bronchopneumonia dan diare dengan dehidrasi ringan sedang

68
BAB I STATUS PASIEN 1.1. IDENTITAS PASIEN Nama : Bayi L Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 8 ½ Bulan Anak ke- : 1 (P1A0) Alamat : Kp. Nyampai RT 003/015 Tanggal Masuk RS : 9 Oktober 2013 Orang Tua Pasien Ibu Nama : Ny. S Umur : 17 tahun Pendidikan terakhir : SMP Pekerjaan : IRT Alamat : Kp. Nyampai RT 003/015 Ayah Nama : Tn. N 1

Upload: danidannia

Post on 01-Jan-2016

108 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

BAB ISTATUS PASIEN

1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Bayi L

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 8 ½ Bulan

Anak ke- : 1 (P1A0)

Alamat : Kp. Nyampai RT 003/015

Tanggal Masuk RS : 9 Oktober 2013

Orang Tua Pasien

Ibu

Nama : Ny. S

Umur : 17 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kp. Nyampai RT 003/015

Ayah

Nama : Tn. N

Umur : 19 Tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Pekerja Swasta

Alamat : Kp. Nyampai RT 03/01

1

Page 2: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

1.2. ANAMNESIS (Heteroanamnesis)

Keluhan Utama : Sesak nafas

Anamnesis Khusus :

Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluh anaknya

mengalami sesak nafas. Sesak nafasnya muncul secara mendadak, dan dirasakan

terus menerus. Semakin kesini sesak nafasnya terasa semakin berat, sehingga

pasien tidak mampu menyusu dan memuntahkan susu yang telah diminum. Orang

tua pasien tidak mendengar suara seperti mengorok maupun mengi ketika pasien

mengalami sesak nafas. Orang tua pasien juga tidak melihat pasien memainkan

benda-benda kecil yang dapat dimakan oleh pasien ataupun tersedak oleh air susu

sebelum sesaknya terjadi.

Keluhan disertai dengan panas badan sejak 4 hari sebelum masuk rumah

sakit, panas badannya ini terasa mendadak tinggi dan terus menerus, meskipun

setelah pasien meminum obat dari bidan setempat pernah turun, namun tidak lama

setelah itu panasnya kembali tinggi lagi. Orang tua pasien juga mengeluhkan

adanya batuk dan pilek yang muncul 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Namun,

keluarga pasien tidak memperhatikan warna dahaknya.

Keluhan juga disertai dengan buang air besar yang mencret sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit. Pasien buang air besar sekitar 10x dalam sehari

dengan konsistensi lebih cair dari pada biasanya dengan jumlah sekitar 1

gelas/mencret tetapi tanpa disertai lendir, darah maupun bau amis. Keluhan juga

disertai dengan pasien terlihat tampak rewel, kehausan, dan air mata yang kering

ketika menangis, serta mata pasien tampak sedikit cekung, namun tanpa adanya

riwayat mual dan muntah.

2

Page 3: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Ketika pasien sesak, orang tua pasien tidak mengeluhkan adanya kebiruan

pada mulut terutama setelah diberi susu formula ataupun setelah menangis, dan

tidak adanya pembengkakan pada wajah dan kaki. Pada saat pasien demam, ibu

pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan buang air kecil seperti perubahan

frekuensi dan warna, tidak adanya pendarahan dari hidung, gusi, maupun bintik

kemerahan dari kulit, serta tidak ada cairan yang keluar dari telinga maupun luka

pada kulit. Ibu pasien juga tidak mengeluhkan berat badan pasien yang sulit naik,

adanya keringat malam, kontak dengan penderita TB, maupun benjolan abnormal

pada daerah kepala dan leher.

Selain itu, orang tua pasien juga mengakatan bahwa pasien tinggal di

rumah yang dihuni oleh 7 orang, dan ayah pasien perokok aktif dan sering

merokok di dekat pasien, ventilasi rumah yang sedikit, dan sumber air minum

berasal dari air sumur dan air mineral dalam galon. Untuk mengatasi keluhannya

saat ini, orang tua pasien datang ke tempat praktik dokter A dan kemudian dirujuk

ke UGD RS Salamun.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami sesak nafas yang

merngharuskan pasien dirawat di rumah sakit.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga lain yang serumah mengalami keluhan yang

sama dengan pasien. Ibu atau ayah pasien juga tidak ada yang sering mengalami

bersin-bersin pada pagi hari, maupun alergi terhadap makanan atau obat-obatan

3

Page 4: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

tertentu. Pada keluarga pasien juga tidak terdapat anggota keluarga yang

mempunyai riwayat batuk lama.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Selama hamil, ibu pasien tidak pernah mengalami sakit. Pasien lahir

dengan cukup bulan, lahir spontan, letak kepala, dan langsung menangis. Lahir

dengan berat badan 3 kg, tinggi badan 58 cm, dan ditolong oleh bidan setempat.

Riwayat Makanan

Lahir – 2 Minggu : ASI Ekslusif

2 Minggu – Sekarang : Susu Formula

6 Bulan – Sekarang : Makanan lunak

Riwayat Imunisasi

Orang tua pasien mengakatan bahwa pasien belum di imunisasi DPT 3 dan

Campak. Untuk imunisasi lain yang telah dilakukan pasien, orang tua pasien lupa

tetapi diperkirakan sesuai dengan KMS.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami pertumbuhan

dan perkembangan yang sama dengan anak seusianya, yaitu :

Perkembangan Motorik Perkembangan Bahasa Perkembangan Sosial

Tengkuran pada bulan ke-3

Duduk pada bulan ke-6 Berdiri pada bulan ke-9

Bersuara pada bulan ke-3 Mengatakan “bababa”

pada bulan ke-8

Melihat muka orang pada bulan ke-3

Memperhatikan orang pada bulan ke-6

4

Page 5: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang, nampak rewel dan terlihat sulit bernafas.

Kesadaran : Compos mentis.

Tanda-tanda Vital :

Nadi : 140 x/menit, regular, equal, isi cukup

Respirasi : 56 x/mnt

Suhu : 37.2 0C

Antropometri

Umur : 8 ½ Bulan

BB : 9 Kg

PB : 70 Cm

LK : 43 Cm

TB/U (WHO) : 0 s/d 2 SD (normal)

BB/U (WHO) : 0 s/d 2 SD (normal)

LK/U (WHO) : 0 s/d 2 SD (normal)

BB/TB (WHO): 0 s/d 2 SD (normal)

Pemeriksaan Spesifik

Kulit : sianosis (-), ptekiae (-), turgor baik (<2 detik)

Otot : Atrofi (-), hipertrofi (-)

Tulang : Deformitas (-), gibbus (-)

Sendi : Pembengkakan (-)

5

Page 6: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Kepala

1. Bentuk : Simetris

2. Ubun-ubun : tidak cekung

3. Rambut : Hitam, halus, tidak mudah dicabut

4. Wajah : Simetris, flushing (-)

5. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

sedikit cekung

6. Pupil : Bulat, isokor.

7. Hidung : Simetris, epistaksis -/-, sekret -/-

8. Telinga : Simetris, sekret -/-, pemeriksaan membran timpani tidak

dilakukan

9. Mulut : Bibir kering, mukosa mulut tidak hiperemis

Leher

KGB : Tidak ada pembesaran KGB

Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran

JVP : Tidak mengalami peningkatan

Retraksi suprasternal : (+)

6

Page 7: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Thorax

Paru :

Kanan Kiri

Depan I Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi intercostal

(+)

P Pergerakan simetris

A VBS kanan = kiri, wheezing -/-, crackles +/+, slamp

+/+

Belakang I Bentuk dan pergerakan simetris.

P Pergerakan simetris

A VBS kanan = kiri, wheezing -/-, crackles +/+, slamp

+/+

Jantung

• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

• Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV MCS, kuat angkat,

thrill (-)

• Auskultasi : S1-S2 murni reguler, murmur (-)

Abdomen

Inspeksi:

Datar, Massa abdomen (-), retraksi epigastrium (+)

Palpasi:

7

Page 8: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Lembut, NT (-) pada daerah epigastrik, NL (-), massa (-), Hepar dan lien

tidak teraba pembesaran.

Auskultasi:

BU (+) N

Ekstremitas

Atas Bawah

Edema -/-

Akral hangat

Capillary refill < 2 detik

Bantalan tangan tidak pucat

Edema -/-

Akral Hangat

Capillary refill < 2 detik

Bantalan kaki tidak pucat

Anogenital

Perianal Rash (+)

Neurologis

Tidak dilakukan

1.4. RESUME KASUS

Bayi L (P) berumur 8 ½ dengan status gizi normal dan kesadaaran CM

serta sedikit rewel datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk

rumash sakit. Sesak nafasnya timbul secara mendadak, terus-menerus dan

8

Page 9: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

semakin kesini semakin progresif. Pada saat sesaknya terjadi tanpa disertai dengan

adanya ngorok dan mengi, maupun riwayat tersedak benda maupun air susu.

Pasien juga mengalami demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit yang

timbul secara mendadak tinggi, dan terus-menerus. Demamnya tersebut disertai

dengan batuk pilek, yang warna dahaknya tidak diketahui. Selain sesak dan

demam, pasien juga mengalami mencret 10x sehari sejak 2 hari sebelum masuk

RS. Konsistensi mencretnya lebih encer, dengan jumlah sekitar 1 gelas/mencret,

tanpa adanya lendir, darah, dan bau amis.

Tanda-tanda gagal jantung, ginjal, maupun hepar disangkal. Pada saat

pemeriksaan fisik ditemukan takipneu, crakles +/+, retraksi suprasternal dan

epigastrum, dan gejala dehidrasi ringan sedang.

1.5. DIAGNOSIS BANDING

Bronchopneumonia e.c. DD/ Streptococus pneumonia

Hib

Diare Akut non disentri e.c. DD/ Rota Virus

ETEC

1.6. USULAN PEMERIKSAAN

1. Laboratorium darah

2. Feses Rutin

3. Foto Thorax

1.7. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

9

Page 10: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

1. Laboratorium Darah

A. Hematologi

a. Hemoglobin : 12.1 (N = 11.5-15.5)

b. Jml. Leukosit : 9.200 (N = 6000-12.000)

c. Hematokrit : 38 (N = 35-45)

d. Jml. Trombosit : 228.000 (N = 150.000-400.000)

e. Hitung Jenis Leukosit

1) Segmen : 31 (N = 54-62)

2) Limfosit : 57 (N = 25-33)

3) Monosit : 12 (N = 3-7)

B. Kimia Klinik

a. Glukosa sewaktu : 48 (N = 50-90)

C. Elektrolit

a. Natrium : 145 (N = 135-146 mmol/L)

b. Kalium : 5.3 (N = 3.4-5.4 mmol/L)

2. Feses Rutin

A. Makroskopis

a. Warna : Kuning kecoklatan

b. Bau : Khas/Normal

c. Konsistensi : Lunak berbentuk

d. Lendir : Positif

e. Darah : Negatif

f. Parasit : Negatif

10

Page 11: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

B. Mikroskopis

a. Leukosit : 0-2 /LPB

b. Eritrosit : 1-3 /LPB

c. T. Cacing : Tidak ditemukan

d. Amoeba : Tidak ditemukan

e. Sel Lemak : Negatif

f. Sel Sayur : Negatif

g. Sel Otot : Negatif

h. Lain-lain : Negatif

3. Foto Thorax

1. Hasil

o Cor : Tidak membesar

o Sinus dan diafrgma normal

o Pulmo : Hilus kanan kabur, tampak bercak lunak di

perihiller parakardial kanan

2. Kesan

o Bronkhopneumoni dengan post TB

3. DD

o TB paru dengan reaktifasi

1.8. DIAGNOSIS KERJA

Bronchopenumonia a.c. Streptococcus pneumoniae

11

Page 12: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Diare Akut non disentri a.c. Rotavirus dengan Dehidrasi Ringan-

Sedang

1.9. USULAN PENATALAKSANAAN

1. Umum

Penjelasan mengenai penyakit dan pengobatan penyakit

kepada keluarga pasien

Tirah baring

Infus dengan kecepatan 16 tts/mnt

Pemberian 02

Penggantian jenis susu formula

2. Khusus

Ceftriaxone (1 x 750 mg)

Ambroxol Syr (3 x ¼ cth)

Zinc (2 x 1)

Mycoz Salep

1.10. OBSERVASI

Tanggal Tanda Vital Keluhan +

Pemeriksaan Fisik

Keterangan

N R S

Kamis,

10 Oktober 2013

110 36 36 oC BB 9 Kg

Sesak +, batuk +

Rawat Inap

Infus +

12

Page 13: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Crackles +/+

Retraksi otot +

Slem +/+

O2

Jumat,

11 Oktober 2013

120 34 36 oC BB 9 Kg

Sesak ↓, Batuk ↓, Pilek (+)

Cracles +/+ (↓)

BAB 1x, lendir +

Rawat Inap

Infus

O2

Sabtu,

12 Oktober 2013

120 24 35,8 0C BB 9 Kg

Sesak (-), Batuk (+) ↓↓

Cracles +/+ (↓↓)

BAB 1x, lendir (-)

Boleh pulang

13

Page 14: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pneumonia

1.1. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernafasan akut yang terjadi di

paru-paru.

1.2. Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit pembunuh kedua terbesar di dunia pada anak-

anak. Setiap tahunnya, penyakit ini membunuh sekitar 1,2 juta anak dibawah lima

tahun, atau sekitar 18% dari semua kematian anak-anak dibawah lima tahun.

Prevalensi tertinggi negara yang banyak menderita pnemonia adalah di Negara

Asia Selatan dan Afrika Selatan. Menurut Riskesdas tahun 2007, pneumonia juga

merupakan penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% diantara semua balita)

di Indonesia.

1.3. Etiologi Pneumonia

Etiologi pneumonia disebabkan oleh sejumlah agen infeksi meliputi virus,

bakteri dan jamur, tetapi agen infeksi yang sering menyebabkan pneumonia

adalah bakteri. Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi, tergantung :

a. Usia

b. Status imunologis

c. Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)

d. Status imunisasi

14

Page 15: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

e. Faktor penjamu (penyakit penyerta, malnutrisi)

Pada anak-anak, etiologi pneumonia dibedakan berdasarkan usia anak

tersebut, yang antara lain :

1. Bayi baru lahir (neonatus – 2 bulan)

- Organisme saluran genital ibu :

a. Streptokokus grup B,

b. Echerichia coli

c. kuman Gram negatif,

d. Listeria monocytogens

e. Sifilis congenital (pneumonia alba)

- Sumber infeksi lain : pasase transplasental, aspirasi mekonium,

CAP

2. Usia > 2-12 bulan

Orgnisme penyebab tersering adalah :

a. Streptokokus grup B

b. E. Coli

c. P. Aeruginosa

d. Klebsiela

e. S. pneumoniae

f. Haemophillus influnzae tipe B

Organisme penyebab yang tidak sering namun fatal :

a. Staphilokokus aureus

b. Streptokokus grup A

Organisme penyebab tersering pada imunocompromised :

15

Page 16: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

a. Pseudomonas spp

b. Enterobacter

c. Legionella pneumophilia

d. Actinomyces

e. Bakteri anaerob

3. Usia 1-5 tahun

a. Streptokokus pneumoniae

b. H. influenzae’

c. Streptokokus grup A

d. S. Aureus

e. Chlamidia pneumonia (Banyak pada usia 5-14 tahun dan disebut

pneumonia atipikal)

4. Usia sekolah dan remaja

a. S. pneumonie

b. Streptokokus grup A

c. Mycoplasma pneumonia (pneumonia atipikal)

Etiologi yang memungkin pada pasien ini adalah streptococcus

pneumonia, dikarenakan secara epidemiologi bakteri Streptococcus pneumonia

merupakan etiologi paling sering pada kasus pneumonia anak.

1.4. Faktor Risiko Pneumonia

Ketika seorang anak sehat maka anak tersebut dapat melawan agen infeksi

dengan sistem imun pertahanan tubuhnya. Anak yang mengalami gangguan

sistem imun mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya pneumonia. Anak yang

16

Page 17: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

memiliki sistem imun yang lemah seperti malnutrisi atau gizi buruk, terutama

pada bayi yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Adanya penyakit

sebelumnya seperti infeksi HIV, dan campak, juga meningkatkan risiko pada anak

untuk terjadinya pneumonia.

Faktor lingkungan juga dapat meningkatkan kerentanan pada anak untuk

terjadinya pneumonia, faktor lingkungan diantaranya adalah :

1. Orang tua yang perokok

2. Polusi udara dalam ruangan yang disebabkan oleh memasak atau pemanas

dengan bahan bakar biomas seperti kayu atau pupuk kandang.

3. Tempat tinggal yang padat dalam suatu rumah.

Pasien ini memiliki beberapa hal yang menjadi factor risiko untuk

mengidap pneumonia, yang antara lain : tidak mendapatkan ASI, orang tua yang

perokok, dan tempat tinggal yang padat.

1.5. Klasifikasi Pneumonia

1. Berdasarkan lokasi lesi di paru

a. Pneumonia lobaris

b. Pneumonia interstitialis

c. Bronkopneumonia

2. Berdasarkan asal infeksi

a. Pneumonia yang didapat dari masyarakat (CAP =community

acquired pneumonia)

b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based

pneumonia)

17

Page 18: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab

a. Pneumonia bakteri

b. Pneumonia virus

c. Pneumonia mikoplasma

d. Pneumonia jamur

4. Berdasarkan karakteristik penyakit

a. Pneumonia tipikal

b. Pneumonia atipikal

5. Berdasarkan lama penyakit

a. Pneumonia akut

b. Pneumonia persisten

6. Klasifikasi berdasarkan MTBS

a. Pneumonia sangat berat à sianosis sentral dan tidak dapat minum

b. Pneumonia berat à tarikan dada dalam, tidak sianosis, dapat minum

c. Pneumonia à tidak ada tarikan dada dalam, nafas cepat

d. Bukan pneumonia à tidak ada tarikan dada dalam, tidak ada nafas

cepat

Jenis pneumonia pada pasien ini merupakan bronkopneumonia akut, yang

disebabkan oleh bakteri, berasal dari masyrakat, dengan tipe tipikal, serta menurut

MTBS masuk ke dalam kriteria pneumonia.

1.6. Patogenesis

18

Page 19: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Pada keadaan normal saluran respiratorik mulai dari area sublaring sampai

daerah parenkim paru adalah steril. Paru terlindungi dari infeksi bakteri oleh

berbagai mekanisme perlindungan yang meliputi barier anatmi dan mekanis, serta

factor imunologi local dan sistemik. Infeksi paru terjadi apabila > 1 dari

mekanisme tersebut berubah atau mikroorganisme yang masuk sangat banyak dan

virulen.

Inhalasi mikroorganisme atau masuknya kuman flora normal

saluran respiratorik atas, sebagian kecil melalui hematogen

Kedalam alveoli

hiperamenia, eksudasi cairan intra-alveolar, deposisi fibrin

serta infiltrasi neutrofil

(red hepatization)

Konsolidasi eksudatif lobuler (bronkopneumonia);

Konsolidasi eksudatif Lobar (Pneumonia lobaris);

Konsolidasi eksudatif Interstitial

Peningkatan aliran darah ke daerah terkena sehingga

mengakibatkan ventilation-perfusion mismatching

Hipoksemia

Penurunan compliance dan kapasitas vi tal paru

Desaturasi oksigen akan mengakibatkan meningkatnya kerja jantung

deposisi fibrin dan disintegrasi sel inflamasi makin meningkat secara progresif

(gray hepatization)

19

Page 20: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

resolusi terjadi setelah 8-10 hari bila berlangsung digesti eksudat secara enzimatik

reabsorbsi dan pengeluaran oleh mekanisme batuk.

1.7. Kriteria Diagnosis

A. Anamnesis

- Respiratorik

Sesak nafas dan batuk

- Non respiratorik

Demam, sakit kepala, gelisah dan rewel. Anak besar kadang mengeluh

nyeri kepala dan nyeri abdomen.

B. Pemeriksaan Fisik

- Takipnea

Kriteria nafas cepat menurut WHO :

a. < 2 bulan = ≥ 60x/menit

b. 2-12 bulan = ≥ 50x/menit

c. 12 bulan-5 tahun = ≥ 40x/menit

- Pada bayi lebih tua : jarang ditemukan grunting. Gejala lainnya yang

sering terlihat adalah batuk, panas dan dyspnea.

C. Radiologis

Foto rontgen toraks PA merupakan dasar diagnosis utama pneumonia,

tetapi tidak dapat membedakan antara pneumonia virus maupun bakteri.

Pada bayi dan anak kecil, gambaran radiologis sering tidak sesuai dengan

gambaran klinis.

Gambaran radiologis yang klasik dapat berupa :

20

Page 21: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Konsolidasi lobar atau segmental dengan disertai air

bronchogram biasanya disebabkan oleh pneumococcus spp.

atau bakteri pneumonia interstitial, virus, atau mikoplasma.

Gambaran pneumonia karena S. aureus biasanya menunjukan

pneumotokel.

D. Laboratorium

Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat membedakan antara pneumonia

viral dan bacterial :

- Virus

Leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 ),

limfosit yang predominan

- Bakteri

Leukosit meningkat (15.000 – 40.000 / mm3), dengan neutrofil

predominan

Diagnosa definitive pada pneumonia bacterial

o Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah (pengambilan

invasive dan tidak rutin diindikasikan)

o Kultur darah hanya positif pada 10-30% kasus

o Meskipun penyebab pneumonia sulit ditentukan, namun ada beberapa

gejala dan tanda yang dapat dikenali secara klinis

S.Aureus :

21

Page 22: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Progresivitas penyakit sangat cepat dengan gejala respiratorik sangat

berat : grunting, sianosis, takipneu, dan perburukan gambaran

radiologis yang sangat jelas.

Streptococcus pneumonia :

- Penyebab tersering faringitis, tonsilitis dengan limfadenitis coli,

demam, malaise, sakit kepala, gejala pada abdomen.

- Sering merupakan penyakit infeksi kulit pada anak dengan

vousela. Awitan penyakitb fulminan dalam 24 jam

- Sering diikuti dengan syok septik, empiema, dan pneumatokel

yang terjadi dalam beberapa hari sampai satu minggu setelah

pengobatan sindrom distres pernapasan akut (ADRS)

Kritaria Diagnosis (>3 dari lima)

1. Sesak nafas

2. PCH dan retraksi IC (+)

3. Ronchi

4. Leukositosis

5. Foto Thorax infiltrasi difus merata pada 1 lobus

Pada pasien ini terdapat 3 dari 5 hal untuk menegakan diagnosis

pneumonia, yaitu : sesak nafas, ronchi, dan foto thorak.

1.8. Diagnosis Banding

22

Page 23: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Diagnosis banding untuk pneumonia adalah

o Infeksi perinatal/ congenital (pada neonates).

o Hyalin membrane disease /HMD.

o Aspirasi peneumonia.

o Edema paru.

o Atelektasis.

o Perdarahan paru.

o Kelainan congenital perenkim paru.

o Tuberkulosis.

o Gagal ginjal kongesif.

o Neoplasma.

o Reaksi hiersensitivitas (pneumonitis).

1.9. Penatalaksanaan

Terapi pneumonia bakterialis berdasarkan penyebab yang diduga serta

manifestasi klinis.

Faktor yang perlu dipertimbangkan pemilihan terapi :

1. Kuman yang dicurigai atas dasar data klinis, etiologis, dan epidemiologis

2. Berat ringan penyakit

3. Riwayat pengobatan sebelumnya serta respon klinis

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

Antibiotik

23

Page 24: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

o Antibiotik yang merupakan drug of choice untuk kuman yang dicurigai.

o Bila tidak ada kuman yang tidak dicurigai berikan antibiotik awal (24-72

jam pertama) menurut kelompok usia.

Usia Anak Obat

Neonatus dan bayi muda (<2 bulan) Ampicilin +Aminoglikosid

Amoxicilin-asam klavulanat

Amoxicilin+ Aminoglikosid

Sefalosphorin generasi ketiga

Bayi dengan usia pra sekolah (2 bulan-

5 tahun)

Beta laktam Amoxicilin

Amixicilin/Amoxicilin-asam klavulanat

Golongan Sefalosporin

Kotrimoxazole

Makrolid (Eritromycin)

Anak Usia sekolah (>5 tahun) Amoxicilin/makrolid (Eritromycin,

Klaritromycin, Azitromycin)

Tetrasiklin (Pada anak berusia diatas 8

tahun)

o Karena dasarpemberian antibiotika awal diatas adalah coba-coba (trial and

eror) maka harus dilaksanakan dengan pemantauan ketat, minimal tiap 24

jam sekali samapai hari ketiga.

o Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukan perbaikan yang nyata

dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotika lain yang lebih tepat sesuai

kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada

tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-

olah antibiotik tidak efektif)

Obat Cara pemberian Dosis (jam) Frekuensi

24

Page 25: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Gol. Penisilin

Ampisilin

Amoksisilin

Tikarsilin

Oksasilin

Kloksasilin

Diklosasilin

Gol. Sefalosporin

Sefalotin

Seforoksim

Sefotaksim

Seftriakson

Seftazidin

Gol. Aminoglikosid

Gentamisin

Amikasin

Netilmisin

Gol. Makrolid

Eritromisin

Roksitromisin

Klaritromisin

Azitromisin

Klindamisin

Kloramfenikol

i.v/i.m/p.o

p.o

i.v/i.m

i.v

i.v

i.v

i.v

i.v

i.v

i.v/i.m

i.v

i.v/i.m

i.v/i.m

i.v

p.o/i.v lambat

p.o

p.o

p.o

p.o/

i.v

i.v/p.o

100-200

25-100

300-600

150

100

25-80

75-150

100-150

50-200

50-100

100-150

5

15-20

4-6

30-50/40-70

5-8

5-8

10

10-30

15-40

75-100/50-75

4-6

8

4-6

4-6

4-6

6

6-8

6

12-24

8

8

6-8

12

8

12

12

24

6

6

6

o Pneumonia riangan amoxocilin ( di wilayah dengan angka resistensi

penicilin yang cukup tinggi, dosis dapat dinaikan sampai

80-90mg/kgBB/hari)

25

Page 26: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Pengobatan antibiotik yang digunakan pada pasien ini sudah cukup

adekuat, yaitu dengan seftriakson.

Simptomatik

Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan terutama

pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi rekasi terhadap

antibiotik awal.

Indikasi Perawatan di Rumah Sakit

A. Bayi

SaO2 ≤ 92%

Sianosis

Nafas > 50x/mnt

Sesak

Apnea, Grunting

Tidak dapat makan/minum

Keluarga tidak mampu memantau anak dengan baik

B. Anak Besar

SaO2 ≤ 92%

Sianosis

Nafas > 50x/mnt

Sesak

Apnea, Grunting

Tidak dapat makan/minum

26

Page 27: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Keluarga tidak mampu memantau anak dengan baik

Penatalaksanaan menurut MTBS

Menurut Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) Depkes RI

Periksa adanya tanda bahaya umum Lihat bagian PENILAIAN dan

Periksa untuk batuk dan sulit bernapas KLASIFIKASITanyakan :

Apakah anak bernapas lebih lambat ?

Apakah demamnya turun ? (jika sebelumnya ada demam)

Apakah nafsu anak membaik ?

Tindakan :

Jika ada tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam beri 1 dosis

antibiotik pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol, selanjutnya rujuk

SEGERA.

Jika frekuensi napas, demam, atau nafsu makan anak tidak menunjukkan

perbaikan, gantilah dengan antibiotik pilihan kedua dan anjurkan ibu untuk

kembali dalam 2 hari (atau rujuk, jika anak menderita campak dalam 3 bulan

terakhir)

Jika napas melambat, demamnya turun atau nafsu makannya membaik,

lanjutkan pemberian antibiotik hingga 5 hari.

27

Page 28: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Menanyakan Keluhan Utama

Apakah anak menderita batuk dan sukar bernapas ?

JIKA YA, Berapa lama

Amati & Dengar Hitung napas dalam 1

menit. Perhatikan, adakah

dinding dada ke dalam. Lihat dan dengar adanya

stidor.

Klasifikasi BATUK atau SUKAR BERNAPAS

Batasan napas cepat :

Umur Anak :2 bulan – 12 bulan12 bulan – 5 tahun

Napas Cepat apabila :50 kali atau lebih per menit40 kali atau lebih per menit

Klasifikasi BATUK atau SUKAR BERNAPAS

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN(Tindakan penting sebelum

rujukan dengan tulisan cetak tebal)

Terdapat bahaya umum (napas cepat dan vital singn buruk) atau

Tarikan dinding dada ke dalam atau

Stridor

PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT

SANGAT BERAT

Pemberian dosis pertama antibiotik yang sesuai

Rujuk SEGERA

Nafas cepat PNEUMONIA

Pemberian antibiotik yang sesuai

Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

Menasehati ibu kapan harus kembali

Kunjungan kembali setelah 2 hari

Tindakan ada tanda – tanda pneumonia atau penyakit

sangat berat

BATUK: BUKAN

PNEUMONIA

Jika batuk lebih dari 30 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

Menasehati ibu kapan harus kembali

Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan

28

Page 29: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Sebelum memberikan obat, ditentukan dulu :

o Berat ringannya penyakit

o Riwayat pengobatan sebelumnya dan respon terhadap pengobatan

tersebut

o Adanya penyakit yang mendasarinya.

Dasar pengobatan bacterial pneumonia adalah terapi antibiotik secara

langsung

Antibiotik awal (dalam 24-72 jam pertama)

o Umur 1 – 2 bulan : Ampisilin + gentamisin, kalau respon baik,

lanjutkan 10 – 14 hari.

o Umur > 2 bulan : penicillin/Ampicilin + kliromfenocol, kalau

responnya baik, lanjutkan sampai 3 hari klinis (5-7 hari)

o Untuk middle ill children yang tidak memerlukan perawatan di rumah

Rumah sakit, Amoxicillin direkomendasikan. Kalau ada resisten

penicilin, maka dosis amoxicillin ditingkatkan (80 – 90mg / BB/ hari)

o Apabila ditemukan hipersensitif dengan penicillin maka diganti

eritromisin.

Antibiotik selanjutnya ditentukan atas dasar pemantauan ketat terhadap

respon klinis dalam 24 – 72 jam pengobatan antibiotik awan.

o Kalau membaik, maka antibiotik dilanjutkan 5 – 7 hari

o Kalau memburuk, maka antibiotik initial harus di hentikan dan diganti

dengan antibiotik yang tepat. Dengan catatan tidak ada penyakit

penyulit yang dapat mempengaruhi pengobatab antibiotik tidak efektif,

misalnya empyema, abses, dll

29

Page 30: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

1.10. Komplikasi

Penyulit dari pneumonia adalah :

o Empiema (paling sering oleh S. pneumonia, S. aureus)

o Perikarditis

o Pneumotorax

o Meningitis bakterialis

o Atritis Supuratif

o Osteomielitis.

1.11. Prognosis

Progrosis pneumonia umumnya baik, namun dapat terjadi kefatalan pada

pasien imunodefisiensi

1.12. Konsultasi

o Unit rehabilitasi medik (URM)

o Bedah toraks (bila diperlukan)

1.13. Pencegahan Pneumonia

Pada tahun 2009, WHO dan UNICEF meluncurkan perencanaan aksi

global untuk pencegahan dan pengontrolan dari pneumonia atau yang sering lebih

dikenal dengan singkatan Global action plan for the prevention and control of

pneumonia (GAPP). Tujuannya adalah meningkatkan pengontrolan pneumonia

dengan kombinasi dari intervensi untuk proteksi, pencegahan, dan mengobati

pneumonia pada anak dengan cara :

30

Page 31: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

1. Proteksi anak dari pneumonia melalui promosi ASI eksklusif, mencuci

tangan, dan menurunkan polusi udara dalam ruangan. Pemberian nutrisi

yang baik adalah kunci dari pengingkatan pertahanan tubuh anak, seperti

pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kehidupan anak tersebut

lahir. Pada pasien anak yang mengalami infeksi HIV, antibiotik

cotrimoxazole diberikan setiap hari untuk menurunkan risiko terjadinya

pneumonia.

2. Pencegahan pneumonia dengan imunisasi. Imunisasi melawan Hib,

Pneumococcus, measle, dan pertussis sangat efektif untuk mencegah

terjadinya pneumonia.

3. Mengobati pneumonia yang di fokuskan pada setiap anak yang menderita

sakit penumonia mudah untuk mengakses tenaga kesehatan, atau fasilitas

kesehatan, dan bisa mendapatkan kebutuhan antibiotik dan oksigen.

2. Diare Akut

2.1. Defenisi

Diare adalah buang air besar yang tidak normal dimana terjadi perubahan

konsistensi tinja dengan frekuensi yang lebih dari 3 kali dalam 24 jam atau tanpa

darah. Diare akut adalah diare yang terjadi dalam waktu tidak lebih dari 14 hari.

2.2. Etiologi

Sebelum dekade 70-an, hanya 20% penyebab diare akut yang bisa di

ketahui. Saat ini dengan bertambah majunya ilmu kedokteran, telah lebih dari

90% penyebab diare akut yang telah diidentifikasi.

31

Page 32: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Adapun penyebab diare akut tersebut adalah:

A. Infeksi

1. Virus

Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare aku, antara

alain Rotavirus, Norwalk virus dan Adenovirus.

Rotavirus adalah penyebab utama diare pada anak usia di bawah 5

tahun, terutama usia di bawah 2 tahun. Rotavirus pertama kali di

temukan oleh Bishop di Australia pada biopsi duodenum penderita

diare dengan mneggunakan mikroskop elektron. Ternyata kemudian,

Rotavirus di temukan di seluruh dunia sebagai penyebab diare akut

yang paling sering. Di Indonesia, pada beberapa penelitian di kota-kota

besar Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta angka kejadian yang

disebabkan virus dan Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada

anak besar dan dewasa.

2. Bakteria. E. coli

Ada 5 subtipe E. coli yang menimbulkan diare akut. E. coli

merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan

frekwensi 20-30%, dan E. coli tersebut adalah:

Enteropatogenic E. coli (EPEC)

Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Enteroinvasive E. coli (EIEC) dapat menimbulkan diare

berdarah (dysentriform diarrhea)

Enteroheamorrhagic E. coli (EHEC)

Enteroadhaeren E. coli (EAEC)

32

Page 33: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

b. Shigella

Di negara sedang berkembang, di perkirakan insidens

Shigella sekitar 10% dari penyebab diare akut, tapi di Indonesia

hanya 1-2% saja. Ada spesies yang sering menyebabkan diare akut,

misalnya:

Shigella flexneri

Shigella sonnei

Shigella dysentriae, dan

shigella boydii

shigella spp menimbulkan diare berdarah

c. Campylobacter yeyuni

Diare akut oleh Campylobacter pertama kali dilaporkan

pada tahun 1972, akan tetapi isolasi kumannya baru dapat

dilakukan oleh Skirrow pada tahun 1977. Di negara berkembang

insidensinya berkisar antara 5-14%. Di RS Cipto, Suharyono

menemukan 5% penyebab diare akut pada tahun 1881,kemudian di

Bandung oleh Myrna, dkk. 8.39%. Campylobacter juga

menyebabkan diare berdarah.

d. Salmonella

Di klinik Salmonella yang menyebabkan diare akut disebut

sebagai non typhodial Salmonellosis, dan paling sering disebabkan

oleh Salmonella paratyphi. Lima persen golongan Salmonella ini

menimbulkan diare berdarah.

33

Page 34: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

e. Yersinia

Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau

dysentriform, di Indonesia belum diketahui frekwensinya karena

belum ada penelitian mengenai hal ini berhubung susahnya media

untuk perbenihnya.

f. VibrioVibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut.

Ada 2 tipe, yaitu tipe EI Tor dan Klasik dengan dua subtipe Ogawa

dan Inaba. Insidenya berkisar 1-2% dari diare akut.

3. Parasit

Entamoeba Histolytica, insidenya rendah sekali, kurang dari 1%

Giardia Lamblia biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun,

terutama pada anak dengan KKP

Crytosporidium, di negara berkembang frekwensinya anatar 4-

11%. Di Indonesia angkanya masih belum diketahui. Sering terjadi

pada penderita AIDS

B. Malabsorpsi

Biasanya terjadi kerana malabsorpsi Karbohidrat, jarang sekali diare

akut yang terjadi karena malabsorpsi lemak protein.

C. Alergi

misalnya alergi terhadap susu sapi atau Cows milk protein sensitive

enteropathy (CMPSE) atau alergi karena makanan lain.

D. Keracunan makanan

34

Page 35: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Diare yang terjadi karena keracunan makan terjadi karena :

Makanan tersebut mengandung zat kimia beracun.

Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, misalnya:

Clostridium spp. dan Staphylococcus spp.

E. Imunodefiensi

Misalnya pada penderita Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

F. Lain-lain

Misalnya oleh karena defek anatomis, seperti malrotasi, hirschsprungs

disease dan short bowel syndrome.

Etiologi yang memungkinkan pada kasus diare akut pada pasien ini adalah

adanya infeksi dari Rotavirus. Hal tersebut didasarkan dari tidak adanya darah

dari fesesnya serta menurut epidemiologi di Indonesia untuk bayi dibawah umur 2

tahun yang mengalami diare akut, kebanyakan disebabkan oleh infeksi Rotavirus.

2.3. Patomekanisme

1. Diare Sekretorik

Diare Skretorik adalah diare yang terjadi akibatnya aktifnya enzym

Adenylat siklase. Enzim ini akan mengubah ATP menjadi cycli AMP.

Akumulasi cAMP akan menyebabkan sekresi aktif air, ion CI, Na, K dan

HCO3 ke dalam lumen usus

Adenylcyclase ini diaktifkan atau dirangsang oleh toksin dari

mkroorganisme sebagai berikut:

35

Page 36: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

- Vibrio

- ETEC

- Shigela

- Clostridium

- Salmonella, dan

- Campylobacter

Akan tetapi, toksin yang paling kuat aktifasinya mengaktifkan

Adenylcyclase adalah toksin dari vibrio.

2. Diare Invasif

Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi

mikroorganisme ke dalam mukosa usus sehingga menimbulkan kerusakan

pada mukosa usus tersebut. Diare invasif disebabkan oleh ;

- Rotavirus (diarenya tidak berdarah)

- Bakteri : Shigella

Salmonella

Campylobacter diare berdarah

EIEC

Yersina

- Parasit : Amoeba

Khususnya pada shigella, setelah kuman melewati barier asam

lamung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak sambil

mengeluarkan Etorotoksin ini akan merangsang enzim Adenylsiklase

merubah ATP menjadi CAMP sehingga terjadi diare skretorik (tidak

36

Page 37: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

berdarah). Bakteri ini adanya peristaltik usus sampai di colon. Di colon,

bakteri ini akan melakukan invasi, membentuk mikro-mikro ulkus yang

disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala diare

yang berlendir dan berdarah.

Pada Rotavirus, setelah masuk ke dalam traktus digestivus,

berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus, kemudian bagian

apikal dari villu tersebut akan rusak dan diganti dengan bagian kripta yag

belum matang (immatus, berbentuk kuboid atau gepeng). Karena sel ini

masih immatur, sel ini tidak dapat berfungsi normal sehingga

menimbulkan diare dan tidak bisa menghasilkan enzim laktase atau

disakardise panas yang tidak begitu tinggi, batuk pilek,dan muntah-

muntah.

3. Diare Osmotik

Diare Osmotik adalah diare yang terjadi kerena tingginya tekanan

osmotik di lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam

lumen, sehingga menimbulkan watery diarhhea. Paling sering di sebabkan

oleh malabsorpsi karbohidrat.

2.4. Kriteria Diagnosis

Anamnesa

- BAB lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi ≥ 3x/hr

- apakah BAB nya disertai darah (desentri)

- muntah +/- nyeriperut, panas badan

Pemeriksaan fisik

37

Page 38: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

- keadaan umum : tampak lemah

- kesadaran : komposmentis/ alert

- suhu tubuh tinggi

- nadi cepat dan lemah

- pernapasan agak cepat

- inspeksi:mata cekung , mulut dan bibir kering, berat badan

menurun (tanda dan gejala dehidrasi)

- perkusi : adanya distensi abdomen

- palpasi : turgor kulit kurang elastic

- auskultasi :terdengar bising normal

Laboratorium

- feses ; dapat disertai darah atau lendir, leukosit,

- darah :gangguan elektrolit dan gangguan hati

Pemeriksaan penunjang

- feses rutin

- lab darah

2.5. Manifestasi klinis :

Manifestasi klinis penderita diare biasanya berupa kekurangan cairan atau

dehidrasi. Pertama penderita harus dinilai derajat dan kemudian masalah lain yang

biasanya berhubungan dengan diare. Basanya kedua langkah ini diselesaikan

sebelum pengobatan diberikan. Namun begitu, bila anak mengalami dehidrasi

berat, membuat dan melaksanakan pemeriksaan lengkap harus ditunda sehingga

tidak terlambat diberikan pertolongan.

38

Page 39: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Untuk menentukan derajat dahidrasi maka dapat dilihat berdasarkan tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Drajat Dehidrasi

Penilaian A B C1.Lihat :keadaan umum

Mata

Air mataMulut dan LidahRasa Haus

Baik, sadar

Normal

AdaBasahMinum biasaTidak haus

*Gelisah, rewel

Cekung

Tidak adaKering*Haus, ingin minum banyak

*Lesu, lunglai atau tidak sadarSangat cekung dan keringTidak adaSangat kering*Malas minum atau tidak bisa minum

2.Periksa :Turgor Kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat

lambat

3.Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang

Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain

4. Terapi Rencana terapi A

Rencana terapi B Rencana terapi C

Pada pasien ini ditemukan beberapa tanda dan gejala dari dehidrasi yang

diakibatkan oleh diare akut, yaitu : gelisah atau rewel, ingin minum/terlihat haus,

air mata tidak ada, dan mulut kering. Didasrakan dari beberapa hal tersebut, diare

yang terjadi pada kasus kali ini mengakibatkan pasien masuk ke dalam kriteria

dehidrasi ringan-sedang, dan penatalaksanaan pada pasien ini menggunakan

“Rencana Terapi B”.

39

Page 40: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

2.6. Penatalaksanaan

A. Rehidrasi

1. Terapi A :

- ORALIT

2. Terapi B (dehidrasi ringan/ sedang)

- Oralit 75 ml/Kg BB/3 jam

- BB tidak diketahui :

< 1 TH : 300 ml

1 - 4 TH : 600 ml 3 Jam I

5 TH : 1200 ml

setelah 3 jam pertama :

n < 1 TAHUN : 50 - 100 ml/ MENCRET

n 1 - 2 TAHUN : 200 ml/ MENCRET

n 2 - 5 TAHUN : 400 ml/ MENCRET

3. Terapi C (dehidrasi berat)

- Menggunakan cairan RL

- Usia < 1 tahun :

1 Jam ke-1 --> 30 ml/Kg BB

5 Jam ke-2 --> 70 ml/ Kg BB

- Usia > 1 tahun :

1/2 Jam ke-1 --> 30 ml/Kg BB

2 1/2 Jam ke-2 --> 70 ml/Kg BB

40

Page 41: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

A. Rencana terapi A---- Mengobati diare di rumah

Tiga cara dasar terapi di rumah adalah sebagia berikut

- Beri anak cairan lebih banyak dari biasanya, untuk mencegah dehidrasi

larutan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin)

- Beri tablet zinc

- anak dibawah 6 bln ; 10 mg (1/2 tablet) per hari

- anak diatas 6 bln : 20 mg (1 tablet) per hari

- zinc diberikan selama 10-14 hari

- Beri anak makanan yang cukup bergizi, untuk mencegah kekurangan

gizi

teruskan pemberian ASI,jika anak tidak mendapat ASI berikan

susu yang biasa diberikan

jika usia anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat

diberikan susu yang diencerkan dengan air yang sebanding selama

2 hari

untuk anak usia 6 bulan/ lebih atau telah mendapat makanan padat

- berikan bubur atau campuran tepung lainnya,bila mungkin

dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan

- berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah

kalium

- dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6x

sehari

- berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan

berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu

41

Page 42: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

- Anak harus diberi oralit dirumah bila :

setelah mendapat rencana terapi B dan C

tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk

memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke

petugas kesehatan merupakan kebijakan dari pemerintah

- Bawa anak ke sarana kesehatan bila diarenya tidak membaik dalam 3

hari atau timbul gejala lain yang serius, seperti :

mencret makin sering

muntah berulang-ulang

sangat haus

makan atau minum sedikit/ tidak mau sama sekali

demam

BAB berdarah

Tabel 2. Jumlah oralit yang di berikan sehabis buang air besar

UmurJumlah Oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang disediakan

di rumah

<12 bulan 50-100 cc 400 cc /hr (2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 cc 600-800 cc/hr, 3-4 bungkus

>5 tahun 200-300 cc 800-1000 cc/hr, 4-5 bungkus

Dewasa 300-400 cc 1200-2800 cc

B. Rencana Terapi B

Pemberian oralit diberikan dalam 3 jam pertama : oralit yang diberikan

dengan mengalikan berat badan penderita (kg) dengan 75ml. Bila berat badan

anak tidak mengetahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, berikan oralit

“paling sedikit” sesuai tabel tabel 3 di bawah :

42

Page 43: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Tabel 3. Pemberian oralit berdasarkan umur pada terapi B

Umur < 1 thn 1-5 thn >5 thn Dewasa

Jumlah oralit 300 cc 600cc 1200 cc 2400 cc

jika anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah

dorong ibu untuk meneruskan ASI

untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mend

apat ASI berikan juga 100-200ml air masak selama masa ini

setelah 34 jam, nilai kembali kondisi anak,kemudian pilih rencana terapi A,B atau

C untuk melanjutkan terapi

bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana terapi A, bila dehidrasi

sudah hilanganak biasanya kencing, dan lelah kemudian

mengantuk dan tidur

bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi rencana

terapi B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti

rencana terapi A

bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana

terapi C

Beri tablet zinc

- anak dibawah 6 bln ; 10 mg (1/2 tablet) per hari

- anak diatas 6 bln : 20 mg (1 tablet) per hari

- zinc diberikan selama 10-14 hari

C. Rencana Terapi C

43

Page 44: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Pada recana terapi C diberikan cairan intravena berdasarkan usia yang

terlihat pada tabel 4

Tabel 4. pemberian cairan intravena pada terapi C

Umur Pemberian I 30 ml/kg dalam Kemudian 70 ml/kg dalam

Bayi < 12 bulan 1 jam* 5 jam

Anak > 1 tahun 1/2 jam * 2 1/2 jam *

Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba

Nilai kembali penderita tiap1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai pecepat

tetesan IV

Juga berikan oralit ( 5 ml/kg/jam ) bila penderita bisa minum; biasanya

setelah3-4 jam (bayi) atau 3 jam (anak)

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai kembali penderita

menggunakan bagan penilaian. kemudian pilihlah rencana yang sesuai

(A,B,atauC) untuk melanjutkan pengobatan.

Beri tablet zinc

- anak dibawah 6 bln ; 10 mg (1/2 tablet) per hari

- anak diatas 6 bln : 20 mg (1 tablet) per hari

- zinc diberikan selama 10-14 hari

2. Pemberian Makan

Tidak dipuasakan

ASI atau makanan diteruskan

Makanan porsi kecil, sering dan rendah serat

44

Page 45: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Pada diare osmotik, yang menggunakan susu formula maka susunya

diganti dengan susu yang rendah atau bebas laktosa.

3. Medikamentosa

Banyak macam obat-obatan dan kombinasi obat dijual untuk

pengobatan diare akut. Obat-obat antidiare yang meliputi : antimotilitas

misalnya (loperamid,diphenoxxylate, codein, opium; absorbent (misal norit,

kaolin, attapulgit, smectie). Tidak satupun obat-obatan ini terbukti mempunyai

efek yang nyata untuk diare dan beberapa malahan mempunyai efek yang

membahayakan (seperti ileus paralitik dan bakteri tumbuh lampau ).

Antibiotika digunakan secara selektif pada kasus:

1. Diare berdarah, sebagai obat pilihan pertama adalah kotrimoksazole

dengan dosis 50mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, selama 5 hari.

2. Kolera, dengan menggunakan tetrasiklin, dosis 50mg/kgbb/hari

dibagi3-4 dosis, selama 3 hari

3. Amuba/giardia, dengan menggunakan mentronidazole, dosis 30-

50mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis, selama 5-7 hari.

4. Probiotik

Akhir-akhir ini lebih berkembang penelitian tentang penggunaan

probiotik dalam penatalaksanaan diare, terutama pada anak. Dengan

45

Page 46: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

mrmanipulasi keberadaan mikrobiota probiotik dalam usus dan memelihara

ekosistem tersebut.

Definisi : bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makan yang

mempunyai pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan, baik pada manusia

dan binatang dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal.

Jenis-jenis probiotik

Lactobasili : L acidophilus, L casei, Ldelbrucki subsp bulgaris,

Lbrevis, L celobious, Lcurvatus, L fermentum, L plantarum.

Kokus gram positif : lactococus lactis subsp Cremoris,

Streptococcus Salvarius subsp. Thermophylus, Enterococus

faecium, S diaacetylactis, S intermedius.

Bifidobakteria : B bifidum, B adolescentis, B animalis, Binfatis, B

longum, B thermophylum.

Lactobacillus GG adalah suatu strain bakteri probiotik yang resisten

terhadap asam lambung dan asam empedu, digunakan untuk pencegahan diare

pada pada anak dengan resiko tinggi di negara berkembangan, secara

signifikan dapat menurunkan insiden diare pada bayi yang minum susu botol,

tetapi tidak banyak pengaruhnya pada kelompok yang minum ASI .

Mekanisme kerja probiotik pada diare antara lain :

46

Page 47: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

1. Menurunkan pH usus melalui stimulasi bakteri penghasil laktat

sehingga menciptakan suasana yang tidak menguntungkan untuk

pertumbuhan bakteri patogen

2. Efek antagonis langsung terhadap bakteri patogen

3. Kompetisi perlekatan pada reseptor bakteri patogen oleh bakteri

probiotik

4. Memperbaiki fungsi imun dan stimulasi sel imunnomodolator

dengan cara meningkatkan produksi antibody dan memobilitasi

makrofag, limofisit dan sel imun lain.

5. Kompetisi nutrien dan faktor pertumbuhan

6. Meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga

meningkatkan respon imun alami.

2.7. Konseling

Pencegahan diare :

Pemberian ASI

Perbaikan makanan pedamping ASI

Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

Cuci tangan

Pengunaan jamban

Pembuangan tinja bayi yang aman

Imunisasi campak

Pencegahan dehidrasi :

47

Page 48: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

menyediakan oralit dirumah

memberikan informasi bagaimana mencampur oralit

memberikan informasi bagaimana memberikan oralit

meneruskan pemberian ASI

memberikan makanan sebelum dan sesudah diare

kapan harus kembali

mengenali tanda-tanda dehidrasi (untk balita, ibu disarankan untuk meraba

fontanelnya apakah sudah tertutup atau belum)

2.8. Pencegahan

air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan

dimasak

pengolahan makanan yang dimasak dengan baik

cuci tangan dengan sabun setelah BAB, sebelum makan dan sebelum

menyiapkan makanan

48

Page 49: Bronchopneumonia Dan Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

DAFTAR PUSTAKA

1. Garna Herry, Melinda Heda ed. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSHS. Bandung : 2005

2. Huather Mc.Cance. Patophysiology The Biologic Basis for Disease in adult and children. Elvesier. Philadelphia:2006

3. Kliegmen Robert, Behermen Richard et all. Nelson Texbook of Pediatric. Elsevier. Philadelphia : 2007

4. DEPKES RI. Modul pelatihan pemberantasan penyakit diare bagi supervisor

tatalaksana penderita diare. Jakarta; 1994.

5. WHO. Pneumonia. 2012; Fact Sheets]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.

49