isi prakt kimia 4
DESCRIPTION
Kesetimbangan Hasil Kali KelarutanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN
NAMA : DEVI PRAMANIK LISNASURI
NIM : J1C112029
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : YULIANA SRI WATI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat
memahami sifat larutan jenuh, kelarutan suatu garam dalam pelarut dan
menentukan hasil kali kelarutannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia adalah perubahan spontan pereaksi menjadi hasil reaksi
menuju kesetimbangan. Suatu kesetimbangan kimia mempunyai konstanta
kesetimbangan yang nilainya bergantung pada suhu dan jenis kesetimbangan.
Kegunaan konstanta kesetimbangan untuk mengetahui letak kesetimbangan,
apakah dekat ke pereaksi atau kah ke hasil reaksi (Syukri, 1999).
Keadaan setimbang yaitu perbandingan relatif antara pereaksi dan hasil
reaksi lebih kuat ke kiri berarti lebih banyak ke arah bentuk molekul. Reaksi
lawan tak berhenti pada keadaan setimbang, hanya kecepatannya ke kedua arah
yang sama. Sifat-sifat kimia khas suatu zat akan menentukan kecenderungan
relatif ke mana reaksi akan berjalan (Brady, 1999).
Kelarutan suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang
dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam
kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu pada suhu tertentu. Meskipun
pelarut–pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air
adalah yang paling penting dan banyak digunakan (Oxtoby, 2001).
Jika sejumlah zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah terbatas
pelarut, pelarutan terjadi secara terus menerus. Hal ini berlaku karena adanya
proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom, ion dan molekul) dalam
keadaan tak larut. Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau
kecepatan sama, kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama
pada setiap waktu. Proses ini adalah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya
dinamakan larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai kelarutan zat
terlarut dalam pelarut tertentu (Petrucci, 1987).
Disebut kesetimbangan dinamis karena dalam larutan selalu terjadi
perubahan, terjadi dua reaksi, yaitu ion-ion bereaksi menjadi molekul dan molekul
bereaksi membentuk ion-ion. Untuk menunjukkan adanya reaksi kesetimbangan
dalam suatu reaksi, digunakan dua tanda panah pada reaksi kimianya. Penggunaan
panah dua arah ini menyatakan bahwa kecepatan reaksi dari kiri ke kanan adalah
sama dengan kecepatan reaksi dari kanan ke kiri (Brady, 1999).
Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem
terjadi perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi, dan sebaliknya. Sebagai
contoh : AB + CD AC + BD
dalam kesetimbangan ini, terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD, dan
pada saat yang sama, AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya
keempat zat dalam sistem itu jumlahnya mendekati konstan (Syukri, 1999).
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sistem
kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen, yaitu :
1. Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota
sistemnya mempunyai kesamaan fase, sehingga sistem yang terbentuk itu
hanya memiliki satu fase.
2. Kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang anggota
sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk
pun mempunyai lebih dari satu macam fase. Kesetimbangan heterogen
yang terdiri atas padatan dan cairan, misalnya padatan NB dan pelarutnya
H2O, maka dalam larutan terbentuk sistem sebagai berikut:
NB(s)+2nH2O N+ (nH2O) + B- (nH2O)
Tetapan kesetimbangan sistem diatas adalah:
K=N+ (nH 2 O )⋅B− (nH2 O )
NB⋅H 2O2n
H2O dan kepekatan NB padat dalam fase ini boleh dikatakan tetap, karena NB
padat berubah menjadi N+ (nH2O) dan B- (nH2O) kecil sekali dengan demikian:K
= N+ (nH2O) . B- (nH2O)
(Rosenberg, 1992).
Rumus tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan
antara senyawa ion yang sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan berair
dinamakan tetapan hasil kali kelarutan, disingkat Ksp. Ksp yaitu hasil kali
konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing
(Rosenberg, 1992).
Bilamana hasil kali kelarutan dua ion (dengan pangkatnya masing–
masing) di dalam larutan kurang dari nilai hasil kali kelarutan yang
berasangkutan, larutan itu tidak jenuh. Jika kepada larutan itu ditambahkan suatu
garam padat yang sehubungan, maka garam itu akan larut. Guna mencegah
pengendapan yang berkelarutan rendah, kita harus menambahkan zat yang dapat
membuat konsentrasi salah satu ion sedemikian rendah sehingga hasil kali
kelarutan garam itu tidak dapat tercapai (Rosenberg, 1992).
Salah satu cara untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan suatu
zat/garam dapat ditentukan dengan cara titrasi. Secara umum hubungan antara
kelarutan dengan Ksp (hasil kali kelarutan) terhadap pengendapan larutan adalah
sebagai berikut:
1. Jika kelarutan >Ksp maka larutan akan mengendap
2. Jika kelarutan < Ksp maka kelarutan tidak mengendap
3. Jika kelarutan = Ksp maka kelarutan akan larut pada titik tepat jenuh
(Petrucci, 1987).
Pada prinsipnya pemisahan unsur-unsur dengan cara pengendapan karena
perbedaan besarnya harga hasil kali kelarutan (solubility product constant/KSp).
Proses pengendapan adalah proses terjadinya padatan karena melewati besarnya
Ksp, yang harganya tertentu dan dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan, KSp
diganti dengan pKSp = fungsi logaritma = - log KSp merupakan besaran yang
harganya positif dan lebih besar dari nol, sehingga mudah untuk dimengerti.
AxBy(s) <==> . xAy+(aq) + yBx- (aq)
KSp = [Ay+]x [Bx-]y
(Oxtoby, 2001).
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat
dalam dalam suatu fase homogeny (McCabe dkk, 1991). Kristalisasi dari larutan
dapat terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih (di luar kesetimbangan,
maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan
terlarut (Masduqi, 2003).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala
100 mL, erlenmeyer 100 mL, pipet volume (ukuran 5, 20, dan 25 mL),
buret 50 mL, dan corong kaca.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan
jenuh MgCO3, CaCO3, larutan standar HCl 0,001 M, larutan standar
NaOH 0,001 M, dan indikator fenol merah.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Dimasukkan 12,5 mL larutan jenuh MgCO3 ke dalam erlenmeyer dengan
menggunakan gelas ukur.
2. Ditambahkan 2,5 mL larutan HCl 0,001 M dengan menggunakan gelas
ukur.
3. Ditambahkan 5 mL larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan gelas
ukur.
4. Dicuci buret yang akan digunakan dengan akuades, dikeringkan.
5. Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,001 M.
6. Ditambahkan indikator fenol merah ke dalam erlenmeyer.
7. Dititrasi larutan di dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M dari
buret sampai tepat terjadi perubahan warna konstan.
8. Dihentikan titrasi, dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi.
9. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan CaCO3.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
5.1 Tabel Data Hasil Pengamatan MgCO3
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Dimasukkan larutan jenuh MgCO3 ke
dalam erlenmeyer menggunakan gelas
ukur.
Ditambahkan larutan HCl 0,001 M
menggunakan gelas ukur.
Ditambahkan larutan NaOH 0,001 M
menggunakan gelas ukur.
Buret dicuci dan dikeringkan.
Buret diisi dengan larutan standar HCl
0,001 M.
Ditambahkan indikator fenol merah ke
dalam erlenmeyer.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer
dengan HCl 0,001 M dalam buret
sampai tepat terjadi perubahan warna
yang konstan.
Titrasi dihentikan. Dicatat volume HCl
yang diperlukan.
V MgCO3 = 12,5 mL
V HCl = 2,5 mL
V NaOH = 5 mL
Berwarna jingga
Berubah warna dari jingga
menjadi kuning
V HCl = 11,3 mL
5.2 Tabel Data Hasil Pengamatan CaCO3
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
Dimasukkan larutan jenuh CaCO3 ke
dalam erlenmeyer menggunakan gelas
ukur.
Ditambahkan larutan HCl 0,001 M
menggunakan gelas ukur.
V CaCO3 = 12,5 mL
V HCl = 2,5 mL
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ditambahkan larutan NaOH 0,001
dengan menggunakan gelas ukur.
Buret dicuci dan dikeringkan.
Buret diisi dengan larutan standar HCl
0,001 M.
Ditambahkan indikator fenol merah ke
dalam erlenmeyer.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer
dengan HCl 0,001 M dalam buret
sampai tepat terjadi perubahan warna
yang konstan.
Titrasi dihentikan. Dicatat volume HCl
yang diperlukan.
V NaOH = 5 mL
Berwarna jingga
Berubah warna dari jingga
menjadi kuning
V HCl = 8 mL
2. Perhitungan
1. Pada Larutan jenuh MgCO3
Konsentrasi HCl yang digunakan untuk mentitrasi = 0,001 M
Volume HCl yang digunakan untuk titrasi = 11,3 mL
Jumlah mmol HCl yang ditambahkan pada langkah (2) = 0,001 M x 2,5
mL = 0,0025 mmol
Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan pada langkah (3) = 0,001 M x 5
mL = 0,005 mmol
Jumlah mmol HCl yang digunakan saat titrasi = N. Vtitrasi
= 0,001 M . 11,3 mL
= 0,0113 mmol
Reaksi 1
MgCO3 + 2HCl MgCl2 + H2CO3
mmol awal : x mmol 0,0025 mmol
bereaksi : x mmol 2x mmol
sisa : - (0,0025 – 2x) mmol
Reaksi 2
HCl + NaOH NaCl + H2O
mmol awal : (0,0025 – 2x) mmol 0,005 mmol
bereaksi : (0,0025 – 2x) mmol (0,0025 – 2x) mmol
sisa : - (0,0025 + 2x) mmol
Reaksi 3 (Titrasi)
NaOH + HCl NaCl + H2O
mmol awal : (0,0025 + 2x) mmol (0,0025 + 2x) mmol
bereaksi : (0,0025 + 2x) mmol (0,0025 + 2x) mmol
sisa : - -
(pada titik ekuivalen titrasi, jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa)
Karena pada saat titrasi, jumlah mmol HCl yang ditambahkan adalah
sebanyak 0,0025 mmol, dan pada titik ekuivalen jumlah mmol H+ dari HCl sama
dengan jumlah OH- dari NaOH, berarti:
(jumlah mmol NaOH) = (jumlah mmol HCl)
(0,0025 + 2x) mmol= 0,0025 x 11,3
2x = (0,02825 – 0,0025) mmol
x =
0,02575 mmol2
x = 0,013 mmol
Kelarutan MgCO3 adalah
0 ,013mmol12,5 mL = 10,4 x 10-4 mol/L
MgCO3 akan terurai menjadi dua ion dalam pelarut air sehingga Ksp-nya:
MgCO3 Mg2+ + CO32-
Ksp MgCO3 = [Mg2+] [CO32-]
= (10,4 x 10-4)2
= 108,2 x 10-8
2. Pada larutan jenuh CaCO3
Konsentrasi HCl yang digunakan untuk mentitrasi = 0,001 M
Volume HCl yang digunakan untuk titrasi = 8 mL
Jumlah mmol HCl yang ditambahkan pada langkah (2) = 0,001 M x 2,5
mL = 0,0025 mmol
Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan pada langkah (3) = 0,001 M x 5
mL = 0,005 mmol
Jumlah mmol HCl yang digunakan saat titrasi = N. Vtitrasi
= 0,001 M . 8 mL
= 0,008 mmol
Reaksi 1
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2CO3
mmol awal : x mmol 0,0025 mmol
bereaksi : x mmol 2x mmol
sisa : - (0,0025 – 2x) mmol
Reaksi 2
HCl + NaOH NaCl + H2O
mmol awal : (0,0025 – 2x) mmol 0,005 mmol
bereaksi : (0,0025 – 2x) mmol (0,0025 – 2x) mmol
sisa : - (0,0025 + 2x) mmol
Reaksi 3 (Titrasi)
NaOH + HCl NaCl + H2O
mmol awal : (0,0025 + 2x) mmol (0,0025 + 2x) mmol
bereaksi : (0,0025 + 2x) mmol (0,0025 + 2x) mmol
sisa : - -
(pada titik ekuivalen titrasi, jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa)
Karena pada saat titrasi, jumlah mmol HCl yang ditambahkan adalah
sebanyak 0,0025 mmol, dan pada titik ekuivalen jumlah mmol H+ dari HCl sama
dengan jumlah OH- dari NaOH, berarti :
(jumlah mmol NaOH) = (jumlah mmol HCl)
(0,0025 + 2x) mmol= 0,0025 x 8
2x = (0,02 – 0,0025) mmol
x =
0,0175 mmol2
x = 0,00875 mmol
Kelarutan CaCO3 adalah
0 ,00875 mmol12 ,5 mL = 7 x 10-4 mol/L
CaCO3 akan terurai menjadi dua ion dalam pelarut air sehingga Ksp-nya:
CaCO3 Ca2+ + CO32-
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
= (7 x 10-4)2
= 49 x 10-8
B. Pembahasan
1. Pembuatan larutan jenuh MgCO3
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan magnesium karbonat
(MgCO3) sebagai larutan jenuh yang akan dititrasi. Dalam percobaan ini, kita
dapat menentukan hasil kali kelarutan yang dalam prosesnya menggunakan proses
titrasi. Titrasi ini menggunakan fenol merah sebagai indikator. Pada larutan jenuh
MgCO3 dengan volume larutan jenuh sebanyak 12,5 ml, ditambahkan 2,5 ml HCl
0,001 M menghasilkan warna yang tetap dengan warna sebelum pencampuran
yaitu bening. Kemudian larutan ini ditambahkan lagi 5 ml larutan NaOH 0,001 M
dan ditambahkan 3 tetes indikator fenol merah, yang mempunyai trayek pH
sebesar 8,4-10 ternyata warna yang sebelumnya bening menjadi merah muda.
Dalam kondisi ini indikator fenol merah mempengaruhi terhadap perubahan
warna yang terjadi yakni akan berubah warna apabila tercapai titik equivalen
dalam suatu titrasi.
Setelah terjadi perubahan warna akibat pengaruh indikator ini, selanjutnya
larutan tersebut di titrasi dengan larutan HCl dan terlihat warna yang merah muda
tadi berubah menjadi kuning. Dalam titrasi ini menggunakan larutan HCl
sebanyak 11,3 ml. Dalam percobaan ini titrasi dilakukan hanya 1 kali karena
larutan jenuh yang digunakan tidak bereaksi secara sempurna sehingga jumlah
titran yang digunakan (HCl) untuk titrasi tidak sesuai dengan literatur.
Secara rinci langkah-langkah diatas dapat dituiskan pada reaksi berikut:
Reaksi 1 : MgCO3 + 2HCl MgCl2 + H2CO3
Reaksi 2 : HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi 3 : NaOH +,5 HCl NaCl + H2O
Dari percobaan diatas dapat dihitung kelarutan dari MgCO3 yaitu sebesar
10,4 x 10-4 mol/L. Kemudian dari kelarutan tersebut dapat dihitung pula tetapan
hasil kali kelarutan dari senyawa ini yaitu sebesar 108,2 x 10-8, sedangkan
menurut literatur Ksp MgCO3 adalah 3,5 x 10-8.
2. Pembuatan Larutan Jenuh CaCO3
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan kalsium karbonat (CaCO3)
sebagai larutan jenuh yang akan dititrasi. Dalam percobaan ini, kita dapat
menentukan hasil kali kelarutan yang dalam prosesnya menggunakan proses
titrasi. Titrasi ini menggunakan fenol merah sebagai indikator. Pada larutan jenuh
CaCO3 dengan volume larutan jenuh sebanyak 12,5 ml, ditambahkan 2,5 ml HCl
0,001 M menghasilkan warna yang tetap dengan warna sebelum pencampuran
yaitu bening. Kemudian larutan ini ditambahkan lagi 5 ml larutan NaOH 0,001 M
dan ditambahkan 3 tetes indikator fenol merah, yang mempunyai trayek pH
sebesar 8,4-10 ternyata warna yang sebelumnya bening menjadi merah muda.
Dalam kondisi ini indikator fenol merah mempengaruhi terhadap perubahan
warna yang terjadi yakni akan berubah warna apabila tercapai titik equivalen
dalam suatu titrasi.
Setelah terjadi perubahan warna akibat pengaruh indikator ini, selanjutnya
larutan tersebut di titrasi dengan larutan HCl dan terlihat warna yang merah muda
tadi berubah menjadi bening. Dalam titrasi ini menggunakan larutan HCl
sebanyak 8 ml. Dalam percobaan ini titrasi dilakukan hanya 1 kali karena larutan
jenuh yang digunakan tidak bereaksi secara sempurna sehingga jumlah titran yang
digunakan (HCl) untuk titrasi tidak sesuai dengan literatur.
Adapun reaksi yang tejadi pada saat pencampuran tersebut berjalan
sebagai berikut :
Reaksi 1 : CaCO3 + 2 HCl → CaCl2 + H2CO3
Reaksi 2 : HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi 3 : NaOH + HCl → NaCl + H2O
Dari data yang didapatkan, maka dapat dihitung besarnya kelarutan dari
CaCO3 yaitu sebesar 7 x 10-4 mol/L dan hasil kali kelarutan (Ksp) nya yaitu 49 x
10-8, sedangkan menurut literatur Ksp CaCO3 adalah 2,8 x 10-9.
Dari data referensi tesebut terlihat perbedaan hasil Ksp MgCO3 dan CaCO3
dengan hasil perhitungan. Perbedaan ini dikarenakan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan praktikan selama percobaan, yaitu :
1. Kesalahan dalam menentukan volume HCl pada saat titrasi
2. Kesalahan menghitung/mengukur volume bahan-bahan yang akan dicampur.
3. Gelas erlenmeyer yang tidak steril, karena ketika selesai dicuci dikeringkan
dengan tisu dan sebagian dari kertas tissu tertinggal dalam erlenmeyer.
4. Penggunaan pipet yang tercampur-campur sehingga bahan yang satu
terkontaminasi dengan bahan yang lain.
5. Larutan jenuh yang digunakan dalam percobaan tidak memenuhi standar.
Selain kesalahan-kesalahan di atas perbedaan hasil kelarutan MgCO3 dan
CaCO3 dari percobaan dengan berdasarkan literatur disebabkan karena pengaruh
ion tak senama. Penambahan ion senama juga mempengaruhi besarnya kelarutan,
yaitu penambahan ion senama H+ dan Cl- kedalam larutan jenuh adalah
menurunkan kelarutan MgCO3 dan CaCO3 yang dicampur dengan larutan 0,001
M, karena kehadiran ion senama ini menekan pengionan kedua senyawa sehingga
kesetimbangan larutan jenuh akan bergeser ke arah dimana pereaksi tersebut
dipakai.
IV. KESIMPULAN
Dari percobaan dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut :
1. Kelarutan dari suatu garam adalah banyaknya garam yang dapat larut
dalam suatu pelarut sampai garam tersebut tepat akan mengendap.
Sedangkan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali ion-ion dari garam
dalam larutan pada kondisi tepat jenuh.
2. Kelarutan MgCO3 pada percobaan ini adalah 10,4 x 10-4 mol/L, hasil kali
kelarutan (Ksp) MgCO3 adalah 108,2 x 10-8, sedangkan Ksp secara teori
diketahui sebesar 3,5 x 10-8.
3. Kelarutan dari CaCO3 pada percobaan ini adalah 7 x 10-4 mol/L, hasil
kali kelarutan (Ksp) CaCO3 adalah 49 x 10-8, sedangkan Ksp secara teori
diketahui sebesar 2,8 x 10-9.
4. Hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3 dan CaCO3 dari hasil percobaan
berbeda dengan sacara teoritis. Hal ini karena pengaruh ion senama,
pengaruh ion tak senama, pengaruh garam dan pembentukan ion
kompleks serta kesalahan-kesalahan praktikan dalam melakukan
percobaan yang tidak sesuai dengan prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas: Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Masduqi, A. 2003. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi Menggunakan Media Pasir Silika. ITS: Surabaya.
Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Erlangga: Surabaya.
Pertucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Rosenberg, J. L. 1992. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta.
Syukri, S.1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung.