skripsi - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/bab i_v.pdf · penyakit-penyakit saluran...

45
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS CALANG KECAMATAN KRUENG SABEE KABUPATEN ACEH JAYA SKRIPSI OLEH : MONA AGUSTA NIM: 08C10104054 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2013

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANPENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

PADA ANAK BALITA YANG BERKUNJUNG KEPUSKESMAS CALANG KECAMATAN

KRUENG SABEE KABUPATENACEH JAYA

SKRIPSI

OLEH :

MONA AGUSTANIM: 08C10104054

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2013

Page 2: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANPENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

PADA ANAK BALITA YANG BERKUNJUNG KEPUSKESMAS CALANG KECAMATAN

KRUENG SABEE KABUPATENACEH JAYA

SKRIPSI

OLEH :

MONA AGUSTANIM: 08C10104054

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2013

Page 3: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran

pernafasan yang mengikuti infeksi saluran pernafasan bagian atas yaitu

nasofaringitis, otitis media, tonsilofaringitis, serta epiglotitis, dan infeksi saluran

pernafasan bagian bawah yaitu laringitis, trakeobronchitis, bronchitis,

pneumonia. ISPA dikenal sebagai salah satu penyakit yang sering berada pada

daftar 10 penyakit terbanyak di puskesmas. (DepKes RI, 2007).

Penyakit ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh

seseorang. ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh balita

karena sistem kekebalan tubuh masih rendah, sehingga balita mudah tertular

ISPA. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi

kecacatan sampai pada masa dewasa. Gejala awal yang timbul biasanya berupa

batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada

tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang,

kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. (Asrun, 2000)

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA

setiap tahunnya (Ditjen PPM dan PLP, 1995). Sebagian besar masyarakat

menganggap bahwa batuk pilek merupakan penyakit ringan yang akan sembuh

Page 4: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

2

dengan sendirinya walaupun tanpa pengobatan, padahal apabila batuk pilek tidak

segera diobati akan menimbulkan komplikasi lain yang sangat berbahaya.

Menurut Depkes RI (2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA

pada balita adalah status gizi, status Imunisasi, keadaan lingkungan, kekurangan

vitamin C dan pengetahuan orang tua. Namun yang akan diangkat disini pengaruh

ISPA adalah Pengetahuan orang tua, Status Imunisasi, Status Gizi, dan Pemberian

Vitamin A.

ISPA merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang jumlah

kejadiannya cukup tinggi di Indonesia terutama pada Balita. Salah satu faktor

yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA adalah defisiensi Vit.A. menurut

berbagai penelitian suplementasi Vit.A merupakan solusi kesembuhan ISPA

karena salah satu khasiat Vit.A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit infeksi seperti ISPA (zyefa, 2009).

Angka kesakitan ISPA yang mendominasi pada urutan teratas juga

terdapat didaerah Kabupaten Aceh jaya, hal ini terlihat dari data di salah satu unit

pelayanan kesehatan yang ada di kabupaten Aceh Jaya yaitu tepatnya di

Puskesmas Calang yang menempati urutan tertinggi atau pertama dari 10 penyakit

terbesar pada tahun ini. (Dinkes Aceh jaya, 2012)

Berdasarkan data awal yang peneliti dapatkan dari Dinas Kesehatan Aceh

Jaya, Jumlah anak Balita penderita ISPA pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2310

penderita. Dimana jumlah anak balita penderita ISPA di Puskesmas Calang pada

tahun 2012 yaitu sebanyak 269 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun

2013 dari bulan Januari sampai dengan Agustus sudah tercatat jumlah balita

Page 5: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

3

penderita ISPA sebanyak 150. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah balita

penderita ISPA semakin bertambah. (Laporan bulanan Puskesmas Calang 2013).

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA, yang dapat

meningkatkan angka kesakitan akibat ISPA. Hal inilah yang mendasari penulis

untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita

di Puskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yang berkunjung ke

Puskesmas Calang tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yang

berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yang berkunjung ke

puskesmas Calang tahun 2013.

Page 6: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

4

1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan status pemberian imunisasi dengan

kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita

yang berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013.

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan Pemberian Vitamin A dengan kejadian

penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yang

berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013.

1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan Status Gizi dengan kejadian penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yang berkunjung ke

Puskesmas Calang tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Aplikatif

Hasil peneilitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi

instansi kesehatan (Dinas Kesehatan dan Puskesmas) dalam membuat kebijakan

lebih lanjut dalam mengatasi permasalahan yang ada dalam mengembangkan

program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, khususnya penyakit

ISPA.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Bagi Dinas kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh jaya dan Puskesmas dalam penentuan arah kebijakan

program penanggulangan penyakit menular khususnya ISPA.

Page 7: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

5

2. Bagi Akademisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan bacaan

dalam lingkungan perpustakaan kampus dan dapat di jadikan sebagai

masukan informasi yang berguna bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan

masyarakat Universitas Teuku Umar khususnya peminatan Ilmu

kesehatan masyarakat.

3. Bagi peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, disamping itu hasil

penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti

Dapat menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan

pengetahuan.

Page 8: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ISPA

2.1.1 Pengertian ISPA

Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan Akut

dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya Mikroorganisme ke

dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit.

Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ

Adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah

infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk

menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat

digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Sedangkan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (Alveoli). Terjadi pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses

infeksi akut pada Bronkus disebut Broncho pneumonia (Justin, 2007).

Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah proses infeksi akut

berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan

menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya,

seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Page 9: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

7

2.1.2 Tanda dan Gejala

Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian

diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Ada beberapa tanda klinis yang dapat

menyertai anak dengan batuk yang dikelompokkan sebagai berikut:

a) Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok), wheezing (bunyi

napas), demam.

b) Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun

yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor.

2.1.3 Penyebab ISPA

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,

virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan

oleh Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus

dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya

mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa

masalah dalam penanganannya.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus,

Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan Corinebacterium.

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Achmadi

dkk, 2004).

Page 10: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

8

2.1.4 Pencegahan ISPA

Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi

pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA

adalah :

1) Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik

Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan

yang paling baik untuk bayi.

Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu

mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral.

Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein

misalnya dapat diperoleh dari tempe atau tahu, karbohidrat dari nasi

atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan

mineral dari sayuran dan buah-buahan.

Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui

apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah

ada penyakit yang menghambat pertumbuhan. (DINKES DKI, 2005).

Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu

mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT

salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit pertusis yang

salah satu gejalanya adalah infeksi saluran napas.

Page 11: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

9

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan

penyakit ISPA, sebaiknya perilaku yang tidak dapat dilakukan melalui upaya

memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Almatsier, 2006)

2.2 Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan

BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada

umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB

kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

(Soetjiningsih, 2001)

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima

tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan

kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh

dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode

tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan

dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan

berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004)

Salah satu faktor penyebab kesakitan maupun yang berperan dalam proses

tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan

perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan

Page 12: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

10

kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan

pendidikan kesehatan pada orang tua. (supartini, 2004).

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengeinderaan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) , pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelum-nya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari/ antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpankan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Page 13: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

11

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisah-kan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis ( Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau meng-hubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluation ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

mengunakan kriteria yang dilakukan sendiri, atau mengunakan kriteria-

Page 14: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

12

kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat memban-dingkan antara anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat

menafsirkan sebab-sebab ibu tidak mau KB, dan sebagainya.

Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting

karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam

masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua

karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota

keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil

menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit.

2.4 Status Imunisasi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunisasi ) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi

terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada

penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi

lainnya. (Supartini, Y, 2004).

2.4.1 Tujuan Pemberian Imunisasi

Adapun tujuan pemberian imunisasi dasar, adalah :

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.

b. Apabila terjadi penyakit, tidak terlalu parah dan dapat mencegah gejala

yangdapat menimbulkan cacat atau kematian.

Page 15: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

13

2.4.2 Manfaat Imunisasi

Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka kematian

penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit-penyakit infeksi yang

dapat dicegah dengan imunisasi. Selain itu, imunisasi dapat menghemat biaya

kesehatan. dengan menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang

digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut pun akan berkurang.

2.4.3 Jenis Imunisasi

a. Imunisasi yang diharuskan

1) BCG (Bacillus Celmitte Guerin)

2) Hepatitis B

3) DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus)

4) Polio

5) Campak

b. Yang dianjurkan

1. MMR (Measless/campak, Mumps/parotitis, Rubella/campak Jerman)

2. Hib (Haemophilus influensa b)

3. Demam tifoid

4. Hepatitis A

Page 16: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

14

2.4.4 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

0 – 7 hari

1 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

9 bulan

Hepatitis B

BCG, Polio 1

DPT-HB 1, Polio 2

DPT-HB 2, Polio 3

DPT-HB 3, Polio 4

Campak(KemenKes, 2011)

2.5 Vitamin A

Vitamin A adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kesehatan

mata dan meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam menjaga kesehatan mata,

Vitamin A berfungsi membuat penglihatan mata menjadi lebih baik. Jadi dengan

adanya vitamin tersebut, mata kita menjadi sehat. Sedangkan dalam meningkatkan

daya tahan tubuh, Vitamin A berperan menjaga kesehatan agar tubuh tidak mudah

terserang penyakit. Karena didalam Vitamin A terdapat antioksidan yang dapat

menangkal radikal bebas. Vitamin A selain untuk mata, Vitamin A juga dapat

mencegah terjadinya keratinisasi pada jaringan pelapis (epitel), seperti saluran

pada pernapasan dan saluran pencernaan. Karena keratinisasi pada jaringan epitel

menyebabkan mudah terjadinya infeksi pada saluran pernapasan dan pencernaan.

(WHO, 2002).

Vitamin A dosis tinggi ditujukan untuk mencegah defisiensi Vitamin A

beserta akibatnya selama masa tertentu dengan membangun cadangan Vitamin

tersebut didalam hati. Untuk mencegah terjadinya kekurangan Vitamin A

terutama pada anak usia balita, oleh pemerintah dilaksanakan pemberian Vitamin

Page 17: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

15

A melalui puskesmas. Untuk anak usia 1-5 tahun diberikan Vitamin A dengan

dosis 200.000 IU setiap 6 bulan, sedangkan untuk anak usia 6-11 bulan diberikan

dosis 100.000 IU setiap 6 bulan, dengan dosis itu anak akan terhindar dari

kekurangan Vitamin A. (Supartini, Y, 2004).

Sumber vitamin A bisa kita dapatkan dari beragam jenis produk makanan

seperti ikan, susu, sayuran yang berwarna hijau, dan jenis buah-buahan seperti

wortel, pisang, pepaya. Manfaat vitamin A adalah untuk menjaga kesehatan mata

(penglihatan), mencegah terjadinya infeksi, turut membantu dalam menjaga

kesehatan tubuh. Ada beberapa jenis penyakit yang bisa disebabkan karena

kekurangan zat ini yaitu rabun, menurunnya daya tahan tubuh, katarak, kulit

menjadi kurang sehat.

2.6 Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absarpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ

serta menghasilkan energi.

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan

lebih (Almatsier, 2001).

Page 18: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

16

2.6.1 Manfaat gizi

Menurut Atmatsier 2006, di dalam tubuh makanan mempunyai manfaat,

yaitu :

a. Zat gizi sebagai sumber tenaga atau energi untuk melakukan kegiatan

sehari-hari.

b. Zat gizi berperan dalam mekanisme pertahan tubuh terhadap banyak

penyakit.

c. Zat gizi bermanfaat untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan

dan perkembangan terutama bagi mereka yang masih dalam massa

pertumbuhan.

2.6.2 Sumber zat gizi

Menurut Almatsier (2001), sumber zat gizi terdiri dari :

a. Karbohidrat

Jenis buah-buahan seperti pisang, nangka, durian, cempedak, sawo

mengandung banyak karbohidrat. Sedangkan yang berasal dari hewani

terutama terdapat pada hati, kepiting, kerang.

b. Protein

Jenis makanan yang banyak mengandung protein nabati adalah kacang

kedelai, kacang tanah, kacang ijo, jagung beras, tepung, daun singkong.

Sedangkan jenis bahan makanan yang berasal dari protein hewani adalah

hati, daging, ikan segar, udang segar, ayam, telur, kerang.

Page 19: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

17

c. Lemak

Menurut sumbernya, lemak berasal dari nabati dan hewani. Adapun

sumber bahan makanan yang mengandung lemak antara lain, jenis kacang-

kacangan, buah alpokat, susu, daging sapi, daging ayam, ikan, telur dll.

Fungsi lemak adalah sebagai sumber energy, sebagai sumber asam lemak

yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut sebagai pelarut vitamin A,

D, E, K.

d. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organic komplek yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah sedikit. Tetapi fungsi dari vitamin adalah sebagai koenzim untuk

membantu penyerapan zat-zat gizi, berperan dalam tahap reaksi

metabolisme, energi, serta pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.

e. Mineral

Mineral yaitu merupakan zat gizi yang cukup penting bagi tubuh manusia,

sekitar 4 % dari tubuh manusia terdiri atas mineral. Mineral sering juga

disebut cairan elektrolit.

Antara usia 0 dan 6 bulan, berat bayi bertambah 682 gram perbulan. Berat

badan lahir bayi meningkat dua kali lipat ketika usia 5 bulan. Anatara usia 6 dan

12 bulan, berat bayi bertambah 341 g per bulan. Berat badan bayi meningkat tiga

kali lipat saat berusia 12 bulan. Berat badan akan menjadi empat kali berat badan

lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2

kg/tahun.

Page 20: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

18

Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan jika mendapat

gizi yang baik berkisar sebagai berikut.

1. 700-1.000 g/bulan pada triwulan I

2. 500-600 g/bulan pada triwulan II

3. 350-450 g/bulan pada triwulan III

4. 250-350 g/bulan pada triwulan IV

Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992) untuk

memperkirakan berat badan anak seperti berikut ini.

a. Berat Badan Ideal (BBI) bayi (umur 0-12 bulan)

BBI=( )

b. BBI anak (1-10 tahun)

BBI=(umur[tahun] x 2 ) + 8

c. Remaja dan dewasa BBI = (TB – 100) – (TB -100) x 10% atau

BBI = (TB – 100) x 90%

Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50cm. Secara garis besar,

tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut.

1. 1 tahun: 1,5 x TB lahir

2. 4 tahun: 2 x TB lahir

3. 6 tahun: 1,5 x TB setahun

4. 13 tahun: 3 x TB lahir

5. Dewasa: 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)

Page 21: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

19

Penilaian status gizi pada balita menurut DepKes RI 2007 pada umumnya

menggunakan indikator antropometri. Beberapa jenis antropometri yang dapat

digunakan dalam menilai status gizi pada balita untuk mengidentifikasi masalah

KEP, diantaranya yang sudah terkenal yaitu :

1. Berat badan menurut umur (BB/U)

2. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

4. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U).

Diantara beberapa macam indeks tersebut yang paling sering digunakan

adalah BB, TB, dan LLA. Adapun jenis antropometri yang digunakan untuk

pengukuran status gizi digunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).

Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara

gizi buruk dan infeksi paru, sehingga balita yang bergizi buruk sering mendapat

pneumonia. Disamping itu adanya hubungan antara gizi buruk dan terjadinya

campak dan infeksi virus berat lainnya serta menurunnya daya tahan tubuh balita

terhadap infeksi. ( Suntani, 2007 )

Untuk mengatasi kurang gizi pada balita memerlukan peranan dari

keluarga, para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami

problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi

anaknya. Anak-anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun

ISPA.

Page 22: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

20

2.7 Kerangka Teori

Gambar 1. Diagram Kerangka Teori Penelitian

Supartini, Y (2004)

Umur Jenis kelamin Status gizi Pemberian ASI Eksklusif Status imunisasi Berat Badan Lahir Rendah

ISPA PADA BALITA

Suntani (2010)

Umur Kepadatan hunian Status gizi Status imunisasi Vitamin A

DepKes RI (2000)

Pengetahuan Status gizi

Status Imunisasi

Vitamin C

Page 23: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

21

2.8 Kerangka Konsep

ISPA merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri maupun

virus, lebih sering terjadi pada anak berusia dibawah lima tahun (balita). Anak

balita yang menderita ISPA apabila tidak mendapat pengobatan dapat mengalami

kematian. Menurut Depkes RI (2000), Supartini Y(2004) dan Suntani (2010)

menyatakan bahwa faktor penyebab meliputi beberapa hal diantaranya

pengetahuan Ibu, Pemberian Imunisasi, Pemberian Vitamin A, dan Status Gizi, di

gambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Diagram Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan Ibu

Status Imunisasi

ISPA pada BALITA

Pemberian Vit. A

Status Gizi

Page 24: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

22

2.9 Hipotesis

Ada hubungan antara Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA dengan

kejadian ISPA pada anak Balita di Puskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya tahun

2013.

Page 25: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain cross-sectional yaitu

untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA

pada Balita berdasarkan kunjungan pasien di Puskesmas Calang Kecamatan

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukankan di Puskesmas Calang

Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya .

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 september sampai

dengan 21 september tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak

balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013 yang berjumlah 150.

Page 26: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

24

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini di lakukan dengan rumus

penentuan jumlah sampel, dapat di hitung dengan rumus Menurut Sabri

(2008) sebagai berikut :

n = Zc . P(1 − P).Nd (N − 1) + Zc . P(1 − P)n = 150(1,96) . 0,5(1 − 0,5)0.10 (150 − 1) + 1,96 . 0,5(1 − 0,5)n = 150(3,84). 0,251,49 + 0,96n = 1442.45 = 58,7n =59 Responden

keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Z = Derajat kepercayaan 95% (1,96)

d = presisi 10% (0,10)

P = Proporsi 50% (0,5)

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita

penderita ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Calang Kecamatan Krueng sabee

Page 27: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

25

Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013 yaitu sebanyak 59 orang. Sampel pada

penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Accidental sampling yaitu

mengambil responden yang kebetulan ada atau datang ke Puskesmas selama dua

minggu masa pengumpulan data.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner, untuk mencari informasi dari responden tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya, Puskesmas Calang, dan

dari Instansi lainnya serta dari referensi buku-buku perpustakaan yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional VariabelVariabel Independen

1. Variabel : PengetahuanDefinisi : Semua yang diketahui responden tentang penyakit,

penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahanISPA

Cara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : 1. Baik

2. KurangSkala ukur : Ordinal

Page 28: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

26

2. Variabel : Status Imunisasi

Definisi : Upaya yang dilakukan dengan sengajamemberikan kekebalan pada bayi atau anaksehingga terhindar dari penyakit.

Cara ukur : ObservasiAlat ukur : KMSHasil ukur : 1. Lengkap

2. tidak lengkapSkala ukur : Ordinal

3. Variabel : Pemberian Vit. A

Definisi : Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untukkesehatan mata dan meningkatkan daya tahantubuh.

Cara ukur : ObservasiAlat ukur : KMSHasil ukur : 1. Lengkap

2. tidak lengkapSkala ukur : Ordinal

4. Variabel : Status Gizi

Definisi : Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanandan penggunaan zat-zat gizi.

Cara ukur : observasiAlat ukur : KMSHasil ukur : 1. Baik

2. kurangSkala ukur : Ordinal

Variabel Dependen5. Variabel : ISPA pada Balita

Definisi : Penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifatakut dengan adanya batuk, pilek, serak, demam,yang disertai napas cepat atau sesak napas, yangberlangsung sampai 14 hari.

Cara ukur : Diagnosa DokterAlat ukur : kartu status penderitaHasil ukur : 1. ISPA

2. bukan ISPASkala ukur : Ordinal

Page 29: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

27

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Variabel Pengetahuan

a. Baik : Jika responden menjawab benar dengan nilai score ≥ 4 dari

pertanyaan

b. Kurang : Jika responden menjawab salah dengan nilai score < 4 dari

pertanyaan

3.6.2 Variabel Status Imunisasi

a. Lengkap : Bila sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B (1 kali),

BCG (1 kali), DPT-HB (3 kali), Polio (4 kali), dan Campak (1 kali)

b. Tidak lengkap : Bila tidak di imunisasi Hepatitis B (1 kali), BCG (1

kali), DPT-HB (3 kali), Polio (4 kali), dan Campak (1 kali).

3.6.3 Variabel Pemberian Vit. A

a. Lengkap: bila Vitamin A didapatkan pada bulan Februari dan

Agustus sampai dengan usia 5 tahun.

b. Tidak Lengkap: bila tidak diberikan Vitamin A pada bulan Februari

dan Agustus sampai dengan usia 5 tahun.

3.6.4 Variabel Status Gizi

a. Baik : Bila berat badan anak balita dalam KMS berada diatas atau tepat

digaris merah.

b. Kurang : Bila berat badan anak balita dalam KMS berada dibawah

garis merah.

Page 30: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

28

3.6.5 Variabel ISPA pada balita

a. ISPA : Bila anak balita mengalami gejala ISPA

b. Bukan ISPA : Bila balita tidak mengalami gejala ISPA

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Menurut purwanto (2007), cara pengolahan data terdiri dari :

a. Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner

yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan oleh

responden.

b. Trasfering yaitu menyusun total nilai variabel-variabel penulisan yang

diberikan.

c. Tabulating yaitu pengelompokan nilai responden berdasarkan kategori

yang telah dibuat untuk tiap-tiap variabel dan selanjutnya dimasukkan

kedalam tabel distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisis Data

3.7.2.1 Analisis Univariat

Analisis yang digunakan untuk melihat hasil distribusi dari setiap variabel

yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat.

3.7.2.2 Analisis Bivariat

untuk menganalisa data yang dikumpulkan menggunakan uji statistik chi-

square dengan bantuan perangkat lunak komputer pada tingkat kepercayaan 95%

(α = 0,05).

Page 31: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

29

Syarat yang berlaku pada uji chi-square yaitu :

1. Apabila bentuk tabel 2 x 2, dijumpai nilai harapan (expected value = E)

kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2. Apabila pada tabel 2 x 2 terdapat nilai E > 5 maka uji yang dipakai

sebaiknya Continuity Correction.

3. Apabila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan

uji “Pearson Chi-Square”

4. Ho diterima bila P Value < α artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

5. Ho ditolak bila P Value > α artinya tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen

Page 32: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Puskesmas Calang adalah salah satu Puskesmas yang berada di wilayah

Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Wilayah kerja Puskesmas

Calang memiliki Luas 74,35 km yang meliputi 6 desa dengan jumlah pendudukan

6.371 jiwa dengan 1.500 KK dan kepadatan penduduk rata-rata 21,2 jiwa/km yang

terdiri dari penduduk laki-laki 3.467 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak

2.904 jiwa. (Profil Puskesmas Calang).

4.1.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee

Kabupeten Aceh Jaya dari tanggal 12 sampai dengan 21 september 2013. Dari

data yang dikumpulkan terdapat 59 sampel dari populasi yang ada.

4.1.2 Analisis Univariat

4.1.2.1 ISPA pada anak Balita

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan ISPA pada Balita di PuskesmasCalang Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013

No. ISPA pada Balita Frekuensi Persentase %1. ISPA 37 62,72. Bukan ISPA 22 37,3

Jumlah 59 100%Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 59 responden yang

menderita ISPA sebanyak 37 orang (62,7%).

Page 33: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

31

4.1.2.2 Pengetahuan Ibu

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Ibu di PuskesmasCalang Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013

No. Pengetahuan Ibu Frekuensi Persentase %1. Baik 21 35,62. Kurang 38 64,4

Jumlah 59 100%Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 59 responden yang

menjadi mayoritas adalah responden yang berpengetahuan rendah yaitu 38 orang

(64,4%).

4.1.2.3 Status Imunisasi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Imunisasi pada balita diPuskesmas calang Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013

No. Status Imunisasi Frekuensi Persentase %1. Lengkap 49 83,12. Tidak Lengkap 10 16,9

Jumlah 59 100%Sumber : Data primer diolah tahun2013

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 59 responden yang

menjadi mayoritas adalah responden yang mempunyai balita dengan status

imunisasi lengkap yaitu 49 orang (83,1%).

4.1.2.4 Pemberian Vitamin A

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pemberian Vit. A pada balita diPuskesmas Calang Kabupeten Aceh Jaya tahun 2013

No. Pemberian Vit. A Frekuensi Persentase %1. Lengkap 24 40,72. Tidak lengkap 35 59,3

Jumlah 59 100%Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Page 34: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

32

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 59 responden yang

menjadi mayoritas adalah responden yang mempunyai balita dengan pemberian

Vit. A tidak lengkap yaitu 35 orang (59,3%).

4.1.2.5 Status Gizi

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Gizi pada balita diPuskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013

No. Status Gizi Frekuensi Persentase %1. Baik 9 15,32. Kurang 50 84,7

Jumlah 59 100%Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden yang

menjadi mayoritas adalah responden yang mempunyai balita dengan Status gizi

kurang yaitu 50 orang (84,7%).

4.1.3 Analisa Bivariat

4.1.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita

yang berkunjung ke puskesmas calang tahun 2013

Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

penyakit ISPA pada anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang kecamatan

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, dapat dilihat dari tabel 4.6 :

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan kejadian PenyakitISPA pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang Tahun2013

PengetahuanISPA pada Balita

Total P-valueISPA Bukan ISPAN % n %

Baik 9 42,9 12 7,8 210,039Kurang 28 23,8 10 14,2 38

Jumlah 37 22 59

Page 35: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

33

Dari data tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden, diketahui

responden yang berpengetahuan baik yaitu 21 responden yang mempunyai balita

9 balita (42,9%) diantaranya menderita ISPA, bila dibandingkan dengan

responden yang berpengetahuan kurang yaitu 38 responden diketahui yang

menderita ISPA 28 balita (23,8%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,039 yang bearti

lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian penyakit ISPA.

4.1.3.2 Hubungan Status Imunisasi dengan kejadian Penyakit ISPA pada

balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013.

Tabulasi silang hubungan antara Status Imunisasi dengan kejadian

penyakit ISPA pada anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang kecamatan

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, dapat dilihat dari tabel 4.7 :

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Status Imunisasi dengan kejadianPenyakit ISPA pada balita di Puskesmas Calang Tahun 2013

Status ImunisasISPA pada Balita

Total P-valueISPA Bukan ISPAN % N %

Lengkap 31 30,7 18 18,3 491,000Tidak lengkap 6 6,3 4 3,7 10

Jumlah 37 22 59

Dari data tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden, diketahui

responden yang mempunyai balita dengan status imunisasi lengkap yaitu 49

responden 31 balita (30,7%) diantaranya menderita ISPA, sedangkan responden

Page 36: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

34

yang mempunyai balita dengan status imunisasi tidak lengkap yaitu 10 orang dan

yang menderita ISPA 6 balita (6,3%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 1,000 yang bearti

lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian penyakit ISPA.

4.1.3.3 Hubungan Pemberian Vit.A dengan kejadian Penyakit ISPA pada

Balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013

Tabulasi silang hubungan antara Pemberian Vit.A dengan kejadian

penyakit ISPA pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang kecamatan

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, dapat dilihat dari tabel 4.8 :

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Antara Pemberian Vit.A dengan kejadianPenyakit pada balita di Puskesmas Calang ISPA Tahun 2013

PemberianVit.A

ISPA pada BalitaTotal P-valueISPA Bukan ISPA

N % n %Lengkap 10 15,1 14 8,9 24

0,013Tidak lengkap 27 21,9 8 13,1 35Jumlah 37 22 59

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden, diketahui

responden yang balitanya mendapatkan Vit.A dengan lengkap yaitu 24 responden

diantaranya 10 balita (15,1%) yang menderita ISPA, sedangkan responden yang

mempunyai balita dengan Vit.A tidak lengkap yaitu 35 orang diketahui yang

menderita ISPA 27 balita (21,9%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,013 yang bearti

Page 37: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

35

lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pemberian Vit.A dengan kejadian penyakit ISPA.

4.1.3.4 Hubungan Status Gizi dengan kejadian Penyakit ISPA pada Balita

yang berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013

Tabulasi silang hubungan antara Status Gizi dengan kejadian penyakit

ISPA pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang kecamatan Krueng

Sabee Kabupaten Aceh Jaya, dapat dilihat dari tabel 4.9 :

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Status Gizi dengan kejadian PenyakitISPA pada anak di Puskesmas Calang Tahun 2013

Status GiziISPA pada Balita

Total P-valueISPA Bukan ISPAN % n %

Baik 1 5,6 8 3,4 90,001Kurang 36 31,4 14 18,6 50

Jumlah 37 22 59

Dari data tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden, diketahui

responden yang mempunyai balita dengan status gizi baik yaitu 9 responden

diantaranya 1 (5,6%) balita menderita ISPA, sedangkan responden yang

mempunyai balita dengan status gizi kurang yaitu 50 responden yang menderita

ISPA 36 balita (31,4%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, karena nilai harapan (E) kurang dari 5 maka

nilai p-value diambil dari uji Fisher Exact Test yaitu 0,001 yang bearti lebih kecil

dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara status gizi dengan kejadian penyakit ISPA.

4.2 Pembahasan

Page 38: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

36

4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Penyakit ISPA pada balita

yang berkunjung ke puskesmas calang tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan memberi

pengaruh pada resiko penyakit ISPA. Dengan kata lain ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan penyakit ISPA pada Balita yang berkunjung ke

Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, hal ini

terlihat dengan banyaknya anak balita penderita ISPA yang sebagian besar di

derita oleh balita yang tingkat pengetahuan ibunya berada pada kategori kurang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satriyanto

(2009), pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada balita dengan persentasi

yaitu 26,67% untuk kategori baik, 30% untuk kategori kurang dengan jumlah

43,33%. Dengan kesimpulan tingkat pengetahuan yang kurang serta penyakit

ISPA dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan responden.

Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa, apabila tingkat

pengetahuan seseorang tinggi maka dapat memperbaiki sikap dan perilaku

seseorang dalam menjaga kesehatan, sehingga ia mempunyai kesadaran yang

tinggi terhadap kesehatannya sendiri maupun keluarganya, begitu pula terhadap

anak-anaknya sehingga keluarga terutama anaknya terbebas dari semua penyakit

termasuk penyakit ISPA.

4.2.2 Hubungan Status Imunisasi dengan Penyakit ISPA pada balita yang

berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian diatas didapat bahwa status imunisasi tidak

memberi pengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA. Dengan kata lain tidak ada

Page 39: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

37

hubungan antara status imunisasi dengan kejadian penyakit ISPA pada balita yang

berkunjung ke Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh

Jaya, hal ini terlihat bahwa dari 59 responden yang mempunyai status imunisasi

lengkap terdapat sebanyak 31 orang (30,7%) yang menderita ISPA dan yang

mempunyai status imunisasi tidak lengkap hanya 6 orang (6,3%) yang tidak

menderita ISPA.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Taisir (2005) di Aceh selatan

menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna status imunisasi campak

dab DPT dengan kejadian ISPA pada bayi dan balita. Hubungan status imunisasi

dengan ISPA pada balita tidak secara langsung. Kebanyakan kasus ISPA terjadi

disertai dengan komplikasi campak yang merupakan faktor risiko ISPA yang

dapat dicegah dengan imunisasi. Jadi, imunisasi campak dan DPT yang diberikan

bukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit ISPA secara

langsung, melainkan hanya untuk mencegah faktor yang memicu terjadinya ISPA.

Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa kejadian penyakit ISPA

pada anak balita tidak dipengaruhi oleh Status imunisasi melainkan oleh faktor

lain, dimana kasus ISPA pada anak balita masih tinggi dikarena Daya tahan tubuh

yang rendahlah yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak balita.

4.2.3 Hubungan pemberian Vitamin A dengan kejadian penyakit ISPA

pada Balita yang berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan bahwa pemberian Vit.A

memberi pengaruh terhadap kejadian penyakit ISPA pada balita. Dengan kata lain

ada hubungan antara pemberian Vit.A dengan kejadian penyakit ISPA pada anak

Page 40: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

38

balita di Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, hal

ini terlihat bahwa dari 59 responden 10 responden (15,1%) yang mempunyai

balita mendapatkan Vit.A lengkap menderita ISPA dan yang tidak lengkap

mendapatkan Vit.A 27 orang (21,9%) yang menderita ISPA.

Penelitian sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Surjono (2006)

tentang faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di

Purworejo Yogyakarta, bahwa sebanyak 1164 (34.9%)anak balita yang tidak

mendapatkan vitamin A. hasil analisis multivariat kategori pemberian vitamin

Amenunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian

ISPApada anak balita (p = 0,036). Artinya anak balita yang tidak mendapatkan

vitamin Amempunyai peluang 4 kali menderita ISPA dari pada anak balita yang

mendapatkan vitamin A.

Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa kapsul vitamin A sangat

mempengaruhi kesehatan anak balita, dimana kapsul vitamin A dapat memberi

daya tahan yang kuat pada tubuh balita, dimana itu dapat mencegah terjadinya

penyakit ISPA. Jadi, pemberian vitamin A harus diberikan dengan lengkap, tepat

umur dan tepat waktu.

4.2.4 Hubungan status gizi dengan kejadian penyakit ISPA pada balita

yang berkunjung ke Puskesmas Calang tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa status gizi

memberi pengaruh terhadap penyakit ISPA. Dengan kata lain ada hubungan

antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita, hal ini terlihat bahwa dari 59

responden 1 orang (5,6%) yang mempunyai balita dengan status gizi baik yang

Page 41: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

39

menderita ISPA sedangkan yang memiliki status gizi kurang 36 orang (%) yang

menderita ISPA.

Penelitian sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh nana Hoeman dkk

1996, di Klaten Jawa tengah menunjukkan bahwa status gizi yang buruk pada

anak balita memiliki resiko 2,5 kali lebih besar untuk terserang ISPA

dibandingkan dengan anak yang bergizi baik.

Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa status gizi sangat

mempengaruhi kesehatan seseorang dimana dengan mendapatkan status gizi yang

baik maka kita tidak rentan terhadap penyakit yang sering terjadi terutama pada

balita yang sangat rentan dengan penyakit. Dengan mendapat kan status gizi yang

baik anak balita tidak akan terserang penyakit ISPA.

Page 42: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Calang

Kecamatan Krueng Sabee, terhadap faktor yang berhubungan dengan penyakit

ISPA pada balita, maka penulis mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian penyakit ISPA,

dimana pengetahuan yang rendah akan berdampak pada balita untuk

terkena penyakit ISPA dengan nilai p-value 0,039 yang bearti lebih kecil

dari α-value 0,05.

2. Tidak adanya hubungan antara status imunisasi dengan penyakit ISPA

dengan p-value 1,000 yang bearti lebih besar dai α-value 0,05.

3. Adanya hubungan antara pemberian vitamin A dengan kejadian penyakit

ISPA pada balita dengan p-value 0,013 yang bearti p-value lebih kecil dari

α-value 0,05.

4. Adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit ISPA pada

balita dengan p-value 0,001 yang bearti p-value lebih kecil dari α-value

0,05.

5.2 Saran

1. Di harapkan kepada Dinas Kesehatan agar mengadakan program

pendidikan kesehatan tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) bagi masyarakat khususnya untuk Ibu-ibu.

Page 43: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

41

2. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya pihak Puskesmas agar

terus berupaya memberikan penyuluhan-penyuluhan bagi masyarakat

tentang pengertian ISPA, penyebab ISPA, bahayanya, serta cara

pencegahannya.

Page 44: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 2002. Faktor-faktor penyebab penyakit ISPA. Ditjen PPM-PLP.Jakarta.

, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA pada Balita.Riskesdas 2007. Jakarta Depkes RI (online)www.ppid.depkes.go.id. Diakses 4 agustus 2013.

, 2005. Manfaat pemberian vitamin A pada balita. Jakarta

DepKes RI, 2000. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA. Jakarta

KemenKes, 2011. Jadwal Pemberian Imunisasi . Jakarta.

Djuyoto Suntani, 2010. Infeksi saluran pernafasan akut pada bayi dan balita.Jurnal penelitian Universitas Indonesia no 2 seri b, Jakarta.

WHO, 2002. Tata Laksana Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut PadaAnak (Petunjuk Praktis Untuk Penderita Rawat Jalan ). Jenewa.

Kartono, 2006. Perilaku Manusia. ISBN. Jakarta.

Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.

__________ , 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta Jakarta

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Aceh jaya, 2013.

Laporan Bulanan Puskesmas Calang, 2013.

Almatzier. 2006. Status Gizi pada balita. EGC. Jakarta

Almatzier. 2001. Sumber zat gizi. Jakarta

Justin, 2007. Hubungan Sanitasi Rumah Tinggal Dengan Kejadian PenyakitPneumonia. Unhalu, Kendari.

Achmadi dkk, 2004. Penyebab terjadinya ISPA. Jakarta

Page 45: SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/456/1/BAB I_V.pdf · Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa balita dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa

Supartini Y, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGChttp://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-imunisasi-dasar-campak-bcg.html

Soetjiningsih, 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Asrun, 2000. Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita. Jakarta barat.

Zyefa, 2009. ISPA dan Vitamin A . Jakarta

Yayan, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumoniapada Anak Balita di Kabupaten Pekalongan. Tesis: Universitas diPonegoro, Semarang.

Taisir, 2005. Faktor –faktor yang Berhubungan dengan kejadian ISPA padaBalita di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak TuanAceh Selatan Tahun 2005. Skripsi : FKM USU Medan

Surjono, 2006. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA padabalita di Purworejo Yogyakarta. KTI.

Satriyanto, 2009. Hubungan tingkat Pengetahuan dengan kejadian ISPA padaBalita di Rumah Sakit Umum Makasar. Skripsi : FKM UNHAS.

Andriana, Dian 2011. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak.Salemba Medika. Jakarta