case meningitis jadiiii

Upload: ririe07

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    1/22

    BAB I

    1.1 PENDAHULUAN

    Meningitis Purulenta (Meningitis Bakteria) sering dijumpai, meskipun terdapat

    kemoterapeutik yang secara in vitro mampu membunuh mikroorganisme (MO) penyebab infeksi

    tersebut. Walaupun jumlah kematian yang dilaporkan akibat berbagai penyakit infeksi telah

    menurun 10 20 kali sejak tahun 1935, tetapi kematian akibat meningitis purulenta hanya

    mengalami penurunan setengahnya.

    Meningitis termasuk dalam kedaruratan medis yang tinggi dan diagnosis dini, cepat, dan

    tepat merupakan hal yang penting. Adanya kecurigaan yang tinggi terhadap adanya meningitis

    mengharuskan kita melakukan pemeriksaan laboratorium dengan segera, karena resiko kematian

    atau kerusakan yang ireversible adalah sangat besar, kecuali pengobatan dimulai dengan segera.

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    2/22

    BAB II

    2.1. Defenisi

    Meningitis adalah suatu radang yang mengenai sebagian atau semua lapisan selaput otak

    yang membungkus jaringan otak sampai sumsum tulang belakang. Sedangkan, Meningitis

    purulenta ialah radang selaput otak (arakhnoidea dan piamater) yang menimbulkan eksudasi

    berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus.

    2.2. Etiologi

    Sebagai kuman penyebab ialah jenis Pneumokokus, Hemophilus influenza,

    Staphylokokus, Streptokokus, E. Coli, Meningokokus dan Salmonella, Listeria, Klebsiela. Di

    Jakarta penyebab terbanyak ialah Pneumokokus dan H. Influenza. Di negeri barat penyebab

    terbanyak Meningokokus, sedangkan di Jakarta jarang ditemukan.

    Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi

    Neonatus Bayi dan anak DewasaE. Coli

    Streptokokus

    Stafilokokus

    pneumokokus

    H. influenza

    Meningokokus

    Pneumokokus

    E. Coli

    Streptokokus

    Pneumokokus

    Meningokokus

    Stafilokokus

    Streptokokus

    H. influenza

    2.3. Epidemiologi

    Meningitis Purulenta pada bayi dan anak di Indonesia, khususnya di Jakarta masih

    merupakan penyakit yang belum mengurang. Angka kejadian tertinggi umur antara 2 bulan 2

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    3/22

    tahun. Umumnya terdapat pada anak yang distrofik, yang daya tahan tubuhnya rendah. Di negeri

    yang sudah maju, angka kejadian sudah sangat berkurang.

    2.4. Patogenesis

    Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui :

    1. Aliran darah (hematogen) karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsilitis,

    endokarditis, penumonia, infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan biakan

    kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada dalam cairan

    otak.

    2. Perluasan langsung dari infeksi (per kontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi

    dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus kavernosus.

    3. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, punksi lumbal,

    dan mielokel.

    4. Meningitis pada neonatus dapat terjadi karena :

    - Aspirasi dari cairan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir

    atau oleh kuman-kuman yang normal ada pada jalan lahir.

    - Infeksi bakterial secara transplantasi terutama listeria.

    Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Sebagian

    besar infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat penyerangan hematogen. Saluran napas

    merupakan port dentree utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta. Proses terjadinya

    diawali dengan perlekatan bakteri pada sel epitel mukosa nasofaring dan melakukan kolonisasi,

    kemudian menembus rintangan mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran darah dan

    menimbulkan bakteremia. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    4/22

    memperbanyak diri di dalamnya. Bakteri ini menimbulkan peradangan pada selaput otak

    (meningen) dan otak.

    2.5. Manifestasi Klinis

    1. Gejala infeksi akut

    Anak menjadi lesu, mudah terangsang, panas muntah, anoreksia dan pada anak yang

    besar mungkin didapatkan keluhan sakit kepala. Pada infeksi yang disebabkan oleh

    meningokokus terdapat petekia dan herpes labialis.

    2. Gejala Tekanan intrakranial yang meninggi

    Anak yang sering muntah, nyeri kepala (pada anak besar), moaning cry (pada

    neonatus) yaitu tangis yang merintih. Kesadaran bayi/anak menurun dari apatis sampai

    koma. Kejang yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar

    menonjol dan tegang, terdapat gejala kelainan serebral lainnya seperti paralisis,

    strabismus, Crack pot sign dan pernapasan Cheyne Stokes. Kadang-kadang pada

    anak besar terdapat hipertensi dan Chocked disc dari papila nervus optikus.

    3. Gejala rangsangan meningeal

    Terdapat kaku kuduk, malahan dapat terjadi regiditas umum. Tanda-tanda spesifik

    seperti kernig, brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas

    terjadi, sering terdapat keluhan di daerah leher dan punggung.

    Bila terdapat gejala tersebut di atas, selanjutnya dilakukan punksi lumbal untuk

    mendapatkan cairan serebrospinal. Umumnya cairan serebrospinal berwarna opalesen sampai

    keruh, tetapi pada stadium dini dapat dijumpai cairan yang jernih. Reaksi Nonne dan Pandy

    umumnya positif kuat. Jumlah sel umumnya ribuan per milimeter kubik cairan yang sebagian

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    5/22

    besar terdiri dari sel polimorfonukleus. Pada stadium dini didapatkan jumlah sela hanya ratusan

    per milimeter kubik dengan hitung jenis lebih banyak limfosit daripada segmen. Oleh karena itu

    pada keadaan demikian, punksi lumbal perlu diulangi keesokan harinya untuk menegakkan

    diagnosis yang pasti. Keadaan seperti ini juga ditemukan pada stadium penyembuhan meningitis

    purulenta. Kadar protein dalam likuor meninggi. Kadar gula menurun tetapi tidak serendah pada

    meningitis tuberkulosa. Kadar klorida kadang-kadang merendah.

    Dari pemeriksaan sediaan langsung di bawah mikroskop mungkin dapat ditemukan

    kuman penyebab (jarang). Diferensiasi kuman yang dapat dipercaya hanya dapat ditentukan

    secara pembiakan dan percobaan binatang. Tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung

    bukanlah indikasi kontra terhadap diagnosis. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan

    leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri. Umumnya terdapat anemia megaloblastik.

    Pada anak, tanda-tanda awal serangan meningitis :

    - demam

    - kurang nyaman

    - enggan minum

    - sakit kepala

    - menangis terus-menerus

    - bunyi tangisan berubah tangisan bernada tinggi. (high pitch cry)

    tanda-tanda akhir serangan meningitis :

    - muntah

    - epilepsi

    - menjauhkan diri dari cahaya lampu atau cahaya yang terang

    - lemah

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    6/22

    - ruam seperti lebam

    - tidak sadar.

    2.6. Pemeriksaan Penunjang

    Lakukan punksi lumbal pada setiap pasien dengan kecurigaan meningitis. Meskipun

    hasilnya normal, observasi pasien dengan ketat sampai keadaannya kembali normal. Punksi

    lumbal dapat diulang setelah 8 jam bila diperlukan. Selama fase akut sel yang dominan adalah

    PMN sampai sekitar 95 %. Dengan perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dan

    mononuklear. Selain itu, terdapat kenaikan kadar protein sampai di atas 75 % dan penurunan

    kadar glukosa sampai di bawah 20 %. Pengobatan antibiotik sebelumnya dapat mengcaukab

    gambaran cairan serebrospinal.

    Pewarnaan gram cairan serebrospinal berguna untuk menentukan terapi awal. Kultur dan

    uji resistensi dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

    2.7. Diagnosis

    Ditentukan atas dasar gejala klinik dan hasil pemeriksaan mikroskopik likuor

    serebrospinalis yang didapatkan dengan punksi lumbal pada saat anak masuk rumah sakit.

    Diagnosis dapat diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan langsung sediaan berwarna di bawah

    mikroskop dan hasil biakan. Namun, hasil negatif daripada 2 jenis pemeriksaan ini tidak

    merupakan indikasi kontra terhadap pengobatan secara meningitis purulenta.

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    7/22

    2.8 Diganosis Banding

    Gejala awal yang tidak khas menyebabkan pasien diduga menderita demam tifoid atau

    sakit dengan penyebab panas yang lain.

    2.9 Komplikasi

    Ventrikulitis, efusi subdural, gangguan cairan dan elektrolit, meninitis berulang, abses

    otak (gejala neurologik fokal, leukositosis), paresis/paralisis, ataksia, tuli, hidrosefalus, retardasi

    mental, epilepsi,syok septik, trombosis sinus vena (gangguan kesadaran).

    2.10 Penatalaksanaan

    - Cairan intravena

    - Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit

    - Atasi kejang

    - Kortikosteroid. Berikan dexamethason 0,6 mg/kgbb/hari selama 4 hari, 15 20 menit

    sebelum pemberian antibiotik

    - Antibiotik. Terdiri dari 2 fase, yaitu empirik dan setelah ada hasil biakan dan uji

    resistensi. Pengobatan empirik pada neonatus adalah kombinasi ampisilin dan

    amoniglikosida atau ampisilin dan sefotaksim. Pada umur 3 10 tahun kombinasi

    ampisilin dan kloramfenikol atau sefuroksim/sefotaksim/seftriakson. Pada usia lebih

    dari 10 tahun digunakan penisilin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi

    dan anak 10 14 hari.

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    8/22

    Tabel : Terapi Antibiotik untuk meningitis purulenta

    BAKTERI ANTIBIOTIK

    Neonatus

    Tak diketahui Ampisilin + gentamisin

    Streptokokus grup B Penisilin GE. Koli Ampisilin + Gentamisin

    Pseudomonas Gentamisin

    Klebsiela Gentamisin

    Listeria Ampisilin

    Bayi dan anak kecil

    Tidak diketahui Ampisilin + kloramfenikol

    Penisilin + kloramfenikol

    Sefalosforin (sefotaksim, Seftriakson)

    Streptokokus Pneumoniae Penisilin GHemofilus influenza tipe B Ampisilin + gentamisin

    Kloramfenikol

    Anak dan orang dewasa

    Neisseria meningitidis (meningokoki) Penisilin G

    2.11 Prognosis

    Berat ringannya penyakit ini tergantung pada umur (makin muda makin berat), jenis

    kuman, berat ringannya infeksi, lama sakit sebelum diobati, kepekaan kuman terhadap antibiotik

    (sering jenis kuman tidak teridentifikasi) dan komplikasi yang timbul.

    Prognosis buruk pada usia lebih muda, infeksi berat yang disertai DIC (Disseminated

    Intravascular Coagulation).

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    9/22

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    10/22

    LAPORAN KASUS

    Identitas pasien:

    Nama : By. L

    Umur : 9/12 bulan

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Suku bangsa : Minang

    MR : 78.55.58

    Anamnesis

    Diberikan oleh ibu kandung

    Seorang pasien laki-laki usia 9 bulan sudah di rawat di bangsal anak sejak tanggal 20 Mei

    2012 dengan:

    Keluhan utama : kejang dengan penurunan kesadaran sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi, terus menerus, tidak menggigil,

    tidak berkeringat.

    Muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 2 kali sehari, jumlah lebih kurang1/4 gelas tiap kali muntah, isi apa yang dimakan/diminum, tidak menyemprot.

    Kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 1x, lama 15 menit, kejang pada

    tubuh bagian kiri, setelah kejang anak tidak sadar, ini kejang yang pertama kali.

    Riwayat trauma kepala tidak ada.

    Batuk pilek tidak ada, sesak napas tidak ada.

    Riwayat injeksi vitamin K saat lahir ada.

    Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada. Buang air kecil jumlah dan warna biasa.

    Buang air besar warna dan konsistensi biasa.

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    11/22

    Sebelumnya anak dirawat di RSUD Solok Selatan selama 2 hari, karena tidak ada

    perbaikan anak dirujuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang dengan keterangan susp.

    ensephalitis.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Tidak pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada anggota keluarga pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.

    Riwayat kelahiran

    Lahir spontan, di tolong bidan, cukup bulan, berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir

    lupa, langsung menangis kuat.

    Riwayat Imunisasi

    Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap.

    Riwayat makanan dan minuman

    ASI sejak lahir sampai sekarang.

    Susu formula usia 1 bulan sampai sekarang.

    Biskuit usia 2 bulan sampai sekarang.

    Bubur susu usia 5 bulan 3x sehari.

    Kesan: kualitas dan kuantitas makanan cukup.

    Riwayat lingkungan dan perumahan:

    Tinggal di rumah semi-permanen, dengan sumber air minum sumur gali, jamban disungai, pekarangan cukup luas, sampah dikumpul dan di bakar 2 kali seminggu.

    Kesan: higiene dan sanitasi lingkungan kurang.

    Riwayat tumbuh kembang

    Tengkurap umur 4 bulan

    Kesan : perkembangan fisik normal

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    12/22

    Pemeriksaan fisik

    Kesadaran : GCS 6 E1M4V1

    Nadi : 120 kali/menit

    Suhu : 36,50C

    Pernapasan : 28 kali

    Sianosis : tidak ada

    Keadaan umum : buruk

    Keadaan gizi : kurang

    Panjang badan : 73 cm

    Berat badan : 7,5 kg

    Edema : tidak ada

    Anemia : ada

    Ikterus : tidak ada

    Status gizi : BB/U = 80,64%

    TB/U = 101,4%

    BB/TB = 28,125%

    Kesan : gizi kurang.

    Kulit : teraba hangat, tidak tampak pucat.

    Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

    Kepala : bentuk simetris, ubun-ubun besar membonjol, lingkar kepala 44,5 cm

    (normal standar Nellhaus)

    Rambut : hitam tidak mudah dicabut

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 2mm/2mm,

    reflek cahaya +/+

    Telinga : tidak ditemukan kelainan

    Hidung : tidak ditemukan kelainan

    Tenggorokan : sukar dinilai

    Gigi dan mulut : mukosa mulut dan bibir basah

    Leher : kaku kuduk tidak ada

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    13/22

    Dada Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada

    Palpasi : fremitus sukar dinilai

    Perkusi : sonor di semua lapangan paru

    Auskultasi : bronkovesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : iktus kordis teraba di LMCS RIC V

    Perkusi : batas jantung sukar dinilai

    Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada

    Abdomen inspeksi : tidak tampak membuncit

    Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis +/+, reflek babinski group +/

    +, tanda rangsang meningeal Brudzinski I dan II (-), kernig (-)

    Laboratorium

    Darah

    Hb : 9,5 gr/dl

    Leukosit : 20.200/mm3

    Hitung jenis : 0/0/0/82/15/0

    Trombosit : 486 000/mm3

    Eritrosit : 4,6 juta/mm3

    Ht : 31%

    Gambaran darah tepi:

    Eritrosit: normokrom, anisositosis

    Leukosit: jumlah cukup, dengan neutrofilia shift to the right

    Trombosit: jumlah meningkat

    Urin:

    Albumin (-)

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    14/22

    Reduksin (-)

    Bilirubin (-)

    Urobilin (-)

    Feses

    Makroskopis : warna kuning biasa, kenyal lembek, darah tidak ada

    Mikroskopis : tidak ada parasit

    Diagnosis kerja :

    Suspect meningitis purulenta

    DD/: ensefalitis

    Gizi kurang

    Terapi:

    O2 2 liter/menit

    IVFD D 12,5% = 6 tetes/menit (mikro)

    ASI 8x 50 cc/NGT

    Ceftriakson 2 x 375 mg IV

    Paracetamol 4 x 80 mg p.o

    Luminal 50 mg IM

    Luminal 2 x 15 mg p.o

    Dexametason 3,75 mg IV (inisial)

    Dexametason 3 x 1,25mg IV

    Rencana

    Pemeriksaan Na, K, Ca, GDR

    Konsul mata

    LP

    Brain CT Scan

    Hasil pemeriksaan elektrolit

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    15/22

    Natrium : 119 mmol/L

    Kalium : 5,2 mmol/L

    Chlor : 104 mmol/L

    Kalsium : 4,6 mg/dL

    GDR : 106 mg/dL

    Koreksi Natrium :

    (135- Na)x BBx0,6 = (135-119) x 7,5x 0,6

    = 72 meq

    Vol NaCl 3% yang dibutuhkan: 72 x 500 cc = 140 cc/jam dalam 6 jam

    256

    Koreksi kalsium dengan Ca Glukonas

    I : 0,5cc/kgBB/ jam 0,5x7,5 = 3,75 cc diencerkan dg Nacl 0,9% 1:5

    22,5 cc dalam jam

    II: 2 cc /kgBB/6jam 2x 7,5 = 15 cc diencerkan dg Nacl 0,9% 1:5 90 cc/6jam

    Hasil brain CT scan

    Kesan : sugestif ensefalitis dengan brain atropi

    Anjuran : brain CT scan dengan kontrasTerapi:

    Drip Mannitol 20% 0,25 gr/kgBB (dosis dinaikkan setiap 6 jam sampai 1 gr/kgBB,

    kemudian di tappering offsetiap 6 jam)

    Hasil konsul mata:

    Kesan: tidak ditemukan papil edem akibat peninggian TIK

    LP :

    LCS agak keruh

    Nonne (+), Pandy (+)

    Sel : 12/mm3

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    16/22

    Glukosa : 33 mg/dl

    Protein : reagen habis

    Kesan : sesuai meningitis purulenta

    Pemeriksaan indeks eritrosit

    MCH : 20,6 pq (27-32)

    MCV : 67,4 fl (72-96)

    MCHC : 30% (32-37)

    Kesan : anemia mikrositik hipokrom

    Diagnosa

    Meningitis purulenta

    Gizi kurang

    Anemia mikrositik hipokrom ec susp deff. Fe

    Follow Up Tgl 21 Mei 2012

    S/:

    Demam masih ada, tidak tinggi

    Kejang tidak ada

    Batuk pilek tidak ada

    Muntah tidak ada

    Sesak napas tidak ada, kebiruan tidak ada

    BAK biasa

    O/:

    Sakit berat, GCS 6 (E1M4V1)

    Nadi : 118 x/i Napas 30 x/i T : 37,7 0C

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    17/22

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+

    Leher : kaku kuduk tidak ada

    Torak : retraksi tidak ada

    cor : irama teratur, bising tidak ada

    pulmo : bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

    Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal

    Ektremitas: akral hangat, RF +/+, babinski +/+, tanda rangsang meningeal negatif

    Pemeriksaan kimia klinik darah:

    Natrium : 135 mmol/L

    Kalium : 3,7 mmol/L

    Chlor : 104 mmol/L

    Kalsium : 9 mg/dL

    K/ : hemodinamik stabil

    Th/ : lanjut

    Follow Up Tgl 22 Mei 2012

    S/:

    Demam masih ada, tidak tinggi

    Kejang tidak ada

    Batuk pilek tidak ada

    Muntah tidak ada

    Sesak napas tidak ada, kebiruan tidak ada

    BAK biasa

    O/:

    Sakit berat, GCS 6 (E1M4V1)

    Nadi : 113 x/i Napas 34 x/i T : 37,9 0C

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    18/22

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+

    Leher : kaku kuduk tidak ada

    Torak : retraksi tidak ada

    cor : irama teratur, bising tidak ada

    pulmo : bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

    Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal

    Ektremitas: akr/eal hangat, RF +/+, babinski +/+, tanda rangsang meningeal negatif

    K/ : hemodinamik stabil

    Th/ : lanjut

    Follow Up Tgl 23 Mei 2012

    S/: Demam masih ada, tidak tinggi

    Kejang tidak ada

    Batuk pilek tidak ada

    Muntah tidak ada

    Sesak napas tidak ada, kebiruan tidak ada

    Intake masuk personde

    BAK biasa

    O/: Sakit berat, GCS 8 (E2M4V2)

    Nadi : 110 x/i Napas 30 x/i T : 37,9 0C

    TD: 90/50 mmhg

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+

    Leher : kaku kuduk tidak adaTorak : retraksi tidak ada

    cor : irama teratur, bising tidak ada

    pulmo : bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

    Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal

    Ektremitas: akral hangat, RF +/+, babinski +/+, tanda rangsang meningeal negatif

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    19/22

    K/ : hemodinamik stabil, febris

    Th/ : lanjut

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    20/22

    DISKUSI

    Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien laki-laki berumur 9 bulan dengan diagnosis

    kerja susp meningitis purulenta DD/ ensefalitis:, gizi kurang, dan anemia mokrositik hipokrom

    ec susp deff. Fe. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan laboratorium.

    Pada anamnesa didapatkan demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus

    menerus dan tidak diketahui sebabnya serta timbulnya mendadak. Muntah 2 hari sebelum masuk

    rumah sakit, tidak menyemprot berarti di sini tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan

    inrakranial. Kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, kejang pada tubuh bagian kiri, setelah

    kejang anak tidak sadar, ini kejang yang pertama kali, dari sifat kejang dan penurunankedsadaran lebih cocok ke arah ensefalitis. Riwayat trauma kepala tidak ada.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan terjadinya penurunan kesadaran berarti telah terjadi

    adanya gangguan di pusat kesadaran karena peningkatan tekanan intrakranial. Pada pemeriksaan

    tanda rangsang meningeal di dapatkan hasil negatif karena pada usia < 2 tahun proses

    mielinisasinya belum sempurna.

    Dari pemeriksaan laboratorium dan penunjang di dapatkan Hb yang anemis, dengan kesan

    anemia normositik normokrom. Adanya anemia yang terjadi kemungkinan karena defisiensi besi

    dimana di lihat dari status gizinya termasuk gizi kurang. Juga terdapat leukositosis yang

    menunjukkan adanya suatu infeksi.

    Untuk menegakkan diagnosa pasti dari meningitis purulenta ini kita harus melakukan

    lumbal punksi dimana nantinya akan di dapatkan warnanya agak keruh, reaksi Nonne dan Pandy

    (+), jumlah sel pada anak lebih dari 10/mm, kadar gula menurun, dengan kesan sesuai meningitis

    purulenta. Pemeriksaan CT-Scan memberikan kesan sugestif ensefalitis dengan brain atropi. Dari

    pemeriksaan didapatkan adanya gejala dan tanda ensefalitis dan meningitis yang muncul

    bersamaan.

    Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik dengan ceftriakson karena sudah mendapatkan

    terapi dengan gentamicin di RSUD Solok Selatan namun tidak ada perbaikan. Pemberian

    Luminal untuk mencegah agar kejang tidak berulang. Pemberian kortikosteroid untuk mencegah

    terjadinya hidrosefalus akibat perlengketan meningens. Mannitol untuk mengurangi udem otak

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    21/22

    dan menurunkan tekanan intra kranial. Pemberiannya dengan menaikkan dosis secara bertahap

    dan penghentiannya juga harus secara bertahap.

    Rencana pada pasien ini pemeriksaan elektrolit (Na, K) untuk menyingkirkan adanya

    gangguan elektrolit, pemeriksaan kalsium karena jika kurang kalsium juga akan menyebabkan

    terjadinya kejang, GDR, LP yang merupakan gold standar dari meningitis purulenta.

  • 7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid II, Penerbit Media

    Aeskulapius, FKUI, Jakarta, 2000.

    2. Hassan R, Dr, dkk, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan ke 8, Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta, 1998.

    3. Azhali, Garna H, Chaerufatah A,Setiabudi D. Meningitis Bakterialis. Dalam Pedoman

    Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UP,

    2000;190-7

    4. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta: EGC.2000.

    5. IDAI. Buku ajar Neurologi Anak. Jakarta: IDAI.2006.