyakit, diduga dengan kebiasaan makan ikan serukan

termasuk kedalam kelompok omnivora dimana pakan yang dikonsumsi

didominasi dengan pakan alami dari kelompok ganggang yang mudah tumbuh di

perairan, yang disinyalir banyak mengandung antibodi. Dengan mayoritas

makanannya berupa peryphyton dan tumbuhan yang menempel di jaring apung.

( Jangkaru 1989 ).

2.4 Reproduksi Ikan Serukan

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan

sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompoknya. Ikan memiliki

reproduksi yang berbeda-beda tergantung pada jenis, tingkah laku dan habitatnya.

Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukuran telur tersebut relatif

kecil dan sintasannya rendah. Sebaliknya ikan yang memiliki telur yang sedikit

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

7

mempunyai ukuran telur yang besar. Reproduksi ikan dikontrol oleh kelenjar

pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis dan gonad yang dipengaruhi oleh

adanya pengaruh dari lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

reproduksi diantaranya yaitu temperatur, cahaya, dan cuaca. Ikan serukan betina

dapat mulai dipijahkan dari umur satu hingga satu setengah tahun dengan berat

badan sekitar 100 g. Ikan jantan sudah mulai dipijahkan sekitar umur delapan

bulan.Induk betina dapat dipijahkan setiap tiga dan empat bulan sekali. Ikan

jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ke arah anus.

Ikan jantan akan mengeluarkan cairan putih susu dari lubang genitalnya,

sedangkan betina tidak. Induk betina yang sudah matang telur dapat dicirikan

dengan perutnya yang relatif membesar dan lunak bila diraba, serta dari lubang

genital keluar cairan jernih kekuningan bila perut perlahan-lahan ke arah

anus.Induk yang dipijahkan diberok dahulu selama tiga sampai tujuh

hari.Pemberokan jantan dan betina sebaiknya pada kolam yang terpisah (

Sumantadinata 1983 ).

Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat

perkembangan gonad sebelum memijah. Selama proses reproduksi, sebagian

energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot ikan akan mencapai maksimum

sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses

pemijahan berlangsung sampai selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada

saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh, dan pada

ikan jantan 5-10 %. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya

tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar (

Effendie 1997 ). Pendapat ini diperkuat oleh Chinabut et al. (1991) bahwa

kematangan gonad ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

8

dan pola distribusi ukuran telurnya. Tingkat kematangan gonad ikan betina secara

morfologi dan histologi adalah sebagai berikut :

a. Tingkat I : Ovari masih kecil dan seperti benang, warna ovari merah

muda,memanjang di rongga perut. Secara histologi didominasi oleh oogonia

berukuran 7.5-12.5 μm, dan inti sel besar.

b. Tingkat II : Ukuran ovarium bertambah besar, warna ovari berubah menjadi

coklat muda, butiran telur belum terlihat. Secara histologi, Oogonia menjadi

oosit, ukuran 200-250 μm membentuk kantung kuning telur. Sitoplasma

berwarna ungu.

c. Tingkat III : Ukuran ovari relative besar dan mengisi hampir seperti garongga

perut. Butiran-butiran telur telihat jelas dan berwarna kuning muda.Secara

histologi luben berisi telur.Ukuran oosit 750-1125 μm.Inti mulai tampak.

d. Tingkat IV : Gonad mengisi penuh rongga perut, semakin pejal dan warna

butiran telur kuning tua. Butiran telur besarnya hampir sama dan mudah

dipisahkan. Kantung tubulus seminifer agak lunak. Secara histologi inti

terlihat jelas dan sebaran kuning telur mendominasi oosit. Ukuran oosit1300-

1500 μm.

2.5 Kinerja Reproduksi

Kinerja reproduksi merupakan suatu proses yang berkelanjutan pada ikan

akibat adanya rangsangan dari luar ataupun dari dalam tubuh ikan itu sendiri.

Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan hormonal ataupun rangsangan

lingkungan. Rangsangan hormonal yang terjadi pada induk ikan betina berbeda

dengan induk jantan. Pada induk betina, rangsangan hormonal ditujukan untuk

pembentukan telur dan pematangannya, sedangkan pada ikan jantan rangsangan

tersebut untuk pembentukan sperma ( Dodi,2009 ).

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

9

Perkembangan gonad pada ikan membutuhkan hormon gonadotropin yang

dilepaskan oleh kelenjar pituitari yang kemudian terbawa aliran darah masuk

kegonad. Gonadotropin kemudian masuk ke sel teka, menstimulasi terbentuknya

testosteron yang kemudian akan masuk ke sel granulosa untuk dirubah oleh enzim

aromatase menjadi estradiol 17β. Hormon estradiol 17β kemudian masuk kedalam

hati melalui aliran darah dan merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin yang

akan dialirkan lewat darah menuju gonad untuk diserap oleh oosit sehingga

penyerapan vitelogenin ini desertai dengan perkembangan diameter telur

(Sumantri 2006 Dalam Dodi 2009 ).

2.6 Manipulasi Hormon dalam Maturasi

Pakan secara intensif. Menurut Subagja et al ( 2006 ) peranan pakan induk

memberikan dampak/ hasil terhadap jumlah indukan yang matang gonad, hal ini

sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Watanabe ( 1998 ), kualitas dan kuantitas

pakan yang diberikan kepada induk ikan penting untuk keberhasilan

pematangan,pemijahan dan kualitas telur. Peranan pakan buatan yang diberikan

pada induk dengan kadar protein 42% dengan ransum harian sebanyak 2% dari

bobot biomassa diberikan 2 kali yakni pagi dan sore hari ( Djajasewaka et al

2005).

Pada umumnya hormon yang digunakan untuk merangsang ikan agar

memijah atau matang gonad adalah hormon alami ( kelenjar hipofisa ) dan

hormon buatan. Hormon alami diperoleh dari kelenjar hipofisa ikan, kelenjar

hipofisa ini terdiri dari 4 bagian yang masing-masing memiliki nama yang

berbeda, adapun urut-urutan bagian dari kelenjar hipofisa ini dari depan

kebelakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius, dan neurophysis.

Pars anterior mempunyai peranan penting bagi pembiakan karena menghasilkan

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

10

hormon gonadotropin yang berkerja merangsang kematangan gonad

(Susanto,1996 ). Hormon buatan yang sering digunakan untuk merangsang ikan

adalah LHRH-a atau HCG ( misal Ovaprim dan Pregnyl ). LHRH-a bisa di jual

dalam bentuk serbuk dan kemasan ampul ( botol kecil ), sedangkan ovaprim dijual

dalam bentuk cairan dengan kemasan botol, biasanya setiap botol berisi 10 ml.

( Ghufran,dan Khordi,2005 ).

Gonadotropin adalah hormon berbahan baku protein yang dihasilkan oleh

hipofisa. Hormon ini memanipulasi gonad sehingga bisa matang dan berovulasi.

Hormon gonadotropin bisa berbentuk ekstrak kelenjar hipofisa ikan dan

gonadotropin mamalia ( seperti HCG = Human Chorionic Gonadotropin, LH =

Luteinizing Hormone, FSH = Folicle Stimulating Hormone, dan PMSG =

Pregnant Mare Serum Gonadotropin ). LHRH (Luteinizing Hormone Realizing

Hormone ) merupakan hormon dari golongan protein yang dihasilkan oleh

hipotalamus. Hormon steroid pernah dicoba untuk merangsang ovulasi dan

pemijahan tapi hasilnya belum memuaskan. Percobaan ini menggunakan hormon

steroid yang masih terbatas pada lele Arfika ( Clarias gariepenus ) serta lele India

( Heteropneustes fossis ) ( Effendi,2004 ). Penyuntikan dengan kelenjar hipofisa

dapat dilakukan dengan berbagai dosis tergantung tingkat kematangan gonadnya.

Dosis hormon hipofisa terlihat dari perbandingan berat ikan donor dengan ikan

resipien mulai 1:1, 2:1, atau 3:1, sedangkan pemakaian ovaprim secara standar 0,5

ml/kg berat induk, akan tetapi terkadang digunakan dosis yang lebih rendah

seperti 0,2 atau 0,3 ml/kg induk, tergantung jenis ikan, tingkat kematangan gonad

dan faktor-faktor lainnya.

Manipulasi hormon untuk kegiatan pemijahan dapat dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu, pendekatan hipofisa dan hipotalamus. Pendekatan hipofisa

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

11

berperan untuk memacu ovulasi dan pemijahan, sedangkan pendekatan

hipotalamus berperan memacu vitelogenesis pada awal perkembangan gonad

sampai fase dorman dan merangsang pemijahan. Pada kegiatan pemijahan,

pendekatan hipofisa dilakukan pada induk ikan sudah matang gonad.

2.7 Hormon Ovaprim

Hormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar

endokrin, dimana kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki

saluran ( Zairin, 2002 ). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al.( 1962 )

dalam Gusrina ( 2008 ) terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari,

pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles

of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial

tissue of gonads dan urohypophysis.

Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas

pada ikan. Dosis hormon yang diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi

dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomis jika pemberian hormon

dosisnya terlalu rendah maka akan menyebabkan proses sex reversal yang

berlangsung kurang sempurna ( Zairin, 2002 ).

Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine

dinyatakan bahwa setiap 1 mL ovaprim mengandung 20 mg sGnRH-a ( D-Arg6-

Trp7, Lcu8,Prog-NET ) – LHRH dan 10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga

berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad

GnRH analog yang terkandung di dalamnya berperan merangsang hipofisa untuk

melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh

dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine

akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat ( Gusrina, 2008 ).

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

12

Osman et al ( 2012 ) melaporkan,bahwa penggunaan ovaprim dengan

dosis 0,4ml/kg menghasilkan angka ovulasi (%) sebesar 87 % ,ini lebih tinggi dari

penggunaan dosis 0,5ml/kg yang menghasilkan angka ovulasi sebesar 75 % , yang

dicobakan pada ikan Labeo rohita ( Cyprinidae ).

Sinjal ( 2014 ) melaporkan,bahwa penyuntikan ovaprim pada lele dumbo

( Clarias gariepinus ) didapatkan dosis yang terbaik adalah 0,3 ml/kg terdapat

ovulasi (Latensi waktu mijah) dibandingkan dengan control,dan perlakuan lain 0,6

ml/kg,0,9 ml/kg.

Novianto ( 2004 ) melaporkan,bahwa penyuntikan hormone ovaprim-C

pada ikan sumatera ( Puntius tetrazona ) didapatkan dosis yang terbaik adalah 0,7

ml/kg terhadapa ovulasi dibandingkan dengan perlakuan lain 0,3 ml/kg,0,6ml/kg.

2.8 Penyuntikan Induk

Menurut Sutisna dan Sutarmanto ( 1995 ), teknik penyuntikan dengan arah

jarum suntik membuat sudut 60° dari ekor bagian belakang dan jarum dimasukkan

sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini ditunjukkan supaya ovaprim benar – benar

masuk ke bagian organ target. Pada saat dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan

dibungkus dengan jaring agar tidak lepas. Pada ikan yang lebih besar biasanya

penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang pertama memegang

ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim.

Santoso ( 1997 ) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian

depan (arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan

tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak

akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses

pemijahan ( tidak terjadinya proses pemijahan ).

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

13

Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular

( penyuntikan kedalam otot ), intra peritorial ( penyuntikan pada rongga perut ),

dan intra cranial ( penyuntikan di kepala ) ( Susanto, 1999 ). Dari ketiga teknik

penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular,

karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam

melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih

tinggi dibandingkan dengan lainnya. Menurut Muhammad et al ( 2001 ) secara

intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip

punggung ikan.

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

14

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret 2015

bertempat di hatchery Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku

Umar, Meulaboh,Kabupaten Aceh Barat ( Percobaan I ), dan di UPR Meunasah

Krueng ( Percobaan II ).

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat

Tabel 1 : Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Kegunaan

1 Syringe / spuit untuk menyuntik ikan percobaan ( Serukan )

2 Kain lap untuk menutup kepala ikan serukan

3 Jam untuk mengamati waktu terjadinya ovulasi

( Jam ).

4 Instalasi aerasi untuk memasuk oksigen ke dalam air

5 Skop net untuk memindahkan/menangkap ikan.

6 Alat Tulis mencatat semua data yang diperoleh selama

penelitian

7 Kamera untuk mendokumentasikan rangkaian

kegiatan pada penelitian

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

15

3.2.2.Bahan

Tabel 2 : Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Nama Bahan Kegunaan

1 Ikan Serukan Sebagai ikan uji ( ± 50 gram ) yang didapat

Dari Pante ceureumen

2 Tissu Untuk pembersih

3 Hormon Ovaprim Untuk merangsang ovulasi ikan serukan

4 Pakan buatan/pellet Untuk pakan selama pemeliharaan

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari, Persiapan alat dan bahan, Seleksi

Induk,dan Penyuntikan.

3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat dan bahan penelitian merupakan tahapan pertama yang akan

dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyediaan alat

dan bahan yang dibutuhkan selama penelitian.

3.3.2 Seleksi Induk

Seleksi induk adalah kegiatan yang bertujuan untuk memilih induk yang

siap untuk disuntik. Ikan yang sehat menjadi syarat utama agar dapat dipijahkan,

artinya ikan harus bebas dari penyakit dan tidak cacat. Cara menentukan induk

ikan dapat dipijahkan adalah dengan melihat ciri pada tubuh, tanda induk betina

ikan serukan yang matang gonad adalah perut gendut, gerakan lamban dan lubang

kelamin agak mengembang berwarna kemerahan. Sedangkan tanda induk jantan

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

16

ikan serukan dan ikan mas yang sudah matang gonad adalah gerakan lincah, dan

bercahaya, lubang kelamin membengkak berwarna kemerahan, dan alat kelamin

mengeluarkan cairan putih pekat ( sperma ) ketika dilakukan pemijatan dari sirip

ventral ( sitip perut ) menuju genital ikan. Penentuan calon indukan dilakukan

seleksi berulang-ulang sehingga didapatkan induk yang benar-benar prima.

3.3.3 Penyuntikan Ikan Serukan

Penyuntikan hormon dilakukan dengan teknik satu kali secara

intramuscular, yaitu penyuntikan pada bagian otot punggung ikan serukan. Selang

waktu antara penyuntikan dengan ovulasi adalah 12-20 jam, untuk itu pada selang

waktu tersebut perlu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah terjadi

ovulasi atau tidak pada indukan yang dipijahkan. Induk ikan serukan yang ovulasi

akan mengeluarkan telur, secara alami dan terlihat pada akuarium telur yang telah

dikeluarkan.

Induk yang sudah siap atau matang kelamin,Selanjutnya akan dilakukan

penyuntikan sesuai dengan dosis perlakuan yaitu :

K = Kontrol (Tanpa Perlakuan)

P1 = Dosis 0,3 mL/kg

P2 = Dosis 0,4 mL/kg

P3 = Dosis 0,5 mL/kg

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

17

3.4 Pengamatan

1. Waktu terjadinya ovulasi ( Jam ) dilakukan pengamatan telur waktu

terjadinya ovulasi pertama kali sampai dengan selesai.

3.5 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL).Rancangan acak lengkapyang digunakan terdiri dari 3 Perlakuan 1 Kontrol

dengan masing-masing 3 kali ulangan.

Rumus Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Yij = µ + Pi ∑ ij

Dimana :

Yij : Pengamatan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

µ : Rataan Umum

Pi : Pengaruh perlakuan ke-i

∑ij : Galat perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan 4 taraf perlakuan dengan

masing-masing 3 kali ulangan,maka dapat ditabulasikan data sebagai berikut :

Tabel 3.Tabulasi Data dan Ulangan Rancangan Acak Lengkap

Ulangan (i)Perlakuan (j)

TotalP1 P2 P3 P4

1 P11 P21 P31 P41

2 P12 P22 P32 P42

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1136/1/BAB I_V.docx · Web viewSuhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan serukan berkisar antara 18 - 28 C ( Asmawi 1983 ) dan untuk

18

3 P13 P23 P33 P43

Total P1.. P2.. P3.. P4.. P…

Rata-rata P1/n P2/n P3/n P4/n P…/(i.j)

3.6 Parameter Uji

1. Ovulation Rate (%) = Total ikan yang berovulasi x 100 Total ikan yang disuntik

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan data

yang di peroleh selanjutnya dianalisis secara ragam dengan menggunakan

analysis Of Varience ( ANOVA ).Jika terdapat perbedaan yang nyata akan

dilakukan uji lanjut BNT.