laporan jadiiii

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Melakukan interpretasi data wireline log secara kualitatif. Mengevaluasi parameter-parameter dalam analisis kualitatif data wireline log yang meliputi zona batuan reservoir, jenis litologi, serta jenis cairan pengisi formasi. Menentukan jenis-jenis dan urutan litologi dengan menggunakan data wireline log . Menentukan ada atau tidaknya kandungan hidrokarbon pada suatu formasi menggunakan data wireline log. Menentukan lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbon berdasarkan data wireline log. 1.2 Tujuan Mengetahui informasi-informasi seperti litologi, porositas, resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon berdasarkan data wireline log. Mengetahui keterdapatan hidrokarbon dalam suatu lapisan dengan menggunakan data wireline log .

Upload: dorasi-sianturi

Post on 05-Jul-2015

2.637 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan jadiiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Melakukan interpretasi data wireline log secara kualitatif.

Mengevaluasi parameter-parameter dalam analisis kualitatif

data wireline log yang meliputi zona batuan reservoir, jenis

litologi, serta jenis cairan pengisi formasi.

Menentukan jenis-jenis dan urutan litologi dengan

menggunakan data wireline log .

Menentukan ada atau tidaknya kandungan hidrokarbon pada

suatu formasi menggunakan data wireline log.

Menentukan lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbon

berdasarkan data wireline log.

1.2 Tujuan

Mengetahui informasi-informasi seperti litologi, porositas,

resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon berdasarkan data

wireline log.

Mengetahui keterdapatan hidrokarbon dalam suatu lapisan

dengan menggunakan data wireline log .

Mengetahui lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbon

berdasarkan interpretasi data wireline log.

1.3 Pelaksanaan Praktikum

Hari/ Tanggal : Jumat/ 9 Mei 2010

- Waktu : 15.30 – 18.00

- Kegiatan : - Post test

- Praktikum

Page 2: laporan jadiiii

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Well Logging

Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data

bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke

dalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan

di bawah permukaan (Schlumberger, 1958).

Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasi

litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan

hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalah

untuk menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas

bumi dalam suatu reservoir.

Pelaksanaan wireline logging merupakan kegiatan yang dilakukan

dari memasukkan alat yang disebut sonde ke dalam lubang pemboran

sampai ke dasar lubang. Pencacatan dilakukan dengan menarik sonde

tersebut dari dasar lubang sampai ke kedalaman yang diinginkan dengan

kecepatan yang tetap dan menerus. Kegiatan ini dilakukan segera setelah

pekerjaan pengeboran selesai ( lihat Gambar 1.1). Hasil pengukuran atau

pencatatan tersebut disajikan dalam kurva log vertikal yang sebanding

dengan kedalamannya dengan menggunakan skala tertentu sesuai

keperluan pemakainya.

Tampilan data hasil metode tersebut adalah dalam bentuk log yaitu

grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang

diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono,

1997). Dari hasil kurva-kurva yang menunjukkan parameter tersebut dapat

diinterpretasikan jenis-jenis dan urutan-urutan litologi serta ada tidaknya

Komposisi hidrokarbon pada suatu formasi di daerah penelitian. Dengan

kata lain metode well logging merupakan suatu metode yang dapat

memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kualitatif

dan kuantitatif adanya Komposisi hidrokarbon.

Page 3: laporan jadiiii

Dalam pelaksanaan well logging truk logging diatur segaris dengan

kepala sumur, kabel logging dimasukkan melalui dua buah roda-katrol.

Roda katrol atas diikat pada sebuah alat pengukur tegangan kabel. Di

dalam kabin logging atau truk logging terdapat alat penunjuk beban yang

menunjukkan tegangan kabel atau berat total alat.

Roda katrol bawah diikat pada struktur menara bor dekat dengan

mulut sumur. Setelah alat-alat logging disambungkan menjadi satu

diadakan serangkaian pemeriksaan ulang dan kalibrasi sekali lagi

dilakukan supaya yakin bahwa alat berfungsi dengan baik dan tidak

terpengaruh oleh suhu tinggi atau lumpur. Alat logging kemudian ditarik

dengan kecepatan tetap, maka dimulailah proses perekaman data. Untuk

mengumpulkan semua data yang diperlukan, seringkali diadakan

beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda (Harsono,

1997).

Sistem pengiriman data di lapangan dapat menggunakan jasa

satelit atau telepon, sehingga data log dari lapangan dapat langsung

dikirim ke pusat komputer untuk diolah lebih lanjut.

Page 4: laporan jadiiii

Gambar 1.1 Operasi kegiatan Logging (Mastoadji, 2007).

2.2 Tipe – tipe Log

Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang

menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan

dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Logging adalah pengukuran atau

pencatatan sifat-sifat fisika batuan di sekitar lubang bor secara tepat dan

kontinyu pada interval kedalaman tertentu (Schlumberger, 1986). Maksud

dari logging adalah untuk mengukur parameter fisika sehingga dapat

diinterpretasi litologi penampang sumur, karakteristik reservoir antara lain

porositas, permeabilitas dan kejenuhan minyak.

Ada 4 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi yaitu :

1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas dan log SP (Spontaneous

Potential).

2. Log radioaktif, terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu

terdiri dari log densitas (RHOB) dan log neutron (NPHI).

3. Log akustik berupa log sonic.

4. Log Caliper.

1.2.1 Log Listrik (Electrical Log)

Log listrik merupakan suatu jenis log yang digunakan untuk

mengukur sifat kelistrikan batuan, yaitu untuk mengukur resistivitas atau

tahanan jenis batuan dan juga potensial diri dari batuan. Log jenis ini

terdiri dari :

1.2.1.1 Log Spontaneus Potensial (SP)

Log SP mengukur perbedaan potensial dari suatu elektroda yang

berjalan (dalam lubang bor) dengan elektroda yang tetap di permukaan,

keterangan elektroda melewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat

serta isi Komposisinya (Dewan, 1983). Potensial ini ada karena

Page 5: laporan jadiiii

perbedaan elektrokimia antara air di dalam formasi dan lumpur pemboran,

akibat adanya perbedaan salinitas antara lumpur dan Komposisi dalam

batuan maka akan menimbulkan defleksi positif atau atau negatif dari

kurva ini (Bassiouni, 1994).

Gambar 1.2 Metode log SP (modified from Bassiouni, 1994).

Potensial ini diukur dalam milivolts (mV) dalam skala yang relatif

yang disebabkan nilai mutlaknya (absolute value) bergantung pada sifat-

sifat dari lumpur pemboran. Dibagian yang shaly, defleksi SP maksimum

ke arah kanan yang dapat menentukan suatu garis dasar shale. Defleksi

dari bentuk log shale baseline menunjukan zona batuan permeabel yang

mengandung fluida dengan salinitas yang berbeda dari lumpur pemboran

(Russell, 1951).

Log SP hanya dapat menunjukkan lapisan permeabel, namun tidak

dapat mengukur harga absolut dari permeabilitas maupun porositas dari

suatu formasi. Log SP sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter

seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran, ketebalan formasi dan

Page 6: laporan jadiiii

parameter lain. Jadi pada dasarnya jika salinitas Komposisi dalam lapisan

lebih besar dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negatif

dan jika salinitas Komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur

maka kurva SP akan berkembang positif. Dan bilamana salinitas

Komposisi dalam lapisan sama dengan salinitas lumpur maka defleksi

kurva SP akan merupakan garis lurus sebagaimana pada shale (Doveton,

1986).

Kurva log SP tidak mampu secara tepat mengukur ketebalan

lapisan karena sifatnya yang lentur. Perubahan dari posisi garis dasar

serpih (Shale Base Line) ke garis permeabel tidak tajam melainkan halus

sehingga garis batas antara lapisan tidak mudah ditentukan.

Kegunaan Log SP adalah untuk (Exploration Logging, 1979) :

1. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.

2. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur

berdasarkan batasan lapisan tersebut.

3. Menentukan nilai resistivitas air-formasi (Rw).

4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih.

Page 7: laporan jadiiii

Gambar 1.3 Pembacaan kurva log SP (Bassiouni, 1994).

Dari berbagai kondisi batuan dan Komposisi yang ada di dalamnya,

bentuk-bentuk kurva SP adalah sebagai berikut :

Pada lapisan shale, kurva SP berbentuk garis lurus.

Pada lapisan permeabel mengandung air asin, defleksi kurvanya

akan berkembang negatif (ke arah kiri dari garis shale).

Pada lapisan permeabel mengandung hidrokarbon, defleksi SP

akan berkembang negatif.

Pada lapisan permeabel mengandung air tawar, defleksi SP akan

berkembang positif.

1.2.1.2 Log Resistivitas

Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu

kemampuan batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir

melalui batuan tersebut (Thomeer, 1948). Resistivitas rendah apabila

batuan mudah untuk mengalirkan arus listrik dan resistivitas tinggi apabila

batuan sulit untuk mengalirkan arus listrik. Resistivitas kebalikan dari

konduktivitas, satuan dari resisitivitas adalah ohmmeter (Ωmeter).

Besarnya harga resisitivitas (tinggi atau rendah) suatu batuan tergantung

pada sifat karakter dari batuan tersebut.

Nilai resistivitas pada suatu formasi bergantung dari (Chapman, 1976) :

Salinitas air formasi yang dikandungnya.

Jumlah air formasi yang ada.

Struktur geometri pori-pori.

Sifat atau karakter batuan diantaranya adalah porositas, salinitas

dan jenis batuan, hal ini dapat dianalisis sebagai berikut:

Page 8: laporan jadiiii

Pada lapisan permeabel yang mengandung air tawar, harga

resistivitasnya tinggi, karena air tawar mempunyai salinitas rendah

bahkan lebih rendah dari air filtrasi sehingga konduktivitasnya

rendah.

Pada lapisan permeabel yang mengandung air asin, harga

resistivitasnya rendah karena air asin mempunyai salinitas yang

tinggi sehingga konduktivitasnya tinggi.

Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon resistivitasnya tinggi.

Pada lapisan yang mengandung sisipan shale, harga resistivitasnya

menunjukkan penurunan yang selaras dengan persentase sisipan

tersebut.

Pada lapisan kompak harga resistivitas tinggi, karena lapisan

kompak mempunyai porositas mendekati nol sehingga celah antar butir

yang menjadi media penghantar arus listrik relatif kecil.

Page 9: laporan jadiiii

Gambar 1.4 Defleksi log resistivitas (Rider, 1996).

Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk ke

dalam formasi sehingga membentuk 3 zona yang terinvasi, yaitu :

a. Flushed Zone

Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang

bor serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak Komposisi

semula (gas, minyak ataupun air tawar). Meskipun demikian

mungkin saja tidak seluruh Komposisi semula terdesak ke dalam

zona yang lebih dalam.

b. Transition Zone

Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona ini

ditempati oleh campuran dari air filtrat lumpur dengan Komposisi

semula.

c. Uninvaded Zone

Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling

jauh dari lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh

Komposisi semula.

Page 10: laporan jadiiii

Gambar 1.5 Zona-Zona Infiltrasi (Asquith 1982 fade Link, 2001).

2.2.2 Log Radioaktif

Log ini menyelidiki intensitas radioaktif mineral yang mengandung

radioaktif dalam suatu lapisan batuan dengan menggunakan suatu

radioaktif tertentu.

2.2.2.1 Log Gamma Ray

Menurut Bassiouni (1994), log ini digunakan untuk mengukur

intensitas radioaktif yang dipancarkan dari batuan yang didasarkan bahwa

setiap batuan memiliki komposisi komponen radioaktif yang berbeda-

beda. Unsur–unsur radioaktif itu adalah Uranium (U), Thorium (Th), dan

Pottasium (K). Log sinar gamma mengukur intensitas sinar gamma alami

yang dipancarkan oleh formasi. Sinar gamma ini berasal dari peluruhan

unsur-unsur radioaktif yang berada dalam batuan.

Batupasir dan batugamping hampir tidak mengandung unsur-unsur

radioaktif. Serpih mempunyai komposisi radioaktif yang tinggi yaitu rata-

rata 6 ppm Uranium, 12 ppm Thorium dan 2% Potassium (Schlumberger,

1958). Berdasarkan hal ini maka log sinar gamma dapat digunakan untuk

mengetahui komposisi serpih pada suatu formasi.

Pada lapisan permeabel yang bersih (clean), kurva gamma ray

menunjukkan intensitas radioaktif yang sangat rendah, terkecuali jika

mempunyai komposisi mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif.

Sedangkan pada lapisan yang kotor (shally), kurva gamma ray akan

Page 11: laporan jadiiii

menunjukkan intensitas radioaktif yang tinggi. Batubara oleh log sinar

gamma ditunjukkan dengan nilai yang sangat rendah. Hal ini disebabkan

batubara berasal dari material organik sehingga tidak mempunyai

komposisi unsur radioaktif.

Log ini umumnya berada disebelah kiri kolom kedalaman dengan

satuan API unit (American Petroleum Institute). Log sinar gamma

terutama digunakan untuk membedakan antara batuan reservoir dan non

reservoir. Selain itu juga penting didalam pekerjaan korelasi dan evaluasi

komposisi serpih di dalam suatu formasi.

Page 12: laporan jadiiii

Gambar 1.6 Defleksi log gamma ray (Dewan, 1983).

2.2.2.2 Log Densitas (RHOB)

Log ini menunjukkan besarnya densitas dari batuan yang ditembus

lubang bor. Dari besaran ini sangat berguna dalam penentuan besaran

porositas. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya indikasi hidrokarbon

atau air bersama-sama dengan log neutron.

Prinsip dasar dari log densitas ini adalah menggunakan energi

yang berasal dari sinar gamma. Pada saat sinar gamma bertabrakan

dengan elektron dalam batuan akan mengalami pengurangan energi.

Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh

detektor yang berjarak tertentu dengan sumbernya (makin lemah energi

yang kembali menunjukkan makin banyaknya elektron-elektron dalam

batuan, yang berarti makin padat butiran/mineral penyusun batuan

persatuan volume (Dewan, 1983). Dalam log densitas besarnya nilai kurva

dinyatakan dalam satuan gram/cc.

Page 13: laporan jadiiii

Gambar 1.7 Defleksi log densitas (Doveton, 1986).

Menurut Sonnenberg (1991), kegunaan log densitas adalah untuk :

Mengukur nilai porositas

Korelasi antar sumur pemboran

Mengenali komposisi atau indikasi fluida dari formasi

2.2.2.3 Log Neutron (NPHI)

Menurut Schlumberger (1958), log neutron berguna untuk

penentuan besarnya porositas batuan. Prinsip dasar dari alat ini adalah

memancarkan neutron secara terus menerus dan konstan pada lapisan

(keterangan massa neutron netral dan hampir sama dengan massa atom

hidrogen).

Partikel-partikel neutron memancar menembus formasi dan

bertumbukan dengan material-material dari formasi tersebut. Akibatnya

neutron mengalami sedikit hilang, besar kecilnya energi yang hilang

tergantung dari perbedaan massa neutron dengan massa material

pembentuk batuan/formasi (Doveton, 1986).

Hilangnya energi yang paling besar adalah bila neutron

bertumbukan dengan suatu atom yang mempunyai massa yang sama

atau hampir sama, seperti halnya atom hidrogen. Peristiwa ini dalam

microsecond ditangkap oleh detektor alat pengukur. Bila konsentrasi

Page 14: laporan jadiiii

hidrogen di dalam formasi besar, maka hampir semua neutron mengalami

penurunan energi serta tidak tertangkap jauh dari sumber radioaktifnya.

Sebaliknya bila konsentrasi hidrogen kecil, partikel-partikel neutron akan

memancar lebih jauh menembus formasi sebelum tertangkap (Russell,

1951). Dengan demikian kecepatan menghitung detektor akan meningkat

sesuai dengan konsentrasi hidrogen yang semakin menurun. Defleksi log

neutron dapat dilihat pada Gambar 1.7.

2.2.3 Interpretasi Log

a) Log Resistivity (LLD, LLS, MSFL)

- Litologi batugamping menunjukkan Resistivitas yang besar

- Litologi batugamping menunjukkan Resistivitas yang kecil

- Air resistivitasnya kecil

- Hidrokarbon resistivitasnya besar

b) Log Porositas (NPHI, RHOB)

- Batuamping (NPHI) : kecil

(RHOB) : besar

- Pasir (diantara batugamping dan batulempung)

- Batulempung (NPHI) : besar

(RHOB) : kecil

2.2.3 Interpretasi Porositas

Apabila kurva densitas (RHOB) lapisan tersebut berada di sebelah

kiri kurva neutron (NPHI) maka lapisan tersebut menunjukkan komposisi

fluida.

Air : - Reisitivitas kecil (LLD, LLS, MSFL = kecil)

- NPHI kecil

- RHOB kecil

Hidrokarbon : - Reisitivitas besar (LLD, LLS, MSFL = besar)

- NPHI kecil

- RHOB besar

2.2.4 Log Akustik/Log Sonic

Litologi

Page 15: laporan jadiiii

Log akustik ini yaitu log sonik dapat juga berfungsi dalam

penentuan besarnya harga porositas dari batuan. Pada log ini terdapat

transmitter yang mengirimkan gelombang suara ke dalam formasi yang

diterima oleh penerima yang terdapat dalam log ini. Waktu yang

diperlukan gelombang suara setelah mencapai formasi untuk kembali

terdeteksi oleh penerima dinamakan transit time (Δt). makin lama waktu

tempuhnya maka porositas batuannya tinggi (batuan tidak kompak) dan

sebaliknya (Norman & Edward, 1990).

Tabel 1.1 Kecepatan sonik pada material tertentu (Schlumberger, 1958)

2.2.5 Log Caliper

Log ini merupakan log penunjang keterangan log ini digunakan

untuk mengetahui perubahan diameter dari lubang bor yang bervariasi

akibat adanya berbagai jenis batuan yang ditembus mata bor. Pada

lapisan shale atau clay yang permeabilitasnya hampir mendekati nol, tidak

terjadi kerak lumpur sehingga terjadi keruntuhan dinding sumur bor

(washed out) sehingga dinding sumur bor mengalami perbesaran

diameter. Sedangkan pada lapisan permeabel terjadi pengecilan lubang

sumur bor karena terjadi endapan lumpur pada dindingnya yang disebut

kerak lumpur (mud cake). Pada dinding sumur yang tidak mengalami

proses penebalan dinding sumur, diameter lubang bor akan tetap. Log ini

berguna untuk mencari ada atau tidaknya lapisan permeabel (Rider,

2002).

Page 16: laporan jadiiii

Gambar 1.8 Defleksi log caliper (Rider, 1996).

2.3 Penentuan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Wireline Log

Ahli geologi telah sepakat bahwa penentuan lingkungan

pengendapan dapat dilihat dari bentuk kurva log terutama log gamma ray

dan spontaneous potential (Walker, 1992). Bentuk tipikal log dengan

beberapa fasies pengendapan yang merupakan indikasi dari bentuk kurva

log GR atau SP secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.9. Bentuk

kurva log yang tidak spesifik dari setiap lingkungan pengendapan

membuat interpretasi berdasarkan data tersebut sangat beresiko tinggi.

Interpretasi lingkungan pengendapan yang cukup akurat didapat dari data

core. Bentuk kurva log GR, SP dan resistivitas memiliki suatu urutan

vertikal, yaitu :

Page 17: laporan jadiiii

1. Cylindrical

Bentuk silinder pada log GR atau SP dapat menunjukkan sedimen

tebal dan homogen yang dibatasi oleh pengisian channel atau channel-

fills dengan kontak yang tajam. Cylindrical merupakan bentuk dasar yang

mewakili homogenitas dan ideal sifatnya. Bentuk cylindrical diasosiasikan

dengan endapan sedimen braided channel, estuarine atau sub-marine

channel fill, anastomosed channel, eolian dune, tidal sand.

2. Irregular

Bentuk ini merupakan dasar untuk mewakili adanya batuan reservoir.

Bentuk irregular diasosiasikan dengan sedimen alluvial plain, floodplain,

tidal sands, shelf atau back barriers. Umumnya mengidentifikasikan

lapisan tipis silang siur atau thin interbeded. Unsur endapan tipis mungkin

berupa crevasse splay, overbanks deposits dalam laguna serta turbidit.

3. Bell Shaped

Profil berbentuk bell menunjukkan penghalusan ke arah atas,

kemungkinan akibat pengisian channel atau channel fills. Pengamatan

membuktikan bahwa besar butir pada setiap level cenderung sama,

namun jumlahnya memperlihatkan gradasi menuju berbutir halus dengan

lempung yang bersifat radioaktif makin banyak ke atas. Bentuk bell

dihasilkan oleh endapan point bars, tidal deposits, transgressive shelf

sands, sub marine channel dan endapan turbidit.

4. Funnel Shaped

Profil berbentuk corong atau funnel menunjukkan pengkasaran ke

arah atas yang merupakan bentuk kebalikan dari bentuk bell. Bentuk

funnel kemungkinan dihasilkan sistem progradasi seperti sub marine fan

lobes, regressive shallow marine bar, barrier islands atau karbonat

terumbu depan yang berprogradasi di atas mudstone, delta front atau

distributary mouth bar, crevasse splay, beach and barrier beach,

strandplain, shoreface, prograding shelf sands dan submarine fan lobes.

5. Symmetrical

Page 18: laporan jadiiii

Bentuk symmetrical merupakan kombinasi antara bentuk bell-funnel.

Kombinasi coarseninng-finning upward ini dapat dihasilkan oleh proses

bioturbasi, selain tatanan secara geologi yang merupakan ciri dari shelf

sand bodies, submarine fans and sandy offshore bars. Bentuk

asymmetrical merupakan ketidakselarasan secara proporsional dari

kombinasi bell-funnel pada fasies pengendapan yang sama.

Gambar 1.9 Bentuk Kurva Log GR / SP dengan indikasi beberapafasies pengendapan (Walker, 1992).

Analisis lingkungan pengendapan tidak akan terlepas dari analisis

pola log yang bertujuan untuk mengetahui perubahan muka air laut pada

interval penelitian dengan mengkombinasikan antara kemenerusan

vertikal pengendapan, stratigrafi dan pelamparan litologi secara lateral.

Interpretasi dilakukan dengan cara membedakan perubahan pola

log GR, resistivitas, dan log porositas. Hasil dari penentuan pola log

tersebut akan menunjukkan arah penghalusan litologi baik penghalusan

ke atas dan pengkasaran ke atas maupun konstan sehingga akan

mencirikan peristiwa perubahan muka air laut relatif seperti transgresi dan

Page 19: laporan jadiiii

regresi (Walker 1992). Penghalusan ke atas bentuk bell shape atau bell

merupakan indikasi peristiwa regresi, sedangkan pengkasaran ke atas

funnel shape atau corong mewakili peristiwa transgresi sedangkan

konstan yaitu cilindrical shape mengindikasikan transisi. Penentuan

lingkungan pegendapan pertama kali diarahkan kepada skala yang besar

kemudian akan dianalisis ke dalam skala kecil dengan kombinasi data

yang ada yaitu data cutting dan karakter wireline log.

2.3.1 Contoh Interpretasi Lingkungan Pengendapan Delta Dari Data

Log

Delta merupakan suatu endapan progradasi yang tidak teratur yang

terbentuk pada lingkungan subaerial yang secara langsung dikontrol oleh

sungai (Gambar 1.10). Morfologi delta dan bentuk penyebaran sedimen

pada delta dikontrol oleh tiga proses utama yaitu : influx fluvial, tidal, wave

atau gelombang.

Menurut Serra (1990), secara umum lingkungan pengendapan

delta dapat dibagi dalam beberapa subfasies sebagai berikut :

1. Delta Plain

Merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel

aktif dan channel yang ditinggalkan atau abandoned channel. Delta plain

cenderung tertutup oleh vegetasi yang rapat. Subfasies delta plain dibagi

menjadi:

a) Upper delta plain

Merupakan bagian dari delta yang terletak diatas area tidal atau

laut. Endapannya secara umum terdiri dari :

Endapan distributary channel yang berpindah

Merupakan endapan braided atau meandering, tanggul

alam atau natural levee, dan endapan point bar. Endapan

distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada

bagian dasar urutan lingkungan dan menunjukkan

kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang

dijumpai umumnya adalah cross bedding, ripple cross

Page 20: laporan jadiiii

stratification, scour and fill, dan lensa-lensa lempung. Endapan

point bar terbentuk apabila terputus dari channel-nya. Endapan

tanggul alam terbentuk dan memisahkan diri dengan

interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir

halus dan rombakan material organik serta lempung yang

terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.

Lucustrine delta fill dan endapan interdistributary flood plain.

Lingkungan pengendapan ini mempunyai kecepatan arus

paling kecil, dangkal, tidak berelief, dan proses akumulasi

sedimen berjalan lambat. Interdistributary channel dan flood

plain, endapan yang terbentuk merupakan endapan yang

berukuran lanau sampai lempung yang dominan. Struktur

sedimen yang terbentuk adalah laminasi sejajar dan burrowing

structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis, dan kadang

hadir karena adanya pengaruh gelombang.

b) Lower delta plain

Merupakan bagian dari delta yang terletak pada daerah yaitu

terjadi interaksi antara sungai dan laut yaitu low tide mark sampai

batas pengaruh pasang surut. Endapannya meliputi :

Endapan pengisi teluk atau bay fill deposit

Endapannya meliputi interdistributary bay, tanggul alam,

crevasse splay, dan rawa.

Endapan pengisi distributary channel yang ditinggalkan.

2. Sub aquaeous Delta Plain

Merupakan subfasies delta yang berada pada kedalaman air 10-300

meter bawah permukaan laut. Lingkungan ini dapat dibedakan menjadi

beberapa bagian:

a) Delta front

Merupakan subfasies delta yang berada pada daerah dengan

energi yang tinggi, yaitu sedimen secara langsung dipengaruhi oleh

arus pasang surut, arus laut sepanjang pantai, dan aksi gelombang

Page 21: laporan jadiiii

dari kedalaman 10 meter atau kurang. Endapan dari delta front

meliputi: delta front sheet sand, distributary mouth bar, river mouth

tidal range, stream mouth bar, tidal flat serta endapan dekat pantai

sepanjang pantai. Endapan delta front ditunjukkan oleh sikuen

mengkasar ke atas atau coarsening upward dalam skala yang

relatif besar yang menunjukkan perubahan lingkungan

pengendapan secara vertikal ke atas. Sikuen ini hasil dari

progradasi delta front yang mungkin diselingi oleh sikuen

distributary channel dari sungai atau tidal pada saat progradasi

sungai berlangsung. Fasies pengendapan delta front dibagi

menjadi beberapa subfasies dengan karakteristik gradasi

lingkungan yang berbeda yaitu :

Distal bar

Memilki urutan lingkungan pengendapan cenderung

menghalus ke atas. Umumnya tersusun atas pasir halus dengan

struktur sedimen laminasi. Fosil pada lingkungan ini jarang

dijumpai.

Distributary mouth bar

Menurut Walker (1992), distributary mouth bar memilliki

kecepatan yang paling tinggi dalam sistem pengendapan delta.

Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui

proses fluvial dan merupakan tempat terakumulasinya sedimen

yang ditranspor oleh distributary channel dan diantara mouth

bars akan terendapkan sedimen berukuran halus. Pasokan

sedimen yang menerus akan menyebabkan terjadinya

pengendapan mouth bars yang menuju ke arah laut. Struktur

sedimen yang terbentuk pada lingkungan ini antara lain: current

ripple, cross bedding, dan massive graded bedding.

Channel

Menurut Walker (1992), channel ditandai adanya bidang

erosi pada bagian dasar urutan lingkungan pengendapannya dan

Page 22: laporan jadiiii

cenderung menghalus ke atas. Sedimen umumnya berukuran

pasir. Struktur sedimen yang terbentuk adalah cross bedding,

ripple cross stratification,scour and fill.

Subaquaeous levees

Merupakan kenampakan lain dari lingkungan

pengendapan delta front yang berasosiasi dengan active channel

mouth bar. Lingkungan ini sulit dibedakan dan diidentifikasi

dengan lingkungan lainnya pada endapan delta masa lampau.

Gambar 1.10 Morfologi Lingkungan Pengendapan Delta (Allen,

1999).

b) Prodelta

Menurut Serra (1990), prodelta merupakan subfasies transisi

antara delta front dengan endapan normal marine shelf yang

berada di bawah kedalaman efektif erosi gelombang yang terletak

di luar delta front. Sedimen yang ditemukan pada lingkungan ini

adalah sedimen yang berukuran paling halus. Endapan prodelta

didominasi oleh sedimen berukuran lanau dan lempung dan

kadang-kadang dijumpai lapisan tipis batupasir. Struktur sedimen

yang sering dijumpai adalah masif, laminasi, dan burrowing

structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang

Page 23: laporan jadiiii

tersebar luas dan mengindikasikan tidak adanya pengaruh air tawar

atau fluvial (Gambar 1.11).

Gambar 1.11 Penampang Lingkungan Pengendapan Delta (Walker, 1992).

2.4 Geologi Regional

Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan

Tersier berarah barat laut – tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan

Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut,

Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan

tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan

Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan

Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

Page 24: laporan jadiiii

Posisi Cekungan Sumatera Selatan sebagai cekungan busur belakang (Blake, 1989)

Tektonik Regional

Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatera

Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang

terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai

bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah

cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat

daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur

oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh

Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian

Lampung.

Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk

selama Awal Tersier (Eosen – Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben

berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut antara

lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia.

Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah

terjadi 3 episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah

Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik

Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio – Plistosen.

Episode pertama, endapan – endapan Paleozoik dan Mesozoik

termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan

diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk pola dasar struktur

cekungan. Menurut Pulunggono, 1992 (dalam Wisnu dan

Nazirman ,1997), fase ini membentuk sesar berarah barat laut – tenggara

yang berupa sesar – sesar geser.

Page 25: laporan jadiiii

Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan

gerak – gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah

umum utara – selatan. Dikombinasikan dengan hasil orogenesa Mesozoik

dan hasil pelapukan batuan – batuan Pra – Tersier, gerak gerak tensional

ini membentuk struktur tua yang mengontrol pembentukan Formasi Pra –

Talang Akar.

Episode ketiga berupa fase kompresi pada Plio – Plistosen yang

menyebabkan pola pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan

dalam pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk

konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi

pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan yang menghasilkan sesar

mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit

Barisan. Pergerakan horisontal yang terjadi mulai Plistosen Awal sampai

sekarang mempengaruhi kondisi Cekungan Sumatera Selatan dan

Tengah sehingga sesar – sesar yang baru terbentuk di daerah ini

mempunyai perkembangan hampir sejajar dengan sesar Semangko.

Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi pada Plio –

Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah barat laut – tenggara tetapi

sesar yang terbentuk berarah timur laut – barat daya dan barat laut –

tenggara. Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar naik,

sesar mendatar dan sesar normal.

Kenampakan struktur yang dominan adalah struktur yang berarah

barat laut – tenggara sebagai hasil orogenesa Plio – Plistosen. Dengan

demikian pola struktur yang terjadi dapat dibedakan atas pola tua yang

berarah utara – selatan dan barat laut – tenggara serta pola muda yang

berarah barat laut – tenggara yang sejajar dengan Pulau Sumatera .

Page 26: laporan jadiiii
Page 27: laporan jadiiii

BAB IV

PEMBAHASAN

Data log merupakan salah satu kriteria utama sebagai dasar

dalam proses pengambilan keputusan geologi pada eksplorasi

migas. Log digunakan untuk melakukan korelasi zona-zona

prospektif sumber data untuk membuat peta kontur struktur dan

isopach, menentukan karakteristik fisik batuan seperti litologi,

porositas, geometri pori dan permeabilitas. Data logging digunakan

untuk mengidentifikasi zona-zona produktif, menentukan kandungan

fluida dalam reservoar serta memperkirakan cadangan hidrocarbon.

Log adalah gambaran kedalaman dari suatu perangkat kurva yang

mewakili parameter-parameter yang diukur secara terus menerus

didalam suatu sumur ( Schlumberger, 1986). Parameter yang biasa

diukur adalah sifat kelistrikan, tahanan jenis batuan, daya hantar

listrik, sifat keradioaktifan, dan sifat meneruskan gelombang suara

Pada log ini diketahui terdapat data-data wireline pada 4

komposite log yang meliputi kurva Gamma Ray Log (GR), kurva Caliper

Log (CALI), kurva Density Log (RHOB), kurva Neutron Log (NPHI), serta

kurva Resistivity Log (LLD, LLS). Berikut pembahasan dari masing –

masing komposite log. Dari data log, kita dapat menginterpretasikan

apakah pada daerah tersebut memiliki kandungan hidrokarbon atau tidak.

Metode yang digunakan yaitu metode interpretasi pintas ( quick look).

Hal ini berdasarkan pada data-data yang terdiri dari:

Kurva Gamma Ray Log (GR)

Kurva Density Log (RHOB)

Kurva Neutron Log (NPHI)

Kurva Resistivity Log (ILM,ILD dan SFLU)

Page 28: laporan jadiiii

Berdasarkan kurva GR, kita melihat bahwa pada kurva GR

menunjukkan nilai GR menuju pada minimum. Hal ini dapat

mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum

kemungkinan merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir adalah

lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga kurva

gamma Ray yang menunjukkan kandungan serpih yang rendah.

Dalam identifikasi litologi berdasarkan kurva log Gamma Ray yang

pertama ditentukan adalah Shale Base Line dan Sand Base Line dari

kurva log Gamma Ray tersebut. Shale base line yang merupakan garis

lempung ini adalah garis yang ditarik dari titik yang memiliki harga paling

tinggi yang mengisyaratkan bahwa daerah tersebut perupakan daerah

impermeabel, sedangkan sand base line merupakan garis yang ditarik dari

titik yang memiliki harga yang paling kecil dalam kurva log gamma ray

yang juga mengisyaratkan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang

permeabel. Log Gamma ray yang memiliki skala 0 sampai 300 ini

kemudian dianggap mempunyai persentase 100%. Maka selanjutnya

barulah ditentukan daerah interes yang menjadi kandidat batuan

permeabel dimana kandidat ini adalah zona yang terletak diantara 50%-

80% (sering juga disebut cut off). Daerah yang terletak pada zona inilah

yang dianggap sebagai zona clean sand.

Selain itu, dari kurva ini juga dapat ditentukan batas-batas perlapisan

dengan mengambil patokan adanya perubahan pola kurva (defleksi kurva)

merupakan tanda bahwa terdapat perubahan litologi. Namun yang perlu

diingat kurva Gamma Ray ini tidak mengisyaratkan besar butir tetapi

hanya memberikan informasi tentang distribusi butir dan kandungan

lempungnya.

Page 29: laporan jadiiii

4.1 Interpretasi Masing – masing Komposit Log

Dari hasil interpretasi data Wireline Log, dapat disimpulkan

bahwa pada formasi ini didominasi oleh lapisan batupasir,

batulempung, dan juga batugamping ,batuan beku sebagai

basement. Interpretasi dari masing – masing komposite sebagai

berikut :

1. Limestone

Litologi ini terdapat pada komposit log PT-3 dengan kedalaman

4570 – 4580 m maka ketebalannya sekitar 10 m, pada data log WPT- 6

kedalaman 4400- 4440, jadi litologi tersebut mempunyai ketebalan sekitar

40 m pada log WPT- 6, pada PTD -7 terdapat pada kedalaman 4500 –

4520 dengan ketebalan 20 m, pada PT-2 terdapat pada kedalaman 4380

– 4410 dengan ketebalan 30 m Litologi batuan ini dicirikan dengan data

log berupa harga Gamma Ray yang rendah yaitu sekitar 35 API, hal ini

karena pada lapisan ini mempunyai kandungan radioaktif yang cukup

rendah. Pada Log resistivity, harga yang ditunjukkan cukup tinggi. Dan

pada Log Neutron (NPHI) menunjukkan harga yang cukup rendah dan

pada Log Density (RHOB) menunjukkan harga yang cukup tinggi yaitu

>2.71 API, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang baik.

Sedangkan pada kombinasi data log neutron dan data log densitas

ditemukan adanya separasi yang mengindikasikan kehadiran fluida di

dalam batuan ini, sehingga dapat disimpulkan kemungkinan pada batuan

ini tidak terdapat fluida.

2. Shale

Pada PT-3 shale terdapat pada kedalaman 4370 – 4700 feet.

Litologi batuan ini dicirikan dengan data log Gamma Ray yang tinggi yaitu

sekitar 80 gAPI, hal ini karena pada lapisan ini mempunyai kandungan

radioaktif yang sangat tinggi.. Pada Log resistivity harga yang ditunjukkan

rendah, hal ini karena terjadi sparasi tahanan jenis yang negatif. Pada Log

Neutron (NPHI) menunjukkan harga yang tinggi dan pada Log Density

Page 30: laporan jadiiii

(RHOB) menunjukkan harga yang rendah, oleh karena itu batuan ini

mempunyai porositas yang sangat kecil (impermeable).

Pada litologi shale yang kedua yaitu terletak pada WPT-6

kedalaman 4300 – 4370 feet, jadi litologi ini mempunyai ketebalan

sebesar 70 feet. Dari data log dicirikan dengan nilai log Gamma Ray yang

cukup tinggi yaitu sekitar 70 gAPI. Pada Log resistivity, harga yang

ditunjukkan rendah. Pada Log Neutron (NPHI) menunjukkan harga yang

tinggi dan pada Log Density (RHOB) menunjukkan harga yang rendah,

oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang sangat kecil

(impermeable). Lapisan shale pada data log ini hanya bersifat sebagai

lapisan non reservoir atau pada lapisan 4300 – 4370 bisa bersifat Cap

Rock dari batuan reservoir seperti batupasir dan adanya kandungan

hidrokarbon yang ada. Lapisan shale yang relatif tipis pada data log ini le

disebabkan sifat pengendapan shale yang dipengaruhi proses diagenesis

pada batuan yang telah berproses sangat lama dan terendapkan pada

formasi ini sebagai sisipan dimana lapisan utamanya berupa batupasir

yang nantinya mempunyai nilai ekonomis sebagai batuan reservoir karena

didukung nilai permeabilitas dan porositas yang dapat dijadikan perkiraan

adanya hidrokarbon Source

3. Sandstone

Berdasarkan data log PT-3, litologi ini terdapat di kedalaman 4030

– 4030 feet. Litologi ini dicirikan dengan data log Gamma Ray yang

rendah yaitu sekitar 40 - 60 gAPI, hal ini karena pada lapisan ini hampir

tidak mempunyai kandungan radioaktif atau dapat dikatakan mempunyai

intensitas radioaktif yang sangat rendah. Dari hasil log neutron (NPHI)

yang menunjukan angka yang besar maka dapat diketahui bahwa batuan

ini memiliki porositas yang besar. Dan dengan melihat dari Log Density

(RHOB) maka dapat diketahui pula bahwa batuan ini memiliki densitas

yang rendah yang dimungkinkan berasal dari jumlah porositas yang

Page 31: laporan jadiiii

banyak, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang baik

(permeable).

Pada lapisan batupasir sangat jarang terjadi runtuhan dinding

akrena disebabkan nilai permeabilitasnya sangat besar sehingga tekanan

Log pada sumur dinding tidak terlalu signifikan. Pada tekanan lapisan ini

zona pemboran harus melakukan casing hal ini dilakukan agar tekanan

gas dan bor tidaka menganggu kerentanan dinding sehingga perlu dijaga

besaran tekanan formasi untuk menjaga agar tidak terjadinya blow up.

Untuk lebih menentukan apakah zona pemboran ini bersifat

ekonomis maka dioverlay dengan data-data seismik untuk melihat main

structure serta sebaran batuan reservoir yang ada dengan melihat

amplitudo anomali yang terbentuk pada seismik tersebut untuk melihat

nilai amplitudo yang terbentuk pada zono reservoir.

Dari analisis hasil interpretasi fluida masing – masing log

sebagai berikut :

1. Zona Prospek Minyak

Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah,

terlihat defleksi menjauhi shale base line. Hal ini

mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati

minimum kemungkinan merupakan lapisan reservoir. Lapisan

reservoir adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan

oleh rendahnya harga sinar gamma Ray yang menunjukkan

kandungan serpih yang rendah.

Kurva resistivitas (LLD dan LLS) menunjukkan nilai resistivitas

yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada zona ini

terdapat kandungan fluida. Zona prospek minyak bumi memiliki

resistivitas yang sangat tinggi. Jika kurva LLD menunjukkan

bentuk defleksi yang lebih besar daripada kurva RHOB,maka

zona tersebut dianggap sebagai zona minyak bumi.

Page 32: laporan jadiiii

Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yang

memperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan resistivitas

bernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan sand

pada formasi tersebut. Berdasarkan litologinya yaitu sand,

dapat diketahui bahwa zona ini merupakan zona prospek

hidrokarbon, sebab minyak dan gas selalu bertumpuk di

bebatuan pasir (sand).

Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron

(NPHI) dapat mendeteksi adanya kandungan hidrokarbon atau

air di suatu formasi. Kedua kurva ini memperlihatkan bentukan

kolom separasi (+) cross over yang kecil, hal ini menandakan

jenis fluida adalah minyak. Terlihat pada kurva RHOB bentukan

garis mengarah pada pengurangan porositasnya (semakin ke

kanan) dan penambahan densitas (semakin ke kiri).

Sedangkan kurva log NPHI memperlihatkan hal yg sebaliknya,

dimana terlihat kurva mengarah pada pertambahan

porositasnya (semakin ke kiri).

Maka berdasarkan pengamatan pada data log

didapatkan zona prospek minyak berada pada :

Komposit log 1 zona prospek minyak berada pada lapisan

batu gamping dengan kedalaman kedalaman 4585 dan

pada lapisan batu pasir kedalaman 4630. Karena pada

kedalaman 4585 ft, nilai densitasnya (RHOB) mengalami

penurunan yang tajam dan konstan sampai pada

kedalaman 4630 ft, dengan nilai porositas (NPHI) yang

rendah, serta berada pada daerah interval

Komposit log 2 zona prospek minyak pada lapisan batu

pasir kedalaman 4445

Komposit log 3 zona prospek minyak berada pada lapisan

batu pasir kedalama, 4370 dan pada lapisan batu

gamping kedalaman 4560

Page 33: laporan jadiiii

Komposit log 4 zona prospek minyak berada pada lapisan

batu gamping kedalaman 4395 dan 4440

2. Zona Prospek Gas

Zona prospek gas memiliki ciri-ciri yang menyerupai minyak

pada beberapa kurva log. Namun harus dibedakan secara lebih teliti

lagi perbedaan dari keduanya di setiap kurva log. Di bawah ini

penjelasan dari zona prospek gas berdasarkan hasil interpretasi data

wireline log. .

Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah, jauh

dari shale base line. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah

dengan kurva yang mendekati minimum kemungkinan

merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir adalah lapisan

permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga

sinar gamma Ray yang menunjukkan kandungan serpih yang

rendah.

Kurva resistivitas (LLD dan LLS) menunjukkan nilai resistivitas

yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada zona ini

terdapat kandungan fluida.

Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yang

memperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan resistivitas

bernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan sand

pada formasi tersebut. Berdasarkan litologinya yaitu sand,

dapat diketahui bahwa zona ini merupakan zona prospek

hidrokarbon, sebab minyak dan gas selalu bertumpuk di

bebatuan pasir (sand).

Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron

(NPHI) dengan harga resistivitas yang tinggi maka zona itu

merupakan zona gas. Kedua kurva ini memperlihatkan

bentukan kolom separasi (+) cross over yang besar

Page 34: laporan jadiiii

(membentuk seperti butterfly effect), hal ini menandakan jenis

fluida adalah gas. Zona gas juga ditandai dengan harga

porositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositas

densitas, sehingga akan menunjukkan adanya separasi yang

lebih besar.

Maka berdasarkan pengamatan pada data log

didapatkan zona prospek gas berada pada :

Komposit log 1 zona prospek gas berada pada lapisan

batu pasir kedalaman 4500, karena nilai densitasnya

(RHOB) tiba-tiba turun dengan harga yang berubah-

ubah sampai pada kedalaman 4500 ft. Harga porositas

pada interval ini tidak terlalu tinggi serta berada pada

lapisan permeabel, sedangkan untuk harga LLd nya

tinggi dengan keadaan NPHI dan RHOB membentuk

separasi yang cukup lebar

Komposit log 2 zona prospek gas berada pada lapisan

batu pasir kedalaman 4280

Komposit log 3 zona prospek gas berada pada lapisan

batu pasir kedalaman 4290

Komposit log 4 zona prospek gas berada pada lapisan

batu pasir kedalaman 4390

3. Zona Saline Water

Zona saline water pada data wireline log dapat dikenali dari log

resistivitasnya (kurva LLD dan kurva LLS). Log ini digunakan untuk

mendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air. Zona air akan

menunjukkan harga tahanan jenis formasi yang lebih rendah daripada

zona minyak. Dari log resistivitas yang diberikan terlihat bahwa

defleksinya melurus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa zona ini

Page 35: laporan jadiiii

merupakan zona saline water. Bila defleksinya membelok

(resistivitasnya semakin membesar) maka merupakan fresh water.

Selain itu zona air juga dapat dikenali bila tidak menunjukkan

adanya separasi antara kurva log densitas (RHOB) dengan kurva log

neutron (NPHI). Kurva densitas (RHOB) lapisan tersebut berada di

sebelah kanan kurva neutron. Saline water menunjukkan harga kurva

NPHI dan RHOB yang kecil.

Maka berdasarkan pengamatan pada data log

didapatkan zona prospek gas berada pada :

Komposit log 1 zona Saline water berada pada kedalaman

4760

Komposit log 2 zona Saline water berada pada kedalaman

4740

Komposit log 3 zona Saline water berada pada kedalaman

4760

Komposit log 4 zona Saline water berada pada kedalaman

4750

4.2 Hasil Korelasi Masing – masing Komposit Log

Hasil korelasi dari masing masing komposit log diatas adalah

korelasi tentang lingkungan pengendapan. Berikut lingkungan

pengendapan dari masing masing komposit log

Lingkungan pengendapan pada masing masing komposit ini berada

pada data log PT-3 kedalaman 4000- 4100, WP-6 kedalaman 4000-4200,

PTD – 7 kedalaman 4000- 4050, PT 2 kedalaman 4000 – 4020 dari hasil

pembacaan Log Gamma Ray dan kandungan litologi yang ada

menunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yang ditunjukkan oleh

intepretasi data log berada pada lingkungan pengendapan delta plain. Hal

ini terlihat dari log Gamma ray yang ada menunjukan bentuk seperti funnel

shapped dimana bentuknya coarsening upward dimana adanya

Page 36: laporan jadiiii

perselingan antara shale dan sandstone. Pengaruh gelombang pada

lingkungan pengendapan ini sangat tinggi. Endapan yang ada merupakan

termasuk endapan pengisi teluk atau bay fill deposit, dimana endapannya

meliputi distributary mouth bar. hal ini terlihat dari bentuk gamma ray

yang funnel shaped atau berbentuk corong yang menunjukkan

pengkasaran keatas yang merupakan kebalikan dari bentuk bell. Kurva

yang terbentuk cenderung agak tajam atau melengkung yaitu bentuk

kurva yang funnel yang dapat menunjukkan sedimen yang tebal dan

homogen yang dibatasi oleh pengisian chanel dengan kontak yang tajam.

Funnel shaped mewakili peristiwa transgresi yaitu keneikan muka air laut,

Hal ini dapat di asosiasikan dengan susunan litologi pada lingkungan

pengendapan tersebut. Selain itu juga terlihat litologinya pasir yang

dominan serta terdapat sisipan lempung. Hal ini dapat dijelaskan pada

lingkungan ini memiliki energi kecepatang yang tinggi dalam sistem

pengendapan delta. Sedimen ini, umumnya tersusun atas pasir yang

diendapkan melalui proses fluvial dan merupakan tempat terakumulasinya

sedimen yang ditranspor oleh distributary channel dan diantara mouth bar

akan tersendapkan sedimen berukuran halus

Berdasarkan interpretasi dari nilai Log Gamma Ray yang relatif stabil dan

berbentuk Cylindrical yang berarti tingkat radioaktifnya sedang. Maka

setealah dikorelasikan masing – masing log didapat data log PT-3 pada

kedalaman 4100 - 4270, WP-6 kedalaman 4200 - 4290, PTD – 7

kedalaman 4050- 4440, PT 2 kedalaman 4020 - 4380 . Dari log yang ada

intepretasi delta pada lingkungan pengendapan data log diatas adalah

Upper Delta Plain dimana bagian delta yang terletak diatas area tidal atau

laut, Endapanya secara umum terdiri dari Endapan distributary channel

yang berpindah dan Endapan Lacustrine delta fill. Berdasarkan

intepretasi struktur serta litologi yang ada lingkungan pengendapan log ini

termasuk Endapan distributary channel yang berpindah dimana

merupakan endapan braided atau meandering. Hal ini didasarkan pada

Page 37: laporan jadiiii

litologi yang cenderung menghalus keatas. Struktur sedimen yang umum

dijumpai adalah struktur cross bedding, ripple cross stratification, scour

and fill dan lensa lempung. Selain itu endapan ini ditandai dengan adanya

bidang erosi pada bagian dasar urutan lingkungan.

Lingkungan pengendapan pada masing masing komposit ini berada

pada data log data log PT-3 pada kedalaman 4270- 4480, WP-6

kedalaman 4290 -4400, PTD – 7 kedalaman 4190- 4440, PT 2 kedalaman

4230 – 4380 . Dari hasil pembacaan Log Gamma Ray dan kandungan

litologi yang ada menunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yang

ditunjukkan oleh intepretasi data log dan korelasi log berada pada

lingkungan pengendapan delta plain. Hal ini terlihat dari log Gamma ray

yang ada menunjukan bentuk seperti bell shapped dimana bentuknya

finning upward dimana adanya Profil berbentuk bell menunjukkan

penghalusan ke arah atas, kemungkinan akibat pengisian channel atau

channel fills. Pengamatan membuktikan bahwa besar butir pada setiap

level cenderung sama, namun jumlahnya memperlihatkan gradasi menuju

berbutir halus dengan lempung yang bersifat radioaktif makin banyak ke

atas. Pengaruh gelombang pada lingkungan pengendapan ini sangat

tinggi. Berdasarkan interpretasi GR kemungkinan lingkungan

pengendapanya berada pada daerah abisal dimana litologi yang paling

dominan adalah lempung sehingga akumulasi sedimennya terendapkan

pada daerah abisal.

Lingkungan pengendapan pada masing masing komposit ini berada

pada data log data log PT-3 pada kedalaman 4480-4620, WP-6

kedalaman 4400 -4580, PTD – 7 kedalaman 4440- 4510, PT 2 kedalaman

4380 – 4570. Dari hasil pembacaan Log Gamma Ray dan kandungan

litologi yang ada menunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yang

ditunjukkan oleh intepretasi data log berada pada lingkungan

pengendapan delta plain. Hal ini terlihat dari log Gamma ray yang ada

menunjukan bentuk seperti funnel shapped dimana bentuknya coarsening

Page 38: laporan jadiiii

upward dimana adanya perselingan antara shale dan sandstone.

Pengaruh gelombang pada lingkungan pengendapan ini sangat tinggi.

Dimana litologi yang terdapat pada interval kedalaman ini adalah

perselingan antara shale dan sandstone dan juga limestone. Lingkungan

pengendapan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak

berelief, dan proses akumulasi sedimen berjalan lambat. Endapan yang

terbentuk merupakan endapan yang berukuran lanau sampai lempung

yang dominan dengan demikian endapan secara khusus terdapat pada

daerah shallow marine. Dilihat dari bentuk kurva gammaray yang

berbentuk funnel shaped. atau berbentuk corong yang menunjukkan

pengkasaran keatas yang merupakan kebalikan dari bentuk bell. Kurva

yang terbentuk cenderung agak tajam atau melengkung yaitu bentuk

kurva yang funnel yang dapat menunjukkan sedimen yang tebal dan

homogen yang dibatasi oleh pengisian chanel dengan kontak yang tajam

Lingkungan pengendapan pada masing masing komposit ini berada

pada data log data log PT-3 pada kedalaman 4620-4700, WP-6

kedalaman 4580 -4790, PTD – 7 kedalaman 4510- 4530, PT 2 kedalaman

4570 – 4650. Dari hasil pembacaan Log Gamma Ray dan kandungan

litologi yang ada menunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yang

ditunjukkan oleh intepretasi data log berada pada lingkungan

pengendapan delta plain. Hal ini terlihat dari log Gamma ray yang ada

menunjukan bentuk seperti funnel shapped dimana bentuknya coarsening

upward dimana adanya perselingan antara shale dan sandstone. Dimana

litologi yang paling dominan adalah lempung. Pengaruh gelombang pada

lingkungan pengendapan ini sangat tinggi. Endapan yang ada merupakan

termasuk endapan pengisi teluk atau bay fill deposit, maka kemungkinan

lingkungan pengendapannya berada pada fasies Sub marine. Dilihat dari

bentuk kurva gammaray yang berbentuk funnel shaped. atau berbentuk

corong yang menunjukkan pengkasaran keatas yang merupakan

kebalikan dari bentuk bell. Kurva yang terbentuk cenderung agak tajam

atau melengkung yaitu bentuk kurva yang funnel yang dapat

Page 39: laporan jadiiii

menunjukkan sedimen yang tebal dan homogen yang dibatasi oleh

pengisian chanel dengan kontak yang tajam

BAB IV

KESIMPULAN

Page 40: laporan jadiiii

Dari hasil intepretasi dan analisa data Log maka dapat disimpulkan bahwa

Analisa data kuantitatif meliputi analisa porositas, tahanan jenis

formasi, tahanan air formasi, saturasi, permeabilitas, densitas, dan

ketebalan lapisan yang produktif.

Dari intepretasi data Log maka didapatkan 8 zona hidrokarbon

yang prospektif dimana terdapat kemungkinan mInyak dimana zona

prospek hidrokarbon gas terdapat 3 zona prospek hidrokarbon oil

terdapat 5 zona

Lingkungan pengendapan berdasarkan intepretasi data termasuk

lingkungan pengendapan distributary mouth bar, distributary

chanel, abisal, shalow marine, dan submarine dilihat dari data log

Gamma Ray dan litologi penyusun berupa sandstone , shale dan

gamping