form jurnal lap prakt ko 2014
DESCRIPTION
mmmmmm.....TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Judul : IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL SENYAWA
ORGANIK
TujuanPercobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu
senyawa organik
2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa
organic
Pendahuluan
Semua senyawa organik merupakan turunan dari golongan senyawa yang dikenal
sebagai hidrokarbon (hydrocarbon) sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hidrogen dan
karbon (Chang, 2004).
Sifat dari senyawa organik diantaranya adalah sifat fisik : non polar, tarik-menarik
antar molekul lemah, tidak larut dalam air, larut dalam senyawa organik (non polar) dan
sedikit polar. Pada suhu kamar dan tekanan 1 atm : C1 – C4 = gas (tidak berbau) ,C5 – C17 =
cair (berbau bensin),C18 – dst = padat (tidak berbau), Titik didih senyawa rantai lurus > titik
didih senyawa rantai bercabang. Sifat kimia : kurang reaktif dibanding senyawa organik yang
memiliki gugus fungsi. Tidak bereaksi dengan asam (stabil), dapat bereaksi dengan halogen
Contoh : CH4 : metana CH3 : metil dan C2H6 : etana C2H5 : etil (Anonim, 2013).
Salah satu cara untuk analisis kualitatif dari senyawa organik adalah melalui
identitas gugus fungsi, dengan mengetahui gugus fungsi maka dapat diketahui golongan dari
senyawa organik tersebut, karena setiap golongan senyawa organik mempunyai sifat tertentu
bergantung pada gugus fungsionil yang dimilikinya. Secara umum senyawa organik yang
mempunyai gugus fungsi yang sama akan mempunyai sifat yang sama (Anonim, 2013).
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok
senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan
gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan senyawa. Beberapa
Contoh gugus fungsi adalah alcohol (hidroksil), Eter (alkoksi alkana), Aldehid (alkanal),
keton (karbonil), asam karboksilat (karboksil), ester (alkil alkanoat), amina (amin)
ParafAsisten
(Fessenden, 1986).
Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksil (-OH) adalah alkohol primer
gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya),
alkohol sekunder gugus –OH terletak pada atom C sekunder dan alkohol tersier gugus –OH
terletak pada atom C tersier. Pengidentifikasian pada senyawa alkohol primer adalah
menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat.
Pengidentifikasian pada senyawa alkohol lain atau polialkohol dapat diidentifikasi dengan
pembentukan senyawa kompleks atau dengan pembentukan lain (Hart, 2003).
Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh gugus alkil.
Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer, klorida, asam glikol/alkena,
hidroformilass (Hart, 2003).
Identifikasi pada aldehid alifatik dapat digunakan pereaksi Schiff, apabila pereaksi
Schiff yang tidak berwarna bereaksi dengan senyawa kompleks aldehid akan dihasilkan
warna antara merah dan ungu. Aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat.
Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu aldehid.
Gugus aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens, benedict, dan fehling (Fessenden, 1986).
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan
rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan
dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan
bahwa terdapat gugus karboksil (Braddy, 1994).
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen trivalent
yang terikat pada satu atom atau lebih. Misal: R-NH2, R2-NH, R3N. Amina juga merupakan
senyawa organik yang merupakan turunan dari ammonia dengan satu atau lebih gugus
organik yang mensubtitusi atom H, amina seperti ammonia bersifat basa karena adanya
pasangan elektron bebas pada amonia aromatik. Amina digolongkan menjadi 3 menurut
banyaknya alkil yang terikat pada nitrogen yaitu amina primer, amina sekunder, amina tersier
(Fessenden, 1986).
Identifikasi untuk senyawa tertentu seperti phthalysulfathiasol atau
sacchysulfathiasol, senyawa harus dihidrolisa terlebih dahulu sehingga didalam senyawanya
terdapat gugus amina aromatik bebas (Fessenden, 1986).
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus karbonil, tetapi
keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus karbonilnya. Identifikasi
keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera (Fessenden, 1986).
Prinsip Kerja
Percobaan pada praktikum ke 2 dilakukan dengan teknik pengukuran titik leleh, titik
didih, distilasi, indeks refraksi dan uji kimia untuk mengidentifikasi kelompok senyawa
alkohol, alkena, karbonil dan alkil halida. Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi hasil-hasil pemurnian dan pemisahan atau reaksi pada percobaan –
percobaan selanjutnya.
Alat
Labu ukur 10 mL, tabung reaksi, pemanas listrik, pipet tetes, batang pengaduk, gelas
ukur 50 ml, pipet volum 10 mL, neraca, termometer 0-110, penangas air, beaker glass 500
mL.
Bahan
Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2, toluena, etanol, aseton, heksena,
sikloheksena, bensaldehida, fenol, toluena, aseton, metanol, etanol, 1-propanol, 2-butanol,
butiraldehida, asetofenon, n-oktanol, klorobensena, asetil klorida, bensilklorida, t-butil
bromida, larutan 1% Br2, larutan FeCl3 5%, larutan 2% KmnO4, larutan 5% Br2 dalam
CH2Cl2, 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air, larutan 15% NaI dalam
aseton, 2% AgNO3 dalam etanol 95%, 5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat,
2,4-dinitofenilhidrasin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat, larutan 5% AgNO3, larutan 5%
NaOH, larutan NH3 encer, Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan, Fehling B:
65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.
Prosedur Kerja
1. Uji kimia ketidak jenuhan
a. Reaksi dengan brom
Reagen: 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air.
Dimasukkan 4 tetes heksena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya toluena,
aseton, etanol, bensaldehida ke dalam tabung reaksi bersih dan kering, ditambahkan 2
ml n-oktanol, dikocok campuran perlahan-lahan dan ditambahkan tetes demi tetes
larutan brom sampai tidak terjadi perubahan warna dan dicatat jumlah tetesnya untuk
setiap sampel.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Reagen: larutan 2% KMnO4
Dilarutkan 4 tetes heksena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya toluena,
aseton, etanol, bensaldehida ke dalam sesedikit mungkin aseton atau air di dalam
tabung reaksi kering dan bersih, kemudian ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4
sampai terjadi endapan hitam (atau larutan menjadi keruh) dan dicatat jumlah tetesnya.
2. Uji adanya halogen
a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Dimasukkan 3 tetes klorobensena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya n-
butil klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida di dalam tabung
reaksi kering dan bersih dan ditambahkan 2 mL reagen AgNO3. Didiamkan beberapa
menit, bila belum terjadi endapan dimasukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-
60oC). Dicatat waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel.
b. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton kering
(harus dibuat dan digunakan pada hari yang sama, disimpan dalam botol coklat, bila
berwarna coklat harap dibuang)
Ditambahkan 3 tetes klorobensena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya n-
butil klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida ke dalam 2 mL
reagen NaI di dalam tabung reaksi kering dan bersih, dikocok campuran dalam tabung
reaksi dan dibiarkan sekitar 3 menit. Bila tidak terjadi perubahan, dimasukkan tabung
reaksi dalam penangas air pada suhu 50oC dan dicatat waktu yang diperlukan untuk
terbentukknya endapan.
3. Uji adanya OH alkohol
a. Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, dimasukkan 4 tetes sampel yang
disediakan, yaitu metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida, 1 tetes aseton, dan 1 tetes
larutan asam kromat yang dibuat dengan melarutkan 5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan
5 ml H2SO4 pekat. Dikocok campuran dan diamati perubahan yang terjadi. Test positif
jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau terbentuk endapan.
4. Uji aldehida dan keton
a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat.
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 tetes sample (aseton, bensaldehida, butiraldehida,
asetofenon, atau yang lain), 2 ml etanol 95 %, dan 1 ml larutan fenilhidrazin. Dilakukan
penggojokan kuat-kuat. Jika tidak terbentuk endapan , dipanaskan campuran dengan
pembakar spiritus. Test positif jika terbentuk endapan kunig-merah, dicatat perubahan
warna terhadap sample aldehida dan keton.
b. Tes Fehling
Reagen: Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL sample (aseton, bensaldehida, butiraldehida,
asetofenon, atau yang lain), 1 mL reagen Fehling A dan 1 mL reagen Fehling B.
Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit,
diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sample aldehida dan keton.
c. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10 kali
ammonia pekat).
Ke dalam tabung reaksi yang bersih, dimasukkan 1 mL sample, misalnya aseton,
bensaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau yang lain, 1 mL larutan 5% AgNO3 dan 1
mL larutan 5% NaOH dan 5 tetes ammonia. Dipanaskan tabung reaksi di dalam
penangas air mendidih selama sekitar 5 menit, diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi pada sample aldehida dan keton.
5. Uji Fenol
Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 2 tetes sampel, misalnya 2-
butanol, fenol, 1-propanol, 1 ml etanol 95 %, dan 1 tetes larutan FeCl3 5 % . Dilakukan
penggojokan kuat-kuat, diamati dan dicatat terjadinya perubahan berwarna yang terjadi
pada setiap sampel. Perubahan warna dari oranye ke kehjauan akan pudar terhadap
perubahan waktu.
Data dan Perhitungan
1. Uji Kimia Ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan brom
Sampel Perlakuan Jumlah Tetesan Hasil
Toluena 20 tetes Negatif
Aseton 15 tetes Negatif
Benzaldehida + 2 ml n-oktanol dikocok + Br2 16 tetes Negatif
Etanol 15 tetes Negatif
b. Oksidasi dengan KMnO4
Sampel Perlakuan Hasil Jumlah Tetesan Hasil Uji
Toluena 2 fase (atas: merah,
bawah: kuning keruh)
17 tetes Negatif
Aseton dilarutkan dalam
aseton + KMnO4
warna kuning cerah 17 tetes Negatif
Benzaldehida 2 fase (atas: merah,
bawah: kuning bening)
17 tetes Negatif
Etanol Warna kuning cerah 17 tetes Negatif
2. Uji adanya halogen
a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Sampel Perlakuan Waktu mengendap Hasil Pengamatan
Klorobenzen
a
+ 2 ml AgNO3
didiamkan
dipanaskan
9 menit 45 detik Warna larutan pink bening, ↓
putih
Kloroform 7 menit 31 detik Warna larutan pink keruh
b. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton kering
Sampel Perlakuan Waktu Hasil Pengamatan Hasil Uji
mengendap
Klorobenzen
a
+ 2 ml NaI dikocok
dibiarkan 3 menit
dipanaskan
- Tidak ada endapan,
larutan berwarna putih
keruh
Negatif
Kloroform - Tidak ada endapan,
larutan berwarna putih
keruh
Negatif
3. Uji adanya OH alkohol
Sampel Perlakuan Hasil Pengamatan
Metanol Warna larutan: hijau lumut, ↓ hitam
2-butanol + 1 tetes CrO3 dikocok Warna larutan: hijau kehitaman, ↓ coklat
kehitaman
Etanol Warna larutan: hijau lumut muda, ↓ hitam
Aseton Warna larutan: kuning kehijauan, tidak ada
endapan
4. Uji aldehida dan keton
a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat
Sampel Perlakuan Perubahan warna Hasil Uji
Benzaldehida Bening kuning muda Negatif
Aseton + 2 ml etanol 95% + 1 ml fenilhidrazin
dikocok dipanaskan
Bening kening muda Negatif
Asetofenon Bening kening muda Negatif
b. Tes fehling
Sampel Perlakuan Perubahan warna
Benzaldehida 2 fase (atas:biru muda, bawah: biru tua)
Aseton + 1 ml Fehling A + 1 ml Fehling B +
pemanasan 5 menit
1 fase berwarna biru tua
Asetofenon 2 fase (atas: biru kehijauan, bawah: biru tua
c. Tes tollen
Sampel Perlakuan Hasil Pengamatan
Aseton Larut, keruh
Benzaldehida + 1 mL AgNO3 + 1 mL NaOH+ 5 tetes
ammonia dipanaskan
2 fase (atas: bening, bawah: hitam
terdapat bercak putih)
Asetofenon Larut, keruh
5. Uji fenol
Sampel Perlakuan Perubahan warna Hasil Uji
2-butanol Kuning, Negatif
Fenol dikocok Hijau Positif
1-propanol Kuning Negatif
Hasil
Pembahasan Hasil
1. Uji kimia ketidak jenuhan
Uji ketidakjenuhan dilakukan dengan menggunakan brom yang di reaksikan dengan
beberapa senyawa untuk menentukan ketidakjenuhan pada senyawa tersebut. Brom
memiliki warna jingga kecoklatan, perubahan warna dan perubahan lain yang terjadi saat
brom direaksikan dengan senyawa tertentu menunjukkan bahwa hasil percobaan adalah
positif.
A. Reaksi dengan brom
a. Reaksi toluena dengan brom
Toluena yang tidak berwarna ketika direaksikan dengan brom menghasilkan dua fasa,
hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi adalah negatif, karena toluena merupakan
senyawa aromatik stabil yang tidak dapat mengalami reaksi adisi, sehingga brom dan
toluena tidak dapat bereaksi. Toluena hanya dapat mengalami reaksi substitusi dengan
adanya katalis FeBr3.
b. Aseton direaksikan dengan brom dan menghasilkan larutan tidak berwarna, hal ini
menunjukkan bahwa reaksi tersebut adalah negatif. Brom merupakan nukleofil yang
baik untuk reaksi substitusi dan bukan merupakan nukleofil yang baik untuk reaksi
adisi, sehingga aseton yang direaksikan dengan brom (nukleofil Br-) akan
menghasilkan O- yang sebenarnya merupakan product yang sulit terbentuk, sehingga
kesetimbangan akan cenderung membentuk ke kiri atau ke arah Br- .
c. Etanol direaksikan dengan brom dan menghasilkan reaksi negatif. Hal tersebut
disebabkan etanol merupakan senyawa yang jenuh dan tidak dapat diadisi oleh brom.
d. Benzaldehid menghasilkan reaksi negatif ketika direaksikan dengan brom, hal ini
disebabkan benzaldehid merupakan senyawa aromatik stabil yang tidak dapat
mengalami reaksi adisi dengan brom. Senyawa aromatik hanya akan mengalami
reaksi substitusi dengan menggunakan katalis.
B. oksidasi dengan KMnO4
a. Toluena direaksikan dengan KMnO4 dan menghasilkan reaksi negatif, hal ini terjadi
karena KMnO4 hanya dapat mengoksidasi senyawa tak jenuh dan bukan senyawa
aromatik. Toluena tidak dapat dioksidasi oleh KMnO4 meskipun toluena adalah
senyawa tak jenuh karena toluena tidak mudah mengalami reaksi oksidasi, melainkan
mudah mengalami reaksi subsitusi. Reaksi negatif ditandai dengan terjadinya dua fase
yaitu atas merah bawah kuning keruh. Sedangkan reaksi positif yaitu ditandai dengan
hilangnya warna ungu dan endapan coklat pada hasil reaksi.
b. Uji ketidakjenuhan selanjutnya dilakukan pada etanol dengan KMnO4, hasil yang
diperoleh adalah warna larutan kuning cerah atau bening. Reaksi tersebut
menunjukkan reaksi negatif karena ion MnO4 tidak dapat mengoksidasi larutan etanol
yang bukan merupakan larutan dalam suasana basa, etanol juga bukan merupakan
ikatan rangkap sehingga tidak terjadi reaksi adisi.
c. Benzaldehid direaksikan dengan KMnO4 sebenarnya akan menghasilkan reaksi
positif, hasil ini disebabkan benzaldehid dapat dioksidasi oleh KMnO4 dengan adanya
perubahan warna pada hasil reaksi yaitu endapan coklat kehitaman, akan tetapi hasil
percobaan yang telah dilakukna tidak menghasilkan endapan tersebut yang berarti
KMnO4 tidak dapat mengoksidasi benzaldehid sehingga yang dihasilkan adalah
larutan yang memiliki dua fase yaitu atas warna merah bawah kuning cerah, hal ini
merupakan kesalahan praktikan.
d. Aseton direaksiakn dengan KMnO4 dan menghasilkan reaksi negatif, hal ini
dikarenakan aseton bukan merupakan hidrokarbon tak jenuh yang dapat teroksidasi
dengan baik oleh KMnO4, sehingga hasil dari percobaan yaitu warna kuning dan tidak
membentuk endapan hitam yang menandakan bahwa reaksi adalah positif.
2. Uji adanya halogen
Uji adanya halogen dilakukan pada senyawa kloroform dan klorobenzena dengan
menggunakan reagen reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95% dan reagen larutan 15% NaI
dalam aseton kering untuk menentukan adanya halogen.
A. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
a. Klorobenzena mengalami reaksi positif ketika direaksikan dengan AgNO3. Hal ini
karena Ag pada AgNO3 bereaksi dengan Cl pada klorobenzena yang dapat
ditunjukkan dengan adanya endapan putih yang merupakan AgCl hasil dari reaksi
klorobenzena dengan AgNO3.
b. Kloroform direaksikan dengan AgNO3 akan menghasilkan reaksi positif dengan
memperoleh hasil reaksi AgCl, hal ini karena kloroform merupakan senyawa karbon
yang mengikat tiga unsur Cl, sehingga sulit untuk unsur Ag pada AgNO3 berikatan
dengan Cl untuk menghasilkan senyawa AgCl dan endapan putih, akan tetapi
percobaan yang dilakukan menghasilkan warna larutan merah muda keruh yang
menunjukkan bahwa reaksi negatif dan tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut adalah
kesalahan dari praktikan dalam melakukan percobaan sehingga menghasilkan reaksi
yang tidak benar atau negatif.
B. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton kering
a. Klorobenzena menghasilkan reaksi negatif dengan NaI. Ditunjukkan dengan tidak
adanya endapan. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dalam melakukan
percobaan. Reaksi positif terjadi karena Cl lebih elektronegatif daripada I, yang
berarti Cl lebih reaktif sehingga Cl tidak dapat diganti oleh I.
b. Kloroform menghasilkan reaksi negatif dengan NaI ditunjukkan dengan tidak
terbentuknya endapan. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dalam melakukan
percobaan. Reaksi positif terjadi disebabkan Cl lebih reaktif daripada I, sehingga Cl
tidak dapat diganti oleh I. Halogen yang kereaktifannya lebih kuat dapat mengusir
atau mendesak halida yang lebih lemah dari senyawanya. Kereaktifan F2 > Cl2 > Br2 >
I2.
3. Uji adanya OH alkohol
Uji adanya alkohol dilakukan dengan beberapa senyawa yaitu metanol, 2-butanol, etanol,
aseton. Uji alkohol bertujuan untuk membedakan Alkohol primer, sekunder, dan tersier.
a. Metanol dapat bereaksi dengan asam kromat dan hasil yang diperoleh adalah positif.
Hasil reaksi menghasilkan perubahan warna menjadi hijau lumut dan terdapat
endapan hitam hal tersebut sesuai dengan teori bahwa larutan mengandung gugus OH
alkohol.
b. 2-butanol menghasilkan reaksi positif dengan asam kromat, hal ini ditunjukkan
dengan warna menjadi hijau kehitaman dan adanya endapan coklat kehitaman setelah
direaksikan. Hal tersebut sesuai dengan teori sehingga dapat disimpulkan bahwa
larutan 2-butanol dan asam kromat mengandung gugus OH.
c. Etanol menghasilkan reaksi positif dengan asam kromat, ditunjukkan dengan adanya
warna hijau muda dan endapan hitam pada hasil reaksi hal tesebut mengindikasikan
adanya gugus OH. Hal ini telah sesuai dengan teori.
d. Aseton menghasilkan reaksi negatif dengan asam kromat, hal tersebut ditunjukkan
dengan hasil reaksi berwarna kuning kehijauan dan tidak terbentuk endapan. Hal ini
menunjukkan bahwa aseton tidak memiliki gugus OH alkohol.
4. Uji aldehida dan keton
Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama yakni karbonil (C=O).
Oleh karena itu, keduanya menjalalani reaksi-reaksi yang sama. Biasanya aldehid bereaksi
lebih cepat dari keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Hal ini disebabkan adanya
karbon karbonil dari aldehid yang lebih kurang terlindungi dibangdingkan dengan karbon
karbonil pada keton. Begitu pula aldehid lebih mudah mengalami oksidasi daripada keton.
A. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat
a. Reaksi positif benzaldehid dengan 2,4-dinitofenilhidrazin ditunjukkan dengan adanya
endapan kuning-merah, akan tetapi percobaan yang telah dilakukan menghasilakn
reaksi negatif yang diindikasikan dengan hasil yang berwarna kuning muda dan tidak
terdapat endapan. Hal ini disebabkan kesalahan dari praktikan dalam melakukan
penambahan larutan atau menggunakan alat yang terkontaminasi dengan zat lain
sehingga hasil percobaan tidak dapat menunjukkan adanya gugus fungsi aldehid.
b. Aseton akan memperoleh reaksi positif dengan penambahan 2,4-dinitofenilhidrazin
yang ditunjukkan dengan adanya endapan kuning-merah, tetapi hasil percobaan
menunjukkan reaksi negatif dengan memperoleh hasil reaksi berwarna kuning muda
dan tidak terdapat endapan kuning-merah. Reaksi negatif yang diperoleh dikarenakan
kesalahan praktikan dalam melakukan percobaan baik penambahan zat ataupun
penggunaan alat yang telah terkontaminasi oleh zat lain. Kesalahan tersebut
mengakibatkan gugus fungsi keton tidak terindikasi.
d. Asetofenon direaksikan dengan 2,4-dinitofenilhidrazin akan memperoleh reaksi positif
dengan adanya endapan yang terlihat, akan tetapi endapan tersebut tidak didapat dalam
percobaan, karena hasil percobaan hanya menunjukkan warna kuning muda. Hal
tersebut tidak menunjukkan adanya keton, yang berarti hasil percobaan adalah negatif.
Kesalahan dikarenakan praktikan mungkin melakukan penambahan yang tidak sesuai
atau menggunakan alat yang tidak bersih dan telah terkontaminasi dengan zat lain.
B. Tes fehling
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton
berdasarkan tingkat oksidasinya. Reaksi positif pada reagen fehling menghaslikan
endapan berwarna merah bata. Beberapa senyawa yang diuji yaitu benzaldehid, aseton
dan asetofenon.
a. Reaksi positif saat benzaldehid direaksikan dengan fehling A dan fehling B
menghasilkan larutan berwarna biru dan setelah dipanaskan terdapat endapan merah
bata hal ini disebabkan aldehid akan mereduksi tembaga, larutan yang berwarna biru
berubah menjadi hijau dan lambat laun terjadi endapan tembaga (I) oksida (Cu2O)
yang berwarna merah bata. Hasil percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori
yang berarti reaksi negatif dihasilkan dari pemanasan dengan menghasilkan warna
biru saja tanpa adanya endapan merah bata. Hal ini disebabkan kesalahan praktikan
dalam melakukan percobaan.
b. Aseton yang direaksikan dengan fehling A dan fehling B, menghasilkan reaksi negatif
yang ditunjukkan dengan dihasilkannya dua fase atas biru tua bawah biru tua sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua larutan tidak dapat bereaksi. Hal ini sesuai dengan
teori karena aseton merupakan keton yang memiliki karbon karbonil pada keton yang
sangat terlindungi dan pada gugus karbonil tidak mengikat atom H untuk dioksidasi
sehingga tidak dapat bereaksi dengan fehling.
c. Asetofenon direaksikan dengan fehling A dan fehling B setelah dipanaskan tidak
mengalami perubahan warna dan endapan merah bata Hal ini menandakan asetofenon
tidak bereaksi karena merupakan keton yang tidak memiliki atom hidrogen yang
menempel pada atom karbon karbonilnya sehingga sukar untuk dapat bereaksi.
C. Tes tollen
Uji cermin tollens ini bertujuan untuk membedakan antara aldehid dan keton dari segi
tingkat oksidasi kedua senyawa. Pereaksi tollens sering disebut sebagai perak
amoniakal yang merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebih. Gugus aktif
pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilkan endapan
perak. Endapan perak akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin
perak. Beberapa senyawa untuk diuji adalah aseton, bensaldehida, asetofenon.
a. Reagen tollens yang ditambahkan benzaldehid. Setelah dipanaskan larutan menjadi
keruh, hasil ini menunjukkan uji negatif karena uji positif akan memperoleh cermin
perak sehingga dapat diketahui bahwa benzaldehid adalah senyawa aldehid. Hal itu
karena aldehid disini dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ direduksi menjadi
logam Ag. Reaksi pada pereaksi tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid
menjadi ikatan C-O. Kesalahan percobaan disebabkan kelalaian praktikan atau bahan
sudah tidak bagus lagi.
b. Aseton bereaksi dengan reagen tollen menghasilkan larutan keruh setelah dipanaskan.
Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa aseton yang merupakan
golongan keton tidak dapat bereaksi dengan reagen tollen. Hal tersebut tidak dapat
dioksidasi karena aseton merupakan senyawa keton yang tidak memiliki atom
hidrogen yang menempel pada atom karbon untuk dilepaskan.
c. Asetofenon menghasilkan larutan keruh setelah direaksikan dengan tollen, hasil
tersebut adalah negatif karena sesuai yang telah dinyatakan dalam teori bahwa keton
tidak memiliki atom hidrogen yang menempel pada atom karbon untuk dilepaskan
sehingga akan sulit mengalami reaksi dengan tollen. Keton dapat dioksidasi dengan
keadaan reaksi yang lebih keras dibanding dengan aldehid dengan pengoksidasi yang
lebih kuat yang mampu memutus ikatan rangkap karbon-karbonnya.
5. Uji fenol
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada suatu karbon tak jenuh
(enol) memberikan warna merah jambu, ungu, atau hijau bergantung pada struktur fenol
atau enol dengan besi (III) klorida. Percobaan ini kita digunakan FeCl3 sebagai larutan
penguji bertujuan untuk menguji keberadaan gugus hidroksil yang terikat pada suatu
karbon tak jenuh. Uji positif pada reaksi ini ditandai dengan perubahan warna larutan.
a. FeCl3 berwarna kuning muda menghasilkan warna yang tetap yaitu kuning setelah
direaksikan dengan 2-butanol yang berarti hasil reaksi adalah negatif. Hal ini telah
sesuai dengan teori yang ada karena 2-butanol merupakan alkohol dan diketahui
bahwa gugus alkohol terikat pada karbon jenuh, bukan pada karbon tak jenuh.
b. Fenol direaksikan dengan FeCl3 yang berwarna kuning dan mengalami perubahan
warna menjadi hijau, reaksi ini menunjukkan reaksi positif yang sesuai dengan teori
bahwa bahwa jika suatu fenol direaksikan dengan FeCl3 memberikan perubahan
warna yang bergantung pada struktur fenol. Reaksi ini terjadi pada larutan fenol
karena fenol mengandung gugus hidroksil yang terikat pada suatu karbon tak jenuh
yaitu pada cincin benzenanya sehingga membentuk senyawa kompleks.
c. 1-propanol ditambahkan pada FeCl3 dan tidak mengalami perubahan warna yaitu
warna kuning dari FeCl3, maka reaksi adalah negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang
ada karena 1-propanol juga merupakan alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada
karbon jenuh.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa :
1. Senyawa organik jenuh adalah senyawa yang tidak dapat dioksidasi oleh KMnO4 karena
tidak memiliki ikatan rangkap dan tidak mengalami reaksi adisi oleh brom, sedangkan
senyawa organik tak jenuh adalah senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh KMnO4
karena memiliki ikatan rangkap dan mengalami reaksi adisi oleh brom.
2. Uji adanya halogen diidentifikasi dengan cara menambahkan reagen AgNO3 dan reagen
NaI, reaksi positif dari penambahan reagen AgNO3 adalah endapan putih yang ditunjukkan
dengan hasil reaksi AgX, sedangkan reaksi positif dari penambahan NaI yaitu tidak dapat
terjadi, karena I merupakan kereaktifan halogen terendah sehingga tidak dapat mengganti
halogen yang memilki kereaktifan tinggi.
3. Uji adanya OH alkohol dapat diketahui dengan penambahan asam kromat, reaksi positif
yang terjadi ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau
terbentuk endapan.
4. Uji adanya aldehida dan keton dilakukan dengan menambahkan:
a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat dapat
menentukan adanya keton dan aldehid, reaksi positif jika terbentuk endapan kunig-
merah.
b. Tes fehling dapat mengidentifikasi adanya senyawa aldehid dan keton. Reaksi positif
akan menghasilkan endapan merah bata.
c. Tes tollen menghasilkan reaksi positif dengan menunjukkan adanya cermin perak
sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan mengandung aldehida dan keton.
5. Uji fenol dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus fenol pada suatu senyawa,
reaksi positif yang dihasilkan adalah perubahan warna dari oranye ke kehijauan akan pudar
terhadap perubahan waktu.
Referensi
Anonim. 2013. http://hokage6.wordpress.com/2008/05/04/mengenal-aldehid-dan-keton/.
Diakses 8 April 2013
Anonim. 2013. http://joksansamuel.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-kimia-
dasar_28.html?m=1. Diakses 29 April 2013
Brady, James. 1994. Kimia Universitas-Asas dan Struktur Edisi Kelima jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Fessenden, Ralph J. 1986. Organic Chemistry Edisi kedua. USA: Willard Grant Press
Publisher
Hart, Harold. 2003. Organik Chemistry – a short course. Jakarta: Erlangga
Saran
Alat dan bahan dari praktikum yang telah di lakukan sangat terbatas.
Nama Praktikan
Ria Sherly Farida