sepsis meningitis

43
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter). Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya

Upload: heric-b

Post on 10-Aug-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

materi

TRANSCRIPT

Page 1: Sepsis Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir.

Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan

jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter).

Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter

melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan

terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf

perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi

(perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf

pusat.

Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan

internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh untuk mampu

mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi berlangsung

melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu

mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.

Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya akan

dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls diolah

untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah otot

rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan

kelenjar sebasea.

Page 2: Sepsis Meningitis

 Secara garis besar sistem saraf mempunyai empat fungsi yaitu :

☼ Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori

(Afferent Sensory Pathway).

☼ Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.

☼ Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak     untuk

selanjutnya menentukan jawaban (respon).

☼ Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke organ-

organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. (Depkes : 1995)

2. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan pengertian sampai pada

penatalaksanaan sistem persyarafan khususnya pada penyakit Meningitis.

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan

piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut

dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)

Page 3: Sepsis Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin

terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu

retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan radang

selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)

Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan

medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :

☼ Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll.

☼   Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)

Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)

disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla

spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali

menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal. (Harsono :

1996)

2. PATOFISIOLOGI

            Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung

menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung (endokarditis),

selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput otak misalnya abses

otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman (meningokok,

pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi

radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.

Page 4: Sepsis Meningitis

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,

dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam

ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan

limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri dari

dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit, polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di

lapisan dalam terdapat makrofag.

 Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,

selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel

darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf

pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak, eksudasi. 

 Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat

menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan

demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi

eksudat perineural yang fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI,

VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat aliran dan absorbsi

CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans. 

(Harsono : 1996)

Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai

cara antara lain : 

☼ Hematogen atau limpatik

☼ Perkontuinitatum

☼ Retograd melalui saraf perifer

☼ Langsung masuk cairan serebrospinal

Page 5: Sepsis Meningitis

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang berada

diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut meningo-

encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :

☼ Hyperemia Meningens

☼ Edema jaringan otak

☼ Eksudasi

Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan tekanan

intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih

sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga eksudat tadi

dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes : 1995)

3. MANIFESTASI KLINIK

Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan

punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot

ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala

tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda

Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)

Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,

nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai septicemia

dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus

influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok.

Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi

koagulasi intravaskularis diseminata.

Page 6: Sepsis Meningitis

Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela

menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa,

permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat sekali, malaise

umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. 

Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi kaku

kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia. Gangguan

kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita. Nyeri kepala

dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala digerakkan. Nyeri

kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal, tetapi juga dapat

disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan hiperestesi, suhu

badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills). (Harsono : 1996)

☼ TANDA DAN GEJALA ☼

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema serebral /      penyumbatan aliran

darah

2.   Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi

3.   Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular

4.   Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah. 

Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,

tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan gejala

demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto fobia,

Page 7: Sepsis Meningitis

delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif,

ptechial (menunjukkan infeksi meningococal). 

 ☼ PENYEBAB ☼

Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;

streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /

pembedahan atau injuri pada sistem persarafan. (Arief Mansjoer : 2000)

(Marilym E. Donges : 1999)

4. KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan

otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.

Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan piameter

yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium Tuberculosa, 

Penyebab lain seperti Lues, Virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.

Meningitis Purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak

dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria

meningitidis (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus

influenzae, Escherichia Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.

☼ Meningitis Tuberkulosis Generalisata ☼

♥ Manifestasi Klinis ♥

Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,

marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.

Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan

terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun,

Page 8: Sepsis Meningitis

kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi yang lambat,

abdomen nampak mencekung.

Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini. Yang

sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis,

hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.

Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-

refleks tendo yang lemah.

♥ Pemeriksaan Penunjang ♥

1. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah

(LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.

Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis

tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.

2. Cairan Otak

Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh

hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein

yang meninggi.

3. Pemeriksaan Radiologis

- Foto data

- Foto kepala

- Bila mungkin CT – Scan. 

♥ Penatalaksanaan ♥

a. Medis

Page 9: Sepsis Meningitis

1. Rejimen terapi : 2 HRZE – 7RH.

    2 Bulan Pertama :

♦ INH                      : 1 x 400 mg / hari, oral

♦ Rifampisin           : 1 x 600 mg / hari, oral

♦ Pirazinamid          : 15-30 mg / kg / hari, oral

♦ Streptomisin a/     : 15 mg / kg / hari, oral

♦ Etambutol             : 15-20 mg / kg / hari, oral.

2. Steroid diberikan untuk

- Menghambat reaksi inflamasi

- Mencegah komplikasi infeksi

- Menurunkan edema serebri

- Mencegah perlekatan

- Mencegah arteritis / infark otak.

3. Indikasi

♠ Kesadaran menurun

♠ Defisit neurologis fokal.

4. Dosis

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3 minggu,

selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason

untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan otak.

☼ Meningitis Purulenta ☼

♥ Manifestasi Klinis ♥

Page 10: Sepsis Meningitis

Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan kesadaran

menurun.

♥ Pemeriksaan Penunjang ♥

1. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah

(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan

peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.

2. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur

Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh

karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati,

jaringan yang mati dan bakteri.

3. Pemeriksaan Radiologis

- Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi

- Foto dada.

♥ Penatalaksanaan ♥

Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif

untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap

kausa diberikan obat sebagai berikut :

♦ Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x / hari.

♦  Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena.

♦ Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer : 2000)

5. DIAGNOSIS PENUNJANG

Page 11: Sepsis Meningitis

Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan

sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan meningitis.  

Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada setiap penderita

dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala

kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus

dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita

yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada

bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk

kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.

Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan descrebrasi,

reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini untuk

menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila

cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol 0,25

-0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi otak.

Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS 200-500

mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.

Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel

berkisar antara 1000-10000  dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat disertai

sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah abses otak

yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)

 a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara   mikroskopis.

-  Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)

-  Tekanan meningkat

Page 12: Sepsis Meningitis

-  Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat

-  Protein meningkat

-  Glukosa menurun

-  None (+)

-  Pandi (+).

b. Pemeriksaan Tambahan

         -  Darah lengkap, LED

-  Kultur darah

         -  Foto kepala, thorax, vertebra

- Kultur Swab hidung dan tenggorokan

-  EEG, CT – Scan Otak. (Depkes : 1995)

6. PENATALAKSANAAN

Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).

Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya

dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai

terjadi kematian.

☼ MEDIS ☼

1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK

           Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan dalam

dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan

spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah

demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.

Page 13: Sepsis Meningitis

              Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat

lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan parental

atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic

yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi subdural,empiema, atau

abses otak.

              Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan meningokok

dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan

kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk

meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10 hari.

Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-

kuman gram negatif.

2. MANAJEMEN TERAPI

         1). Isolasi

         2). Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur

3). Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema serebral)

4). Mencegah dan mengobati komplikasi

5). Mengontrol kejang

6). Mempertahankan ventrilasi

7). Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial

8). Penatalaksanaan syok septik

9). Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996)

Page 14: Sepsis Meningitis

☼ PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ☼

Analisa CSS dari fungsi lumbal :

Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah

putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.

Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih

meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya

hanya dengan prosedur khusus.

Glukosa serum : Meningkat (meningitis).

LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).

Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).

Elektrolit darah : Abnormal.

ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).

Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi     atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel;    hematom daerah serebral,

hemoragik atau tumor.

EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau     voltasenya

meningkat (abses).

Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.

Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.

☼ ASUHAN KEPERAWATAN ☼

Page 15: Sepsis Meningitis

1. PEMERIKSAAN FISIK

   1. Testing Cerebral Function

       ♦ Status mental

          a. Pemeriksaan orientasi

              Tanya klien tentang :

               Nama Negara kita

               Nama Ibukota Negara kita

               Tempat tinggal

               Tempat lahir

               Alamat sekolah

   Tanya klien tentang :

               Hari apa

               Tanggal berapa

                                             Jam berapa

                                             Bulan berapa

                                             Tahun berapa

    2. Pemeriksaan daya ingat

  Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik

Minta klien untuk menyebutkan nama benda.

    3. Perhatian dan perhitungan

        Tanya klien tentang perhitungan :

100-7:

93-7 :

Page 16: Sepsis Meningitis

86-7 :

79-7 :

72-7 :

 4. Fungsi bahasa

    Perlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebut

    Minta orang coba untuk mengatakan “jika tidak “ atau “andai tetapi”

    Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke

temannya

    Perlihatkan kertas perintah pada orang coba.

       ♦ Tingkat kesadaran

          1. Alert

              ●  Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual

              ●  Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.

          2. Lethargi

              ●  Sering tidur/ngantuk

              ●  Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara

              ●  Respon tepat.

          3. Obtuned

              ●  Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya

              ●  Klien akan tidur lagi setelah bangun

              ●  Respon tepat.

 4. Stuport

              ●  Ada respon terhadap nyeri

Page 17: Sepsis Meningitis

              ●  Klien tidak sadar penuh selama stimulasi

              ●  Withdrawl refleks.

 5. Comatase

              ●  Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus

              ●  Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki.

Cara mengkaji kesadaran dengan menggunakan GCS

1. Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan urutan :

     ♠   Dekati klien → buka mata  

     ♠  Bila tidak buka mata, beri rangsangan suara/taltil

     ♠  Bila tetap tidak buka mata beri cubitan

     ♠  Bila dengan nyeri klien tidak buka mata.

2. Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk mengangkat   tangan dengan

urutan :

     ♠  Bila langsung mengangkat tangan sesuai perintah

     ♠ Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan tersebut    menghindar →

mengenali nyeri lokal

     ♠  Bila dengan cubitan seluruh tangan menghindar → hanya mengenali nyeri

     ♠  Bila tetap tidak berespon cubit bagian dada → dekortikasai

     ♠  Dengan cubitan decerebbrasi

     ♠  Dengan nyeri tidak berespon.

3. Respon Bicara, Tanya orang coba melalui tahapan :

     ♠  Beri pertanyaan komprehensif

     ♠  Dengan pertanyaan sederhana orang coba bingung

Page 18: Sepsis Meningitis

     ♠  Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak sesuai

     ♠  Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,dll

     ♠  Tidak berespon suara.

 ♦ Pengkajian bicara

1. Pengkajian bicara – Proses Resiptive

 Kaji cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang

memerlukan jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.

2. Pengkajian bicara – Proses Expressive

 Kemudian untuk mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien

lancar,spontan,jelas. Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi Efendi : 2005

☼ MASALAH DAN INTERVENSI KEPERAWATAN ☼

Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan saraf

pusat (meningitis, encephalitis, abses otak) serta intervensinya :

1. Potensial penyebaran infeksi

    Kemungkinan penyebab :

-          Proses peradangan

-          Cairan tubuh yang statis

-          Daya tahan tubuh yang kurang.

    Tujuan dan kriteria evaluasi

    Sampai terjadi penyembuhan, infeksi sekunder tidak terjadi.

    Intervensi Keperawatan

1.   Isolasi klien

Page 19: Sepsis Meningitis

2.  Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik itu      

pengunjung maupun petugas

3. Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung

4.  Observasi secara teratur tiap 4-6 jam suhu tubuh klien

5.  Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang menetap.

6.   Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya

7.   Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam

8.   Observasi urine out put : warna, bau, jumlah. 

    Tindakan Kolaboratif

a.  Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun Intra thecal 

b.  Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan.

2.  Gangguan perfusi serebral

Kemungkinan penyebab : 

-          Hypovolemia

-          Udema serebral

-          Sirkulasi darah ke otak yang kurang

Tujuan / kriteria hasil

-          Kesadaran  baik   

-          Fungsi motorik dan sensorik baik

-          Tanda-tanda vital stabil

-          Nyeri kepala berkurang atau hilang

-          Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Intervensi Keperawatan

Page 20: Sepsis Meningitis

-          Klien bed rest dengan posisi terlentang atau posisi elevasi 15 – 450 sesuai indikasi.

-           Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik, tekanan

nadi yang meningkat, nadi, pernapasan yang tidak teratur

-           Monitor status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnya

-           Kaji adanya kaku kuduk, Twitching, iritabilitas dan kejang-kejang

-           Cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut dan bila panas

berikan kompres

-           Monitor intake dan out put, catat karakteristik urine, turgor kulit dan kondisi membran mukosa

-           Bantu klien menghindari batuk, muntah dan obstipasi. Anjurkan klien untuk merubah-rubah

posisinya

-           Ciptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung, lingkungan yang hangat,

sentuhan yang lembut dan hindarkan suara-suara yang keras

-           Berikan waktu untuk istirahat diantara aktivitas-aktivitas dan hindarkan prosedur yang terlalu

lama.

Tindakan Kolaboratif     

a. Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan hipertonis.

b. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah

c. Kolaborasi pemberian oksigen

d. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti steroid, chlorpromazine, acetaminophen.

3. Potensial terjadinya trauma

Kemingkinan penyebab : 

Page 21: Sepsis Meningitis

-          Kelelahan, paralise, parasthesia, ataxia, vertigo

-          Rangsangan kejang

Tujuan / kriteria hasil : tidak terjadi trauma.

Intervensi

-          Beri papan pengaman di sisi tempat tidur

-          Siapkan mesin penghisap lendir di sisi tempat tidur

-          Awasi klien selama terjadi kejang

-          Hindarkan penekanan pada tubuh selama terjadi kejang

-          Mempertahankan bed rest selama fase akut

-          Bantu klien dalam mobilisasi

Tindakan Kolaboratif 

Kolaborasi pemberian terapi seperti dilantin dan luminal.

4. Perubahan rasa nyaman : Nyeri

Kemungkinan penyebab :

-          Proses peradangan / infeksi

-          Sirkulasi toxin

Tujuan / kriteria hasil

-          Nyeri berkurang atau hilang

-          Klien tampak relak

-          Klien dapat tidur dan istirahat dengan baik. 

Intervensi

-          Ciptakan lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti      kebisingan,

cahaya yang berlebih / silau

Page 22: Sepsis Meningitis

-          Pertahankan tetap bed rest dan Bantu aktifitas sehari-hari

-          Berikan kompres dingin pada kepala dan dahi

-          Pertahankan posisi yang nyaman bagi klien

-          Lakukan massage pada daerah leher, otot bahu dan punggung

-          Gunakan penghangat di daerah leher dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang

dihangatkan.

Tindakan Kolaboratif 

Kolaborasi pemberian analgesik seperti codein.

5. Perubahan / gangguan mobilitas fisik

Kemungkinan penyebab :

-          Kerusakan neuromuskular

-          Perubahan kognitif – perceptual

-          Nyeri / discomfort

-          Bed rest

Tujuan / kriteria hasil  

-          Tidak terjadi kontraktur, drop foot

-          Integritas kulit baik

-          Fungsi eliminasi baik

-          Kekuatan dan fungsi otot baik.

Intervensi 

-          Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

-          Rubah posisi klien setiap dua jam

-          Letakkan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila pasien kooperatif

Page 23: Sepsis Meningitis

-          Latih pasien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas

-          Gunakan penahan / foot board selama terjadi paralise kaki / tungkai

-          Jaga agar posisi kepala tetap seimbang dalam posisi terlentang

-          Evaluasi penggunaan alat-alat bantu selama paralise misalnya posisi foot board

-          Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta

gunakan alat untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjol

-          Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema dan

tanda-tanda lainnya

-          Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah

-          Bila pasien mulai duduk lakukan segera pengukuran tanda-tanda vital

-          Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif

-          Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan

baik.

Tindakan Kolaboratif

a.   Konsultasi dengan Fisioterapi bila pasien menolak untuk melakukan aktifitas

b.   Kaji kemungkinan pemasangan alat elektrik untuk stimulasi sesuai dengan indikasi

c. Beri obat-obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program pengobatan. (Depkes

: 1995)

☼ DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN ☼

AKTIVITAS / ISTIRAHAT

Gejala :                    Perasaan tidak enak (malaise).

Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.

Tanda :                    Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

Page 24: Sepsis Meningitis

Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

Hipotonia.

SIRKULASI

Gejala :                     Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa

Penyakit jantung kongenital (abses otak).

Tanda :                     Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat

(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat

vasomotor).

Takikardia, disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis).

ELIMINASI 

Tanda :                     Adanya inkontinensia dan / atau retensi.

MAKANAN / CAIRAN 

Gejala :                     Kehilangan nafsu makan.

Kesulitan menelan (pada periode akut).

Tanda :                     Anoreksia, muntah.

Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

HYGIENE

Tanda :                     Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada

periode akut).

NEUROSENSORI 

Gejala :                     Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya

berat).

Page 25: Sepsis Meningitis

Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada

saraf kranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri (mengitis). Timbul kejang

(meningitis bakteri atau abses otak).

Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi).

Fotofobia (pada meningitis).

Ketulian (pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.

Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.

Tanda :                     Status mental / tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang

berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik (ensefalitis).

Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala

berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).

Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.

Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan TIK),

nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus).

Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi motorik dan

sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).

Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami

hipotonia / flaksid paralisis (pada fase akut meningitis), spastik (ensefalitis).

Hemiparese atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis).

Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi

meningeal (fase akut).

Rigiditas nukal (iritasi meningeal).

Refleks tendon dalam: terganggu, Babinski positif.

Page 26: Sepsis Meningitis

Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki (meningitis).

NYERI / KENYAMANAN     

Gejala :                     Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan

diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada gerakan okular, fotosensitivitas,

sakit; tenggorok nyeri.

Tanda :                     Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis /

mengaduh / mengeluh.

PERNAPASAN    

Gejala :                    Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).

Tanda :                     Peningkatan kerja pernapasan (episode awal).

Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.

KEAMANAN

Gejala :                     Adanya riwayat infeksi saluran napas atas / infeksi lain, meliputi:

mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal,

pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.

Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,

chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.

Gangguan penglihatan / pendengaran.

Tanda :                     Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.

Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.

Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis.

Gangguan sensasi.

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN

Page 27: Sepsis Meningitis

Gejala :                     Adanya riwayat menggunakan obat (abses otak).

Hipersensitif terhadap obat (meningitis non-bakteri).

Masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkololisme, diabetes

melitus, splenektomi, implantasi pirau ventrikel.

Pertimbangan         DRG menunjukkan rerata lama perawatan : 8,4 hari.

Rencana pemulangan :

                           Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan

mempertahankan tugas / pekerjaan rumah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN               INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP,

    (PENYEBARAN)

                            Diseminata hematogen dari patogen.

  Stasis cairan tubuh.

  Penekanan respons inflamasi (akibat-obat).

  Pemajanan orang lain terhadap patogen.

Kemungkinan dibuktikan oleh :               (tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda

dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

HASIL YANG DIHARAPKAN /              Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,

                         tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau  

                         keterlibatan orang lain.

DIAGNOSA KEPERAWATAN                PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN :  

                                                                        SEREBRAL, RISIKO TERHADAP

Faktor risiko meliputi :                               Edema serebral yang mengubah/menghentikan

                                                                    aliran darah arteri / vena.

Hipovolemia.

Page 28: Sepsis Meningitis

Masalah pertukaran pada tingkat seluler (asidosis).

Kemungkinan dibuktikan oleh :                  (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda 

dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

HASIL YANG DIHARAPKAN /               Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya /

                          membaik dan fungsi motorik / sensorik.

                          Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.

                           Melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala.

                           Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :              TRAUMA, RISIKO TINGGI TERHADAP 

                           Iritasi korteks serebral mempredisposisikan

muatan neural dan aktivitas kejang umum.

Keterlibatan area lokal (kejang lokal).

Kelemahan umum, paralisis parestesia.

Ataksia, vertigo.

Kemungkinan dibuktikan oleh :                  (TIdak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda

dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

HASIL YANG DIHARAPKAN /               Tidak mengalami kejang / penyerta atau 

                          cedera lain.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :              NYERI, (AKUT)  

Page 29: Sepsis Meningitis

Dapat dihubungkan dengan :                       Agen pencedera biologis, adanya proses

infeksi / inflamasi, toksin dalam sirkulasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh :                  Melaporkan sakit kepala, fotofobia, nyeri otot/

sakit punggung.

Perilaku distraksi : menangis, meringis, gelisah.

Perilaku berlindung, memilih posisi yang khas.

Tegangan muskuler; wajah menahan nyeri, pucat.

Perubahan tanda-tanda vital.

HASIL YANG DIHARAPKAN /               Melaporkan nyeri hilang / terkontrol. 

                          Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur / 

                          istirahat dengan tepat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :               MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN

Dapat dihubungkan dengan:                        Kerusakan neuromuskuler, penurunan ke

kuatan / ketahanan.

Kerusakan persepsi / kognitif.

Nyeri / ketidaknyamanan.

Terapi pembatasan (tirah baring).

Kemungkinan dibuktikan oleh :                  Enggan mengusahakan gerakan.

Page 30: Sepsis Meningitis