gastroenteritis tanpa dehidrasi

39
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN CASE REPORT STUDY PUSKESMAS NARAS “Gastroenteritis tanpa dehidrasi” OLEH: Maulina, S. Farm (1341012110) Nadia Romaneci, S. Farm (1341012114) Rahmi Amini, S. Farm (1341012137)

Upload: maulina

Post on 27-Dec-2015

155 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gastroenteritis

TRANSCRIPT

Page 1: gastroenteritis tanpa dehidrasi

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN

CASE REPORT STUDY

PUSKESMAS NARAS

“Gastroenteritis tanpa dehidrasi”

OLEH:

Maulina, S. Farm (1341012110)

Nadia Romaneci, S. Farm (1341012114)

Rahmi Amini, S. Farm (1341012137)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014

Page 2: gastroenteritis tanpa dehidrasi

BAB I

ILISTRASI KASUS

1. PERJALANAN PENYAKIT

Nama : An. Z Alamat : PBB

Umur : 4 tahun 6 bulan BB : 18 Kg

Tanggal Pemeriksaan/Diagnose Resep

12-07-2014 Mencret 3 x

Muntah (-)

Demam (+)

D/ GE tanpa dehidrasi

PCT

Bicnat

B6

Oralit

Zink

2. RESEP

R/ PCT No. V

S3dd 1/2 tab

R/Na bicarbonat No. V

S3dd 1/3 tab

R/B6 No. VI

S2dd1tab

R/Oralit No. V

Sdd2bungkus

R/Zink No. X

S1dd1

Page 3: gastroenteritis tanpa dehidrasi

BAB II

TINJAUAN PENYAKIT

1.1. Definisi

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan

gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah dan seringkali disertai peningkatan

suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare adalah kekerapan dan keenceran BAB

dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250

gram, dapat disertai dengan darah atau lendir.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung

kurang dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global

guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek

dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang

diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

Diare pada anak masih merupakan problem kesehatan dengan angka

kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, yang

memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai. Secara umum

penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati, dehidrasi,

gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus,

penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.

Jenis Diare

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi : (Kemenkes RI, 2011)

a) Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :

Page 4: gastroenteritis tanpa dehidrasi

- Keadaan Umum : baik

- Mata : Normal

- Rasa haus : Normal, minum biasa

- Turgor kulit : kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau

lebih:

- Keadaan Umum : Gelisah, rewel

- Mata : Cekung

- Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

- Turgor kulit : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya

diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c) Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

- Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

- Mata : Cekung

- Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

- Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk

di infus.

1.2. Epidemiologi Diare

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia

pada tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan

1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death

Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita.

Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit

Page 5: gastroenteritis tanpa dehidrasi

ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di

negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare

merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan

kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003).

1.3. Etiologi

Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit), alergi, malabsorpsi,

keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare. Pada

balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus.

Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO,

Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain;

infeksi bakteri seperti Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris,

Trichiuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi

namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab

utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. coli, dan Entamoeba

histolytica (Depkes RI, 2011).

Faktor makanan beracun, bahan sitotoksik, antasida yang mengandung

magnesium, dan senna dapat menyebabkan diare. Pada data terakhir 300 kasus diare

per 100 penduduk pada disebabkan kualitas makanan yang buruk. Penelitian di

Jakarta menunjukan bahwa tingkat kontaminasi E.coli masih tinggi pada makanan

saji tingkat kontaminasinya 12,2%, makanan baru matang 7,5%, bahan makanan

40,0% dan air 12,9%.25 Diare dapat disebabkan oleh semua antibiotik yang

dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan. Obat yang mempunyai efek samping

diare adalah NSAID, emetin, pencahar dan antimetabolit.

1.4. Patofisiologi

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus.

Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang,

2004). Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh

bersama dengan makanan dan minuman.

Page 6: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Rotavirus yang tidak ternetralkan oleh asam lambung akan masuk ke

dalam bagian proksimal usus. Rotavirus kemudian akan masuk ke sel epitel

dengan masa inkubasi 18-36 jam, dimana pada saat ini virus akan menghasilkan

enterotoksin NSP-4. Enterotoksin ini akan menyebabkan kerusakan permukaan

epitel pada viliSel-sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru

yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi

sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vlli usus halus

mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.

Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan

tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen

usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. , menurunkan sekresi

enzim pencernaan usus halus, menurunkan aktivitas Na+ kotransporter serta

menstimulasi syaraf enterik yang menyebabkan diare. Cairan dan makanan yang

tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Ramig,

2004).

1.5. Faktor Resiko Diare pada Balita

Faktor Gizi

Sutoto (1992) menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi kurang

merupakan “lingkaran setan”. Diare menyebabkan kekurangan dan akan

memperberat diare. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang tepat dan

cukup merupakan komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan

di rumah.

Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi panderita dan

diare yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika

dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi

kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak akan menderita

dehidrasi berat. Menurut Suharyono (1986), bayi dan balita yang kekurangan gizi,

sebagian besarnya meninggal karena diare. Hal ini dapat disebabkan karena

dehidrasi dan malnutrisi.

Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap

faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare

Page 7: gastroenteritis tanpa dehidrasi

berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah

yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang

tidak menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan

dalam pencegahan dan penanggulangan diare (Suharyono, 1991).

Faktor Pendidikan

Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas)

karena diare di Indonesia disebabkan oleh faktor kesehatan lingkungan yang

belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial

ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung

mempengaruhi keadaan penyakit diare (Simatupang, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Erial, B. et al, 1994, ditemukan

bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai

kemungkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita

dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah

(Simatupang, 2004).

Faktor Umur Balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil analisa

lanjut SDKI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai resiko

terjadi diare 2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan (Simatupang, 2004).

Faktor ASI

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu bayi baru lahir sampai usia 6

bulan, tanpa diberikan makanan tambahan lainnya. Brotowasisto (1997),

menyebutkan bahwa insiden diare meningkat pada saat anak untuk pertama kali

mengenal makanan tambahan dan makin lama makin meningkat. Pemberian ASI

penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali daripada bayi dengan ASI

disertai susu botol. Bayi dengan susu botol sahaja akan mempunyai resiko diare

lebih besar dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada bayi dengan ASI penuh

(Sutoto, 1992).

Faktor Jamban

Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai

fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan

Page 8: gastroenteritis tanpa dehidrasi

resiko kemungkinan terjadinya diare. Berkaitan dengan personal hygiene dari

masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan

pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air

merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat (Simatupang,

2004).

Faktor Sumber Air

Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku

tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang

langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung

dari mana sumber air tersebut didapat.

Ada beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gali,

sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila kualitas air

dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan

yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi

syarat, harus melalui proses pengolahan air terlebih dahulu.

Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan tahun 1997, kelompok

anak-anak di bawah lima tahun yang keluarganya menggunakan sarana sumur gali

mempunyai resiko terkena diare 1,2 kali dibandingkan dengan kelompok anak

yang keluarganya menggunakan sumber sumur pompa (Simatupang, 2004).

1.6. Penatalaksanaan Terapi

Tujuan terapi :

Untuk mengatur diet, mencegah pengeluaran air yang berlebihan,

elektrolit, dan gangguan asam basa, menyembuhkan gejala, mengatasi penyebab

diare dan mengatur gangguan sekunder yang menyebabkan diare.

Pendekatan Umum:

Pengaturan diet adalah prioritas utama untuk pengobatan diare. Klinisi

merekomendasikan untuk menghentikan makanan padat selama 24 jam dan

menghindari produk-produk yang mengandung susu.

Apabila terjadi mual dan muntah tingkat sedang berikan diet residu rendah

yang mudah dicerna selama 24 jam.jika terjadi muntah dan tidak dapat dikontrol

dengan pemberian antiemetik, tidak ada yang diberikan melalui mulut. Pemberian

Page 9: gastroenteritis tanpa dehidrasi

diet makanan lunak dimulai seiiring adanya penurunan gerakan usus. Pemberian

makanan sebaiknya diteruskan pada anak-anak dengan diare akibat bakteri akut.

Rehidrasi dan perbaikan air elektrolit adalah perawatan primer sampai

diare berakhir. Apabila muntah dan dehidrasi tidak parah, pemberian makanan

enteral merupakan metode yang terpilih.

Terapi farmakologis

Berbagai obat telah digunakan dalam pengobatan diare. Obat ini

dikelompokkan ke dalam beberapa kategori : Antimotility, adsorben, senyawa

antisekresi, antibiotik, enzim, dan mikrofba usus. Obat-obatan tersebut tidak

menyembuhkan tetapi hanya meringankan.

Penatalaksanaan diare (menurut kemenkes RI)

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat

ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang

rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan

yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila

Page 10: gastroenteritis tanpa dehidrasi

penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus.

2. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel

usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,

serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.(Black,

2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek

protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat

1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi

Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan

pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan :

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri

ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan

padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih

sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

Page 11: gastroenteritis tanpa dehidrasi

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian

diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat

pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek

kolera.

Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di

anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun

meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping

yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti

diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang :

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

- Diare lebih sering

- Muntah berulang

- Sangat haus

- Makan/minum sedikit

- Timbul demam

- Tinja berdarah

- Tidak membaik dalam 3 hari.

Page 12: gastroenteritis tanpa dehidrasi

BAB III

SKRINING RESEP

3.1 PERSYARATAN ADMINISTRATIF

No.

Kelengkapan Resep Ada Tidak Keterangan

1 Tanggal 12 Juli 20142 Nama, alamat, no. izin

praktek dokter (Inscriptio)

Penulisan resep merupakan dokter di puskesmas naras

3 Nama obat, jumlah dan cara penyerahan obat (prescription)

-

4 Aturan pemakaian obat (signature)

-

5 Tanda tangan atau paraf dokter (subcriptio)

-

6 Nama pasien An. Z7 Umur pasien 4 tahun 6 bulan8 Alamat PBB

3.2. KESESUAIAN FARMASETIK

Paracetamol

Bentuk sediaan : Tablet

Dosis dan Lama pemberian : Dewasa 3-4x/hr, anak 6-12 tahun ½ atau 1 tab tiap 4-6 jam, 2-5 tahun ¼-1/2 tab tiap 4-6 jam.

Potensi : 500 mg

Stabilitas : Simpan ditempat sejuk (15 – 25 C) dan kering.

Cara pemberian : sesudah makan

Bicnat

Bentuk sediaan : Tablet

Dosis dan Lama pemberian :

Potensi : 500 mg

Stabilitas :

Page 13: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Cara pemberian :

Vitamin B6

Bentuk sediaan : Tablet

Dosis dan Lama pemberian : Anak 4 - 8 tahun : 0.6 mg tiap hari

Potensi :

Stabilitas :

Cara pemberian :

Oralit

Bentuk sediaan : Serbuk

Dosis dan Lama pemberian :

Potensi :

Stabilitas :

Cara pemberian :

Zink

Bentuk sediaan : Tablet dispersible

Dosis dan Lama pemberian :

• Bayi (2-6 bulan): ½ tablet (10 mg zinc) sekali sehari selama 10 hari (meskipun diare telah berhenti)

• Anak (6 bulan-5 tahun): 1 tablet (20 mg zinc) sekali sehari selama 10 hari (meskipun diare telah berhenti).

Potensi : 20 mg

Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya matahari, pada suhu di bwah 30C.

Cara pemberian : Pemberian dilakukan dengan cara melarutkan tablet dispersibel dengan air secukupnya pada sendok (± 5 mL), kemudian diminumkan kepada anak.

Page 14: gastroenteritis tanpa dehidrasi

3.3. PERTIMBANGAN KLINIS

No Tinjauan farmasetik

PCT BICNAT B6 ORALIT ZINK

1 Alergi -2 Efek samping Penggunaan

jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati dan reaksi hipersensitivitas.

3 Interaksi obat

BAB IV

ANALISIS DRUG RELATED PROBLEM

4.1. Masalah Terkait Obat (DRP)

Jenis DRPTanggal/bulan Ket. Rekomendasi12-07-2014

Indikasi tidak diterapi

-

Terapi tanpa indikasi

Penggunaan Bicnat untuk diare berat.

- BICNAT- Vitamin B6

Dosis kurang -

Dosis berlebih Efek samping yang jarang terjadi Sensory neuropathies, pusing dan penurunan asam folat

Vitamin B6 untuk anak 4 tahun 0,6 mg/hari

Gagal mendapatkan obat

-

Pilihan obat tidak tepat

-

ESO -

Interaksi obat -

Page 15: gastroenteritis tanpa dehidrasi

4.2. KERASIONALAN OBAT

No.

Nama Obat

Tepat Indikasi

Tepat Obat

Tepat Pasien

Tepat Dosis

Waspada Efek Samping

Keterangan

1 PCT 2 Bic Nat - - - - Pemberian Bicnat saat

diare berat3 Vitamin

B6- - - - Dosis Vit. B6 melebihi

dosis anak-anak umur 4 tahun

4 Oralit 5 Zink

Page 16: gastroenteritis tanpa dehidrasi

BAB V

TINJAUAN OBAT

1. Parasetamol (MIMS, 2013;PIO, 2007)

Komposisi: paracetamol 500 mg

Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, mialgia,

keluhan sesudah imunisasi) serta menurunkan demam yang menyertai

infeksi bakteri dan virus

Dosis: Dewasa 3-4x/hr, anak 6-12 tahun ½ atau 1 tab tiap 4-6 jam, 2-5

tahun ¼-1/2 tab tiap 4-6 jam.

Kontra indikasi: Pasien dengan penyakit hati atau ikterus

Efek samping: Reaksi hematologi, erupsi kulit, mual, muntah, gangguan

hati, iritasi lambung

Interaksi obat: Antikoagulan, antidiabetik, antiaritmia, gout.

Farmakologi : Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai

sifat antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus

aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat

analgesik paracetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai

sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah hingga tidak digunakan

sebagai antiremetik. Pada penggunaannya per oral paracetamol diserap

dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma

dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.

Paracetamol diekskresikan melalui ginjal,kurang dari 5% tanpa mengalami

perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

2. Zink

Komposisi: Zinc sulphate monohydrate 54,9 mg yang setara dengan zinc

20 mg

Indikasi: Terapi pelengkap diare pada anak. Penggunaannya bersama

dengan garam rehidrasi oral

Page 17: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Dosis:

• Bayi (2-6 bulan): ½ tablet (10 mg zinc) sekali sehari selama 10 hari

(meskipun diare telah berhenti)

• Anak (6 bulan-5 tahun): 1 tablet (20 mg zinc) sekali sehari selama 10

hari (meskipun diare telah berhenti). Pemberian dilakukan dengan cara

melarutkan tablet dispersibel dengan air secukupnya pada sendok (± 5

mL), kemudian diminumkan kepada anak

Farmakologi: Tablet zinc dispersibel untuk melengkapi pengobatan diare

pada anak-anak di bawah 5 tahun. Penggunaannya selalu disertai dengan

garam rehidrasi oral. Pengobatan diare ditujukan untuk pencegahan atau

pengobatan dehidrasi dan pencegahan gangguan nutrisi. Berikan zinc

sesegera mungkin pada awal diare bersama dengan garam rehidrasi oral.

Pemberian suplementasi zinc dapat menurunkan insidens diare 2-3 bulan

ke depan

Kontra indikasi: Hipersensitif.

Efek Samping: Toksisitas zinc secara oral pada orang dewasa dapat

terjadi akibat asupan zinc > 150 mg/hari (± 10 kali dosis yang

direkomendasikan) dalam jangka  panjang. Dosis tinggi zinc dalam jangka

panjang dapat menurunkan konsentrasi lipoprotein dan absorpsi tembaga

Peringatan dan Perhatian: Selama diare masih berlangsung, selain

diberikan suplementasi zinc juga diberikan garam rehidrasi oral. Para ibu

menyusui dianjurkan untuk tetap  menyusui atau meningkatkan frekuensi

menyusui anaknya selama dan setelah diare

3. Vit B6

Komposisi: tiap tablet mengandung piridoksin HCL 10 mg, 25 mg

Indikasi: Defisiensi piridoksin, Gangguan metabolik, Beberapa indikasi

lain namun belum terbukti dengan studi klinis yang terkontrol baik : terapi

jerawat, bermacam dermatosis, stimulasi nafsu makan, hiperlipidemia,

radiation sickness, hyperemesis gradivarum, vertigo, motion sickness,

psikosis, depresi terkait kehamilan dan penggunaan kontrasepsi oral,

Page 18: gastroenteritis tanpa dehidrasi

hiperkinesia, acute chorea, chronic progressive hereditary chorea, tardive

dyskinesia, asma, absence seizures, sindrom amenorrhea-galactorrhea,

gyrate atrophy of the choroid and retina, idiophatic nephrolithiasis,

intoksikasi alkohol, dan untuk supresi laktasi postpartum, pencegahan

leukopenia akibat mitomycin, dan reversal of procarbazine neurotoxicity.

Dosis:

Pemberian : per oral, injeksi IM, IV dan subkutan. Rasa terbakar dapat

muncul pada sisi injeksi setelah pemberian IM atau Subkutan.

Untuk Indikasi Defisiensi Piridoksin :

Dewasa : dosis awalnya 2.5 - 10 mg perhari. Setelah gejala klinisnya

terkoreksi, sediaan multivitamin mengandung vitamin B6 2-5 mg perhari

harus diberikan selama beberapa minggu, Untuk terapi drug-induced

deficiency anemia atau neuritis, dosis awal 100-200 mg perhari selama 3

minggu diikuti dosis profilaksis oral 25-100 mg perhari.

Untuk Indikasi Dietary Requirements and Replacement :

Adequate intake rekomendasi National Academy of Sciences (NAS) : Bayi

sehat < 6 bulan 0.01 mg/kg tiap hari, Bayi sehat 6-12 bulan 0.03 mg/kg

tiap hari,

Recommended Dietary Allowance : Anak sehat 1 - 3 tahun : 0.5 mg tiap

hari, Anak sehat 4 - 8 tahun : 0.6 mg tiap hari, Anak sehat 9 - 13 tahun : 1

mg tiap hari, Lak-laki 14-19 tahun : 1.3 mg tiap hari, Perempuan 14-19

tahun : 1.2 mg tiap hari, Laki-laki dan perempuan dewasa 19-50 tahun :

1.3 mg tiap hari, Laki-laki >= 51 tahun : 1.7 mg tiap hari (Medscape,

2014).

Efek samping :

- Sistem saraf pusat : sakit kepala, kejang (mengikuti pemberian dosis IV

yang sangat besar), sensory neuropathy

- Endokrin & metabolik : penurunan sekresi serum asam folat

Gastrointestinal

- Mual Hepatik : Peningkatan AST Neuromuskular & skeletal : paresthesia

Lain-lain :reaksi alergi.

Page 19: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Interaksi obat:

- Levodopa : menurunkan efek levodopa, namun hal ini tidak muncul jika

dopa decarboxylase inhibitor juga ikut diberikan.

- Altretamine : menurunkan aktivitas altretamine.

- Phenobarbital & Phenytoin : menurunkan konsentrasi serum ke dua obat

tersebut. Hidralazin, isoniazid, penicillamine, kontrasepsi oral :

meningkatkan kebutuhan vitamin B6

Farmakologi: Piridoksin dikonversi menjadi bentuk aktif vitamin yang

bekerja sebagai koenzim dalam variasi reaksi yang luas dalam

intermediary metabolisme.

4. Oralit

Komposisi:

Oralit 200 :

Glukosa anhidrat 2,7 g

Natrium klorida 0,52 g

Trinatrium sitrat dihidrat 0,52 g

Kalium klorida 0,3 g

Indikasi: mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu muntaber, diare,

kolera

Dosis:

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi :

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

Dosis oralit bagi penderita diare dehidrasi ringan/sedang :

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

Kontra indikasi: obstruksi atau perforasi usus

Page 20: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Farmakologi : Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare

untuk mengganti cairan yang hilang.

5. BICNAT

Komposisi: Sodium bicarbonate

Kelas terapi : Antidote, Alkalinizing agent

Bentuk sediaan : tablet 325 mg; 650 mg

Indikasi : Menghilangkan gangguan pencernaan, mulas, asam lambung,

atau sakit perut.

Dosis:

Pediatrik:

o Urinary Alkalinisasi

0-12 tahun: 1-10 mEq (84-840 mg) / kg / hari secara oral dalam dosis

terbagi; dosis harus dititrasi pada pH urin yang diinginkan. Lebih dari 12

sampai 18 tahun: 325-2000 mg oral 1 sampai 4 kali sehari. Satu gram

menyediakan 11,9 mEq (mmol) natrium bikarbonat dan Tujuan terapi

adalah untuk memperbaiki pH serum dan meningkatkan pH urin menjadi 8

untuk meningkatkan ekskresi ginjal dari zat beracun seperti salisilat atau

lithium. Jika peningkatan pH urin tidak memadai, meningkatkan natrium

bikarbonat dalam larutan untuk 100 sampai 150 mEq / L dapat

menyebabkan alkalinisasi lebih lanjut dari urin.

o Hyperuricemia Sekunder untuk Kemoterapi

0-12 tahun:

Parenteral: 120-200 mEq/m2/day diencerkan dalam cairan pemeliharaan

IV 3000 mL / m2 / day; titrasi untuk mempertahankan pH urine antara 6

dan 7.

Oral: 12 g/m2/day dibagi menjadi 4 dosis; titrasi untuk mempertahankan

pH urine antara 6 dan 7.

o Asistol

1 mEq / kg IV lambat pada awalnya, dapat mengulang dengan 0,5 mEq /

kg 10 menit kemudian satu waktu, atau seperti yang ditunjukkan oleh

status asam-basa pasien.

Page 21: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Dewasa :

o Metabolik Asidosis

Parenteral: 

Jika status asam basa tersedia, dosis harus dihitung sebagai berikut: defisit

0,2 x berat badan (kg) x dasar. Atau:  HCO3 (mEq) = 0,5 x diperlukan

berat badan (kg) x [24 - serum HCO3 (mEq/L)]. atau Sedang asidosis

metabolik: 50 sampai 150 mEq natrium bikarbonat dilarutkan dalam 1 L

D5W untuk infus intravena pada tingkat 1 sampai 1,5 L/jam selama satu

jam pertama. Parah asidosis metabolik: 90-180 mEq natrium bikarbonat

dilarutkan dalam 1 L D5W untuk infus intravena pada tingkat 1 sampai 1,5

L / jam selama satu jam pertama. Jika status asam basa tidak tersedia,

dosis harus dihitung sebagai berikut: 2 sampai 5 mEq / kg IV infus lebih

dari 4 sampai 8 jam; dosis berikutnya harus didasarkan pada status asam

basa pasien.

Oral: 

Asidosis metabolik Moderat: 325-2000 mg oral 1 sampai 4 kali

sehari. Satu gram menyediakan 11,9 mEq (mmol) natrium bikarbonat.

o Diabetic ketoasidosis

Meskipun natrium bikarbonat disetujui untuk pengobatan asidosis

metabolik, data yang menunjukkan bahwa penggunaan obat ini mungkin

berbahaya dalam pengaturan klinis tertentu seperti asidosis laktat, asidosis

dengan hipoksia jaringan, uremia, disfungsi jantung berat atau

penangkapan, dan ketoasidosis diabetik. Kebanyakan ahli hanya

memungkinkan untuk digunakan ketika perfusi jaringan dan ventilasi yang

maksimal dan pH arteri adalah 7.1 atau lebih rendah. Jika natrium

bikarbonat digunakan untuk mengobati diabetes ketoasidosis, dosis awal

adalah 50 mEq natrium bikarbonat dalam 1 L larutan IV yang tepat untuk

diberikan sekali. Terapi insulin mungkin meniadakan kebutuhan untuk

terapi bikarbonat karena akan meningkatkan pemanfaatan glukosa dan

menurunkan produksi keto.

Page 22: gastroenteritis tanpa dehidrasi

o Urinary Alkalinisasi

Parenteral: 

50 sampai 150 mEq natrium bikarbonat dilarutkan dalam 1 L D5W untuk

infus intravena pada tingkat 1 sampai 1,5 L / jam. 

Oral: 

325-2000 mg oral 1 sampai 4 kali sehari. Satu gram menyediakan 11,9

mEq (mmol) natrium bikarbonat dan Tujuan terapi adalah untuk

memperbaiki pH serum dan meningkatkan pH urin menjadi 8 untuk

meningkatkan ekskresi ginjal dari zat beracun seperti salisilat atau

lithium. Jika peningkatan pH urin tidak memadai, meningkatkan natrium

bikarbonat dalam larutan untuk 100 sampai 150 mEq / L dapat

menyebabkan alkalinisasi lebih lanjut dari urin.

Page 23: gastroenteritis tanpa dehidrasi

BAB VI

PEMBAHASAN

Diare adalah adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair setengah padat, lebih dari 3 kali perhari, dapat disertai dengan

darah atau lendir, berlangsung kurang dari 14 hari. Pada kasus ini pasien berobat

ke puskesmas melalu poli anak dengan keluhan BAB 3x dan disertai demam.

Pengobatan yang diberikan yaitu paracetamol untuk mengatasi demam

dengan pemberian 3 x ½ tablet (250 mg). dosis pct untuk anak <12 thn 10 mg –

15 mg/kg BB PO q 4-6jam prn, tidak boleh lebih dari 2,6 g / hari (5dosis per hari)

(Medscape, 2014; IONI, 2008). Pada kasus ini dosis untuk anak dengan BB 18 kg

yaitu: 180 mg – 270 mg.

Sodium bikarbonat digunakan untuk: Mengobati asidosis metabolik (suatu

kondisi di mana ada terlalu banyak asam di dalam tubuh) dan intoksikasi obat

tertentu, dan mengganti bikarbonat hilang karena diare berat. Sodium bikarbonat

adalah elektrolit. Ia bekerja dengan menetralkan kelebihan asam dalam darah. Hal

ini juga dapat menggantikan bikarbonat bila ada kekurangan dari tubuh (Drugs

2014). Pada kasus ini anamnesa pasien mengatakan bahwa pasien BAB 3x dan

didiagnosa diare tanpa dehidrasi, jadi pemberian NABIC tidak perlu diberikan

karena tidak ada indikasi atau gejala yang ada pada pasien.

Untuk mencegah dan mengobati dehidrasi pada diare, pasien diberikan

oralit. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi : Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1

gelas setiap kali anak mencret.

Tablet zinc dispersibel 1 x 10 mg untuk melengkapi pengobatan diare pada

anak-anak di bawah 5 tahun. Penggunaannya selalu disertai dengan garam

rehidrasi oral (oralit). Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting

dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide

Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

Page 24: gastroenteritis tanpa dehidrasi

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang

mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi

volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc

mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot

study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak

mengalami diare (Depkes RI, 2011).

Multivitamin yang diberikan kemudian yaitu Vit B6 2 x 1 tab untuk

menambah asupan tubuh dan mengatasi mual pada anak. Dosis vitamin B6 untuk

anak 4 - 8 tahun : 0.6 mg tiap hari Vitamin B6 didalam tubuh berubah menjadi

piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam

metabolisme protein dan asam amino.

Page 25: gastroenteritis tanpa dehidrasi

BAB V

KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Obat yang diberikan yaitu Parasetamol, Bicnat, Vit. B6, Oralit dan Zink DRP yang ditemukan yaitu dosis Vit. B6 lebih dari 0,6 mg/hari dan

penggunaan Bicnat harusnya untuk diare berat.

5.2 KONSELING PASIEN

Sarankan kepada ibu atau keluarga pasien cara memberikan cairan dan

obat.

Jelaskan kepada keluarga pasien kapan harus membawa kembali balita ke

petugas kesehatan bila : Diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus,

makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik

dalam 3 hari.

Jelaskan kepada keluarga pasien cara mencegah diare pada bayi, seperti :

memberi ASI penuh pada bayi selama 6 bulan, > 6 bulan beri ASI dan

makanan lunak lainnya, menggunakan air yang bersih, mencuci tangan

dengan sabun, hindari makan dan minum yang tidak bersih, rebus air

untuk minum, gunakan air bersih untuk memasak, menggunakan jamban,

membuang tinja bayi yang benar, memberi imunisasi, sarana membuang

air limbah yang baik.

Page 26: gastroenteritis tanpa dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

American Society of Health-System Pharmacists.2011. AHFS DRUG INFORMATION ESSENTIALS.Bethesda, Maryland.

BPOM, 2008.Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Black, R.E., Morris, S.S., and Bryce, JWhere and why are 10 million children dying every year? Lancet . 2003, 361: 2226-2234.

Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Corwin, Elizabeth J., 2009. hal. 718-719

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta.

Depkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Triwulan II. ISSN 2088-270x. bakti husada.

Dipiro, Joseph, T. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition.The McGraw-Hill Companies, Inc.

Drugs.com. 2014. Sodium bicarbonat. http://www.drugs.com/cdi/sodium-bicarbonate.html [Acc date : 16 Juli 2014].

IAI. 2011. ISO Farmakoterapi 2.PT.IAI Penerbitan : Jakarta.

ISFI. 2008. ISOFarmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin diare. Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku petugas kesehatan. Indonesia : Kementerian Kesehatan Repbulik Indonesia: 2011.

Medscape. 2014. Vitamin B6. http://reference.medscape.com/drug/vitamin-b6-nestrex-pyridoxine-344425. [Acc Date: 16 Juli 2014]

MIMS. 2007. PT. Labi Laboratories Cikande : Jakarta.

Mutschler, ernest. 1991. Dinamika Obat. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi V. Bandung : Penerbit Erlangga ITB.

Page 27: gastroenteritis tanpa dehidrasi

Ramig, R.F. Minireview. Pathogenesis of Intestinal and Systemic Rotavirus Infection. Journal of Virology 2004; 78(19): 10213-10220.