askep meningitis

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak (ensefalitis), dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering terjadi adalah meningitis. Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter, araknoid, piameter. Durameter adalah membrane putih tebal yang kasar, dan menutupi seluruh otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan membrane lembut yang bersatu di tempatnya denga piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid di mana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Piameter merupakan membrane halus yang kaya akan pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medulla spinalis. Meningitis dapat dibedakan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe utama yaitu : 1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama mengikoku, pneumokokus, dan basil influenza. 2.Tuberculosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel(M.Tuber culos a) 3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi dari meningitis? 2.Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis? 3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui definisi dari meningitis. 2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya meningitis. 3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis BAB II

Upload: endah-rahmawati

Post on 28-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak (ensefalitis), dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering terjadi adalah meningitis.

Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter, araknoid, piameter. Durameter adalah

membrane putih tebal yang kasar, dan menutupi seluruh otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan membrane

lembut yang bersatu di tempatnya denga piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid di mana terdapat arteri

dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Piameter merupakan membrane halus yang kaya akan

pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang

langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medulla spinalis.

Meningitis dapat dibedakan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe utama yaitu : 1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama mengikoku, pneumokokus, dan basil influenza. 2.Tuberculosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel(M.Tuber culos a)

3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi dari meningitis? 2.Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari meningitis.

2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya meningitis.

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. 2.2 ETIOLOGI

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis

mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.

Page 2: Askep Meningitis

Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi

dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

a.Meningitis Bakteri

Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia,

Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon

terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit

dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan

terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan

pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan

mengalami infark.

b. Meningitis Virus

Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang

disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada

meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.

Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap

virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

2.3 PATOFISIOLOGI

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam

pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan

sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan

subarachnoid.

Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran

darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur

tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan

(dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya

Page 3: Askep Meningitis

mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan

ventrikel.

Invasi kuman ke selaput otak Gangguan fungsi sistem regulasi Peningkatan TIK ↓ Hipertemia Gangguan persepsi Gangguan kesadaran ↓ sensori ↓ Gangguan metabolisme otak Gangguan rasa nyama Gangguan mobilitas ↓ fisik Perubahan keseimbangan dan sel netron ↓ Difusi ion kalium dan natrium Gangguan perfusi ↓ jaringan Lepas muatan listrik ↓ Kejang ↓

Berkurangnya koordinasi otot Resiko trauma fisik 2.4 PENGKAJIAN PASIEN DENGAN MENINGITIS Riwayat penyakit dan pengobatan

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus

ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk.

Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi

seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.

2.4 MANIFESTASI KLINIK

Page 4: Askep Meningitis

• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.

• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.

• Sakit kepala

• Sakit-sakit pada otot-otot

• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien

• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI

• Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan

bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot. • Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat

pada virus meningitis.

• Nausea

• Vomiting

• Demam

• Takikardia

• Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia

• Pasien merasa takut dan cemas.

Page 5: Askep Meningitis

2.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal

punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa

cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.

Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar

glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa

cairan otaknya menurun dari nilai normal.

2.6 PEMERIKSAAN RADIOLOGI CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. 2.7 TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian a. Biodata b. Keluhan utama Kejang. c. Riwayat penyakit sekarang

Sebelumnya di rumah klien sudah seminggu menderita demam, flu dan batuk. klien mulai kejang

pada tanggal 13 Februari 2010 jam 23.00 (pada saat kejang mata melirik ke atas, kejang pada

seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih lewat

mulut) dan langsung dibawa ke IRD RSUD.

d. Riwayat penyakit dahulu Sebelumnya klien pernah MRS dengan diare pada saat berumur 1 bulan. e. Riwayat penyakit keluarga Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan kejang didalam keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/ batuk. f. Riwayat kehamilan dan persalinan

Page 6: Askep Meningitis

Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke bidan didekat rumahnya, ia mengatakan bahwa ia juga

mengkonsumsi jamu selama hamil. Menurut ibu, klien lahir kembar di rumah sakit dengan berat badan lahir 1200

gram, tidak langsung menangis, menurut ibu air ketubannya berwarna kehitaman dan kental.

g. Status imunisasi Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan hepatitis h. Status nutrisi

Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan, setelah dirawat di ruang anak ibu

tidak meneteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada saat pengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm,

lingkar lengan atas 7 cm. Ibu mengungkapkan anak tidak mual dan tidak pernah muntah.

i. Riwayat perkembangan

Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust (dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk

karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada fase oral dimana kepuasan berasal pada mulut.

j. Data Psikososial

Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar anaknya bisa cepat sembuh dan

pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibu dan nenek klien selalu menunggui klien dan

hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien datang mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.

k. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan Umum Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan kanan, kesadaran compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 385 O C, pernafasan 40 x/mnt teratur. 2) Kepala dan Leher • Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,

ubun-ubun besar masih belum menutup, teraba lunak dan cembung, tidak tegang. Lingkar kepala 36 cm. • Reaksi cahaya+/+, mata nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak terdapat sub

kunjungtival bleeding. • Telinga tidak ada serumen

Page 7: Askep Meningitis

• Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

• Mulut bersih, tidak terdapat moniliasis.

• Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.

3) Dada dan Thoraks

Pergerakan dada simetris, Wheezing-/-, Ronchi-/-, tidak terdapat retraksi otot bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung,

ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.

4) Abdomen Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus, bising usus+ normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba. Kandung kemih teraba kosong. 5) Ekstremitas

Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot tidak

dilakukan. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi. Ekstrimitas kanan sering terjadi

spastik setiap 10 menit selama 1 menit.

6) Reflek Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky + 7) Pemeriksaan Penunjang − Kalium serum

normal 3,5-5,5 mEq/L − Na Serum

normal 135-145 mEq/L − Kalsium serum

normal 8,0-10 mg/dl − Hemoglobine

2. Diagnose Keperawatan

• Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intracranial

• Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

• Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental

Page 8: Askep Meningitis

dan penurunan tingkat kesadaran • Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informas

3. Rencana Tindakan NoDiagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional 1 Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial • Pasien

kembali pada, keadaan status neurologis

sebelum sakit • Meningkatnya

kesadaran pasien

Page 9: Askep Meningitis

dan

fungsi

sensoris

-

Tanda- tanda vital

dalam

batas

normal

-

Kesadaran meningkat -

Adanya peningkata

n kognitif dan tidak ada

atau

hilangnya

tanda-

tanda

tekanan

intrakranial

yang

meningkat

1.

Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. 3. Monitor intake dan output

Page 10: Askep Meningitis

4. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi,

Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik

5. Bantu

pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.

1.

Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak

2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut 3. Pada keadaan normal autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler

akan

menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat

dimanifestasikan

dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan

tekanan

diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

4. hipertermi

dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan

resiko dehidrasi

ASKEP MENINGITIS

Page 11: Askep Meningitis

Filed Under:Neurobehaviour   — putri_rahza — 9 Comments February 10, 20102.1 Definisi Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid danpiamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri danvirus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (DonnaD.,1999).Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulaspinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satudari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilusinfluenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinalcolumn yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).2.2 Klasifikasi1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organismeyang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia danneisseria meningitis.Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi padadaerah penduduk yang padat, spt: asrama, penjara.Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau sicklesell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulangtengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu jugadapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, spt: AIDS dan defisiensiimunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon denganterjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudatyang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akanterkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipismenjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistemnasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melaluisistem vaskuler.Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepatmengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atauneurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.3. Meningitis Jamur 

  Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusatpada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalantubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan padaklien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual,muntah dan menurunnya status mental.2.3 Etiologi1. BakteriMerupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secaraumum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :•Haemophillus influenzae•Nesseria meningitides (meningococcal)•Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)

Page 12: Askep Meningitis

•Streptococcus, grup A•Staphylococcus aureus•Escherichia coli•Klebsiella•Proteus•Pseudomonas2. VirusMerupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanyabersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri danpenyembuhan bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang menyebabkanmeningitis adalah:−Coxsacqy−Virus herpes−Arbo virus−Campak dan varicela3. Jamur Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada pasien HIV/AIDSdan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis.4. Protozoa( Donna D., 1999)Faktor resiko terjadinya meningitis :1. Infeksi sistemik Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogensampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC,perikarditis, dll.2. Trauma kepalaBisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yangmemungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea danrhinorhea3. Kelainan anatomisTerjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi  cranium4. Terjadinya pe ↑ TIK pada meningitis, mekanismenya adalah sebagai berikut :a. Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi meninges → pe ↑permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volumecairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe ↑TIK b. Pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika infeksi sudah menyebar kejaringan otak, dimana kejang ini terjadi bila ada kerusakan pada korteks serebri padabagian premotor.5. Hidrosefalus pada meningitis terjadi karena mekanisme sebagai berikut :Inflamasilocal → scar tissue di daerah arahnoid ( vili ) → gangguan absorbsi CSF → akumulasiCSF di dalam otak → hodosefalus6. Perbedaan Ensefalitis dengan meningitis :Encephalitis MeningitisKejang Kaku kuduk Kesadaran ↓ Kesadaran relatif masih baik Demam ↓ Demam ↑Bila gejala yang muncul campuran kemungkinan mengalami Meningo-ensefalitis.Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :•Otitis media

Page 13: Askep Meningitis

•Pneumonia•Sinusitis•Sickle cell anemia•Fraktur cranial, trauma otak •Operasi spinalMeningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuhseperti AIDS.2.4 Manifestasi KlinisTanda dan gejala meningitis secara umum:1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakaninvolunter, kelemahan, hipotonia2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardidan disritmia pada fase akut3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosakering5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi,“Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan oenglihatan, diplopia,fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambilkeputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif,rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki  7. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baruberlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash,gangguan sensasi.10. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis,diabetes mellitusTanda dan gejala meningitis secara khusus:1. Anak dan Remajaa) Demamb) kjhMengigilc) Sakit kepalad) Muntahe) Perubahan pada sensoriumf) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)g) Peka rangsangh) Agitasii) Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanyadisfungsi pada saraf III, IV, dan VI)),Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma.2. Bayi dan Anak KecilGambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.a) Demamb) Muntahc) Peka rangsang yang nyatad) Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)e) Fontanel menonjol.3.Neonatus:a) Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelasdan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapahari, sepertib) Menolak untuk makan.c) Kemampuan menghisap menurun.d) Muntah atau diare.e) Tonus buruk.f) Kurang gerakan.g) Menangis buruk.h) Leher biasanya lemas.i) Tanda-tanda non-spesifik:j) Hipothermia atau demam.k) Peka rangsang.l) Mengantuk.m) Kejang.  n) Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.o) Sianosis.p) Penurunan berat badan.2.5 PatofisiologiMeningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia,yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,anemia sel sabit dan

Page 14: Askep Meningitis

hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala danpengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagiantengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalammeningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan alirandarah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudatmeningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiridari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edemaserebral dan peningkatan TIK.Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dandihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yangdisebabkan oleh meningokokus2.6 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisacairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal PungsiLumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairancerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal punksitidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial..a. Meningitis bacterial :tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat, glukosamenurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.b. Meningitis Virus :tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur biasanyanegative.Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi padakepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningealkhususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagianbelakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakanbahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatasnilai normal.Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya  ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.Glukosa serum : meningkat ( meningitis )LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri)Elektrolit darah : Abnormal .ESR/LED : meningkat pada meningitisKultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksiatau mengindikasikan tipe penyebab infeksiMRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranialArteriografi karotis : Letak abses2.7 Penatalaksanaan1. Farmakologisa. Obat anti inflamasi1) Meningitis tuberkulosaa) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahunb) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahunc) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3bulan2). Meningitis bacterial, umur < 2 bulana) Sefalosporin generasi ke 3b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali seharic)

Page 15: Askep Meningitis

Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari3). Meningitis bacterial, umur > 2 bulana) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali seharib) Sefalosforin generasi ke 3.b. Pengobatan simtomatis1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian kliendilanjutkan dengan.2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.3) Turunkan panas :a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.b) Kompres air PAM atau esc. Pengobatan suportif 1) Cairan intravena2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50 %Perawatana. Pada waktu kejang1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.2) Hisap lender  3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh)b. Bila penderita tidak sadar lama1) Beri makanan melalui sonda2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita seseringmungkin3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotikac. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.d. Pemantauan ketat.1) Tekanan darah2) Respirasi3) Nadi4) Produksi air kemih5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.2.8 Komplikasi1. Hidrosefalus obstruktif 2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )5. Efusi subdural6. Kejang7. Edema dan herniasi serebral8. Cerebral palsy9. Gangguan mental10. Gangguan belajar 11. Attention deficit disorder 2.9 PencegahanMeningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapatmenyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatantuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikanterapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius2.10 PrognosisPenderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental ataumeninggal tergantung :a. umur penderita.b. Jenis kuman penyebabc. Berat ringan infeksid. Lama sakit sebelum mendapat pengobatane. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan  f. Adanya dan penanganan penyakit.Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal. Jika terjadi abses,angka kematian mendekati 75%. 20-50% bayi yang bertahan hidup, mengalamikerusakan otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan keterbelakangan mental).BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian3.1.1 Anamnesa1. Identitas pasien.2. Keluhan utama: sakit kepala dan demam3. Riwayat penyakit sekarangHarus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dankeluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifattimbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.4. Riwayat penyakit dahuluRiwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakanbedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masasebelumnya perlu ditanyakan pada pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang seringdigunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibioticdan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).5. Riwayat psikososialRespon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalamkeluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari

Page 16: Askep Meningitis

harinyabaik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.3.1.2 Pemeriksaan fisik B1: Peningkatan kerja pernapasan pada fase awalB2: TD meningkat, nadi menurun, tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatanTIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia, disritmia (pada fase akut) sepertidisritmia sinusB3: afasia/ kesulitan dalam berbicara, mata (ukuran/ reaksi pupil), unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola mata bergerak-gerak terusmenerus), kejang lobus temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada faseakut meningitis), hemiparese/ hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+)merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon dalam terganggu,babinski (+), refleks abdominal menurun/ tidakl ada, refleks kremastetik

hilang pada laki-lakiB4: Adanya inkontinensia dan/atau retensiB5: Muntah, anoreksia, kesulitan menelanB6: Turgor kulit jelek 3.2 Analisa DataAnalisa Data Etiologi Masalah KeperawatanDS: mengeluh nyeri, depresi (sampai memukul-mukul kepala): skala nyeri (0-10), karakteristik (berat, berdenyut, konstan), lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk Bakteri, fungi, virus, trauma kepala, infeksi sistemik Invasi ke SSP melalui aliran darahInflamasi NyeriDS: demamDO: hipertermi (> 36-370 C), kulit memerah, frekwensi nafas meningkat, kulit hangatbila disentuh, takikardi Bakteri, fungi, virus, trauma kepala, infeksi sistemik Invasi ke SSP melalui aliran darahInflamasiExudat menyebar Resiko tinggi penyebaran infeksi sekunder.DS: Nyeri kepala, Pusing, kehilangan memori, bingung, kelelahan, kehilangan visual,kehilangan sensasiDO: Bingung / disorientasi, penurunan kesadaran, perubahan status mental, gelisah,perubahan motorik, dekortikasi, deserebrasi, kejang, dilatasi pupil, edema papil ↑permeabilitas kapiler Kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisialpe ↑ volume cairan interstisialedema serebralRisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebralDS:-DO: pasien mengalami kejang, gangguan motorik, ataksia. Difusi ion K dan Nakejangberkurangnya koordinasi otot Risiko tinggi terhadap traumaDS: merasa lemahDO: pasien terlihat pucat dan lemah pe ↑ volume cairan interstisialpeningkatan TIK Gangguan kesadaran Gangguan mobilitas fisik DS: Klien mengeluh frustasi.DO: pasien mengalami kebingungan, emosi yang berlebihan, frustasi, disorientasi realitasPeningkatan TIK Defisit neurologisPerubahan persepsi sensori Perubahan persepsi sensori  3.3 Diagnosa1. Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi2. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen.3. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yangmengubah/menghentikan darah arteri/virus4. Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo5. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan6. Perubahan persepsi sensori b.d defisit neurologis3.4 IntervensiDiagnosa 1 : Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasiIntervensi RasionalMandiri1. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yangnyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage ototleher.Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akanmenurunkan nyeri2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi) Menurunkan iritasimeningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut3. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif. Dapat membantu merelaksasikan keteganganotot yang

Page 17: Askep Meningitis

meningkatkan reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul Meningkatkan relaksasi ototdan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyamanKolaborasi5. Berikan anal getik, asetaminofen, codeinMungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang beratDiagnosa 2: Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen daripatogen.Intervensi RasionalMandiri1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahanPada fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme diketahui/dosisantibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada oranglain2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat. Menurunkan resikopasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi3. Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam Memobilisasi secret danmeningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasiterhadap pernapasanKolaborasi4. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu  Diagnosa 3 : Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edemaserebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virusIntervensi RasionalMandiri1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera2. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. Aktivitas seperti ini akanmeningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat men9ingkatkan TIK.Kolaborasi.3. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.Peningkatanaliran vena dari kepal akna menurunkan TIK 4. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ). Meminimalkan fluktuasi dalam aliranvaskuler dan TIK.5. Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen Menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi edema serebral, mengatasi kelainan postur tubuh atau menggigil yangdapat meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen dan resiko kejangDiagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum,vertigo.Intervensi RasionalMandiri1. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatanMelindungi pasien bila terjadi kejang2. Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadivertigo, sinkop, atau ataksiaKolaborasi3. Berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejangDiagnosa 5 : Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunankekuatanIntervensi RasionalMandiri1. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.2. Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasidan fungsi sendi/posisinormal akstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis3. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab. Meningkatkan sirkulasi, elastisitaskulit, dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit4. Berikan matras udara atau air, perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.Menyeimbangkan tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi dan membantu meningkatkanarus balik vena untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.5. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi. Proses penyembuhan yanglambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan bagianyang amat penting dari suatu program pemulihan tersebut.  Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori b.d krisis situasi, ancaman kematian.Intervensi RasionalMandiri1. Hilangkan suara bising yang berlebihan.Menurunkan ansietas, respons emosi yang berlebihan/bingung yang berhubungan dengansensorik yang berlebihan2. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari

Page 18: Askep Meningitis

perubahan persepsi3. Beri kesempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas. Menurunkan frustasi yangberhubungan dengan perubahan kemampuan/pola respons yang memanjangKolaborasi ahli fisioterapi4. Terapi okupasi,wicara dan kognitif.Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan terintegrasi yangdidasarkan atas kombinasi kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada fungsi fisik, kognitif, dan keterampilan perseptual3.4 Evaluasi1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogenatau keterlibatan orang lain.2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mamputidur/istirahat dengan tepat.5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratanpengetahuan tentang situasi.3.5 Tinjauan KasusNama : By. LTempat tanggal lahir : Jombang, 17 Desember 2002Usia : 5 bulan/ anak ke-5Jenis kelamin : Perempuan.Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. SPendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMPAgama : IslamSuku bangsa : Jawa/ IndonesiaAlamat : Mojowarno/ JombangNo. DMK : 10-392-85Tgl MRS : 13 April 2003Sumber informasi : IbuDiagnosa medis : S. MeningitisSebelumnya di rumah klien sudah seminggu menderita demam, flu dan batuk. klien mulaikejang pada tanggal 13 April 2003 jam 23.00 (pada saat kejang mata melirik ke atas,kejang pada seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang  keluar buih lewat mulut) dan langsung dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya danMRS di Ruang anak B2 Neorologi. Sebelumnya klien pernah MRS dengan diare padasaat berumur 1 bulan.Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan kejang didalam keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/ batuk. selama hamil ia rajin kontrol ke bidan didekatrumahnya, ia mengatakan bahwa ia juga mengkonsumsi jamu selama hamil. Menurut ibu,klien lahir kembar di rumah sakit Mojowarno Jombang dengan berat badan lahir 1200gram, tidak langsung menangis, menurut ibu air ketubannya berwarna kehitaman dankental. Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I danhepatitisIbu mengungkapkan by.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan, setelahdirawat di ruang anak ibu tidak menenteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada saatpengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar lengan atas 7 cm. Ibumengungkapkan anak tidak mual dan tidak pernah muntah Pada saat ini anak memasukimasa basic trust Vs Mistrust (dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada fase oral dimana kepuasan berasalpada mulut.Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar anaknyabisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibudan nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien datang mengunjungi klien, karena harus bekerja dan sekolah.1. PengkajianPengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2003 pukul 10.00 WIB di Ruang anak (Ruang neurologi/ B II) RSUD Dr. Soetomo surabayaa. BiodataNama : By. LTempat tanggal lahir : Jombang, 17 Desember 2002Usia : 5 bulan/ anak ke-5Jenis kelamin : Perempuan.Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. SPendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMPAgama : IslamSuku bangsa : Jawa/ IndonesiaAlamat : Mojowarno/ JombangNo. DMK : 10-392-85Tgl MRS : 13 April 2003Sumber informasi : IbuDiagnosa medis : S. Meningitisb. Keluhan utamaKejang.c. Riwayat penyakit sekarangSeminggu menderita demam, flu dan batuk. klien mulai kejang pada tanggal 13 April2003 jam 23.00 (pada saat kejang mata melirik ke atas, kejang pada seluruh

Page 19: Askep Meningitis

badan,setelah kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih lewat mulut) danlangsung dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan MRS di Ruang anak B2  5. Bantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.Kolaborasi6. Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.7. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen8. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika 1. Perubahanpada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak 2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt3. Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti olehpenurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkanperjalanan infeksi.4. hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasiterutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral5. Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen.Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dariefek valsava6. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairandan cairan dapat menurunkan edema cerebral7. Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat seldapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral.8. Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler, menurunkan edemaserebri, menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejangDiagnosa 2Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermiTujuan: Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermiKriteria Hasil: Tidak terjadi serangan kejang ulang.Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)100-110 x/menit (anak)Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)24 – 28 x/menit (anak)Kesadaran composmentisIntervensi Rasional1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat2. Berikan kompres dingin3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam5. Batasi aktivitas selama anak panas  6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis 1. proses konveksi akan terhalangoleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.2. perpindahan panas secara konduksi3. saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat4. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan5. aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas6. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksisDiagnosa 3Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental danpenurunan tingkat kesadaranTujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaranKriteria hasil Klien bebas dari resiko injuriRencana tindakan Rasional1. Independentmonitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya2. Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alatsuction selalu berada dekat pasien3. Pertahankan bedrest total selama fase akutKolaborasi4. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll. 1. Gambarantribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yangtepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.2. Melindungi pasien bila kejang terjadi3. Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi4. Untuk mencegah atau mengurangi kejang.Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasiDiagnosa 4Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasiTujuan Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknyaKriteria hasil : Keluarga tidak sering bertanya tentang

Page 20: Askep Meningitis

penyakit anaknya.Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.Keluarga mentaati setiap proses keperawatanRencana tindakan Rasional1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang,antara lain :o Jangan panik saat kejang  o Baringkan anak ditempat rata dan lembut.o Kepala dimiringkan.o Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan kemulut.o Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaantenang.o Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindariorang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikansuhu7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukankepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam 1 Mengetahuisejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat2. penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasankeluarga3. agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan4. sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasimasalah kesehatan5. mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang6. sebagai upaya preventif serangan ulang7. imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam