repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1377/1/bab i-v.docx · web viewjunianto (2003), menyatakan...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daun mata lele (Lemna minor) adalah tumbuhan air tawar tanaman air
terapung, dengan satu, dua atau tiga daun masing-masing dengan akar tunggal
menggantung di dalam air, seperti daun lebih tumbuh, tanaman membelah dan
menjadi individu yang terpisah. Akar panjang 1-2 cm. Daun oval, 1-8 mm
panjang dan 0,6-5 mm luas, berwarna hijau muda, dengan tiga (jarang lima)
pembuluh darah, dan ruang udara kecil untuk membantu flotasi. Tumbuhan ini
mudah menyebar, dan bunga yang jarang diproduksi, ketika diproduksi mereka
sekitar 1 mm diameter, dengan skala membran berbentuk cangkir yang berisi
bakal biji tunggal dan dua benang sari. Benih 1 mm, berusuk dengan 8-15 rusuk.
Daun mata lele merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan unggas
(bebek), tumbuhan yang kaya protein dan lemak. Peran burung juga penting
dalam penyebaran spesies ke situs baru. Akar yang lengket memungkinkan
tanaman untuk terbawa oleh kaki burung sementara burung terbang dari satu
kolam ke kolam lain.
Daun mata lele mudah didapat disekekitar kita, tumbuhan ini tumbuh dan
berkembang dengan cepat. Daun mata lele dapat dijadikan tepung dan kemudian
diolah menjadi pakan untuk ikan.
Ikan Nila merupakan salah satu disukai oleh kalangan karena mudah
dipelihara, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan serta rasa daging yang enak dan
tebal. Tekstur daging Ikan Nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam
dagingnya.
2
Untuk meningkatkatkan produksi, maka kita juga harus meningkatkatkan
kualitas pakan sebagai sumber protein. Penambahan vitamin dan probiotik untuk
meningkatkkan tingkat pertumbuhan ikan nila sudah sering dilakukan yaitu
dengan cara dicampur dengan pakan. Cara ini membutuhkan biaya untuk
pembelian vitamin dan probiotik, maka diperlukan suatu zat campuran yang
hemat dan ramah lingkungan. Daun mata lele (Lemna minor) adalah hijauan air
yang tumbuh di sawah atau dikolam sehingga mudah diperoleh terutama didaerah
tropis. Daun mata lele mengandung protein yang tinggi sehingga dapat
menggantikan peran tepung ikan dalam hal pembuatan pakan ikan. Daun mata
lele sudah sering digunakan untuk makanan tambahan bebek, kambing dan lembu.
Oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai nilai protein dan pertumbuhan
ikan nila menggunakan pakan subsitusi tepung daun mata lele.
1.2. Perumusan Masalah
Usaha dibidang perikanan budidaya semakin berkembang, berbagai
teknologi dan inovasi dilahirkan untuk dapat mengembangkan sektor perikanan
budidaya. Salah satunya untuk meningkatkan atau mempercepat pertumbuhan
ikan dengan biaya yang murah. Mata lele (Lemna minor) merupakan tanaman
kaya protein yang dapat menjadi solusi mempercepat pertumbuhan ikan nila
dengan biaya yang murah.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung
daun mata lele terhadap pertumbuhan benih ikan nila Gesit.
3
1.4. Manfaat Penelitian
a. Dapat dijadikan acuan dalam usaha budidaya ikan nila yang lebih baik.
b. Pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi.
1.5. Hipotesis Penelitian
Penambahan ekstrak daun mata lele (Lemna minor) dalam pakan dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ikan nila gesit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nila Gesit (Oreochromis niloticus)
Secara biologis klasifikasi ikan nila gesit adalah sebagai berikut:
Kelas Osteichthyes, sub-kelas Acanthoptherigii, ordo Percomorphi, sub
ordo Percoidea, famili Cichlidae, genus Oreochromis, spesies Oreochromis
niloticus (Cahyano B, 2002).
Gambar 1. Ikan Nila Gesit (BBPBAT, 2012)
4
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal
dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada
tahun 2000 SM. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua
yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin,
ikan nila tidak dapat hidup baik.
Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal
seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara
resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui
masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di
seluruh Indonesia.
2.1.1. Morfologi
Ikan nila merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perbedaan
salinitas yang cukup besar, sehingga ikan ini dapat beradaptasi di air tawar dan air
payau. Dari segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu
lebar tubuhnya lebih kecil daripada panjang tubuh. Berdasarkan jenis siripnya,
ikan nila memiliki sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), sirip anal
(anal fin), sirip perut (vebtral fin), dan sirip dada (pectoral fin). Sedangkan
kelengkapan sirip Linea lateralis adalah lengkap tidak terputus. Maksudnya garis
yang dibentuk oleh pori-pori ikan nila pada siripnya ada dan tidak terputus
(Affandi et. al. 1992).
2.1.2. Habitat
5
Nila merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan
tawar yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya
tambak. Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air
yang lunak serta caing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti
Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal.
Pada perairan umum anakan nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal.
Sedangkan Nila dewasa di tempat yang lebih dalam. Nila dewasa mampu
mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan bantuan lender (mucus)
dalam mulut (Suyanto, 2003).
2.1.3. Kebiasaan Makan
Secara umum berbagai jenis spesies ikan nila hidup dan berkembang biak
di air tawar. Berdasarkan klasifikasi konsumsi makanannya, ikan nila termasuk
jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segalanya. Dari mulai jenis tumbuhan
hingga sejenisnya pun bisa dimakan. Akan tetapi hal ini terjadi hanya ketika saat
larva ikan nila merasa kekurangan pakan disekitarnya, sehingga untuk
mempertahankan hidupnya mereka bersifat kanibal. Selain itu, nila pun memiliki
toleransi terhadap perubahan salinitas (kadar garam), dan tahan terhadap
perubahan lingkungan (Syarippudin, 2008).
2.1.4. Kandungan Proksimat Ikan Nila
Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang mudah untuk dibudidayakan.
Ikan ini merupakan jenis ikan vegetarian jadi tidak mengandung merkuri yang
tinggi. Selain itu, ikan nila ini mengandung protein yang tinggi.
Tabel 1. Kandungan dalam 100 gr Ikan Nila
6
No Nama Kandungan Jumlah Kandungan1 Kalori 128 Kcal2 Protein 26 gr3 Karbohidrat 0 gm4 Total lemak 3 gm5 Lemak jenuh 1 gm6 Lemak tak jenuh 2 gm7 Transfat 0 gm8 Kolesterol 57 mg9 Fiber 0 gm10 Selenium 54.40 mcg (78% DV)11 Vitamin B12 1.86 mcg (31% DV)12 Niacin 4.74 mg (24% DV)13 Fosfor 204.00 mg (20% DV)14 Kalium 380 mg (11% DV)
2.2. Daun Mata Lele (Lemna minor)
Kingdom Plantae, ordo Alismatales, famili Araceae, sub family
Lemnoideae, genus Lemna, spesies Lemna minor
Gambar 2. Daun Mata Lele (lemna minor) (Gainesville, 1990)
Lemna minor adalah spesies Lemna (duckweed) dengan distribusi
subcosmopolitan, sebagian besar tumbuh di Afrika, Asia, Eropa dan Amerika
7
Utara. Lemna minor dapat tumbuh dengan mudah di kolam air tawar dan sungai
dengan arus lambat, kecuali pada air beralinitas dan iklim subtropis.
Lemna minor adalah tumbuhan air tawar tanaman air terapung, dengan
satu, dua atau tiga daun masing-masing dengan akar tunggal menggantung di
dalam air, seperti daun lebih tumbuh, tanaman membelah dan menjadi individu
yang terpisah. Akar panjang 1-2 cm. Daun oval, 1-8 mm panjang dan 0,6-5 mm
luas, berwarna hijau muda, dengan tiga (jarang lima) pembuluh darah, dan ruang
udara kecil untuk membantu flotasi. Tumbuhan ini mudah menyebar, dan bunga
yang jarang diproduksi, ketika diproduksi mereka sekitar 1 mm diameter, dengan
skala membran berbentuk cangkir yang berisi bakal biji tunggal dan dua benang
sari. Benih 1 mm, berusuk dengan 8-15 rusuk.
Tumbuh di air dengan tingkat nutrisi yang tinggi dan pH antara 5 dan 9,
optimal antara 6,5 dan 7,5, dan suhu antara 6 dan 33°C. Pertumbuhan koloni
cepat, dan tanaman sering membentuk karpet di kolam ketika kondisi cocok. Di
daerah beriklim sedang, ketika suhu turun di bawah 6 sampai 7°C berkembang
kecil, padat, organ pati penuh disebut 'turions', yang menjadi terbengkalai dan
tenggelam ke dasar air pada musim dingin. Musim semi berikutnya, tumbuhan ini
mulai lagi pertumbuhannya dan mengapung kembali ke permukaan.
Lemna minor merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan unggas
(terutama bebek), tumbuhan yang kaya protein dan lemak. Peran burung juga
penting dalam penyebaran spesies ke situs baru. Akar yang lengket
memungkinkan tanaman untuk terbawa oleh kaki burung sementara burung
terbang dari satu kolam ke kolam lain.
8
Kandungan proteinnya hanya 15-25% pada kondisi alamiah dan 15-45%
jika dibudidayakan dilokasi yang mengandung lemak, nitrogen dan phosphor yang
ideal (Duckweed, 1999).
Komposisi Lemnaceae atau si matalele dalam % terhadap matalele kering
adalah sebagai berikut : Protein 6,8 – 45 %, Lipid 1,8 – 9,2 %, Crude Fiber 5,7 –
16,2 %, Karbohidrat 14,1 – 43,6 % dan Abu 12,0 – 27,6 % (Duckweed, 1999).
2.3. Tepung Kedelai
Tepung kedelai merupakan sumber protein paling penting bagi budidaya
produktif dan sebagian atau seluruhnya dapat menggantikan tepung ikan. Tepung
kedelai umum digunakan bukan hanya karena kandungan protein yang tinggi
tetapi juga ketersediaannya di dunia. Komposisi kimia dari tepung kedelai cukup
konsisten. Kandungan protein kasar tepung kedelai sebesar 39,6%, namun
tergantung dari kualitas kedelai. Faktor yang menyebabkan adanya variasi
kandungan protein adalah tanah, pengolahan, kondisi cuaca dan musim selama
masa pertumbuhan kedelai. Tepung kedelai adalah tepung berasal dari tumbuhan
yang memiliki profil asam amino terbaik. (Hertrampf dan Pascual 2000 dalam
Pamungkas 2009).
2.4. Tepung Ikan
Tepung ikan secara umum dianggap sumber protein yang paling baik,
sehingga bukan hanya dimanfaatkan oleh akuakultur saja dan harganya menjadi
tinggi. Harga pakan menjadi tinggi karena penggunaan tepung ikan sebagai bahan
9
baku penyusunnya. Oleh karena itu, diperlukan penyelesaian untuk menurunkan
biaya pakan, dengan menekan kadar tepung ikan pada formulasi pakan atau
menjadikan tepung ikan hanya bahan pelengkap bukan bahan utama penyusun
pakan. Dari hasil riset penggunaan tepung ikan dapat digunakan sebagai pakan
ikan lele dumbo Clarias sp. pada kadar minimal 5% (Pamungkas, 2009).
Tepung ikan dibuat dari sejumlah ikan berkualitas baik yang diolah
sebaik-baiknya sebagai sumber protein kualitas tertinggi yang biasa dipakai untuk
menghasilkan pakan ikan. Tepung ikan merupakan sumber yang kaya akan energi
dan mineral, kecernaan yang tinggi, dan palatabilitas yang tinggi bagi sebagian
besar ikan. Tepung ikan terbuat dari sejumlah ikan yang mengandung 60-80%
protein yang 80-95% dapat dicerna oleh ikan, selain itu tepung ikan mengandung
lysine dan methionine yang tinggi, yaitu dua asam amino yang paling sedikit
pada bahan pakan tumbuhan (Pamungkas, 2009).
2.5. Dedak
Makanan tambahan, umumnya berbentuk tepung yang agak kasar. Dedak
cocok untuk makanan tambahan. Dedak, selain dapat diberikan secara langsung,
juga digunakan sebagai bahan campuran membuat pakan bagi ikan. Kandungan
gizi dedak yang terbanyak adalah karbohidrat yaitu 28,26% (Kasno, 1990).
Menurut Murtijdjo B.A. (2001), Kandungan serat kasar dedak 13,6 % atau
6 kali lebih besar daripada jagung kuning. Kandungan asam amino dedak,
walaupun lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian
pula dengan vitamin dan mineralnya.
10
2.6. Kualitas Air
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat
diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Kecerahan air yang
baik untuk tempak di kolam ataupun tambak adalah antara 20-35 cm dari
permukaan. Berdasarkan debit air untuk kolam air tenang yaitu 8-15 liter/detik/ha.
Sehingga tercipta kondisi perairan tenang dan bersih, Hal ini karena ikan nila
tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus yang terlalu deras (Sugiarto,
1988).
Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. Suhu air yang
optimal berkisar antara 25-30 derajat C. Kadar garam air yang disukai antara 0-35
per mil (Sugiarto, 1988).
Kandungan oksigen yang terdapat pada air harus cukup karena ikan nila
bernafas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Semakin
banyak oksigen yang terkandung dalam air, maka akan semakin bagus kualitas air
tersebut. Oksigen ini dapat berasal dari hasil fotosintesis yang terjadi dengan
bantuan fotosintesis ataupun dengan cara buatan yaitu dengan pemasangan alat
berupa aerator, agar konsentrasi oksigen untuk ikan selalu terpenuhi. Kandungan
oksigen yang baik untuk ikan nila minimal 4 ml/liter air, sedangkan kandungan
karbondioksidanya kurang dari 5 mg/liter air (Arifin, 2002).
11
Senyawa yang harus dihindari adalah senyawa-senyawa beracun yang
dapat manimbulkan penyakit dan menurunkan kualitas air. Contoh senyawa
tersebut adalah amoniak. Kandungan yang berlebihan akan mengakibatkan
kualitas air menurun, pH menurun, kadar oksigen menurun, sedangkan
karbondioksida meningkat. Hal ini karena adanya proses metabolism dari proses
pembusukan bahan organic yang dilakukan oleh bakteri. Batas kandungan
amoniak yang dapat mematikan ikan adalah 0,1 – 0,3 mg/liter air (Arifin 2002).
12
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada dua tahap yaitu pada tahap pembuatan
pakan dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 15 Agustus 2014 sedangkan tahap melihat
pertumbuhan ikan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus s.d 26 September 2014
yang bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Tabel 2. Alat-alat yang digunakan
No Nama Alat Kegunaan1. Toples Wadah2. Serok Alat pembersih3. Aerasi Penyuplai oksigen4. Penggaris Pengukur panjang5. Lakmus/pH meter Pengukur pH6. DO meter Pengukur DO7. Thermometer Pengukur suhu8. Ember Penampung9. Mesin penggiling tepung Menghasilkan tepung10. Timbangan Menimbang bahan dan sampel11. Selang Pembersih air12. Saringan Penyaring
Tabel 3. Bahan-bahan yang digunakan
No Nama Bahan Kegunaan1 Benih Ikan Nila Hewan uji2 Daun Mata Lele (Lemna minor) Bahan uji3 Pakan Komersial Makanan4 Tepung Kedelai Bahan uji5 Tepung Ikan Bahan uji6 Dedak Bahan uji
13
7 Vitamin Bahan pelengkap 8 Tepung Tapioka Bahan pelengkap9 Minyak ikan Bahan pelengkap
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu pembuatan pakan ikan dan
pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan nila gesit.
3.3.1. Pembuatan Pakan Ikana. Pembuatan tepung daun mata lele
Daun mata lele (Lemna minor) diambil dalam kolam, dan kemudian
dibersihkan kemudian dijemur selama 2 hari sampai benar-benar kering.
Selanjutnya daun meta lele dijadikan tepung dengan menggunakan mesing
penggiling. Tepung daun mata lele yang sudah jadi selanjutnya dilakukan analisis
kandungan protein di laboratorium Bali Riset Standarisasi Industri Banda Aceh.
b.Pembuatan tepung kedelai
Kedelai dicuci dengan air hingga bersih dan direndam dengan air bersih
selama 4-5 jam untuk melunakkan dan memudahkan kita melepas kulit ari
kedelai. Kemudian direbus terlebih dahulu semala ± 20 menit. Kedelai kembali
dicuci dengan air bersih, kemudian remas-remaslah kedelai dengan tangan untuk
melepaskan kedelai dari kulit arinya. Buanglah kulit arinya sampai tidak ada lagi
yang tersisa. Selanjutnya tiriskan kedelai yang telah bersih selama kurang lebih 15
menit. Kedelai di bawah sinar matahari selama 1-2 hari sampai dirasa kedelai
benar-benar telah kering. Selanjutnya dimasukkan kedalam mesing penggiling
tepung.
14
c. Pembuatan Tepung Ikan
Ikan dibersihkan dan diblender hingga menjadi bubur, kemudian dikukus selama
± 1 jam. Ikan yang telah dikukus kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari
dan dilakukan pemerasan minyak agar tepung tahan lama. Setelah kering, digiling
dengan mesin seningga menjadi tepung
d. Formulasi Pakan
Semua bahan dicampur dengan formulasi pakan perlakuan sebagai berikut :
- 20 % subtitusi daun mata lele (P1)
- 40 % subtitusi daun mata lele (P2)
- 60% subtitusi daun mata lele (P3)
Pencampuran 20%
Tabel 4. Formulasi 20% Daun Mata Lele
No Bahan Banyak (gr)1 Tepung Daun Mata Lele 60,42 Tepung Kedelai 120,83 Tepung Ikan 120,84 Dedak Padi 1295 Binder 506 Vitamin 107 Minyak Ikan 5
Total 496 gr
Pencampuran 40%
Tabel 5. Formulasi 40% Daun Mata Lele
No Bahan Banyak (gr)1 Tepung Daun Mata Lele 82.82 Tepung Kedelai 62.13 Tepung Ikan 62.14 Dedak Padi 238.75 Binder 506 Vitamin 10
15
7 Minyak Ikan 5Total 500 gr
Pencampuran 60%
Tabel 6. Formulasi 60% Daun Mata Lele
No Bahan Banyak (gr)1 Tepung Daun Mata Lele 141.252 Tepung Kedelai 4.7053 Tepung Ikan 4.7054 Dedak Padi 199.55 Binder 506 Vitamin 107 Minyak Ikan 5
Total 500 gr
Perhitungan bujur sangkar formulasi pakan dapat dilihat pada lampiran
pakan dan hasil uji proksimat tepung daun mata lele (Lemna minor). Hasil
pencampuran ini yang nantinya akan diuji untuk melihat pengaruhnya terhadap
pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis niloticus).
3.3.2. Pemberian Pakan Buatan Pada Benih Ikan Nila Gesita. Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan adalah Stoples sebanyak 12 unit dilengkapi
dengan aerasi, sebelum digunakan wadah terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan
dikeringkan.
b. Ikan Uji
Ikan uji pada penelitian ini adalah benih ikan nila yang berumur 1 bulan
dengan berat benih ± 1.3 gram dari Balai Benih Ikan Krueng Batee Aceh Barat
16
Daya. Penelitian ini menggunakan 6 Stoples, dalam masing-masing wadah diisi
15 ekor benih ikan nila sehingga total ikan uji sebanyak 90 ekor.
b. Pemeliharaan
Benih ikan nila dipelihara selama 21 hari dalam Stoples dengan volume 15
liter. Selama pemeliharaan benih ikan nila diberi pakan 10% dari bobot ikan dan
yang sudah diramu dengan frekuensi 3x sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.00 dan
18.00 WIB. Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan dan perawatan kualitas
air dengan cara membersihkan wadah dan mengganti air secara rutin.
3.4. Parameter Uji
Parameter yang diukur adalah pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Data
pertumbuhan diambil setiap minggu selama penelitian. Sedangkan data
kelangsungan hidup dihitung diakhir penelitian
Untuk mendapatkan data kelangsungan hidup ikan, maka dihitung ikan
saat awal penelitian dan ikan yang masih hidup pada akhir penelitian didalam
wadah.
Parameter dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate disingkat SR)
Menurut Zairin (2002), bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
100%xpenelitianawalikanjumlah
penelitianakhirhidupyangikanjumlah(%)SR
17
2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR)
Berdasarkan data bobot ikan dilakukan penghitungan laju pertumbuhan
bobot harian menggunakan rumus Busacker et al. (1990):
SGR = [ (lnWt - lnWo)/t) ] x 100%
Keterangan:
α = Laju pertumbuhan harian (%)
W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)
t = Lama pemeliharaan (hari)
3. Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu
tertentu yaitu panjang pada awal pemeliharaan dan panjang akhir pemeliharaan.
Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
Lm = T L1 ˗˗ T Lₒ
dimana :
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
T L1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
T Lₒ = Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Sumber : Hariati (1989)
4. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan (EP) ikan uji dihitung dengan rumus Takeuchi (1988), yaitu:
EP = x 100%
18
Dimana : D = Bobot tubuh ikan uji yang matiWt = Bobot akhir ikanW0 = Bobot awal ikanF = Bobot total pakan yang dikonsumsi ikan uji
5. Rasio konsumsi pakan terhadap peningkatan berat badan atau Feed Conversion
Ratio (FCR).
Rumus menghitung FCR ialah:
FCR =
Dimana : D = Bobot tubuh ikan uji yang matiWt = Bobot akhir ikanW0 = Bobot awal ikanF = Bobot total pakan yang dikonsumsi ikan uji (Takeuchi
(1988),
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data laju
pertumbuhan bobot harian (SGR), pertumbuhan panjang mutlak (Lm), dan tingkat
kelangsunganhidup (SR), Efesiensi Pakan (EP) dan FCR sebagaimana yang
terlihat pada table dibawah ini :
Tabel 4. Nilai Parameter Uji
No Parameter Uji P 1 (20%)
P 2 (40%)
P 3 (60%)
P 4(kontrol
)1. SGR (% ) 1.4 1.4 1.4 1.4
2 SR (%) 100 100 100 100
3 Lm(cm) 22.5 22.5 22.5 22.5
4 EP (%) 22.2 22.2 22.2 22.2
5 FCR 4.5 4.5 4.5 4.5
4.2 Pembahasan4.2.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat laju pertumbuhan bobot harian ikan
yang menjadi objek penelitian, yaitu untuk P1 nilai SGR tiap perlakuan sama
yaitu sebesar 1.4 %. Untuk lebih jelas mengenai nilai SGR dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
20
P1 P2 P30
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4N
ilai
SGR
pa
da
ikan
ni
la
%
Pakan buatan dengan subsitusi tepung daun mata lele yang berbeda, untuk P1 = 20%, P2 = 40% dan P3 = 60%
Gambar 3. Nilai SGR pada pemberian pakan subtitusi tepung mata lele (%)
Dari pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan nila gesit pada penelitian
ini setiap minggunya menunjukkan hasil positif yaitu tidak ada penurunan berat
yang dialami oleh ikan objek penelitian (mengalami kenaikan). Hal ini
menunjukkan pakan dari bahan baku tepung mata lele dapat meningkatkan berat
badan ikan nila, walaupun kenaikan bobot nya hanya sedikit pada percobaan ini.
Untuk nilai proksimat pakan uji yang diberikan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
No Parameter uji P1(%) P2(%) P3(%)
1 Protein 21 22,13 32,24
2 Karbohidrat 34,44 31,04 19,73
3 Lemak 3,45 3,96 3,30
Sumber : nilai proksimat berdasarkan hasil uji lab (sertifikat terlampir halaman lampiran).
21
4.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Tingkat kelangsungan hidup pada penelitian ini, untuk masing – masing
perlakuan mempunyai nilai yang sama yaitu 100 %. Hal ini dapat dilihat berdasar
tidaknya ikan yang mati pada saat penelitian berlangsung (Tabel 4).
Pakan buatan ini menunjukan bahwa pakan ini dapat menunjukkan nilai
tingkat kelangsungan hidup ikan yang baik. Kematian benihikan nilaselama
penelitian diduga karena factor organisme patogen dalam media air. Hal ini dilihat
pada ikan mati banyak terdapat bercak putih pada bagian tubuh ikan.Selain itu,
kematian pada ikan juga diduga terjadinya stress pada ikan serta mudah terkejut
kemudian melompat-lompat karena pengaruh respon dari luar sepertipada saat
pemberian pakan, penyiponan feses dan penanganan pada saat pengukuran ikan.
Junianto (2003), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena
predator, parasit, penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang tidak cocok serta
fisik yang disebabkan oleh penanganan manusia.Selainitu yang menyebabkan
ikan stres,perbedaan jenis pakan penelitian dengan pakan ikan di habitat aslinya
membuat ikan butuh proses adaptasi lamaagr bisa dikonsumsi oleh ikan.
4.2.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Nilai pertumbuhan panjang mutlak pada penelitian ini dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :
22
P1 P2 P30
5
10
15
20
25
Per-
tum
-bu
han
Pan
-ja
ng
Mut
-la
k (L
m)
Pakan buatan dengan subsitusi tepung daun mata lele yang berbeda, untuk P1 = 20%, P2 = 40% dan P3 = 60%
Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) pemberian pakan subtitusi tepung daun mata lele.
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat nilai pertumbuhan panjang
mutlak (Lm), nilai Lm pada setiap perlakuan sama yaitu sebesar 22.5%. Hal ini
diduga subsitusi tepung mata lele dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan nila
tidka menunjukkan pertumbuhan yg bervariasi dalam setiap perlakuannya (sama).
4.2.4 Efesien Pakan Dan FCR
Pada penelitian ini nilai efesiensi pakan (EP) dan nilai FCR pada
penelitian ini juga memiliki nilai yang sama yaitu untuk nilai EP tiap perlakuan
nya sebesar 22.2 dan untuk nilai FCR tiap perlakuannya sebesar 4.5.
Pertumbuhan ikan dengan bobot daging yang tinggi terjadi karena
kemampuan ikan memanfaatkan nutrien pakan menjadi nutrien tubuh dan
mengkonversi nutrien menjadi energi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Junianto
(2003), bahwa kandungan keseimbangan nutrisi (protein, lemak, dan serat) pada
pakan ikan akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat tumbuh besar serta
23
memiliki bobot tubuh yang tinggi. Hasil analisis proksimat pakan dapat dilihat
pada lampiran sertifikat hasil proksimat..
Semakin tinggi nilai konversi pakan akan semakin tidak baik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Barrows dan Hardy (2001), yang menjelaskan bahwa
nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan, semakin
dari sedikit pakan yang diberikan pemberian pakan semakin efisien karena jumlah
pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit. Nilai
konversi pakan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kualitas
(protein pakan) dan kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas
perairan.
4.3 Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH,
danoksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 5 dibawah ini :
Tabel5.Nilai Parameter Kualitas Air SelamaPenelitian
PerlakuanKisaran Parameter
Suhu (oC) pH DO (mg/l)P1 28-29 7-8 4,5-5,0P2 28-29 7-8 4,5-5,0P3 28-29 7-8 4,5-5,0P4 28-29 7-8 4,5-5,0
Dari Tabel 5diatas dapat diketahui bahwa suhu air
padasemuaperlakuanselama penelitian berkisar antara 28-29ºC, pH air berkisar
antara 7-8dankonsentrasi oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,5-5,0 mg/L.
24
Air sebagai media hidup organisme perairan merupakan faktoryang
sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya termasuk dalam wadah
terkontrol. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya dukung pada organisme
dalam melakukan segala aktifitas hidupnya.Dari Tabel 5 diketahui bahwa kondisi
kualitas air pada saat pemeliharaan benih nila gesit adalahsuhu 28-29oC, pH 7-8
dan oksigen terlarut (DO) 4,5-5 mg/L. Berdasarkan hasil nilai parameter kualitas
air tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air selama penelitian dapat
mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan. Hal ini didukung
oleh pernyataan Lovell (1979), menyatakan bahwa kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan ikan catfish berkisar antara 26-29oC, pH 6,5-9,0 dan oksigen terlarut
(DO) > 3 mg/L. Kondisi suhu pada penelitian tidak mengalami perubahan yang
drastis, hal ini diduga karena kondisitempat pemeliharaan pemeliharaan dilakukan
diruangan yang tertutup.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapatkan selama penelitian, maka hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa subtitusi tepung daun mata lele yang berbeda dalam
pakan tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot harian
(SGR), untuk tiap perlakuannya nilai SGR sebesar 1.4%. Untuk pertumbuhan
panjang mutlak (Lm), masing – masing perlakuan sebesar 22.5 cm. Untuk nilai
tingkat kelangsungan hidup (SR) setiap perlakuan yaitu 100%. Untuk rasio
konversi pakan (FCR) tiap perlakuan yaitu sebesar 4.5 dan nilai efesiensi pakan
22.2 pada pertumbuhan benih ikan nila gesit. Berdasarkan uraian diatas nilai tiap
perlakuan pada masing – masing parameter uji menunjukkan pada pertumbuhan
ikan nila tidak cocok karena nilai setiap perlakuannya tidak menunjukkan
perbedaan nyata.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai ikan uji coba yang berbeda
karena dilihat dari hasilk penelitian ikan nila tidak cocok pada penggunaan pakan
buatan ini. Jadi perlu di uji pada ikan yang lain yang mungkin dapat menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Affandi Ridwan, Sjafei D.S, Rahardjo M.F, Sulistiono. 1992. Iktiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudidayaan,IPB.
Alalade, O. A. and E. A. Iyayi. (2006). Chemical composition and the feeding value of azolla ( Azolla pinnata ) meal for egg-type chicks. International Journal of Poultry Science 5:2 137.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). 2008. Sukabumi
Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. John Wiley & Sons.
Basak, B., et al. (2002). Azolla (Azolla pinnata) as a feed ingredient in broiler ration. International Journal of Poultry Science 1:1 29.
Cahyono B. 2002. Budidaya Air Tawar. Kanius. Yogyakarta, 30-34 Hal
Duckweed (1999), Family Lemnaceae, IOWA State University, University of Extension, SP 99
Effendi Rizal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Jain, S. K. (1990).Azolla pinnata R.Br. and Lemna minor L. for removal of lead and zinc from polluted water. Water Research 24:2 177-83.
Pemberton, R. W. and J. M. Bodle. (2009). Native North American Azolla Weevil, Stenopelmus rufinasus (Coleoptera: Curculionidae), uses the invasive old world Azolla pinnata as a host plant. Florida Entomologist 92:1 153.
Sugiarto Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex (Anggota IKAPI)”.
Suyanto, S.R. 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 Hal
Sood, A., et al. (2005). Indicators of phosphorus deficiency in Azolla pinnata (Salviniales, Pteridophyta). Acta Botanica Hungarica 47:1-2 197.
Sucipto Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.
Syarippudin. 2008. Pendederan dan Teknik Adaptasi Ikan Nila ke Air Payau. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee-NAD. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Zairin, M. Jr dan Summantadinata. K. (1998). Pengaruh Dosis Larutan Hormon 17 α -Metiltestosteron Padada Perendaman Telur fase bintik Mata Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Cupang (Betta Splendens regan). Prosiding Simposium dan Kongres 111 Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI), Bandung. P:281-285.
Daun Mata Lele
Dicampur dengan bahan-bahan lainnyaDiolah menjadi pakan
20% Daun mata lele
40% Daun mata lele
60% Daun mata lele
Dilakukan Uji Proksimat Pakan yang diolah
Diuji pada ikan
Parameter yang diamati
Tingkat Kelangsungan Hidup
Laju Pertumbuhan Harian
Efisiensi Pemberian Pakan
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Penelitian
28
Lampiran 2. Perhitungan formulasi pakan untuk 1 Kg (1000 gr)
Kandungan Protein masing-masing bahan adalah sebagai berikut:
Tepung Ikan
Tepung Kedelai
Tepung Daun Mata Lele
Dedak Padi
Bahan Pelengkap:
- Binder (Tepung Kanji)
- Vitamin C
- Minyak Ikan
:
:
:
:
:
:
:
60 %
39,6 %
30,22 %
9,6 %
10 %
2 %
1 %
Untuk Formulasi Tepung Daun Mata Lele 20%
Daun Mata Lele = 20
100 x 30,22 = 6,044%
Tepung Kedelai = 40100 x 39,6 = 15,84%
Tepung Ikan = 40
100 x 60% = 24%
Jumlah 6,044% + 15,84% + 24% = 45,884%
Total Protein Suplemen adalah: 45,884%
Protein Basal : Dedak Padi9,6 %
45,88 25,4 %
35%
29
9,6 10.88 %
36,28 %
ProteinSuplemen : 25,4 %36,68 %
x87 %=60,4 %
Protein Basal : 10,88 %36,68 %
=x 87 %=25,80 %
Tepung Daun Mata Lele: 20 %
100 % x 60,4% = 12,08%
= 12,08% x 500 gr
= 60,4 gr
Tepung Kedelai: 40 %100 % x 60,4% = 24,16%
= 24,16% x 1000 gr
= 120,8 gr
Tepung Ikan: 40 %
100 % x 60,4% = 24,16%
= 24,16% x 500 gr
= 120,8 gr
Dedak Padi: 100 %100 % x 25,80% = 25,80%
= 25,80% x 500 gr
= 129 gr
30
Vitamin = 2% x 500 gr = 10 gr
Minyak Ikan = 1% x 500 gr = 5 gr
Binder (Tepung Kanji) = 10% x 500 gr = 50 gr
Untuk Formulasi Tepung Daun Mata Lele 40%
Daun Mata Lele = 40 %
100% x 30,22 % = 12,08%
Tepung Kedelai = 30 %
100% x 39,6% = 11,88%
Tepung Ikan = 30 %
100 % x 60% = 18%
Total Protein Suplemen adalah: 41,96%
Protein Basal : Dedak Padi9,6 %
41,96 15,4 %
9,6 19,96 %
32,36 %
ProteinSuplemen : 15,4 %32,36 %
x87 %=41,40 %
Protein Basal : 17,76 %32,36 %
=x 87 %=47,74 %
25%
31
Tepung Daun Mata Lele: 40 %
100 % x 41,40% = 16,56 %
= 16,56 % x 500 gr
= 82,8 gr
Tepung Kedelai: 30 %100 % x 41,4% = 12,42 %
= 12,42 % x 500 gr
= 62,1 gr
Tepung Ikan: 30 %
100 % x 41,4% = 12,42 %
= 12,42 % x 500 gr
= 62,1 gr
Dedak Padi: 100 %100 % x 47,74% = 47,74 %
= 47,74 % x 500 gr
= 238,7 gr
Vitamin = 2% x 500 gr = 10 gr
Minyak Ikan = 1% x 500 gr = 5 gr
Binder (Tepung Kanji) = 10% x 500 gr = 50 gr
Untuk Formulasi Tepung Daun Mata Lele 60%
Daun Mata Lele = 60
100 x 30,22% = 18,13%
32
Tepung Kedelai = 20100 x 39,6% = 7,92%
Tepung Ikan = 20
100 x 60% = 12%
Total Protein Suplemen adalah: 38,05%
Protein Basal : Dedak Padi9,6 %
38,05 15,4 %
9,6 13,05 %
28,45 %
ProteinSuplemen : 15,4 %28,45 %
x87 %=47,09 %
Protein Basal : 13,05 %28,45 %
=x 87 %=39,90 %
Tepung Daun Mata Lele: 60 %
100 % x 47,09% = 28,25 %
= 28,25 % x 500 gr
= 141,25 gr
Tepung Kedelai: 20 %100 % x47,09% = 9,41 %
= 9,41 % x 500 gr
= 47,05 gr
25%
33
Tepung Ikan: 20 %
100 % x 47,09% = 9,41 %
= 9,41 % x 500 gr
= 47,05 gr
Dedak Padi: 100 %100 % x 39,90% = 39,90 %
= 39,90 % x 500 gr
= 199,5 gr
Vitamin = 2% x 500 gr = 10 gr
Minyak Ikan = 1% x 500 gr = 5 gr
Binder (Tepung Kanji) = 10% x 500 gr = 50 gr
34
Lampiran 3
Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus :
EP= { ((Wt + D – Wo / F ]} x 100%
Keterangan :
EP = Konversi pakan
F = Jumlah pakan kering yang diberikan
Wt = Biomassa ikan pada waktu terakhir (gram)
Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)
D = Bobot ikan yang mati selama penelitian (gram)
Diketahui :
P1 = Subtitusi 20%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :EP= { ((Wt + D) – Wo / F} x 100%
EP = ( 19.5 + 0) – 1.3 / 81.9 x 100%EP = 22.2 %
P3 = Subtitusi 40%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :EP= { ((Wt + D) – Wo / F} x 100%
EP = ( 19.5 + 0) – 1.3 / 81.9 x 100%EP = 22.2 %
P2 = Subtitusi 60%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :EP= { ((Wt + D) – Wo / F} x 100%
EP = ( 19.5 + 0) – 1.3 / 81.9 x 100%EP = 22.2 %
35
Rumus menghitung FCR ialah:
FCR =
Dimana : D = Bobot tubuh ikan uji yang matiWt = Bobot akhir ikanW0 = Bobot awal ikanF = Bobot total pakan yang dikonsumsi ikan uji
Penyelesaian :
P1 = Subtitusi 20%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :FCR = { F / (Wt + D) - Wo}
FCR = ( 81.9 / (19.5 + 0 – 1.3)FCR = 4.5
P3 = Subtitusi 40%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :FCR = { F / (Wt + D) - Wo}
FCR = ( 81.9 / (19.5 + 0 – 1.3)FCR = 4.5
P2 = Subtitusi 60%F = 81.9 grWt = 19.5 grWo = 1.3 grD = 0 grPenyelesaian :FCR = { F / (Wt + D) - Wo}
FCR = ( 81.9 / (19.5 + 0 – 1.3)FCR = 4.5