skenario cairan-dehidrasi

30
Nama : Dian Suciaty Annisa NPM : 1102012064 DEHIDRASI LI 1. Cairan tubuh & Larutan LO 1.1 Defenisi Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut). Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua komponen (zat) atau lebih. LO 1.2 Klasifikasi Cairan tubuh 1) Air Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hamper 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya. USIA KILOGRAM BERAT BADAN (%) Bayu prematur 80 3 bulan 70 6 bulan 60 1-2 tahun 59

Upload: uchii02

Post on 02-Jan-2016

112 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

used well

TRANSCRIPT

Page 1: skenario cairan-dehidrasi

Nama : Dian Suciaty Annisa

NPM : 1102012064

DEHIDRASI

LI 1. Cairan tubuh & Larutan

LO 1.1 Defenisi

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi

fisiologis tertentu. Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut).

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua komponen (zat) atau lebih.

LO 1.2 Klasifikasi

Cairan tubuh

1) Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hamper 60%

dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat

badannya.

USIA KILOGRAM BERAT BADAN (%)

Bayu prematur 80

3 bulan 70

6 bulan 60

1-2 tahun 59

11-16 tahun 58

Dewasa 58-60

Dewasa gemuk 40-50

Dewasa kurus 70-75

Page 2: skenario cairan-dehidrasi

2) Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut):

elektrolit dan non-elektrolit.

a. Elektrolit : substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan akan

menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdiasosiasi menjadi ion positif dan

negative dan diukur kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain

(mEq/L) atau dengan berat molekul dalam gram (mol/L).

Kation : Ion-Ion yang membentuk muatan positif dalam larutan.

Kation Ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation

intraselular utama dalam intraselular utama dalah kalium (K+). Sistem

pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar

dan ke dalam.

Anion : Ion-ion yang membentuk muatan negative dalam larutan.

Anion ekstraselular utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion

intraselular utama adalah ion fosfat (PO43-).

b. Non Elektrolit : substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi

dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (milligram per 100 ,l-mg/dl). Non

elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

Cairan tubuh didistribusi antara dua kompartemen cairan utama : kompartemen intraselular dan

kompartemen ekstraselular.

1) Cairan Intraselular

Cairan intraselular (intracellular fluid) adalah cairan yang terdapat dalam sel

tubuh. Volume lebih kurang 33% berat badan (60% air tubuh total). Kandungan air

intrasel lebih banyak disbanding ekstrasel. Presentase volume cairan intra sel pada anak

lebih kecil dibandingkan orang dewasa karena jumlah sel lebih sedikit dan ukuran sel

lebih kecil. Cairan intrasel berperan pada proses menghasilkan, menyimpan, dan

penggunaan energy serta perbaikan sel. Selain itu, cairan intrasel juga berperan dalam

proses replikasi dan berbagai fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk

mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel.

Page 3: skenario cairan-dehidrasi

Kandungan Elektrolit Intrasel

Dalam cairan intrasel, kation utama adalah kalium, sedangkan anion utama adalah

fosfat dan protein. Ion K+, Mg2+ dan PO42+ merupakan solute yang dominan untuk

menimbulkan efek osmotic pada cairan intrasel. Ion K+ juga penting dalam proses

niolistrik. Konsentrasi ion kalsium intrasel sangat rendah.

2) Cairan Ekstraselular

Cairan ekstraselular adalah cairan diluar sel. Ukuran relative dari CES menurun

dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh

terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relative dari CES menurun

sampai kira-kira sepertiga volume total. CES dibagi menjadi :

a. Cairan Interstial (CIT) : Cairan di sekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada

orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volum interstisial. Relatif

terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada

bayi baru lahir disbanding orang dewasa.

b. Cairan intravaskuler (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh

darah. Volume relative CIV sama orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata

volume darah orang dewasa 5-6 L, 3L dari jumlah tersebut adalah plasma.

Sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM atau eritrosit) yang

mentranspor oksigen dan bekerja sebagai buffer tubuh yang penting.

c. Cairan transelular (CTS) : Cairan yang terkandung di dalam rongga khusus

dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan serebrospinal, perikardinal, pleura,

synovial,dan cairan intraocular, dam sekresi lambung.

Kandungan Elektrolit Ekstraselular

Komposisi bahan yang terlarut dalam subkompartemen cairan ekstrasel (plasma

dan cairan interstisium) ternyata berbeda. Hal ini tersebut disebabkan oleh pengaruh

keseimbangan Gibbs-Donan (pada kondisi keseimbangan, konsentrasi pasangan kation

dan anion yang dapat berdifusi yang dihasilkan pada salah satu sisi membrane akan sana

dengan produksi kation dan anion pada sisi lainnya), kadarnya lebih tinggi pada cairan

interstisium, kecuali untuk ion Ca2+ dan Mg2+ karena ion ini banyak yang terikat pada

protein plasma.

Page 4: skenario cairan-dehidrasi

Perbedaan Elektrolit Ekstraselular dan Intraselular

Plasma Cairan interstisium

(mEq/L)

Cairan intrasel

(mEq/L)

Na+ 140 1448 13

K+ 4,5 5,0 140

Ca+ 5,0 4,0 1x10-7

Mg+ 1,7 1,5 7,0

Cl- 104 115 3,0

HCO3- 24 27 10

SO42- 1,0 1,2 -

PO42+ 2,0 2,3 107

Protein 15 8 40

Anion organic 5,0 5,0 -

Larutan

Macam-macam larutan dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Berdasarkan fasanya (wujud zat)

2) Berdasarkan kejenuhannya

Page 5: skenario cairan-dehidrasi

Larutan Secara Kualitatif Secara Kuantitatif

Belum jenuh Solute masih bisa larut dalam solvent Qc < Ksp

Jenuh

Keadaannya berada dalam

kesetimbangan

Qc = Ksp

Sudah Jenuh Mengendap semua (sudah terdapat

endapan)

Qc > Ksp

3) Berdasarkan daya hantar listriknya

Kekuatannya bergantung pada nilai α (koefisien ionisasi). Nilai α berkisar antara 0-1.

Larutan Nilai α

Elektrolit - Elektrolit kuat = 1; karena larutan terionisasi dengan

sempurna

- Elektrolit lemah 0 ≤ α ≤ 1

Non elektrolit α = 0; karena tidak ada yang terionisasi

4) Berdasarkan kepekatan

a) Larutan encer: larutan yang mengandung relative sedikit solute dalam larutan

b) Larutan pekat: larutan yang mengandung banyak solute dalam larutan

LO 1.3 Perbedaan cairan & larutan

LO 1.4 Sifat

LI 2. Keseimbangan Cairan Tubuh

Solute larut solute tak larut

Page 6: skenario cairan-dehidrasi

Keseimbangan Cairan Tubuh

Secara rerata, cairan tubuh membentuk 60% dari berat total. Angka ini bervariasi diantara

orang, bergantung pada berapa banyak lemak (jaringan yang kandungan H2O-nya rendah) yang

dimiliki seseorang. Dua pertiga dari H2O tubuh terdapat di cairan intrasel (CIS). Sisa

sepertiganya terdapat di cairan ekstrasel (CES) yang terdistribusi antara plasma dan cairan

intersisium.

Komponen esensial keseimbangan cairan adalah control volume CES dengan

mempertahankan keseimbangan garam dan control osmolaritas CES dengan mempertahankan

keseimbangan air. Kation utama CES (Na+) memiliki kekeuatan osmotic yang besar maka

perubahan kandungan Na+ total tubuh menyebabkan perubahan setara dalam volume CES,

termasuk volume plasma yang pada gilirannya mengubah tekanan darah arteri dalam arah yang

sama.

Perubahan osmolaritas CES terutama dideteksi dan dikoreksi oleh system-sistem yang

mempertahankan keseimbangan H2O. Osmolaritas CES harus diatur secara ketat untuk

mencegah perpindahan osmotic H2O antara CES dan CIS karena pembengkakan atau penciutan

sel membahayakan, terutama bagi neuron otak.

Untuk mencegah perpindahan yang merugikan ini, keseimbangan H2O bebas diatur

terutama oleh vasopressin dan dengan tingkat yang lebih rendah oleh rasa haus.

LO 2.1 M&M Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh

Natrium

Natrium memainkan peranan penting dalam mempertahankan konsentrasi dan volume

cairan ekstraselular (CES). Kadar Natrium serum normal 137-147 mEq/L. Rata-rata masukan

natrium setiap hari jauh melebihi kebutuhan normal tubuh setiap hari. Ginjal bertanggung jawab

untuk mengeksresikan kelebihan dan dapat menyimpan natrium selam periode pembatasan

natrium ekstrem.

1) Hiponatremia

Page 7: skenario cairan-dehidrasi

Hiponatremia adalah kelebihan cairan relative yang terjadi bila (1) jumlah asupan

cairan melebihi kemampuan eksresi dan (2) ketidakmampuan menekan sekresi ADH

misalnya kehilangan cairan melalui saluran cerna, gagal jantung dan sirosis hati atau pada

SIADH (Syndrome of Inapprpriate ADH-secrection). Berdasarkan prinsip diatan maka

etiologi hipatremia dibagi atas:

Hiponatremia dengan ADH meningkat

Hiponatremia dengan ADH tertekan fisiologik

Hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal atau tinggi.

Hiponatremia terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung cepat kurang dari

48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat penurunan kesadaran dan

kejang. Hal ini terjadi akibat edema sel otak, karena air dan ekstrasel masuk ke

intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut ke intrasel yang

osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia

simptomatik atau hiponatremia berat.

b. Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat yaitu

lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan

kesadaran atau kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya ringan seperti

lemas atau mengantuk. Pada keadaan ini tidak ada urgensi melakukan koreksi

natrium, tetapi dilakukan dalam beberapa hari dengan memberikan larutan garam

isotonic. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia asimptomatik.

Terapi SIADH yang dianjurkan adalah menghilangkapn penyebabnya apabila

memungkinkan. Pembatasan cairan, yang jumlahnya terus dikurangi dengan kadar

natrium yang juga turut dikurangi, dengan penggantian natrium biasanya cukup efektif

dan dapat ditolerir.

2) Hipernatremia

Hipenatremia adalah suatu keadaaan dengan deficit cairan relative. Hipernatremia

jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan larutan NaCl 0.9%

(kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hypernatremia juga dijumpai pada kasus

dehidrasi dengan gangguan haus. Hipernatremia terjadi bila :

Page 8: skenario cairan-dehidrasi

Adanya defisit cairan tubuh akibat eksresi air melebihi eksresi natrium

atau asupan air yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa

elektrolit melalui insensible water loss atau keringat; osmotic diare akibat

pemberian laktulosa atau sorbitol; diabetes insipidus sentral maupun

nefrogenik; diuresis osmotic akibat glukosa atau monitol; gangguan pusat

rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vascular.

Penambahan natrium yang melebihi jumlah dalam cairan dalam tubuh,

misalnya koreksi bikarbonat berlebihan pada asidosis metabolic.

Masuknya air tanpa elekrolit kedalam sel. Misalnya pada latihan (olahraga

berat), asam laktat dalam sel meningkat sehingga osmolalitas sel juga

meningkat dan air dari ekstrasel akan masuk ke intrasel. Biasanya kadar

natrium akan kembali normal dalam waktu 5-15 menit setelah istirahat.

Kalium

Kalium adalah kation intraselular utama, dan memainkan penanan penting pada

metabolism sel. Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3.5-5 mEq/L. Bila kalium kurang

dari 3.5 mEq/L disebut hypokalemia dan bila lebih dari 5 mEq/L maka disebut sebagai

hyperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan fatal listrik jantung yang disebut

aritmia. Kelebihan ion kalium darah akan menyebabkan gangguan berupa penurunan potensial

trans-membran sel.

1) Hipokalemia

Hipokalemia terjadi karena kehilangan kalium dari tubuh atau gerakan kalium

kedalam sel- sel dan jarang karena ketidakadekuatan masukan saja. Hipokalemia

merupakan kejadian yang sering dijumpai di klinik. Penyebab hypokalemia dapat dibagi

sebagai berikut :

Asupan kalium kurang

Pengeluaran kalium berlebihan

Kalium masuk ke dalam sel

Terapi yang digunakan yaitu :

Page 9: skenario cairan-dehidrasi

a. Pengobatan penyebab dasar

b. Penggantian kalium : baik melalui mulut dan melalui jalur perifer.

c. Diuretik pengikat kalium : dapat diberikan pada suplemen kalium oral.

d. Pengganti garam kalium klorida : dapat digunakan untuk masukan tambahan

kalium.

2) Hiperkalemia

Istilah hyperkalemia digunakan bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5

mEq/L. Terjadi karena peningkatan masukan kalium, penurunan eksresi urine terhadap

kalium, atau gerakan kalium keluar dari sel-sel.

Terapi bertujuan untuk mengatasi penyebab dasar dan mengembalikan kalium

serum ke normal.

Subakut

a. Kation yang mengubah resin (mis: kayzalate): Diberikan baik secara oral, nasogastric,

atau melalui retensi enema untuk menukar natrium dengan kalium di usus.

b. Penurunan masukan kalium : diet menghindari makanan yang mengandung kalium

tinggi. Intravena khusus atau formula enteral dapat diatur untuk pasien dengan gagal

ginjal.

Akut

a. IV kalsium glukonat : untuk meniadakan efek neuromuscular dan jantung terhadap

hyperkalemia.

b. IV glukosa dan insulin : memindahkan kalium ke dalam sel-sel. Penurunan kalium

serum ini sementara (kira-kira 6 jam).

c. Bikarbonat natrium : memindahkan kalium ke dalam sel-sel. Penurunan kalium serum

sementara (1-2 jam).

d. Dialysis : membuang kalium dari tubuh. Dialysis paling efektif diantara yang lain.

Klorida

Page 10: skenario cairan-dehidrasi

Sumber : garam dapur

Kadar normal : 96 - 106 mEq / L

Fungsi : Anion utama cairan ekstraseluler, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,

mengatur tekanan osmotik, peranan khusus dalam darah karena fungsinya pada pergeseran

klorida, membentuk asam hidroklorida dalam getah lambung.

Kelebihan : hiperkloremik

Kekurangan : hipokloremik

Eksresi : Tergantung oleh natrium, jika tubuh banyak kehilangan natrium, tubuh pun akan

kehilangan klor. Tetapi, klor juga dapat lebih banyak hilang pada saat kehilangan cairan lambung

oleh muntah-muntah atau pada obstruksi pilorus atau duodenum.

Gangguan pada hipokloremia dan hiperkloremia mengikuti gangguan pada keseimbangan

natrium karena natrium dan klorida merupakan kation dan anion primer pada cairan ekstrasel.

LI 3. Dehidrasi

Menurut Dorland Edisi 29, Dehidrasi adalah (1) membuang air dari substansi; (2)

keadaan yang diakibatkan oleh hilangnya cairan tubuh yang berlebihan.

Menurut Ensiklopedia Kesehatan, Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan

cairan atau air pada tubuh yang mana tubuh kehiangan cairan elektrolit (garam) yang sangat

dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bias menjalankan fungsinya dengan baik.

Menurut Buku Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa, Dehidrasi

adalah keadaan dimana volume air berkurang tanpa disertai berkurangnya elektrolit (natrium)

atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium di cairan ekstrasel.

Menurut Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V, Dehidrasi adalah berkurangnya

cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik),

atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonic), atau hilangnya

natrium lebh banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).

Page 11: skenario cairan-dehidrasi

LO 3.2 M&M Gejala

Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgor, mata cekung

sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat

badan akut lebih dari 3%. Tanda klinis obyektif lainnya yang dapat membantu mengidentifikasi

kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik. Saliva menjadi kental, anak menjadi apatis, kejang-

kejang dan kadang gelisah. Akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan nadi dan jantung yang

berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan

kussmaul.

LO 3.3 M&M penyebab

Infeksi kronik atau akut

Kehilangan urin berlebihan

Guna salah duretika

Glikosuria

Hiperkalsuria

Manitol

Zat kontras radiografi

Peningkatan nitrogen urea darah

Diabetes Insipidus

Hipoaldosteronism

Supresi Vasopressin

Diurisis pasca obstruksi

Kehilangan gastrointestinal

Traktrus gastrointestinal atas

Muntah

Kerusakan nasogaster

Diet internal dengan cairan hipertonik

Traktus gastrointestinal bawah

Guna salah laksatif/persiapan usus

Diare insfeksius/ sekretori

Pintas bedah/ fisula

Page 12: skenario cairan-dehidrasi

Iskemia usus

Kolektomi

Kehilangan darah berlebihan

Lingkungan

Gelombang panas

Hipotermia

Pergeseran cairan ke interstial

Hipoalbuminemia

Pankrearitis

Asites

Anafilaksis

Luka bakar

Dialisat peritoneal hipertonik

LO 3.4 M&M klasifikasi

1) Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi

ringan, sedang dan berat seperti tabel dibawah ini

Gejala Ringan (3-5%) Sedang (6-9%) Berat (>10%)

Tingkat kesadaran Sadar Letargi Tidak sadar

Pengisian kembali

kapiler

2 detik 2-4 detik > 4 detik

Membrane mukosa Normal Kering Sangat kering

Denyut Jantung Sedikit meningkat meningkat Sangat meningkat

Laju pernapasan normal meningkat Meningkat dan

hiperapnea

Tekanan darah normal Normal;ortostatik Menurun

Denyut nadi normal Cepat dan lemah Sangat lemah

sampai tidak teraba

Turgor kulit Kembali normal Kembali lambat Tidak segera

kembali

Fontanella normal Agak cekung Cekung

Page 13: skenario cairan-dehidrasi

Mata normal Cekung Sangat cekung

Keluaran urin menurun oliguria Anuria

2) Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dibagi menjadi :

a. Dehidrasi hiponatremik atau hipotonik

Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan natrium yang relative besar daripada

air, dengan kadar natrium kurang dari 130 mEq/L.

b. Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik

Dehidrasi isonatremi terjadi ketika hilangnya cairan sama dengan konsentrasi natrium

dalam darah. Kadar natrium pada darah 130-150 mEq/L. Tidak ada perubahan

elektrolit darah pada isonatremik.

c. Dehidrasi Hipernatremik atau hipertonik

Dehidrasi Hipernatremik terjadi ketika cairan yang hilang mengandung lebih sedikit

natrium daripada darah. Kadar natrium yaitu > 150 mEq/L. Kehilangan natrium

serum lebih sedikit daripada air karena natrium serum tinggi, cairan ekstravaskular

pindak ke intravascular untuk meminimalisir penurunan volume intravascular.

LO 3.5 M&M pengobatan

Pada beberapa penderita dehidrasi, terutama yang dengan dehidrasi berat, kolaps sirkulasi

dan syok, cairan intervena harus diberikan secara gawat darurat bahkan sebelum dilakukan

evaluasi lengkap terhadap penderita. Terapi yang digunakan untuk dehidrasi berat adalah terapi

parental, cairan dapat diberikan secara intraperitoneal atau intrasesseus pada keadaan keadaan

tertentu.

Terapi inisial digunakan untuk dehidrasi hypernatremia, hiponatremia, maupun isotonic.

Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan volume cairan ekstraseluler, terutama volume

plasma, untuk mencegah atau mengobati syok.

Rehidrasi oral dapat berhasil digunakan pada penderita dengan dehidrasi ringan atau

sedang. Terapi tersebut memerlukan perhatian khusus dan konsisten pemberi perawatan yang

berkompeten, memerlukan pengetahuan mengenai formula rehidrasi yang sesuai dan ketaatan

penderita.

Page 14: skenario cairan-dehidrasi

Pada dehidrasi ringan terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500

ml/24 jam (30ml/kg berat badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian

deficit cairan dan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Cairan yang diberikan secara oral

tergantung jenis dehidrasi.

Dehidrasi hipertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kandungan

sodium yang rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur.

Dehidrasi isotonic : cairan yang dianjurkan adalah air dan suplemen yang mengandung sodium

(jus tomat), juga dapat diberikan larutan isotonic yang ada di pasaran.

Dehidrasi hipotonik : cairan yang dianjurkan seperti diatas tetapi kadar sodium yang lebih tinggi.

LI 4. Etika minum dalam Islam

Allah SWT telah menjadikan manusia butuh makanan dan minuman. Keduanya itulah

yang melanggengkan kehidupan manusia. Apabila seorang manusia tidak mendapatkan makanan

dan minuman niscaya ia akan mati. Oleh karena itulah, ia pasti membutuhkan minum. Akan

tetapi, hendaknya ia beradab dengan adab-adab tertentu berkaitan dengan minum.

Di antara adab-adab minum adalah:

1. Niat yang baik

Hendaknya seseorang minum dengan niat untuk menguatkan badannya guna

mentaati Allah serta menjaga kesehatan. Dengan demikian, ia akan mendapatkan pahala

dan minumnya itu menjadi ibadah yang berpahala. Dalam hadits disebutkan:

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya.”

2. Membaca Tasmiyah

Membaca tasmiyah maksudnya membaca bismillah, sebagaimana ketika

seseorang hendak makan. Sebab, hal itu dapat mengusir syaitan dan mendatangkan

berkah, sebagaimana telah dijelaskan pada adab makan.

Page 15: skenario cairan-dehidrasi

3. Minum dengan Tangan Kanan

Sabda Rasulullah SAW:

“Apabila salah seorang dari kalian makan, hendaknya ia makan dengan tangan

kanannya dan apabila ia minum, hendaknya dengan tangan kanannya. Sesungguhnya

syaitan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.”

4. Minum dengan Duduk Semampu Mungkin

Nabi SAW melarang minum dengan berdiri.

Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah salah seorang dari kalian minum dengan berdiri. Apabila ia lupa,

hendaknya ia memuntahkannya.” (HR Muslim)

Rasulullah SAW juga bersabda:

“Seandainya orang yang minum dengan berdiri itu mengetahui apa yang ada di

perutnya, niscaya ia akan memuntahkannya.” (HR Ahmad)

Demikian juga beliau melarang (dalam lafazh lain jazara) minum dengan berdiri.

Maka pada prinsipnya minum dengan duduk lebih utama daripada minum dengan

berdiri.

5. Minum Tiga Kali

Hendaknya seseorang minum sebanyak tiga kali. Demikianlah yang biasa

dilakukan oleh Nabi SAW. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa beliau SAW minum

dengan tiga nafas, menyebut nama Allah pada awalnya, dan memuji Allah pada

akhirnya. (HR Ibnus Sunni)

Inilah sunnah, yakni seseorang membaca bismillah lalu minum sesuatu, kemudian

membaca Alhamdulillah dan menjauhkan bejana (gelas) dari mulutnya. Setelah itu,

membaca bismillah untuk kedua kalinya lalu minum, kemudian membaca Alhamdulillah

dan menjauhkan gelas dari mulutnya untuk bernafas. Sesudah itu, membaca bismillah

lalu minum untuk ketiga kalinya, kemudian menjauhkan gelas dari mulutnya dan

mengucapkan Alhamdulillah.

Page 16: skenario cairan-dehidrasi

Hadist ini menunjukkan bahwa seseorang yang minum hendaknya membaca

bismillah setiap kali meneguk minuman dan membaca alhamddulillah setelah

meminumnya. Dalam hadist lain disebutkan: “Beliau minum dalam tiga kali nafas.

Apabila mendekatkan gelas ke mulutnya, beliau menyebut nama Allah, sedangkan

apabila menjauhkannya, beliau memuji Allah Ta’ala. Beliau melakukan seperti itu tiga

kali.”

Sunnah ini memiliki faedah kesehatan yang sangat banyak. Sebagian dokter

menyebutkan bahwasanya bagian rongga dalam manusia biasanya suhunya lebih panas

daripada suhu air minum. Oleh karena itu, hendaknya seorang minum sedikit, lalu

ditambah, baru kemudian minum hingga kenyang sehingga rongga dalam tubuhnya bisa

menyesuaikan dengan suhu air yang masuk. Minum yang pertama lebih sedikit dari yang

kedua, baru kemudian ia boleh minum sepuasnya pada kali yang ketiga. Rasulullah SAW

melakukan hal itu semata-mata untuk mengajarkan kepada manusia perkara yang

bermanfaat bagi mereka.

6. Minum dengan Cara Menghirup

Hendaknya seseorang minum dengan cara yang lebih dekat kepada menghirup.

Janganlah ia meneguk minuman seperti unta, tetapi hendaknya ia membuka kedua

bibirnya sedikit. Perbuatan itu akan mendatangkan beberapa faedah:

1) Sedikitnya udara yang masuk bersama minuman, yang bisa menyebabkan kembung

atau masuk angina.

2) Orang minum dengan dapat merasakan lezatnya minuman dengan cepat. Dia juga

dapat dengan cepat membedakan apakah minuman itu masih bagus dan layak

diminum atau sudah basi dan tidak enak lagi rasanya. Adapun orang yang meneguk

langsung minumannya tidak akan dapat membedakan rasa minuman itu kecuali

setelah ia meminumnya dalam jumlah banyak.

3) Apabila pada minuman itu terdapat serangga atau sesuatu yang jatuh, maka ia akan

merasakannya ketika membuka kedua bibirnya. Berbeda dengan orang yang

menenggak minumannya, ia tidak akan merasakannya kecuali setelah minuman itu

masuk ke dalam kerongkongannya.

Page 17: skenario cairan-dehidrasi

7. Bernafas Ketika Minum

Apabila Nabi SAW minum, beliau bernafas tiga kali. Beliau bersabda: “Yang

demikian lebih segar, lebih nikmat, dan lebih mengenyangkan.” (HR Al-Bukhari)

Janganlah seseorang minum sepuasnya dalam sekali nafas, namun hendaknya ia bernafas

di sela-sela tegukannya sebagaimana telah dijelaskan.

8. Tidak Bernafas dalam Gelas

“Apabila salah seorang dari kalian minum, maka janganlah ia bernafas di dalam

gelas.” (HR Al-Bukhari)

9. Tidak Menghembus dalam Gelas

Berdasarkan hadits yang telah lalu diketahui bahwa air minum dapat menyerap

bau nafas. Sesungguhnya hembusan lebih parah daripada nafas dalam menyebarkan bau.

Ibnu Hajar al-Asqalani berkata dalam Fat-hul Baari: “Menghembus dalam keadaan

seperti ini lebih parah daripada bernafas.”

10. Menjauhkan Gelas dari Mulut Ketika Bernafas

“Jauhkanlah gelas dari mulutmu, kemudian bernafaslah.” (HR Malik)

11. Tidak Minum dari Mulut Bejana

Nabi SAW melarang minum dari mulut bejana. (HR Al-Bukhari)

12. Tidak Minum Berlebihan

“…Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf:31)

Rasulullah SAW bersabda:

Page 18: skenario cairan-dehidrasi

“Orang Mukmin minum dengan satu lambung, sedangkan orang kafir minum

dengan tujuh lambung.” (HR Muslim)

13. Memuji Allah Setelah Minum

Apabila Nabi SAW makan atau minum, beliau mengucapkan:

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan, minum, dan memudahkannya

untuk dicerna serta memberikannya jalan keluar.”

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah meridhai seorang hamba yang makan makanan lalu memuji

Allah atasnya atau minum minuman lalu memuji Allah atasnya.”

14. Mengedarkan Gelas Kepada Orang yang Berada di Sebelah Kanan dan Seterusnya

Rasulullah SAW bersabda:

“Yang di sebelah kanan yang lebih berhak.” (HR Al-Bukhari)

15. Meminta Izin Kepada Orang yang Berada di Sebelah Kanan Apabila Ingin Memberikan

Kepada Selainnya

16. Hendaknya Pemberi Minuman Minum Paling Akhir

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang menyodorkan minuman adalah yang terakhir minum.” (HR Ahmad)

17. Haram Minuman dengan Bejana (Gelas) yang Terbuat dari Emas atau Perak

Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang minum dengan bejana dari emas atau perak, sesungguhnya dia telah

menuangkan api Jahannam ke dalam perutnya.” (HR Muslim)

18. Menjauhi Minuman yang Haram

Page 19: skenario cairan-dehidrasi

Jauhilah minuman yang haram seperti khamer atau minuman-minuman lainnya

yang memabukkan. Sebab, minuman seperti itu buruk sehingga meminumnya termasuk

perbuatan dosa besar.

19. Do’a Sebelum Minum Susu

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila seseorang minum susu, maka ucapkanlah: Allahumma baarik lanaa fiihi

wa zidnaa minhu (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkanlah untuk kami)

karena tidak ada sesuatu yang dapat mengganti (mewakili) makanan dan minuman

(sekaligus) kecuali susu).”

20. Sunnah Minum Susu Sapi

Nabi SAW bersabda:

“Minumlah susu sapi karena sapi memakan dari setiap daun pepohonan. Susu sapi

juga berfungsi sebagai obat bagi setiap penyakit.” (HR Al-Hakim)

21. Berkumur-kumur Setelah Minum Susu

Beliau SAW bersabda:

“Apabila kalian minum susu, maka berkumurlah karena sesungguhnya susu

meninggalkan rasa masam pada mulut.” (HR Ibnu Majah)

22. Disunnahkan Minum Minuman yang Manis dan Dingin

Disunnahkan minum minuman yang manis dan dingin, seperti jus atau yang

sejenisnya. Rasulullah SAW menyukai minuman yang manis dan dingin. (HR Ahmad)

23. Tidak Membuang Minuman yang Terjatuhi Lalat

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila lalat jatuh ke dalam gelas salah seorang dari kalian, maka celupkanlah

lalat itu karena pada salah satunya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terkandung

obat penawar. Sesungguhnya yang dihindari adalah sayap yang terdapat padanya

penyakit, maka celupkanlah lalat itu seluruhnya lalu buanglah.” (HR Abu Dawud)

Page 20: skenario cairan-dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC

Page 21: skenario cairan-dehidrasi

FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa edisi ke-2.

Home,Mima M. 2001.Keseimbangan cairan,elektrolit,dan asam basa edisi 2.Jakarta: EGC

Sudoyo,Aru W.,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta: Interna Publishing

Dorland,W.A.Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.Jakarta: EGC

Nelson,Waldo E.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1.Jakarta: EGC

Akmal M.,dkk.2010.Ensiklopedi Kesehatan.Jogjakarta: Ar-ruzz media

Davey,Patrick.2005.At Glance Medicine.Jakarta: Penerbit Erlangga

Jurnal USU

Nada, ‘Abdul’aziz bin Fathi as-Sayyid. 2007. Ensiklopedia Adab Islam Menurut Al-Quran dan

As-Sun nah . Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.