farmakognosi ii

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan/tanaman obat digunakan oleh masyarakat secara luas sejak zaman dahulu kala dan ada kecenderungan meningkat dengan adanya slogan “back to nature”. Tumbuhan tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia sedang kan tanaman adalah tumbuhan yang sengaja ditanam dan dipelihara oleh manusia. Sudah menjadi budaya bangsa Indonesia untuk lebih banyak memanfaatkan tumbuhan guna memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Bahan baku yang berasal dari binatang dan batu-batuan (mineral) tidak banyak digunakan. Tumbuhan obat yang dinilai aman untuk digunakan tetap dilestarikan, sedangkan tumbuhan yang menyembuhkan tetapi dapat menimbulkan gangguan pada tubuh (efek samping) pada umumnya tidak digunakan. Dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang terutama pada farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris hasil penelitian tersebut, tentunya

Upload: dwi-septy-maulidiya

Post on 04-Aug-2015

265 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Farmakognosi II

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan/tanaman obat digunakan oleh masyarakat secara luas sejak

zaman dahulu kala dan ada kecenderungan meningkat dengan adanya slogan

“back to nature”. Tumbuhan tumbuh secara alami tanpa campur tangan

manusia sedang kan tanaman adalah tumbuhan yang sengaja ditanam dan

dipelihara oleh manusia.

Sudah menjadi budaya bangsa Indonesia untuk lebih banyak

memanfaatkan tumbuhan guna memelihara kesehatan dan mengobati

penyakit. Bahan baku yang berasal dari binatang dan batu-batuan (mineral)

tidak banyak digunakan. Tumbuhan obat yang dinilai aman untuk digunakan

tetap dilestarikan, sedangkan tumbuhan yang menyembuhkan tetapi dapat

menimbulkan gangguan pada tubuh (efek samping) pada umumnya tidak

digunakan.

Dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di

dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang

terutama pada farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi

tumbuhan obat yang digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang

teruji secara empiris hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan

para pengguna tumbuhan obat akan khasiat, maupun penggunaannya.

Keuntungan nyata dari penggunaan obat tradisional adalah efek

samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern, juga dapat digunakan

sebagai senyawa penuntun untuk penemuan obat-obat baru. Meskipun secara

empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit,

tetapi khasiat dan keamanannya belum terbukti secara klinis, selain itu belum

banyak diketahui senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat

tradisional tersebut.

Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam

tumbuhan/tanaman obat maka dilakukan identifikasi dan analisis yang

meliputi analisis kulitatif dan kuantitatif. Pada analisis kuantitatif terdapat

Page 2: Farmakognosi II

pengujian histokimia yang bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terdapat

dalam jaringan tumbuhan tersebut yang nantinya akan bertanggungjawab atas

khasiat obat.

Dalam praktikum Farmakognosi II ini, mahasiswa diajarkan untuk

dapat mengolah simplisia dari tumbuhan/tanaman lalu mengekstraksi zat

berkhasiat didalamnya. Dan juga mengidentifikasi senyawa kimia yang

terdapat pada ekstrak simplisia tersebut.

Ada dua metode ekstraksi, yaitu. cara dingin dan cara panas. Pada

praktikum ini kelompok kami melakukan metode ekstrasksi dengan cara

panas yaitu metode refluks. Metode ekstraksi dengan refluks adalah ekstraksi

menggunakan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu

dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin

balik.

Dengan menggunakan sampel berupa daun pepaya (Caricae folium),

kelompok kami akan mengisolasi senyawa alkaloid. Cara mengidentifikasi

senyawa alkaloid antara lain menggunakan pereaksi Mayer, Bouchardat dan

Dragendrof dengan hasil berupa endapan putih/kuning, coklat-hitam dan

merah bata. Selanjutnya senyawa alkaloid tersebut diisolasi dan dianalisis

secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa mampu melakukan karakterisasi simplisia

tumbuhan/tanaman.

2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi gologan senyawa kimia yang

terdapat di dalam tumbuhan/tanaman.

3. Agar mahasiswa mampu melakukan isolasi golongan senyawa alkaloid dari

daun pepaya (Caricae folium) dan dianalisis secara Kromatografi Lapis

Tipis (KLT).

Page 3: Farmakognosi II

C. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengerti karakteristik simpisia sampel tumbuhan/tanaman

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kandungan senyawa kimia yang terdapat

pada simplisia tumbuhan/tanaman.

3. Mahasiswa mampu dan dapat melakukan isolasi golongan senyawa

flavonoida dan alkaoida dari daun sampel tumbuhan/tanaman dan dianalisis

secara kromatograpi lapis tipis.

Page 4: Farmakognosi II

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Farmakognosi II ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober

2011 s/d 10 November 2011, di Laboratorium Terpadu II Akademi

Farmasi Samarinda.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Batang Pengaduk

Blender

Cawan Porselen

Chamber

Corong gelas

Corong pisah

Gelas piala 100 ml dan 250 ml

Gelas ukur 10 ml dan 100 ml

Heating mantle

Kertas Saring

Kertas Whatman No. 1

Kondensor

Kromatografi Lapis Tipis

Labu Alas Bulat

Labu Erlenmeyer

Mikroskop

Penangas Air

Pipet Tetes

Rak Tabung

Tabung Reaksi

Page 5: Farmakognosi II

2. Bahan

Daun Pepaya

Air suling

Amil alkohol

Asam asetat anhidrat

Asam klorida 2 N

Asam klorida pekat

Asam sulfat pekat

Besi (III) klorida

Etanol 95%

Kloroform

n-heksan

Pereaksi Boucardat

Pereaksi Dragendrof

Pereaksi Meyer

Serbuk Magnesium

C. Tahap Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu .

1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel

Pengumpulan Sampel

Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah Daun Pepaya.

Identifikasi Tanaman

Tahap pertama praktikum ini adalah memastikan kebenaran sampel

yang digunakan dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada

pada tanaman sampel terhadap kepustakaan dan dibuktikan di

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda (bukti

terlampir).

2. Pengolahan dan Pembuatan Simplisia

Page 6: Farmakognosi II

a. Dikumpulkan daun pepaya

b. Dilakukan sortasi basah daun pepaya

c. Ditimbang bahan yang didapatkan

d. Dicuci daun pepaya lalu ditiriskan

e. Dirajang daun pepaya

f. Dilakukan sortasi kering

g. Daun pepaya yang telah kering dibuat menjadi serbuk

menggunakan blender

h. Dikemas daun pepaya yang telah menjadi serbuk ke dalam plastik

tertutup

3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik sampel meliputi pemeriksaan

makroskopik dan pemeriksaan mikroskopik .

Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap simplisia meliputi

bentuk, bau, rasa dan warna

Pemeriksaan mikroskopik

a. ditaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek

b. diteteskan larutan kloralhidrat 2 tetes

c. ditutup dengan kaca penutup

d. dilihat di bawah mikroskop serbuk simplisia tersebut

e. dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik irisan melintang daun

pepaya

4. Proses Ekstraksi

Metode yang digunakan untuk mengekstraksi daun pepaya yaitu

metode refluks. Larutan penyari yang digunakan adalah etanol 95%.

Cara pengerjaannya.

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada proses

ekstrasi refluks

Page 7: Farmakognosi II

b. Disiapkan simplisia yang akan diekstraks

c. Dipasang peralatan ekstraksi refluks

d. Dimasukkan simplisia sebanyakk 75 g ke dalam labu alas bulat

e. Dimasukkan pula pelarut yakni etanol 95% sebanyak 300 ml ke

dalam labu alas bulat

f. Dilakukan ekstraksi refluks dengan suhu 100C

g. Ditunggu ekstraksi selama 2,5 jam

h. Didapatkan ekstrak cair sebanyak 200 ml

i. Diuapkan ekstrak cair di atas penangas air sehingga didapatkan

ekstrak kental sebanyak 10 g

j. Didapatkan rendemen sebesar 0.133

5. Karakterisasi Ekstrak

Identitas

Parameter identitas ekstrak terdiri dari deskripsi tata nama

meliputi. nama ekstrak, nama lain tumbuhan (sistematika botani),

bagian tumbuhan yang dugunakan, nama indonesia tumbuhan dan

golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak

tersebut.

Organoleptik

Organoleptik ekstrak ditentukan menggunakan panca indera untuk

mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa.

Kadar Senyawa yang Larut Air

1. Ditimbang 5 g ekstrak kental daun pepaya masukkan dalam

erlenmeyer

2. Ditambahkan 100 ml air-kloroform ke dalam Erlenmeyer

3. Dilakukan maserasi selama ± 2 jam, lalu disaring

4. Diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan porselen yang

telah ditara

5. Dipanaskan residu pada suhu 105 oC hingga bobot tetap

Page 8: Farmakognosi II

6. Dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air,

dihitung terhadap berat awal ekstrak

Kadar Senyawa yang Larut Etanol

1. Ditimbang 5 g ekstrak kental daun pepaya masukkan dalam

erlenmeyer

2. Ditambahkan 100 ml etanol 95% ke dalam Erlenmeyer

3. Dilakukan maserasi selama ± 2 jam, lalu disaring

4. Diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan porselen yang

telah ditara

5. Dipanaskan residu pada suhu 105 oC hingga bobot tetap

6. Dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol

95%, dihitung terhadap berat awal ekstrak

6. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

Pemeriksaan Alkaloida

a. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 0,5 g

b. Dimasukkan serbuk simplisia 0,5 g ke dalam cawan porselen

c. Ditambahkan 1 ml HCl dan 9 ml aquades.

d. Diaduk ad homogen

e. Dipanaskan di penangas air selama 2 menit, lalu dinginkan

f. Disaring campuran yang sudah didingikan tadi menggunakan

kertas saring

g. Kemudian filtrat yang didapatkan dipakai untuk percobaan .

Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

Meyer

Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

Boucardat

Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

Dragendrof

Pemeriksaan Flavonoida

Page 9: Farmakognosi II

a. Dipanaskan 100 ml aquades di atas penangas air

b. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 10 g, dimasukkan ke

dalam gelas kimia

c. Ditambahkan air panas lalu aduk hingga homogen

d. Didihkan diatas penengas air selama 5 menit

e. Disaring campuran yang sudah dididihkan tadi dalam keadaan

panas

f. Diambil 5 ml filtrat lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Magnesium

dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol dikocok dan biarkan

memisah

g. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga

pada lapisan amil alcohol (Farnsworth, 1996)

Pemeriksaan Tanin

a. Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia

b. Ditambahkan 10 ml air suling aduk homogen

c. Disaring campuran tadi kemudian filtratnya diencerkan dengan

air suling sampai tidak berwarna

d. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes

pereaksi besi (III) klorida

e. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukan adanya

tannin (Farnsworth, 1996)

Pemeriksaan Saponin

a. Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung

reaksi

b. Ditambahkan 10 ml air suling panas, dinginkan

c. Dikocok kuat-kuat campuran tadi selama 10 detik

d. Terbentuk buih atau busa yang selama tidak kurang dari 10

menit setinggi 1-10 cm

Page 10: Farmakognosi II

e. Pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, apabila

buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1995)

Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida

a. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 1 g masukkan ke

erlenmeyer

b. Ditambahkan 20 ml n-heksan ke dalam erlenmeyer

c. Dilakukan maserasi selama 2 jam, lalu disaring

d. Diupakan filtrat dalam cawan penguap hingga menguap

e. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam

sulfat pekat dalam cawan

f. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi

hijau biru menunjukkan adanya steroida triterpenoida

(Harborne, 1978)

7. Isolasi Senyawa Golongan Alkaloid Ekstrak Etanol Daun Pepaya

Cara kerja.

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ekstrak etanol 95% ditambahkan HCl 2N hingga pH 2-3, lalu

disaring

3. Diambil filtrat lalu dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10, lalu

disaring

4. Diambil filtrat masukkan dalam corong pisah

5. Ditambahkan 100 ml kloroform ke dalam corong pisah, lalu kocok

6. Dipisahkan lapisan air dan kloroform, perlakuan ini dilakukan

sebanyak 3 kali

7. Dikumpulkan lapisan kloroform yang diperoleh dan disaring

8. Diuapkan kloroform yang diperoleh pada suhu tidak lebih dari

400C hingga sepertiganya

9. Dimasukkan fraksi kloroform dalam corong pisah

10. Ditambahkan HCl 2N sama banyak, dikocok dalam corong pisah

Page 11: Farmakognosi II

11. Lapisan asam dan lapisan kloroform dipisahkan, perlakuan ini

dilakukan sebanyak 3 kali

12. Dikumpulkan lapisan asam kemudian disaring

13. Dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10

14. Ditambahkan 100 ml kloroform lalu kocok

15. Dipisahkan kedua lapisan tersebut, perlakuan ini dilakukan

sebanyak 3 kali

16. Dikumpulkan lapisan kloroform lalu diuapkan di atas penangas air

sampai didapat ekstrak alkaloida kasar

8. Analisis Senyawa Alkaloida Hasil Isolasi secara Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Cara kerja.

1. Dilakukan penjenuhan chamber menggunakan eluent

kloroform-methanol-ammonia (85 . 15 . 1)

2. Ditotolkan ekstrak etanol pada plat pra lapis silica gel

3. Dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap

pengembang dan ditutup rapat hingga selesai

4. Dikeluarkan plat dari chamber lalu dikering anginkan

5. Disemprot plat dengan larutan penampak dragendrof

6. Diamati bercak yang terlihat dan dihitung nilai Rf-nya

Page 12: Farmakognosi II

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil penelitian sampel yang dilakukan di Laboratorium Terpadu I

Samarinda adalah sebagai berikut .

1. Determinasi tanaman

Suku . Cariaceae

Speies . Carica pepaya L.

2. Pengolahan dan Pembuatan Simplisia

Simplisia yang diperoleh sebanyak 275 g yang berupa serbuk halus yang

diayak menggunakan pengayak mesh 40. Serbuk simplisia yang digunakan

pada proses ekstraksi adalah 75 g.

3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan makroskopik

Nama simplisia . Caricae folium

Nama Latin . Carica pepaya L.

Bau . aromatik, khas

Rasa .Sangat pahit (rasa simplisia yang sebelum

diserbukkan dan sesudah diserbukkan lebih

pahit adalah yang telah diserbukkan)

Warna .Pada permukaan atas hijau tua permukaan

bawahnya lebih muda

Bentuk .Bentuknya berbentuk bundar dengan tulang-tulang

daun menjari, pinggir daun becangap sampai

berbagi menjari, cuping – cuping daun berlekuk

sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun

menyirip. Ujung daun lancip pangkal daun

berbentuk jantung tulang sangat menonjol

dipermukaan bawah. Garis tengah helaian daun

Page 13: Farmakognosi II

25 cm sampai 75 cm (salah satunya 33 cm pada

contoh sampel yang dibawa).

Pemeriksaan mikroskopik

- Penampang Melintang Daun Pepaya

Keterangan . 1. Epidermis Atas

2. Hablur Kalsium

Oksalat

3. Kolenkim

4. Tulang daun

- Serbuk Daun Pepaya

Keterangan. 1. Fragmen Pembuluh

Kayu

2. Hablur Kalsium

Oksalat

3. Epidermis Atas

4. Karakterisasi Ekstrak

Identitas

Nama ekstrak . ekstrak daun pepaya

Bag. tumbuhan yg digunakan . daun pepaya

Nama latin tumbuhan . Carica pepaya L.

Page 14: Farmakognosi II

Ekstrak cair yang didapat 200 ml

Ekstrak kental yang didapat 10 g

Perhitungan Rendemen = b.ekstrak kental b.serbuk simplisia

= 10 g75 g

= 0,133

Organoleptik

Warna . Hijau kehitam-hitaman

Bau . Menusuk

Rasa . Sangat pahit

Kadar senyawa yang larut air

b.ekstrak+cawan = 92,34 g

b.cawan porselin = 91,71 g

b.ekstrak awal = 1 g

% larut = (b.cawan porselin+b.etanol sampel)-b.cawan kosong x 100%

1 g

= 92,34 g – 91,71 g x 100%

1 g

Kadar senyawa yang larut etanol

b.ekstrak+cawan = 92,39 g

b.cawan porselin = 91,71 g

b.ekstrak awal = 1 g

% larut = (b.cawan porselin+b.etanol sampel)-b.cawan kosong x 100%

1 g

Page 15: Farmakognosi II

5. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

No PemeriksaanHasil

KeteranganPositif (+) Negatif (-)

1

Alkaloid

P. Meyer

P. Boucardat

P. Dragendrof

(+)

(+)

(+)

Endapan putih kekuningan

Endapan coklat kehitaman

Endapan merah bata

2 Flavonoida (+)Larutan kuning ada

lapisan amil alkohol

3 Tanin (-) Warna agak keruh

4 Saponin (+) Terdapat buih

5 Steroida/triterpenoida (+)Warna ungu berubah jadi

hijau

6. Analisis senyawa alkaloida hasil isolasi secara Kromatografi Lapis

Tipis(KLT)

Page 16: Farmakognosi II

B. Pembahasan

Pembuatan Simplisia

Praktikum ini diawali dari pengumpulan bahan yakni daun pepaya yang

berasal dari Desa Loaduri, Kecamatan Loajanan, Kutai Kertanegara. Dimana

pada proses pengumpulan bahan baku ini dipengaruhi oleh waktu

pengumpulan dan teknik pengumpulan. Kemudian dilakukan determinasi

tanaman untuk mengetahui kebenaran jenis tanaman yang akan diteliti.

Determinasi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas MIPA Universitas

Mulawarman, Samarinda. Hasil determinasi tersebut menunjukkan bahwa

tanaman yang akan diteliti adalah benar daun pepaya dari suku Caricaceae

dengan spesies Carica pepaya L.

Kemudian dilanjutkan dengan sortasi basah yang memiliki tujuan

untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, kerikil, rumput,

bagian tanaman lain dan bahan yang rusak. Pencucian simplisia dengan

menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar diketahui

sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak.  Pengubahan bentuk

simplisa yakni perajangan bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan

karena pengeringan yang terlalu lama dapat mengakibatkan simplisia yang

diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak

merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu

agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Setelah kering, kemudian dilakukan sortasi kering, benda-benda asing

yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan

proses yang lebih lanjut. Simplisia kemudian dibuat serbuk menggunakan

blender lalu diayak dengan derajat halus serbuk agak halus menggunakan

pengayak nomor 40. Hal ini dikarenakan simplisia daun pepaya ini

mengandung alkaloid dan saponin. Lalu dilanjutkan proses

pengepakan. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya

penurunan mutu simplisia.

Page 17: Farmakognosi II

Ekstraksi

Pada praktikum ini pelarut yang kita gunakan untuk mengekstrak

senyawa yang ada dalam daun pepaya tersebut adalah larutan etanol 95%.

Yang mana etanol ini memiliki sifat yang polar sehingga memungkinkan

dapat mengambil sebagian besar senyawa yang terkandung dalam sampel

kami meskipun ada beberapa senyawa yang tidak dapat terambil. Penggunaan

etanol 95% ini juga didasarkan pada tujuan akhir yakni isolasi senyawa

alkaloid yang memiliki sifat basa, dimana alkaloid tersebut diekstraksi

menggunakan etanol yang bersifat asam lemah.

Kelebihan dari penggunaan etanol sebagai pelarut dalam ekstraksi

adalah .

1. Lebih selektif (zat lain yang tidak diperlukan atau malah

mengganggu proses dapat diminimalkan atau tidak ikut tersari)

2. Kapang dan kuman sulit tumbuh (etanol memiliki sifat bakterisid)

3. Dapat bercampur dengan air dengan segala perbandingan

4. Pengeringan lebih mudah

5. Tidak beracun

6. Absorbsinya baik

Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak daun pepaya ini

adalah metode Refluks. Hal ini dengan pertimbangan.

1. Senyawa yang akan diekstrak memiliki sifat tahan panas

2. Penggunaan pelarut dapat diminimalkan

3. Tekstur daun pepaya agak keras karena adanya tulang daun yang

keras

Suhu yang digunakan pada ekstraksi ini adalah 70oC, hal ini

dikarenakan titik didih etanol adalah 78oC. Sehingga dengan penggunaan

suhu 70oC sudah cukup untuk menguapkan etanol.

Analisis Ekstrak

Ekstrak daun pepaya ini memiliki karakteristik rasa yang pahit. Rasa

pahit tersebut dikarenakan adanya zat pahit saponin, minyak atsiri dan

Page 18: Farmakognosi II

alkaloid. Sedangkan warna hijau kehitam-hitaman dikarenakan adanya zat

hijau daun atau klorofil. Bau menusuk dapat berasal dari pelarut etanol 95%

yang tidak menguap secara sempurna atau menguap semua, dan dapat pula

berasal dari minyak atsiri yang terekstrak dari daun pepaya tersebut.

Pada pengukuran kadar senyawa yang larut dalam air diperoleh nilai

sebesar 63% sedangkan pada etanol 68%. Perbedaan yang sedikit ini

dikarenakan kemiripan sifat polar dari keduanya.

Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis

kualitatif kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada

praktikum ini skrining yang dilakukan terbatas pada uji alkaloid, uji

flavanoid, saponin, tannin, triterpenoid/steroid. Setiap golongan senyawa

metabolit skunder yang terkandung dalam tumbuhan memiliki ciri dan

karakter tersendiri. Dengan mempelajari sifat kimia dari masing-masing

golongan metabolit sekunder tersebut maka munculah suatu metode atau cara

untuk mengetahui adanya senyawa tertentu dalam tumbuhan tersebut.

Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk

setiap golongan yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang

digunakan pada proses isolasi semestinya menggunakan pelarut yang

berbeda. Penggunaan pelarut yang berbeda ini didasarkan pada sifat

kepolaran dari senyawa yang akan di isolasi dan selanjutnya di skrining.

Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang

diperoleh. Golongan senyawa tertentu tidak akan nampak pada skrining yang

kita lakukan, atau bahkan kita tidak mendapatkan senyawa yang kita

inginkan.

1. Pemeriksaan alkaloid

Pereaksi yang digunakan sering didasarkan pada kesanggupan

alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi

seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau iod. Pereaksi Mayer mengandung

kalium iodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorf mengandung

Page 19: Farmakognosi II

bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat

mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium iodida dan iod.

Pereaksi Meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana

pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara

atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan senyawa

kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Reaksi

pada uji alkaloid ini dengan pereaksi meyer adalah .

N + K2HgI4 Hg-N Putih

Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg

sehingga membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N

sebagai ligannya.

Pada alkaloid juga bisa mendapatkan hasil yang negatif palsu.

Kemungkinan penyebabnya diantaranya, terjadinya kelebihan ataupun

kekurangan dalam penambahan pereaksinya, atau kandungan alkaloid

yang relatif sedikit yang terdapat pada sampel. Selain negatif palsu juga

terdapat positif palsu pada pemeriksaan alkaloid ini. Hal ini dapat

disebabkan karna adanya senyawa lain pada alkaloid yang memiliki

gugus N, sehingga ia berikatan dengan K2HgI4 yang terdapat pada reagen

meyer dan memberikan hasil positif dengan adanya kabut putih sampai

endapan putih.

2. Pemeriksaan flavonoid

Serbuk simplisia dididihkan dan disaring untuk mengambil

filtratnya yang akan diidentifikasi. Filtrat yang dihasilkan mengeluarkan

aroma yang tidak enak. Hal ini dikarenakan perebusan serbuk dilakukan

bertahap, tidak dalam satu hari sehingga air yang digunakan telah

tercemar bakteri dan jamur.

Flavonoid diidentifikasi menggunakan magnesium, asam klorida

pekat dan amil alkohol. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya

kandungan flavonoid yang ditandai dengan warna kuning pada lapisan

amil alkohol.

3. Pemeriksaan tanin

Page 20: Farmakognosi II

Tanin didentifikasi menggunakan pereaksi FeCl3. Simplisia daun

pepaya tidak mengandung tannin karena warna yang dihasilkan bukan

biru atau hijau, tetapi keruh.

4. Pemeriksaan Saponin

Daun pepaya mengandung saponin, yang ditandai dengan

terbentuknya buih saat dikocok kuat dan tidak hilang saat ditambahkan

HCl 2 N.

5. Pemeriksaan Steroid/triterpenoida

Hasil pemeriksaan steroid positif karena terbentuk warna ungu

yang berubah menjai hijau saat filtrat direaksikan dengan asam asetat

anhidrat dan asam sulfat pekat.

Analisis senyawa alkaloid

Analisis senyawa alkaloid menggunakan metode Kromatografi Lapis

Tipis (Thin Layer Chromatograph). Fase gerak dipilih dengan menggunakan

SISTEM TERNER yaitu dengan jalan mengkombinasi 3 pelarut tunggal.

Yang perlu diperhatikan dalam SISTEM TERNER yaitu.

1. Jika ekstrak tidak larut sempurna meski telah divorteks maka bisa

dibantu dengan menambahkan beberapa tetes pelarut lain. Misal ekstrak

metanol yang kurang larut ditambahkan beberapa tetes kloroform.

2. Hindarkan mencuci chamber Anda dengan air. Keberadaan air beberapa

tetes saja akan menyebabkan Rf berubah dramatis.

3. Jika ada spot yang selalu diam meski fase gerak sudah kita ubah berkali-

kali kemungkinan dia adalah senyawa basa. Ia berinteraksi dengan gugus

acidik siliol maka perlu penambahan sedikit basa lemah.

4. Tidak ada fase gerak yang bisa dikatakan ideal untuk ekstrak kasar

maupun fraksi yang mampu memisahkan sempurna.

5. Jika sampel Anda berupa suatu ekstra-ekstrak atau fraksi, satu bercak

belum tentu berisi satu senyawa tunggal bisa jadi 3-5 senyawa.

Page 21: Farmakognosi II

Fase gerak yang digunakan dalam analisis ini adalah campuran

kloroform-metanol-amoniak dengan perbandingan 85-15-1. Sedangkan fase

diam yang digunakan adalah plat silika gel.

Penampak noda yang digunakan adalah sinar UV dan pereaksi

Dragendorff. Pereaksi Dragendrof dipilih karena pereaksi tersebut digunakan

untuk identifikasi secara kualitatif senyawa alkaloid. Noda berwarna jingga,

merah jingga, coklat jingga atau coklat dianggap bereaksi positif terhadap

pereaksi dragendorff, yang digunakan untuk identifikasi secara kualitatif

senyawa alkaloid (Harborne,1987).

Noda yang dihasilkan pada fraksi kloroform ekstrak daun pepaya

berwarna putih kekuningan dengan Rf 0,53. Karena tidak adanya penotolan

alkaloid murni yang digunakan sebagai pembanding, maka berdasarkan nilai

Rf tidak dapat diketahui apakah benar terdapat senyawa alkaloid pada fraksi

kloroform tersebut. Nilai Rf tidak bersifat mutlak karena Rf suatu senyawa

tergantung fase gerak dan proses pengerjaannya. Karena itu praktikan tidak

dapat menggunakan nilai Rf di literatur sebagai rujukan.

Sedangkan pada warna noda, terdapat perbedaan yang menunjukkan

bahwa fraksi tersebut tidak mengandung alkaloid. Kegagalan identifikasi

alkaloid kemungkinan disebabkan karena ektrak alkaloid yang didapat masih

berupa alkaloid kasar yang masih mengandung beberapa jenis alkaloid.

Menurut literatur daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina,

pseudo-karpaina. Sehingga dengan adanya penambahan amoniak dalam fase

gerak, amoniak tersebut dapat mengakibatkan pseudoalkaloid yakni pseudo-

karpaina bernilai positif. Dalam hal ini tentunya isolasi alkaloid yang

sesungguhnya tidak dapat diperoleh.

Pseudo Alkaloid merupakan alkaloid yang berasal bukan dari

biosintesis asam amino. Tidak diturunkan dari prekursor asam amino.

Senyawa ini biasanya bersifat basa dan larut dalam air. Sedangkan Alkaloid

sesungguhnya (true alkaloid) bersifat basa, lazim mengandung Nitrogen

dalam cincin Heterosiklik yang berasal dari jalur biosintesis asam amino

(bukan turunan asam amino) dan larut dalam pelarut organik.

Page 22: Farmakognosi II

Kemungkinan lain penyebab kesalahan tersebut karena dekomposisi

alkaloid. Dekomposisi alkaloid terjadi pada penyimpanan jangka waktu lama.

Selain itu, kebasaan pada alkaloid juga menyebabkan senyawa tersebut

mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya

oksigen. Hasil dekomposisi seringkali berupa N-oksida.

Page 23: Farmakognosi II

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Karakterisasi dari

Nama simplisia . daun pepaya

Nama ekstrak . ekstrak daun pepaya

Nama latin tumbuhan . Carica pepaya L.

a). Karakteristik simplisia daun pepaya

Morfologi secara makroskopik

Bau . aromatik, khas.

Rasa . Sangat pahit (rasa simplisia yang sebelum diserbukkan dan

sesudah diserbukkan lebih pahit adalah yang telah

diserbukkan).

Warna . Pada permukaan atas hijau tua permukaan bawahnya lebih

muda.

Bentuk . Bentuknya berbentuk bundar dengan tulang-tulang daun

menjari, pinggir daun becangap sampai berbagi menjari,

cuping–cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak

beraturan, tulang cuping daun menyirip. Ujung daun lancip

pangkal daun berbentuk jantung tulang sangat menonjol

dipermukaan bawah. Garis tengah helaian daun 25 cm

sampai 75 cm ( salah satunya 33 cm pada contoh sampel

yang dibawa).

Page 24: Farmakognosi II

Morfologi secara mikroskopik

- Penampang Melintang Daun Pepaya

Keterangan . 1. Epidermis Atas

2. Hablur Kalsium

Oksalat

3. Kolenkim

4. Tulang daun

- Serbuk Daun Pepaya

Keterangan. 1. Fragmen Pembuluh

Kayu

2. Hablur Kalsium

Oksalat

3. Epidermis Atas

b). Karakterisasi Ekstrak

Organoleptik

Warna . Hijau kehitam-hitaman

Bau . Menusuk

Rasa . pahit (sangat pahit)

2. Golongan senyawa kimia daun pepaya ( Carica pepaya L) yaitu alkaloid,

saponin, flavonoid, dan steroid/ triterpenoid.

Page 25: Farmakognosi II

3. Nilai Rf dari analisis secara kromatografi lapis tipisi (KLT) ialah 0,53

dengan warna noda yang dihasilkan pada fraksi kloroform ekstrak daun

pepaya berwarna putih kekuningan. Sehingga dapat dikatakan isolasi

alkaloid gagal diperoleh.

B. Saran

1. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk memahami prosedur kerja dengan

baik agar tidak terjadi kesalahan selama praktikum.

2. Harus hati-hati dan teliti dalam mengamati warna, hasilnya, dan

penambahan reagen.

3. Mahasiswa teliti dalam pembutan reagen karena reagen berpengaruh

terhadap hasil yang diperoleh.

Page 26: Farmakognosi II

LAMPIRAN

A. SKEMA PRAKTIKUM

Tahapan Praktikum

1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel

.

Pengumpulan dan Persiapan Sampel

Pengolahan dan Pembuatan Simplisia

Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Proses Ekstraksi Refluks

Karakterisasi Ekstrak

Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

Isolasi Senyawa Golongan Alkaloid Ekstrak Etanol Daun Pepaya

Analisis senyawa alkaloida hasil isolasi secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Identifikasi Tanaman di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas MIPA UNMUL

Pengumpulan Sampel Daun Pepaya

mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada tanaman sampel

Page 27: Farmakognosi II

2. Pengolahan dan Pembuatan Simplisia

3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan mikroskopik

Bentuk

Bau

Rasa

warna

Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

ditaburkan serbuk simplisia di objek glass

diteteskan larutan kloralhidrat

ditutup dengan cover glass

diamati di bawah mikroskop

Dikumpulkan daun papaya

Dicuci daun papaya lalu ditiriskan

Dirajang daun papaya

Dilakukan sortasi kering

Daun papaya yang telah kering dibuat menjadi serbuk menggunakan blender

Ditimbang bahan yang didapatkan

Dilakukan sortasi basah daun papaya

Dikemas daun papaya yang telah menjadi serbuk ke dalam plastik tertutup

Page 28: Farmakognosi II

4. Proses Ekstraksi

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada proses ekstrasi refluks

Disiapkan simplisia yang akan diekstraksi

Dimasukkan simplisia sebanyakk 75 g ke dalam labu alas bulat

Dimasukkan pula pelarut yakni etanol 95% sebanyak 300ml ke dalam labu alas bulat

Dilakukan ekstraksi refluks dengan suhu 100C

Ditunggu ekstraksi selama 2,5 jam

Dipasang peralatan ekstraksi refluks

Didapatkan ekstrak cair sebnyak 200ml

Didapatkan rendemen sebesar 0,133

Diuapkan ekstrak cair di atas penangas air dan didapatkan ekstrak kental 10 g

Page 29: Farmakognosi II

5. Karakterisasi Ekstrak

6. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

a. Pemeriksaan Alkaloida

Karakterisasi Ekstrak

identitas

Nama ekstrak

Bagian tumb. yg digunakan

Kandungan ekstrak

Organoleptik

Bentuk

Warna

Bau

Rasa

Kadar Senyawa yang Larut etanol

masukkan 5 g ekstrak dlm erlenmeyer

Ditambahkan 100 ml etanol 95%

Dimaserasi 2jam

disaring

Diuapkan sampai filtrat kering

Dipanaskan residu hingga bobot tetap

Dihitung % senyawa yg larut dlm etanol

Kadar Senyawa yang Larut Air

Dimasukkan 5 g ekstrak dlm erlenmeyer

Ditambahkan 100 ml air-kloroform

Dimaserasi 2 jam

disaring

Diuapkan sampai filtrat kering

Dipanaskan residu hingga bobot tetap

Dihitung kadar % senyawa yg larut dlm air

Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 0,5 g

Dimasukkan serbuk simplisia 0,5 g ke dalam cawan porselen

Dimasukkan 1ml HCl dan 9ml aquades kedalam cawan porselen tadi

Diaduk ad homogen

Page 30: Farmakognosi II

b. Pemeriksaan Flavonoida

Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam beakerglass

Dimasukkan air panas ke dalam beaker glass tadi aduk ad homogen

Didihkan diatas penengas air selama 5 menit

Disaring campuran yang sudah dididihkan tadi dalam keadaan panas

Diambil 5 ml filtrat lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alcohol dikocok dan biarkan memisah

Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil

alcohol (Farnsworth, 1996)

Dipanaskan 100 ml aquades di atas penangas air

Dipanaskan campuran homogen tadi di penangas air selama 2 menit, lalu dinginkan

Disaring campuran yang sudah didingikan tadi menggunakan kertas saring

Diambil 3 tetes filtrat Diambil 3 tetes filtrat

2 tetes pereaksi Meyer 2 tetes pereaksi Boucardat

Diambil 3 tetes filtrat

2 tetes pereaksi Dragendroft

Coklat-hitamPutih kekuningan Merah bata

Page 31: Farmakognosi II

c. Pemeriksaan Tanin

d. Pemeriksaan Saponin

Ditambahkan 10 ml air suling panas, dinginkan

Dikocok kuat-kuat campuran tadi selama 10 detik

Terbentuk buih atau busa yang selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N

Apabila buih tidak hilang berarti menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1995)

Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia

Ditambahkan 10 ml air suling aduk homogen

Disaring campuran tadi kemudian filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna

Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida

Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjjukan adanya tannin (Farnsworth, 1996)

Page 32: Farmakognosi II

e. Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida

7. Isolasi Senyawa Golongan Alkaloid Ekstrak Etanol Daun

Pepaya

Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 1 g masukkan ke erlenmeyer

Ditambahkan 20 ml n-heksan ke dalam erlenmeyer

Dilakukan maserasi selama 2 jam, lalu disaring

Diupakan filtrat dalam cawan penguap hingga menguap

Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat dalam cawan

Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida/triterpenoida (Harborne, 1978)

Disiapkan alat dan bahan

Ekstrak etanol 95% ditambahkan HCl 2 N hingga pH 2-3, lalu disaring

Diambil filtrat lalu dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10, lalu disaring

Diambil filtrat masukkan dalam corong pisah

Ditambahkan 100 ml kloroform ke dalam corong pisah, lalu kocok

Dipisahkan lapisan air dan kloroform, perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali

Page 33: Farmakognosi II

Dikumpulkan lapisan kloroform yang diperoleh dan disaring

Diuapkan kloroform yang diperoleh pada suhu tidak lebih dari 400C hingga sepertiganya

Dimasukkan fraksi kloroform dalam corong pisah

Ditambahkan HCl 2 N sama banyak, dikocok dalam corong pisah

Lapisan asam dan lapisan kloroform dipisahkan, perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali

Dikumpulkan lapisan asam kemudian disaring

Dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10

Dipisahkan kedua lapisan tersebut, perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali

Ditambah 100 ml kloroform, kocok

ahkan 100 ml kloroform lalu kocok

Dikumpulkan lapisan kloroform lalu diuapkan di atas penangas air sampai didapat ekstrak alkaloida kasar

Page 34: Farmakognosi II

8. Analisis senyawa alkaloida hasil isolasi secara Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Dilakukan penjenuhan chamber menggunakan eluent kloroform-methanol-ammonia (85 : 15 : 1)

Ditotolkan ekstrak etanol pada plat pra lapis silica gel

Dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap pengembang dan ditutup rapat hingga selesai

Dikeluarkan plat dari chamber lalu dikering anginkan

Disemprot plat dengan larutan penampak Dragendrof

Diamati warna bercak yangg terlihat dan dihitung nilai Rf-nya

Page 35: Farmakognosi II

C. Daftar Gambar

Gambar.1 . Simplisia daun pepaya

Gambar.2 . Pemeriksaan mikroskopi

Page 36: Farmakognosi II

Gambar 3. kadar senyawa larut air sebelum dipanaskan

Gambar 4. kadar senyawa larut air setelah dipanaskan

Page 37: Farmakognosi II

Gambar 5. Kadar senyawa larut etanol sebelum dipanaskan

Gambar 6. Kadar senyawa larut etanol setelah dipanaskan

Page 38: Farmakognosi II

Gambar 7. Hasil pemeriksaan alkaloida menggunakan pereaksi Meyer dan Boucardat

Gambar 8. Hasil Pemeriksaan alkaloida menggunakan pereakasi Dragendrof

Gambar 9. Hasil pemeriksaan flavonoida

Page 39: Farmakognosi II

Gambar 10. Hasil pemeriksaan tannin

Gambar 11. Hasil pemeriksaan steroida/triterpenoida

Gambar 12.ekstrak daun pepaya dikocok dengan kloroform 100 ml

Page 40: Farmakognosi II

Gambar 13. Pemisahan lapisan asam dan lapisan kloroform

Gambar 14. pra lapis silika gel yang telah ditotolkan ekstrak alkohol

Page 41: Farmakognosi II

Gambar 15. larutan Dragendorff sebagai larutan penampak bercak

Gambar 16.Deteksi bercak yang terlihat dibawah sinar Ulta Violet