farmakognosi ii
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan/tanaman obat digunakan oleh masyarakat secara luas sejak
zaman dahulu kala dan ada kecenderungan meningkat dengan adanya slogan
“back to nature”. Tumbuhan tumbuh secara alami tanpa campur tangan
manusia sedang kan tanaman adalah tumbuhan yang sengaja ditanam dan
dipelihara oleh manusia.
Sudah menjadi budaya bangsa Indonesia untuk lebih banyak
memanfaatkan tumbuhan guna memelihara kesehatan dan mengobati
penyakit. Bahan baku yang berasal dari binatang dan batu-batuan (mineral)
tidak banyak digunakan. Tumbuhan obat yang dinilai aman untuk digunakan
tetap dilestarikan, sedangkan tumbuhan yang menyembuhkan tetapi dapat
menimbulkan gangguan pada tubuh (efek samping) pada umumnya tidak
digunakan.
Dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di
dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang
terutama pada farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi
tumbuhan obat yang digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang
teruji secara empiris hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan
para pengguna tumbuhan obat akan khasiat, maupun penggunaannya.
Keuntungan nyata dari penggunaan obat tradisional adalah efek
samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern, juga dapat digunakan
sebagai senyawa penuntun untuk penemuan obat-obat baru. Meskipun secara
empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit,
tetapi khasiat dan keamanannya belum terbukti secara klinis, selain itu belum
banyak diketahui senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat
tradisional tersebut.
Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam
tumbuhan/tanaman obat maka dilakukan identifikasi dan analisis yang
meliputi analisis kulitatif dan kuantitatif. Pada analisis kuantitatif terdapat
pengujian histokimia yang bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terdapat
dalam jaringan tumbuhan tersebut yang nantinya akan bertanggungjawab atas
khasiat obat.
Dalam praktikum Farmakognosi II ini, mahasiswa diajarkan untuk
dapat mengolah simplisia dari tumbuhan/tanaman lalu mengekstraksi zat
berkhasiat didalamnya. Dan juga mengidentifikasi senyawa kimia yang
terdapat pada ekstrak simplisia tersebut.
Ada dua metode ekstraksi, yaitu. cara dingin dan cara panas. Pada
praktikum ini kelompok kami melakukan metode ekstrasksi dengan cara
panas yaitu metode refluks. Metode ekstraksi dengan refluks adalah ekstraksi
menggunakan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin
balik.
Dengan menggunakan sampel berupa daun pepaya (Caricae folium),
kelompok kami akan mengisolasi senyawa alkaloid. Cara mengidentifikasi
senyawa alkaloid antara lain menggunakan pereaksi Mayer, Bouchardat dan
Dragendrof dengan hasil berupa endapan putih/kuning, coklat-hitam dan
merah bata. Selanjutnya senyawa alkaloid tersebut diisolasi dan dianalisis
secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu melakukan karakterisasi simplisia
tumbuhan/tanaman.
2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi gologan senyawa kimia yang
terdapat di dalam tumbuhan/tanaman.
3. Agar mahasiswa mampu melakukan isolasi golongan senyawa alkaloid dari
daun pepaya (Caricae folium) dan dianalisis secara Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengerti karakteristik simpisia sampel tumbuhan/tanaman
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kandungan senyawa kimia yang terdapat
pada simplisia tumbuhan/tanaman.
3. Mahasiswa mampu dan dapat melakukan isolasi golongan senyawa
flavonoida dan alkaoida dari daun sampel tumbuhan/tanaman dan dianalisis
secara kromatograpi lapis tipis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Farmakognosi II ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober
2011 s/d 10 November 2011, di Laboratorium Terpadu II Akademi
Farmasi Samarinda.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Batang Pengaduk
Blender
Cawan Porselen
Chamber
Corong gelas
Corong pisah
Gelas piala 100 ml dan 250 ml
Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
Heating mantle
Kertas Saring
Kertas Whatman No. 1
Kondensor
Kromatografi Lapis Tipis
Labu Alas Bulat
Labu Erlenmeyer
Mikroskop
Penangas Air
Pipet Tetes
Rak Tabung
Tabung Reaksi
2. Bahan
Daun Pepaya
Air suling
Amil alkohol
Asam asetat anhidrat
Asam klorida 2 N
Asam klorida pekat
Asam sulfat pekat
Besi (III) klorida
Etanol 95%
Kloroform
n-heksan
Pereaksi Boucardat
Pereaksi Dragendrof
Pereaksi Meyer
Serbuk Magnesium
C. Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu .
1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel
Pengumpulan Sampel
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah Daun Pepaya.
Identifikasi Tanaman
Tahap pertama praktikum ini adalah memastikan kebenaran sampel
yang digunakan dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada
pada tanaman sampel terhadap kepustakaan dan dibuktikan di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda (bukti
terlampir).
2. Pengolahan dan Pembuatan Simplisia
a. Dikumpulkan daun pepaya
b. Dilakukan sortasi basah daun pepaya
c. Ditimbang bahan yang didapatkan
d. Dicuci daun pepaya lalu ditiriskan
e. Dirajang daun pepaya
f. Dilakukan sortasi kering
g. Daun pepaya yang telah kering dibuat menjadi serbuk
menggunakan blender
h. Dikemas daun pepaya yang telah menjadi serbuk ke dalam plastik
tertutup
3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik sampel meliputi pemeriksaan
makroskopik dan pemeriksaan mikroskopik .
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap simplisia meliputi
bentuk, bau, rasa dan warna
Pemeriksaan mikroskopik
a. ditaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek
b. diteteskan larutan kloralhidrat 2 tetes
c. ditutup dengan kaca penutup
d. dilihat di bawah mikroskop serbuk simplisia tersebut
e. dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik irisan melintang daun
pepaya
4. Proses Ekstraksi
Metode yang digunakan untuk mengekstraksi daun pepaya yaitu
metode refluks. Larutan penyari yang digunakan adalah etanol 95%.
Cara pengerjaannya.
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada proses
ekstrasi refluks
b. Disiapkan simplisia yang akan diekstraks
c. Dipasang peralatan ekstraksi refluks
d. Dimasukkan simplisia sebanyakk 75 g ke dalam labu alas bulat
e. Dimasukkan pula pelarut yakni etanol 95% sebanyak 300 ml ke
dalam labu alas bulat
f. Dilakukan ekstraksi refluks dengan suhu 100C
g. Ditunggu ekstraksi selama 2,5 jam
h. Didapatkan ekstrak cair sebanyak 200 ml
i. Diuapkan ekstrak cair di atas penangas air sehingga didapatkan
ekstrak kental sebanyak 10 g
j. Didapatkan rendemen sebesar 0.133
5. Karakterisasi Ekstrak
Identitas
Parameter identitas ekstrak terdiri dari deskripsi tata nama
meliputi. nama ekstrak, nama lain tumbuhan (sistematika botani),
bagian tumbuhan yang dugunakan, nama indonesia tumbuhan dan
golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak
tersebut.
Organoleptik
Organoleptik ekstrak ditentukan menggunakan panca indera untuk
mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa.
Kadar Senyawa yang Larut Air
1. Ditimbang 5 g ekstrak kental daun pepaya masukkan dalam
erlenmeyer
2. Ditambahkan 100 ml air-kloroform ke dalam Erlenmeyer
3. Dilakukan maserasi selama ± 2 jam, lalu disaring
4. Diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan porselen yang
telah ditara
5. Dipanaskan residu pada suhu 105 oC hingga bobot tetap
6. Dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air,
dihitung terhadap berat awal ekstrak
Kadar Senyawa yang Larut Etanol
1. Ditimbang 5 g ekstrak kental daun pepaya masukkan dalam
erlenmeyer
2. Ditambahkan 100 ml etanol 95% ke dalam Erlenmeyer
3. Dilakukan maserasi selama ± 2 jam, lalu disaring
4. Diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan porselen yang
telah ditara
5. Dipanaskan residu pada suhu 105 oC hingga bobot tetap
6. Dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol
95%, dihitung terhadap berat awal ekstrak
6. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
Pemeriksaan Alkaloida
a. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 0,5 g
b. Dimasukkan serbuk simplisia 0,5 g ke dalam cawan porselen
c. Ditambahkan 1 ml HCl dan 9 ml aquades.
d. Diaduk ad homogen
e. Dipanaskan di penangas air selama 2 menit, lalu dinginkan
f. Disaring campuran yang sudah didingikan tadi menggunakan
kertas saring
g. Kemudian filtrat yang didapatkan dipakai untuk percobaan .
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
Meyer
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
Boucardat
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
Dragendrof
Pemeriksaan Flavonoida
a. Dipanaskan 100 ml aquades di atas penangas air
b. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 10 g, dimasukkan ke
dalam gelas kimia
c. Ditambahkan air panas lalu aduk hingga homogen
d. Didihkan diatas penengas air selama 5 menit
e. Disaring campuran yang sudah dididihkan tadi dalam keadaan
panas
f. Diambil 5 ml filtrat lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Magnesium
dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol dikocok dan biarkan
memisah
g. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga
pada lapisan amil alcohol (Farnsworth, 1996)
Pemeriksaan Tanin
a. Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia
b. Ditambahkan 10 ml air suling aduk homogen
c. Disaring campuran tadi kemudian filtratnya diencerkan dengan
air suling sampai tidak berwarna
d. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes
pereaksi besi (III) klorida
e. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukan adanya
tannin (Farnsworth, 1996)
Pemeriksaan Saponin
a. Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
b. Ditambahkan 10 ml air suling panas, dinginkan
c. Dikocok kuat-kuat campuran tadi selama 10 detik
d. Terbentuk buih atau busa yang selama tidak kurang dari 10
menit setinggi 1-10 cm
e. Pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, apabila
buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1995)
Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida
a. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 1 g masukkan ke
erlenmeyer
b. Ditambahkan 20 ml n-heksan ke dalam erlenmeyer
c. Dilakukan maserasi selama 2 jam, lalu disaring
d. Diupakan filtrat dalam cawan penguap hingga menguap
e. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam
sulfat pekat dalam cawan
f. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi
hijau biru menunjukkan adanya steroida triterpenoida
(Harborne, 1978)
7. Isolasi Senyawa Golongan Alkaloid Ekstrak Etanol Daun Pepaya
Cara kerja.
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ekstrak etanol 95% ditambahkan HCl 2N hingga pH 2-3, lalu
disaring
3. Diambil filtrat lalu dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10, lalu
disaring
4. Diambil filtrat masukkan dalam corong pisah
5. Ditambahkan 100 ml kloroform ke dalam corong pisah, lalu kocok
6. Dipisahkan lapisan air dan kloroform, perlakuan ini dilakukan
sebanyak 3 kali
7. Dikumpulkan lapisan kloroform yang diperoleh dan disaring
8. Diuapkan kloroform yang diperoleh pada suhu tidak lebih dari
400C hingga sepertiganya
9. Dimasukkan fraksi kloroform dalam corong pisah
10. Ditambahkan HCl 2N sama banyak, dikocok dalam corong pisah
11. Lapisan asam dan lapisan kloroform dipisahkan, perlakuan ini
dilakukan sebanyak 3 kali
12. Dikumpulkan lapisan asam kemudian disaring
13. Dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10
14. Ditambahkan 100 ml kloroform lalu kocok
15. Dipisahkan kedua lapisan tersebut, perlakuan ini dilakukan
sebanyak 3 kali
16. Dikumpulkan lapisan kloroform lalu diuapkan di atas penangas air
sampai didapat ekstrak alkaloida kasar
8. Analisis Senyawa Alkaloida Hasil Isolasi secara Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)
Cara kerja.
1. Dilakukan penjenuhan chamber menggunakan eluent
kloroform-methanol-ammonia (85 . 15 . 1)
2. Ditotolkan ekstrak etanol pada plat pra lapis silica gel
3. Dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap
pengembang dan ditutup rapat hingga selesai
4. Dikeluarkan plat dari chamber lalu dikering anginkan
5. Disemprot plat dengan larutan penampak dragendrof
6. Diamati bercak yang terlihat dan dihitung nilai Rf-nya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil penelitian sampel yang dilakukan di Laboratorium Terpadu I
Samarinda adalah sebagai berikut .
1. Determinasi tanaman
Suku . Cariaceae
Speies . Carica pepaya L.
2. Pengolahan dan Pembuatan Simplisia
Simplisia yang diperoleh sebanyak 275 g yang berupa serbuk halus yang
diayak menggunakan pengayak mesh 40. Serbuk simplisia yang digunakan
pada proses ekstraksi adalah 75 g.
3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan makroskopik
Nama simplisia . Caricae folium
Nama Latin . Carica pepaya L.
Bau . aromatik, khas
Rasa .Sangat pahit (rasa simplisia yang sebelum
diserbukkan dan sesudah diserbukkan lebih
pahit adalah yang telah diserbukkan)
Warna .Pada permukaan atas hijau tua permukaan
bawahnya lebih muda
Bentuk .Bentuknya berbentuk bundar dengan tulang-tulang
daun menjari, pinggir daun becangap sampai
berbagi menjari, cuping – cuping daun berlekuk
sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun
menyirip. Ujung daun lancip pangkal daun
berbentuk jantung tulang sangat menonjol
dipermukaan bawah. Garis tengah helaian daun
25 cm sampai 75 cm (salah satunya 33 cm pada
contoh sampel yang dibawa).
Pemeriksaan mikroskopik
- Penampang Melintang Daun Pepaya
Keterangan . 1. Epidermis Atas
2. Hablur Kalsium
Oksalat
3. Kolenkim
4. Tulang daun
- Serbuk Daun Pepaya
Keterangan. 1. Fragmen Pembuluh
Kayu
2. Hablur Kalsium
Oksalat
3. Epidermis Atas
4. Karakterisasi Ekstrak
Identitas
Nama ekstrak . ekstrak daun pepaya
Bag. tumbuhan yg digunakan . daun pepaya
Nama latin tumbuhan . Carica pepaya L.
Ekstrak cair yang didapat 200 ml
Ekstrak kental yang didapat 10 g
Perhitungan Rendemen = b.ekstrak kental b.serbuk simplisia
= 10 g75 g
= 0,133
Organoleptik
Warna . Hijau kehitam-hitaman
Bau . Menusuk
Rasa . Sangat pahit
Kadar senyawa yang larut air
b.ekstrak+cawan = 92,34 g
b.cawan porselin = 91,71 g
b.ekstrak awal = 1 g
% larut = (b.cawan porselin+b.etanol sampel)-b.cawan kosong x 100%
1 g
= 92,34 g – 91,71 g x 100%
1 g
Kadar senyawa yang larut etanol
b.ekstrak+cawan = 92,39 g
b.cawan porselin = 91,71 g
b.ekstrak awal = 1 g
% larut = (b.cawan porselin+b.etanol sampel)-b.cawan kosong x 100%
1 g
5. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
No PemeriksaanHasil
KeteranganPositif (+) Negatif (-)
1
Alkaloid
P. Meyer
P. Boucardat
P. Dragendrof
(+)
(+)
(+)
Endapan putih kekuningan
Endapan coklat kehitaman
Endapan merah bata
2 Flavonoida (+)Larutan kuning ada
lapisan amil alkohol
3 Tanin (-) Warna agak keruh
4 Saponin (+) Terdapat buih
5 Steroida/triterpenoida (+)Warna ungu berubah jadi
hijau
6. Analisis senyawa alkaloida hasil isolasi secara Kromatografi Lapis
Tipis(KLT)
B. Pembahasan
Pembuatan Simplisia
Praktikum ini diawali dari pengumpulan bahan yakni daun pepaya yang
berasal dari Desa Loaduri, Kecamatan Loajanan, Kutai Kertanegara. Dimana
pada proses pengumpulan bahan baku ini dipengaruhi oleh waktu
pengumpulan dan teknik pengumpulan. Kemudian dilakukan determinasi
tanaman untuk mengetahui kebenaran jenis tanaman yang akan diteliti.
Determinasi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas MIPA Universitas
Mulawarman, Samarinda. Hasil determinasi tersebut menunjukkan bahwa
tanaman yang akan diteliti adalah benar daun pepaya dari suku Caricaceae
dengan spesies Carica pepaya L.
Kemudian dilanjutkan dengan sortasi basah yang memiliki tujuan
untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, kerikil, rumput,
bagian tanaman lain dan bahan yang rusak. Pencucian simplisia dengan
menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar diketahui
sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak. Pengubahan bentuk
simplisa yakni perajangan bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan
karena pengeringan yang terlalu lama dapat mengakibatkan simplisia yang
diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak
merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu
agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Setelah kering, kemudian dilakukan sortasi kering, benda-benda asing
yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan
proses yang lebih lanjut. Simplisia kemudian dibuat serbuk menggunakan
blender lalu diayak dengan derajat halus serbuk agak halus menggunakan
pengayak nomor 40. Hal ini dikarenakan simplisia daun pepaya ini
mengandung alkaloid dan saponin. Lalu dilanjutkan proses
pengepakan. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya
penurunan mutu simplisia.
Ekstraksi
Pada praktikum ini pelarut yang kita gunakan untuk mengekstrak
senyawa yang ada dalam daun pepaya tersebut adalah larutan etanol 95%.
Yang mana etanol ini memiliki sifat yang polar sehingga memungkinkan
dapat mengambil sebagian besar senyawa yang terkandung dalam sampel
kami meskipun ada beberapa senyawa yang tidak dapat terambil. Penggunaan
etanol 95% ini juga didasarkan pada tujuan akhir yakni isolasi senyawa
alkaloid yang memiliki sifat basa, dimana alkaloid tersebut diekstraksi
menggunakan etanol yang bersifat asam lemah.
Kelebihan dari penggunaan etanol sebagai pelarut dalam ekstraksi
adalah .
1. Lebih selektif (zat lain yang tidak diperlukan atau malah
mengganggu proses dapat diminimalkan atau tidak ikut tersari)
2. Kapang dan kuman sulit tumbuh (etanol memiliki sifat bakterisid)
3. Dapat bercampur dengan air dengan segala perbandingan
4. Pengeringan lebih mudah
5. Tidak beracun
6. Absorbsinya baik
Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak daun pepaya ini
adalah metode Refluks. Hal ini dengan pertimbangan.
1. Senyawa yang akan diekstrak memiliki sifat tahan panas
2. Penggunaan pelarut dapat diminimalkan
3. Tekstur daun pepaya agak keras karena adanya tulang daun yang
keras
Suhu yang digunakan pada ekstraksi ini adalah 70oC, hal ini
dikarenakan titik didih etanol adalah 78oC. Sehingga dengan penggunaan
suhu 70oC sudah cukup untuk menguapkan etanol.
Analisis Ekstrak
Ekstrak daun pepaya ini memiliki karakteristik rasa yang pahit. Rasa
pahit tersebut dikarenakan adanya zat pahit saponin, minyak atsiri dan
alkaloid. Sedangkan warna hijau kehitam-hitaman dikarenakan adanya zat
hijau daun atau klorofil. Bau menusuk dapat berasal dari pelarut etanol 95%
yang tidak menguap secara sempurna atau menguap semua, dan dapat pula
berasal dari minyak atsiri yang terekstrak dari daun pepaya tersebut.
Pada pengukuran kadar senyawa yang larut dalam air diperoleh nilai
sebesar 63% sedangkan pada etanol 68%. Perbedaan yang sedikit ini
dikarenakan kemiripan sifat polar dari keduanya.
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis
kualitatif kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada
praktikum ini skrining yang dilakukan terbatas pada uji alkaloid, uji
flavanoid, saponin, tannin, triterpenoid/steroid. Setiap golongan senyawa
metabolit skunder yang terkandung dalam tumbuhan memiliki ciri dan
karakter tersendiri. Dengan mempelajari sifat kimia dari masing-masing
golongan metabolit sekunder tersebut maka munculah suatu metode atau cara
untuk mengetahui adanya senyawa tertentu dalam tumbuhan tersebut.
Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk
setiap golongan yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang
digunakan pada proses isolasi semestinya menggunakan pelarut yang
berbeda. Penggunaan pelarut yang berbeda ini didasarkan pada sifat
kepolaran dari senyawa yang akan di isolasi dan selanjutnya di skrining.
Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang
diperoleh. Golongan senyawa tertentu tidak akan nampak pada skrining yang
kita lakukan, atau bahkan kita tidak mendapatkan senyawa yang kita
inginkan.
1. Pemeriksaan alkaloid
Pereaksi yang digunakan sering didasarkan pada kesanggupan
alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi
seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau iod. Pereaksi Mayer mengandung
kalium iodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorf mengandung
bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat
mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium iodida dan iod.
Pereaksi Meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana
pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara
atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan senyawa
kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Reaksi
pada uji alkaloid ini dengan pereaksi meyer adalah .
N + K2HgI4 Hg-N Putih
Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg
sehingga membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N
sebagai ligannya.
Pada alkaloid juga bisa mendapatkan hasil yang negatif palsu.
Kemungkinan penyebabnya diantaranya, terjadinya kelebihan ataupun
kekurangan dalam penambahan pereaksinya, atau kandungan alkaloid
yang relatif sedikit yang terdapat pada sampel. Selain negatif palsu juga
terdapat positif palsu pada pemeriksaan alkaloid ini. Hal ini dapat
disebabkan karna adanya senyawa lain pada alkaloid yang memiliki
gugus N, sehingga ia berikatan dengan K2HgI4 yang terdapat pada reagen
meyer dan memberikan hasil positif dengan adanya kabut putih sampai
endapan putih.
2. Pemeriksaan flavonoid
Serbuk simplisia dididihkan dan disaring untuk mengambil
filtratnya yang akan diidentifikasi. Filtrat yang dihasilkan mengeluarkan
aroma yang tidak enak. Hal ini dikarenakan perebusan serbuk dilakukan
bertahap, tidak dalam satu hari sehingga air yang digunakan telah
tercemar bakteri dan jamur.
Flavonoid diidentifikasi menggunakan magnesium, asam klorida
pekat dan amil alkohol. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya
kandungan flavonoid yang ditandai dengan warna kuning pada lapisan
amil alkohol.
3. Pemeriksaan tanin
Tanin didentifikasi menggunakan pereaksi FeCl3. Simplisia daun
pepaya tidak mengandung tannin karena warna yang dihasilkan bukan
biru atau hijau, tetapi keruh.
4. Pemeriksaan Saponin
Daun pepaya mengandung saponin, yang ditandai dengan
terbentuknya buih saat dikocok kuat dan tidak hilang saat ditambahkan
HCl 2 N.
5. Pemeriksaan Steroid/triterpenoida
Hasil pemeriksaan steroid positif karena terbentuk warna ungu
yang berubah menjai hijau saat filtrat direaksikan dengan asam asetat
anhidrat dan asam sulfat pekat.
Analisis senyawa alkaloid
Analisis senyawa alkaloid menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (Thin Layer Chromatograph). Fase gerak dipilih dengan menggunakan
SISTEM TERNER yaitu dengan jalan mengkombinasi 3 pelarut tunggal.
Yang perlu diperhatikan dalam SISTEM TERNER yaitu.
1. Jika ekstrak tidak larut sempurna meski telah divorteks maka bisa
dibantu dengan menambahkan beberapa tetes pelarut lain. Misal ekstrak
metanol yang kurang larut ditambahkan beberapa tetes kloroform.
2. Hindarkan mencuci chamber Anda dengan air. Keberadaan air beberapa
tetes saja akan menyebabkan Rf berubah dramatis.
3. Jika ada spot yang selalu diam meski fase gerak sudah kita ubah berkali-
kali kemungkinan dia adalah senyawa basa. Ia berinteraksi dengan gugus
acidik siliol maka perlu penambahan sedikit basa lemah.
4. Tidak ada fase gerak yang bisa dikatakan ideal untuk ekstrak kasar
maupun fraksi yang mampu memisahkan sempurna.
5. Jika sampel Anda berupa suatu ekstra-ekstrak atau fraksi, satu bercak
belum tentu berisi satu senyawa tunggal bisa jadi 3-5 senyawa.
Fase gerak yang digunakan dalam analisis ini adalah campuran
kloroform-metanol-amoniak dengan perbandingan 85-15-1. Sedangkan fase
diam yang digunakan adalah plat silika gel.
Penampak noda yang digunakan adalah sinar UV dan pereaksi
Dragendorff. Pereaksi Dragendrof dipilih karena pereaksi tersebut digunakan
untuk identifikasi secara kualitatif senyawa alkaloid. Noda berwarna jingga,
merah jingga, coklat jingga atau coklat dianggap bereaksi positif terhadap
pereaksi dragendorff, yang digunakan untuk identifikasi secara kualitatif
senyawa alkaloid (Harborne,1987).
Noda yang dihasilkan pada fraksi kloroform ekstrak daun pepaya
berwarna putih kekuningan dengan Rf 0,53. Karena tidak adanya penotolan
alkaloid murni yang digunakan sebagai pembanding, maka berdasarkan nilai
Rf tidak dapat diketahui apakah benar terdapat senyawa alkaloid pada fraksi
kloroform tersebut. Nilai Rf tidak bersifat mutlak karena Rf suatu senyawa
tergantung fase gerak dan proses pengerjaannya. Karena itu praktikan tidak
dapat menggunakan nilai Rf di literatur sebagai rujukan.
Sedangkan pada warna noda, terdapat perbedaan yang menunjukkan
bahwa fraksi tersebut tidak mengandung alkaloid. Kegagalan identifikasi
alkaloid kemungkinan disebabkan karena ektrak alkaloid yang didapat masih
berupa alkaloid kasar yang masih mengandung beberapa jenis alkaloid.
Menurut literatur daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina,
pseudo-karpaina. Sehingga dengan adanya penambahan amoniak dalam fase
gerak, amoniak tersebut dapat mengakibatkan pseudoalkaloid yakni pseudo-
karpaina bernilai positif. Dalam hal ini tentunya isolasi alkaloid yang
sesungguhnya tidak dapat diperoleh.
Pseudo Alkaloid merupakan alkaloid yang berasal bukan dari
biosintesis asam amino. Tidak diturunkan dari prekursor asam amino.
Senyawa ini biasanya bersifat basa dan larut dalam air. Sedangkan Alkaloid
sesungguhnya (true alkaloid) bersifat basa, lazim mengandung Nitrogen
dalam cincin Heterosiklik yang berasal dari jalur biosintesis asam amino
(bukan turunan asam amino) dan larut dalam pelarut organik.
Kemungkinan lain penyebab kesalahan tersebut karena dekomposisi
alkaloid. Dekomposisi alkaloid terjadi pada penyimpanan jangka waktu lama.
Selain itu, kebasaan pada alkaloid juga menyebabkan senyawa tersebut
mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Hasil dekomposisi seringkali berupa N-oksida.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Karakterisasi dari
Nama simplisia . daun pepaya
Nama ekstrak . ekstrak daun pepaya
Nama latin tumbuhan . Carica pepaya L.
a). Karakteristik simplisia daun pepaya
Morfologi secara makroskopik
Bau . aromatik, khas.
Rasa . Sangat pahit (rasa simplisia yang sebelum diserbukkan dan
sesudah diserbukkan lebih pahit adalah yang telah
diserbukkan).
Warna . Pada permukaan atas hijau tua permukaan bawahnya lebih
muda.
Bentuk . Bentuknya berbentuk bundar dengan tulang-tulang daun
menjari, pinggir daun becangap sampai berbagi menjari,
cuping–cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak
beraturan, tulang cuping daun menyirip. Ujung daun lancip
pangkal daun berbentuk jantung tulang sangat menonjol
dipermukaan bawah. Garis tengah helaian daun 25 cm
sampai 75 cm ( salah satunya 33 cm pada contoh sampel
yang dibawa).
Morfologi secara mikroskopik
- Penampang Melintang Daun Pepaya
Keterangan . 1. Epidermis Atas
2. Hablur Kalsium
Oksalat
3. Kolenkim
4. Tulang daun
- Serbuk Daun Pepaya
Keterangan. 1. Fragmen Pembuluh
Kayu
2. Hablur Kalsium
Oksalat
3. Epidermis Atas
b). Karakterisasi Ekstrak
Organoleptik
Warna . Hijau kehitam-hitaman
Bau . Menusuk
Rasa . pahit (sangat pahit)
2. Golongan senyawa kimia daun pepaya ( Carica pepaya L) yaitu alkaloid,
saponin, flavonoid, dan steroid/ triterpenoid.
3. Nilai Rf dari analisis secara kromatografi lapis tipisi (KLT) ialah 0,53
dengan warna noda yang dihasilkan pada fraksi kloroform ekstrak daun
pepaya berwarna putih kekuningan. Sehingga dapat dikatakan isolasi
alkaloid gagal diperoleh.
B. Saran
1. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk memahami prosedur kerja dengan
baik agar tidak terjadi kesalahan selama praktikum.
2. Harus hati-hati dan teliti dalam mengamati warna, hasilnya, dan
penambahan reagen.
3. Mahasiswa teliti dalam pembutan reagen karena reagen berpengaruh
terhadap hasil yang diperoleh.
LAMPIRAN
A. SKEMA PRAKTIKUM
Tahapan Praktikum
1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel
.
Pengumpulan dan Persiapan Sampel
Pengolahan dan Pembuatan Simplisia
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Proses Ekstraksi Refluks
Karakterisasi Ekstrak
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
Isolasi Senyawa Golongan Alkaloid Ekstrak Etanol Daun Pepaya
Analisis senyawa alkaloida hasil isolasi secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Identifikasi Tanaman di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas MIPA UNMUL
Pengumpulan Sampel Daun Pepaya
mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada tanaman sampel
2. Pengolahan dan Pembuatan Simplisia
3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan mikroskopik
Bentuk
Bau
Rasa
warna
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
ditaburkan serbuk simplisia di objek glass
diteteskan larutan kloralhidrat
ditutup dengan cover glass
diamati di bawah mikroskop
Dikumpulkan daun papaya
Dicuci daun papaya lalu ditiriskan
Dirajang daun papaya
Dilakukan sortasi kering
Daun papaya yang telah kering dibuat menjadi serbuk menggunakan blender
Ditimbang bahan yang didapatkan
Dilakukan sortasi basah daun papaya
Dikemas daun papaya yang telah menjadi serbuk ke dalam plastik tertutup
4. Proses Ekstraksi
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada proses ekstrasi refluks
Disiapkan simplisia yang akan diekstraksi
Dimasukkan simplisia sebanyakk 75 g ke dalam labu alas bulat
Dimasukkan pula pelarut yakni etanol 95% sebanyak 300ml ke dalam labu alas bulat
Dilakukan ekstraksi refluks dengan suhu 100C
Ditunggu ekstraksi selama 2,5 jam
Dipasang peralatan ekstraksi refluks
Didapatkan ekstrak cair sebnyak 200ml
Didapatkan rendemen sebesar 0,133
Diuapkan ekstrak cair di atas penangas air dan didapatkan ekstrak kental 10 g
5. Karakterisasi Ekstrak
6. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
a. Pemeriksaan Alkaloida
Karakterisasi Ekstrak
identitas
Nama ekstrak
Bagian tumb. yg digunakan
Kandungan ekstrak
Organoleptik
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
Kadar Senyawa yang Larut etanol
masukkan 5 g ekstrak dlm erlenmeyer
Ditambahkan 100 ml etanol 95%
Dimaserasi 2jam
disaring
Diuapkan sampai filtrat kering
Dipanaskan residu hingga bobot tetap
Dihitung % senyawa yg larut dlm etanol
Kadar Senyawa yang Larut Air
Dimasukkan 5 g ekstrak dlm erlenmeyer
Ditambahkan 100 ml air-kloroform
Dimaserasi 2 jam
disaring
Diuapkan sampai filtrat kering
Dipanaskan residu hingga bobot tetap
Dihitung kadar % senyawa yg larut dlm air
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 0,5 g
Dimasukkan serbuk simplisia 0,5 g ke dalam cawan porselen
Dimasukkan 1ml HCl dan 9ml aquades kedalam cawan porselen tadi
Diaduk ad homogen
b. Pemeriksaan Flavonoida
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam beakerglass
Dimasukkan air panas ke dalam beaker glass tadi aduk ad homogen
Didihkan diatas penengas air selama 5 menit
Disaring campuran yang sudah dididihkan tadi dalam keadaan panas
Diambil 5 ml filtrat lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alcohol dikocok dan biarkan memisah
Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil
alcohol (Farnsworth, 1996)
Dipanaskan 100 ml aquades di atas penangas air
Dipanaskan campuran homogen tadi di penangas air selama 2 menit, lalu dinginkan
Disaring campuran yang sudah didingikan tadi menggunakan kertas saring
Diambil 3 tetes filtrat Diambil 3 tetes filtrat
2 tetes pereaksi Meyer 2 tetes pereaksi Boucardat
Diambil 3 tetes filtrat
2 tetes pereaksi Dragendroft
Coklat-hitamPutih kekuningan Merah bata
c. Pemeriksaan Tanin
d. Pemeriksaan Saponin
Ditambahkan 10 ml air suling panas, dinginkan
Dikocok kuat-kuat campuran tadi selama 10 detik
Terbentuk buih atau busa yang selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N
Apabila buih tidak hilang berarti menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1995)
Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia
Ditambahkan 10 ml air suling aduk homogen
Disaring campuran tadi kemudian filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna
Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida
Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjjukan adanya tannin (Farnsworth, 1996)
e. Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida
7. Isolasi Senyawa Golongan Alkaloid Ekstrak Etanol Daun
Pepaya
Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 1 g masukkan ke erlenmeyer
Ditambahkan 20 ml n-heksan ke dalam erlenmeyer
Dilakukan maserasi selama 2 jam, lalu disaring
Diupakan filtrat dalam cawan penguap hingga menguap
Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat dalam cawan
Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida/triterpenoida (Harborne, 1978)
Disiapkan alat dan bahan
Ekstrak etanol 95% ditambahkan HCl 2 N hingga pH 2-3, lalu disaring
Diambil filtrat lalu dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10, lalu disaring
Diambil filtrat masukkan dalam corong pisah
Ditambahkan 100 ml kloroform ke dalam corong pisah, lalu kocok
Dipisahkan lapisan air dan kloroform, perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali
Dikumpulkan lapisan kloroform yang diperoleh dan disaring
Diuapkan kloroform yang diperoleh pada suhu tidak lebih dari 400C hingga sepertiganya
Dimasukkan fraksi kloroform dalam corong pisah
Ditambahkan HCl 2 N sama banyak, dikocok dalam corong pisah
Lapisan asam dan lapisan kloroform dipisahkan, perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali
Dikumpulkan lapisan asam kemudian disaring
Dibasakan dengan NH4OH hingga pH 9-10
Dipisahkan kedua lapisan tersebut, perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali
Ditambah 100 ml kloroform, kocok
ahkan 100 ml kloroform lalu kocok
Dikumpulkan lapisan kloroform lalu diuapkan di atas penangas air sampai didapat ekstrak alkaloida kasar
8. Analisis senyawa alkaloida hasil isolasi secara Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)
Dilakukan penjenuhan chamber menggunakan eluent kloroform-methanol-ammonia (85 : 15 : 1)
Ditotolkan ekstrak etanol pada plat pra lapis silica gel
Dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap pengembang dan ditutup rapat hingga selesai
Dikeluarkan plat dari chamber lalu dikering anginkan
Disemprot plat dengan larutan penampak Dragendrof
Diamati warna bercak yangg terlihat dan dihitung nilai Rf-nya
C. Daftar Gambar
Gambar.1 . Simplisia daun pepaya
Gambar.2 . Pemeriksaan mikroskopi
Gambar 3. kadar senyawa larut air sebelum dipanaskan
Gambar 4. kadar senyawa larut air setelah dipanaskan
Gambar 5. Kadar senyawa larut etanol sebelum dipanaskan
Gambar 6. Kadar senyawa larut etanol setelah dipanaskan
Gambar 7. Hasil pemeriksaan alkaloida menggunakan pereaksi Meyer dan Boucardat
Gambar 8. Hasil Pemeriksaan alkaloida menggunakan pereakasi Dragendrof
Gambar 9. Hasil pemeriksaan flavonoida
Gambar 10. Hasil pemeriksaan tannin
Gambar 11. Hasil pemeriksaan steroida/triterpenoida
Gambar 12.ekstrak daun pepaya dikocok dengan kloroform 100 ml
Gambar 13. Pemisahan lapisan asam dan lapisan kloroform
Gambar 14. pra lapis silika gel yang telah ditotolkan ekstrak alkohol
Gambar 15. larutan Dragendorff sebagai larutan penampak bercak
Gambar 16.Deteksi bercak yang terlihat dibawah sinar Ulta Violet