meningitis tb

45
BAB I PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Salah satu yang menjadi tujuan pembangunan dibidang kesehatan terutama ditujukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang komperhensif pada setiap individu,keluarga maupun masyarakat secara biopsikososial spritual. Untuk mencapai tujuan tersebut sangat dibutuhkan eksistensi tenaga keperawatan yang professional dalam memberikan pelayanan digunakan proses keperawatan sebagai metoda pendekatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien. A. Anatomi dan Fisiologi 1. Meningen Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai pelindung, pendukung jaringan dibawahnya. Selaput otak ini terdiri dari piameter,

Upload: daenk-ahyar

Post on 27-Jun-2015

1.004 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningitis Tb

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional.

Salah satu yang menjadi tujuan pembangunan dibidang kesehatan terutama

ditujukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang komperhensif pada

setiap individu,keluarga maupun masyarakat secara biopsikososial spritual. Untuk

mencapai tujuan tersebut sangat dibutuhkan eksistensi tenaga keperawatan yang

professional dalam memberikan pelayanan digunakan proses keperawatan sebagai

metoda pendekatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien.

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Meningen

Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai

pelindung, pendukung jaringan dibawahnya. Selaput otak ini terdiri dari

piameter, arachnoid dan durameter yang masing-masing meruapakan suatu

lapisan yang terpisah dan kontinyu.

Antara lapisan piameter dan arachnoid ada hubungan yang disebut dengan

nama “pakimening”. Piameter merupakan lapisan vaskuler, dan pembuluh

darah melalui piameter menuju struktur Interna Central Nervus Sistem (CNS)

untuk memberi nutrisi pad jaringan neural.

Arachnoid meruapakan membaran fibrosa yang tipis halus dan

vaskuler. Arachnoid meliputi otak dan membran spinalis, tetapi tidak

mengikuti setiap bentuk luarnya seperti piameter. Daerah antara arachnoid dan

paimeter dinamakan ruang subarachnoid dan mengandung arteri, vena

serebral dan tuberkulae. Arachnoid dan cairan cerebrospinal yang membasahi

CNS.

Page 2: Meningitis Tb

Durameter merupakan suatu jaringan liat dan tidak elastis seperti kulit.

Terdiri dari dua lapisan, lapisan luarnya disebut endoteal dan bagian dalam

disebut durameningeal.

2. Ventrikel dan Cairan Serebrospinal (CSF)

Ventrikel merupakan tempat rongga dalam otak yang salaing

berhubungan satu dengan yang lain dan dibatasi dengan epindima dan

mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral.

Ventrikel ketiga terdapat diensefalon dan ventrikel keempat dalam pons,

medulla oblongata.

Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut

Fleksus Koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter

yang mempunyai hubungan langsung dengan epindima dan mengandung CSF.

Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga

terdapat di ensefalon dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.

Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut

Fleksus koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter

yang mempunyai hubungan langsung dengan epidemi. Fleksus Koroideus inilah

yang mengsekresi CSF yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan

bantalan cairan yang pelindung disekitar CNS. Kebanyakan CSF direabsorbsi

kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arachnoid yang

menonjol dari ruang subarachnoid menuju sinus sagitalis superior otak.

Produksi dan reabsorbsi CSF dalam CNS berlangsung konstan. Volume total

CSF yang terdapat dalam rongga serebrospinal sekitar 125 ml. Sedang

kecepatan sekresi Fleksus Koroideus besarnya hanya sekitar 500 sampai 750 ml

perhari.

Tekanan CSF merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan

resistensi reabsorbsi oleh villi arachnoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu

dilakukan lumbal fungsi yaitu sekitar 13 mmHg.

Page 3: Meningitis Tb

B. Definisi

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi

otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ

jamur .

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan

oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,

Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis .

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan

serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem

saraf pusat .

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau

semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan

oleh kuman tuberkulosa.

C. Etiologi

Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mikobakterium

Tuberkulosa varian homoris. Meningitis tuberkulosa ialah radang selaput otak

akibat komplikasi tuberkulosa primer. Meningitis tuberkulosa merupakan akibat

komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya

mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran

hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada

permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah

ke dalam rongga arakhnoid.

Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis.Peradangan

ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat

terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat

menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus

serta kelainan pada syaraf otak.

Page 4: Meningitis Tb

D. Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti

dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian

atas. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan

saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya

ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke

dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di

bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah

serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat

meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai

dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran

ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis

intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah

pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi

meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps

sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom

Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan

nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

Meningitis Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan

sel otak (meningen). Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran hematogen

pada saat terjadinya Tuberkulosa millier. Meningitis tuberkulosa merupakan

akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya

mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran

hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada

permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah

ke dalam rongga arakhnoid.

Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis.Peradangan

ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat

terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat

Page 5: Meningitis Tb

menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus

serta kelainan pada syaraf otak.

Oleh karena itu seseorang yang telah mendapat vaksinasi BCG sewaktu

masih anak-anak, masih mungkin menderita Meningitis Tuberkulosa apabila

sebelum vaksinasi telah terkena infeksi oleh bakteri mycobakterium tuberkulosa.

Kuman yang tersangkut didaerah subarachnoid ini terus hidup dan berkembang

biak. Tetapi dengan adanya imunitas tubuh kuman terkurung didaerah tuberkel,

apabila oelh suatu sebab daya tahan tubuh menurun fokus ini melebar dan pecah

ke dalam rongga subarachnoid.

Disamping fokus rich pecah dapat timbul pada saat tuberkulose paru

sudah menghilang atau memang lesinya sangat kecil, sehingga tidak tampak pada

pemeriksaan radiologik.

Meningitis Tuberkulosa yang timbul akibat pecahnya fokus rick biasanya

timbul secara akut, bahkan kadang-kadang dengan cepat klien jatuh ke stadium

terminal. Hal ini disebabkan oleh karena dngan pecahnya fokus rich, sejumlah

besar kuman dari tuberkel dalam waktu yang singkat tertuang ke dalam rongga

subarachnoid.

E. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda penyakit Meningitis Tuberkulosa dipengaruhi oleh

banyak faktor, sehingga manifestasi klinik penyakit ini beraneka ragam. Diantara

banyak faktor yang mempengaruhi manifestasi klinis ini yang terpenting adalah

faktor umur dan status fisik klien. Pada seorang anak sangat sensistif terhadap

kuman TBC, masuknya kuman ke dalam cairan serebrospinal akan diikuti oleh

exudasi sel darah putih dan fibrin yang hebat, sehingga manifestasi klinis

Meningitis Tuberkulosa akan timbul lebih kuat dan hebat dibandingkan dengan

orang dewasa.

Meningitis yang timbul akibat pecahnya fukos rich biasanya timbul

secara akut dan bahkan kadang-kadang telah menjadi komateus dan spastis

dalam 1 – 2 hari.

Page 6: Meningitis Tb

Secara klinis kadang-kadang belum terdapat gejala meningitis nyata

walaupun selaput otak sudah terkena. Hal demikian juga terdapat pada

tiberkulosis milieris, sehingga pada penyebaran milier sebaoiknya dilakukan

punksi lumbal walaupun gejala meningitis belum tampak.

Gejala biasanya didahului stadium prodromal berupa iritasi selaput otak.

Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau hanya terdapat

kenaikan suhu yang ringan, jarang terjadi akut dengan panas tinggi. Sering

dijumpai anak mudah terangsang, menjadi apatis dan tidurnya sering terganggu.

Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala,anoreklsia, mual dan muntah serta

obstipasi. Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dan kejang.

Gejala diatas mulai berat dengan rangsangan meningeal mulai nyata.

Perjalanan penyakit Meningitis Tuberkulosa yang klasik dapat dibagi

dalam 3 stadium :

1. Stadium prodormal

Pada stadium ini terjadi iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai

perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kebaikan suhu yang ringan. Pada

anak sering dijumpai mudah terangsang, apatis dan tidur terganggu. Dan

pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan

muntah.

2. Stadium transisi

Gejala pada stadium prodormal menjadi lebih berat dan gejala meningeal

mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul

opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan

umumnya terdapat kelumpuhan syaraf mata hingga timbul gejala strabismus

dan nistagmus. Kesadaran menurun hingga timbul stupor.

3. Stadium terminal

Terdapat gejala berupa kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi

sama sekali. Nadi dan perbafasan Cheyne Stokes, hyperpireksi.

Page 7: Meningitis Tb

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan CSF

M. Purulenta M. Serosa/TBC M. Viral

Tekanan

Warna

Tes none

Tes pandi

Jumlah sel

Protein

Glukosa

Bakteri

merah, kuning /

hijau

++ / +++

-- / +++

1000 – 10.000

100 – 500 mg %

dgn pewarnaan

Opalesen kuning

++ / +++

++ / +++

200 – 500

100 – 500 mg %

dgn pewarnaan

Normal

Jernih

- / +

- / +

50 – 100

50 – 100 mg %

normal

(-) dgn pewarnaan

2. Thorax foto

3. Laboratorium

4. LED

5. Mantoux test

6. Diagnosa pasti dengan ditemukannya BTA dalam CSF

G. Komplikasi

Komplikasi pada Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi akibat pengobatan

yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat, berupa :

1. Paresis, paralisis sampai deserebrasi.

2. Dehidrasi asidosis

3. Hydrosefalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau produksi berlebih

dari likuor serebrospinal.

4. Dekubitus

5. Retradasi mental.

H. Penatalaksanaan

Page 8: Meningitis Tb

1. Medis

Dasar pengobatan Meningitis Tuberkulosa adalah :

a. Pemberian kombinasi obat antituberkulosa.

b. Kortikosteroid

c. Simtomatis

d. Pemberian O2

e. IVD dengan Dextrose 10% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1.

2. Perawatan

a. Pemberian nutrisi melalui NGT

b. Pasang kateter

c. Atur posisi yang nyaman

3. Lakukan fisioterapi bila sudah memungkinkan

BAB II

Page 9: Meningitis Tb

KONSEP KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan untuk

meningkatkan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,

mengatasi dan memulihkan kesehatan melalui 4 (empat) tahap proses

keperawatan yang terdiri dari :

1. Pengkajian (Assesment)

2. Perencanaan (Planning)

3. Pelaksanaan (Implementasi)

4. Penilaian (Evaluasi)

Yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan

keterampilan professional tenaga keperawatan.

Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan

dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide, pendekatan yang dimiliki,

karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.

1. Pengkajian Data

Pengkajian merupakan tahapan awal dan merupakan dasar proses

keperawatan, diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar

dapat memberi arah pada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam tahap

pengkajian.

Tahap pengkajian terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: a. Pengumpulan

data, b. Klasifikasi data, c. Analisa data, d. Rumusan diganosa keperawatan.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan

informasi dari klien, keluarga, catatan medis atau profesi lain, termasuk hasil

diagnostik test. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi dan

Page 10: Meningitis Tb

pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) yang meliputi

data-data sebagai berikut :

1). Biodata

Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor

register klien, tanggal masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa

medis.

2). Riwayat kesehatan sekarang

a). Keluhan utama: pasien dengan Meningitis Tuberkulosa

menunjukkan gejala gangguan kesadaran dan kelumpuhan.

b). Riwayat keluhan utama: klien dengan Meningitis Tuberkulosa

biasanya datang berobat dengan riwayat gangguan kesadaran,

kejang dan panas serta muntah.

3). Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi: prenatal, natal, post natal.

4). Riwayat kesehatan masa lalu meliputi: riwayat penyakit yang diderita,

pernah opname atau belum, nutrisi waktu bayi, imunisasi dan riwayat

allergi.

5). Riwayat tumbuh kembang, terdiri atas: berat badan lahir (BBL),

panjang badan lahir (PBL), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

lengan atas pada umur berapa: gigi tumbuh, anak tengkurap, duduk,

berjalan, menggerakkan motorik halus.

6). Data psikososial spiritual: anak dan orang tua.

7). Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur,

pola eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan

selama sakit.

8). Pemeriksaan fisik meliputi :

a). Inspeksi : (mulai kepala sampai ujung kaki).

Keadaan umum: gangguan kesadaran, ubun-ubun menonjol,

muntah, kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga terjadi

strabismus dan nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.

Page 11: Meningitis Tb

b). Palpasi : anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh

tubuh, suhu tubuh meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku

kuduk.

c). Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan menunjukkan

adanya refleks tendon yang meninggi.

d). Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang tidak teratur,

ronchi basah.

9). Pemeriksaan penunjang

Pada kasus Meningitis Tuberkulosa biasanya dilakukan pemeriksaan

penunjang :

a). Lumbal punksi untuk memeriksa CSF yang meliputi :

(1). Warna : xanthacrom

(2). Kekeruhan : tergantung pada jumlah sel dalam liquor, bila

lebih dari 200 mm3 liquor sedikit keruh.

(3). Sel : terdiri dari PMN dan limposit. Semakin akut keadaan

penyakit maka makin banyak jumlah PMN

(4). Protein : selalu lebih dari 40%.

b). Tes tuberkulin : pada stadium awal memberikan hasil positif,

sedang distadium akhir hasil negatif.

c). Pemeriksaan radiologis : adanya perubaan gambaran yang dapat

menyokong Meningitis Tuberkulosa.

d). Pemeriksaan heatologi : Hb, leukosit, hitung jenis., analisa gas

darah.

Nilai normal CSF :

-Warna : jernih.

-Nonne : (-) sampai (+)

-Pandy : (-) sampai (+)

-Sel : 0 sampai 10 /mm3

-Protein : 10 – 35 mg/100 ml.

-Glukosa : 50 – 80 mg/100 ml.

Page 12: Meningitis Tb

b. Klasifikasi Data

Mengklasifikasikan dalam data subyektif dan data obyekti.

1). Data Subyektif

Adalah persepsi klien/keluarga yang bersifat subyektif terhadap

masalah-masalah yang dikluhkan sehubungan dengan Meningitis

Tuberkulosa.

2). Data Obyektif

Adalah semua data senjang pada klien dengan Meningitis Tuberkulosa

yang diperoleh dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi) dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik.

c. Analisa Data

Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat ditentukan

permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan

patofisiologi mengenai penyebab penyakit Meningitis Tuberkulosa

sampai permasalahannya tersebut.

d. Dignosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon actual dan

potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah

kesehatan proses kehidupan

B. Diagnosa Keparawatan

1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,

penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen

2. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

edema serebral.

3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral

4. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

5. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

6. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi

sensorik, integrasi.

Page 13: Meningitis Tb

7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi

8. Kurang pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang pemajangan

C. Intervensi Keperawatan

Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,

penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap pathogen

Tujuan: tidak terjadi infeksi

Kriteria Evaluasi:

Tidak demam

Jumlah leukosit dalam rentang normal

Intervensi :

1. Beri tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan

Rasional: Pada fase awal mwningitis mwningokokus atau infeksi

ensefalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya

diketahui / dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk

menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.

2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yan tepat baik

pasien pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf

sesuai kebutuhan

Rasional: Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder.

Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada

individu terinfeksi ( misalnya, individu yangmengalami infeksi saluran

nafas)

3. Pantau suhu secara teratur catat munculnya tanda – tanda klinis dan

proses infeksi

Rasional: Terapi obat biasanya akan diberikan terus menerus selama

kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (normal) dan tanda –tanda

klinisnya yang jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus

merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang

Page 14: Meningitis Tb

dapat bertahan sampai Berminggu – minggu atau berbulan –bulan

atau terjadi penyebaran patogen salama hematogen / sepsis.

4. Teliti adanya keluhan nyeri dada berkembangnya nadi yang tidak

tertur / disritmia atau demam yang terus menerus

Rasional: Infeksi sekunder seperti miokarditis / perikarditis dapat

berkembang dan memerlukan intervensi lanjut

5. Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha

pernafasan

Rasional: Adanya rochi atau mengi, takipnea dan peningkatan kerja

pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan

risiko terjadinya infeksi pernafasan

6. Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan

nafas dalam

Rasional: Memobilisasi sekret dan mwningkatkan kelancaran sekret

yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap

pernafasan

7. Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau

Rasional: Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatlan

risiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis

8. Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses

infeksi serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan

Rasional: Orang –orang dengan kontak pernafasan memerlukan

terapi antibiotik profilaksis untuk mecegah penyebaran infeksi.

Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

edema serebral.

Tujuan: Perfusi jaringan serebral adekuat

Criteria Evaluasi:

TTV dalam rentang normal

Perbaikan kognitif

Perbaikan fungsi sensorik dan kognitif

Page 15: Meningitis Tb

Peningkatan tingkat kesadaran

Intervensi

1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda

vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi jumbal.

Rasional: Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi

adanya risiko hemiasi batang otak yang memerlukan tindakan medis

dengan segera

2. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan

keadaan normalnya, seperti GCS

Rasional: Pengkajian cenderung adanya perubahan tingkat kesadaran

dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam

menentukan lokasi, penyebaran, luasnya, dan perkembangan dari

kerusakan serebral

3. Kaji adanya regiditas nikal , gemetar, kegelisahan yang meningkat,

peka rangsang dan adanya serangan kejang

Rasional: Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal dan mungkin

juga terjadi dalam periode akut atau penyembuhan dari trauma otak

4. Pantau tanda vital seperti tekanan darah. Catat serangan dari hipertensi

sistolik yang terus menerus, dan tekanan nadi yang melebar

Rasional: Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran

darah serebral dengan konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada

tekanan darah sistemik. Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin

mengikuti kerusakan vaskuler serebral lokal atau difus yang

menimbulkan peningkatan TIK. Fenomena yang dapat ditunjukkan

oleh peningkatan tekanan darah sistemik yang bersamaan dengan

penurunan tekanan darah diastolik ( tekanan nadi yang melebar)

5. Pantau frekwensi irama jantung

Rasional: Perubahan pada frekwensi ( tersering bradikardia) dan

distritmia dapat terjadi, yang mencerminkan trauma / tekanan batang

otak pada tidak adanya penyakit jantung yang mendasari

Page 16: Meningitis Tb

6. Pantau pernafasan, catat pola dan irama pernafasan, seperti adanya

periode apnea setelah hiperventilasi ( pernafasan Cheyne-Stokes)

Rasional: Tipe dari pola pernafasan merupakan tanda yang berat dari

adanya peningkatan TIK / daerah serebral yang terkena dan mungkin

merupakan indikasi perlunya untuk melakukan intubasi dengan

disertai pemasangan ventilator makanik

7. Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi

penggunaan selimut, lakukan kompres hangat jika ada demam. Tutupi

ekstremitas dengan selimut ketika selimut hipotermia digunakan

Rasional: Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi

tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada

hipotalamus. Terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme dan

konsumsi oksigen (terutama dengan menggigil), yang dapat

meningkatkan TIK

8. Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgol kulit,

dan keadaan membran mukosa

Rasional: Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata

dan meningkatkan resiko dehidrasi, tertutama jika tingkat kesadaran

menurun / munculnya mual menurunkan pemasukan nmelalui oral.

9. Bantu pasien untuk berkemih / membatasi batuk, muntah mengejan.

Anjurkan pasien untuk mengeluarkan nafas selama pergerakan /

perpindahan di tempat tidur

Rasional: Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan

intrabdomen yang dapat meningkatkan TIK. Ekshalasi selama

perubahan posisi tersebut dapat mencegah pengaruh manuver

valsalva.

10. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, seperti masase

punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan

yang lembut.

Page 17: Meningitis Tb

Rasional: Meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori

yang berlebihan.

Resiko trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral

Tujuan: tidak terjadi trauma

Kriteria Evaluasi:

Tidak terjadi kejang

Intervensi:

1. Pantau adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki ,dan mulut atau otot

wajah yang lain.

Rasional : Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang

memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk

mencegah komplikasi

2. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada

penghalang tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap

terpasang.

Rasional : Melindungi pasien jika terjadi kejang

3. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : Menurunkan risiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo,

sinkope atau ataksia.

4. kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin (dilantin), diazepam

(valium), fenobarbital (luminal)

Rasional : Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan

kejang

Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

Intervensi

1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau

sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi

Page 18: Meningitis Tb

2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang

penting

Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata.

Rasional : Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori

yang selanjutnya akan menurunkan nyeri

4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot

daerah leher/bahu

Rasional : Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit.

5. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung jika

tidak ada demam

Rasional : membantu merelaksasikan ketegangan otot yang

meningkatkan reduksi (nyeri) atau rasa tidak nyaman tersebut.

6. Kolaborasi

Berikan analgetik ;seperti asetarninofen, kodein

Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

Tujuan: mempertahankan kekuatan dan fungsi otot yang optimal

Kriteria Evaluasi:

Peningkatan rentang ROM

Tidak terjadi kontraktur

Dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang optimal

Intervensi

2. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada

kerusakan yang terjadi

Rasional: Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional

dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan

3. Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak

Rasional: Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi , posisi

normal ekstremitas dan menurunkan vena yang statis

Page 19: Meningitis Tb

4. Periksa adanya daerah yang mengalami nyeri tekan, kemerahan, kulit

yang hangat, otot yang tegang dan sumbatan pada vena kaki.

Observasi adanya dipneu tiba-tiba, takikardi, demam, distres

pernafasan dan nyeri dada

Rasional: Pasien seperti diatas mempunyai resiko berkembangnya

trombosis vena dalam (TVD) dan emboli pulmonal yang memerlukan

tindakan, intervensi, penilaian medis,untuk mencegah komplikasi

5. Berikan matras udara atau air, terapikinetik sesuai kebutuhan

Rasional: Menyeimbangkan tekanan jaringan , meningkatkan sirkulasi

dan membantu meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan

resiko terjadinya trauma jaringan.

Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi

sensorik, integrasi.

Tujuan: Meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi

Kriteria Hasil:

Berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan

Memperlihatkan pengaturan pikiran secara logis

Menginterpretasikan ide yang dikomunikasikan orang lain secara

benar

Mengkompensasi deficit sensori dengan memaksimalkan indra yang

rusak.

Intervensi

1. Evaluasi atau pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan

berbicara, alam perasaan sensorik dan proses fikir.

Rasional: Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih

dahulu oleh adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi. Perubahan

motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan

menetap dengan perbaikan respon secara perlahan-lahan atau tetap

bertahan secara terus-menerus pada derajat tertentu

Page 20: Meningitis Tb

2. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas, dingin, benda

tajam atau tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh.

Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.

Rasional: Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya

perubahan yang melibatkan peningkatan atau penurunan sensitivitas

atau kehilangan sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon

sesuai pada suatu stimulasi

3. Observasi respon prilaku seperti rasa bermusuhan, menangis, fektif

yang tidak sesuai, agitasi dan halusinasi.

Rasional: Pencatatan padatingkah luku memberikan informasi yang

diperlukan untuk perkembangan prilaku

4. Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi dan aktivitas. Buatkan

jadwal untuk pasien jika memungkinkan dan tinjau kembali secara

teratur.

Rasional: Meningkatkan konsistensi dan keyakinan yang dapat

menurunkan ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan pasien

tersebut. Meningkatkan kontrol atau melatih kognitifnya kembali.

5. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara dan terapi

kognitif.

Rasional : Pendekatan antar disiplin dapat menciptakan rencana

penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi

kemampuan atau ketidakmampuan secara individu yang unik dengan

berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi-fungsi fisik, kognitif,

keterampilan perseptual.

Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi

Tujuan: menurunkan tingkat kecemasan

Kriteria Evaluasi:

Mengakui dan mendiskusikan rasa takut

Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi

Page 21: Meningitis Tb

Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat

yang dapat diatasi

Intervensi

1. Kaji status mental dan tingkat ansietas pasien atau keluarga. Catat

adanya tanda-tanda verbal atau nonverbal .

Rasional: Gangguan tingkat keselarasan dap[at mempengaruhi

ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya..derajat

ansietas akan dipengauhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh

individu

2. Berikan penjelasan antar hubungan proses penyakit dan gejalanya.

Rasional: Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena

ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas.

3. Jelaskan tindakan prosedur yang akan dilakukan.

Rasional : Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan

tersebut melibatkan otak .

4. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan

perasaan takut.

Rasional: Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa

takut ditujukan.

5. Libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan, perencanaan

kehidupan sehari-hari dan membuat keputusan sebanyak mungkin.

Rasional: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan

meningkatkan kemandirian.

Kurang pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang pemajangan

Tujuan: Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit

Kriteria Evaluasi:

Pasien dapat mengungkapkan pemahanan tentang kondisi/ proses

penyakit dan pengobatan

Pasien mengikuti terapi pengobatan

Page 22: Meningitis Tb

Intervensi

1. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk segmen yang singkat dan

sederhana.

Rasional: Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan

kemampuan untuk menerima / memproses dan mengingat / menyimpan

informasi yang diberikan.

2. Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama.

Rasional : Proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa

minggu/bulan dan informasi yang tepat mengenai harapan dapat

menolong pasien untuk mengatasi ketidakmampuannya dan juga

menerima perasaan tidak nyaman yang lama.

3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein atau

karbohidrat yang dapat diberikan atau di makan dalam jumlah kecil

tapi sering.

Rasional : Meningkatkan proses penyembuhan. Makan makanan

dalam jumlah kecil tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit

pada proses metabolisme, menurunkan iritasi lambung dan mungkin

juga dapat meningkatkan pemasukan secara total.

4. Diskusikan pencegahan proses penyakit sesuai dengan kebutuhan

seperti memperoleh imunisasi yang sesuai, berenang hanya pada air

yang mengandung klorida, lingkungan yang bebas nyamuk untuk

mencegah infeksi.

Rasional: Meningitis virus akut seringkali berhubungan faktor

penyebab seperti virus campak, herpes.

5. Tekankan pentingnya evaluasi ulang dan terapi rawat jalan secara

rutin.

Rasional : penting sekali untuk megetahui perkembangan

penyembuhan atau adanya gejala sisa yang menetap dan mungkin

perlu untuk meneruskan atau mengubah terapi yang diberikan dan

untuk menentukan adanya penurunan fungsi neurologis

Page 23: Meningitis Tb

C. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana perawatan, untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut

pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat, untuk memberikan

pelayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dapat

direncanakan.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu

memerlukan intelektual dan keterampilan berhubungan, antara manusia yang

harmonis berdasarkan pemikiran yang rasional.

Ada dua syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan perawatan,

yiatu :

a. Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan

keperawatan atau telah mencapai tujuan tersebut.

b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan dapat diterima oleh

klien.

Proses pelaksanaan perawatan mencakup tiga hal :

1). Melaksanakan rencana keperawatan. Yaitu segala informasi yang tercakup

dalam rencana keperawatan, merupakan dasar atau pedoman dalam

intervensi dalam perawatan.

2). Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien.

Dalam mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dituntut upaya yang tidak

tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien

sebagai akibat tindakan perawatan yang diberikan dengan mutlak, akan

sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi reaksi klien yang

mungkin menunjukkan adanya penyimpangan-penyimpangan.

3). Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien.

Mengevaluasi reaksi klien dengan cara membandingkan terhadap syarat-

syarat dengan hasil yang diharapkan. Langkah ini merupakan tahap

sendiri. Syarat yang pertama yang dipenuhi apabila perawat telah

Page 24: Meningitis Tb

mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah bukti-bukti intervensi

perawatan yang dapat diterima oleh klien.

D. Evaluasi

Evaluasi untuk mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan dalam asuhan

keperawatan yang telah dilakukan. Klien perlu dievaluasi sebagai berikut :

1. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum.

2. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan atau belum.

3. Apakah perlu pengkajian kembali.

Page 25: Meningitis Tb

BAB IV

PEMBAHASAN

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien/keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Proses keperawatan mempersiapkan kerangka acuan untuk mengidentifikasi

kebutuhan klien, menyeleksi, mengintervensi dan mengoreksi keefektifan

pelaksanaan asuhan keperawatan. Perawat memerlukan pengetahuan yang luas

terhadap perawatan untuk menentukan kebutuhan fisiologis dan psikologis klien

beserta keluarganya.

Secara garis besar apa yang telah diuraikan pada teori tentang meningitis

tubekulosis tampak banyak kesamaan dengan tinjauan kasus yang ditemukan pada

klien dengan meningitis tuberculosis, namun ada beberapa perbedaan yang tidak

terlalu menyolok dengan apa yang dibahas dalam tinjauan kasus. Untuk memudahkan

dalam menguraikan kesenjangan yang ada maka kelompok membahas sebagai

berikut:

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, berguna

untuk menentukan aktivitas keperawatan dan sumber data bagi profesi lain. Pada

tahap pengkajian pada Tn. R yang menjadi sumber informasi dalam

pengumpulan data adalah keluarga klien, medical record dan perawat ruangan.

Dalam teori, pengkajian pasien dengan meningitis TB akan ditemukan

adanya tanda dan gejala seperti : Kehilangan motorik, kehilangan komunikasi

(disartria, disfasia/afasia dan apraksia), gangguan persepsi, kerusakan fungsi

kognitif dan efek psikologis, dan tingkat kesadaran, terjadi kelemahan umum, ,

kesulitan menelan, dan lain-lain, dan pada saat pengkajian kami menemukan

kesesuaian akan hal-hal tersebut.

Page 26: Meningitis Tb

Pada teori disebutkan bahwa pemeriksaan lumbal punksi sangat

menentukan untuk mengetahui adanya infeksi pada selaput otak, namun sampai

saat pengkajian klien belum dilakukan punksi lumbal hal ini kurang diketahui

secara pasti alas an tidak dilakukannya punksi lumbal

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian atau kesimpulan yang

diambil dari pengkajian keperawatan. Dalam Doengoes M.E (2001), disebutkan

ada 8 macam diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis

TB, antara lain : Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan

tubuh, penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap pathogen Resiko

terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema

serebral. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral.

Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi .kerusakan mobiltas fisik

berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Perubahan persepsi sensorik

berhubungan dengan perubahan resepsi sensorik, integrasi. Kecemasan

berhubungan dengan krisis situasi. Kurang pengetahuan mengenai penyebab

infeksi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajangan

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dikumpulkan, beberapa

masalah/diagnosa keperawatan diantaranya yaitu : Perubahan perfusi jaringan, ,

gangguan integritas kulit ,gangguan mobilitas fisik, nutrisi kurang dari

kebutuhan, , dan resiko infeksi.

Pada kasus ini kami mengangkat diagnosa resiko infeksi karena saat

pengkajian, klien sebelumnya telah menjalani beberapa operasi pemasangan alat

invasif. Kami tidak mengangkat diagnosa perubahan persepsi sensori, gangguan

harga diri, dan kurang pengetahuan karena selama proses perawatan, kesadaran

klien masih menurun sehingga hal-hal tersebut sulit dinilai dan sulit untuk

melakukan intervensi pada diagnosa-diagnosa tersebut. Di samping itu, kami

juga tidak mengangkat diagnosa kurang perawatan diri karena kenyataannya

keluarga klien selalu memperhatikan masalah perawatan diri klien. Untuk itu

Page 27: Meningitis Tb

keluarga selalu merawat dan membersihkan klien dan tidak ditemukan tanda-

tanda kuarang perarawatan diri pada klien. Kami juga tidak mengangkat diagnosa

kerusakan menelan terpasang NGT sehingga diagnosa tersebut sulit dinilai.

C. Perencanaan Keperawatan

Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan.

perencanaan memberikan alasan ilmiah berdasarkan literatur, hasil penelitian dan

pengalaman praktik.

Perencanaan dibuat untuk mengatasi respon klien dan untuk mencapai hasil

yang diharapkan seperti : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal,

mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena

(kompensasi), nutrisi yang seimbang sehingga tidak terjadi lagi penurunan berat

badan, dan tidak terjadi infeksi.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan dan sebelum

melakukan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi data

dengan singkat apakah data masih sesuai atau masih dibutuhkan.

Implementasi yang dilakukan pada klien berdasarkan intervensi

keperawatan yang telah ditetapkan yang disesuikan dengan kondisi klien Oleh

karena itu, tidak semua intervensi yang direncanakan, dilakukan pada klien.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus pada respon klien terhadap

tindakan keperawatan.

Dari ke-8 diagnosa keperawatan yang ditemukan, hanya 1 diagnosa

keperawatan yang teratasi. Diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu resiko

infeksi. Sedangkan ke 7 diagnosa keperawatan yang belum teratasi disebabkan

Page 28: Meningitis Tb

oleh kondisi klien yang masih menurun sehingga kami sulit untuk melakukan

tindakan implementasi serta menilai kemajuan atau perkembangan klien.

Page 29: Meningitis Tb

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Setelah mepelajari teori serta pengalaman langsung dilahan praktek maka

kelompok menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Meningitis tuberculosis adalah suatu peradangan pada selaput otak akibat

komplikasi tuberculosis primer yang terdiri dari 3 stadium yaitu ; stadium

prodromal,transisi dan terminal dimana pada stadium terminal ini klien akan

mengalami kelumpuhan,koma dan akhirnya meninggal, namun klien pada

kasus ini belum sampai pada stadium tersebut sehingga tingkat kesembuhan

klien masih sangat besar namun hal ini sangatlah ditentukan oleh perawatan

serta pengobatan yang tepat.

2. Pemeriksaan penunjang dalam hal ini punksi lumbal sangatlah membantu

dalam menegakkan suatu diagnosa medik bahwa klien mengalami meningitis

tuberculosis

3. Dalam diagnosa keperawatan banyak masalah yang dapat diangkat untuk

dasar dalam meberikan asuhan keperawatan secara tepat sehingga klien

dengan meningitis TB dapat sembuh dan terhindar dari cacat akibat

komplikasi yang diakibatkan pelaksanaan perawatan dan pengobatan yang

kurang sempurna/tepat.

B. Saran

1. Meningitis TB sangatlah memerlukan masa perawatan yang lama untuk itu

sebagai seorang perawat haruslah memiliki knowledge,skill serta attitude

yang professional dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada

klien dengan meningitis tuberculosis.

Page 30: Meningitis Tb

2. Tindakan kolaborasi seperti halnya pemeriksaan laboratorium (punksi

lumbal) sangatlah penting untuk mengetahui secara pasti proses penyakit

yang dialami klien

3. Perawat haruslah lebih cermat dalam menetukan prioritas masalah sehingga

diagnosa keperawatan yang ditentukan sangat tepat dalam membantu

mengatasi masalah yang dihadapi klien dengan meningitis TB.

4. Pemberian HE pada keluarga akibat proses perawatan yang lama serta derajat

penyakit yang sangat kompleks akan membantu dalam mencapai tujuan

keperawatan yang diharapkan karena adanya hubungan terapeutik antara

keluarga klien dengan petugas kesehatan umumnya dan keperawatan

khususnya.