lap farmakognosi jadiiii

25
 LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI IDENTIFIKASI BAGIAN TANAMAN DISUSUN OLEH NAMA : MENTARI SERLINDA DEWI NIM : 12390029 JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES RI PANGKAL PINANG 2014 

Upload: popiapriliani

Post on 10-Oct-2015

2.000 views

Category:

Documents


107 download

DESCRIPTION

bbbb

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI BAGIAN TANAMAN

DISUSUN OLEH

NAMA: MENTARI SERLINDA DEWINIM: 12390029

JURUSAN FARMASIPOLTEKKES KEMENKES RI PANGKAL PINANG2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM1. Mengenal dan mengidentifikasi beberapa macam haksel yang secara tradisional digunakan sebagai ramuan obat.2. Melakukan identifikasi secara makroskopik, organoleptis dan mikroskopik untuk mengetahui cirri khas masing masing simplesia tersebut

BAB IIDASAR TEORI

Haksel merupakan bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji, rimpang, buah, umbi dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk sedangkan simplesia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Macam macam jenis simplesia yaitu sebagai berikut :1. Simplesia NabatiSimplesia nabati adalah simplesia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluakan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplesia nabati paling banyak digunakan seperti rimpang temulawak yang dikeringkan, bunga melati, daun seledri, biji kopi, buah adas, dan lain lain. 2. Simplesia HewaniSimplesia hewani adalah simplesia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat zat yang berguna, yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya sirip ikan hiu dan madu.3. Simplesia Pelikan (mineral)Simplesia pelikan (mineral) adalah simplesia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sedrhana dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya belerang dan kapur sirih.Dari ketiga golongan tersebut, simplesia nabatimerupakan jumlah terbanyak yang digunakan untuk bahan obat. Penyiapan simplesia nabati merupakan suatu proses memperoleh simplesia dari tanaman sumbernya dialam. Proses ini meliputi pengumpulan (collection), pemanenan (harvesting), pengeringan (drying), pemilihan (garbling), pengepakan (packaging), penyimpanan (storage), pengawetan (preservation). Pemberian nama simplesia umunya ditetapkan dengan menyebutkan nama marga (genus), atau nama spesies (species), atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman asal, diikuti dengan nama bagian tanaman yang dipergunakan. Sebagai contoh : rimpang kunyit dengan nama spesies Curcuma Domestica, maka simplesianya disebut Curcuma Domestica Rhizoma. Rhizome artinya rimpang. Namun tidak semua nama simplesia yang mengikuti aturan seperti diatas misalnya : Guazuame Folium : Nama genus dari Guazuma ulmifolia diikuti folium. Calami Rhizoma : Menunjukkan penyebutan nama berdasarkan atas nama belakang dari spesies (acorus calamus).Nama latin dari bagian tanaman yang digunakan dalam tanaman simplesia antara lain :Nama Latin Bagian TanamanNama Bahasa Indonesia Bagian Tanaman

AmilumPati

BulbusUmbi Lapis

CaulisBatang

CortexKulit Kayu

FlosBunga

FoliaDaun

FoliumDaun

FructusBuah

HerbaSeluruh Tanaman

LignumKayu

RadixAkar

RhizomaRimpang

SemenBiji

ThallusBagian Dari Tanaman Rendah

TuberaUmbi

Simplesia dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang sengaja dibudidayakan/dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman yang tumbuh dengan sendirinya di hutan hutan atau tempat lain diluar hutan atau tanaman yang sengaja ditanam tetapi bukan untuk tujuan memperoleh simplesia untuk obat (misalnya tanaman hias, tanaman pagar). Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang ditanam secara sengaja untuk tujuan mendapatkan simplesia. Tanaman budidaya dapat berupa perkebunan luas, usaha pertanian kecil kecilan atau berupa tanaman halaman dengan jenis tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplesia tetapi juga berfungsi sebagai tanaman hias. Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber simplesia mempunyai beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplesia dengan mutu yang memenuhi standar tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena :a. Unsur tanama pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit atau tidak dapat ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam suatu senyawa simplesia sering dipengaruhi oleh umur tanaman pada waktu pengumpulan simplesia yang bersangkutan. Ini berarti aktivitas biologis yang dikehendaki dari suatu simplesia sering berubah apabila umur tanaman dari suatu pengumpulan kewaktu pengumpulan lain tidak sama. b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tepat dari satu waktu pengumpulan kewaktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan akan jenis tanaman yang dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga kadang mempunyai bentuk marfologiyang sama dari pengamatan seseorang (pengumpul) yang sering bukan seorang ahli / seorang yang berpengalaman dalam mengenal jenis tanaman yang dikehendaki sebagai sumber simplesia. Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti perbedaan kandungan senyawa aktif. c. Perbedaan lingkungan tempat tumbuh jenis tanaman yang dikehendaki. Satu jenis tanaman liar sering tumbuh pada tempat tumbuh dan lingkungan yang berbeda (ketinggian, keadaan tanah, cuaca yang berbeda). Simplesia yang diperoleh dari satu jenis tanaman sama tetapi berasal dari dua lingkungan dapat mengandung senyawa aktif dominan yang berbeda. Misalnya tanaman D. Myoporoides didaerah Australia utara kandungan skopolamina yang dominan, sedangkan di Australia selatan kandungan hiosiamina yang dominan.Jika simplesia diambil dari tanaman budidya maka keseragaman umur, massa paten dan galur tanaman dapat dipantau. Namun, tanaman budidaya juga ada kerugiannya. Pemeliharaan rutin menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah terserang hama sehingga pemeliharaan ekstra diperlukan untuk mencegah serangan parasit. Penggunaan pestisida untuk ini membawa konsekuensi terceramahnya simplesia dengan residu pestisida (sehingga perlu pemeriksaan residu pestisida.

Identifikasi simplesia akan dilakukan secara :1. Organoleptik yang meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan bau, warna dan rasa dari simplesia tersebut.2. Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplesia.3. Mikroskopik pada umunya meliputi pemerksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.Kandungn sel dapat langsung dilihat dibawah mikroskop atau dilakukan pewarnaan. Sedangkan untuk pemeriksaan anatomi jaringan dapat dilakukan setelah penetesan pelarut tertentu, seperti klorahidrat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein dilakukan dengam penetesan air saja.

1.1 BOTANI SISTEMATIK TUMBUHANBeberapa contoh contoh botani sistematik tumbuhan yaitu sebagai berikut1. Foeniculum vulgare fructus Kingdom : Plantae (tumbuhan)Divisi : Magoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoleopsida (berkeping dua / dikotil)Ordo : ApialesFamily : ApiaceaeGenus : FoeniculumSpesies : Foeniculum vulgare

2. Phyllanthus niruri herba Kingdom : Plantae (tumbuhan)Divisi : Magoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoleopsida (berkeping dua / dikotil)Ordo : EuphorbialesFamily : EuphorbiaceaeGenus : PhyllantusSpesies : Phyllantus niruri

3. Syzygium aromaticum flosKingdom : Plantae (tumbuhan)Divisi : Magoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoleopsida (berkeping dua / dikotil)Ordo : MyrbalesFamily : MyrbaceaeGenus : SyzygiumSpesies : Syzygium aromaticum

4. Zingiber officinale rhizomaKingdom : Plantae (tumbuhan)Divisi : Magoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoleopsida (berkeping dua / dikotil)Ordo : ZingiberalesFamily : ZingiberaceaeGenus : ZingiberSpesies : Zingiber officinaleMasih banyak lagi botani sistematik tumbuhan tumbuhan yang tidak saya tuliskan dan itu hanya beberapa contohnya.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 ALAT DAN BAHAN

a. Alat1. Mikroskop2. Kaca preparat3. Gelas objektif4. Pipet tetes5. Beaker glass6. Tissue/Lap7. Lampu spritus

b. Bahan1. Simplisia2. Aquadestilasi3. Larutan Kloralhidrat4. Spritus bahkar untuk lampu spritus

3.2 PROSEDUR PERCOBAAN (PENYIAPAN ALAT)

1. AmilumDilihat dalam media air denagn pembesaran lemah (12,5 x 10) dan pembesaran kuat (12,5 x 40)

2. Radix, RhizomaSerbuk akar secukupnya ditempatkan diatas objek glass ditambah beberapa tetes larutan kloralhidrat, dihangatkan diatas nyala spritus (jangan sampai mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah dengan pembesaran lemah dan bila perlu dengan pembesaran kuat.3. Lignum, cortexSerbuk batang atau kulit batang secukupnya ditempatkan diatas gelas objek ditambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat diatas nyala lampu spritus (jangan sampai mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah dengan pembesaran lemah dan bila perlu dengan pembesaran kuat.

4. Folium, HerbaSerbuk daun secukupnya ditempatkan diatas gelas objek ditambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat diatas nyala lampu spritus (jangan sampai mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah dengan pembesaran lemah dan bila perlu dengan pembesaran kuat.

5. Flos, Fructus, SemenSerbuk bunga, buah, atau biji secukupnya ditempatkan diatas gelas objek ditambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat diatas nyala lampu (jangan sampai mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah dengan pembesaran lemah dan bila perlu dengan pembesaran kuat.

BAB IVPEMBAHASAN

Pada praktikum haksel ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara mikroskopik, organoleptik, dan makroskopik pada haksel dan simplisia. Pemeriksaan secara organoleptik dilakukan dengan mengamati warna, rasa, bau. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jarinagn dari serbuk simplisia yanng ditetesi larutan kloralhidrat kemudian dipanaskan diatas lampu spritus (jangan sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan dibawah mikroskopik dengna pembesaran lemah dan pembesaran kuat. Sedangkan khusus untuk uji amilum hanya ditetesi dengan aquadest. Hal ini disebabkan karena penetesan kloralhidrat pada amilum dapat menghilangkan butir-butir amilum. Kloralhidrat juga dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein. Sedangkan pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung denganmata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.

Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada pemeriksaan makroskopik dan organoleptis. Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia. Sedangkan kendala pada pemeriksaan mikroskopis adalah pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas. Kendala lain pada pemeriksaan mikroskopis adalah ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia satu denagn yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan.

Tentunya banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat pula tidak nampak kerena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpanan simplisia yang relatif lama. Berikut ini merupakan penjabaran secara organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik dari simplisia yang praktikan amati.

1. Amilum Solani (pati kentang)a. OrganoleptikWarna putih, tidak berbau, tidak berasab. MakroskopikHablur putihc. MikroskopikAnatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati tunggal dan majemuk atau lebih, berbentuk bulat telur dan hilus berupa titik ujung.

Gambar MikroskopikGambar Makroskopik

2. Amilum Manihot (pati singkong)

a. OrganoleptikWarna putih, tidak berbau, tidak berasab. MakroskopikHablur putihc. MikroskopikAnatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati sebagian besar tunggal, ada yang bergerombol dua atau tiga, hilus terlihat berupa titik atau garis tengah.

Gambar MikroskopikGambar Makroskopik

3. Amilum Oryzae (pati padi)a. OrganoleptikWarna putih, tak berbau, tak berasab. MakroskopikHablur putihc. MikroskopikAnatomi jaringan teramati yaitu butir pati majemuk dan hilus berupa titik

Gambar MikroskopikGambar Makroskopik

4. Amilum Tritici ( gandum )a. Organoleptik Warna putih,tidak berbau,tak berasab. MakroskopikAmilum tritici adalah bahan berupa serbuk sangat halus, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.c. Mikroskopik Butir tunggal besar dikelilingi oleh butir-butir kecil. Bentuk serupa lensa bundar atau jorong, kadang-kadang berbentuk ginjal. Hilus terletak ditengah tidak jelas, berupa titik atau berupa garis. Lamella tidak jelas.Gambar MikroskopikGambar Makroskopik

5. Piperis nigri fructus (buah lada hitam)a. OrganoleptikWarna abu-abu, bau aromatis, dan pedasb. MakroskopikBuah berbentuk hampir bulat, bergaris tengah 6 mm atau kurang, berwarna keabu-abuan, kecoklatan atau hitam. Permukaan berkerut seperti jala. Berbiji satu, biji hamper putih, berlubang dan melekat pada perikarp.c. Mikroskopik Serbuk berwarna abu-abu gelap, masa padat dari butir-butir amilum kecil, terdiri dari butir tunggal, berbentuk bulat atau bersegi dengan garis tengah 1-6 nm. Sel batu terdiri epikarp berbentuk isodiametris seperti tiang atau tidak menentu dengan dinding tebal berpori dan mengandung massa berwarna coklat kemerahan. Sel batu berbentuk sepatu kuda biasanya dengan dinding luar yang tipis dan dinding dalam dengan penebalan radial. Fragmen-fragmen yang mengandungsel mminyak berdinding warna kecoklatan, tetes minyak berwarna kekuningan, Kristal piperin berbentuk jarum. Anatomi jaringan yang teramati yaitu epikarp, endokarp, endosperm, sel batu, minyak atsiri.

Gambar MikroskopikGambar Makroskopik

6. Zingiber Officinale Rhizoma (rimpang jahe)a. OrganoleptikBau aromatik, rasa pedas, luar berwarna coklat kekuning kuningan.b. Makroskopik Rimpang agak pipih, bagian ujung agak bercabang, cabang pendek, pipih, bentuk bulat telur terbalik, beralur panjang, kadang-kadang ada serat yang bebas, bekas patahan pendek dan berserat menonjol. c. MikroskopikAnatomi jaringan yang teramati pembuluh kayu dan butir padi. serbuk berwarna kuning muda, terlihat fragmen parenkim isodiametrik dengan dinding sel tipis, berisi dammar minyak berwarna kuning kehijauan hingga jingga atau coklat kemerahan.Gambar mikroskopik Gambar makroskopik

7. Kaempferia Galangae Rhizoma (rimpang kencur)a. OrganoleptikWarna coklat kemerahan , bau khas aromatic, rasa hambar atau rasa pedas hangatb. MakroskopikKepingan pipih bentuk hampir bulat, hingga jarang atau tidak beraturan, warna coklat hingga coklat kemerahan, bagian tengah berwarna putih hingga putih kecoklatan. Berkas pembuluh tersebar tampak berbintik-bintik berwarna kelabu atau keunguan. c. MikroskopikAnatomi jaringan yang teramati sel parenkim, butir pati, dan berkas pembuluh. serbuk berwarna putih, putih kecoklatan hingga coklat. Sel parenkim isodiametrik, dinding tipis, berisi butir pati dan idioblas minyak terdapat minyak yang tidak berwarna hinggaa berwarna putih semu kuning. Butir pati umumnya tunggal besar berbentuk bulat hingga built telur, tidak beraturan dengan salah satu ujung mempunyai putting. Lamella dan hilis tidak jelas. Berkas pembuluh mempunyai penebalan spiral, tangga atau jala

Gambar mikroskopikGambar makroskopik

8. Curcuma Xanhorrhiza Rhizoma (rimpang temulawak)a. Organoleptik Kuning muda kecoklatan, bau sedikit menyengat , dan rasa pahit.b. Makroskopik Keping tipis bentuk bundar atau jorong, ringan keras, rapuh, garis tengah hingga 6cm, tebal 2-5 cm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning hingga coklat, bidang irisan bewarna coklat buram tidak rata sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks.c. Mikroskopik Anatomi jaringan yang teramati sel parenkim, butir pati dan berkas pembuluh. serbuk berwarna kuning kecoklatan. Terlihat fragmen korteks dan silinder pusat yang parenkimatik, terdiri dari sel perenkim berdinding tipis berisi butir pati. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang hingga bulat telur memanjang dengan panjang 20-70 nm, lebar 5-30 nm, hilus di tepi dan lamella tidak begiu jelas. Dalam parenkim tersebar minyak berwarna kuning dan zat warna jingga. Juga terdapat idioblas berisi hablur Ca-oksalt berbentuk jarum kecil. Berkas pembuluh tipe kolateral.

Gambar mikroskopikGambar makroskopik

9. Andrographidis Paniculata Folium (daun sambiloto)a. Organoleptik Warna coklat kehitaman, bau agak menyengat dan rasa agak pahit.b. MakroskopikDaun bersilang berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak, panjang 2-7 cm, lebar 1-3 cm, rapuh, tpis, tidak berambut. Permukaan atas bewarna hijau tuan dan hijau kecoklatan, permukaan bawah bewarna hijau pucat, tangkai daun pendek.c. MikroskopikAnatomi jaringan yang teramati epidermis bawah dengan stomata dan sisi kelenjar, epidermis atas dengan sistolit, rambut penutup. terdapat sistolit, fragmen epidermis atas dan bawah, epidermis terdiri dari atas sel berbentuk segi empat. Kutikula tipis. Sel epidermis atas lebih besar dari pada sel epidermis bawah.

Gambar mikroskopik Gambar makroskopik

10. Piper Cubebae Fructus (buah kemukus)a. OrganoleptikBau khas aromatic, rasa agak pedas dan pahit.b. MakroskopikBuah berbentuk hampir bulat umumnya bergaris tengah lebih kurang 5mm. Pada bagian pangkal terdapat tonjolan panjang menyerupai tangkai. butir amylum banyak, umumnya tunggal berbentuk lonjong atau jorong dengan celah memanjang, linier, atau seperti bulan sabit, mempunyai panjang 3-12 nm, kadang-kadang mencapai 20 nm. Pada fragmen-fragmen serat kayu dan serat kulit menempel Kristal kalsium okksalat monoklin dengan panjang mencapai 30 nm. Fragmen parenkim berdinding jernih, seringkali terdapat Kristal kalsium oksalat dan amylum. Fragmen trachea berwarna kuning dengan garis tengah sampai 200 nm, pori berbatasan. Kadang-kadang terdapat trachea berbentuk jala dengann tracheid pendamping. Fragen jaringan brwarna coklat kemerahan.c. MikroskopikAnatomi jaringan yang teramati berkas pengangkut dengan noktah, sel minyak, sel batu dan sklarenkim. : serbuk berwarna coklat kekunningan sampai coklat kehitaman. Bila ditetesi H2SO4 pada kaca objek akan terjadi warna merah keunguan. Fragmen hypodermis dengansel batu diantara jaringan parenkim. Sel batu hypodermis lebih kecil dari sel batu endocarp, dinding tebal, berbentuk isodiametris atau polygonal. Fragmen endocarp dengan sel batu berbentuk segi panjang atau segi empat, tersusun rapat, tegak, dinding sangat tebal berlapis. Saluran noktah dan lumen jelas. Parenkim perisperm berbentuk polygonal, dinding tips, berisi butir amylum atau minyak.Gambar mikroskopik Gambar makroskopik11. Capsici Fructus (cabe)a. OrganoleptikWarna merah, coklat kemerahan, atau jinggab. MakroskopikBuah bentuk kereucut atau bulat panjang dengan ujung meruncing, lumus atau bengkok, panjang 3,5-10 cm, lebar 0,5-2 cm, permukaan luar licin mengkilap. Buah berongga, bagian ujung beruang 1, sedang bagian pangkal beruang 2 atau 3. Warna merah, coklat kemerahan, atau jingga. Dinding buah liat. Gagang buah panjang 1,5-2,5 cm warna hijau kelabu. Biji banyak relatif besar, bentuk bundar atau segitiga pipih, warna kuning terlepas atau melekat pada plasenta.c. Mikroskopik Serbuk berwarna coklat kemerahan,rasa pedas,bau merangsang.Fragmen pengenal adalah epidermis dalam berdinding tebal yang menyerupai sel batu, fragmen pemb uluh kayu bernoktah atau dengan penebalan tangga dan spiral.Fragmen hipodermis berisi tetes minyak warna merah kekuningan dan kromoplastida berwarna coklat kemerahan. Sel endokarp berdinding tebal menyerupai sel batu.

Gambar mikroskopik Gambar makroskopik12. Rhei Radix(Kelembak )a. Organoleptik Berwarna coklat merah,bau aromatis,rasa pahit khas.b. Makroskopik Potongan-potongan subsilindris, berbentuk tong, planokonveks, atau tidak teratur, sering kali berlubang-lubang kecil, atau berbentuk kubus. Permukaan luar halus, berkerut longitudinal atau cekung, berwarna coklat kekuningan. Patahan tidak rata dan berbutir-butir, permukaannya berwarna coklat merah. Permukaan melintang rimpang menunjukkan garis kambium didekat perifer yang dilalui oleh garis-garis radial yang menggambarkan jari-jari empulur, bau aromatis, rasa pahit khas dan adstringen, bila dikunyah terasa berpasir dan air ludah menjadi kuning.c. Mikroskopik Serbuk berwarna jingga - kuning gelap hingga coklat. Dengan alkali berwarna merah. Butir amylum banyak berbentuk bola tunggal atau berkelompok. Butir tunggal berukuran 2-25 nm. Fragmen trachea tidak berkayu, berbentuk jala dan spiral. Sel-sel parenkim mengandung butir amylum atau massa tanin. Kristal oksalat berbentuk roset besar dengan garis tengah 100-190 nm. Jari-jari empulur mengandung zat amorf berwarna kuning, tidak larut dalam alkohol tetapi larut dalam amonia dengan warna merah muda.

Gambar mikroskopik Gambar makroskopik

13. Galangae Rhizoma ( lengkuas )a. OrganoleptisWarna coklat, bau aromatis, dan rasa pedasb. Makroskopis Potongan dengan panjang 4-6 cm dengan tebal 1-2 cm, kadang - kadang bercabang, ujung bengkok, warna permukaan coklat kemerahan, bekas patahan berserat pendek, berbutir-butir kasar.c. Mikroskopis Fragmen epidermis terdiri dari satu lapis sel kesil agak pipih, dinding kuning kecoklatan, kutikula jelas. Pada perenkim tersebar idioblas berisi zat minyak dan samak terdapat butir pati tunggal, bentuk lanjong atau bulat telur, lamella tidak jelas. Berkas pembuluh kulateral tersebar dalam parenkimterdiri dari serabut kecil memanjang dengan dinding sel tebal tidak berlignin, lumen lebar berniktah. Xilem berupa pembuluh jala.

Gambar mikroskopik Gambar makroskopik

14. Sappan Lignum ( Kayu secang )a. OrganoleptikWarna merah, tidak berbau, rasa agak kelat.b. MakroskopikBerbentuk potongan atau kepingan dengan ukuran sangat bervariasi ,atau berupa serutan serutan, keras dan padat, warna merah, tidak berbau, rasa agak kelat.c. Mikroskopik Xilem terlihat jelas, radial dengan jari-jari terdiri dari 1-3 baris sel yang berisi butir pati kecil, tunggal dan berkelompok. Trakhea umumnya berkelompok, kadang-kadang tunggal, dinding tebal, berlignin, bernoktah dengan lumen berbentuk celah. Lumken umumnya berisi zat berwarna merah atau merah kecoklatan. Pada serabut xilem terdapat seludang kristal oksalat berbentuk prisma .Terdapat fragmen serabut yang panjang dengan lumen sempit.Gambar mikroskopik Gambar makroskopik

15. Santali Lignum (Cendana )a. Organoleptik Berwarna merah ,berbau khas aromatik dan mempunyai rasa kelat.b. Makroskopik Kayu berwarna merah ,berbau khas aromatik dan mempunyai rasa kelat.c. Mikroskopik Serbuk berwarna merah. Terdapat fragmen-fragmen serabut yang juga berwarna merah dengan panjang 300-750 nm, tebal, berpori, dinding berlignin, lumen berisi granul-granul. Trakhea berpori mengandung massa resin, berwarna kuning jingga.Terdapat kristal Ca-oksalat monoklin dengan ukuran sekitar 20 nm.Gambar mikroskopik Gambar makroskopik16. Cinnanomi Cortex (kayu manis ) a. OrganoleptikBerwarna coklat kemerahan sampai coklat kehitaman., bau khas aromatik, rasa agak manis, agak pedas dan kelat.b. MakroskopikPotongan kulit berbentuk gelendong, agak menggulung membujur. Permukaan luar yang tidak bergabus berwarna coklat kekuningan sampai coklat kemerahan. Yang bergabus berwarna hijau kehitaman. Permukaan dalamn berwarna coklat kemerahan sampai coklat kehitaman. Bekas pataha tidak rata.Bau khas aromatik, rasa agak manis, agak pedas dan kelat.c. Mikroskopik Lapisan gabus terdiri dari beberapa sel berwarna coklat,kambium jernih tanpa penebalan dinding. Korteks terdiri dari beberapa lapis sel parenkim dengan dinding berwarna coklat, diantaranya terdapat sel batu dan sel minyak. Dalam sel parenkim terdapat butiran pati atau kristal oksalat berbentuk prisma .Lapisan sklerenkim terdiri dari tiga atau lebih sklereida berbentuk isodiametrik, bernoktah, lumen agar lebar. Serabut periskel berdinding sangat tebal, agak jernih, lumen sempit.Gambar mikroskopik Gambar makroskopik

BAB VKESIMPULAN

1. Praktikum haksel dan pemeriksaan simplisia dilakukan pemeriksaan secara organoleptis, makroskopik dan mikroskopik.2. Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau dan rasa.3. Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata telanjang atau dapat juga dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan sebagai simplisia.4. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x 10) dan perbesaran kuat (12,5 x 40).5. Tujuan dari penambahan larutan kloralhidrat adalah untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga dapat terlihat jelas di bawah mikroskop.6. Tujuan serbuk simplisia yang ditetesi oleh larutan kloralhidrat, dihangatkan di atas spiritus menyala adalah agar kloralhidrat sedikit menguap karena pemanasan, sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada objek glass. Pemanasan juga dapat membuat isi sel seperti amilum rusak.7. Tidak semua simplisia mempunyai ciri khas yang membedakan simplisia dengan simplisia lainnya.8. Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk hanya beberapa simplisia berhasil dikerjakan dengan baik, disebabkan kesalahan praktikan saat mengerjakan penyiapan preparat simplisia, keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama disimpan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2008, Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Jimbaran Tim Penyusun, 2008, Petunjuk Praktikum Farmakognosi, Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Jimbaran