lap prakt farmakognosi ii - kelompok i

Upload: kamal-amiruddin

Post on 07-Jul-2015

1.680 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II

ISOLASI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIHDiajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakognosi II Dosen : Ferry Effendi, S.Si,Apt

Ditulis Oleh :

Arnik Yuanita Aslih Nurlilah Ayu Frasthya Andri Diah Sri H Gusmayeni Maya Miani Melda Niken Sri W Nina Novitasari Sunifah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI PROGRAM STUDI STRATA 1 FARMASI BOGOR

1

2011

B BI PE L

I.

T J1. M 2. M 3. M

PE C B

l j i tt t

it wl t l li

i l i iti

ii

bb i

i

li ii

iiw ti / i tii

i i (piper betle folium), dengan variasi pelarut ; etanol,

heksana, etil asetat, dengan metode ekstraksi.II. DASAR TE RI

Maserasi adalah proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendama n yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. ( nsel, 1981). Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah atau separating agent. Jika larutan yang terdiri dari dua buahkomponen yang cukup mudah menguap, misalnya larutan benzena-toluena,2

larutan n-Heptan dan n-Heksan dan larutan lain yang sejenis didihkan, maka fase uap yangterbentuk akan mengandung komponen yang lebih menguap dalam jumlah yangrelatif lebih banyak dibandingkan dengan fase cair. ( nonim, 1986). Kristalisasi adalah proses pembentukan

bahan padat dari pengendapan larutan, campuran leleh, atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Kromatografi kolom bertujuan untuk mengisolasi komponen kurkumin dari campurannya. Pada kromatogarfi kolom digunakan kolom dengan adsorben sillika gel karena kolom yang dibentuk dengan silika gel memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. Silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal.T b l 1. Urutan Kemampuan Elusi Fase Gerak terhadap Fase Diam Alumina atau Silica Gel (Sumarno, 2000)

Pelarut Pentana Heksana Iso-oktana Dikloheksana Toluen Kloroform 0,00 0,01 0,01 0,04 0,29 0,403

Pelarut Aseton Etilasetat Dietilamina Asetonitril Isoprpilalkohol Asam asetat 0.56 0.58 0.63 0.65 0.82 Kuat

Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.KLT merupakan metode pemilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut dalam

lipid,steroid,karetenoid,kuinon sederhana dan klorofil. (Sastrohamijoyo, 1991). Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersamagambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulutdan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.

III.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasi ikasiKlasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Magnoliidae Ordo: Famili: Genus: Spesies: Piperales Piperaceae Piper P. betle

Nama binomial

Piper betleL.

4

2. Ciri-ciri batang,daun dan bunga/daun

Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselangseling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.

3. Kandungan dan manfaat

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan

sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.

Kegunaan1. Batuk 2. Sariawan 3. Bronchitis 4. Jerawat 5. Keputihan 6. Sakit gigi karena berlubang (daunnya) 7. Demam berdarah

5

8. Bau mulut 9. Haid tidak teratur 10. Asma 11. Radang tenggorokan (daun dan minyaknya) 12. Gusi bengkak (getahnya) 13. Membersihkan Mata 14. Bau ketiak

Pemakaian luar1. Eksim 2. Luka bakar 3. Koreng (pyodermi) 4. Kurap kaki 5. Bisul 6. Mimisan 7. Sakit mata 8. Perdarahan gusi 9. Mengurangi produksi ASI yang berlebihan 10. Menghilangkan gatal

4. Tujuan tahap proses isolasi 1. Maserasi adalah untuk menarik zat-zat berkhasiat dari simplisia yang tidak tahan pemanasan maupun simplisia yang tahan pemanasan dengan jalan perendaman simplisia dalam pelarut selama waktu tertentu. 2. Fraksinasi Ekstrak adalah untuk memisahkan campuran senyawa berdasarkan kelarutan senyawa antara 2 fase yang saling tidak larut. 3. Destilasi adalah dapat memisahkan suatu senya organik dalam suatu sampel dengan metode destilasi sederhana padat. 4. Kristalisasi adalah untuk memurnikan dan memisahkan senyawa 5. Kromatografi kolom adalah memisahkan campuran senyawa dengan menggunakan suatu kolom untuk analisa kualitatif. 6. Kromatografi Lapis Tipis adalah untuk memberikan informasi mengenai banyaknya komponen campuran dalam analisa kualitatif.

6

BAB II MET DEI. ALAT & BAHAN

Alat Labu Ukur Erlenmeyer corong Kertas Saring Corong Pisah Alat Destilasi Lengkap Plat KLT Pipa Kapiler Vial Botol Coklat

Bahan Simplisia Kunyit Heksana Methanol Aquadest Etil asetat Silica gel

II. CARA KERJA

1. Maserasi Disiapkan simplisia daun sirih sebanyak 55 gram Kemudian ditambahkan metanol sebanyak 300 ml atau sampai seluruh simplisia terendam. Setelah itu disimpan didalam botol berwarna coklat Diamkan selama 1 hari, kemudian disaring dan ditampung dalam botol warna coklat Dilakukan Proses diatas sebanyak 3x, dimana setiap 1x24jam diganti dengan metanol yang baru. Kemudian disiapkan untuk dilakukan proses destilasi7

2. Destilasi Disiapkan alat untuk destilasi Kemudian diambil ekstrak daun sirih yang telah dimaserasi,dimasukkan kedalam labu destilasi Setelah seluruhnya siap dilakukan destilasi Ditimbang hasil ekstrak kental yang didapat Disimpan ditempat kering untuk proses fraksinasi

3. Fraksinasi Disiapkan ekstrak kental metanol Kemudian disiapkan larutan air & metanol 1:1 serta hexan,masing-masing sebanyak 10 ml. Disiapkan corong pisah,ekstrak kental metanol dituang kedalam corong pisah kemudian ditambahkan dengan larutan air & metanol serta hexan Ditunggu hingga tebentuk 2 fase yang terpisah Kemudian dilakukan pemisahan,untuk mendapatkan fraksi hexan dan fraksi air Setelah didapat kedua fraksi yang berbeda,keduanya disimpan untuk dilakukan proses kristalisasi pada fase air,dan untuk fase heksan dilakukan destilasi.

4. Destilasi Disiapkan fraksi hexan dari proses fraksinasi yang telah lebih dulu dilakukan Kemudian disiapkan alat untuk destilasiTLC

5. Destilasi Disiapkan fraksi air dari proses fraksinasi yang telah lebih dulu dilakukan Kemudian disiapkan alat untuk destilasi Sebelum melakukan proses destilasi lebih dulu ditambahkan etil asetat kedalam fraksi air 10,5ml Setelah itu ditunggu hingga didapat hasil ekstrak kental etil asetat Kemudian disimpan untuk dilakukan proses kromatografi kolom

8

6. Analisis kuantitatif Kromatografi Kolom Disiapkan ekstrak kental etil asetat Kemudian disipakan kolom untuk proses kolom kromatografi Kedalam kolom kromatografi dimasukkan kapas,kemudian ditambahkan Silica gel sebanyak 25 gram Kemudian dimasukkan ekstrak kunyit Setelah itu disuspensikan etil asetat dan heksan kedalam kolom kromatografi. Untuk eluen diberikan dengan 5 macam perbandingan yaitu Heksan : Etil asetat (5:1), (4:1),(3:1), (2:1), (1:1). ekstrak yang keluar ditampung dalam vial 120 tetes atau setara dengan 6ml Perhatian,usahakan tidak ada gelembung udara selama melakukan proses penuangan eluen pada kolom kromatografi,usahakan kapas tetap berada pada unjung kolom. Setelah seluruhnya didapat,disimpan untuk proses kromatografi lapis tipis (KLT). 7. Analisis kuantitatif Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Hasil kolom kromatografi disiapkan terlebih dulu Kemudian disiapkan plat KLT dan fase gerak yaitu hexan dan etil asetat @ 10ml Fase gerak dimasukkan dalam beaker gelas dan dimasukkan kertas saring kedalamnya.ditutup dengan aluminium foil Pada plat KLT ditandai untuk batas bawah 1cm Kemudian ekstrak ditotolkan menggunakan pipa kapiler Spot dikeringkan dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan dalam beaker gelas yang telah dijenuhkan dengan larutan pengembang. -

untuk menampakkan noda digunakan lampu uv. lalu dihitung harga Rf. Proses diatas dilakukan pada tiap-tiap vial dengan perbandingan yang berbeda.

9

11. SKEMA PROSES ISOLASI Ditimbang serbuk simplisia daun sirih 55 gram

maserasi

Ekstrak metanol destilasi Ekstrak kental metanol fraksinasi Fraksi hexan Fraksi air destilasi fraksinasi Ekstrak kental fraksi hexan Fraksi etoat destilasi Ekstrak kental fraksi etoat Kolom kromatografi Fraksi KLT Fraksi air

KLT Hasil

10

BAB III HASIL PERCOBAAN

I. DATA PENGAMATAN

1. Maserasi (29 31 Mei 2011) a) Berat Simplisia b) Volume methanol : 55 gram : 60 ml (setiap hari ditambah 60 ml )

c) Volume akhir daun sirih : 150 ml (larutan berwarna hijau)

2. Destilasi (05 Juni 2011) (Sebelum di destilasi) a) Berat labu destilasi kosong : 112.1 gram

a) Berat labu destilasi + sari daun sirih : 262.1 gram b) Berat sari daun sirih : 150 gram (larutan berwarna hijau)

(Setelah di destilasi) a) Berat Filtrat + labu destilasi : 112.4 gram b) Berat Labu destilasi kosong : 112.1 gram c) Berat Residu d) Volume destilat : 0.3 gram (tidak ada residu) : 133 ml

3. Fraksinasi ( 12 Juni 2011 ) a) air : methanol b) heksan c) Fraksi air d) Fraksi Hexan = 1 : 1 @12.5 ml = 12.5 ml = berada dibawah = berada diatas, tidak berwarna

4. Destilasi ke-2 ( 19 Juni 2011 ) (Sebelum di destilasi) a) Berat labu destilasi kosong : 116.1 gram

b) Berat labu destilasi + sari daun sirih : 216.1 gram c) Berat sari daun sirih : 100 gram

11

(setelah destilasi ) a) Bobot labu + ekstrak b) Volume destilasi = 116.5 gram = 95 gram

5. Kromatografi Kolom (3 Juli 2011) No. Silica gel Perbandingan hexan & etil asetat 1 2 3 4 5 1:1 2:1 3:1 4:1 5:1 Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna = 25 gram warna Selama penyimpanan Volume menyusut menguap Volume menyusut menguap Volume menyusut

6. Kromatografi Lapis Tipis (03 Juli 2011)

Hasil KLT dilihat dibawah sinar UV (1:1,1:3,1:5)

12

Destilasi 1

Fraksinasi

13

Kromatografi Kolom

14

BAB IV PEMBAHASAN 12. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini diawali dengan maserasi bermaksud untuk menarik minyak atsiri sebagai zat berkhasiat dari serbuk simplisia daun sirih. Secara umum maserasi dilakukan pada zat-zat berkhasiat yang tidak tahan pemanasan maupun zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan dengan jalan perendaman simplisia dalam pelarut selama waktu tertentu. Kami melakukan maserasi selama 3 x 24 jam. Kami mengharapkan minyak atsiri dapat tertarik sempurna 100%. Pelarut yang kami gunakan metanol karena metanol bersifat polar dan kami bermaksud untuk mengekstrak habis karena menggunakan metanol sebagai pelarut,maka untuk memisahkan ekstrak daun sirih dengan metanol tidak perlu ditambahkan lagi pelarut. Metanol akan menguap lebih dulu dan pada akhir proses destilasi didapat destilat ekstraks. Setelah destilat didapat, kami menambahkan dengan hexan sebanyak 12.5 ml dan larutan air metanol (1:1) sebanyak 25 ml. Tujuan ditambahkannya hexan dan air metanol (1:1) adalah untuk mendapatkan minyak atsiri dan identifikasi senyawa aktif pada daun sirih. Kami memerlukan fraksi hexan untuk kolom kromatografi, dimana sebelum lanjut pada proses kolom kromatografi kami menambahkan etil asetat kedalam fraksi air.kemudian kami pisahkan kembali antara fraksi etil asetat dan air,pada akhirnya kami menggunakan fraksi etil asetat untuk proses KLT.kami akan mendapat nilai retensi faktor dan selanjutnya kami lakukan identifikasi senyawa yang terkandung pada daun sirih dan kemungkinan prosentase hasil isolasi minyak atsiri yang kami dapatkan berhasil seluruhnya terisolasi atau tidak. Namun pada proses fraksinasi fase air dan etil asetat,kami mendapatkan volume yang cukup untuk dilakukan destilasi, fraksi kental etil asetat yang kami peroleh kami gunakan untuk proses kolom kromatografi dengan menggunakan silica gel untuk fase diam dan ditambahkan hexan atil asetat untuk fase gerak.kami menggunakan perbandingan hexan etil asetat sebanyak 5 macam yaitu hexan etil asetat (1:1),(2:1),(3:!),(4:1),(5:1).tujuan kami gunakan perbandingan tersebut adalah untuk mengetahui pelarut yang paling baik untuk proses isolasi minyak atsiri. Pada proses kolom kromatografi kami menggunakan kapas untuk lapisan paling akhir dengan tujuan

15

agar tidak ada zat pengotor yang terbawa saat proses Kromatografi kolom karena adanya pengotor akan mempengaruhi hasil dari KLT,dimana pengotor akan membuat laju ascending dari eluen tidak datar sehingga cukup sulit untuk kami menentukan spot pada plat KLT dan menghitung nilai Rf nya. Kromatografi kolom berprinsip pada perbedaan kecepatan migrasi masingmasing komponen untuk memisahkan senyawa-senyawa yang tercampur di dalamnya. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairanpadatan) dan fase gerak (berupa cairan). Fasa diam pada percobaan ini adalah silika gel (SiO2 ) yang bersifat polar. Sifat polar ini dikarenakan adanya gugus hidroksil pada permukaan silika gel sehingga bila senyawa polar dilewatkan, akan terikat dengan gugus hidroksil tersebut dalam 2 cara yaitu ikatan hidrogen dan interaksi dipol-dipol. Silika gel cepat sekali mengering, oleh karena itu untuk menjaga agar kolom tidak rusak, eluen hexan etil asetat ditambahkan hingga beberapa cm diatas silika gel. Kolom pun dijaga tidak menggelembung agar suspensi fasa diam menjadi homogen sehingga saat kromatografi, tidak ada senyawa/komponen berhenti karena tertahan gelembung. Dalam kromatografi ini, fasa diam (Silica gel) bersifat polar dan fasa gerak (eluen hexan aetil asetat) bersifat non-polar. Fasa diam yang bersifat polar lebih berikatan dengan komponen yang cenderung polar. Maka semakin polar suatu senyawa, semakin lama pula senyawa tersebut tertahan di fasa diam sedangkan senyawa-senyawa yang kurang polar akan terbawa keluar kolom lebih cepat. Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) bertujuan untuk Pelarut yang dipilih disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis

(Harborne,1987). Pada percobaan ini pelarut yang digunakan adalah hexan etilasetat karena kepolarannya sama dengan senyawa yang akan diuji. Hexan etilasetat bersifat non-polar. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0. Pada percobaan komponen yang berada dalam larutan yang diuji bergerak dengan eluen dan menimbulkan bercak warna. Pelarut dapat mencapai bagian atas dari lempengan, sedangkan bercak akan timbul sebelum batas atas lempengan. Pada16

percobaan ini, ada 3 noda/bercak yang timbul. Ketiga titik ini adalah senyawa minyak atsiri. Pemisahan dengan KLT lebih akurat daripada kromatografi kolom, karena diperoleh nilai Rf yang dapat dibandingkan dengan Rf pada literatur. Saat melakukan KLT, kami tidak mempunyai standard minyak atsiri daun sirih, sehingga kami tidak menghitung nilai Rf-nya. Jarak tempuh yang diperoleh yaitu 1.8 cm.

17

BAB V SIMPULAN

SIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam suatu simplisia diperlukan metode pemisahan, pemurnian, dan identifikasi kandungan senyawa dalam tumbuhan dengan kromatografi kolom yang dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis dapat diperoleh suatu pemisahan senyawa yang murni.Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Identifikasi minyak atsiri daun sirih dapat diketahui

melalui nilai Rf yang ditunjukkan dalam metode KLT. Pada praktikum yang dilakukan praktikan tidak mempunyai standard minyak atsiri daun sirih dan tidak mendapatkan literature nilai Rf-nya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Daun Sirih. Warta penelitian dan pengembangan tanaman industri: Bogor.

Day,R.A & A.L.Underwood,1989,Analisis kimia kuantitatif,Edisi keenam,Erlangga,Jakarta Harborne,J.B,1987,Metode fitokimia,Edisi kedua,ITB,Bandung.

19