pemberianterapibermain puzzle · pdf fileaskep lampiran4. suratpendelegasian lampiran5....

75
PEMBERIAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DEMAM TIFOID An. F DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : KARTIKA INDAH CAHYANI NIM. P11033 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: vutu

Post on 28-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

PEMBERIAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DEMAM TIFOID An. F DI RUANG ANGGREK

RSUD SUKOHARJO

DISUSUN OLEH :

KARTIKA INDAH CAHYANI

NIM. P11033

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

PEMBERIAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DEMAM TIFOID AN. F DI RUANG ANGGREK

RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

KARTIKA INDAH CAHYANI

NIM. P11033

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

i

Page 3: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,
Page 4: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,
Page 5: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,
Page 6: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TERAPI BERMAIN PUZZLE

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DEMAM TIFOID An. F DI RUANG ANGGREK RSUD

SUKOHARJO.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta serta selaku dosen pembimbing

yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

v

Page 7: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,
Page 8: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATANAN TIDAK PLAGIATISME ................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .............................................................. 4

C. Manfaat Penulisan ............................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................... 6

A. Demam Tifoid ................................................................... 6

B. Kecemasan ........................................................................ 17

C. Terapi Bermain ................................................................. 21

BAB III LAPORAN KASUS ............................................................... 32

A. Identitas Klien ................................................................... 32

B. Pengkajian ......................................................................... 32

C. Perumusan Masalah Keperawatan .................................... 36

D. Intervensi Keperawatan .................................................... 37

E. Implementasi Keperawatan ............................................... 38

vii

Page 9: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

F. Evaluasi Keperawatan ...................................................... 40

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................... 43

A. Pengkajian ......................................................................... 43

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................... 48

C. Intervensi .......................................................................... 53

D. Implementasi ..................................................................... 55

E. Evaluasi ............................................................................. 57

F. Keterbatasan Karya Tulis Ilmiah ...................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................... 60

A. Simpulan ........................................................................... 60

B. Saran ................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii

Page 10: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Skala HRS-A Kecemasan ............................................................ 19

Tabel 3.1. Skala HRS-A Kecemasan ............................................................ 32

ix

Page 11: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. SAP Terapi Bermain

Lampiran 3. ASKEP

Lampiran 4. Surat Pendelegasian

Lampiran 5. Loog Book

Lampiran 6. Jurnal

Lampiran 7. Lembar Konsultasi

x

Page 12: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi bersifat akut pada

usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Nursalam, 2005 : 153).

Penyakit infeksi dari Salmonella typhi ialah segolongan penyakit infeksi

yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus

Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan. Pertimbangkan demam

tifoid pada anak yang demam dan memiliki salah satu tanda seperti diare

(konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk). Hal ini terutama

bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain

sudah disisihkan (Sodikin, 2011 : 240).

Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun

gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa (Hadinegoro, 2011). Pada

bayi dan anak umur < 5 tahun biasanya penyakit berlangsung ringan dengan

demam ringan, lesu, sehingga diagnosis sulit ditetapkan (Widagdo, 2012 :

220).

Penyakit ini masih sering dijumpai secara luas di berbagai negara

berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropik. Besarnya

angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena

penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat

luas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam

1

Page 13: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

tifoid di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian

tiap tahunnya (Hadinegoro, 2011).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, demam tifoid

atau paratifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien

rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang

meninggal 1.747 orang dengan Case Fatality Rate sebesar 1,25%. Sedangkan

berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid atau

paratifoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien

rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang

meninggal 274 orang. Tifoid klinis dideteksi di Provinsi Jawa Tengah

dengan prevelensi yang berbeda-beda di setiap tempat. Prevelensi tifoid

sebesar 0,8% (Pramitasari, 2013).

Asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa Demam tifoid pada anak

yang akan muncul masalah yaitu hipertermi yang disebabkan oleh proses

infeksi dan kecemasan yang disebabkan perubahan lingkungan (Muttaqin A

dan Sari U, 2011 : 189). Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut dapat

dilakukan intervensi keperawatan pada pasien demam tifoid yaitu hipertermi

dapat dilakukan kompres air hangat, memakai pakaian yang dapat menyerap

keringat (Muttaqin A dan Sari U, 2011 : 474). Berdasarkan observasi perawat

di ruang Anggrek RSUD Sukoharjo dalam mengatasi kecemasan pada anak,

perawat memegang peranan penting untuk membantu orang tua menghadapi

permasalah yang berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit. Saat anak

di rawat di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang

dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu

2

Page 14: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

lingkungan rumah, permainan, dan teman seper mainannya. Berdasarkan

jurnal Barokah salah satu tindakan yang mengurangi kecemasan dan

meningkatkan tingkat kooperatif pada pasien penulis menggunakan terapi

bermain puzzle (Barokah dkk, 2012).

Terapi bermain merupakan salah satu cara untuk mengurangi

kecemasan dan meningkatkan kooperatif anak selama menjalani perawatan di

rumah sakit. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.

Untuk alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik anak

dari alat permainan yang tidak didesain dengan baik. Salah satu contoh

permainan yang menarik yaitu permainan puzzle, karena puzzle dapat

meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi anak. Melalui permainan

puzzle anak akan dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta anak akan

berpikir bagaimana puzzle ini dapat tersusun dengan rapi (Alfiyanti, 2010 : 7).

Hasil pengkajian asuhan keperawatan pada An. F di ruang Anggrek

RSUD Sukoharjo pasien menanyakan kapan dia sembuh, kapan pulang.

pasien binggung, pasien menangis, score kecemasan 22 (kecemasan sedang).

maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang tentang terapi

bermain puzzle pada pasien penyakit demam tifoid. Karena pada kasus ini

pasien mengalami kecemasan dan kurang kooperatif. Oleh karena itu hal ini

menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal

dengan mengucapkan kata – kata marah, tidak mau berkerja sama dengan

perawat, apabila kondisi itu terus terjadi maka akan mempengaruhi proses

perawatan saat di rumah sakit. Setelah anak dilakukan terapi bermain puzzle

di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga

3

Page 15: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

akan membantu anak mengekspresikan perasaan, pikiran, cemas, takut, sedih,

tegang, nyeri (Barokah A. dkk, 2012). Sehingga penulis tertarik untuk

mengaplikasikan terapi bermain puzzle pada pasien demam tifoid untuk

meningkatkan tingkat kooperatif pada anak usia pra sekolah.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan pemberian terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan

pada An. F dengan demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah

Sukoharjo.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. F dengan demam tifoid

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. F demam

tifoid.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. F

dengan demam tifoid.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. F dengan demam

tifoid.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. F dengan demam tifoid.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi bermain terhadap

kecemasan pada An. F dengan demam tifoid.

4

Page 16: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk lebih meningkatkan pelayanan

keperawatan khususnya pada An. F dengan demam tifoid menjalani

perawatan di RSUD Sukoharjo.

2. Bagi instansi pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan terapi bermain puzzle pada An. F dengan demam

tifoid. Untuk mengurangi kecemasan selama menjalani perawatan di

Rumah Sakit.

3. Bagi perawat

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

pasien penderita demam tifoid.

b. Melatih berfikir dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada

pasien dengan diagnosa demam tifoid.

4. Penulis

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

yang lebih khususnya dibidang keperawatan pada pasien dengan terapi

bermain pada pasien demam tifoid.

5. Bagi pembaca

Meningkatkan pengetahuan kepada pembaca tentang pengaruh terapi

bermain puzzle terhadap tingkat kooperatifan anak.

5

Page 17: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Demam tifoid

1. Pengertian

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

ganguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam,

Susilaningrum M., Utami M, 2005 : 153). Demam tifoid atau sering

disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran

pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistematik yang

disebabkan oleh Salmonella typhi (Muttaqin A dan Sari U, 2011 : 488).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada

saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat

gangguan kesadaran (Suradi dan Yuliana, 2011 : 254).

2. Etiologi

Penyabab penyakit ini adalah Salmonella typhi yang mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.

b. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu antigen O

(Somatik yang terdiri zat komplek lipopolisakarida), antigen H

(flagella), dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti

(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut (Nursalam,

Susilaningrum M., Utami M, 2005 : 153).

6

Page 18: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

3. Tanda dan Gejala

Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.

Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu

tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada

minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, pada minggu ketigga suhu

berangsur-angsur turun dan kembali normal. Gangguan pada saluran

cerna, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor

(coated tongue) tidak nafsu makan. Gangguan kesadaran seperti

penurunan kesadaran. Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat

emboli basil dalam kapiler kulit. Nyeri kepala, nyeri perut, lemah, lesu

(Suradi dan Yuliana, 2011 : 255).

4. Patofisiologi

Kuman Salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal

akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan

makrofag yang ada di dalam lamina propia. Sebagian dari Salmonella

typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi ke

jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.

Kemudian Salmonella typhi masuk melalui limfoid ke saluran limpatik

dan sirkulasi darah sistematik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia

pertama-tama menyerang sistem retikulo endotelial (RES) yaitu : hati,

limpa, dan tulang kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam

tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa.

7

Page 19: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang

bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada

mulanya, plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan

tampak seperti infiltrat atau hiperplasia di mukosa usus.

Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.

Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran

plak peyer yang ada di sana. Kebanyakan tukak dangkal, tetapi kadang

lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak

yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus

membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis.

Masuknya kuman ke dalam intestinal terjadi pada minggu pertama

dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik

pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang

terjadi pada masa ini di sebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik-

turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Di samping peningkatan

suhu tubuh, juga akan terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase

awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistematik dengan tanda

peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada

RES seperti nyeri perut kanan atas.

Pada minggu selanjutnya di mana infeksi fokal intestinal terjadi

dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih

rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus, lidah kotor,

penurunan peristaltik, tepi lidah hiperemis, gangguan digesti dan absorpsi

sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada

8

Page 20: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, peristaltik menurun

bahkan hilang, melena, syok, penurunan kesadaran (Muttaqin A dan Sari

U, 2011 : 489).

5. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi adalah pada usus halus, namun hal

tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini dialami oleh seorang anak,

maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus ini dapat berupa :

a. Perdarahan usus apabila sedikit, maka perdarahan tersebut hanya di

temukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika

perdarahan banyak maka dapat terjadi melena, yang bisa disertai nyeri

perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada

minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.

b. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila

terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan

terdapat udara di antara hati dan diafragma pada rontgen abdomen yang

dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang

hebat, dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan.

c. Komplikasi di luar usus terjadi karena lokalisasi perdagangan akibat

sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan

lain-lain. Komplikasi di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder,

yaitu bronkopneumonia (Nursalam, Susilaningrum M., Utami M, 2005 :

153).

9

Page 21: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi :

a. Pemeriksaan darah

Untuk mengidentifikasikan adanya anemia karena asupan makanan

yang terbatas, malabsorpsi, hambatan pembentukan darah dalam

sumsum, dan penghancuran sel darah merah dalam darah merah.

b. Pemeriksaan urine

Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan

peningkatan leukosit dalam urine.

c. Pemeriksaan feses

Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan

usus dan perforasi.

d. Pemeriksaan bakteriologis

Untuk identifikasi adanya kuman salmonella pada biakan darah tinja,

urine, cairan empedu, atau sumsum tulang.

e. Pemeriksaan serologis

Untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Respon antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi

kuman salmonella adalah antibodi O dan H.

f. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi

akibat demam (Muttaqin A dan Sari U, 2011 : 493).

10

Page 22: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

7. Penatalaksanaan

a. Perawatan umum dan nutrisi

Penderita demam tifoid sebaiknya dirawat di rumah sakit yang

tertujuan optimalisasikan pengobatan dan mempercepat penyembuhan,

mengoboservasi terhadap perjalanan penyakit, menimalkan komplikasi

(Mankes, 2006).

b. Tirah baring

Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk

mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis

berat, penderita harus istirahat total. Bila terjadi penurunan kesadaran

maka posisi tidur pasien harus di ubah-ubah pada waktu tertentu untuk

mencegah komplikasi pneumonia, hipostatik dan dekubitus. Penyakit

membaik maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan

pulihnya kekuatan penderita (Mankes, 2006).

c. Diet

Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup, sebaiknya

rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk

penderita tifoid biasanya di klasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak,

tim dan nasi biasa (Mankes, 2006).

d. Terapi simptomatik

Terapi simptomatik dapat di berikan dengan pertimbangan untuk

perbaikan keadaan umum penderita dengan pemberian vitamin,

antipiretik, antipiretik untuk kenyamanan penderita terutama untuk

anak-anak. Anti emetik di perlukan bila penderita muntah hebat

(Mankes, 2006).

11

Page 23: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

8. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Deden, 2012

: 36). Menurut Sodikin, 2011 : 243 pengkajian keperawatan pada demam

tifoid adalah :

a. Identitas. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur di atas satu

tahun.

b. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,

pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu makan berkurang

c. Suhu tubuh, pada kasus yang khas, dengan demam berlangsung selama

3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali.

d. Kesadaran umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak

seberapa dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor,

koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terambat

mendapat pengobatan).

e. Pemeriksaan fisik

1) Mulut : terdapat napas yang berbau tidak sedap, bibir kering, dan

pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan

tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.

2) Abdomen : dapat ditemukan keadaan perut kembung, bisa terjadi

konstipasi, diare, atau normal.

12

Page 24: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

3) Hati dan limfe : membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

f. Pemeriksaan laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.

2) Kultur darah (biakan, empedu) dan widal.

Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam

darah pasien pada minggu pertama sakit

3) Pemeriksaan widal

Pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O

9. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang actual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat (Deden, 2012 : 58). Menurut Muttaqin A dan Sari U, 2011 :

493 diagnosa keperawatan demam tifoid adalah :

a. Hiperterni b.d respons sistematik dari inflamasi gastrointestinal.

b. Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d kurangnya makanan yang adekuat.

c. Nyeri b.d iritasi saluran gastrointestinal.

d. Kecemasan b.d prognosis penyakit

10. Diagnosa dan Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu

tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan

13

Page 25: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

perawat. Penulis dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil didasarkan

pada metode SMART. S: Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak

menimbulkan arti ganda. M: Measurable, tujuan keperawatan harus dapat

diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba,

dirasakan dan dibau. A: Achievable, tujuan harus dapat dicapai, R:

Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, T:

Time, mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2005). Menurut

Muttaqin A dan Sari U, 2011 : 493 diagnosa dan intervensi keperawatan

demam tifoid adalah :

a. Hiperterni b.d respons sistematik dari inflamasi gastrointestinal.

Intervensi :

1) Evaluasi Tanda – tanda vital pada setiap pergantian sift atau setiap

ada keluhan dari pasien.

Rasional : sebagai pengawasan terhadap adanya pemenuhan keadaan

umum pasien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan

secara cepat dan tetap.

2) Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurunkan suhu

tubuh.

Rasional : sebagai data dasar untuk memberikan intervensi

selanjutnya.

3) Lakukan tirah baring total.

Rasional : penurunan aktivitas akan menurunkan laju metabolisme

yang tinggi pada fase akut, dengan demikian membantu menurunkan

suhu tubuh.

14

Page 26: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

4) Atur lingkungan yang kondusif.

Rasional : kondisi ruangan kamar yang tidak panas, tidak bising dan

sedikit pengunjung memberikan efektivitas terhadap proses

penyembuhan.

5) Beri kompres dingin air hangat.

Rasional : kompres dingin merupakan tehnik penurunan suhu tubuh

dengan meningkatkan efek efaporasi.

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

Rasional : antipiretik bertujuan untuk memblok respons panas

sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.

b. Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d kurangnya makanan yang adekuat.

Intervensi :

1) Kaji pengetahuan pasien tentang asupan nutrisi

Rasional : tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial

ekonomi pasien.

2) Berikan nutrisi oral secaranya setelah rehidrasi

Rasional : pemberian sejak awal setelah intervensi rehidrasi

dilakukan dengan memberikan makanan lunak yang mengandung

kompleks karbohidrat seperti nasi lembek, roti, kentang, dan sedikit

daging.

3) Monitor perkembangan berat badan

Rasional : penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi

terhadap intervensi yang diberikan

15

Page 27: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

c. Nyeri b.d iritasi saluran gastrointestinal.

Intervensi :

1) Anjurkan tehnik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul

Rasional : meningkatka asupan oksigen sehingga akan menurunkan

nyeri sekunder.

2) Anjurkan teknik distraksi pada saat nyeri

Rasional : distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurukan stimulus

internal.

3) Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan

menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung

Rasional : pengatahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi

nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien

terhadap rencana terapeutik.

d. Kecemasan b.d prognosis penyakit

Intervensi :

1) Monitor respon fisik seperti kelemahan, perubahan tanda vital,

gerakan yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respons verbal dan

nonverbal selama komunikasi

Rasional : digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat kesadaran

khususnya ketika melakukan komunikasi verbal.

2) Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mengungkapkan dan

mengekspresikan rasa takutnya.

Rasional : kesempatan diberikan pada pasien umtuk

mengekspresikan rasa takutnya

16

Page 28: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

3) Catat reaksi dari pasien/keluarga. Beri kesempatan untuk

mendiskusikan perasaannya/konsentrasinya dan harapan masa depan

Rasional : anggota keluarga dengan responsnya apa yang terjadi dan

kecemasannya dapat disampaikan kepada pasien

4) Anjurkan aktivitas penglihatan perhatian sesuai kemampuan

individu, seperti nonton TV, bermain (puzzle).

Rasional : meningkatkan distraksi dan pikiran pasien dengan kondisi

sakit

B. Kecemasan

1. Pengertian

Cemas adalah tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai

respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui

individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya

(Herdman H. T, 2009 – 2011). Kecemasan adalah kondisi emosional yang

tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif

seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatira dan juga ditandai dengan

aktifnya sistem syaraf pusat (Trismiati, 2004).

2. Alat ukur kecemasan

Adapun hal–hal yang dinilai dalam alat ukur HRS–A menurut

Dadang, 2011 : 78 ini adalah sebagai berikut :

17

Page 29: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Tabel 2. 1.

Skala HRS-A

No Gejala kecemasan Nilai angka (score)

0 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perasaan cemas (ansietas)

a. Cemas

b. Firasat buruk

c. Takut akan Pikiran sendiri

d. Mudah tesinggung

Ketengangan

a. Merasa tegang

b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat tenang

d. Mudah terkejut

e. Mudah menagis

f. Gemetar

g. Gelisah

Ketakutan

a. Pada gelap

b. Pada orang asing

c. Ditinggal sendiri

d. Pada binatang besar

e. Pada keramaian lalu lintas

f. Pada kerumunan orang banyak

Gangguan tidur

a. Sukar masuk tidur

b. Terbangun malam hari

c. Tidur tidak nyeyak

d. Bangun dengan lesu

e. Banyak mimpi – mimpi

f. Mimpi buruk

g. Mimpi menakutkan

Gangguan kecerdasan

a. Sukar konsentrasi

b. Daya ingat menurun

c. Daya ingat buruk

Perasaan depresi

a. Hilangnya minat

b. Berkurangnya kesenangan pada hobi

c. Sedih

d. Bangun dini hari

e. Perasaan berubah – ubah sepanjang

hari

18

1919

20

20

Page 30: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Gejala somatik

a. Sakit dan nyeri di otot – otot

b. Kaku

c. Kedutaan otot

d. Gigi gemerutuk

e. Suara tidak stabil

Gejala somatik/ fisik (sensorik)

a. Telinga berdering

b. Penglihatan kabur

c. Muka merah atau pucat

d. Merasa lemas

e. Perasaan ditusuk – tusuk

Gejala kardiovarkuler

a. Takikardi

b. Berdebar – debar

c. Nyeri di dada

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa / lemas seperti mau pingsan

f. Detak jantung menghilang

Gejala respiratori

a. Rasa tekanan atau sempit di dada

b. Rasa tercekik

c. Sering menarik nafas

d. Nafas pendek / sesak

Gejala gastrointestinal

a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelum dan sesudah makanan

e. Perasaan terbakar diperut

f. Rasa penuh atau kembung

g. Mual, muntah

h. Buang air besar lembek

i. Sukar buang air besar

j. Kehilangan berat badan

Gejala urogenital (perkemihan dan

kelamin)

a. Sering buang air kecil

b. Tidak dapat menahan air seni

c. Tidak datang bulan

d. Darah haid berlebihan

e. Darah haid amad sedikit

f. Masa haid berkepanjagan

g. Masa haid amat pendek

h. Haid berapa kali dalam sebulan

i. Menjadi dingin

19

Page 31: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

13.

14.

j. Ejakulasi dini

k. Ereksi melemah

l. Ereksi hilang

m. Impotensi

Gejala autonom

a. Mulut kering

b. Muka merah

c. Mudah berkeringat

d. Kepala pusing

e. Kepala terasa berat

f. Kepala terasa sakti

g. Bulu – bulu berdiri

Tingkah laku

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Jari gemetar

d. Kerut kening

e. Muka tegang

f. Otot tegang

g. Nafas pendek dan cepat

h. Muka merah

Keterangan :

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seorang apakah

ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat ukur

(intrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxienty

(HRS – A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing –

masing kelompok diri lagi dengan gejala – gejala yang lebih spesifik.

Masing – masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0

– 4, yang artinya adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

1 = gejala ringan

20

Page 32: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4 = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter

(psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakan melalui

teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari

kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan hasil penjumlahan tersebut

dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :

Total nilai (score) > dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali

C. Terapi bermain

1. Pengertian

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan

dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi

anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan

anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-

anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,

mental dan perkembangan emosinya (Supartini, 2004 : 125). Dengan

bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya

21

Page 33: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,

perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah

kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala

sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan

cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup

untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang

lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan

mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain

(Suyono, 2012 : 213).

2. Keuntungan Bermain

Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain :

a. Membuang ekstra energi.

b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,

otot dan organ-organ.

c. Meningkatkan nafsu makan anak karena melakukan aktifitas.

d. Belajar mengotrol diri.

e. Mengembangkan berbagi ketrampilan yang berguna sepanjang

hidupnya.

f. Meningkatkan daya kreatifitas dan perkembangan imajinasi.

g. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada

di sekitar anak.

h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan

kedukaan.

22

Page 34: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

i. Mendapatkan kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya.

j. Mendapatkan kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau pun

yang menang di dalam bermain

k. Mendapatkan kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.

l. Mengembangkan kemampuan intelektual, sosial dan emosiona

(Suyono, 2012 : 213).

3. Alat Permainan Edukatif Dan Kreatif (Apek)

Alat Permainan Edukatif dan kreatif (APEK) adalah alat permainan

yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan

usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :

a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari

motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda,

bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus :

gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan

kalimat yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku

cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,

bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku

cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.

d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan

interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan

23

Page 35: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola,

tali, dll.

APEK tidak harus yang bagus, mahal dan dibeli di toko. Alat

bermain buatan sendiri/alat permainan tradisional pun dapat digolongkan

APEK, asalkan memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Aman

Alat permainan anak di bawah usia 2 tahun, tidak boleh terlalu kecil,

catnya tidak boleh mengandung racun (non-toxic), tidak ada bagian-

bagian yang tajam, dan tidak ada bagian-bagian yang mudah pecah,

karea pada umur tersebut anak mengalami benda di sekitarnya dengan

memegang, mencengkram, memasukkan ke dalam mulutnya.

b. Ukuran dan berat APEK harus sesuai dengan usia anak

Bila ukurannya terlalu besar, anak akan sukar menjangkau sebaliknya,

kalu terlalu kecil, alat tersebut akan berbahaya karena dapat dengan

mudah tertelan oleh anak. Sementara itu, kalau APEK terlalu berat,

anak akan sulit memindah-mindahkannya serta akan membayangkan

bila APEK tersebut jatuh dan mengenai anak

c. Disainnya harus jelas

APEK harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan, dan warna

tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya.

a. APEK harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek

perkembangan anak, seperti motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisi

24

Page 36: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

b. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, terapi jangan terlalu

sulit hingga membuat anak frustrasi atau mudah hingga membuat anak

cepat bosan.

c. Walaupun sederhana, APEK harus tetap menarik baik warna maupun

bentuknya, bila bersuara, suaranya harus jelas.

d. APEK harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya

sangat umum.

e. APEK harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak,

bagian tersebut harus mudah diganti. Pemeliharaan mudah, terbuat dari

bahan yang mudah didapat, dan harganya terjangkau oleh masyarakat

luas.

Contoh alat permainan balita dan sektor perkembangan yang distimulus :

a. Pertumbuhan fisik/motorik kasar : sepeda roda tiga/dua, bola, maianan

yang ditarik dan didorong, tali

b. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin

c. Kecerdasan/kognitif : buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego,

boneka, pensil warna, radio

d. Bahasa : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV/video

e. Menolong diri sendiri : gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos

kaki

f. Tingkah laku sosial : alat permaianan yang dapat dipakai bersama:

congklak, kotak pasir, bola tali (Suyono, 2012 : 218).

25

Page 37: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

4. Ciri Alat Permainan Untuk Anak Usia Prasekolah (3 – 6 tahun)

a. Usia 0 – 12 bulan

Tujuan :

a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya

mengisap, menggenggam.

b. Melatih kerjasama mata dan tangan.

c. Melatih kerjasama mata dan telinga.

d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

e. Melatih mengenal sumber asal suara.

f. Melatih kepekaan perabaan.

g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

1) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

2) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

3) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

5) Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 – 24 bulan

Tujuan :

1) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

2) Memperkenalkan sumber suara.

3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

4) Melatih imajinasinya.

26

Page 38: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

5) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam

bentuk kegiatan yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:

1) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

2) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal : cangkir

yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),

balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas

untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c. Usia 25 – 36 bulan

Tujuan :

1) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

2) Mengembangkan keterampilan berbahasa.

3) Melatih motorik halus dan kasar.

4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal

dan membedakan warna).

5) Melatih kerjasama mata dan tangan.

6) Melatih daya imajinansi.

7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :

1) Alat-alat untuk menggambar.

2) Lilin yang dapat dibentuk

3) Pasel (puzzel) sederhana.

27

Page 39: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

4) Manik-manik ukuran besar.

5) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang

berbeda.

6) Bola.

d. Usia 32 – 72 bulan

Tujuan :

1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

2) Mengembangkan kemampuan berbahasa.

3) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,

mengurangi.

4) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-

pura (sandiwara).

5) Membedakan benda dengan permukaan.

6) Menumbuhkan sportivitas.

7) Mengembangkan kepercayaan diri.

8) Mengembangkan kreativitas.

9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,

dll).

10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan

kasar.

11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang

diluar rumahnya.

28

Page 40: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :

pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :

1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-

anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,

dll.

2) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar

rumah.

e. Usia Prasekolah

Alat permainan yang dianjurkan :

1) Alat olah raga.

2) Alat masak.

3) Alat menghitung

4) Sepeda roda tiga.

5) Benda berbagai macam ukuran.

6) Boneka tangan.

7) Mobil.

8) Kapal terbang.

9) Kapal laut.

29

Page 41: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

BAB III

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini tentang Asuhan keperawatan yang di lakukan pada An. F

dengan demam tifoid, di laksanakan pada tanggal 10–11 April 2014. Asuhan

keperawatan ini di mulai pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Dari hasil pengkajian pada tanggal 10 April 2014 jam 08.00 WIB.

Dengan kasus demam tifoid dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa.

Dengan cara mengadakan pengamatan dan observasi secara langsung,

pemeriksaan fisik, melihat catatan medis, dan catatan perawat. Dari

pengkajian tersebut terdapat hasil identitas klien. Bahwa klien An. F, umur 4

tahun, tanggal lahir 5 Februari 2010. Diagnosa medis demam tifoid tanggal

masuk 9 April 2014, penanggung jawab pasien adalah Ny. I beliau adalah ibu

klien. Beliau berumur 31 tahun, bekerja swasta, beliau bertempat tinggal di

Tawangsari.

B. Pengkajian

Riwayat kesehatan klien berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil,

Keluhan utama klien demam kurang lebih 5 hari. Klien datang dengan

keluhan demam kurang lebih 5 hari, mual muntah, batuk pilek, dan nyeri

perut. Kemudian pada tanggal 9 April 2014 oleh keluarganya di bawa ke

30

Page 42: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, klien di bawa ke IGD. Klien di

anjurkan untuk rawat inap, dan mendapatkan terapi infuse RL 20 tetes per

menit, injeksi ondansentron per 12 jam, pamol syrup 5 ml per 8 jam. Nadi 90

kali permenit, suhu 38,40C dan pernafasaan 20 kali per menit.

Riwayat penyakit dahulu, keluarga pasien mengatakan belum pernah di

rawat di Rumah Sakit dan ibu klien mengatakan An. F merupakan anak

pertama. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi

dasar yang lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis sesuai

umur dan jadwal imunisasi.

Riwayat kesehatan keluarga di keluarga pasien tidak ada yang

mengalami penyakit keturunan seperti asma, diabetes melitus serta penyakit

menular seperti TB paru.

Pertumbuhan dan perkembangan Berat Bayi Lahir 3000 gr/3 kg

Antropometri Berat Badan : 18 kilo gram, Tinggi Badan : 100 cm, Lingkar

Kepala : 48 cm, Lingkar Dada : 55 cm, Lingkar Lengan : 20 cm. Hasil Z –

Score WAZ : 1,17 (gizi normal), HAZ : - 0,4 (normal), WHZ : 2,6 (gemuk).

Status gizi dan nutrisi dan carian sebelum sakit ibu klien mengatakan

klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk tahu kadang ikan dan

minum kurang lebih 6 gelas perhari air putih dan susu. Sedangkan selama

sakit ibu klien mengatakan mual setelah makan, klien makan 3 kali sehari

dengan menu bubur, lauk, sayur diit yang telah di berikan oleh rumah sakit

yaitu bubur tinggi kalori tinggi protein habis setengah porsi dan minum air

putih kurang lebih 4 gelas perharinya.

31

Page 43: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Pola eliminasi sebelum sakit ibu klien mengatakan buang air besar

normal 1 kali perhari dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau khas,

buang air kecil sehari kurang lebih 5 kali berwarna kuning jernih, bau khas

kurang lebih @ 150 cc. Dan selama sakit ibu klien mengatakan buang air

kecil kurang lebih 4 kali warna kuning jernih, bau khas kurang lebih @ 120

cc, buang air besar 3 kali perhari dengan konsistensi lembek warna kuning

dan bau khas.

Pengkajian kecemasan pasien menanyakan kapan dia sembuh, kapan

pulang. Dan pasien tampak binggung, pasien tampak menangis, score

kecemasan 22 (kecemasan sedang) dinilai dalam alat ukur HRS-A adalah

Tabel 3.1

Skala HRS-A

No

.

Gejala kecemasan Nilai angka (score)

0 1 2 3 4

1.

2.

3.

Perasaan cemas (ansietas)

a. Cemas

b. Firasat buruk

c. Takut akan Pikiran sendiri

d. Mudah tesinggung

Ketengangan

a. Merasa tegang

b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat tenang

d. Mudah terkejut

e. Mudah menagis

f. Gemetar

g. Gelisah

Ketakutan

a. Pada gelap

b. Pada orang asing

c. Ditinggal sendiri

d. Pada binatang besar

e. Pada keramaian lalu lintas

f. Pada kerumunan orang banyak

32

33

34

Page 44: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Gangguan tidur

a. Sukar masuk tidur

b. Terbangun malam hari

c. Tidur tidak nyeyak

d. Bangun dengan lesue. Banyak mimpi – mimpi

f. Mimpi buruk

g. Mimpi menakutkanGangguan kecerdasan

a. Sukar konsentrasi

b. Daya ingat menurun

c. Daya ingat buruk

Perasaan depresi

a. Hilangnya minat

b. Berkurangnya kesenangan pada

hobi

c. Sedih

d. Bangun dini hari

e. Perasaan berubah–ubahsepanjang hari

Gejala somatik

a. Sakit dan nyeri di otot – otot

b. Kaku

c. Kedutaan otot

d. Gigi gemerutuk

e. Suara tidak stabil

Gejala somatik/ fisik (sensorik)

a. Telinga berdering

b. Penglihatan kaburc. Muka merah atau pucat

d. Merasa lemas

e. Perasaan ditusuk – tusukGejala kardiovarkuler

a. Takikardi

b. Berdebar – debar

c. Nyeri di dadad. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lesu/lemas seperti maupingsan

f. Detak jantung menghilangGejala respiratori

a. Rasa tekanan atau sempit di dada

b. Rasa tercekik

c. Sering menarik nafas

d. Nafas pendek / sesak

33

Page 45: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

11.

12.

13.

14.

Gejala gastrointestinal

a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelum dan sesudah

makanan

e. Perasaan terbakar diperut

f. Rasa penuh atau kembung

g. Mual, muntah

h. Buang air besar lembek

i. Sukar buang air besarj. Kehilangan berat badanGejala urogenital (perkemihan dan

kelamin)

a. Sering buang air kecil

b. Tidak dapat menahan air seni

c. Tidak datang bulan

d. Darah haid berlebihan

e. Darah haid amad sedikit

f. Masa haid berkepanjagan

g. Masa haid amat pendek

h. Haid berapa kali dalam sebulan

i. Menjadi dingin

j. Ejakulasi dini

k. Ereksi melemah

l. Ereksi hilang

m. Impotensi

Gejala autonom

a. Mulut kering

b. Muka merah

c. Mudah berkeringat

d. Kepala pusing

e. Kepala terasa berat

f. Kepala terasa sakti

g. Bulu – bulu berdiri

Tingkah laku

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Jari gemetard. Kerut kening

e. Muka tegang

f. Otot tegang

g. Nafas pendek dan cepath. Muka merah

34

Page 46: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Keterangan

Total nilai (score) > dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali

Hasil pengkajian pemeriksaan fisik pasien keadaan umum cukup baik

kesadaran pasien Composmentis (CM), Suhu tubuh pasien 38,20C,

pernafasan 20 kali per menit teratur, denyut nadi 94 kali per menit teratur dan

kuat. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada lesi, kebersihan

cukup, rambut hitam, tidak ada ketombe, kebersihan rambut cukup baik. Pada

pemeriksaan mata didapatkan hasil simetris kanan dan kiri, penglihatan

normal tanpa alat bantu penglihatan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, ada reflek terhadap cahaya. Pada pemeriksaan telinga simetris antara

kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen, reflek pendengaran baik, tidak

menggunakan alat bantu pendengaran. Pada pemeriksaan hidung didapatkan

hasil bersih, tidak terdapat sekret, reflek membau normal, simetris antara

kanan dan kiri. Pada pemeriksaan mulut simetris, lidah sedikit kotor, mukosa

bibir lembab. Pada pemeriksaan gigi didapatkan gigi sedikit kekuningan,

kebersihan cukup baik, dan tidak ada karies gigi. Pemeriksaan leher

didapatkan kulit sawo matang, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada kaku

kuduk.

35

Page 47: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan hasil saat di lakukan inspeksi

bentuk dada simetris kanan-kiri, saat dilakukan perkusi didapatkan sonor, saat

dilakukan palpasi didapatkan vokal fremitus kanan dan kiri sama. Saat di

auskultasi di dapatkan suara lapang paru vesikuler. Pada pemeriksaan jantung

inspeksi didapatkan ictus cordis tidak tampak, saat di lakukan perkusi

didapatkan bunyi pekak, saat di palpasi ictus cordis teraba di di intercosta 5

sinistra, saat di auskultasi didapatkan bunyi jantung I bunyi jantung II murni.

Pada pemeriksaan abdomen inspeksi didapatkan tidak ada jejas, umbilicus

bersih, saat dilakukan auskultasi didapatkan bising usus 7 kali per menit, saat

di perkusi tympani, saat dilakukan palpasi ada nyeri tekan di kuadran II.

Pada pemeriksaan genetalia didapatkan hasil bersih, berjenis kelamin

laki-laki. Dan pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak ada kelainan pada

anus, anus normal. Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan sebelah

kanan kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5), sebelah kiri otot penuh

(didapatkan nilai 5), terpasang infuse RL 20 tetes per menit. Ekstremitas

bawah didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5),

sebelah kanan bawah kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5). Intregumen

bersih tidak ada jejas, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan

Pemeriksaan penunjang laboraturium yang di lakukan pada tanggal 10

April 2014 yaitu, WBC 13,31 uL (nilai normal 4,1-10,9 x 103), RBC 4,60 uL

(nilai normal 3,8-5,5 x 106), HGB 12,3 g/dL (nilai normal 12,00-14,00), HCT

34,8 % (nilai normal 40-50%), MCV 75,7 fL (nilai normal 8,2-10 fL), MCH

26,7 pg (nilai normal 27,0-31,0), MCHC 35, 3 g/dL (nilai normal 31-35

36

Page 48: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

g/dL), PLT 398 uL (nilai normal 140-450x103), RDW- SD 32,4 fL (nilai

normal 6,5-12,00), PDW 9,16 fL (nilai normal 6,5-12,00), MPV 9,4 Fl (nilai

normal 82,0-92,0) uji widal S. Typhi O 1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi

H 1/280 (nilai normal 1/200).

Jenis terapi infus RL dosis 20 tetes permenit, kandungan larutan

elektrolit nutrisi anti mikroba, fungsi mengembalikan keseimbangan elektrolit

pada dehidrasi infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran kemih.

Ondansentron 4 mg/12 jam kandungan ondansentron 8 mg/tab, fungsi

pencegahan mual dan muntah paska bedah melalui intravena. Cefotaxime 500

mg/8 jam kandungan sefotaksime 500 mg fungsi infeksi saluran nafas bawah

melalui intravena. Ranitidine 12,5 mg/12 jam kandungan ranitidine 150

mg/tab fungsi pengobatan jangka pendek tukak duodenum aktif melalui

intravena. Obat oral pamol syrup 3 kali 5 ml kandungan parasetamol 120

mg/5 ml fungsi menurunkan demam dan nyeri.

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Proses diagnoasa keperawatan yang sudah disesuaikan menurut

(Herdman, 2009-2011). Diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses

infeksi muncul pada pasien An. F berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal

10 April 2014 didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan pasien panas

+ 5 hari, mual, muntah, mengalami batuk pilek, dan data objektif pasien di

dapatkan pasien tampak bingung, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan,

suhu tubuh 38,50C, nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit dan kulit tampak

37

Page 49: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

kemerahan, uji widal S. Typhi O 1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi H

1/280 (nilai normal 1/200) sehingga didapatkan masalah keperawatan

hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yang disebabkan oleh

Salmonella typhi (Muttain dan Sari, 2011 : 493). Maka penulis merumuskan

masalah keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh. Data

subjektif pasien mengatakan kapan dia sembuh, kapan pulang. Data objektif

yang diperoleh pasien tampak binggung, pasien tampak menangis, score

kecemasan 22. Proses diagnoasa keperawatan yang sudah disesuaikan

menurut (Herdman, 2009-2011). Maka penulis merumuskan prioritas masalah

keperawatan yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan.

Kemudian penulis menyusun, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, dan melakukan laporan evaluasi tindakan.

D. Rencana Keperawatan

Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan diagnosa hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi, maka penulis menyusun rencana

keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2

x 24 jam diharapkan suhu dalam batas normal dengan kriteria hasil tanda–

tanda vital dalam batas normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada

pusing, pasien merasa nyaman (Herdman, 2009-2011) Intervensi yang

dilakukan yaitu evaluasi tanda–tanda vital dengan rasional sebagai

pengawasan terhadap adanya pemenuhan keadaan umum pasien sehingga

38

Page 50: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara tepat dan cepat. Kaji

pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurunkan suhu tubuh

dengan rasional sebagai data dasar untuk memberikan intervensi selanjutnya.

Lakukan tirah baring total dengan rasional penurunan aktifitas akan

menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan demikian

membantu menurunkan suhu tubuh. Atur lingkungan yang kondusif dengan

rasional kondisi ruangan kamar yang tidak panas, tidak bising dan sedikit

pengunjung memberikan efektifitas terhadap proses penyembuhan. Beri

kompres hangat dengan rasional kompres air hangat merupakan tehnik

penurunan suhu tubuh dengan meningkatkan efek efaporasi. Kolaborasi

pemberian obat dengan rasional antipiretik bertujuan untuk memblok respons

panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.

Perencanaan dari masalah keperawatan kecemasan berhubungan dengan

perubahan lingkungan penulis menyusun dengan tujuan pasien kecemasan

teratasi dengan pasien merasa tidak cemas, ekspresi tubuh dan tingkat

aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan dan vital sign dalam batas

normal (Herdman, 2009-2011). Kaji tingkat kecemasan dengan rasional untuk

mengetahui tingkat kecemasan. Anjurkan pasien dan keluarga untuk

mengungkapkan dan mengekspersikan rasa takut dengan rasional kesempatan

diberikan pada pasien untuk mengekpresikan rasa takutnya. Catat reaksi dari

pasien/keluarga kesempatan untuk mendiskusikan perasaannya dan harapan

masa depan dengan rasional anggota keluarga dengan respons apa yang

terjadi dan kecemasannya dapat disampaikan kepada pasien. Anjurkan

39

Page 51: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

aktifitas pengalihan perhatian sesuai kesempatan induvidu, seperti nonton tv,

terapi bermain (puzzle) dengan rasional meningkatkan distraksi dan pikiran

pasien dengan kondisi sakit.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan hari pertama yang dilakukan pada tanggal 10

April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam

08.00 WIB memantau tanda-tanda vital dengan respon subyektif An. F

mengatakan pasien bersedia. Respon obyektif dan hasil pemeriksaan fisik

Suhu 38,50C, Nadi 90 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 08.30

WIB kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurukan suhu

tubuh dengan respon subjektif keluarga pasien mengatakan cara menurunkan

panas dengan memberi obat warung, respon objektif pasien tampak lemah,

keluarga tampak tidak tahu cara menurunkan panas. Jam 09.00 WIB anjurkan

keluarga pasien kompres air hangat apabila suhu tubuh anaknya meningkat

dengan respon data subjektif ibu pasien mengatakan bersedia dan respon

objektif ibu pasien tampak kooperatif. Pada jam 09.30 WIB anjurkan

keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat dengan

respon subjektif ibu pasein mengatakan bersedia dan respon objektfif ibu

pasien tampak koopertif. Jam 10.00 WIB memberikan terapi obat pamol 5 ml

dengan respon subjektif ibu pasien bersedia An. F untuk diberikan obat

respon objektif obat sudah diberikan.

Tindakan keperawatan hari pertama yang dilakukan pada tanggal 10

April 2014 dengan diagnosa keperawatan kecemasan b.d perubahan

40

Page 52: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

lingkungan. Jam 08.45 WIB Anjurkan pasien dan keluarga untuk

mengungkapkan rasa takutnya pasien dan keluarga untuk mengungkapkan

rasa takutnya dengan respon subjektif keluarga pasien mengatakan ingin

cepat sembuh dan ingin pulang, respon objektif didapatkan pasien tampak

mengangis, score kecemasan 22 (kecemasan sedang). Jam 10.30 WIB Catat

reaksi dari pasien/keluarga beri kesempatan untuk mendiskusikan perasaan

dengan respon subjektif ibu pasien mau mengungkapkan perasaannya.

Kemudian pada jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain (puzzle) dengan

respon subjektif ibu pasien bersedia An. F diberikan terapi bermain (puzzle)

dengan respon objektif pasien sedikit kooperatif mengikuti permainan.

Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal 11

April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam

07.10 WIB memantau tanda-tanda vital dengan respon subyektif An. F

mengatakan pasien bersedia. Respon obyektif dan hasil pemeriksaan fisik

Suhu 36,80C, Nadi 92 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 07.30

WIB kolaborasi pemberian obat paracetamol 5 ml dengan respon subjektif

ibu pasien bersedia An. F diberikan obat respon objektif obat sudah diberikan.

Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal 11

April 2014 dengan diagnosa keperawatan kecemasan b.d perubahan

lingkungan. Jam 08.30 WIB Catat reaksi dari pasien/keluarga beri

kesempatan untuk mendiskusikan perasaan dengan respon subjektif ibu

pasien mau mengungkapkan perasaannya dan respon objektif An. F tampak

kooperatif. Jam 09.15 WIB Anjurkan pasien dan keluarga untuk

41

Page 53: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

mengungkapkan rasa takutnya pasien dengan respon subjektif keluarga pasien

mengatakan sudah tenang, respon objektif didapatkan pasien tampak nyaman,

tidak menangis, score kecemasan 13 (tidak cemas). Jam 12.30 WIB

memberikan terapi bermain (puzzle) dengan respon subjektif ibu pasien

mengatakan bersedia An. F diberikan terapi bermain (puzzle). Dan respon

objektif pasien kooperatif dan mengikuti permainan.

F. Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian evaluasi

untuk diagnosa yang pertama hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

dilakukan evaluasi pada tanggal 10 April 2014 dengan metode SOAP yaitu

Evaluasi untuk diagnosa yang pertama hipertermi berhubungan dengan proses

infeksi Ibu pasien mengatakan panas naik turun apabila sore dan malam hari.

Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24 kali per menit, S. Typhi O

1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi H 1/280 (nilai normal 1/200), warna

kulit tampak merah, kulit teraba panas. Hal ini menyebabkan masalah

keperawatan belum teratasi, maka intervensi dilanjtukan yaitu beri kompres

air hangat pada saat suhu tubuh meningkat, kolaborasi pemberian antipiretik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 April 2014.

Evaluasi untuk diagnosa kecemasan berhubungan dengan perubahan

lingkungan. Dilakukan evaluasi keperawatan dengan metode SOAP yaitu ibu

pasien mengatakan pasien kadang masih menangis. Tampak menangis, tidak

kooperatif, Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24 kali per menit,

42

Page 54: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

score kecemasan 22 (kecemasan sedang). Hal ini menyatakan masalah

keperawatan belum teratasi, maka intervensi dilanjutkan yaitu memberikan

terapi bermainan (puzzle).

Evaluasi pada tanggal 11 April 2014., dengan diagnosa hipertermi b.d

proses infeksi yaitu ibu pasien mengatakan panas turun. Suhu 36,80C,

frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi respirasi 24 kali per menit, badan

sudah tidak teraba panas, warna kulit tidak tampak kemerahan. Hal ini

menyatakan masalah sudah teratasi. Maka intervensi dihentikan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11 April 2014

Dilakukan evaluasi keperawatan dengan metode SOAP yaitu ibu pasien

mengatakan An. F sudah tidak rewel. Pasien tampak sudah tenang, sudah

tidak menangis dan kooperatif, suhu 36,80C, frekuensi nadi 92 kali per menit,

frekuensi respirasi 24 kali per menit, score kecemasan 13 (tidak cemas). Hal

ini menyatakan pada hari kedua masalah sudah teratasi. Maka intervensi

dihentikan.

43

Page 55: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan An. F

dengan demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Sukoharjo. Pembahasan pada bab

ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesengajaan antara teori

dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan

dasar manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik

fisik, mental, sosial dan lingkungan (Deden, 2012 : 36). Dalam pengkajian

perawat terhadap An. F didapatkan data bahwa klien datang dengan keluhan

demam kurang lebih 5 hari, mual muntah, batuk pilek dan nyeri perut. Tanda

dan gejala yang muncul pada pasien dengan demam tifoid yaitu demam yang

tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama

peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada

malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus

meningkat, pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali

normal. Gangguan pada saluran cerna, bibir kering dan pecah-pecah, lidah

ditutupi selaput putih kotor tidak nafsu makan. Gangguan kesadaran seperti

44

Page 56: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

penurunan kesadaran. Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat

emboli basil dalam kapiler kulit. Nyeri kepala, nyeri perut, lemah dan lesu

(Suradi dan Yuliana, 2011 : 281). Nadi 90 kali per menit, suhu 38,40C dan

pernafasaan 20 kali per menit. Dari data pengkajian dapat disimpulkan bahwa

terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala

demam tifoid yang dialami An. F, yaitu pada kasus ini pasien tidak mengalami

bibir kering dan pecah-pecah. Komplikasi yang sering muncul pada pasien

demam tifoid pada minggu pertama sampai minggu ketiga antara lain

kemungkinan dijumpai mimisan, batuk, bibir kering dan pecah-pecah

(Widagdo, 2012 : 219).

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dirawat di

Rumah Sakit dan ibu klien mengatakan An. F merupakan anak pertama. Ibu

klien mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi dasar yang

lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis sesuai umur dan

jadwal imunisasi. Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit

keturunan seperti asma, diabetes melitus serta penyakit menular seperti TB

paru. Penyebab penyakit demam tifoid ini adalah Salmonella typhi yang

mempunyai ciri-ciri adalah merupakan basil gram negatif yang bergerak

dengan bulu getar dan tidak berspora (Nursalam, Susilaningrum M., Utami

M., 2005 : 153). Dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan orang tua yang

terbatas, besar kemungkinan dalam keluarga tidak menyadari bahwa demam

tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, karena tidak semua penderita demam

tifoid mengalami gangguan ataupun gejala klinis yang signifikan.

45

Page 57: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Anak lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3000 gram (3 kg),

kelahiran secara spontan di rumah sakit. Saat ini anak berusia 4 tahun dengan

berat badan 18 kg dan tinggi badan 100 cm, lingkar kepala 48 cm, lingkar

dada 55 cm, lingkar lengan 20 cm. Penilaian Zscore diperoleh Waz (berat

badan menurut umur) adalah 1,17 dan Haz (tinggi badan menurut umur)

adalah -0,4 dan Whz adalah 2,6 hasil tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan anak dalam masuk kategori gemuk dan

memiliki gizi yang baik.

Sebelum masuk rumah sakit nutrisi klien cukup teratur, anak makan 3

kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk tahu kadang ikan dan minum kurang

lebih 6 gelas perhari air putih dan susu. Terdapat keluhan mual setelah anak

makan. Demam tifoid pada anak memiliki salah satu tanda seperti diare

(kontipasi), muntah, dan sakit kepala, nyeri perut (Sodikin, 2011 : 240).

Selama sakit anak makan 3 kali sehari dengan menu bubur, lauk, sayur diet

yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu bubur tinggi kalori tinggi protein

habis setengah porsi dan minum air putih kurang lebih 4 gelas perharinya.

Diet, makan harus mengundung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein.

Bahan makanan tidak boleh mengandung serat, tidak merangsang, dan tidak

menimbulkan banyak gas (Muttaqin A dan Sari U., 2011 : 493). Dari data

pengkajian nutrisi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori

dan kenyataan yang terjadi pada gejala demam tifoid yang dialami An. F.

Sebelum masuk rumah sakit anak BAB 1 kali perhari dengan

konsistensi lembek warna kuning dan bau khas, buang air kecil sehari kurang

46

Page 58: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

lebih 5 kali berwarna kuning jernih, bau khas kurang lebih @ 150 cc. Selama

sakit An. F BAB buang air besar 3 kali perhari dengan konsistensi lembek

warna kuning dan bau khas serta buang air kecil kurang lebih 4 kali warna

kuning jernih, bau khas kurang lebih @ 120 cc. pada bayi dan anak umur

kurang dari 5 tahun berlangsung ringan dengan demam ringan dan lesu,

sehingga diagnoasis sulit ditetapkan. Gejala diare lebih sering ditemukan

hingga diagnosa mengarah ke gastroenteritis (Widagdo, 2012 : 220). Dari

data pengkajian pola eliminasi dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala demam tifoid

yang dialami An. F.

Keadaan umum klien adalah cukup baik kesadaran pasien

composmentis (CM). Dan setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan hasil suhu tubuh 38,20C, pernafasan 20 kali permenit, denyut nadi

94 kali permenit.Pada pemeriksaan head to too didapatkan hasil kepala An. F

berbentuk mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada lesi, kebersihan cukup,

rambut hitam, tidak ada ketombe, kebersihan rambut cukup baik. Pada

pemeriksaan mata didapatkan hasil simetris kanan dan kiri, penglihatan

normal tanpa alat bantu penglihatan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, ada reflek terhadap cahaya. Pada pemeriksaan telinga simetris antara

kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen, reflek pendengaran baik, tidak

menggunakan alat bantu pendengaran. Pada pemeriksaan hidung didapatkan

hasil bersih, tidak terdapat sekret, reflek membau normal, simetris antara

kanan dan kiri. Pada pemeriksaan mulut simetris, lidah sedikit kotor, mukosa

47

Page 59: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

bibir lembab, pada pengkajian pemeriksaan fisik anak dengan demam tifoid

lidah tertutup selaput putih kotor, sementara dan tepinya berwarna kemerahan

(Nursalam, 2005 : 155). Dari data pengkajian pemeriksaan fisik di bagian

mulut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan yang terjadi pada gejala demam tifoid yang dialami An. F.

Pada pemeriksaan gigi didapatkan gigi sedikit kekuningan, kebersihan

cukup baik, dan tidak ada karies gigi. Pemeriksaan leher didapatkan kulit sawo

matang, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada kaku kuduk. Pada pemeriksaan

fisik paru didapatkan hasil saat dilakukan inspeksi bentuk dada simetris

kanan-kiri, saat dilakukan perkusi didapatkan sonor, saat dilakukan palpasi

didapatkan vokal fremitus kanan dan kiri sama. Saat dilakukan pemeriksaan

auskultasi didapatkan suara lapang paru vesikuler. Pada pemeriksaan jantung

inspeksi didapatkan ictus cordis tidak tampak, saat dilakukan perkusi

didapatkan bunyi pekak, saat pemeriksaan palpasi ictus cordis teraba di

intercosta 5 sinistra, saat pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi jantung I

dan bunyi jantung II murni. Pada pemeriksaan abdomen inspeksi didapatkan

tidak ada jejas, umbilicus bersih, saat dilakukan pemeriksaan auskultasi

didapatkan bising usus 7 kali per menit, saat dilakukan pemeriksan perkusi

tympani, saat dilakukan pemeriksaan palpasi ada nyeri tekan di kuadran II.

Demam tifoid pada anak memiliki salah satu tanda seperti diare, muntah, dan

sakit kepala, nyeri perut (Sodikin, 2011 : 240). Dari semua pengkajian head to

too pada anak maka didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat kelainan

pada saat proses pengkajian.

48

Page 60: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Genetalia An. F didapatkan hasil bersih, berjenis kelamin laki-laki.

Dan pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak ada kelainan pada anus, anus

normal. Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan sebelah kanan kekuatan

otot penuh (didapatkan nilai 5), sebelah kiri otot penuh (didapatkan nilai 5),

terpasang infuse RL 20 tetes per menit. Ekstremitas bawah didapatkan sebelah

kiri kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5), sebelah kanan bawah kekuatan

otot penuh (didapatkan nilai 5). Intregumen bersih tidak ada jejas, kulit teraba

panas, kulit tampak kemerahan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau

potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

asuhan keperawatan (Nursalam, 2005). Pada teori yang didapat penulis,

diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penyakit demam tifoid antara

lain hiperterni berhubungan dengan proses infeksi, aktual/resiko tinggi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kurangnya makanan yang adekuat, nyeri berhubungan dengan iritasi saluran

gastrointestinal dan kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan

(Muttaqin A dan Sari U., 2011 : 493).

Proses diagnosa keperawatan yang sudah disesuaikan menurut

(Herdman, 2009-2011). Batasan karakteristik dalam hipertermi antara lain

konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal,

49

Page 61: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

kejang, takikardia, takipnea dan kulit terasa hangat (Herdman, 2009-2011) ada

diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses infeksi muncul pada pasien

An. F berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 10 April 2014 didapatkan

data subjektif ibu pasien mengatakan pasien panas + 5 hari, mual, muntah,

mengalami batuk pilek, dan data objektif pasien di dapatkan pasien tampak

bingung, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan, suhu tubuh 38,50C, nadi

90 x/menit, respirasi 24 x/menit, uji widal S. Typhi O 1/280 (nilai normal

1/200), S. Typhi H 1/280 (nilai normal 1/200), sehingga didapatkan masalah

keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yang disebabkan

oleh Salmonella typhi (Muttaqin A dan Sari U., 2011 : 493).

Proses diagnoasa keperawatan yang sudah disesuaikan menurut

(Herdman, 2009-2011). Batasan karakteristik kecemasan yaitu dengan menilai

perilaku yang gelisah dan kontak mata yang buruk, afektif yang gelisah dan

distres aerta ketakutan, fisiologis pada wajah yang tegang, simpatik dengan

menunjukkan anoreksia, mulut kering serta lemah, parasimpatik dengan

merasakkan mual dan serta kognitif klien dengan menunjukkan ketakutan

(Herdman, 2009-2011 : 445). Pada diagnosa kecemasan berhubungan dengan

perubahan lingkungan muncul pada pasien An. F berdasarkan hasil data

subjektif hasil bahwa pasien mengatakan kapan dia sembuh dan kapan dia

pulang, dan data objektif pasien tampak bingung dan pasien tampak menangis,

suhu tubuh 38,50C, nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit, score kecemasan 22

(tingkat kecemasan sedang), sehingga didapatkan masalah keperawatan

50

Page 62: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan (Muttain dan Sari,

2011 : 493).

Menurut Wong (2002) dalam Hermiati dan Marita (2013), perawatan

dirumah sakit yang dialami oleh seorang anak dapat menimbulkan berbagai

pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan. Cemas yang

muncul dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan fisik rumah

sakit antara lain bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih

petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak,

ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti

takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya,

sering kali dialami anak. Efek hospitalisasi pada anak sering dialami oleh anak

saat mengalami perawatan dirumah sakit. Dampak negatif dari perubahan

lingkungan sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan

yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan

berbeda antara satu dengan lainnya (Suryanti, 2011).

Untuk memprioritaskan diagnosa keperawatan pada An. F, penulis

menggunakan prioritas kebutuhan dasar Maslow. Diagnosa utama adalah

kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan. Diagnosa kedua

yaitu hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

C. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu

tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan

perawat. Penulis dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil didasarkan pada

51

Page 63: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

metode SMART. S: Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda. M: Measurable, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya

tentang perilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau. A:

Achievable, tujuan harus dapat dicapai, R: Reasonable, tujuan harus dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah, T: Time, mempunyai batasan waktu

yang jelas (Nursalam, 2005).

Adapun intervensi yang sesuai dari diagnosa keperawatan An. F yang

sedang dirawat di RSUD Sukoharjo untuk diagnosa yang pertama hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan yang ingin dicapai adalah selama

dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan suhu tubuh dalam

batas normal dengan kriteria hasil suhu 360– 37

0C, nadi dan respirasi dalam

batas normal dan tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing serta

pasien merasa nyaman. Intervensi yang didapatkan pasien An. F antara lain

evaluasi tanda-tanda vital pada setiap pergantian shift atau setiap ada keluhan

dari pasien untuk sebagai pengawasan terhadap adanya pemenuhan keadaan

umum pasien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara

cepat dan tetap.

Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurunkan suhu

tubuh untuk memberikan intervensi selanjutnya. Lakukan tirah baring total

untuk menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut dan membantu

menurunkan suhu tubuh. Atur lingkungan yang kondusif untuk memberikan

efektivitas terhadap proses penyembuhan. Beri kompres dingin air hangat

untuk menurunkan suhu tubuh dengan meningkatkan efek efaporasi.

52

Page 64: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk memblok respons

panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun (Muttain dan

Sari, 2011 : 493).

Adapun intervensi yang sesuai dari diagnosa keperawatan An. F yang

sedang dirawat di RSUD Sukoharjo untuk diagnosa yang kedua kecemasan

berhubungan dengan perubahan lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam kecemasan klien teratasi

dan kooperatif dengan kriteria hasil pasien merasa tidak cemas, ekspresi tubuh

dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan dan vital sign

dalam batas normal. Intervensi yang dilakukan pada An. F antara lain monitor

respon fisik dan perubahan tanda vital untuk mengevaluasi derajat/ tingkat

kesadaran khususnya ketika melakukan komunikasi verbal. Anjurkan pasien

dan keluarganya untuk mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya

untuk mengekspresikan rasa takutnya. Catat reaksi dari pasien/ keluarga. Beri

kesempatan untuk mendiskusikan perasaannya/ konsentrasinya dan harapan

masa depanuntuk kecemasannya dapat disampaikan kepada pasien. Anjurkan

aktivitas penglihatan perhatian sesuai kemampuan individu, seperti nonton TV

dan bermain untuk meningkatkan distraksi dari pikiran pasien dengan kondisi

sakit (Muttain dan Sari, 2011 : 493).

D. Implementasi

Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan

dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup

53

Page 65: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-

hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan yang berpusat pada

klien.Implementasi merupakan tahapan pemberian tindakan keperawatan

untuk mengatasi permasalahan penderita secara terarah dan komprehensif,

berdasarkan rencana tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya (Potter &

Perry, 2005).

Tindakan keperawatan hari pertama yang dilakukan pada tanggal 10

April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam

08.00 WIB memantau tanda-tanda vital dengan respon subyektif An. F

mengatakan pasien bersedia. Respon obyektif dan hasil pemeriksaan fisik

Suhu 38,50C, Nadi 90 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 08.30

WIB kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurukan suhu

tubuh dengan respon subjektif keluarga pasien mengatakan cara menurunkan

panas dengan memberi obat warung, respon objektif pasien tampak lemah,

keluarga tampak tidak tahu cara menurunkan panas. Jam 09.00 WIB anjurkan

keluarga pasien kompres air hangat apabila suhu tubuh anaknya meningkat

dengan respon data subjektif ibu pasien mengatakan bersedia dan respon

objektif ibu pasien tampak kooperatif. Pada jam 09.30 WIB anjurkan

keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat dengan

respon subjektif ibu pasein mengatakan bersedia dan respon objektfif ibu

pasien tampak koopertif. Jam 10.00 WIB memberikan terapi obat pamol 5 ml

dengan respon subjektif ibu pasien bersedia An. F untuk diberikan obat

respon objektif obat sudah diberikan.

54

Page 66: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Tindakan keperawatan hari pertama yang dilakukan pada tanggal 10

April 2014 dengan diagnosa keperawatan kecemasan b.d perubahan

lingkungan. Jam 08.45 WIB Anjurkan pasien dan keluarga untuk

mengungkapkan rasa takutnya pasien dan keluarga untuk mengungkapkan

rasa takutnya dengan respon subjektif keluarga pasien mengatakan ingin

cepat sembuh dan ingin pulang, respon objektif didapatkan pasien tampak

mengangis, score kecemasan 22 (kecemasan sedang). Jam 10.30 WIB Catat

reaksi dari pasien/keluarga beri kesempatan untuk mendiskusikan perasaan

dengan respon subjektif ibu pasien mau mengungkapkan perasaannya.

Kemudian pada jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain (puzzle) dengan

respon subjektif ibu pasien bersedia An. F diberikan terapi bermain (puzzle)

dengan respon objektif pasien sedikit kooperatif mengikuti permainan.

Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal

11 April 2014 dengan diagnosa keperawatan hipertermi b.d proses infeksi jam

07.10 WIB memantau tanda-tanda vital dengan respon subyektif An. F

mengatakan pasien bersedia. Respon obyektif dan hasil pemeriksaan fisik

Suhu 36,80C, Nadi 92 kali per menit, Respirasi 24 kali per menit. Jam 07.30

WIB kolaborasi pemberian obat paracetamol 5 ml dengan respon subjektif

ibu pasien bersedia An. F diberikan obat respon objektif obat sudah diberikan.

Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal

11 April 2014 dengan diagnosa keperawatan kecemasan b.d perubahan

lingkungan. Jam 08.30 WIB Catat reaksi dari pasien/keluarga beri

kesempatan untuk mendiskusikan perasaan dengan respon subjektif ibu

55

Page 67: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

pasien mau mengungkapkan perasaannya dan respon objektif An. F tampak

kooperatif. Jam 09.15 WIB Anjurkan pasien dan keluarga untuk

mengungkapkan rasa takutnya pasien dengan respon subjektif keluarga pasien

mengatakan tenang, respon objektif didapatkan pasien tampak nyaman, score

kecemasan 13 (tidak cemas). Jam 12.30 WIB memberikan terapi bermain

(puzzle) dengan respon subjektif ibu pasien mengatakan bersedia An. F

diberikan terapi bermain (puzzle). Dan respon objektif pasien kooperatif dan

mengikuti permainan.

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan

dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak

bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak

seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak

memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan

perkembangan emosinya (Supartini, 2004 : 125). Salah satu contoh

permainan yang menarik yaitu permainan puzzle, karena puzzle dapat

meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi anak. Melalui puzzle anak

akan dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta anak akan berpikir

bagaimana puzzle ini dapat tersusun dengan rapi (Alfiyanti, 2010 : 7). Setelah

anak dilakukan terapi bermain puzzle di rumah sakit tidak hanya memberikan

rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan

perasaan, pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri (Barokah A, dkk,

2012).

56

Page 68: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

E. Evaluasi

Evaluasi adalah respons pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah

pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik

dan bagian kontrol proses keperawatan, melalui mana status pernyataan

diagnostik pasien secara individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan atau

memerlukan perbaikan (Doenges dkk, 2006).

Evaluasi untuk diagnosa yang pertama hipertermi berhubungan

dengan proses infeksi dilakukan evaluasi pada tanggal 10 April 2014 dengan

metode SOAP yaitu Evaluasi untuk diagnosa yang pertama hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi Ibu pasien mengatakan panas naik turun

apabila sore dan malam hari. Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24

kali per menit, S. Typhi O 1/280 (nilai normal 1/200), S. Typhi H 1/280 (nilai

normal 1/200), warna kulit tampak merah, kulit teraba panas. Hal ini

menyebabkan masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi

dilanjtukan yaitu beri kompres air hangat pada saat suhu tubuh meningkat,

kolaborasi pemberian antipiretik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 April 2014.

Evaluasi untuk diagnosa kecemasan berhubungan dengan perubahan

lingkungan. Dilakukan evaluasi keperawatan dengan metode SOAP yaitu ibu

pasien mengatakan pasien kadang masih menangis. Tampak menangis, tidak

kooperatif, Suhu 38,50C, nadi 90 kali per menit, respirasi 24 kali per menit.

Hal ini menyatakan masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi

dilanjutkan yaitu memberikan terapi bermainan (puzzle).

57

Page 69: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Evaluasi pada tanggal 11 April 2014., dengan diagnosa hipertermi b.d

proses infeksi yaitu ibu pasien mengatakan panas turun. Suhu 36,80C,

frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi respirasi 24 kali per menit, badan

sudah tidak teraba panas, warna kulit tidak tampak kemerahan. Hal ini

menyatakan masalah sudah teratasi. Maka intervensi dihentikan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11 April 2014

Dilakukan evaluasi keperawatan dengan metode SOAP yaitu ibu pasien

mengatakan An. F sudah tidak rewel. Pasien tampak sudah tenang, sudah

tidak menangis dan kooperatif, suhu 36,80C, frekuensi nadi 92 kali per menit,

frekuensi respirasi 24 kali per menit. Hal ini menyatakan pada hari kedua

masalah sudah teratasi. Maka intervensi dihentikan.

F. Keterbatasan Karya Tulis Ilmiah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barokah dan Syamsul

(2012), bahwa hasil yang didapat adalah ada pengaruh terapi bermain puzzle

pada tingkat kooperatif anak prasekolah di RSUD Tugurejo Semarang, hal ini

kemungkinan dalam pemberian asuhan keperawatan waktu yang diberikan

cukup lama. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah hanya

meneliti pada pasien yang dirawat 2 hari saja, yaitu lamanya seorang anak

dirawat dirumah sakit akan mempengaruhi pendekatan-pendekatan yang

harus dilakukan, sedangkan ketepatan melakukan pendekatan (yang

merupakan bagian dari perawatan) akan mempengaruhi proses kesembuhan

anak. Pada anak yang dirawat dalam waktu singkat, pemulihan diarahkan

58

Page 70: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

pada hal-hal yang traumatik dan anak yang dirawat dalam waktu singkat

yaitu 1 – 2 hari tentunya akan dihadapkan pada lingkungan yang baru, yaitu

lingkungan rumah sakit, sebagai patokan umum tetap berlaku tidak ada

tempat, ruangan, kamar perawatan yang dirasakan nyaman bagi anak.

59

Page 71: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan pemberian terapi bermain puzzel terhadap

tingkat kecemasan selama menjalani perawatan pada asuhan keperawatan An.

F dengan demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, maka

penulis dapat menarik kesimpulan:

1. Pada pengkajian An. F dengan demam tifoid didapatkan data bahwa

keluarga belum mengetahui bahwa demam tifoid pada anaknya

disebabkan oleh Salmonella typhi, karena tidak semua penderita demam

tifoid mengalami tanda dan gejala yang mudah diketahui oleh banyak

orang.

2. Diagnosa keperawatan muncul pada klien adalah yaitu hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi dan kecemasan berhubungan dengan

perubahan lingkungan.

3. Pada diagnosa pertama yaitu hipertermi, intervensi yang dilakukan adalah

evaluasi tanda–tanda vital. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang

cara menurunkan suhu tubuh. Lakukan tirah baring total dengan. Atur

lingkungan yang kondusif. Beri kompres hangat. Kolaborasi pemberian

obat antipiretik. tindakan keperawatan adalah penurunan aktivitas akan

menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada fase akut, memberikan

kondisi ruangan kamar yang tidak panas dan tidak bising. Pada diagnosa

60

Page 72: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan, intervensi

keperawatan yang utama adalah dengan terapi bermain (puzzle) untuk

menurunkan kecemasan klien.

4. Implementasi yang dilakukan perawat sesuai dengan intervensi yang sudah

dibuat perawat. Terapi bermain (puzzle) merupakan tindakan utama untuk

menurunkan kecemasan anak saat mengalami perawatan di rumah sakit.

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dua hari, evaluasi masalah

keperawatan klien sudah teratasi, ibu pasien ibu pasien mengatakan An. F

sudah tidak rewel. Pasien tampak sudah tenang, sudah tidak menangis dan

kooperatif, suhu 36,80C, frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi

respirasi 24 kali per menit, badan tidak teraba panas, warna kulit tidak

tampak kemerahan. Maka intervensi dihentikan.

6. Pemberian terapi bermain (puzzle) pada anak dengan demam tifoid sangat

efektif terhadap penurunan kecemasan pada anak saat mengalami

perawatan di rumah sakit.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan

demam tifoid, penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang

kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan asuhan keperawatan pada anak saat dilakukan

perawatan dirumah sakit tetap memperhatikan aspek psikososial anak

dengan memberikan ruang khusus untuk bermain anak.

61

Page 73: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan tenaga kesehatan melakukan pendekatan lebih intensif

pada anak untuk mendapatkan kepercayaan anak serta menjadikan anak

kooperatif terhadap tindakan keperawatan. Pelaksaan terapi bermain

(puzzle) sangat efektif dilakukan perawat untuk menurunkan tingkat

kecemasan anak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat selalu meningkatkan mutu dalam pembelajaran

untuk menghasilkan perawat-perawat yang lebih profesional, inovatif,

terampil dan lebih berkualitas.

62

Page 74: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti, N. (2010). Upaya meningkatkan daya pikir anak melalui permainan

edukatif.http://etd.eprints.ums.ac.id/9837/1/A520085042.pdf diperoleh

tanggal 15-04-2011.

Barokah A., dkk, (2012). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku

Kooperatif Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi di RSUD

Tugurejo.

Dadang H., (2011). Stress cemas dan depresi, Edisi 2, Badan penerbit FKUI,

Jakarta, hal 77-83

Deden D., (2012). Proses keperawatan, Jilid 2, Yogyakarta.

Doenges dkk, 2006. Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client

Care Across the Life Span. Publisher: Davis Company, F. A. USA.

Hadinegoro, SpA(K), (2011), Demam tifoid pada anak. www.itokindo.org (free

pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) diperoleh tanggal

16-04-2014.

Herdman H. T., (2009-2011). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi.

Penerjemah Monika Ester, S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Hermiati, Dilfera dan Marita, Zadam. (2013). Pengaruh terapi bermain terhadap

kecemasan pada anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang edelwis

RSUD Dr. M Yunus Bengkulu. http://stikesdehasen.ac.id/

downlot.php?file=16%20dilfera.docx.diperoleh tanggal 16-04-2014.

Mentri kesehatan, (2006). Pedoman pengendalian demam tifoid.

www.hukor.depkes.go.id/.../KMK%20No.%20364%2...diperoleh tanggal

16-04-14.

Page 75: PEMBERIANTERAPIBERMAIN PUZZLE · PDF fileASKEP Lampiran4. SuratPendelegasian Lampiran5. LoogBook Lampiran6. Jurnal Lampiran7. ... sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

Muttaqin A dan Sari U., (2011). Gangguan gastrointestinal, Penerbit Salemba

Medika ,Jakarta, hal 489-497.

Nursalam, 2005. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam, Susilaningrum M., Utami M., (2005). Asuhan keperawatan bayi dan

anak (untuk perawat dan bidan), Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal

153-159.

Pramitasari O., Mahasiswa FKM UNDIP, Dosen Bagian Epidemiologi dan

Penyakit Tropik FKM UNDIP. (2013)JURNAL KESEHATAN

MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013.

http://ejoumals1.undip.ac.id/index.php/jkm diperoleh tanggal 16-04-14.

Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Trismiati. 2004. Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor

kontrasepsi mantap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. http ://

jurnal_trismiati.pd. diperoleh tanggal 06-04-2014.

Supartini Y., (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Sodikin, M., (2011). Asuhan keperawatan anak: gangguan sistem gastrointestinal

dan hepatobilier, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 240-249.

Suradi dan Yuliana R., (2011) Asuhan keperawatan pada anak, Penerbit Sagung

Seto, Jakarta, hal 254-258.

Suyono, Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, (2012). Tumbuh kembang anak, Edisi

2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Widagdo, (2012). Masalah dan tatalaksanaan penyakit anak dengan demam, CV

Sugeng Seto, Jakarta, hal 220-223.