diare dan dehidrasi

28
1 SEORANG BAYI DENGAN KELUHAN DIARE DAN MUNTAH KELOMPOK 8 Nadia Alwainy (03008171) Rachma Tia Wasril (03010228) Phoespha Mayangsarie (03008191) Radian Savani (03010229) Prita Rosdiana (03010222) Ramayani Batjun (03010231) Putri Maulia Sari (03010224) Ratu Suci Angraini (03010232) Putri Sarah (03010225) Raysa Angraini (03010233) R. Ifan Arief Fahrurozi (03010226) Reynatta Audralia (03010234) Rachel Silency Aritonang (03010227) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta, 06 Juni 2012

Upload: r-ifan-arief-fahrurozi

Post on 22-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah Kasus Diare sekretorik dengan dehidrasi hipertonik berat

TRANSCRIPT

  • 1

    SEORANG BAYI DENGAN KELUHAN DIARE DAN MUNTAH

    KELOMPOK 8

    Nadia Alwainy (03008171) Rachma Tia Wasril (03010228)

    Phoespha Mayangsarie (03008191) Radian Savani (03010229)

    Prita Rosdiana (03010222) Ramayani Batjun (03010231)

    Putri Maulia Sari (03010224) Ratu Suci Angraini (03010232)

    Putri Sarah (03010225) Raysa Angraini (03010233)

    R. Ifan Arief Fahrurozi (03010226) Reynatta Audralia (03010234)

    Rachel Silency Aritonang (03010227)

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    Jakarta, 06 Juni 2012

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Diare masih merupakan salah satu penyebab utamamorbilitas dan mortalitas anak di

    negara yang sedangberkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare

    menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.

    Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampakyang terjadi karena

    infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan

    sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan

    elektrolit dankeseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel,penetrasi ke lamina

    propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi.

    Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami

    invasi sistemik. Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk

    mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

    kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik,mencegah dan

    menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan

    terapidiare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional.

    Pemakaian cairan rehidrasi oralsecara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi.Pemberian

    cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare,

    muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral olehkarena infeksi. Beberapa

    cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan

    penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.

  • 3

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Sesi I

    Seorang bayi berusia 15 bulan dibawa ke puskesmas dengan keluhan diare dan

    muntah. Diare telah berlangsung selama 3 hari dengan tinja cair dan berlendir tanpa darah.

    Pada pemeriksaan fisik bayi gelisah, suhu 38,9C, berat badan 14kg, denyut jantung

    128x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit, mukosa mulut kering, ubun-ubun dan mata

    cekung, turgor kulit kurang.

    Sesi II

    Kasus di atas 2 hari kemudian dibawa lagi ke RS karena diarenya bertambah hebat,

    disertai muntah, panas tinggi dan kejang. Pada pemeriksaan anak somnolent, perut kembung

    dan pernafasan 56x/menit. Denyut jantung 156x/menit. Pemeriksaan elektrolit dan analisa gas

    darah dijumpai sbb: Na : 152meq/l, K: 2,4meq/l, Ph: 7,25, BE: -12meq/l. Bikarbonat:

    15meq/l. Gula darah : 256mg%, BUN : 45mg%.

  • 4

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Identitas pasien

    Nama : -

    Umur : 15 bulan

    Alamat : -

    Pekerjaan : -

    B. Daftar Masalah

    Masalah Interpretasi masalah

    Diare dan Muntah 3 hari Diare akut

    Tinja cair dan berlendir tanpa darah Lapisan atas mukosa rusak. Diakibatkan

    oleh infeksi kuman patogen yang non

    invansif. Menyebabkan hilangnya vili usus

    sehingga proses penyerapan makanan

    terganggu.

    Bayi gelisah Ini dapat disebabkan karena anak

    mengalami dehidrasi akibat diare

    C. Hipotesis

    -Diare Sekretorik

    -Diare Osmotik

    D. Anamnesis tambahan

    1. Sudah berapa lama terjadi diarenya?

    2. Seberapa sering pasien buang air dalam sehari?

    3. Apa saja makanan yang dikonsumsi oleh pasien?

    4. Sudah diberikan obat atau oralit atau belum untuk menanggulangi diarenya?

    E. Pemeriksaan fisik

    Hasil pemeriksaan fisik Interpretasi

    Suhu 39,8C Kemungkinan infeksi

    Berat badan 14kg Obesitas

    Heart Rate 128x > 156x /menit Tachicardi

    Respiratory Rate 24x ->56x /menit Tachipnoe. Kompensasi dari tubuh untuk

  • 5

    membuang CO2

    Mukosa mulut kering, ubun-ubun dan mata

    cekung, turgor kulit kurang

    Dehidrasi berat dikarenakan water loss

    yang banyak.

    Kembung Karbohidrat yang tidak diserap

    menghasilkan gas.

    Kejang Karena ketidakseimbangan elektrolit

    F. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan Laboratorium

    Data Data Kasus Nilai

    Normal Interpretasi Keterangan

    Pemeriksaan

    Darah :

    Natrium 152 meq/l 134 - 145 meq/l Hipernatremia Asidosis

    Metabolik

    Kalium 2,4 meq/l 3,6 - 5,8 meq/l Hipokalemia Asidosis

    Metabolik

    Ph 7,25 7,35 - 7,45 Asam Asidosis

    Metabolik

    Base Excess

    (BE) (-)12 meq/l (-)3 - (+)3 meq/l Menurun

    Asidosis

    Metabolik

    Bicarbonate 15 meq/l 22 - 29 meq/l Menurun Asidosis

    Metabolik

    Gula Darah 256 mg% 60 - 100 mg% Hiperglikemia Asidosis

    Metabolik

    Blood Urea

    Nitrogen

    (BUN)

    45 mg% 5 - 18 mg% Meningkat

    Intake Protein

    Tinggi /

    Ketoasidosis

  • 6

    Blood Urea Nitrogen (BUN)

    Ureum merupakan produk akhir metabolisme protein yang mengandung

    nitrogen. Ginjal berperan dalam mengeleminasi urea dari tubuh. Pada penurunan

    fungsi ginjal, kadar urea nitrogen darah (Blood Urea Nitrogen, BUN) meningkat, dan

    juga peningkatan ini dapat menunjukkan kerusakan glomerulus. BUN diperoleh dari

    metabolisme protein normal dan dieksresikan didalam urin. Namun kadar BUN juga

    dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan hepatotoksisitas, yang merupakan

    efek umum dari beberapa toksikan, sehingga kenaikan nilai BUN tidak dapat

    dijadikan indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal

    Base Excess (BE)

    BE digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari perubahan asam

    dan basa dan menunjukkan apakah pasien mempunyai asidosis metabolik/alkalosis

    metabolik

    BE menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan untuk mengembalikan pH

    darah individu ke interval pH (7,35-7,45) dengan jumlah CO2 pada nilai standar

    BE > +3 menunjukkan pasien mempunyai darah yang memerlukan

    peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan pH ke netral

    (menunjukkan Alkalosis) atau mengindikasikan pasien dengan asidosis metabolic/

    primer atau sekunder terhdap alkalosis respiratorik

    BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, missal kebutuhan asam

    yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk mengembalikan pH kembali ke normal

    (pasien dengan metabolic asidosis/ primer atau sekunder terhadap alkalosis

    respiratoris)

    Ph (Asam Basa)

    Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam

    basa darah:

    1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.

    Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,

    yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

    2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai pelindung terhadap

    perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH yang

  • 7

    paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen

    basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2 (suatu komponen asam). Jika lebih

    banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak

    bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran

    darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih sedikit bikarbonat.

    3. Pembuangan CO2

    CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang

    dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru CO2 tsb

    dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak mengatur jumlah CO2 yang

    dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Jika

    pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika

    pernapasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.

    Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernapasan, maka pusat pernapasan dadn

    paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

    Nilai HCO3 yang berada dibawah normal dapat menjadi indikator terjadinya

    asidosis metabolik dalam tubuh, yaitu terjadinya keasaman darah yang

    berlebihan,yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila

    peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar

    menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam

    dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah

    dengan cara menurunkan jumlah karbondoksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha

    mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam

    dalam air kemih. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk

    membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal

    pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.

    Pemeriksaan Penunjang Diare

    1. Pemeriksaan Tinja

    a. Dapat ditemukan lender disertai darah

    b. Ph asam/basa

    c. Leukosit > 5/LBP

    d. Biakan test dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri dan tatalaksana

    e. ELISA untuk virus

  • 8

    2. Pemeriksaan Darah

    a. Gangguan elektrolit

    b. Analisa Gas Darah

    G. Diagnosis

    Diare sekretorik dengan dehidrasi hipertonik berat

    Kami menyimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami diare sekretorik karena

    adanya gejala klinis yang mendukung diagnosis tersebut, yaitu keluarnya tinja

    berlendir tanpa adanya darah. Selain itu, gejala pasien yang menunjukan tanda adanya

    dehidrasi, mengindikasikan bahwa pasien terlalu banyak mengeluarkan air dan

    elektrolit dari dalam tubuh. Alasan kami memberi kan bahwa pasien tersebut

    mengalami dehidrasi hipertonik berat karena adanya gejala kejang, nadi yang

    cepat,dan tugor kulit yang berkurang. Selain itu, hali ini di dukung dengan adanya

    kadar natrium dalam plasma darah yang meningkat (hipernatremia).

    H. Diagnosis banding

    Diare osmotik

    Karena gejala dan tandanya mirip tetapi berbeda etiologi.

    I. Penatalaksanaan

    Prinsip penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah

    1. Rehidrasi

    Karena pada pasien ini mengalami dehidrasi yang berat hingga kejang maka

    diperlukan rehidrasi IVFD. Menurut cara WHO, rehidrasi IVFD dibagi menjadi 3

    tahapan. Yaitu tahap emergensi,rehidrasi total,dan rumatan. Karena pasien ini

    tahap emergensi

    30 cc/kg bb selama 1/2 jam

    rehidrasi total

    70 cc/kg bb selama 4 jam

    rumatan

    (NWL + CWL + Suhu)

    Ket :

    NWL : Normal water

    loss

    CWL : Cutaneous Water

    Loss

  • 9

    berumur lebih dari 1 tahun maka penatalaksanaan yang diberikan sebagai berikut:

    Pertama kali dilakukan tahap emergensi, untuk mencegah terjadinya dehidrasi

    yang lebih berat lagi, dan mencegah kembali terjadinya kejang. Kemudian

    diberikan rehidrasi total untuk mengganti cairan tubuh yang telah hilang. Lalu

    tahap selanjutnya diberika jika keadaan umum masih lemah atau diare masih

    banyak. Rumus NWL pada pasien tersebut adalah NWL= 1000cc+50(BB-10).

    2. Pengaturan diet

    Jika anak ini mengkonsumsi susu formula, usahakan anak ini diberikan ASI

    karena ASI masih optimal.

    3. Simptomatik

    Karena anak ini mengalami demam dan kejang maka diberikan antipiretik dan

    antikonvulsan.

    4. Antibiotika ( diberikan atas indikasi yang tepat dan ketat).

    Antibiotika dapat diberikan apabila telah mendapatkan hasil kultur penyebab

    terjadinya diare, karena pemberian antibiotika pada pasien tersebut harus sangat

    tepat agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan.

    J. Komplikasi

    -Malnutrisi

    K. Prognosis

    Ad vitam : Ad bonam

    Ad functionam : Ad bonam

    Ad sanationam : Ad bonam

  • 10

    BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anatomi

    USUS HALUS

    - Usus halus halus relatif panjang rata-rata 5 m

    - Terdiri dari 3 segmen :

    1. Duodenum

    2. Jejunum

    3. Ileum

    - Usus halus berfungsi:

    a. Mengangkut bahan makanan (chyme) dari lambung ke usus besar

    b. Menyelesaikan pencernaan dengan sekret enzim yang berasal dari dinding dan

    kelenjar pelengkapnya

    c. Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam pembuluh darah dan limf pada

    dindingnya

    d. Mensekresi hormon-hormon tertentu.

    - Bangunan bangunan khusus pada mukosa

    Plika sirkularis kerckring

    Merupakan lipatan permanen yang berjalan spiral atau melingkar terdiri

    atas seluruh tebal mukosa dengan submukosa di bagian tengahnya.

    Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih lumen usus, tetapi jarang

    melingkari seluruh lumen usus.

    Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan pada bagian

    proksimal jejunum, setelah itu berkurang dan menghilang pada setengah

    bagian distal ileum.

  • 11

    Vilus dan

    Kriptus

    Vilus, merupakan tonjolankecil mirip jari atau daun pada membran

    mukosa

    Panjangnya 0,5 1,5 mm da hanya terdapat pada usus kecil

    Kontraksi sel-sel otot polos di tengah vili menyebabkan vili dapat

    mengkerut dan memendek, jadi membantu aliran limf.

    Pada umumnya vili memendek bila usus mengembang.

    Kriptus Lieberkuhn, bangunan-bangunan berbentuk tabung bermuara di

    antara dasar vili.

    Susunan kriptus tidak serapat kelenjar-kelenjar lambung, ruang-ruang di

    antaranya terisi oleh jaringan ikat lamina propria.

  • 12

    Villus intestinal

    Kriptus

    lieberkuhn

    Mikrovili

    Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang lapisan

    luarnya dilengkapi dengan jala filamen halus yang memberi gambaran

    kabur.

    Selubung filamen ini mengisi ruang ruang antar mikrovili dan ujung-

    ujungnya , membentuk suatu lapisan permukaan yang tidak terputus-

    putus, mengandung glikoprotein, dan tahan terhadap bahan proteolitik dan

    mukolitik.

  • 13

    - Epitel mukosa usus merupakan epitel silindris, tetapi berbeda dengan epitel

    permukaan lambung, oleh karena terdapat lebih dari satu jenis sel.

    Sel silindris ( sel absorptif)

    o Terletak di atas lamina basal

    o Intinya lonjong dan terletak di bagian basal sel

    o Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (striated border) atau

    berbentuk sikat (brush border) yang terdiri atas mikrovili berjajar

    dan berhimpitan.

    o Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan mengandung

    enzim-enzi, pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase yang

    memecah gula dan peptida

    o Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan enterokinase

    yang terdapat pada lapisan permukaan.

    Sel goblet

    o Tersebar di antara sel-sel silindris

    o Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.

    o Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi inti.

    o Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan butir-

    butir sekret mukus.

    o Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke vilus

    o Kemudian semakini banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk selnya

    makin menyerupai piala, dan dilepaskan diujung vilus.

  • 14

    Sel enteroendokrin

    o Mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan

    sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi

    kandung empedu.

    o Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:

    Sel gastrinintestinal pada vili dan kriptus

    Sel penghasil somastatin (sel D) sepanjang usus halus

    Sel penghasil cholecystokinine (sel I) crypti duodenum dan

    jejunum

    Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) pada

    mucosa jejunum dan ileum

    Sel enterochromaffin sel EC1) sepanjang mukosa usus

    halus , penghasil serotonin dan substan P

    Sel K paling sering terlihat pada crypti duodenum dan

    jejunum, mengahsilkan gastric inhibitory peptide.

  • 15

    Sel paneth

    o Ditemukan hanya pada dasar cryptus usus halus

    o Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit

    o Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna dinding

    sel bakteri tertentu , dan agaknya berkemampuan memfagositosis

    bakteri tertentu.

    o Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia mungkin

    mengatur flora mikrobial usus.

    o Sel paneth dewasa mengandung banyak granula dan terletak di dasar

    kriptus

    o Sel yang kurang dewasa terletak agak tinggi pada kriptus

    o Pergantian sel paneth lebih lambat (30-40 hari) dibanding dengan sel

    silindris atau sel

    goblet.

    Sel paneth

    - Lamina propria

    terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus.

    Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang menjurus ke arah limfoid.

    Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular primitif denga inti besar,

    lonjong, dan pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma.

    Terdapat pula sejumlah besar folikel solietr atau noduli limfatisi yang

    menyendiri, jumlahnya semakin banyak pada bagian distal usus.

    Membentuk agregrat besar terdiri dari 20 atau lebih lympho nodulus disebut

    plaque payeri.

  • 16

    Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah penting dengan sel

    limfosit dan makrofag sebagai sawar antara tubuh dan antigen,

    mikroorganisme dan bahan asing lainnya yang selalu ada di dalam lumen usus.

    plaque peyeri

    T. serosa T. mukosa

    T.submukosa

    - Kelenjar submukosa duodenum (Brunner) terdiri atas sel kubis tinggi dengan inti

    gelap, gepeng, terletak di basal sel dan sitoplasmanya jernih bervakuola.

    - Kelenjar Brunner menghasilkan mukus basa

    - Sekret asam lambung dapat menyebabkan erosi pada mukosa duodenum, dan sekresi

    kelenjar submukosa mencegah hal tersebut dengan mukusnya.

    - Sifat alkalinya diduga disebabkan oleh kapasitas bufer bikarbonat.

    - Sel kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu peptida yang menghambat

    sekresi asam hidroklorida di dalam lambung.

  • 17

    USUS BESAR

    - Panjangnya 180 cm

    - Terdiri dari :

    Sekum berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal

    Apendiks suatu divertikulum kecil dari sekum

    Kolon mulai dari sekum dan dibagi dalam bagian ascenden, transversa dan

    descenden

    Rektum saluran anus

    - Fungsi usus besar :

    Absorpsi cairan

    Mensekresi mukus pelumasan menjadi lebih penting karena cairan

    diabsorpsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak

    mukosa menjai lebih besar.

    Pencernaan yang dilakukan oleh enzim yang ada di dalam makanan.

    Pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar.

    - Usus besar tidak mempunyai plika dan vili

    - Epitel permukaan tampak lebih rata daripada yanga ada di usus kecil

    - Sel goblet jumlahnya lebih banyak.

  • 18

    - Batas ileosekal

    o Terjadi perubahan mendadak pada mukosa, yaitu membentuk lipatn anterior

    dan posterior menjadi dua daun katup.

    o Terdiri dari mukosa dan submukosa yang diperkuat oleh massa otot polos

    melingkar

    - Apendiks

    Panjangnya 25 cm

    Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan batas

    yang tidak teratur.

    Vili tidak ada dan kelenjar intestinal jumlahnya sedikit dan panjang tidak

    teratur

    Epitel permukaan tersusun dari sel silindris dengan striated border dan sel

    gobletnya sedikit,

    Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan banyak sel enteroendokrin.

    Apendiks seringkali sebagai tempat peradangan akut dan kronis, sehingga

    sukar mendapatkan apendiks yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan

    neutrofil dalam lamina propria dan submukosa.

    Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil berturut-turut menunjukkan

    adanya infeksi menahun dan infeksi akut.

  • 19

    - Sekum, kolon dan rektum

    Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus kecil dan

    letaknya lebih berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan di rektu

    mencapai 0,75 mm.

    Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrinkadangkala terdapat di

    bawah di dalam kelenjar.

    Sel paneth tidak ada

    Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus halus, dan

    mengandung noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di submukosa.

    Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak merupakan

    lapisan yang utuh tetapi membentuk 3 pta memanjang, sebagai taeniae coli.

    Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan yang utuh.

    Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding abdomen

    pagian posterior, membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas jaringan

    lemak yaitu apendiks epiploika.

  • 20

    - Batas rektum anus

    Disini membran mukosa membentuk lipatan-liptan memanjang disebut

    Kolumna Rektalis Morgagni.

    Epitel silindris tiba-tiba berubah menjadi epitel berlapis gepeng yang meluas

    sedikit ke bawah sebagai daerah peralihan antara epitel usus dan kulit.

    Pada anus, epitelnya mengandung lapisan tanduk dan dibawahnya terdapat

    kelenjar tubulosa bercabang disebut kelenjar sirkumanal

    Pada bagian bawah rektum, dan pada saluran anus, lapisan dalam muskularis

    menebal, sebagai sfingter ani internum

    Mengelilingi saluran anus adalah berkas-berkas otot lurik, yang membentuk

    sfingter ani eksternum.

  • 21

    H

  • 22

    PROSES PENCERNAAN TIGA KATEGORI NUTRIEN UTAMA

    NUTRIEN

    ENZIM

    yang

    Bekerja

    Sumber

    Enzim

    Tempat

    Kerja

    Enzim

    Keja Enzim Satuan Nutrien

    yang Diserap

    KARBOH

    IDRAT

    Amilase Kelenar

    liur

    Mulut

    dan

    korpus

    lambung

    Menghidrolisis

    polisakarida

    menjadi Disakarida

    Disakari

    dase

    (sukrase,

    maltase,

    laktase)

    Sel Epitel

    usus halus

    Brush

    Border

    usus

    halus

    Menghidrolisis

    disakarisa menjadi

    monosakarida

    MONOSAKARID

    A

    (glukosa,

    galaktosa, fruktosa)

    Saluran Tunika

    mukosa

    Lamina

    propria

    Tunika

    muskulari

    s mukosa

    Tunika

    submukosa

    Tunika

    muskularis T.serosa /

    adv

    Duodenu

    m

    EST+

    SG+mik

    rovili+vi

    lus

    Kriptus

    lieberkuhn

    kel.

    Brunner

    T. adv

    Jejunum EST+

    SG+

    vilus

    KL plica

    semisircul

    ar kekringi

    T.serosa

    Ileum EST+

    SG+

    vilus

    KL+plaqu

    e peyeri

    T.serosa

    Rectum EST+S

    G>

    KL T.adv

    Appendix EST+S

    G>>

    KL+NL

    seluruh

    dinding

    T.serosa

  • 23

    PROTEIN

    Pepsin Sel Utama

    Lambung

    Antrum

    Lambun

    g

    Menghidrolisis

    protein menjadi

    fragmen peptide

    Tripsin,

    Kimotrip

    sin,

    Karboksi

    peptidase

    Pankreas

    Eksokrin

    Lumen

    usus

    halus

    Menyerang

    fragmen peptide

    yang berbeda

    Aminope

    ptidase

    Sel epitel

    usus halus

    Brush

    Border

    usus

    halus

    Menghidrolisis

    fragmen peptide

    menjadi asam

    amino

    Asma amino dan

    beberapa peptide

    kecil

    LEMAK

    Lipase Pankreas

    Eksokrin

    Lumen

    usus

    halus

    Mmenghidrolisis

    trigliserida menjadi

    asam lemak dan

    monogliserida

    Asam lemak dan

    monogliserida

    Garam

    Empedu Hati

    Lumen

    usu halus

    Mengelmusikan

    globulus lemak

    besar

    Asam lemak dan

    monogliserida

    .

    B. Etiologi diare

    Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang air

    besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih

    dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya . BAB

    encer dapat atau tanpa disertai lendir dan darah .

    Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:

    Faktor infeksi :

    - Factor infeksi enteral -> infeksi pada GIT (penyebab utama)

    Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus ,Coronavirus, Calcivirus

  • 24

    Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigela sp. (1-1%), Vibrio cholerae, dan lain-lain

    .

    Parasit: Entamoeba histolytica ( infeksi diluar GIT (OMA, BP, Ensefalitis,dan lain-lain)

    - Keracunan makanan

    - Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein.

    - Alergi: makanan, susu sapi

    - Imunodefisiensi: AIDS

    C. Jenis diare

    1) Diare menurut sifatnya

    a. Diare akut

    Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih

    lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya dan berlangsung kurang dari 2 minggu.

    b. Diare kronis

    Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu ( Suharyono, 2008).

    2) Diare menurut mekanismenya

    a. Diare sekretori

    terjadi akibat stimulasi primer dari enterotoksin atau oleh neoplasma .Toksin yang

    dikeluarkan bakteri (toksinkolera), pengaruh garam empedu, hormonintestinal seperti

    gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) menyebabkan gangguan transport

    cairan elektrolit (abs > ) b. Diare osmotik

    Bahan yang tidak dapat diserap akan meningkatkan osmolaritas dalam rongga usus

    sehingga menarik air &elektrolit dari plasma ke rongga usus (hyperosmolar dan

    hiperperistaltik ) kemudian menimbulkan diare .

  • 25

    Contoh : Intoleransi makanan, waktu pengosonganlambung yang cepat, defisiensi

    enzim laktase,laksan osmotik.

    c. Diare eksudatif

    Karena kerusakan mukosa usus halus atau usus besar akibat inflamasi. Inflamasi dan eksudasi

    dapat terjadi akibat infeksi bakteri, non infeksi (gluten sensitiveenteropathy, IBD), atau

    akibat radiasi.

    Contoh : kolitif ulserosa, penyakit Crohn,amebiasis, shigellosis,

    champylobacter,Yersinia

    d. Diare karena gangguan motilitas

    Diare gangguan pada kontrol otonomik usus sehingga waktu tansit usus menjadi lebih

    cepat. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

    menyerapmakanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan

    mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare .

    Contohnya : pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus,

    hipertiroid,tirotoksikosis, sindroma usus iritabel .

    D. Patofisologi

    HIPERGLKEMIK

    Hiperglikemi pada pasien ini disebabkan oleh asidosis yang dialami pasien. Asidosis intrasel

    menghambat enzim pencetus gikolisis. Karena glukosa tidak dipecah, maka terjadi kenaikan

    glukosa dalam dasar (hiperglikemik)

    KEMBUNG

    Diare dapat mengganggu penyerapan karbohidrat baik akibat peningkatan motilitas (waktu

    penyerapan di usus berkurang) maupun akibat kerusakan sel epitel yang pada kasus ini

    disebabkan oleh mikoorganisme. Karbohidrat yang tidak diserap dapat dimetabolisme oleh

    bakteri di dalam usus besar (sekitar 80 g/hari) menjadi asam organic yang berguna untuk

    menghasilkan energi, yang juga menghasilkan gas dalam jumlah besar.

  • 26

    MUNTAH

    Muntah merupakan refleks perlindungan. Pusat muntah terletah di medulla oblongata,

    diantaranya dicapai melalui kemoreseptor pada area postrema di bawah ventrikel ke-4 (zona

    pencetus kemoreseptor CTZ). CTZ diaktivasi oleh agonis dopamine, digitalis glikosida,

    nikotin, enterotoksin stafilokokus serta hipoksia, uremia, dan diabetes mellitus. Namun pusat

    muntah dapat juga di aktivasi tanpa diperantarai oleh CTZ. Pusat muntah diaktifkan dari

    saluran pencernaan melalui aferen n. vagus yang pada pasien akibat inflamasi pada usus.

    E. Fisiologi Penyerapan Garam dan Air

    Natrium dapat diserap baik secara pasif maupun aktif. Jika gradien elektrokimia mendorong

    perpindahan Na dari lumen ke dalam darah, difusi pasif Na dapat terjadi di antara sel epitel

    Perpindahan Na menembus sel memerlukan energi dan transporter. Natrium dapat secara

    pasif masuk ke sel epiitel di permukaan luminal atau dapat di kotransportasikan betsa dengan

    glukosa atau asam amino. Natrium kemudian secara aktif dipompa keluar sel di batas

    basolateral ke dalam ruang lateral antara sel-sel yang tidak terdapat taut erat. Dari sini Na

    berdifusi ke dalam kapiler.

    Penyerapan Cl, H2O, glukosa, dan asam amino dari usus halus dikaitkan dengan penyerapan

    Na yang bergantung energi.

    Cl secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh penyerapan Na dan

    dapat secara aktif di absorbsi jika diperlukan.

    Sebagian besar penyerapan H2O di saluran pencernaan bergantung pada transporter aktif

    yang memompa Na ke dalam ruang lateral, sehingga tercipta daerah dengan tekanan osmotik

    tinggi di antara sel-sel. Tekanan osmotik lokal yang tinggi Ini menginduksi perpindahan H2O

    dari lumen menuju sel (menembus sel) menuju ke ruang lateral. Air yang masuk ke ruang

    lateral akan menurunkan tekanan osmotik, tetapi akan meningkatkan tekanan hidrostatik

    (cairan). Akibatnya H2O terdorong dari ruang lateral ke interior vilus, tempat zat ini

    kemudian diserap oleh jaringan kapiler. Sementara itu lebih banyak Na yang dipompa ke

    ruang lateral untuk mendorong penyerapan lebih banyak H2O.

  • 27

    BAB V

    KESIMPULAN

    Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih

    tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah infeksi Rotavirus

    yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika.

    Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut

    pada anakberkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upayarehidrasi menggunakan cairan

    rehidrasi oral merupakansatu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan.Penggantian

    cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian

    antisekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare.

    Hal lain yang perludiperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama

    diare dan mengobati penyakit penyerta.

  • 28

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    Hadi S. Keluhan-Keluhan yang Sering Pada Gastroenterologi. In: Hadi S, Editors.

    Gastroenterologi. Bandung : Alumni;2002;p. 37-56

    Ruuska T, Vesikari T (1990). "Rotavirus disease in Finnish children: use of numerical scores for clinical severity of diarrhoeal episodes". Scand. J. Infect. Dis. 22 (3): 259

    67.

    Hempel, S; Newberry, SJ, Maher, AR, Wang, Z, Miles, JN, Shanman, R, Johnsen, B,

    Shekelle, PG (2012 May 9). "Probiotics for the prevention and treatment of antibiotic-

    associated diarrhea: a systematic review and meta-analysis.". JAMA : the journal of

    the American Medical Association 307 (18): 1959-69.

    Schiller LR (2007). "Management of diarrhea in clinical practice: strategies for

    primary care physicians". Rev Gastroenterol Disord 7 (Suppl 3): S2738.

    Mitchell DK (November 2002). "Astrovirus gastroenteritis". The Pediatric Infectious

    Disease Journal 21 (11): 10679.