repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/bab i-v.docx · web viewjunianto (2003), menyatakan...

48
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun mata lele (Lemna minor) adalah tumbuhan air tawar tanaman air terapung, dengan satu, dua atau tiga daun masing-masing dengan akar tunggal menggantung di dalam air, seperti daun lebih tumbuh, tanaman membelah dan menjadi individu yang terpisah. Akar panjang 1-2 cm. Daun oval, 1-8 mm panjang dan 0,6-5 mm luas, berwarna hijau muda, dengan tiga (jarang lima) pembuluh darah, dan ruang udara kecil untuk membantu flotasi. Tumbuhan ini mudah menyebar, dan bunga yang jarang diproduksi, ketika diproduksi mereka sekitar 1 mm diameter, dengan skala membran berbentuk cangkir yang berisi bakal biji tunggal dan dua benang sari. Benih 1 mm, berusuk dengan 8-15 rusuk. Daun mata lele merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan unggas (bebek), tumbuhan yang kaya protein dan lemak. Peran burung juga penting dalam penyebaran spesies ke situs baru. Akar yang lengket

Upload: others

Post on 12-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun mata lele (Lemna minor) adalah tumbuhan air tawar tanaman air

terapung, dengan satu, dua atau tiga daun masing-masing dengan akar tunggal

menggantung di dalam air, seperti daun lebih tumbuh, tanaman membelah dan

menjadi individu yang terpisah. Akar panjang 1-2 cm. Daun oval, 1-8 mm

panjang dan 0,6-5 mm luas, berwarna hijau muda, dengan tiga (jarang lima)

pembuluh darah, dan ruang udara kecil untuk membantu flotasi. Tumbuhan ini

mudah menyebar, dan bunga yang jarang diproduksi, ketika diproduksi mereka

sekitar 1 mm diameter, dengan skala membran berbentuk cangkir yang berisi

bakal biji tunggal dan dua benang sari. Benih 1 mm, berusuk dengan 8-15 rusuk.

Daun mata lele merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan unggas

(bebek), tumbuhan yang kaya protein dan lemak. Peran burung juga penting

dalam penyebaran spesies ke situs baru. Akar yang lengket memungkinkan

tanaman untuk terbawa oleh kaki burung sementara burung terbang dari satu

kolam ke kolam lain.

Daun mata lele mudah didapat disekekitar kita, tumbuhan ini tumbuh dan

berkembang dengan cepat. Daun mata lele dapat dijadikan tepung dan kemudian

diolah menjadi pakan untuk ikan.

Ikan Nila merupakan salah satu disukai oleh kalangan karena mudah

dipelihara, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan serta rasa daging yang enak dan

tebal. Tekstur daging Ikan Nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam

dagingnya.

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

2

Untuk meningkatkatkan produksi, maka kita juga harus meningkatkatkan

kualitas pakan sebagai sumber protein. Penambahan vitamin dan probiotik untuk

meningkatkkan tingkat pertumbuhan ikan nila sudah sering dilakukan yaitu

dengan cara dicampur dengan pakan. Cara ini membutuhkan biaya untuk

pembelian vitamin dan probiotik, maka diperlukan suatu zat campuran yang

hemat dan ramah lingkungan. Daun mata lele (Lemna minor) adalah hijauan air

yang tumbuh di sawah atau dikolam sehingga mudah diperoleh terutama didaerah

tropis. Daun mata lele mengandung protein yang tinggi sehingga dapat

menggantikan peran tepung ikan dalam hal pembuatan pakan ikan. Daun mata

lele sudah sering digunakan untuk makanan tambahan bebek, kambing dan lembu.

Oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai nilai protein dan pertumbuhan

ikan nila menggunakan pakan subsitusi tepung daun mata lele.

1.2. Perumusan Masalah

Usaha dibidang perikanan budidaya semakin berkembang, berbagai

teknologi dan inovasi dilahirkan untuk dapat mengembangkan sektor perikanan

budidaya. Salah satunya untuk meningkatkan atau mempercepat pertumbuhan

ikan dengan biaya yang murah. Mata lele (Lemna minor) merupakan tanaman

kaya protein yang dapat menjadi solusi mempercepat pertumbuhan ikan nila

dengan biaya yang murah.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung

daun mata lele terhadap pertumbuhan benih ikan nila Gesit.

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

3

1.4. Manfaat Penelitian

a. Dapat dijadikan acuan dalam usaha budidaya ikan nila yang lebih baik.

b. Pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi.

1.5. Hipotesis Penelitian

Penambahan ekstrak daun mata lele (Lemna minor) dalam pakan dapat

meningkatkan laju pertumbuhan ikan nila gesit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nila Gesit (Oreochromis niloticus)

Secara biologis klasifikasi ikan nila gesit adalah sebagai berikut:

Kelas Osteichthyes, sub-kelas Acanthoptherigii, ordo Percomorphi, sub

ordo Percoidea, famili Cichlidae, genus Oreochromis, spesies Oreochromis

niloticus (Cahyano B, 2002).

Gambar 1. Ikan Nila Gesit (BBPBAT, 2012)

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

4

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh

memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal

dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada

tahun 2000 SM. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua

yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin,

ikan nila tidak dapat hidup baik.

Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal

seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara

resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui

masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di

seluruh Indonesia.

2.1.1. Morfologi

Ikan nila merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perbedaan

salinitas yang cukup besar, sehingga ikan ini dapat beradaptasi di air tawar dan air

payau. Dari segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu

lebar tubuhnya lebih kecil daripada panjang tubuh. Berdasarkan jenis siripnya,

ikan nila memiliki sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), sirip anal

(anal fin), sirip perut (vebtral fin), dan sirip dada (pectoral fin). Sedangkan

kelengkapan sirip Linea lateralis adalah lengkap tidak terputus. Maksudnya garis

yang dibentuk oleh pori-pori ikan nila pada siripnya ada dan tidak terputus

(Affandi et. al. 1992).

2.1.2. Habitat

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

5

Nila merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan

tawar yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya

tambak. Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air

yang lunak serta caing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti

Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal.

Pada perairan umum anakan nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal.

Sedangkan Nila dewasa di tempat yang lebih dalam. Nila dewasa mampu

mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan bantuan lender (mucus)

dalam mulut (Suyanto, 2003).

2.1.3. Kebiasaan Makan

Secara umum berbagai jenis spesies ikan nila hidup dan berkembang biak

di air tawar. Berdasarkan klasifikasi konsumsi makanannya, ikan nila termasuk

jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segalanya. Dari mulai jenis tumbuhan

hingga sejenisnya pun bisa dimakan. Akan tetapi hal ini terjadi hanya ketika saat

larva ikan nila merasa kekurangan pakan disekitarnya, sehingga untuk

mempertahankan hidupnya mereka bersifat kanibal. Selain itu, nila pun memiliki

toleransi terhadap perubahan salinitas (kadar garam), dan tahan terhadap

perubahan lingkungan (Syarippudin, 2008).

2.1.4. Kandungan Proksimat Ikan Nila

Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang mudah untuk dibudidayakan.

Ikan ini merupakan jenis ikan vegetarian jadi tidak mengandung merkuri yang

tinggi. Selain itu, ikan nila ini mengandung protein yang tinggi. 

Tabel 1. Kandungan dalam 100 gr Ikan Nila

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

6

No Nama Kandungan Jumlah Kandungan1 Kalori 128 Kcal2 Protein 26 gr3 Karbohidrat 0 gm4 Total lemak 3 gm5 Lemak jenuh 1 gm6 Lemak tak jenuh 2 gm7 Transfat 0 gm8 Kolesterol 57 mg9 Fiber 0 gm10 Selenium 54.40 mcg (78% DV)11 Vitamin B12 1.86 mcg (31% DV)12 Niacin 4.74 mg (24% DV)13 Fosfor 204.00 mg (20% DV)14 Kalium 380 mg (11% DV)

2.2. Daun Mata Lele (Lemna minor)

Kingdom Plantae, ordo Alismatales, famili Araceae, sub family

Lemnoideae, genus Lemna, spesies Lemna minor

Gambar 2. Daun Mata Lele (lemna minor) (Gainesville, 1990)

Lemna minor adalah spesies Lemna (duckweed) dengan distribusi

subcosmopolitan, sebagian besar tumbuh di Afrika, Asia, Eropa dan Amerika

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

7

Utara. Lemna minor dapat tumbuh dengan mudah di kolam air tawar dan sungai

dengan arus lambat, kecuali pada air beralinitas dan iklim subtropis.

Lemna minor adalah tumbuhan air tawar tanaman air terapung, dengan

satu, dua atau tiga daun masing-masing dengan akar tunggal menggantung di

dalam air, seperti daun lebih tumbuh, tanaman membelah dan menjadi individu

yang terpisah. Akar panjang 1-2 cm. Daun oval, 1-8 mm panjang dan 0,6-5 mm

luas, berwarna hijau muda, dengan tiga (jarang lima) pembuluh darah, dan ruang

udara kecil untuk membantu flotasi. Tumbuhan ini mudah menyebar, dan bunga

yang jarang diproduksi, ketika diproduksi mereka sekitar 1 mm diameter, dengan

skala membran berbentuk cangkir yang berisi bakal biji tunggal dan dua benang

sari. Benih 1 mm, berusuk dengan 8-15 rusuk.

Tumbuh di air dengan tingkat nutrisi yang tinggi dan pH antara 5 dan 9,

optimal antara 6,5 dan 7,5, dan suhu antara 6 dan 33°C. Pertumbuhan koloni

cepat, dan tanaman sering membentuk karpet di kolam ketika kondisi cocok. Di

daerah beriklim sedang, ketika suhu turun di bawah 6 sampai 7°C berkembang

kecil, padat, organ pati penuh disebut 'turions', yang menjadi terbengkalai dan

tenggelam ke dasar air pada musim dingin. Musim semi berikutnya, tumbuhan ini

mulai lagi pertumbuhannya dan mengapung kembali ke permukaan.

Lemna minor merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan unggas

(terutama bebek), tumbuhan yang kaya protein dan lemak. Peran burung juga

penting dalam penyebaran spesies ke situs baru. Akar yang lengket

memungkinkan tanaman untuk terbawa oleh kaki burung sementara burung

terbang dari satu kolam ke kolam lain.

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

8

Kandungan proteinnya hanya 15-25% pada kondisi alamiah dan 15-45%

jika dibudidayakan dilokasi yang mengandung lemak, nitrogen dan phosphor yang

ideal (Duckweed, 1999).

Komposisi Lemnaceae atau si matalele dalam % terhadap matalele kering

adalah sebagai berikut : Protein 6,8 – 45 %, Lipid 1,8 – 9,2 %, Crude Fiber 5,7 –

16,2 %, Karbohidrat 14,1 – 43,6 % dan Abu 12,0 – 27,6 % (Duckweed, 1999).

2.3. Tepung Kedelai

Tepung kedelai merupakan sumber protein paling penting bagi budidaya

produktif dan sebagian atau seluruhnya dapat menggantikan tepung ikan. Tepung

kedelai umum digunakan bukan hanya karena kandungan protein yang tinggi

tetapi juga ketersediaannya di dunia. Komposisi kimia dari tepung kedelai cukup

konsisten. Kandungan protein kasar tepung kedelai sebesar 39,6%, namun

tergantung dari kualitas kedelai. Faktor yang menyebabkan adanya variasi

kandungan protein adalah tanah, pengolahan, kondisi cuaca dan musim selama

masa pertumbuhan kedelai. Tepung kedelai adalah tepung berasal dari tumbuhan

yang memiliki profil asam amino terbaik. (Hertrampf dan Pascual 2000 dalam

Pamungkas 2009).

2.4. Tepung Ikan

Tepung ikan secara umum dianggap sumber protein yang paling baik,

sehingga bukan hanya dimanfaatkan oleh akuakultur saja dan harganya menjadi

tinggi. Harga pakan menjadi tinggi karena penggunaan tepung ikan sebagai bahan

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

9

baku penyusunnya. Oleh karena itu, diperlukan penyelesaian untuk menurunkan

biaya pakan, dengan menekan kadar tepung ikan pada formulasi pakan atau

menjadikan tepung ikan hanya bahan pelengkap bukan bahan utama penyusun

pakan. Dari hasil riset penggunaan tepung ikan dapat digunakan sebagai pakan

ikan lele dumbo Clarias sp. pada kadar minimal 5% (Pamungkas, 2009).

Tepung ikan dibuat dari sejumlah ikan berkualitas baik yang diolah

sebaik-baiknya sebagai sumber protein kualitas tertinggi yang biasa dipakai untuk

menghasilkan pakan ikan. Tepung ikan merupakan sumber yang kaya akan energi

dan mineral, kecernaan yang tinggi, dan palatabilitas yang tinggi bagi sebagian

besar ikan. Tepung ikan terbuat dari sejumlah ikan yang mengandung 60-80%

protein yang 80-95% dapat dicerna oleh ikan, selain itu tepung ikan mengandung

lysine dan methionine yang tinggi, yaitu dua asam amino yang paling sedikit

pada bahan pakan tumbuhan (Pamungkas, 2009).

2.5. Dedak

Makanan tambahan, umumnya berbentuk tepung yang agak kasar.  Dedak

cocok untuk makanan tambahan.  Dedak, selain dapat diberikan secara langsung,

juga digunakan sebagai bahan campuran membuat pakan bagi ikan.  Kandungan

gizi dedak yang terbanyak adalah karbohidrat yaitu 28,26% (Kasno, 1990).

Menurut Murtijdjo B.A. (2001), Kandungan serat kasar dedak 13,6 % atau

6 kali lebih besar daripada jagung kuning. Kandungan asam amino dedak,

walaupun lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian

pula dengan vitamin dan mineralnya.

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

10

2.6. Kualitas Air

Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh

dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat

pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya

plankton. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat

diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Kecerahan air yang

baik untuk tempak di kolam ataupun tambak adalah antara 20-35 cm dari

permukaan. Berdasarkan debit air untuk kolam air tenang yaitu 8-15 liter/detik/ha.

Sehingga tercipta kondisi perairan tenang dan bersih, Hal ini karena ikan nila

tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus yang terlalu deras (Sugiarto,

1988).

Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.

Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. Suhu air yang

optimal berkisar antara 25-30 derajat C. Kadar garam air yang disukai antara 0-35

per mil (Sugiarto, 1988).

Kandungan oksigen yang terdapat pada air harus cukup karena ikan nila

bernafas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Semakin

banyak oksigen yang terkandung dalam air, maka akan semakin bagus kualitas air

tersebut. Oksigen ini dapat berasal dari hasil fotosintesis yang terjadi dengan

bantuan fotosintesis ataupun dengan cara buatan yaitu dengan pemasangan alat

berupa aerator, agar konsentrasi oksigen untuk ikan selalu terpenuhi. Kandungan

oksigen yang baik untuk ikan nila minimal 4 ml/liter air, sedangkan kandungan

karbondioksidanya kurang dari 5 mg/liter air (Arifin, 2002).

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

11

Senyawa yang harus dihindari adalah senyawa-senyawa beracun yang

dapat manimbulkan penyakit dan menurunkan kualitas air. Contoh senyawa

tersebut adalah amoniak. Kandungan yang berlebihan akan mengakibatkan

kualitas air menurun, pH menurun, kadar oksigen menurun, sedangkan

karbondioksida meningkat. Hal ini karena adanya proses metabolism dari proses

pembusukan bahan organic yang dilakukan oleh bakteri. Batas kandungan

amoniak yang dapat mematikan ikan adalah 0,1 – 0,3 mg/liter air (Arifin 2002).

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

12

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada dua tahap yaitu pada tahap pembuatan

pakan dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 15 Agustus 2014 sedangkan tahap melihat

pertumbuhan ikan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus s.d 26 September 2014

yang bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Tabel 2. Alat-alat yang digunakan

No Nama Alat Kegunaan1. Toples Wadah2. Serok Alat pembersih3. Aerasi Penyuplai oksigen4. Penggaris Pengukur panjang5. Lakmus/pH meter Pengukur pH6. DO meter Pengukur DO7. Thermometer Pengukur suhu8. Ember Penampung9. Mesin penggiling tepung Menghasilkan tepung10. Timbangan Menimbang bahan dan sampel11. Selang Pembersih air12. Saringan Penyaring

Tabel 3. Bahan-bahan yang digunakan

No Nama Bahan Kegunaan1 Benih Ikan Nila Hewan uji2 Daun Mata Lele (Lemna minor) Bahan uji3 Pakan Komersial Makanan4 Tepung Kedelai Bahan uji5 Tepung Ikan Bahan uji6 Dedak Bahan uji

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

13

7 Vitamin Bahan pelengkap 8 Tepung Tapioka Bahan pelengkap9 Minyak ikan Bahan pelengkap

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu pembuatan pakan ikan dan

pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan nila gesit.

3.3.1. Pembuatan Pakan Ikana. Pembuatan tepung daun mata lele

Daun mata lele (Lemna minor) diambil dalam kolam, dan kemudian

dibersihkan kemudian dijemur selama 2 hari sampai benar-benar kering.

Selanjutnya daun meta lele dijadikan tepung dengan menggunakan mesing

penggiling. Tepung daun mata lele yang sudah jadi selanjutnya dilakukan analisis

kandungan protein di laboratorium Bali Riset Standarisasi Industri Banda Aceh.

b.Pembuatan tepung kedelai

Kedelai dicuci dengan air hingga bersih dan direndam dengan air bersih

selama 4-5 jam untuk melunakkan dan memudahkan kita melepas kulit ari

kedelai. Kemudian direbus terlebih dahulu semala ± 20 menit. Kedelai kembali

dicuci dengan air bersih, kemudian remas-remaslah kedelai dengan tangan untuk

melepaskan kedelai dari kulit arinya. Buanglah kulit arinya sampai tidak ada lagi

yang tersisa. Selanjutnya tiriskan kedelai yang telah bersih selama kurang lebih 15

menit. Kedelai di bawah sinar matahari selama 1-2 hari sampai dirasa kedelai

benar-benar telah kering. Selanjutnya dimasukkan kedalam mesing penggiling

tepung.

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

14

c. Pembuatan Tepung Ikan

Ikan dibersihkan dan diblender hingga menjadi bubur, kemudian dikukus selama

± 1 jam. Ikan yang telah dikukus kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari

dan dilakukan pemerasan minyak agar tepung tahan lama. Setelah kering, digiling

dengan mesin seningga menjadi tepung

d. Formulasi Pakan

Semua bahan dicampur dengan formulasi pakan perlakuan sebagai berikut :

- 20 % subtitusi daun mata lele (P1)

- 40 % subtitusi daun mata lele (P2)

- 60% subtitusi daun mata lele (P3)

Pencampuran 20%

Tabel 4. Formulasi 20% Daun Mata Lele

No Bahan Banyak (gr)1 Tepung Daun Mata Lele 60,42 Tepung Kedelai 120,83 Tepung Ikan 120,84 Dedak Padi 1295 Binder 506 Vitamin 107 Minyak Ikan 5

Total 496 gr

Pencampuran 40%

Tabel 5. Formulasi 40% Daun Mata Lele

No Bahan Banyak (gr)1 Tepung Daun Mata Lele 82.82 Tepung Kedelai 62.13 Tepung Ikan 62.14 Dedak Padi 238.75 Binder 506 Vitamin 10

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

15

7 Minyak Ikan 5Total 500 gr

Pencampuran 60%

Tabel 6. Formulasi 60% Daun Mata Lele

No Bahan Banyak (gr)1 Tepung Daun Mata Lele 141.252 Tepung Kedelai 4.7053 Tepung Ikan 4.7054 Dedak Padi 199.55 Binder 506 Vitamin 107 Minyak Ikan 5

Total 500 gr

Perhitungan bujur sangkar formulasi pakan dapat dilihat pada lampiran

pakan dan hasil uji proksimat tepung daun mata lele (Lemna minor). Hasil

pencampuran ini yang nantinya akan diuji untuk melihat pengaruhnya terhadap

pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis niloticus).

3.3.2. Pemberian Pakan Buatan Pada Benih Ikan Nila Gesita. Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah Stoples sebanyak 12 unit dilengkapi

dengan aerasi, sebelum digunakan wadah terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan

dikeringkan.

b. Ikan Uji

Ikan uji pada penelitian ini adalah benih ikan nila yang berumur 1 bulan

dengan berat benih ± 1.3 gram dari Balai Benih Ikan Krueng Batee Aceh Barat

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

16

Daya. Penelitian ini menggunakan 6 Stoples, dalam masing-masing wadah diisi

15 ekor benih ikan nila sehingga total ikan uji sebanyak 90 ekor.

b. Pemeliharaan

Benih ikan nila dipelihara selama 21 hari dalam Stoples dengan volume 15

liter. Selama pemeliharaan benih ikan nila diberi pakan 10% dari bobot ikan dan

yang sudah diramu dengan frekuensi 3x sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.00 dan

18.00 WIB. Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan dan perawatan kualitas

air dengan cara membersihkan wadah dan mengganti air secara rutin.

3.4. Parameter Uji

Parameter yang diukur adalah pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Data

pertumbuhan diambil setiap minggu selama penelitian. Sedangkan data

kelangsungan hidup dihitung diakhir penelitian

Untuk mendapatkan data kelangsungan hidup ikan, maka dihitung ikan

saat awal penelitian dan ikan yang masih hidup pada akhir penelitian didalam

wadah.

Parameter dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate disingkat SR)

Menurut Zairin (2002), bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

100%xpenelitianawalikanjumlah

penelitianakhirhidupyangikanjumlah(%)SR

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

17

2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR)

Berdasarkan data bobot ikan dilakukan penghitungan laju pertumbuhan

bobot harian menggunakan rumus Busacker et al. (1990):

SGR = [ (lnWt - lnWo)/t) ] x 100%

Keterangan:

α = Laju pertumbuhan harian (%)

W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)

t = Lama pemeliharaan (hari)

3. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu

tertentu yaitu panjang pada awal pemeliharaan dan panjang akhir pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan mengunakan rumus :

Lm = T L1 ˗˗ T Lₒ

dimana :

Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

T L1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)

T Lₒ = Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)

Sumber : Hariati (1989)

4. Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan (EP) ikan uji dihitung dengan rumus Takeuchi (1988), yaitu:

EP = x 100%

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

18

Dimana : D = Bobot tubuh ikan uji yang matiWt = Bobot akhir ikanW0 = Bobot awal ikanF = Bobot total pakan yang dikonsumsi ikan uji

5. Rasio konsumsi pakan terhadap peningkatan berat badan atau Feed Conversion

Ratio (FCR).

Rumus menghitung FCR ialah:

FCR =

Dimana : D = Bobot tubuh ikan uji yang matiWt = Bobot akhir ikanW0 = Bobot awal ikanF = Bobot total pakan yang dikonsumsi ikan uji (Takeuchi

(1988),

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data laju

pertumbuhan bobot harian (SGR), pertumbuhan panjang mutlak (Lm), dan tingkat

kelangsunganhidup (SR), Efesiensi Pakan (EP) dan FCR sebagaimana yang

terlihat pada table dibawah ini :

Tabel 4. Nilai Parameter Uji

No Parameter Uji P 1 (20%)

P 2 (40%)

P 3 (60%)

P 4(kontrol

)1. SGR (% ) 1.4 1.4 1.4 1.4

2 SR (%) 100 100 100 100

3 Lm(cm) 22.5 22.5 22.5 22.5

4 EP (%) 22.2 22.2 22.2 22.2

5 FCR 4.5 4.5 4.5 4.5

4.2 Pembahasan4.2.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat laju pertumbuhan bobot harian ikan

yang menjadi objek penelitian, yaitu untuk P1 nilai SGR tiap perlakuan sama

yaitu sebesar 1.4 %. Untuk lebih jelas mengenai nilai SGR dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

20

P1 P2 P30

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4N

ilai

SGR

pa

da

ikan

ni

la

%

Pakan buatan dengan subsitusi tepung daun mata lele yang berbeda, untuk P1 = 20%, P2 = 40% dan P3 = 60%

Gambar 3. Nilai SGR pada pemberian pakan subtitusi tepung mata lele (%)

Dari pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan nila gesit pada penelitian

ini setiap minggunya menunjukkan hasil positif yaitu tidak ada penurunan berat

yang dialami oleh ikan objek penelitian (mengalami kenaikan). Hal ini

menunjukkan pakan dari bahan baku tepung mata lele dapat meningkatkan berat

badan ikan nila, walaupun kenaikan bobot nya hanya sedikit pada percobaan ini.

Untuk nilai proksimat pakan uji yang diberikan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

No Parameter uji P1(%) P2(%) P3(%)

1 Protein 21 22,13 32,24

2 Karbohidrat 34,44 31,04 19,73

3 Lemak 3,45 3,96 3,30

Sumber : nilai proksimat berdasarkan hasil uji lab (sertifikat terlampir halaman lampiran).

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

21

4.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup pada penelitian ini, untuk masing – masing

perlakuan mempunyai nilai yang sama yaitu 100 %. Hal ini dapat dilihat berdasar

tidaknya ikan yang mati pada saat penelitian berlangsung (Tabel 4).

Pakan buatan ini menunjukan bahwa pakan ini dapat menunjukkan nilai

tingkat kelangsungan hidup ikan yang baik. Kematian benihikan nilaselama

penelitian diduga karena factor organisme patogen dalam media air. Hal ini dilihat

pada ikan mati banyak terdapat bercak putih pada bagian tubuh ikan.Selain itu,

kematian pada ikan juga diduga terjadinya stress pada ikan serta mudah terkejut

kemudian melompat-lompat karena pengaruh respon dari luar sepertipada saat

pemberian pakan, penyiponan feses dan penanganan pada saat pengukuran ikan.

Junianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena

predator, parasit, penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang tidak cocok serta

fisik yang disebabkan oleh penanganan manusia.Selainitu yang menyebabkan

ikan stres,perbedaan jenis pakan penelitian dengan pakan ikan di habitat aslinya

membuat ikan butuh proses adaptasi lamaagr bisa dikonsumsi oleh ikan.

4.2.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Nilai pertumbuhan panjang mutlak pada penelitian ini dapat dilihat pada

grafik dibawah ini :

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

22

P1 P2 P30

5

10

15

20

25

Per-

tum

-bu

han

Pan

-ja

ng

Mut

-la

k (L

m)

Pakan buatan dengan subsitusi tepung daun mata lele yang berbeda, untuk P1 = 20%, P2 = 40% dan P3 = 60%

Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) pemberian pakan subtitusi tepung daun mata lele.

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat nilai pertumbuhan panjang

mutlak (Lm), nilai Lm pada setiap perlakuan sama yaitu sebesar 22.5%. Hal ini

diduga subsitusi tepung mata lele dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan nila

tidka menunjukkan pertumbuhan yg bervariasi dalam setiap perlakuannya (sama).

4.2.4 Efesien Pakan Dan FCR

Pada penelitian ini nilai efesiensi pakan (EP) dan nilai FCR pada

penelitian ini juga memiliki nilai yang sama yaitu untuk nilai EP tiap perlakuan

nya sebesar 22.2 dan untuk nilai FCR tiap perlakuannya sebesar 4.5.

Pertumbuhan ikan dengan bobot daging yang tinggi terjadi karena

kemampuan ikan memanfaatkan nutrien pakan menjadi nutrien tubuh dan

mengkonversi nutrien menjadi energi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Junianto

(2003), bahwa kandungan keseimbangan nutrisi (protein, lemak, dan serat) pada

pakan ikan akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat tumbuh besar serta

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

23

memiliki bobot tubuh yang tinggi. Hasil analisis proksimat pakan dapat dilihat

pada lampiran sertifikat hasil proksimat..

Semakin tinggi nilai konversi pakan akan semakin tidak baik. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Barrows dan Hardy (2001), yang menjelaskan bahwa

nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan, semakin

dari sedikit pakan yang diberikan pemberian pakan semakin efisien karena jumlah

pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit. Nilai

konversi pakan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kualitas

(protein pakan) dan kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas

perairan.

4.3 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH,

danoksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 5 dibawah ini :

Tabel5.Nilai Parameter Kualitas Air SelamaPenelitian

PerlakuanKisaran Parameter

Suhu (oC) pH DO (mg/l)P1 28-29 7-8 4,5-5,0P2 28-29 7-8 4,5-5,0P3 28-29 7-8 4,5-5,0P4 28-29 7-8 4,5-5,0

Dari Tabel 5diatas dapat diketahui bahwa suhu air

padasemuaperlakuanselama penelitian berkisar antara 28-29ºC, pH air berkisar

antara 7-8dankonsentrasi oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,5-5,0 mg/L.

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

24

Air sebagai media hidup organisme perairan merupakan faktoryang

sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya termasuk dalam wadah

terkontrol. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya dukung pada organisme

dalam melakukan segala aktifitas hidupnya.Dari Tabel 5 diketahui bahwa kondisi

kualitas air pada saat pemeliharaan benih nila gesit adalahsuhu 28-29oC, pH 7-8

dan oksigen terlarut (DO) 4,5-5 mg/L. Berdasarkan hasil nilai parameter kualitas

air tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air selama penelitian dapat

mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan. Hal ini didukung

oleh pernyataan Lovell (1979), menyatakan bahwa kualitas air yang baik untuk

pertumbuhan ikan catfish berkisar antara 26-29oC, pH 6,5-9,0 dan oksigen terlarut

(DO) > 3 mg/L. Kondisi suhu pada penelitian tidak mengalami perubahan yang

drastis, hal ini diduga karena kondisitempat pemeliharaan pemeliharaan dilakukan

diruangan yang tertutup.

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapatkan selama penelitian, maka hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa subtitusi tepung daun mata lele yang berbeda dalam

pakan tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot harian

(SGR), untuk tiap perlakuannya nilai SGR sebesar 1.4%. Untuk pertumbuhan

panjang mutlak (Lm), masing – masing perlakuan sebesar 22.5 cm. Untuk nilai

tingkat kelangsungan hidup (SR) setiap perlakuan yaitu 100%. Untuk rasio

konversi pakan (FCR) tiap perlakuan yaitu sebesar 4.5 dan nilai efesiensi pakan

22.2 pada pertumbuhan benih ikan nila gesit. Berdasarkan uraian diatas nilai tiap

perlakuan pada masing – masing parameter uji menunjukkan pada pertumbuhan

ikan nila tidak cocok karena nilai setiap perlakuannya tidak menunjukkan

perbedaan nyata.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai ikan uji coba yang berbeda

karena dilihat dari hasilk penelitian ikan nila tidak cocok pada penggunaan pakan

buatan ini. Jadi perlu di uji pada ikan yang lain yang mungkin dapat menunjukkan

pertumbuhan yang signifikan.

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

26

DAFTAR PUSTAKA

Affandi Ridwan, Sjafei D.S, Rahardjo M.F, Sulistiono. 1992. Iktiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudidayaan,IPB.

Alalade, O. A. and E. A. Iyayi. (2006). Chemical composition and the feeding value of azolla ( Azolla pinnata ) meal for egg-type chicks. International Journal of Poultry Science 5:2 137.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). 2008. Sukabumi

Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. John Wiley & Sons.

Basak, B., et al. (2002). Azolla (Azolla pinnata) as a feed ingredient in broiler ration. International Journal of Poultry Science 1:1 29.

Cahyono B. 2002. Budidaya Air Tawar. Kanius. Yogyakarta, 30-34 Hal

Duckweed (1999), Family Lemnaceae, IOWA State University, University of Extension, SP 99

Effendi Rizal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.

Jain, S. K. (1990).Azolla pinnata R.Br. and Lemna minor L. for removal of lead and zinc from polluted water. Water Research 24:2 177-83.

Pemberton, R. W. and J. M. Bodle. (2009). Native North American Azolla Weevil, Stenopelmus rufinasus (Coleoptera: Curculionidae), uses the invasive old world Azolla pinnata as a host plant. Florida Entomologist 92:1 153.

Sugiarto Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex (Anggota IKAPI)”.

Suyanto, S.R. 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 Hal

Sood, A., et al. (2005). Indicators of phosphorus deficiency in Azolla pinnata (Salviniales, Pteridophyta). Acta Botanica Hungarica 47:1-2 197.

Sucipto Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.

Syarippudin. 2008. Pendederan dan Teknik Adaptasi Ikan Nila ke Air Payau. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee-NAD. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Zairin, M. Jr dan Summantadinata. K. (1998). Pengaruh Dosis Larutan Hormon 17 α -Metiltestosteron Padada Perendaman Telur fase bintik Mata Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Cupang (Betta Splendens regan). Prosiding Simposium dan Kongres 111 Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI), Bandung. P:281-285.

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

Daun Mata Lele

Dicampur dengan bahan-bahan lainnyaDiolah menjadi pakan

20% Daun mata lele

40% Daun mata lele

60% Daun mata lele

Dilakukan Uji Proksimat Pakan yang diolah

Diuji pada ikan

Parameter yang diamati

Tingkat Kelangsungan Hidup

Laju Pertumbuhan Harian

Efisiensi Pemberian Pakan

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

28

Lampiran 2. Perhitungan formulasi pakan untuk 1 Kg (1000 gr)

Kandungan Protein masing-masing bahan adalah sebagai berikut:

Tepung Ikan

Tepung Kedelai

Tepung Daun Mata Lele

Dedak Padi

Bahan Pelengkap:

- Binder (Tepung Kanji)

- Vitamin C

- Minyak Ikan

:

:

:

:

:

:

:

60 %

39,6 %

30,22 %

9,6 %

10 %

2 %

1 %

Untuk Formulasi Tepung Daun Mata Lele 20%

Daun Mata Lele = 20

100 x 30,22 = 6,044%

Tepung Kedelai = 40100 x 39,6 = 15,84%

Tepung Ikan = 40

100 x 60% = 24%

Jumlah 6,044% + 15,84% + 24% = 45,884%

Total Protein Suplemen adalah: 45,884%

Protein Basal : Dedak Padi9,6 %

45,88 25,4 %

35%

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

29

9,6 10.88 %

36,28 %

ProteinSuplemen : 25,4 %36,68 %

x87 %=60,4 %

Protein Basal : 10,88 %36,68 %

=x 87 %=25,80 %

Tepung Daun Mata Lele: 20 %

100 % x 60,4% = 12,08%

= 12,08% x 500 gr

= 60,4 gr

Tepung Kedelai: 40 %100 % x 60,4% = 24,16%

= 24,16% x 1000 gr

= 120,8 gr

Tepung Ikan: 40 %

100 % x 60,4% = 24,16%

= 24,16% x 500 gr

= 120,8 gr

Dedak Padi: 100 %100 % x 25,80% = 25,80%

= 25,80% x 500 gr

= 129 gr

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

30

Vitamin = 2% x 500 gr = 10 gr

Minyak Ikan = 1% x 500 gr = 5 gr

Binder (Tepung Kanji) = 10% x 500 gr = 50 gr

Untuk Formulasi Tepung Daun Mata Lele 40%

Daun Mata Lele = 40 %

100% x 30,22 % = 12,08%

Tepung Kedelai = 30 %

100% x 39,6% = 11,88%

Tepung Ikan = 30 %

100 % x 60% = 18%

Total Protein Suplemen adalah: 41,96%

Protein Basal : Dedak Padi9,6 %

41,96 15,4 %

9,6 19,96 %

32,36 %

ProteinSuplemen : 15,4 %32,36 %

x87 %=41,40 %

Protein Basal : 17,76 %32,36 %

=x 87 %=47,74 %

25%

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

31

Tepung Daun Mata Lele: 40 %

100 % x 41,40% = 16,56 %

= 16,56 % x 500 gr

= 82,8 gr

Tepung Kedelai: 30 %100 % x 41,4% = 12,42 %

= 12,42 % x 500 gr

= 62,1 gr

Tepung Ikan: 30 %

100 % x 41,4% = 12,42 %

= 12,42 % x 500 gr

= 62,1 gr

Dedak Padi: 100 %100 % x 47,74% = 47,74 %

= 47,74 % x 500 gr

= 238,7 gr

Vitamin = 2% x 500 gr = 10 gr

Minyak Ikan = 1% x 500 gr = 5 gr

Binder (Tepung Kanji) = 10% x 500 gr = 50 gr

Untuk Formulasi Tepung Daun Mata Lele 60%

Daun Mata Lele = 60

100 x 30,22% = 18,13%

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

32

Tepung Kedelai = 20100 x 39,6% = 7,92%

Tepung Ikan = 20

100 x 60% = 12%

Total Protein Suplemen adalah: 38,05%

Protein Basal : Dedak Padi9,6 %

38,05 15,4 %

9,6 13,05 %

28,45 %

ProteinSuplemen : 15,4 %28,45 %

x87 %=47,09 %

Protein Basal : 13,05 %28,45 %

=x 87 %=39,90 %

Tepung Daun Mata Lele: 60 %

100 % x 47,09% = 28,25 %

= 28,25 % x 500 gr

= 141,25 gr

Tepung Kedelai: 20 %100 % x47,09% = 9,41 %

= 9,41 % x 500 gr

= 47,05 gr

25%

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

33

Tepung Ikan: 20 %

100 % x 47,09% = 9,41 %

= 9,41 % x 500 gr

= 47,05 gr

Dedak Padi: 100 %100 % x 39,90% = 39,90 %

= 39,90 % x 500 gr

= 199,5 gr

Vitamin = 2% x 500 gr = 10 gr

Minyak Ikan = 1% x 500 gr = 5 gr

Binder (Tepung Kanji) = 10% x 500 gr = 50 gr

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

34

Lampiran 3

Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus :

EP= { ((Wt + D – Wo / F ]} x 100%

Keterangan :

EP = Konversi pakan

F = Jumlah pakan kering yang diberikan

Wt = Biomassa ikan pada waktu terakhir (gram)

Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)

D = Bobot ikan yang mati selama penelitian (gram)

Diketahui :

P1 = Subtitusi 20%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :EP= { ((Wt + D) – Wo / F} x 100%

EP = ( 19.5 + 0) – 1.3 / 81.9 x 100%EP = 22.2 %

P3 = Subtitusi 40%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :EP= { ((Wt + D) – Wo / F} x 100%

EP = ( 19.5 + 0) – 1.3 / 81.9 x 100%EP = 22.2 %

P2 = Subtitusi 60%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :EP= { ((Wt + D) – Wo / F} x 100%

EP = ( 19.5 + 0) – 1.3 / 81.9 x 100%EP = 22.2 %

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/BAB I-V.docx · Web viewJunianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

35

Rumus menghitung FCR ialah:

FCR =

Dimana : D = Bobot tubuh ikan uji yang matiWt = Bobot akhir ikanW0 = Bobot awal ikanF = Bobot total pakan yang dikonsumsi ikan uji

Penyelesaian :

P1 = Subtitusi 20%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :FCR = { F / (Wt + D) - Wo}

FCR = ( 81.9 / (19.5 + 0 – 1.3)FCR = 4.5

P3 = Subtitusi 40%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :FCR = { F / (Wt + D) - Wo}

FCR = ( 81.9 / (19.5 + 0 – 1.3)FCR = 4.5

P2 = Subtitusi 60%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :FCR = { F / (Wt + D) - Wo}

FCR = ( 81.9 / (19.5 + 0 – 1.3)FCR = 4.5