askep meningitis anak
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak (ensefalitis),
dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering terjadi adalah meningitis.
Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter, araknoid,
piameter. Durameter adalah membrane putih tebal yang kasar, dan menutupi seluruh otak dan
medulla spinalis. Araknoid merupakan membrane lembut yang bersatu di tempatnya denga
piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid di mana terdapat arteri dan vena serebral
dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Piameter merupakan membrane halus yang kaya akan
pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Piameter
adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medulla spinalis.
Meningitis dapat dibedakan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe
utama yaitu :
1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
mengikoku, pneumokokus, dan basil influenza.
2. Tuberculosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel (M.Tuberculosa)
3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari meningitis?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis?
1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari meningitis.
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya meningitis.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.
2.2 ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak
atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh
virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta
dan meningitis serosa.
a. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,
Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia
colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan
subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan
lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami
infark.
b. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan
herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada
meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan
terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan
otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
3
2.3 PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam
sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak
melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret
telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang
masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme
yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan
ventrikel.
Invasi kuman ke selaput otak
Gangguan fungsi sistem regulasi Peningkatan TIK
↓
Hipertemia Gangguan persepsi Gangguan kesadaran
↓ sensori ↓
Gangguan metabolisme otak Gangguan rasa nyama Gangguan mobilitas
↓ fisik
Perubahan keseimbangan
dan sel netron
↓
Difusi ion kalium dan natrium Gangguan perfusi
↓ jaringan
Lepas muatan listrik
↓
Kejang
↓
Berkurangnya koordinasi otot Resiko trauma fisik
4
2.4 PENGKAJIAN PASIEN DENGAN MENINGITIS
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status
kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran
napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
2.4 MANIFESTASI KLINIK
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
Sakit kepala
Sakit-sakit pada otot-otot
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan
bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat
pada virus meningitis.
Nausea
Vomiting
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
Pasien merasa takut dan cemas.
2.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
5
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas
nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa
cairan otaknya menurun dari nilai normal.
2.6 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
2.7 TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan utama
Kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya di rumah klien sudah seminggu menderita demam, flu dan batuk. klien
mulai kejang pada tanggal 13 Februari 2010 jam 23.00 (pada saat kejang mata melirik
ke atas, kejang pada seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan menangis pada saat
kejang keluar buih lewat mulut) dan langsung dibawa ke IRD RSUD.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien pernah MRS dengan diare pada saat berumur 1 bulan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan kejang didalam keluarga
tidak ada yang menderita sakit flu/ batuk.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke bidan didekat rumahnya,
ia mengatakan bahwa ia juga mengkonsumsi jamu selama hamil. Menurut ibu, klien
6
lahir kembar di rumah sakit dengan berat badan lahir 1200 gram, tidak langsung
menangis, menurut ibu air ketubannya berwarna kehitaman dan kental.
g. Status imunisasi
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan hepatitis
h. Status nutrisi
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan, setelah
dirawat di ruang anak ibu tidak meneteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada
saat pengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar lengan atas 7 cm. Ibu
mengungkapkan anak tidak mual dan tidak pernah muntah.
i. Riwayat perkembangan
Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust (dimana rasa percaya anak
kepada lingkungan terbentuk karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada
fase oral dimana kepuasan berasal pada mulut.
j. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar anaknya
bisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien.
Ibu dan nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari minggu ayah dan
kakak klien datang mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan kanan, kesadaran
compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 385 OC, pernafasan 40 x/mnt teratur.
2) Kepala dan Leher
Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,
ubun-ubun besar masih belum menutup, teraba lunak dan cembung, tidak
tegang. Lingkar kepala 36 cm.
Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak terdapat sub
kunjungtival bleeding.
Telinga tidak ada serumen.
Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Mulut bersih, tidak terdapat moniliasis.
7
Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.
3) Dada dan Thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak terdapat retraksi otot
bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula
sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.
4) Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus, bising usus+
normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba. Kandung kemih teraba kosong.
5) Ekstremitas
Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada kelainan dalam
segi bentuk, uji kekuatan otot tidak dilakukan. Klien mampu menggerakkan
ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi. Ekstrimitas kanan sering terjadi
spastik setiap 10 menit selama 1 menit.
6) Reflek
Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +
7) Pemeriksaan Penunjang
Kalium serum normal 3,5-5,5 mEq/L
Na Serum normal 135-145 mEq/L
Kalsium serum normal 8,0-10 mg/dl
Hemoglobine
2. Diagnose Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental
dan penurunan tingkat kesadaran
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi
8
3. Rencana Tindakan
NoDiagnosa
keperawatanTujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
1 Gangguan perfusi
jaringan
sehubungan dengan
peningkatan
tekanan intrakranial
Pasien
kembali pada,
keadaan status
neurologis
sebelum sakit
Meningkatnya
kesadaran
pasien dan
fungsi
sensoris
- Tanda-
tanda vital
dalam
batas
normal
- Kesadaran
meningkat
- Adanya
peningkata
n kognitif
dan tidak
ada atau
hilangnya
tanda-
tanda
tekanan
intrakranial
yang
1. Pasien bed
rest total dengan posisi
tidur terlentang tanpa
bantal
2. Monitor
tanda-tanda status
neurologis dengan
GCS.
3. Monitor
intake dan output
4. Monitor
tanda-tanda vital seperti
TD, Nadi, Suhu,
Respirasi dan hati-hati
pada hipertensi sistolik
5. Bantu
pasien untuk membatasi
gerak atau berbalik di
1. Perubahan pada tekanan
intakranial akan dapat meyebabkan
resiko untuk terjadinya herniasi otak
2. Dapat mengurangi
kerusakan otak lebih lanjut
3. Pada keadaan normal
autoregulasi mempertahankan
keadaan tekanan darah sistemik
berubah secara fluktuasi. Kegagalan
autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vaskuler cerebral yang
dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diikuti oleh
penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
4. hipertermi dapat
menyebabkan peningkatan IWL dan
10
meningkat tempat tidur.
Kolaborasi
6. Berikan
cairan perinfus dengan
perhatian ketat.
7. Monitor
AGD bila diperlukan
pemberian oksigen
8. Berikan terapi sesuai
advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel,
Antibiotika
meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak
sadar, nausea yang menurunkan
intake per oral
5. Aktifitas ini dapat
meningkatkan tekanan intrakranial
dan intraabdomen. Mengeluarkan
napas sewaktu bergerak atau
merubah posisi dapat melindungi diri
dari efek valsava
6. Meminimalkan fluktuasi
pada beban vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema
cerebral
7. Adanya kemungkinan
asidosis disertai dengan pelepasan
oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral
8. Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas kapiler.
11
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang
NoDiagnosa
keperawatanTujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
2 Resiko terjadi
kejang ulang
berhubungan
dengan
hipertermi.
Klien tidak
mengalami
kejang
selama
berhubungan
dengan
hiperthermi
Tidak terjadi
serangan kejang
ulang.
Suhu 36,5 – 37,5 º C
(bayi), 36 – 37,5 º C
(anak)
Nadi 110 – 120
x/menit (bayi)
100-110 x/menit
(anak)
Respirasi 30 – 40
x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit
(anak)
Kesadaran
1. Longgarkan pakaian,
berikan pakaian tipis
yang mudah
menyerap keringat
2. Berikan kompres
dingin
3. Berikan ekstra cairan
(susu, sari buah, dll)
4. Observasi kejang
dan tanda vital tiap 4
jam
5. Batasi aktivitas
selama anak panas
6. Berikan anti piretika
dan pengobatan
1. proses konveksi akan terhalang
oleh pakaian yang ketat dan tidak
menyerap keringat.
2. perpindahan panas secara
konduksi
3. saat demam kebutuhan akan
cairan tubuh meningkat
4. Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan
dilakukan
5. aktivitas dapat meningkatkan
metabolisme dan meningkatkan
panas
6. Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai
12
composmentis sesuai advis propilaksis
NoDiagnosa
keperawatanTujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
3 Resiko
terjadinya
injuri
sehubungan
dengan adanya
kejang,
perubahan
status mental
dan penurunan
tingkat
kesadaran
Pasien
bebas dari
injuri yang
disebabkan
oleh
kejang dan
penurunan
kesadaran
Klien bebas
dari resiko
injuri
1. Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut
dan otot-otot muka lainnya
2. Persiapkan lingkungan yang aman seperti
batasan ranjang, papan pengaman, dan
alat suction selalu berada dekat pasien
3. Pertahankan bedrest total selama fase
akut
Kolaborasi
4. Berikan terapi sesuai advis dokter
seperti; diazepam, phenobarbital, dll.
1. Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
3. Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
4. Untuk mencegah atau mengurangi
kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
respiratorius depresi dan sedasi
NoDiagnosa
keperawatanTujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
4 Kurangnya Pengetahuan Keluarga tidak 1. Kaji tingkat pengetahuan 1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan
13
pengetahuan
keluarga
sehubungan
keterbataaan
informasi
keluarga
bertambah
tentang
penyakit
anaknya
sering bertanya
tentang
penyakit
anaknya.
Keluarga
mampu
diikutsertakan
dalam proses
keperawatan.
keluarga
mentaati setiap
proses
keperawatan
keluarga
2. Beri penjelasan kepada
keluarga sebab dan akibat kejang
3. Jelaskan setiap tindakan
perawatan yang akan dilakukan
4. Berikan Health Education
tentang cara menolong anak kejang dan
mencegah kejang, antara lain :
o Jangan panik saat kejang
o Baringkan anak ditempat
rata dan lembut.
o Kepala dimiringkan.
o Pasang gagang sendok yang
telah dibungkus kain yang basah, lalu
dimasukkan ke mulut.
o Setelah kejang berhenti dan
pasien sadar segera minumkan obat
tunggu sampai keadaan tenang.
o Jika suhu tinggi saat kejang
lakukan kompres dingin dan beri
banyak minum
5. Berikan Health Education
yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat
2. penjelasan tentang kondisi yang
dialami dapat membantu menambah
wawasan keluarga
3. agar keluarga mengetahui tujuan
setiap tindakan perawatan
4. sebagai upaya alih informasi dan
mendidik keluarga agar mandiri
dalam mengatasi masalah kesehatan
5. mencegah peningkatan suhu lebih
tinggi dan serangan kejang ulang
6. sebagai upaya preventif serangan
ulang
7. imunisasi pertusis memberikan reaksi
panas yang dapat menyebabkan
kejang demam
14
agar selalu sedia obat penurun panas, bila
anak panas
6. Jika anak sembuh, jaga agar
anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman
yang menderita penyakit menular
sehingga tidak mencetuskan kenaikan
suhu
7. Beritahukan keluarga jika
anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
15
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Tgl/Pukul No. DP Pelaksanaan tindakan
1. 1. Melakukan bedrest total pada klien dengan posisi tidur
terlentang tanpa bantal
2. Memonitor tanda-tanda status neurologis
3. Memonitor intake dan output
4. memonitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu,
Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
5. Membantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di
tempat tidur.
6. Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid,
Aminofel, Antibiotika
2. 1. Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
2. Memberikan kompres dingin di daerah kepala, leher dan
ketiak
3. Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
4. Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
5. Membatasi aktivitas selama anak panas
- Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
3 Independent
1. Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot
muka lainnya
2. Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan
ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada
dekat pasien
3. Pertahankan bedrest total selama fase akut
16
Kolaborasi
1. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam,
phenobarbital, dll..
4 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Memberi penjelasan kepada keluarga sebab
dan akibat kejang
3. Menjelaskan setiap tindakan perawatan yang
akan dilakukan
4. Memberikan Health Education tentang cara
menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara lain :
Jangan panik saat kejang
Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
Kepala dimiringkan.
Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain
yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera
minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres
dingin dan beri banyak minum
Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama
5. Berikan Health Education agar selalu sedia
obat penurun panas, bila anak panas
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak
terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau
teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak
mencetuskan kenaikan suhu
7. Beritahukan keluarga jika anak akan
mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita
kejang demam
17
5. Evaluasi
No.DP Tanggal SOAP
1 S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik masih
terjadi
O : - Tangan dan kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
O : - Jam 11.00 klien kejang
- Suhu tubuh jam 11.00 38,6 0 C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh klien
O : - Klien masih terjadi spastik
- Lingkungan tempat tidur terlihat aman
-Klien masih bedrest total ditempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4 S : Ibu klien mengatakan sudah mengerti apa yang sudah
dijelaskan
O : Ibu klien terlihat lebih tenang
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai meningitis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).
2. Meningitis dapat disebabkan oleh dua hal utama yaitu bakteri dan virus. Namun tidak
hanya disebabkan oleh bakteri dan virus, namun ada beberapa factor predisposisi yang
juga cukup berperan dalam terjadinya meningitis seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
3. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu meningitis purulenta dan
meningitis serosa.
3.2 SARAN
Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan Meningitis
ini diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa mengidentifikasi dan
membedakan gejala meningitis dengan gejala penyakit yang ada pada selaput otak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1999
Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Penerbit: Media Aesculapius, Jakarta, 1999
Brunner / Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2000
Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
20