repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/bab i-v.docx · web viewtinjauan pustaka 2.1....

106
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini masalah yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya angka kesakitan dan kematian anak terutama pada masa perinatal. Pada hakikatnya angka kesakitan dan kematian ini dapat diupayakan pencegahan sedini mungkin, diantaranya meningkatkan pendidikan kesehatan keluarga terutama ibu. Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs). SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan 2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals (SDGs). AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 1

Upload: others

Post on 26-Mar-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar

Belakang

Saat ini masalah yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya angka

kesakitan dan kematian anak terutama pada masa perinatal. Pada hakikatnya angka

kesakitan dan kematian ini dapat diupayakan pencegahan sedini mungkin,

diantaranya meningkatkan pendidikan kesehatan keluarga terutama ibu. Data Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan penurunan Angka Kematian

Bayi (AKB) masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs). SDKI

2012 menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan

2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals

(SDGs). AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013).

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari

2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR

umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat

mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat

menggangu kelangsungan hidupnya (Rukiyah Yeyeh,2010).

BBLR disebabkan karena bayi lahir sebelum waktunya atau usia kelahiran

belum mencapai 9 bulan, bayi lahir cukup bulan tetapi pertumbuhan ketika dalam

kandungan tidak baik karena ibu kurang gizi, kurang darah, sering sakit, banyak

merokok bekerja berat. Akibat jika BBLR tidak segera ditangani mudah meninggal.

1

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

2

Dampak dari BBLR yaitu; lemah dan mudah kedinginan karena lapisan lemak

bawah kulitnya sangat tipis, cepat lelah, sering tersedak pada waktu menyusu dan

malas mengisap, mudah terkena penyakit, mudah terkena gangguan pernapasan .

(Vivian, 2011).

Menurut Wiknjosastro (2010), factor-faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya persalinan BBLR adalah faktor ibu, faktor janin, faktor sosial ekonomi

yang rendah, kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.

Dampak dari kejadian BBLR yaitu Kematian perinatal (lahir mati, kematian

neonatus), Lingkar kepala kecil, Retardasi mental, Paralisis serebral, Kesulitan atau

ketidak mampuan dalam belajar, Berefek ke penglihatan atau pendengaran, Berefek

neurologispertumbuhan dan perkembangan janin yang terganggu (terhambat)

(Sriyanti, 2010).

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2010), Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) dapat disebabkan boleh beberapa factor yaitu penyakit ibu antara lain

Toksemia gravidarum, pendarahan partum, trauma fisik dan psikologis nefritis akut,

diabetes militus, usia ibu <16 tahun, usia ibu >35 tahun dan multigravida yang jarak

kelahirannya terlalu dekat.

Berdasarkan data dari provinsi Aceh Angka Kematian Bayi sebesar 52 /

1.000 Kelahiran Hidup, namun program percepatan penurunan AKI dan AKB terus

diupayakan untuk mencapai target pembangunan Millenium Development Golds

(MDGs). Target Millenium Development Golds (MDGs) 2030. AKI ditekan menjadi

102 per 100.000 kelahiran hidup. AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013).

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

3

Angka kematian ibu di Aceh tahun 2013 adalah 359/100.000 kelahiran

hidup dan angka kematian bayi sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup, namun

program percepatan penurunan AKI dan AKB terus diupayakan untuk mencapai

target pembangunan SDGs (SDKI (2013).

Rekapan Dinas Kesehatan Aceh Barat angka kejadian BBLR 120 kasus

pada tahun 2014 dan 175 kasus pada tahun 2015. Angka kematian bayi tahun 2015

sebanyak 21/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus pada tahun 2015 sebanyak

90 kasus diantaranya 61 kasus neonatal dan 29 kasus bayi. Data tersebut di peroleh

dari rekapan seluruh Puskesmas di Aceh Barat (Dinkes Aceh Barat, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh pada tahun 2014 jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR)

sebanyak 175 orang sedangkan pada tahun 2015 jumlah berat bayi lahir rendah

(BBLR) yaitu 116 orang, berdasarkan hal tersebut menunjukkan jumlah bayi berat

lahir rendah (BBLR) mengalami penurunan pada tahun 2015 walaupun bukan

penurunan yang signifikan namun setidaknya jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR)

sudah berkurang, namun hal ini masih menjadi masalah bagi Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh yang harus segera ditangani, adapun data

jumlahn ibu yang melahirkan dari bulan Januari sampai Juli dengan klasifikasi

Januari sebanyak 138, Februari sebanyak 131, Maret sebanyak 127, April sebanyak

150, Mei sebanyak 156, Juni sebanyak 166, Juli sebanyak 184 (RSUD Cut Nyak

Dhien Meulaboh, 2016).

Berdasarkan survey pendahuluan yang penulis lakukan terhadap 4 ibu

hamil yang dirawat di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

4

Dhien Meulaboh, ibu hamil tersebut mengaku tidak mengetahui tentang bahayanya

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) kemudian ibu tersebut juga mengaku tidak tau

cara mencegah terjadinya BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah).

Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor Penyebab

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah

secara umum yaitu bagaimanakah Faktor Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini secara umum apakah ada hubungan antara faktor ibu,

faktor janin, faktor sosial ekonomi, faktor kebiasaan, dan pekerjaan yang melelahkan

atau merokok dengan Faktor Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat

Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut:

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

5

1. Untuk mengetahui hubungan Perdarahan Antepartum yang terhadap BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus yang terhadap BBLR (Berat

Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

3. Untuk hubungan usia ibu terhadap BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

4. Untuk mengetahui hubungan golongan sosial ekonomi yang rendah terhadap

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

5. Untuk mengetahui hubungan Ibu yang terpapar asap rokok terhadap

terjadinya BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

1.4 Hipotesis

Ha : Adanya hubungan perdarahan antepartum dengan penyebab BBLR (Berat

Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Ha : Adanya hubungan diabetes mellitus dengan penyebab BBLR (Berat Bayi

Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

6

Ha : Adanya hubungan usia ibu dengan penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Ha : Adanya hubungan sosial ekonomi dengan penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Ha : Adanya hubungan ibu yang terpapar asap rokok dengan penyebab BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti sebagai masukan untuk menambah wawasan tentang Faktor

Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai salah

satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan perpustakaan

yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara

teori dengan praktek yang sesungguhnya di lapangan khusunya tentang

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

7

Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai Faktor Penyebab BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan pengetahuan Tentang BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah).

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Faktor Resiko

2.1.1.Pengertian

Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang

tampak pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit (Sriyanti,

2010).

Namun secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi tersendiri, yaitu

karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang

mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru

berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat) (Sriyanti,

2010).

Setiap faktor resiko memiliki korelasi tetapi korelasi tidak dapat

membuktikan hukum sebab-akibat yang mungkin muncul. Metode statistik

seringkali digunakan untuk menilai kekuatan sebuah asosiasi dan untuk memberikan

bukti kausal , contoh yang paling sederhana adalah dalam studi tentang hubungan

antara merokok dan kanker paru-paru. Analisis statistik bersama dengan pendekatan

dalam bidang biologi dan medik dapat menetapkan faktor risiko penyebab. Beberapa

memilih term faktor risiko sebagai penentu penyebab meningkatnya angka penyakit,

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

9

meski kaitan ini belum terbukti disebut risiko, asosiasi, dan lain-lain (Sriyanti,

2010).

2.1.2. Klasifikasi

Secara umum, faktor resiko terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antara lain:

a. Faktor genetik

b. Jenis kelamin

c. Usia

2. Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain:

a. Kebiasaan buruk

b. gaya hidup

c. pola makan

2.2. Konsep BBLR

2.2.1. Pengertian

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa

memandang masa kehamilan. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) (Prawirohardjo, 2008).

Bayi baru lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2449 gram) (Saifudin, 2011 ).

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram

(Jitowiyono, dkk, 2010).

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

10

Berat Badan Lahir Rendah Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan

memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.

(Hidayat, 2008).

Jadi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) tanpa memandang masa

kehamilan (Gestasi).

2.2.2. Klasifikasi

Menurut Saifuddin (2011) BBLR dibedakan dalam :

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram

3. Bayi berat lahir ektrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram

Menurut Saifuddin (2011) Bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongan

yaitu :

1. Prematuritas Murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau bisa di sebut Neonatus Kurang

Bulan Sesuai dengan Masa Kehamilannya (NKB-SMK ).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi yang Kecil untuk Masa Kehamilanya (KMK).

2.2.3. Etiologi

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

11

Menurut Pantiawati Ika (2012), faktor-faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya persalinan BBLR adalah :

1. Faktor Ibu :

a. Penyakit

1) Toksemia Gravidarum

Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan) ialah segala penyakit

kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria sampai pada

tahap terparah yaitu kejang yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai

akhir minggu pertama setelah persalinan. Dan merupakan penyebab kematian

terbesar pada ibu hamil (Ika, 2012).

2) Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah

kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi

pada kehamilan sebelum 22 minggu (Ika, 2012).

3) Trauma fisik dan psikologis

Trauma adalah tekanan / perlukaan yang ditimbulkan baik oleh benda

tajam maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu

sendiri.yang dapat berdampak pada trauma secara fisik ataupun psikis (Ika,

2012).

4) Nefritis akut

Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat

infeksi kuman umumnya bakteri streptococcus. Akibat nefritis ini

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

12

seseorang akan menderita uremia atau edema. Uremia adalah masuknya

kembali urine (C5H4N4O3) dan urea ke dalam pembuluh darah sedangkan

edema adalah penimbunan air di kaki karena terganggunya reabsorpsi air.

Nefritis akut banyak diderita oleh anak-anak dan remaja yang disebabkan

oleh infeksi penyakit menular (Ika, 2012).

5) Diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula

darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes

mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon

insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah

meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun

jangka panjang pada pasien tersebut (Ika, 2012).

b. Usia Ibu

1) Usia < 16 Tahun

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,

emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan

kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya

rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya (Ika,

2012).

2) Usia > 35 Tahun

Tidak semua pasangan beruntung untuk langsung dikaruniai oleh

momongan sesaat setelah melangsungkan pernikahan. Ada beberapa

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

13

pasangan yang baru merasakan kehamilan pada saat usia-usia yang justru

merupakan saat dimana seorang wanita akan mendekati masa penurunan

kesuburan , yaitu usia diatas 35 tahun. Ya, saat ini merupakan salah satu

fenomena yang menarik, dimana banyak terjadi seorang wanita yang

berusia diatas 35 tahun saat ini mengalami proses kehamilan. Dari segi

medis dan juga kedokteran hal ini tergolong wajar, karena selama seorang

wanita belum mencapai masa menopause, maka kehamilan mungkin saja

masih dapat terjadi (Ika, 2012).

3) Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat

Terlalu Dekat Jarak Kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu

dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim ibu

belum pulih, waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang (Ika,

2012).

c. Keadaan sosial

1) Golongan sosial ekonomi rendah

Faktor sosial ekonomi yang rendah sangat berpengaruh terhadap

Berat Bayi Lahir Rendah. Faktor sosial ekonomi yaitu menyangkut

keadaan sosio-ekonomi keluarga tersebut, tingkat pendidikan, teknologi,

budaya, sifat aktivitas pekerjaan ibu, hubungan keluarga, dukungan

psikologis suami selama hamil, dan stres lingkungan. Keadaan ini sangat

berperan terhadap timbulnya prematuritas. kejadian tertinggi terdapat pada

golongan sosial ekonomi yang rendah. UMP (Upah Minimum Provonsi) ≥

2100.000. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

14

pengawasan antenatal yang kurang. Pada keadaan sosial ekonomi yang

rendah tentu sangat mempengaruhi berat badan lahir rendah dikarenakan

apabila seseorang termasuk ekonomi bawah maka orang tersebut tidak

mampu memenuhi kebutuhan gizi yang baik bagi kehamilannya. Nutrisi

yang buruk dimulai dari pertumbuhan janin dlam rahim akan

mempengaruhi seluruh siklus kehidupan. Hal ini memperkuat resiko

terhadap kerusakan generasi masa depan yaitiu dengan berat badan lahir

rendan dan stunting. Selain itu keadaan ekonomi rendah berpengaruh keada

praktek pemberian makanan pada janin berpengaruh pula pada praktek

pemeli haraan kesehatan dan sanitasi linkungan yang akhirnya

mempengaruhi daya beli dan asupan makan untuk memenuhi kebutuhan

akan pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap

penyakitinfeksi yang kesemuanya berakibat pada pertumbuhan janin (Ika,

2012).

2) Perkawinan yang tidah sah

Pergaulan di kalangan remaja dan anak muda sekarang sudah sangat

mengkhawatirkan. Tidak sedikit di antara mereka yang terjebak dalam

pergaulan bebas yang diakibatkan salah satunya penyalah gunaan

penggunaan fasilitas teknologi seperti internet. Sehingga tidak heran jika

banyak remaja yang masih usia sekolah datang ke Pengadilan Agama

untuk mengajukan dispensasi kawin karena harus secepatnya menikah

demi status anak yang ada dalam kandungan hasil dari perbuatan zina (Ika,

2012).

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

15

d. Sebab lain

1) Ibu yang perokok

Bahaya dan dampak buruk rokok bagi ibu hamil dan dan janin perlu

untuk diketahui. Karena memang bahaya merokok bagi kesehatan

kehamilan dan kesehatan janin tidaklah sedikit jumlahnya. Dalam sebuah

penelitian dan studi didapatkan hasil bahwasannya bayi-bayi yang lahir

dari ibu yang merokok dalam masa kehamilan harus berhadapan dengan

berbagai keterlambatan dalam perkembangan saraf, dan dampaknya

mungkin jauh lebih besar dibandingkan perkiraan para ahli selama ini, Dan

hal ini juga tidak berbeda dengan studi terbaru bahwa wanita yang

merokok selama Kehamilan kemungkinan besar akan mempunyai anak

dengan gangguan perilaku (Ika, 2012).

2) Ibu peminum alkohol

Hasil penelitian membuktikan bahwa mengonsumsi minuman

beralkohol dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan kecacatan pada bayi.

Meski begitu, belum ada penelitian yang berhasil membuktikan apakah

mengonsumsi sedikit minuman keras juga berdampak sama kepada janin.

Karena belum ada penelitian yang bisa membuktikan jumlah alkohol yang

“aman” inilah, maka agak sulit untuk menentukan seberapa banyak jumlah

alkohol yang bisa dikonsumsi semasa hamil. Menentukan jumlah alkohol

yang diperbolehkan dikonsumsi oleh ibu hamil juga sama sulitnya karena

tiap wanita memiliki kadar resistansi yang berbeda-beda. Jika enzim

pemecah alkohol di dalam tubuh rendah, maka alkohol akan berada di

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

16

dalam darah cukup lama, yaitu dengan kata lain akan berbahaya bagi bayi

(Ika, 2012).

3) Ibu pecandu narkotik

Tubuh seorang wanita yang sedang hamil tentu mengalami perubahan

hormonal yang akan mempengaruhi semua sistem pertahanan tubuhnya.

Sudah selayaknya bagi ibu hamil semua kebutuhan baik makanan bergizi,

istirahat cukup dan keseimbangan emosional dijaga Akibat konsumsi

narkoba ibu hamil menjadi lengah, ia tidak memperhatikan asupan

makanan bergizi bagi bayi, pola istirahat tidur juga terganggu (insomia),

kecemasan dan ketegangan emosi meningkat terlebih bila kehamilan tidak

dikehendaki. Terjadi komplikasi lanjut akibat perubahan hormon dan

ketegangan mental ibu hamil, antara lain mual dan muntah berlebihan,

kekuarangan cairan( dehidrasi) bisa mengancam setiap saat. Ibu hamil

pecandu narkoba menjadi kurang bertanggungjawab dalam

memperhatikan kebersihan diri maupun mengupayakan latihan fisik yang

sehat sebagai seorang ibu hamil. Ibu hamil menjadi tidak konsentrasi dan

berisiko tinggi mengalami cedera setiap saat (Ika, 2012).

2. Faktor Janin

a. Hidramnion

air ketuban sangatlah penting bagi kehamilan, khususnya bagi

perkembangan janin. Air ketuban melindungi janin saat berusia 12 hari

setelah terjadi pembuahan. Di saat minggu-minggu awal kehamilan air

ketuban ini berasal dari persedian air dalam tubuh si ibu. Setelah mencapai 12

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

17

minggu, air ketuban ini dipenuhi sebagian besar dari air kencing sang bayi.

Air ketuban menjaga bayi dalam janin agar selalu aman dan juga membantu

perkembangan bayi. Cairan inilah yang dihirup sebagai udara oleh sang bayi

dan makanan mereka selama dalam rahim dengan adanya cairan ini juga

memungkinkan bayi untuk bergerak dimana kegiatan ini akan membantu

perkembangan otot dan tulangnya. Air ketuban akan terus bertambah sampai

usia kandungan mencapai 28 – 32 minggu, setelah itu selama 37 – 40 minggu

jumlah cairan akan stabil. Namun hati-hatilah jika jumlah air ketuban pada

kandungan Anda berlebihan. Kelebihan air ketuban atau biasa disebut

Polyhydramnion atau hydramnion, dapat menyebabkan kelahiran prematur,

permasalahan dengan tali pusat sang bayi, pendarahan hebat pada sang ibu

setelah melahirkan, perkembangan bayi yang lamban sampai dengan

kematian pada sang bayi. Hydramnion terjadi pada 3% kehamilan dan bisa

didiagnosa setelah 16 minggu. Untuk keadaan normal air ketuban sebanyak 1-

2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-

5 liter (Ika, 2012).

b. Kehamilan ganda

Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan

tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat.

Pada umumnya, kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin.

Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar

memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang

memuaskan bagi ibu dan janin. Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

18

dengan paritas ibu. Dari angka 9,8 per 1000 persalinan untuk primipara

frekuensi kehamilan kembar naik sampai 18,9 per 1000 untuk oktipara.

Keluarga tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi kembar,

walaupun pemindahan sifat heriditer kadang-kadang berlangsung secara

paternal, tetapi biasanya hal itu disini terjadi secara maternal dan pada

umumnya terbatas pada kehamilan dizigotik Kehamilan ganda dalah

kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak diketemukan obat-obatan dan

cara induksi ovulasi (Ika, 2012).

c. Kelainan kromosom

Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan Anak perempuan berusia

15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu

keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih

dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-

eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan

rendah atau bayi kurang gizi, Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih

rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim

serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko

memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down)

semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa

dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai

kromosom janin. Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat

badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari

usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

19

badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat

sampai 30%, Sebaliknya seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan

bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya

diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Seorang wanita yang

memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul

yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi

untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil

(Ika, 2012).

3. Faktor Lingkungan

a. Tempat tinggal yang dataran tinggi

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Pediatrics

menyatakan bahwa ketinggian tempat dan sudut kemiringan (elevasi) tempat

tinggal seorang wanita ketika hamil dapat mempengaruhi perkembangan otak

janin. Hal ini terjadi akibat adanya penurunan aliran darah karena

berkurangnya oksigen di tempat yang lebih tinggi bayi yang tinggal di daerah

pegunungan yang lebih tinggi, lebih mungkin memiliki nilai tes mental yang

buruk. "Tetapi kebanyakan wanita hamil dapat menyesuaikan kondisi tersebut

dengan mengkompensasi jumlah oksigen yang tidak banyak dengan cara

meningkatkan jumlah sel darah merah pembawa oksigen. Sehingga

ketinggian tempat tinggal tidak begitu mempengaruhi perkembangan mental

anak, Ibu hamil yang tinggal di dataran tinggi perlu melakukan segala

kemungkinan untuk memaksimalkan sirkulasi darah selama kehamilannya

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

20

dengan menjaga tekanan darah tetap stabil, makan makanan yang bergizi dan

cukup istirahat (Ika, 2012).

b. Radiasi

Rontgen atau sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik

yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet.

Tetapi sinar X memiliki panjang gelombang yang sangat pendek, karena itu

sinar X memiliki kemampuan untuk menembus benda-benda. Hal tersebut

dimanfaatkan dalam dunia kedokteran untuk suatu pencitraan diagnostik,

yaitu pemeriksaan yang menghasilkan gambar tubuh manusia untuk suatu

tujuan diagnostik. Tetapi dalam dosis berlebih, sinar X dapat mengakibatkan

berbagai kerusakan organ, mulai dari yang ringan seperti kebotakan, kuku

rapuh, hingga yang mematikan, seperti kanker. Lalu bagaimana dampaknya

terhadap kehamilan? Pada prinsipnya, dampak radiasi terhadap janin

tergantung pada 2 faktor utama, yaitu tahap perkembangan janin dan dosis

radiasi yang diberikan. - Minggu ke-3 hingga minggu ke-8 kehamilan,

merupakan fase pembentukan organ pada janin, sehingga paparan radiasi

bahkan pada dosis yang sangat rendah (0,1 Gray atau 10 Rad) pun, dapat

menyebabkan abortus maupun cacat bawaan. Kelainan yang ditimbulkan

tergantung pada sistem organ yang sedang dibentuk pada saat terjadinya

radiasi. - Minggu ke-8 hingga minggu ke-15 kehamilan, merupakan fase

pembentukan sistem saraf pusat pada janin. Sehingga apabila terjadi paparan

radiasi dengan dosis > 30 Rad (0,3 Gray) pada fase ini, dapat mempengaruhi

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

21

kecerdasan (tingkat intelektual) janin. - Setelah minggu ke-16, janin menjadi

lebih kebal terhadap paparan radiasi, tetapi tetap tidak boleh melebihi dosis

tertentu. Kesimpulannya, sinar X (rontgen) yang diberikan selama usia

kehamilan kurang dari 4 bulan, dapat menimbulkan cacat pada janin. Seiring

dengan bertambahnya usia kehamilan, risiko cacat pada janin juga semakin

berkurang. Tetapi apabila pemeriksaan radiologis tidak dapat terelakkan,

sebaiknya dipertimbangkan modalitas lain yang lebih aman dan tidak

menimbulkan ionisasi seperti sinar X, misalnya dengan Ultrasonografi

(menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi) ataupun MRI (Magnetic

Resonance Imaging) sehingga dapat memberikan manfaat maksimal bagi ibu

dan juga meminimalkan dampak negatif bagi janin (Ika, 2012).

c. Zat-zat racun

Ibu hamil memang diharuskan untuk memberikan perhatian ekstra

terhadap kehamilan dari segi asupan nutrisi, kegiatan sehari-hari dan bahkan

kesehatan lingkungan. Ibu hamil harus menghindari hal-hal yang bisa

memberikan dampak negatif terhadap kehamilan. Salah satunya yaitu

menghindari paparan zat kimia berbahaya karena bisa menyebabkan janin

keracunan. Paparan zat kimia yang mencemari lingkungan baik itu kontak

secara langsung atau tidak langsung sebisa mungkin harus dihindari. Bahaya

zat kimia bagi kehamilan memang sangat fatal yaitu beresiko terhadap

kelahiran prematur, cacat janin dan bahkan kematian pada janin (Ika, 2012).

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

22

2.2.4 Kerangka Konsep

1. Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22

minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan

sebelum 22 minggu (Ika, 2012).

2. Diabetes

Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan

penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin, zat

yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bisa pula karena adanya gangguan pada

fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal (Ika, 2012).

3. Usia Ibu

Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama

setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam pankreas yang

memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya umur (Ika, 2012).

4. Golongan sosial ekonomi rendah

Lingkungan ekonomi merupakan lingkungan hidup yang abstrak kemiskinan

merupakan lingkungan yang sangat membahayakn kesehatan manusia (Jasmani,

rohani, jiwa dan sosial). Karena miskin orang tidak dapat memenuhi kebutuhan

akan makanan yang sehat yang akan melemahkan daya tahan tubuhnya, sehingga

mudah terserang suatu penyakit. Bahkan karena kekurangan makan itu sendiri

dapat menyebabkan orang menjadi sakit seperti BBLR (Ika, 2012).

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

23

5. Ibu Yang Perokok

Bahaya dan dampak buruk rokok bagi ibu hamil dan dan janin perlu untuk

diketahui. Karena memang bahaya merokok bagi kesehatan kehamilan dan

kesehatan janin tidaklah sedikit jumlahnya. Dalam sebuah penelitian dan studi

didapatkan hasil bahwasannya bayi-bayi yang lahir dari ibu yang merokok dalam

masa kehamilan harus berhadapan dengan berbagai keterlambatan dalam

perkembangan saraf, dan dampaknya mungkin jauh lebih besar dibandingkan

perkiraan para ahli selama ini, Dan hal ini juga tidak berbeda dengan studi

terbaru bahwa wanita yang merokok selama Kehamilan kemungkinan besar akan

mempunyai anak dengan gangguan perilaku (Ika, 2012).

2.2.5 Diagnosis

Menurut Wiknjosastro (2010 ) gambaran umum bayi BBLR mempunyai

karakteristik :

1. Berat badan kurang dari 2500 gram

2. Panjang badan kurang dari 45 cm

3. Lingkaran dada kurang dari 30 cm

4. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm

5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6. Kepala relative lebih besar

7. Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang

8. Sering tampak peristaltik usus.

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

24

9. Tangisan lemah dan jarang.

10. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas)

11. Otot hipotonik lemah

12. Ekstrimitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.

13. Kepala tidak mampu tegak

14. Pernapasan sekitar 40 sampai 50 kali per menit

15. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit

2.2.6 Komplikasi

Menurut Wiknjosastro (2010) komplikasi dari BBLR adalah :

1. Suhu yang tidak stabil oleh karena sulit mempertahankan suhu tubuh yang

disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan

lemak di bawah kulit ; permukaan tubuh yang relative lebih luas dibandingkan

dengan berat badan , otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh

karena lemak cokelat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengatur suhu

yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulakan penyakit berat pada BBLR.

Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, otot pernapasan yang masih

lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (Plieable thorax). Penyakit

membran hialin dan aspirasi pneumoni, di samping itu sering timbul pernapasan

periodik (periodic breathing) dan apnea yang di sebabkan oleh pusat

pernapasan di medulla belum matur.

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

25

3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi : distensi abdomen akibat dari

molitas usus berkurang, volume lambung yang berkurang, sehinga waktu

pengosongan lambung bertambah, sehinga daya untuk mencernakan dan

mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa

mineral tertentu berkurang, kerja dari sfigter kardioesofagus yang belum

sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esophagus dan

mudah terjadi aspirasi.

4. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinea dan defisiensi vitamin K.

5. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produk urine

yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan

air tubuh dan elektrolit dari bahan denagn akibat mudahnya terjadi oedema dan

asidosis metabolik.

6. Perdarahan mudah terjadi karena pembulu darah yang rapuh (flagile),

kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, faktor VII, dan faktor

Christmas.

7. Gangguan imunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relativ belum sangup

membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan

masih belum baik.

8. Perdarahan intraventikuler : lebih dari 50% bayi prematur menderita

perdarahan intraventrikuler. Hal ini di sebabkan oleh karena bayi prematur

sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindron gangguan pernapasan.

Akibat bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

26

menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke

otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada

bayi prematur, sehinga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah

kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar

ventrikel lateralis antara nekleus kaudatau dan ependin. Luasnya perdarahan

intraventriuler ini dapat di diagnosis dengan USG.

2.2.7 Dampak

Baik disebabkan oleh BBLR sebagai berikut :

1. Kematian perinatal (lahir mati, kematian neonatus)

2. Lingkar kepala kecil

3. Retardasi mental

4. Paralisis serebral

5. Kesulitan atau ketidak mampuan dalam belajar

6. Berefek ke penglihatan atau pendengaran

7. Berefek neurologispertumbuhan dan perkembangan janin yang terganggu

(terhambat) (Sriyanti, 2010).

2.2.8 Pencegahan

Menurut Manuaba (2006) dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat

badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara:

1. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

27

2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan

dan persalinan preterm

3. Memberi nasehat tentang :

a. Gizi saat hamil

b. Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal

c. Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera

melakukan konsultasi.

d. Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit

ibu dapat diketahui dan diawasi/diobati

Menurut Erlina (2008) pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat dilakukan

diantaranya:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang

diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR

harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan

yang lebih mampu.

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin dalam

kandunganya dengan baik.

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu reproduksi

sehat (20-34 tahun).

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

28

4. Perlu dukungan sektor lain yang terikat untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat

meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi

ibu selama hamil.

2.2.9 Penanganan

1. Menurut Wiknjosastro (2010) penatalaksaan BBLR adalah:

a. Pengaturan Suhu Badan Bayi

Bayi prematuritas mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila

berada di linggkungan yang dingin. Kehilangan panas di sebabkan oleh

permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan

berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan

lemak cokelat (brow fat). Oleh karena itu, bayi harus dirawat didalam

incubator. Bila bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35˚C. bila

inkubator tidak ada, bungkus bayi dan letakan botol-botol hangat

disekitarnya atau pasang lampu patromaks didekatnya.

b. Makanan bayi

Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna,

kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan masih kurang,

sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/hari dan kalori 110 kal/kg/hari, agar

berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada

waktu bayi berumur 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap

cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehinga pemberian

minum sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang sering. Bila daya

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

29

isapnya kurang maka ASI dapat di peras dan diminumkan dengan sendok

perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan

cairan yang diberikan 60ml/kg/hari dan setiap hari dinaikan sampai

200ml/kg/hari.

2. Menurut Saifuddin (2011) penatalaksanaan Bayi BBLR :

a. Mempertahankan suhu dengan intensif

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubunya

harus dipertahankan dengan intensif.

b. Mencegah infeksi dengan intensif

BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip – prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

c. Mengawasi nutrisi / ASI

Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian

nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

d. Penimbangan dengan teliti

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi

dan erat kaitanya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan

berat badan harus dilakukan dengan teliti.

3. Menurut Jitowiyono, dkk (2010) Penatalaksanaan BBLR adalah :

a. Membersikan jalan nafas (caranya lihat pada perawatan bayi normal)

b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat (Lihat perawatan bayi

normal)

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

30

c. Membersikan badan bayi dengan kapas dan baby oil/ minyak (Lihat

perawatan bayi normal).

d. Memberikan obat mata.

e. Membungkus bayi dengan kain hangat.

f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah

(hal – hal yang di kaji lihat keadaaan yang di jumpai bagian 3).

g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :

1) Membungkus bayi dengan mengunakan selinut bayi yang di hangatkan.

2) Menidurkan bayi di dalam inkubator buatan yaitu dapat di buat dari

penghangat dan buli – buli panas atau botol yang di isi air panas.

3) Suhu lingkungan bayi yang harus di jaga :

a) Kamar dapat masuk sinar matahari.

b) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi

hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan

konveksi.

c) Badan harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya

evaporasi.

h. Pemberian nutrisi yang adekuat :

1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi

sedikit.

2) Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI diberikan melalui

sendok atau pipet.

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

31

3) Apabila bayi belum ada reflex menghisap dan menelan harus dipasang

slang penduga / sendok fooding.

i. Mengajarkan ibu/ orang tua cara :

1) Membersikan jalan nafas

2) Mempertahankan suhu tubuh

3) Mencegah terjadinya infeksi

4) Perawatan bayi sehari – hari

j. Menjelaskan kepada ibu (orang tua)

1) Pemberian ASI

2) Makanan bergizi bagi ibu

3) Mengikuti program KB sesegera mungkin.

k. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan

atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk kerumah sakit.

Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah

sakit.

4. Menurut (Purnamaningrum, 2010) :

Berbagai masalah klinis yang dihadapi BBLR disebabkan karena belum

maturnya organ-organ, untuk itu diperlukan perhatian dan perawatan khusus

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Ada empat prinsip dalam

perawatan BBlR, yaitu menjaga bayi tetap berwarna merah muda, menjaga bayi

tetap hangat, memenuhi kebutuhan makan dan munum, serta pencegahan infeksi

:

a. Jaga bayi tetap berwarna merah muda

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

32

1) Pemberian oksitosin

Ekspansi paru-paru yang buruk merupakan masalah serius bagi

bayi preterem sebagai akibat jaringan paru-paru yang kurang

berkembang yaitu tidak adanya alveoli dan suffaktan.

Pemberian oksigen untuk bayi ini harus dikendalikan dengan

seksama karena konsentrasi yang tinggi dalam masa yang panjang akan

menyebabkan timbulnya kerusakan pada jaringan retina bayi sehingga

menimbulkan kabutaan yang dikenal dengan istilan fibroplasi

retrolental. Konsentrasi oksigen yang dianjurkan adalahs ekitar 30-

35%cdan untuk menjamin dipertahankannya maka harus dilakukan

pengujian secara teratur.

Oksigen hanya diperlukan bila bayi mengalami sianosis dan

kesulitan bernafas. Oksigen diberikan dengan aliran rendah untuk

membuat bayi tetap berwarna merah muda (kurang lebih 0,5 liter/

menit dan tidak boleh lebih dari 10 liter/menit).

2) Pencegahan terjadi apnoe

Apnoe umum terjadi pada bayi dengan umur gestasi kurang dari

32 minggu sehingga diperlukan alat untuk memonitor apnoe bila

tersedia. Dapat juga diberikan aminophyllin.

b. Jaga kehangatan tubuh bayi

Pemeliharaan suhu tubuh merupakan aspek yang paling penitng

dalam manajemen BBLR. Seseorang bayi akan berkembang secara

memuaskan bila suhu rectal dipertahankan antara 35,5°C-37°C. semakin

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

33

kecil bayi maka lebih rendah suhu rektalnya. Dengan bertambahnya berat

badan dan membaiknya kondisi umum maka akan ditemukan juga

kestabilan yang lebih besar dari suhu tubuhnya. Ketahanan hidup BBLR

lebih besar bila mereka dirawat dalam atau dekat dengan lingkungan panas

netralnya. Mereka harus diasuh dalam suatu lingkungan dimana suhu

normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal.

Tetapi juga tidak diinginkan untuk meningkatkan suhu tubuh secara cepat

karena dapat mengarah pada timbulnya hiperpireksia yang berkaitan

dengan adanya peningkatan kecepatan metabolism dan peningkatan

kebutuhan akan oksigen. Untuk pemeliharaan suhu tubuh BBLR dapat

dimasukkan dalam incubator, radian warmer atau isolette. Pada dasarnya

incubator merupakan suhu internal yang konstan dengan menggunakan

thermostat. Bila dirawat dalam incubator bayi dalam keadaan terlanjang.

Sementara itu incubator dibersihkan setiap hari. Desinfektan seperti savlon

dpaat digunakan untuk melap bagian dalam.

Didaerah beriklim panas, incubator atau tempat tidur bayi dengan

pamanas tidak diperlukan. Selimut dan kantong atau pemanas sudah

mencukupi. Di daerah dataran tinggi seharusnya ruang bayi dilengkapi

dengan dinding atau langit-langit yang dapat mempertahankan temperature.

Bayi diselimuti dan dipakaikan topi. Bila menggunakan botol pemanas,

letakkan botol yang berisi air hangat dikanan kiri tubuhnya, tetapi jaga

jangan sampai botol-botol tersebut menyentuh tubuh karena kulitnya

mudah terbakar. Bungkuslah botol-botol tersebut dengan selimut atau

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

34

handuk. Setiap tiga jam, buanglah air separuhnya untuk diganti dengan air

yang masih panas. ukurlah suhu rektal setiap hari. Jika suhunya lebih dari

38°c, kurangi botolnya, atau ganti airnya lebih jarang. Selain itu dengan ibu

mendekap bayinya adalah cara yang paling aman yang sekarang lebih

dikenal dengan istilah kangaroo mother care (KMC) dimana terjadi kontak

secara langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu.

KMC dapat menurunkan risiko regurgitasi dan aspirasi,

menurunkan apnoe daan infeksi, mempercepat hubungan antara ibu dan

bayi serta meningkatkan laktasi. Bila KMC tidak dapat dilakukan, bayi

seharusnya dirawat dalam penghangat dengan matras yang bisa diisi air

ataupun selimut elektrik dengan transformator (Shann And Vince, 2003).

Prinsip metode KMC adalah menggantikan perawatan bayi baru

lahir dalam incubator dengan meniru kangguru. Ibu bertindak sebagai

kangguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu

bayi stabil dan optimal (36,5° - 37,5°c). bayi yang dapat bertahan dengan

cara ini adalah yang keadaan umumnya baik, suhu tubuhnya stabil dan

mampu menetek. Metode ini dihentikan jika bayi telah mencapai bobot

minimal 2500 g dan suhu tubuh optimal 37°c dan bayi bisa menetek kuat

(Luize, 2003).

c. Memenuhi kebutuhan makan dan minum

Pada BBLR terutama preterm terdapat kesukaran makan

berhubungan dengan adanya otot lidahdan palatum yang lemah demikian

juga perkembangan susunan saraf yang tidak lengkap, yaitu reflex

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

35

menghisap dan menelan yang lemah. Pada kehidupan minggu pertama,

kebutuhan metebolik dari bayi premature rendah karena sementara terjadi

penyesuaian terhadap kehidupan pascanatal. Selama minggu keduaterhadap

peningkatan cepat dalam kebutuhan akan makanan. Prinsip utama dalam

pemberian makanan bayi premature adalah memasukkan secara hati-hati

dan sedikit demi sedikit. Pemberian makanan secara dini sesuai kebutuhan

dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemi dan

hiperbilirubinemia yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi

preterm.

d. Pencegahan terhadap infeksi

Bayi premature maupun KMK mengalami kenaikan kerentanan

terhadap infeksi yang berkaitan dengan sistem imun yang belum matur. Hal

ini dikaitkan dengan sistem imun yang belum matur. Hal ini dikaitkan

dengan konsentrasi igG serum sebagai mekanisme yang bermakna ternyata

cukup rendah. Hal ini dikarenakan igG ibu ditransfer sacara aktif pada

trimester akhir. Telah dibuat suatu dalil bahwa konsentrasi igG neonatal

yang rendah ini mencerminkan fungsi plasenta yang buruk yang berakibat

pertumbuhan janin intrauteri yang buruk maupun peningkatan risiko

infeksi postnatal Klaus And Farvarof, 1998 dalam Luize (2003).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi,

antara lain:

1) Jauhkan dari bayi lain, keluarga (kecuali ibu) atau dengan kata lain

adalah menghindari kepenuhsesakan.

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

36

2) Jangan ijinkan orang yang terinfeksi menyentuh bayi.

3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

4) Anjurkan ibu untuk merawat bayinya sendiri sehingga lebih sedikit

infeksi silang yang terjadi.

5) Berikan ASI.

6) Menjaga kebersihan tubuh bayi.

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

37

2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan Teori Pantiawati Ika (2010) landasan teoritis dapat di

gambarkan sebagai berikut :

1. Faktor Ibu :a. Penyakit

1) Toksemia Gravidarum2) Perdarahan Antepartum3) Trauma fisik dan psikologis4) Nefritis akut5) Diabetes mellitus

b. Usia Ibu1) Usia < 15 Tahun2) Usia > 35 Tahun3) Multigravida yang jarak

kehamilannya terlalu dekatc. Keadaan sosial

1) Golongan sosial ekonomi rendah2) Perkawinan yang tidah sah

d. Sebab lain 1) Ibu yang terpapar asap rokok2) Ibu peminum alcohol3) Ibu pecandu narkotik

2. Faktor Janina. Hidramnionb. Kehamilan gandac. Kelainan kromosom

3. Faktor Lingkungana. Tempat tinggal yang dataran tinggib. Radiasic. Zat-zat racun

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Page 38: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

38

Gambar 2.1 Kerangka teori

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan Kerangka teoritis maka kerangka konsep dapat digambarkan

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Pendarahan antepartum

Diabetes melitus

Usia ibu

Sosial ekonomi

Ibu yang terpapar asap rokok

Page 39: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain atau rancangan penelitian bisa diartikan suatu proses analisis dan

pengumpulan data penelitian. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan

cross-sectional yaitu penelitian yang menggunakan analisis data yang berbentuk

numerik/angka (Hendryadi dan Suryani, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Faktor Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Waktu Penelitian

dilaksanakan pada tanggal 23 September sampai 9 Oktober tahun 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Page 40: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

40

Menurut Setiadi (2013), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian

yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang

melahirkan di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat pada bulan Agustus jumlah 143.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Jumlah

sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Setiadi, 2013) yaitu :

n = N

1+N (d2)

Keterangan :

N= Besar populasi

n = Besar sampel

d =Presisi atau ketepatan atau batas toleransi (0,1)

n = 143

1+143(0,12)

=143

1+143(0,01)

=143

1+1.43

=1432.43

= 58.84

Page 41: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

41

= 59

Jumlah sampel yang di peroleh dari perhitungan yaitu, 59 orang. Agar

setiap pasien mendapatkan kesempatan yang sama, maka untuk sampel setiap

pasien diundi berdasarkan purposive sampling, dengan kriteria sampel :

1. Ibu yang melahirkan pada bulan September.

2. Ibu yang dirawat di ruang rawat inap kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien

Meulaboh

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan secara wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner tentang Faktor Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang bersumber dari Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Dinas Kesehatan Aceh Barat, Perpustakaan,

Website dan literatur lainnya.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.2. Definisi Operasional

No

Variabel DefinisiCara Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independent

Page 42: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

42

1. Perdarahan Antepartum

Perdarahan yang dialami ibu sebelum 22 minggu

Wawancara

Koesioner

1. Perdarahan Antepartum

2. Tidak Perdarahan Antepartum

interval

2. Diabetes Melllitus

Meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah ibu

Wawancara

Koesioner

3. Diabetes Melllitus

4. Tidak Diabetes Melllitus

Ordinal

3. Usia Ibu 20 sampai 35 dan > 35 tahun

Umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua

Wawancara

Kuesioner

1. Beresiko2. Tidak

beresiko

Ordinal

4. Sosial ekonomi

kelompok ekonomi yang menunjang kehidupan

Wawancara

Kuesioner

1. ≥2.100.00002. <2.100.0000 (Kemenkes, 2015)

UMP

5. Terpapar asap rokok

Ibu yang dalam kesehariannya terpapar oleh asap rokok

Wawancara

Kuesioner

1. Terpapar2. Tidak

terpapar

Ordinal

6. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa

Observasi Rekam Medis

1. BBLR2. BBLN

Ordinal

Page 43: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

43

memandang masa kehamilan.

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Perdarahan Antepartum

Untuk penelitian Perdarahan Antepartum adalah :

a. Untuk Perdarahan Antepartum jika nilai responden ≥ 1

b. Untuk tidak Perdarahan Antepartum jika nilai responden< 1

3.6.2 Diabetes Mellitus

Untuk penelitian Diabetes Mellitus adalah :

a. Untuk Diabetes Mellitus jika nilai responden ≥ 1

b. Untuk tidak Diabetes Mellitus jika nilai responden< 1

3.6.3 Usia Ibu

Untuk penelitian Usia Ibu adalah :

a. Untuk Usia Ibu beresiko jika nilai responden ≥1

b. Untuk Usia Ibu tidak beresiko jika nilai responden <1

3.6.4 Sosial Ekonomi

Untuk penelitian sosial ekonomi adalah :

a. Untuk sosial ekonomi ≥ UMP jika nilai responden ≥1

b. Untuk sosial ekonomi < UMP jika nilai responden <1

3.6.5 Ibu Yang Terpapar Asap Rokok

Untuk penelitian ibu yang terpapar asap rokok adalah :

Page 44: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

44

a. Untuk ibu yang terpapar asap rokok jika nilai responden ≥1

b. Untuk ibu yang terpapar asap rokok tidak baik jika nilai responden <1

3.6.6 BBLR

Untuk penelitian BBLR adalah :

a. Untuk BBLR jika berat bayi ≤ 2500 gram ≥1

b. Untuk tidak BBLN jika berat bayi > 2500 gram <1

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan computer

dengan tahapan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):

1. Editing yaitu memeriksa semua kuesioner yang sudah diisi oleh responden,

apabila ada yang belum lengkap segera dilengkapi

2. Coding yaitu pemberian kode, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan

3. Entry Data yaitu memasukkan data kedalam program komputer

4. Cleaning yaitu Pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi.

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Page 45: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

45

Analisa Bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan

hubungan variabel tabulasi silang guna melihat hubungan antara variabel bebas dan

veriabel terikat, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Sguare (X2) pada tingkat

kemaknaan 95% (0,05). Persamaan rumus perhitungan Chi-Sguare adalah sebagai

berikut :

X2 =∑(0−E )2

E

Keterangan :

X2 = Nilai Chi-Sguare

O = Nilai Observasi

E = Nilai Ekspektasi.

Dasar dari uji kai kuadrat (Chi-Sguare) adalah membandingkan frekuensi yang

diamati dengan frekuensi yang diharapkan, jika perbedaan antara pengamatan

dengan yang diharapkan (O-E), apakah perbedaan itu cukup berarti (bermakna) atau

hanya karena faktor variasi sampel.

Kesimpulan dari uji statistik ini adalah:

1. Apabila hasil uji didapat P value > α = 0,05 berarti tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen

2. Apabila hasil uji tersebut didapat P value < α = 0,05 bearti ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Ketentuan chi square (x2) :

Jika tabelnya lebih dari 2x2 maka yang digunakan adalah person chi square.

Jika nilai harapan lebih kecil dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher’s Exactest.

Page 46: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

46

Jika nol cell (0%), tidak terdapat nilai £ < 5 maka yang digunakan Continuity

Corection (Budiarto, 2002).

Menurut Dahlan (2012) ukuran kekuatan hubungan bisa dilihat dengan

menggunakan odds rasio (OR), yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(a.b)OR =

(b.c)Langkah- langkah uji hipotesis dan memperoleh nilai OR dengan

menggunakan komputerisasi yaitu sebagai berikut:

a. Buka file data rasioodds

b. Klik analyze

c. Klik descriptives statistics

d. Klik crosstabs

e. Masukan syok kedalam column

f. Masukan hepatomegali kedalam row (s)

g. Klik kotak statistic, pilih chi square disebalah kiri atas dan risk dikanan

bawah

h. Klik kotak cell, pilih column pada percentages

i. Klik continue dan OK

Interfensi hasil OR adalah sebagai berikut (Sastroasmoro dan Ismael, 2013)

1. Bila nilai rasio pravalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor

risiko tidak ada hubungan dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia

bersifat netral.

Page 47: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

47

2. Bila risiko pravalens > 1 dan rentang interval kepercayaan mencakup angka

1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya

penyakit.

3. Bila nilai rasio pravalens < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak

mencakup angka 1, berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif,

bukan faktor risiko.

4. Bila nilai interval kepercayaan rasio pravalens mencakup angka 1, maka

berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai

rasio pravalensnya = 1. Ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat

disimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor risiko

atau faktor protektif.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan

terdiri dari Poliklinik Umum, Poliklinik Spesialis dan Poliklinik Gigi dan rawat inap

terdiri dari Ruang Rawat Bedah, Ruang Rawat Anak, Ruang Rawat Penyakit Dalam,

Ruang Rawat Kebidanan, Ruang Rawat VIP, ICU, Zaitun, Syaraf, dan Ruang Rawat

Page 48: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

48

Kelas Utama. Disamping itu juga tersedia Pelayanan IGD 24 jam, Pelayanan

tindakan operasi dan persalinan dan perawatan jiwa (zaitun) serta fasilitas penunjang

lainnya.

4.1.3 Batas Wilayah

Adapun batas-batas Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

adalah :

a. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sekolah MIN/MANPK

b. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jalan Sisingamangaraja

c. Sebelah Selatan : Berbatasan perumahan Dokter

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan jalan Gajah Mada

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antara

variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.

1. Umur Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden

dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 49: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

49

No Umur Frekuensi %

1 19-35 tahun 28 47.462 36-54 tahun 31 52.543 >55 tahun 0 0

Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.1menjelaskan bahwa mayoritas responden berumur 36-54 tahun

sebanyak 31 responden (52.54%), sedangkan minoritas berumur 19-35 tahun

sebanyak 28 responden (47.46%).

2. Pendidikan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

No Pendidikan Frekuensi %1 SD 3 5.092 SMP 9 15.263 SMA 28 47.464 D3 5 8.475 S1 14 23.72Total 59 100Sumber: data primer 2016

Page 50: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

50

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa mayoritas responden yang berpendidikan SMA

sebanyak 28 responden (47.46%) sedangkan minoritas responden yang

berpendidikan SD sebanyak 3 responden (5.09%).

3. Pekerjaan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan responden

dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

No Pekerjaan Frekuensi %1 Honorer 10 16.952 IRT 40 67.803 PNS 6 10.174 Swasta 3 5.08Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan IRT

sebanyak 40 responden (67.80 %) sedangkan minoritas responden memiliki

pekerjaan Swasta sebanyak 3 responden (16.95%).

4. Pendarahan Antepartum

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pendarahan

antepartum dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Pendarahan Antepartum Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

No Pendarahan Antepartum Frekuensi %1 Tidak Ada Perdarahan 27 45.8

Page 51: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

51

2 Perdarahan Antepartum 32 54.2Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa responden yang memiliki tidak memiliki

riwayat pendarahan antepartum sebanyak 27 responden (45.8%) sedangkan yang

memiliki riwayat pendarahan antepartum sebanyak 32 responden (54.2%).

5. Diabetes Mellitus

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Diabetes Mellitus

dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Faktor Diabetes Mellitus Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat..

No Diabetes Mellitus Frekuensi %1 Tidak DM 29 49.22 DM 30 50.8Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa responden yang memiliki riwayat Tidak DM

tidak ada sebanyak 29 responden (49.2%) sedangkan yang memiliki riwayat DM ada

sebanyak 30 responden (50.8%).

6. Usia Ibu

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan usia ibu dapat dilihat

pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Faktor Usia Ibu Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

No Usia Ibu Frekuensi %

Page 52: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

52

1 Tidak beresiko 26 44.12 Beresiko 33 55.9Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.6 menjelaskan bahwa responden yang memiliki usia ibu tidak

beresiko sebanyak 26 responden (44.1%) sedangkan yang memiliki usia ibu

beresiko sebanyak 33 responden (55.9%).

7. Sosial Ekonomi

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan sosial Ekonomi

dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Faktor Sosial Ekonomi Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

No Sosial Ekonomi Frekuensi %1 ≥ UMP 28 47.52 < UMP 31 52.5Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden yang memiliki ≥ UMP sebanyak 28

responden (47.5%) sedangkan yang memiliki sosial ekonomi < UMP sebanyak 31

responden (52.5%).

8. Ibu Yang Terpapar Asap Rokok

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan ibu yang terpapar

asap rokok dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Yang Terpapar Asap Rokok Penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 53: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

53

No Ibu yang Terpapar Asap Rokok Frekuensi %1 Terpapar 26 44.12 Tidak Terpapar 33 55.9Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa responden yang memiliki riwayat terpapar

asap rokok sebanyak 26 responden (44.1%) sedangkan yang tidak terpapar asap

rokok sebanyak 33 responden (55.9%).

9. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan BBLR dapat dilihat

pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Faktor BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

No BBLR Frekuensi %1 BBLN 24 40.72 BBLR 35 59.3Total 59 100Sumber: data primer 2016

Tabel 4.9 menjelaskan bahwa responden yang memiliki riwayat BBLN

sebanyak 24 responden (40.7%) sedangkan yang memiliki riwayat BBLR sebanyak

35 responden (59.3%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan dengan

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue< 0,05.

a. Perdarahan Antepartum

Page 54: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

54

Tabel 4.10. Faktor Penyebab Pendarahan Antepartum Yang Berhubungan Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Perdarahan Antepartum BBLN BBLR Total pvalue

n % n % f ORTidak Perdarahan 22 81.5 5 18.5 27 100 0,000 66.000Perdarahan 2 6.2 30 93.8 32 100Sumber:data primer 2016

Tabel 4.10 menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan tidak adanya

pendarahan antepartum sebanyak 81.5%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat pendarahan

antepartum ada sebanyak 93.8%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

pendarahan antepartum dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil OR 66.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak

memiliki riwayat pendarahan antepartum memiliki peluang terhindar dari BBLR

(Berat Badan Lahir Rendah) sebesar 66.000 kali dibandingkan responden yang

memiliki riwayat pendarahan antepartum Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

b. Diabetes Mellitus

Tabel 4.11. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan

Page 55: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

55

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Diabetes mellitus BBLN BBLR Total pvalue

n % n % f ORTidak DM 22 75.9 7 24.1 29 100 0,000 44.000DM 2 6.7 28 93.3 30 100Sumber:data primer 2016

Tabel 4.11 menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan adanya DM

sebanyak 75.9%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah) dengan memiliki riwayat DM sebanyak 93.3%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

Diabetes Mellitus dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat

Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat.

Dari hasil OR 44.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak

memiliki riwayat diabetes melitus memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat

Badan Lahir Rendah) sebesar 44.000 kali dibandingkan responden yang memiliki

riwayat diabetes mellitus Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

c. Usia Ibu

Tabel 4.12. Faktor Penyebab Usia Ibu yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Usia Ibu BBLN BBLR Total pvalue

Page 56: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

56

n % n % f ORTidak beresiko 20 76.9 6 24.1 26 100 0,000 24.167beresiko 4 6.7 29 93.3 33 100Sumber:data primer 2016

Tabel 4.12 menjelaskan bahwa yang memiliki berat badan bayi BBLN

dengan usia tidak beresiko sebanyak 76.9%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan riwayat usia ibu sebanyak 93.3%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

usia ibu dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

Dari hasil OR 24.167 dapat disimpulkan bahwa responden yang usia ibu

tidak beresiko memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

sebesar 24.167 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

d. Sosial Ekonomi

Tabel 4.13. Faktor Penyebab Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Sosial Ekonomi BBLN BBLR Total pvalue

n % n % f OR≥ UMP 21 75.0 7 25.0 28 100 0,000 28.000< UMP 3 9.7 28 90.3 31 100Sumber:data primer 2016

Page 57: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

57

Tabel 4.13menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan sosial ekonomi

baik sebanyak 75.0%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah) dengan sosial ekonomi kurang baik sebanyak 90.3%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

sosial ekonomi dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

Dari hasil OR 28.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang sosial

ekonomi baik memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

sebesar 28.000 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

e. Ibu Yang Terpapar Asap Rokok

Tabel 4.14.Faktor Penyebab Ibu yang Terpapar Asap Rokok yang Berhubungan dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Ibu Yang TerpaparAsap Rokok BBLN BBLR Total pvalue

n % n % f ORTerpapar 21 80.8 5 19.2 26 100 0,000 42.000Tidak terpapar 3 9.1 30 90.9 33 100Sumber:data primer 2016

Page 58: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

58

Tabel 4.14 menjelaskan bahwa yang memiliki BBLN dengan terpapar asap

rokok sebanyak 80.8%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat tidak terpapar asap rokok sebanyak 90.9%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara ibu

yang terpapar asap rokok dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil OR 42.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki

riwayar tidak merokok memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah) sebesar 42.000 kali dibandingkan responden yang memiliki riwayat

terpapar asap rokok Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

4.3 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Faktor Penyebab

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

4.3.1 Pendarahan Antepartum

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki BBLN

dengan tidak adanya pendarahan antepartum sebanyak 81.5%, sedangkan yang

memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat

pendarahan antepartum ada sebanyak 93.8%.

Page 59: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

59

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

pendarahan antepartum dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil OR 66.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak

memiliki riwayat pendarahan antepartum memiliki peluang terhindar dari BBLR

(Berat Badan Lahir Rendah) sebesar 66.000 kali dibandingkan responden yang

memiliki riwayat pendarahan antepartum Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22

minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum

22 minggu (Ika, 2012). Pendarahan antepartum ada kaitannya dengan BBLR (Berat

Badan Lahir Rendah) karena ibu yang hamil dengan riwayat perdarahan antepartum

akan mempengaruhi asupan nutrisi pada janin, darah yang keluar diawal kehamilan

akan mengurangi jumlah nutrisi ke janin yang disalurkan lewat plasenta.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa Faktor pendarahan

antepartum Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

tergolong mayoritas ada, yaitu mereka rata-rata memiliki riwayat pendarahan

antepartum dan diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan BBLR tetapi ibu

tidak memiliki riwayat perdarahan antepartum dan berdasarkan hasil pengamatan

peneliti hal ini terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti sosial ekonomi yang

Page 60: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

60

menyebabkan ibu dalam masa kehamilan jarang mengkonsumsi makanan yang dapat

membantu pertumbuhan janin.

Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Risna Juliarti dan

Sulistyaningsih (2013) dimana didapat hasil bahwa Pvalue= 0,001 sehingga adanya

hubungan yang signifikan antara Faktor pendarahan antepartum Penyebab BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah) mayoritas ibu yang memiliki riwayat pendarah

antepartum memiliki resiko BBLR.

4.3.2 Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki berat badan

bayi normal dan tidak memiliki riwayat DM sebanyak 75.9%, sedangkan yang

memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan memiliki riwayat DM

sebanyak 93.3%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

Diabetes Mellitus dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat

Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat.

Dari hasil OR 44.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak

memiliki riwayat diabetes meliitus memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat

Badan Lahir Rendah) sebesar 44.000 kali dibandingkan responden yang memiliki

riwayat diabetes mellitus Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 61: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

61

Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan

penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin, zat

yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bisa pula karena adanya gangguan pada

fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal (Ika, 2012). Diabetes Mellitus ada

kaitannya dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) karena ibu yang hamil dengan

riwayat Diabetes Mellitus akan mempengaruhi metabolisme yang akan disalurkan ke

janin karena Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan fungsi metabolism

disebabkan kurangnya produksi insulin.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa faktor diabetes mellitus

Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tergolong

mayoritas memiliki riwayat DM dan diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan

BBLR tetapi ibu tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan berdasarkan hasil

pengamatan peneliti hal ini terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti radiasi

yang berdasarkan pengamatan peneliti ibu mengaku selama kehamilan sering

terpapar dengan radiasi USG dimana selama kehamilan ibu sangat antusias dengan

kehamilannya dan melakkan USG sebanyak sebulan kali.

Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Sagung Adi Sresti

Mahayana, Eva Chundrayetti dan Yulistini (2012) dimana didapat hasil bahwa

Pvalue= 0,001 sehingga adanya hubungan yang signifikan antara diabetes mellitus

dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) mayoritas ibu yang memiliki riwayat

diabetes mellitus memiliki resiko BBLR.

4.3.3 Usia Ibu

Page 62: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

62

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki berat badan

bayi normal dan dan memiliki usia tidak beresiko sebanyak 76.9%, sedangkan yang

memiliki riwayat bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan memiliki riwayat DM

sebanyak 93.3%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

usia ibu dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

Dari hasil OR 24.167 dapat disimpulkan bahwa responden yang usia ibu

tidak beresiko memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

sebesar 24.167 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

Usia < 16 Tahun Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat.

Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan

kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa

penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya (Ika, 2012).

Usia > 35 Tahun Tidak semua pasangan beruntung untuk langsung dikaruniai

oleh momongan sesaat setelah melangsungkan pernikahan. Ada beberapa pasangan

yang baru merasakan kehamilan pada saat usia-usia yang justru merupakan saat

dimana seorang wanita akan mendekati masa penurunan kesuburan, yaitu usia diatas

35 tahun. Ya, saat ini merupakan salah satu fenomena yang menarik, dimana banyak

Page 63: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

63

terjadi seorang wanita yang berusia diatas 35 tahun saat ini mengalami proses

kehamilan. Dari segi medis dan juga kedokteran hal ini tergolong wajar, karena

selama seorang wanita belum mencapai masa menopause, maka kehamilan mungkin

saja masih dapat terjadi. Usia ibu ada kaitannya dengan BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah) karena ibu yang hamil dengan usia yang beresiko akan mempengaruhi

keadaan janin, dengan keadaan yang resiko tinggi maka ibu akan dapat menambah

factor resiko terjadi kegawatan dalam kandungkan akibat dari rahim yang terlalu

muda dan tua.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa faktor usia ibu Penyebab

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tergolong mayoritas

memiliki usia yang beresiko, dimana usia ibu banyak yang tergolong terlalu mudah

dan terlalu tua, diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan BBLR tetapi ibu tidak

memiliki usia yang beresiko dan berdasarkan hasil pengamatan peneliti hal ini

terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti trauma fisik, ibu mengaku diawal

kehamilannya ibu mengalami trauma fisik, ibu pernah jatuh saat mengendarai

sepeda motor yang menyebabkan saat itu ibu harus dirawat.

Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Ismi Trihardiani dan Niken

Puruhita (2009) dimana didapat hasil bahwa Pvalue= 0,001 sehingga adanya

hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

mayoritas ibu yang memiliki usia terlalu muda dan terlalu tua memiliki resiko

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dimana dengan usia yang rentan mempengaruhi

ibu dalam menjaga asupan makanan bagi bayi.

Page 64: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

64

4.3.4 Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki BBLN

dengan sosial ekonomi baik sebanyak 75.0%, sedangkan yang memiliki riwayat

bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan sosial ekonomi kurang baik

sebanyak 90.3%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

sosial ekonomi dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rawat Inap

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

Dari hasil OR 28.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang sosial

ekonomi baik memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

sebesar 28.000 kali dibandingkan responden yang memiliki usia ibu beresiko Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

Faktor sosial ekonomi yang rendah sangat berpengaruh terhadap Berat Bayi

Lahir Rendah. Faktor sosial ekonimi yaitu menyangkut keadaan sosio-ekonomi

keluarga tersebut, tingkat pendidikan, teknologi, budaya, sifat aktivitas pekerjaan

ibu, hubungan keluarga, dukungan psikologis suami selama hamil, dan stres

lingkungan. Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas . kejadian

tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan

oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Pada

keadaan sosial ekonomi yang rendah tentu sangat mempengaruhi berat badan lahir

Page 65: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

65

rendah dkarenakan apabila seseorang termasuk ekonomi bawah maka orang tersebut

tidak mammpu memenuhi kebutuhan gizi yang baik bagi kehamilannya. Nutrisi

yang buruk dimulai dari pertumbuhan janin dlam rahim akan mempengaruhi seluruh

siklus kehidupan. Hal ini memperkuat resiko terhadap kerusakan generasi masa

depan yaitiu dengan berat badan lahir rendan dan stunting. Selain itu keadaan

ekonomi rendah berpengaruh keada praktek pemberian makanan pada janin

berpengaruh pula pada praktek pemeli haraan kesehatan dan sanitasi linkungan yang

akhirnya mempengaruhi daya beli dan asupan makan untuk memenuhi kebutuhan

akan pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap

penyakitinfeksi yang kesemuanya berakibat pada pertumbuhan janin (Ika, 2012).

Faktor sosial ekonomi ada kaitannya dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

karena ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah tentu akan kesulitan untuk

mencapai nutrisi yang cukup untuk dirinya dan bayi maka secara otomatis akan

mempengaruhi perkembangan janin.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa faktor sosial ekonomi

Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tergolong

mayoritas memiliki sosial ekonomi kurang baik, dimana sosial ekonomi

mempengaruhi kehamilan dan diantaranya ada ibu yang bayinya lahir dengan BBLR

tetapi ibu tidak memiliki riwayat sosial ekonomi yang tidak baik dan berdasarkan

hasil pengamatan peneliti hal ini terjadi karena ada faktor pemicu lainnya seperti

Diabetes Mellitus, ibu mengaku sering diet makanan dikarenakan Diabetes Mellitus.

Page 66: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

66

Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Dian Alya dan Cut Sriyanti

(2013) dimana didapat hasil bahwa Pvalue= 0,001 sehingga adanya hubungan yang

signifikan antara sosial ekonomi dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

mayoritas ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah atau kurang baik memiliki

kemungkinan memiliki asupan makanan yang kurang yang dikhawartirkan asupan

gizi bagi anak kurang cukup.

4.3.5 Ibu yang terpapar asap rokok

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki BBLN

dengan terpapar asap rokok sebanyak 80.8%, sedangkan yang memiliki riwayat bayi

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan memiliki riwayat tidak terpapar asap

rokok sebanyak 90.9%.

Dari hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih kecil dari α =

0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara ibu

yang terpapar asap rokok dengan terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di

Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil OR 42.000 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki

riwayar tidak merokok memiliki peluang terhindar dari BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah) sebesar 42.000 kali dibandingkan responden yang memiliki riwayat

terpapar asap rokok Di Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Bahaya dan dampak buruk rokok bagi ibu hamil dan dan janin perlu untuk

diketahui. Karena memang bahaya merokok bagi kesehatan kehamilan dan

Page 67: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

67

kesehatan janin tidaklah sedikit jumlahnya. Dalam sebuah penelitian dan studi

didapatkan hasil bahwasannya bayi-bayi yang lahir dari ibu yang merokok dalam

masa kehamilan harus berhadapan dengan berbagai keterlambatan dalam

perkembangan saraf, dan dampaknya mungkin jauh lebih besar dibandingkan

perkiraan para ahli selama ini, Dan hal ini juga tidak berbeda dengan studi terbaru

bahwa wanita yang merokok selama Kehamilan kemungkinan besar akan

mempunyai anak dengan gangguan perilaku (Ika, 2012). Ibu yang terpapar asap

rokok ada kaitannya dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) karena ibu yang

hamil dengan terpapar asap rokok menghirup zat kimia berbahaya seperti zat nikotin

yang terkandung didalam rokok makan akan mempengaruhi perkembagan janin dan

saraf janin sehingga menyebabkan janin sulit berkembang.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa faktor ibu yang terpapar

asap rokok Penyebab BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Di Rawat Inap Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

tergolong mayoritas memiliki riwayat kurang baik, di mana zat yang terkandung

dalam rokok dalam mempengaruhi kehamilan diantaranya ada ibu yang bayinya

lahir dengan BBLR tetapi ibu tidak memiliki riwayat paparan asap rokok dan

berdasarkan hasil pengamatan peneliti hal ini terjadi karena ada faktor pemicu

lainnya seperti tempat tinggal yang bverada terlalu jauh yang menyebabkan ibu

jarang memeriksakan perkembangan kehamilannya dan ibu jarang membeli

makanan yang bergizi dikarenakan jarak yang jauh.

Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Rahmi, Dian Sidik Arsyad

dan Rismayanti (2013) dimana didapat hasil bahwa Pvalue= 0,001 sehingga adanya

Page 68: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

68

hubungan yang signifikan antara perokok dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

mayoritas ibu yang memiliki riwayat perokok aktif atau tidak baik memiliki resiko

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 69: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

69

5.1 Kesimpulan

1. Dari penelitian menunjukkan hasil ada hubungan antara faktor pendarahan

antepartum dengan penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dimana hasil

PValue (0,000) <α (0,05), OR= 66.000.

2. Dari penelitian menunjukkan hasil ada hubungan antara faktor diabetes mellitus

dengan penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dimana hasil PValue (0,000)

<α (0,05), OR= 44.000.

3. Dari penelitian menunjukkan hasil ada hubungan antara faktor usia ibu dengan

penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dimana hasil PValue (0,000) <α

(0,05), OR= 24.167.

4. Dari penelitian menunjukkan hasil ada hubungan antara faktor sosial ekonomi

dengan penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dimana hasil PValue (0,000)

<α (0,05), OR= 28.000.

5. Dari penelitian menunjukkan hasil ada hubungan antara faktor ibu yang

terpapar asap rokok dengan penyebab BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

dimana hasil PValue (0,000) <α (0,05), OR= 42.000.

5.1 Saran

1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh agar membantu bayi BBLR hingga kondisinya stabil.

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan agar dapat bekerjasama dengan Rumah

Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh agar mengetahui frekuensi

kelahiran normal dan abnormal serta dapat membantu mengatasi masalah

kelahiran yang terjadi.

Page 70: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1125/1/BAB I-V.docx · Web viewTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Faktor Resiko 2.1.1. Pengertian Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan,

70