farmakognosi lap.1

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia ini Tuhan memberikan begitu banyak anugerah-Nya kepada makhluk hidup. Begitu banyak kekayaan alam yang berlimpah, baik itu yang di darat maupun di laut. Kekayaan alam tersebut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang apabila dilakukan identifikasi dan menentukan sistematiknya, maka akan diperoleh bahan alam yang berkhasiat sebagai obat. Apabila bahan alam yang berkhasiat sebagai obat tersebut dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, maka akan diperoleh bahan yang siap pakai yang disebut sebagai simplisia. Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa simplisia merupakan bagian dari suatu tanaman atau hewan yang diambil untuk dipergunakan sebagai zat yang berkhasiat atau obat untuk menyembuhkan sakit. Dahulu, simplisia dapat berupa rajangan atau serbuk. Namun, sekarang simplisia telah dikemas dengan kemasan yang berbagai macam. Ada yang mengolahnya menjadi herbal dan ada pula yang berupa jamu tradisional. Dengan diolah menjadi simplisia, tanaman obat-obatan tersebut dapat lebih tahan lama dan praktis dalam penggunaannya. Selain itu, manusia juga dapat memperoleh berbagai keunggulan lainnya, yaitu bisa diolah kembali menjadi

Upload: sarie-siimuueett

Post on 11-Jul-2016

358 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Farmakognosi Lap.1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia ini Tuhan memberikan begitu banyak anugerah-Nya kepada makhluk hidup.

Begitu banyak kekayaan alam yang berlimpah, baik itu yang di darat maupun di laut.

Kekayaan alam tersebut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang apabila dilakukan

identifikasi dan menentukan sistematiknya, maka akan diperoleh bahan alam yang berkhasiat

sebagai obat.

Apabila bahan alam yang berkhasiat sebagai obat tersebut dikoleksi, dikeringkan, diolah,

diawetkan dan disimpan, maka akan diperoleh bahan yang siap pakai yang disebut sebagai

simplisia. Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa simplisia

merupakan bagian dari suatu tanaman atau hewan yang diambil untuk dipergunakan sebagai

zat yang berkhasiat atau obat untuk menyembuhkan sakit.

Dahulu, simplisia dapat berupa rajangan atau serbuk. Namun, sekarang simplisia telah

dikemas dengan kemasan yang berbagai macam. Ada yang mengolahnya menjadi herbal dan

ada pula yang berupa jamu tradisional.

Dengan diolah menjadi simplisia, tanaman obat-obatan tersebut dapat lebih tahan lama

dan praktis dalam penggunaannya. Selain itu, manusia juga dapat memperoleh berbagai

keunggulan lainnya, yaitu bisa diolah kembali menjadi bentuk yang lebih praktis seperti jamu

atau herba. Selain itu, zat-zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh

tubuh lebih banyak.

Salah satu contoh lain dari simplisia ialah berasal dari tanaman pepaya. Umumnya,

bagian yang sering dimanfaatkan masyarakat dari tanaman pepaya adalah bagian buah.

Selain rasanya yang enak dan segar, buah pepaya juga mengandung vitamin A yang baik

untuk kesehatan mata. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa buah pepaya juga dapat

membantu proses metabolisme atau dapat memperlancar proses buang air besar.

Namun, sebaiknya masyarakat tidak hanya memperhatikan dan memanfaatkan bagian

buahnya saja. Akan lebih baik lagi apabila masyarakat memanfaatkan bagian daun pepaya

Page 2: Farmakognosi Lap.1

pula. Berbeda dengan buahnya, daun pepaya memiliki rasa yang sangat pahit. Karena itulah

banyak masyarakat yang tidak begitu menyukainya.

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa daun pepaya ternyata memiliki

berbagai zat-zat yang berkhasiat bagi tubuh. Dari zat khasiat itulah, daun pepaya dapat

digunakan sebagai obat disentri. Selain itu, daun pepaya juga dapat digunakan sebagai

penurun demam dan penambah nafsu makan. Karena adanya kandungan zat-zat khasiat

itulah, daun pepaya dapat diolah menjadi simplisia.

Kebanyakan simplisia diproduksi dalam bentuk sediaan serbuk. Oleh karena itu,

pembuatan simplisia daun papaya dibuat dalam bentuk plaster agar lebih menarik dan juga

memberikan inovasi yang baru terhadap masyarakat, khususnya anak – anak yang sukar

meminum obat,

Bahan yang mudah di dapat dan khasiat dari daun pepaya juga sudah terbukti dari

pengalaman nenek moyang terdahulu bahwa dapat meredakan demam, untuk itu kami ingin

menguji ulang senyawa yang terkandung didalam daun pepaya benar dapat meredakan

demam atau mungkin masih terdapat kandungan senyawa lainyang nantinya bisa dijadikan

sebagai obat ( jamu tradisional ).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui morfologi tanaman pepaya

2. Untuk mengetahui anatomi daun pepaya

3. Untuk mengetahui determinasi tanaman pepaya

4. Untuk mengetahui karakteristik organoleptis simplisia daun pepaya

5. Untuk mengetahui karakteristik simplisia daun papaya secara mikroskopik dan

makroskopik.

Page 3: Farmakognosi Lap.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penyakit

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C

(100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F). (Schmitt,

1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam

bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada anak umur lebih dari 3

bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh

yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi

berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain.

Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka

efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis

tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut

sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).

2.2 Definisi Simplisia

Dahulu bangsa Yunani kuno banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman

obat yaitu Hyppocrates (466 tahun SM), Theophrastus (372 tahun SM) dan Pedanios

Dioscorides (100 tahun SM) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan

tanaman obat dalam De Materia Medica. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-

obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu.Menurut buku Materia Medika

dijelaskan bahwa simplisia dibagi menjadi tiga macam, antara lain simplisia nabati, simplisia

hewani, dan simplisia pelikan.Berikut ini beberapa penjelasan mengenai macam-macam

simplisia diatas :

Simplisia Nabati Simplisia Hewani Simplisia Pelikan

Adalah simplisia yang

berupa tanaman utuh,

bagian tanaman atau

eksudat tanaman.

Adalah simplisia yang

berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat-zat

berkhasiat yang dihasilkan

Adalah simplisia yang berupa

bahan pelikan (mineral) yang

belum diolah atau telah diolah

dengan cara sederhana dan

Page 4: Farmakognosi Lap.1

oleh hewan dan belum

berupa zat kimia murni.

belum berupa zat kimia murni.

Sedangkan secara umum, simplisia merupakan produk hasil pertanian tanaman obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk farmasi yang siap digunakan untuk proses selanjutnya.

2.2 Zat Aktif dalam Daun Pepaya

2.2.1 Pengertian Alkaloid

Senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini

disebabkan oleh adanya atom N (nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur

lingkar heterosiklik atau aromatis.

2.2.2 Sifat Fisika Alkaloid

Umumnya mempunyai satu atom N (nitrogen) meskipun ada beberapa yang memiliki

lebih dari satu atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa

amin primer, sekunder maupun tersier yang semuanya bersifat basa. Tingkat kebasaannya

tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya.

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan titik lebur

tertentu atau mempunyai dekomposisi. Sedikit alkaloid yang terbentuk amorf. Pada umumnya,

basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik meskipun pseudo dan protoalkaloid larut

dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

2.2.3 Sifat Kimia Alkaloid

Page 5: Farmakognosi Lap.1

Pada umumnya kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada

adanya pasangan elektron pada atom Nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan

Nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh gugus Alkil, maka ketersediaan elektron

pada Nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Sehingga trietilamin ((C2H5)3N) lebih basa

daripada dietilamin (C2H5)2NH2) sebaliknya jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat

menarik elektron misalnya gugus karbonil, maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan

pengaruh yang ditimbulkan dapat bersifat netral atau bahkan sedikit bersifat asam. Contohnya

senyawa yang mengandung gugus amida.

2.3 Khasiat Daun Pepaya

1. Sifat anti kanker

Menurut penelitian yang dilakukan oleh jurnal Ethnopharmacology, daun pepaya

mengandung enzim tertentu yang memiliki sifat melawan kanker terhadap berbagai tumor seperti

kanker leher rahim, kanker payudara, kanker hati, kanker paru-paru dan kanker pankreas tanpa

efek toksik pada tubuh. Hal ini membuat ekstrak daun pepaya ini, sering direkomendasikan

sebagai bagian dari kemoterapi di beberapa bagian penduduk dunia. Dengan mengatur T-sel,

ekstrak daun pepaya meningkatkan respon sistem kekebalan terhadap kanker. Daun yang terasa

pahit, memang banyak mengandung zat anti kanker, yang juga ditemui pada manfaat daun

binahong.

2. Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Daun pepaya mengandung lebih dari 50 bahan aktif termasuk senyawa karpain yang

menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, cacing, parasit, bakteri serta berbagai

bentuk sel kanker. Hal ini membuat daun pepaya dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal untuk

menghilangkan cacing di usus karena mengandung tannin. Zat tannin ini akan melindungi usus

dari infeksi ulang pada lapisan dinding usus, sehingga cacing di usus tidak dapat menempel.

Dengan demikian, daun pepaya secara efektif akan menekan penyebab terjadinya sakit tifus.

3. Meningkatkan Imunitas Tubuh

Kemampuannya untuk melawan infeksi virus seperti virus flu biasa. Daun pepaya akan

secara alami melakukan regenerasi sel darah putih dan trombosit. Daun pepaya mengandung

lebih dari 50 bahan termasuk vitamin A, C dan E yang mendukung sistem kekebalan tubuh.

Page 6: Farmakognosi Lap.1

4. Anti Malaria

Daun Pepaya telah ditemukan memiliki sifat anti malaria juga. Dengan demikian, jus

daun pepaya sering digunakan di beberapa bagian dunia sebagai profilaksis untuk mencegah

malaria di daerah endemis tertentu.

5. Pencegahan Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dengue

yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Penyakit ini bisa berakibat fatal, namun sejauh ini tidak ada

obat khusus telah dirumuskan untuk penyakit ini. Penghilang rasa sakit seperti aspirin dan

ibuprofen memiliki efek samping tersendiri.

6. Mengurangi Nyeri Haid 

7. Membantu Pencernaan

Enzim papain dalam daun pepaya membantu dalam pencernaan protein dan berguna

untuk mengobati gangguan pencernaan, menurut buku “The Complete Herbal Panduan: A

Natural Approach to Healing the Body.” Rebusan daun pepaya dapat mengurangi mulas dan

perangsang nafsu makan. Daun pepaya juga dapat membantu mencerna gluten protein gandum,

yang terjadi bagi sebagian orang, yang dikenal sebagai penyakit celiac.

8. Membantu Penyakit Pembesaran Prostat

9. Daun Pepaya dapat Mengatasi Jerawat

2.4 Cara Pembuatan Simplisia

2.4.1 Prosedur Simplisia 1. Pengumpulan bahan baku yang akan di lakukan proses simplisa

Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu, waktu cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas.

2. Penanganan pasca panen Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau

hasil dari penambangan alam berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan

memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya.

Page 7: Farmakognosi Lap.1

3. Sortasi basah untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, krikil, rumput, bagian

tanaman lain dan bahan yang merusak

4. Pencucian Dilakukan dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan debu yang menempel.

5. Perajangan atau pengubahan bentuk 6. Proses pengeringan

Dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan ialah agar simplisia awet dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

7. Sortasi keringmemisahkan benda-benda asing yang masih tertinggal agar simplisia bersih sebelum

dilakukan pengepakan.

8. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia

2.5 Uji Standarisasi Simplisia

2.5.1 Pengertian dan Tujuan Uji Standararisasi Simplisia

2.5.1.1 Uji Kualitatif

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan

menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan

terhadap produk.

Tujuannya, untuk mengetahui kekhususan bau, warna dan rasa simplisia yang diuji.

b. Uji Makroskopik

Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan

bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.

Page 8: Farmakognosi Lap.1

Tujuannya, Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna

simplisia yang diuji.

c. Uji Mikroskopik

Mikroskopik merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat bentuk anatomi

jaringan yang khas dari simplisia. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan

fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Pengujian ini dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan menampang melintang (simplisia basah) dan fragmen (serbuk

daun pepaya).

Tujuannya, untuk mencari atau membuktikan adanya jenis fragmen-fragmen pada

tanaman.

d. Uji Histokimia

Uji histokimia yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang spesifik, zat-zat

kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga akan mudah terdeteksi.

Tujuannya, dilakukan untuk mengetahui macam zat kandungan yang terdapat dalam

jaringan tanaman.

2.5.1.2 Uji Kuantitatif

a. Uji Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan

persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena

air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet

bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk

berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air adalah

perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila

diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban

udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang.

Tujuannya, utuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan

air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia

tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk

memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila

mempunyai kadar air kurang dari 10%

Page 9: Farmakognosi Lap.1

b. Uji Kadar Abu

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada

suatu bahan pangan. Penentuan kadar total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain

untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang

digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penetapan kadar abu

pada daun pepaya yaitu tidak lebih dari 12 % (FHI, hal 117).

Tujuannya, untuk mengetahui berapa besarnya cemaran bahan-bahan anorganik yang

terdapat dalam suatu sampel.

c. Uji Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah presentase senyawa yang hilang selama proses pemanasan

(tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang,

FHI, hal 112).

Tujuannya, mengetahui susut pengeringan dengan memberikan batasan maksimal

(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

2.5.2 Syarat dan Rumus Uji

2.5.2.1 Syarat Uji Kualitatif

Syarat dari uji-uji kualitatif adalah:

1. Ada contoh yang diuji yaitu benda perangsang2. Ada panelis sebagai proses respon

3. Ada pernyataan respon yang jujur, yaitu respon yang spontan, tanpa penalaran, imaginasi, asosiasi, ilusi, atau meniru orang lain.

2.5.2.2 Uji Kuantitatif

a. Rumus Penetapan Kadar Air

Syarat penetapan kadar air adalah 10 %

Page 10: Farmakognosi Lap.1

b. Rumus Penetapan Kadar Abu

Syarat penetapan kadar abu adalah 12%

c. Rumus Penetapan Susut Pengeringan

Syarat penetapan uji susut pengeringan adalah di ulangi sampai memberikan batasan maksimal

(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan atau disebut konstan.

Page 11: Farmakognosi Lap.1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

No Proses Alat Bahan

1 Determinasi - Buku flora

- Alat tulis ( buku dan

boltpoint )

- Daun pepaya

2 Pembuatan simplisia - Pisau

- Baskom

- Tempeh atau tampeh

- Daun papaya

- Air

3 Uji organoleptis - Rasa

- Bau

- Warna

- Daun pepaya

4 Uji makrokospis - Struktur - Daun papaya

5 Uji mikroskopis - Mikroskop

- Pisau atau cutter

- Gelas objek

- Daun pepaya

- Simplisia herba

Daun pepaya yang

sudah dikeringkan

- Aquadest

- Kloral hidrat

6 Uji histokimia - Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Simplisia

- Larutan floroglusin

LP dan asam

klorida P

- Larutan sudan III

LP

- Larutan besi (III)

amonium sulfat LP

Page 12: Farmakognosi Lap.1

- Larutan vanilin P

10 % b/v dalam

etanol 90 % dan

asam klorida P.

- Kalium hidroksida

etanol 90 % P

- Larutan yodium 0,1

N

- Larutan merah

euthenium LP

- Larutan bouchardat

LP

- Larutan natrium

hidroksida (5%) LP

7 Uji kadar air - timbangan - Serbuk simplisia

Carica papaya

8 Susut pengeringan - Botol timbang

- Timbangan analitik

- Wadah

pengeringan

- Serbuk simplisia

Carica papaya

9 Uji kadar abu - Kurs platina- Bunsen- Kaki tiga- Kasa asbes- Pinset- Timbangan analitik

- Serbuk simplisia

Carica papaya

3.2 Prosedur Kerja Determinasi

1. Siapkan tumbuhna yang akan di lakukn pengujian

2. Dilakukan pengamatan pada tumbuhan tersebut

3. Dicocokan pada buku yang sesuai.

4. Catat pengamatan tersebut.

Page 13: Farmakognosi Lap.1

3.3 Prosedur Kerja Simplisia

1. Siapkan bahan baku yang sudah dilakuan pengamatan sebelumnya

2. Amati pada tanaman tersebut atau memlilah bagian yang tidak diinginkan

3. Dilakuakn pencucican pada tanam tersebut

4. Setelah itu di keringkan pada agar kadar air tersebut berkurang

5. Pilih bahan baku yang di keringkan tadi untuk dilakukan proses selanjutnya.

3.4 Uji Kualitatif

3.4.1 Uji Organoleptis

Bahan Warna Bentuk Bau Rasa

3.4.2 Prosedur Kerja Uji Makroskopik

1. Amatai bentuk, bau, dan warna pada simplisia tersebut

2. Catat hasil pengamatan setelah itu di gambar bentuk simplisia

3.4.3 Prosedur Kerja Uji Mikroskopik

3.4.3.1 Untuk pengamatan penampang meliputi :

1. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan

2. Bagian daun diiris melintang

3. Diamati penampang melintang daun dengan mikroskop

4. Catat dan gambar hasil pengamatan

3.4.3.2 Untuk pengamatan fragmen

1. Mengambil sedikit simplisia Carica papaya dan meletakannya pada objek glass

2. Menetesi sedikit larutan kloral hidrat 70% kemudian segera menutup dengan cover

glass

3. Mengamati dibawah mikroskop.

4. Mencatat dan menggambar hasil pengamatan.

Page 14: Farmakognosi Lap.1

3.4.4 Prosedur Kerja Uji Histokimia

1. Didihkan simplisia Carica papaya dalam larutan natrium klorida P atau larutan

natrium sulfat LP sampai simplisia cukup keras untuk disayat.

2. Sayat simplisia Carica papaya yang telah didihkan kemudian letakkan sayatan

pada kaca objek atau kaca aloji

3. Tetesi dengan pereaksi asam klorida P

4. Diamati warna yang terlihat dalam simplisia Carica papaya.

5. Sayat kembali simplisia dan letakkan pada kaca obyek kemudian ditetesin dengan

larutan P Mayer

6. Diamati warna yang terlihat pada simplisia.

7. Lakukan yang sama untuk beberapa larutan yang lain sampai selesai.Catan

hasilnya dan bandingkan dengan literature yang ada untuk mengetahui kandungan

apa saja yang ada dalam jaringan daun pepaya.

3.5 Uji Kuantitatif

3.5.1 Prosedur Kerja Uji Kadar Air

Simplisia

Oven selama 30 menit pada suhu 105 derajat dengan tutup terbuka.didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali.

Hasil

Oven

masukkan dan ditimbang dalam botol timbang

1 gram simplisia daun pepaya ( carica pepaya L )

dinginkan dalam desikator lalu ditimbang

Keringkan dengan suhu 105◦ C selama 30 menit

Mengambil botol timbang beserta tutup

Page 15: Farmakognosi Lap.1

3.5.2 Prosedur Kerja Uji Kadar Abu

3.5.3 Prosedur Kerja Pengeringan

Didinginkan

dan

ditimbang

Hasil

Masukkan ke dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara

kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis

Menimbang 2 gram simplisia

Simplisia

Hasil

Masukkan kedalam kurs porselen bertutup

Oven

timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang kostan

panaskan pada

temperatur 100oC

sampai dengan

105oC

Ratakan Simplisia dalam krus porselen dengan menggoyangkan krus hingga merata

Tara dan panaskan kurs porselen pada suhu 105oC selama 30 menit.

Timbang1 gram simplisia

Page 16: Farmakognosi Lap.1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Determinasi dan Taksonomi

1.1.1 Taksonomi

2. Kerajaan : Plantae

3. Ordo : Brassicales

4. Famili : Caricaceae

5. Genus : Carica

6. Spesies : Cariceae papaya

7. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

8. Sub Kelas : Dilleniidae

9. Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

10. Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

11. Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

4.1.2 Hasil Determinasi

Determinasi dilakukan untuk mengetahui secara benar nama tumbuhan yang akan

dijadikan bahan simplisia, berikut hasil determinasi daun pepaya yang dilakukan dengan

pedoman buku kunci determinasi ( buku Flora ).

1b Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya

dengan benang sari dan atau putik. Tumbuh-tumbuhan

berbunga.

2

2b Tidak ada alat pembelit. Tumbuh-tunbuhan dapat juga

memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau

tangkai daun).

3

3b Daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat dalam 4

Page 17: Farmakognosi Lap.1

berkas tersebut di atas.

4b Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput.

Daun dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan

di atas.

6

6b Dengan daun yang jelas. 7

7b Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang

menyerupainya.

9

9b Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit. 10

10b Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi roset. 11

11b Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas

dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun

yang ke samping dan serong ke atas.

12

12b Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada

daun sama sekali.

13

13b Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain. 14

14a Dau tersebar, kadang-kadang sebagian berhadapan. 15

15a Daun tunggal, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap

sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 8).

109

109b Tanaman daratan (tumbuh) diantara tanaman bakau. 119

119b Tanaman lain. 120

120a Tanaman bergetah. 121

121b Setengah perdu, perdu, pohon atau rumput-rumputan

berbentuk pohon.

124

124b Bila melingkar yang memeluk batang pada cabang tidak 125

Page 18: Farmakognosi Lap.1

ada. Bunga atau karangan bunga lain.

125a Bunga dengan daun kelopak dan daun mahkota, biasanya

berbilangan 5, kelompok kadang-kadang berbilangan 3.

126

126a Daun bertulang daun menjari. Bunga kebanyakan

berkelamin satu.

85.

Caricaceae

4.1.3 Hasil Pembuatan Simplisia

Cara pembuatan simplisia daun pepaya :

1. Siapkan alat dan daun pepaya yang akan dijadikan simplisia.

2. Daun pepaya disortir agar terhindar dari ulat dan di pilih daun pepaya yang sudah tua

dengan di iris menggunakan cutter.

3. Daun pepaya yang sudah di sortir dimasukkan kedalam baskom.

4. Daun pepaya di cuci sebanyak 3 x dengan menggunakan air bersih langsung dari

Kran air.

5. Daun pepaya di keringakan di bawah sinar matahari selama 5 hari.

6. daun pepaya yang sudah menjadi simplisia atau sudah kering di sortir ulang dan di

ambil daun daun pepaya yang dengan warna baik dan tidak gosong.

7. Daun pepaya yang sudah selesai disortir di blender hingga menjadi serbuk atau bubuk

simplisia.

8. Bubuk atau serbuk simplisia daun pepaya siap di uji.

4.2 Uji Standarisasi Simplisia

4.2.1 Uji Kualitatif

4.2.1.1 Uji Organoleptis

Warna Bentuk Bau Rasa

Hijau

Tua

Padat (helaian

daun)

Khas

aromatik

Sangat

Pahit

Page 19: Farmakognosi Lap.1

4.2.1.2 Penampang Melintang

Keterangan :

1 : Epidermis atas

2 : Jaringan palisade

3 : Jaringan bungakarang

4 : Hablur Kalsium Oksalat

5 : Kolenkim

6 : berkas pembuluh

7 : Saluran getah

8 : Stomata

9 : Epidermis bawah

Page 20: Farmakognosi Lap.1

Anatomi daun pepaya

4.2.1.3 Uji Makroskopik

Nama Daerah : Daun Pepaya Gambar

Nama Simplisia : Caricae Folium

Nama Latin : Carica papaya

Family : Caricaceae

Khasiat : Antidemam

4.2.1.4 Uji Mikroskopik

Pengamatan fragmen

No Fragmen Keterangan

Page 21: Farmakognosi Lap.1

1 Epidermis bawah

2 Fragmen Pembuluh kayu

3 Fragmen Mesofil

4.2.1.5 Uji Histokimia

No. Larutan Hasil Warna

1. P Mayer Alkaloid (+) Endapan Coklat

Page 22: Farmakognosi Lap.1

4.2.2 Uji Kuantitatif

4.2.2.1 Uji Kadar air

1. Berat krus + simplisia = 21,5119 g

2. Berat krus = 20,1674 g

3. Bobot Simplisia = 1g

= 1,5584 g

= 13 %

4.2.2.2 Penetapan Uji kadar abu

1. Berat krus + simplisia = 31,1204 g

2. Berat krus = 34,1969 g

3. Bobot Simplisia = 2 g

= 3,1168 g

Page 23: Farmakognosi Lap.1

= 1,48 %

4.2.2.3 Uji Susut Pengeringan

No. Kurs porselen Waktu oven Bobot

1 Kurs porselen I (KI) 1/30 menit 31,50 gr

Kurs p. 2 1/30 menit 35,4823 gr

2 Kurs porselen I (KI) 2/30 menit 31,4826 g

Kurs p. 2 2/30 menit 35,4545 g

3 Kurs porselen I (KI) 3/30 menit 31,4692 g

Kurs p. 2 3/30 menit 35,4294 g

Setelah memperoleh data yang tertulis diatas maka dihitung susut pengeringannya dengan

mengambil data yang sudah konstan dengan data pengovenan ke 3 dengan hasil 31,4692

g pada kurs pertama dan kurs kedua 35,4294 g.

a. Pengujian 1

1. Berat krus + simplisia = 35,4294 g

2. Berat krus = 34,1964 g

3. Bobot Simplisia = 1 g

= 1,5584 g

Page 24: Farmakognosi Lap.1

= 0,2 %

b. Pengujian 2

1. Berat krus + simplisia = 31,4692 g

2. Berat krus = 31,3427 g

3. Bobot Simplisia = 1 g

= 1,5584 g

= 1,9 %

Page 25: Farmakognosi Lap.1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kunci determinasi digunakan untuk menggolongkan suatu flora atau fauna. Berikut ini merupakan kunci determinasi family Caricae Folium; 1b. 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15a, 109b, 119b, 120a, 121b, 124b, 125a, 126a.

2. Pengamatan makroskopik, Simplisia Caricae folium berbentuk rajangan, berwarna hijau tua, bau khas aromatik.

3. Pengamatan mikroskopik, ditemukan fragmen epidermis bawah, mesofil, dan pembuluh kayu.

4. Pengamatan uji histokimia, dinyatakan positif mengandung senyawa alkaloid dengan warna endapan coklat.

5. Pengamatan uji kadar air, dinyatakan kadar air pada simplisia yang kami buat ini tidak sesuai dengan rentang kadar air yang sudah ditentukan pada simplisia daun papaya yaitu 10 %, sedangkan kadar air yang kami peroleh adalah 13%. Kemungkinan karena faktor pemanasan atau suhu yang tidak stabil pada saat proses pemanasan.

Page 26: Farmakognosi Lap.1

6. Pengamatan uji kadar abu, dinyatakan sesuai dengan rentang kadar abu yang ditentukan yaitu 1,48%.

7. Pengamatan susut pengeringan, dinyatakan bernilai konstan karena pada pengujian pertama sampai ketiga mengalami penyusutan dengan nilai yang konstan.

5.2 Saran

Diharapkan praktikan harus dengan teliti dalam melakukan suatu pengujian dan memerhatikan hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar terciptanya suatu penelitian sesuai yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21445/4/Chapter%20II.pdf

Anonim : https://rgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/tgs-fito_alkaloid.pdf

Anonim : http://www.academia.edu/8317508/Senyawa_Alkaloid

Anonim : http://manfaat.co.id/manfaat-daun-pepaya

Anonim. 1989. Materia Medika Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Steenis, C. G. G. J van (dkk). 2008. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Page 27: Farmakognosi Lap.1

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 28: Farmakognosi Lap.1