dehidrasi

7
3. Memahami dan menjelaskan Dehidrasi 3.1 Definisi dehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan tidak dapat digantikan dengan baik. Menurut Mann dan Stewart (2007) dan Gavin (2006), dehidrasi disebabkan karena meningkatnya kehilangan cairan tubuh, kurangnya asupan air, atau oleh kedua hal tersebut. Dehidrasi ditandai oleh munculnya rasa haus. Apabila rasa haus tersebut tidak direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup maka keadaannya akan semakin memburuk. Rasa haus ini akan semakin sulit diterima dan direspon seiring dengan bertambahnya usia. Akibatnya, rasa haus tersebut akan berkembang menjadi rasa lemah dan lemas, letih, kehilangan kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008; Adyas, 2011). Dehidrasi dapat terjadi jika tubuh banyak kekurangan cairan intraseluler sebagai akibat dari berpindahnya cairan intrasel ke dalam ekstrasel. Hal ini terjadi karena kenaikan tonisitas di dalam plasma atau ekstraseluler. Tonisitas meningkat merupakan dampak dari terbuangnya cairan ekstraseluler yang bersifat hipotonik, dimana terbuangnya kadar air jauh lebih tinggi dari kadar natrium di plasma. Sehingga cairan intrasel akan berpindah secara alamiah ke plasma untuk menjaga homeostasis cairan. Karena terjadi penurunan cairan inilah menandakan bahwa plasma kekurangan volume air, menyebabkan osmolalitas meningkat. Dengan terjadinya hal tersebut maka osmoreseptor di hipotalamus akan terangsang sehingga tubuh kita akan mengekspresikan dehidrasi dalam bentuk rasa haus. 3.2. Jenis - Jenis Berdasarkan penyebabnya, dehidrasi terdiri dari: a. Dehidrasi hipertonik Ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter).

Upload: nazzarramdhagama

Post on 25-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fe

TRANSCRIPT

Page 1: dehidrasi

3. Memahami dan menjelaskan Dehidrasi3.1 Definisidehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan tidak dapat digantikan dengan baik. Menurut Mann dan Stewart (2007) dan Gavin (2006), dehidrasi disebabkan karena meningkatnya kehilangan cairan tubuh, kurangnya asupan air, atau oleh kedua hal tersebut. Dehidrasi ditandai oleh munculnya rasa haus. Apabila rasa haus tersebut tidak direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup maka keadaannya akan semakin memburuk. Rasa haus ini akan semakin sulit diterima dan direspon seiring dengan bertambahnya usia. Akibatnya, rasa haus tersebut akan berkembang menjadi rasa lemah dan lemas, letih, kehilangan kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008; Adyas, 2011). Dehidrasi dapat terjadi jika tubuh banyak kekurangan cairan intraseluler sebagai akibat dari berpindahnya cairan intrasel ke dalam ekstrasel. Hal ini terjadi karena kenaikan tonisitas di dalam plasma atau ekstraseluler. Tonisitas meningkat merupakan dampak dari terbuangnya cairan ekstraseluler yang bersifat hipotonik, dimana terbuangnya kadar air jauh lebih tinggi dari kadar natrium di plasma. Sehingga cairan intrasel akan berpindah secara alamiah ke plasma untuk menjaga homeostasis cairan. Karena terjadi penurunan cairan inilah menandakan bahwa plasma kekurangan volume air, menyebabkan osmolalitas meningkat. Dengan terjadinya hal tersebut maka osmoreseptor di hipotalamus akan terangsang sehingga tubuh kita akan mengekspresikan dehidrasi dalam bentuk rasa haus.

3.2. Jenis - Jenis

Berdasarkan penyebabnya, dehidrasi terdiri dari:a. Dehidrasi hipertonik

Ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter).

b. Dehidrasi isotonik Ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).

c. Dehidrasi hipotonik Ditandai denganrendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum(kurang dari 270 mosmol/liter.

Berdasarkan tingkat banyak cairan tubuh yang hilang:a. Dehidrasi ringan

Yaitu kehilangan cairan dalam tubuh sebesar 5%.

b. Dehidrasi sedang Kehilangan cairan dalam tubuh sebesar 5-10%

c. Dehidrasi berat Kehilangan lebih dari 10% cairan dalam tubuh.

Page 2: dehidrasi

3.3 Manifestasi klinik

Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak ada samasekali. Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan matacekung sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunanberat badan akut lebih dari 3%. Tanda klinis obyektif lainya yang dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.

Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :

a. Dehidrasi ringan 1) Muka memerah2) Rasa sangat haus3) Kulit kering dan pecah-pecah4) Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya5) Pusing dan lemah6) Kram otot terutama pada kaki dan tangan7) Kelenjar air mata berkurang kelembabannya8) Sering mengantuk9) Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

b. Dehidrasi sedang1) Tekanan darah menurun2) Pingsan3) Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung4) Kejang5) Perut kembung6) Gagal jantung7) Ubun-ubun cekung8) Denyut nadi cepat dan lemah

c. Dehidrasi Berat1) Kesadaran berkurang2) Tidak buang air kecil3) Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab4) Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba5) Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur6) Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.

Sedangkan tanda dehidrasi pada bayi/anak:

1) Mulut dan lidah kering2) Tidak keluar air mata saat menangis3) Popok tidak basah selama lebih dari 3 jam

Page 3: dehidrasi

4) Perut, mata, dan pipi cekung5) Demam6) Lesu atau rewel7) Kulit tidak segera kembali ke posisi semula jika dicubit kemudian dilepaskan.

3.4 Mengetahui dan menjelaskan penanganan dehidrasi

Cara mengobati dehidrasi atau penanganan dehidrasi  perlu di lakukan bagi

orang yang menderita dehidrasi. Dehidrasi yang ringan dan sedang dapat

ditangani dengan larutan rehidrasi oral, dan dehidrasiberat dapat diobati

dengan cairan infuse. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

merekomendasikan larutan rehidrasi oral  yang mengandung natrium

klorida, natrium sitrat, kalium klorida dan glukosa anhidrus. Langkah-langkah

untuk menyiapkan larutan rehidrasi oral dari suatu paket standar mencakup:

Cucilah tangan Anda dan keringkan dengan kain yang bersih

Ambilah satu liter air bersih

Campurkan satu pak penuh larutan rehidrasi oral ini tetap tertutup.

Berikan larutan ini pada anak menurut penjelasan di bawah ini.

Gunakan larutan ini dalam waktu 24 jam. Sisa larutannya harus dibuang.

Waktu penghentian rehidrasi oral

Larutan rehidrasi oral harus dihentikan setelah diare berhenti. Pemberiannya juga

harus dihentikan sementara jika larutan rehidrasi oral gagal memperbaiki dehidrasi

dan atau si anak terkena komplikasi akibat diare.

Larutan rehidrasi oral tidak direkomendasikan dalam kasus dehidrasi parah, kelelahan

dan jika tidak ada air seni yang dibuang.

Keuntungan larutan rehidrasi oralLarutan rehidrasi oral memiliki 4 keuntungan utama, yakni mudah diperoleh, mudah diberikan, tidak mahal, efektif dalam menangani dehidrasi ringan atau sedang.

Cairan Infus

Cairan infuse untuk menangani dehidrasi biasanya direkomendasikan dalam lima kondisi: Dehidrasi parah dengan atau tanpa tanda-tanda syok (berkurangnya volume darah

dalam tubuh)

Kelelahan, lemas, koma

Muntah yang tak terkendali

Berkurangnya atau tidak adanya air seni yang dibuang dalam waktu yang lama

Komplikasi apapun di mana larutan rehidrasi oral tidak dapat diberikan.

Kelemahan cairan infuse

Page 4: dehidrasi

Ada 5 kekurangan utama dari pemberian cairan infuse: Mahal

Dibutuhkan orang yang terlatih untuk memberikan cairan dengan cara ini

Tidak cukupnya fasilitas di pedesaan atau daerah yang jauh di pedalaman

Tingginya risiko infeksi ketika teknik-teknik atau bahan-bahan yang bersih

tidak digunakan. Kemungkinan terjadinya hidrasi yang berlebihan dan hidrasi yang tidak memadai

lebih tinggi dibandingkan dengan perawatan dengan larutan rehidrasi oral( misalnya, oralit).

Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena sebab lainnya, kita sering  menjumpai keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen  ke organ organ tidak lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan berkontribusi terhadap metabolisme anaerob  dan akumulasi asam laktat. 

Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.

Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole blood dan komponen-komponen darah. 

                             a.  Cairan KristaloidLarutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, yang

tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60 menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.

·         NaCl 0,9%

Keuntungannya yaitu  murah dan mudah didapat, cairan infus ini juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.

Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan setiap  liter volume darah, maka kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.

·         Ringer Laktat

Page 5: dehidrasi

Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor yang dihasilkan  juga lebih fisiologis.

Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.

·         Dextrose atau glukosa

Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau pembedahan  sering menyebabkan kadar gula darah meningkat. Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post resusitasi.

                        b. Cairan Koloid

Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih kontroversi.  Pada jaman  perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid yaitu mahal. 

Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil. Secara umum koloid dipergunakan untuk :

Ø  Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia

Ø  Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.