case hiperbilirubinemia - han

Upload: disti-hartikasari-ruslan

Post on 10-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    1/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 1

    I. IDENTITAS

    Pasien

    Nama : By. H S

    Tanggal lahir : 22 Mei 2010Usia : 5 hari

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Kebangsaan : Indonesia

    Suku bangsa : Jawa

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Taman Harapan RT 014/03 no.10, Cawang III Jakarta Timur

    Golongan darah : O, Rhesus positif

    Ayah

    Nama : Tn. Y

    Usia : 28 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Kebangsaan : Indonesia

    Suku bangsa : Jawa

    Agama : Islam

    Pendidikan : SMAK

    Pekerjaan : Security Jasamarga

    Penghasilan : Rp. 1.500.000/bulan

    Alamat : Jl. Taman Harapan RT 014/03 no.10, Cawang III Jakarta Timur

    Golongan darah : O, Rhesus positif

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    2/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 2

    Ibu

    Nama : Ny. LS

    Usia : 22 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Kebangsaan : Indonesia

    Suku bangsa : Jawa

    Agama : Islam

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : Operator Mesin

    Penghasilan : Rp. 1.000.000/bulan

    Alamat : Jl. Taman Harapan RT 014/03 no.10, Cawang III Jakarta Timur

    Golongan darah : B, Rhesus positif

    Kesimpulan : Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    3/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 3

    II. ANAMNESIS

    Didapatkan keterangan secara alloanamnesis melalui ayah dan ibu bayi HS, pada hari Selasa,

    27 Mei 2010. Pukul 12.30 WIB

    Keluhan Utama : Bayi terlihat kuning sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakitKeluhan Tambahan : tidak ada

    Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:

    Bayi terlihat kuning sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Kuning mulai

    terlihat di wajah terutama di sekitar kening, sekitar mata dan mulut. Tiga jam SMRS, pasien

    dibawa ke poliklinik Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto (RS Polri), atas

    saran bidan di Klinik USG 4 Dimensi dr. Semuel SpOG (klinik bersalin, tempat bayi

    dilahirkan), dianjurkan dilakukan pemeriksaan darah, kemudian disarankan dokter untuk

    dirawat karena bilirubin bayi yang tinggi.

    Sejak lahir sampai masuk rumah sakit, bayi tampak aktif, menangis kuat, tidak terlihat

    sesak, tidak terlihat kebiru-biruan, tidak terdapat demam, kepala tidak pernah terbentur/jatuh,

    tidak terdapat kejang, tidak terdapat perut yang mengencang, hanya bayi tampak sering

    mengantuk.

    Saat lahir, bayi tidak mau menyusu air susu ibu (ASI) dan ASI juga tidak keluar,

    sehingga dianjurkan pemberian susu formula untuk bayi (3 x 30 mL). Hari kedua, setelahkembali ke rumah dari klinik, ASI mulai ada dan diberikan ibu setiap bayi menangis, kecuali

    saat malam hari, ibu masih memberikan susu formula satu kali untuk bayi (30 mL), dengan

    alasan pemberian prolakta baby yang harus disertai susu. Keadaan ini berlangsung sampai

    bayi MRS. Ibu pasien mengaku tidak terdapat kelainan pada payudara. Bayi sudah buang air

    besar (BAB) sejak hari kelahiran bayi, awalnya berwarna hitam kental kemudian menjadi

    berwarna kuning kehijauan saat umur 1 hari dan berwarna kuning terang sejak umur 2 hari,

    BAB sebanyak 3 kali per hari, tidak berbau busuk. Buang air kecil (BAK) bayi sejak lahirberwarna kuning bening, tidak terdapat warna BAK yang semakin kuning gelap/seperti teh.

    Bayi merupakan anak pertama. Ibu pasien menyatakan bahwa saat awal kehamilan (2-

    3 minggu) dan akhir kehamilan (34-35 minggu) sampai saat lahir ibu pasien mengalami

    keputihan berwarna seperti sagu, sudah diperiksa ke dokter spesialis kandungan, dikatakan

    tidak ada masalah, dan tidak diberikan pengobatan untuk keputihannya. Ibu pasien tidak

    mengalami nyeri saat berkemih selama kehamilan. Ibu pasien merasakan adanya cairan

    bening tidak berbau yang keluar tidak tertahankan 24 jam sebelum persalinan, berjumlah

    kurang dari 120 cc (setengah gelas air mineral), kemudian ibu memeriksakan diri ke dokter

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    4/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 4

    saat itu, dinyatakan tidak masalah, dan 4 jam sebelum persalinan, ibu pasien mengalami hal

    yang sama, cairan yang keluar lebih sedikit, tapi kemudian perut ibu terasa kencang-kencang,

    sehingga ibu segera ke klinik bersalin, kemudian diinfus yang membuat perut ibu semakin

    terasa kencang. Ibu pasien mengaku sedang dalam usia kehamilan 36 minggu 3 hari saat bayi

    dilahirkan, proses persalinan tidak menggunakan alat-alat tambahan untuk melahirkan bayi,

    tidak terdapat benjolan pada kepala bayi setelah lahir, bayi langsung menangis, dan kulit

    tampak kemerahan. Ibu pasien mengkonsumsi vitamin (Colomax) yang diberikan dokter

    spesialis kebidanan dan kandungan selama kehamilan dan juga mengkonsumsi prolakta

    mother(minyak ikan) atas kemauan sendiri. Ibu pasien tidak memiliki riwayat kencing manis

    selama kehamilan. Ayah pasien mengaku memiliki kakak kandung yang melahirkan bayi

    dengan kuning (kehamilan 9 bulan), yang dipercaya orang tua pasien karena kurang minum,

    dan sempat dirawat selama 3 hari.

    .

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Penyakit Umur

    Faringitis/Tonsilitis

    Bronkitis

    Pneumonia

    Morbili

    Varisela

    Difteri

    Malaria

    Polio

    Enteritis

    Disentri Basilaris

    Disentri AmubiasisTyphus Abdominalis

    Cacing

    Operasi

    Gegar Otak

    Fraktur

    Reaksi Obat

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    DisangkalDisangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    Disangkal

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    5/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 5

    Riwayat Kehamilan Ibu

    Perawatan Antenatal

    Ibu teratur memeriksakan kandungannya ke dokter spesialis kandungan di Klinik USG

    Empat Dimensi dr. Semuel, Sp.OG. Tidak ada masalah selama kehamilan dan janin di dalam kandungan dinyatakan sehat.

    Penyakit selama kehamilan

    Selama mengandung pasien, ibu pasien mengaku mengalami keputihan terutama di awal

    dan di akhir kehamilan. Riwayat menderita demam, batuk, pilek selama kehamilan

    disangkal.

    Obat yang dikonsumsi selama kehamilan

    Ibu pasien mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter spesialis kandungan danprolakta mother(minyak ikan) atas kemauan sendiri.

    Riwayat Kelahiran

    Persalinan : Klinik USG Empat Dimensi dr. Semuel, Sp.OG

    Penolong persalinan : Dokter spesialis kandungan

    Cara persalinan : Spontan per vaginam

    Masa gestasi : 36 minggu 3 hariKetuban pecah : 24 jam dan 4 jam sebelum persalinan

    Warna ketuban : Jernih, encer

    Jumlah air ketuban : Ibu tidak tahu

    Keadaan bayi : Berat badan lahir : 2.200 gram

    Panjang badan : 42 cm

    Lingkar kepala : Ibu tidak tahu

    APGAR score : Ibu tidak tahuRiwayat Posnatal

    Pemeriksaan di : Klinik USG Empat Dimensi dr. Semuel, Sp.OG

    Keadaan anak : Sehat, hanya agak kecil

    Kesan: Riwayat keputihan selama kehamilan, ketuban pecah 24 jam dan 4 jam sebelum

    kelahiran, dan riwayat persalinan baik

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    6/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 6

    Riwayat Makanan

    Umur ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Bubur Saring1 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 3 x 30 mL

    - - -

    2 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 30 mL3 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 30 mL4 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 30 mL5 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 10 x 40 mL

    Riwayat Imunisasi

    Orang tua pasien mengaku pasien belum pernah dilakukan imunisasi.

    Riwayat Keluarga

    Pernikahan

    Ayah Ibu

    Perkawinan ke 1 1Umur saat menikah 27 tahun 22 tahunKonsanguinitas Tidak ada Tidak adaKeadaan kesehatan Sehat Sehat

    Corak reproduksi

    No Umur Jenis

    Kelamin

    Hidup Meninggal Keterangan

    1 5 hari Laki laki V - -

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    7/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 7

    Riwayat penyakit dalam keluarga

    Ayah : Sehat

    Ibu : Sehat

    Riwayat penyakit pada anggota keluarga lain / sekitar rumah

    Anggota keluarga lain : Kakak kandung ayah memiliki riwayat melahirkan bayi

    dengan kuning (kehamilan 9 bulan), yang dipercaya orang tua

    pasien karena kurang minum, dan sempat dirawat selama 3

    hari.

    Sekitar rumah : Sehat

    Data Perumahan

    Kepemilikan rumah : Rumah orang tua ibu pasien

    Keadaan rumah :

    Rumah berukuran 8 x 4 m bertingkat satu dihuni oleh orang tua pasien, orang tua ibu

    pasien, dan 2 orang saudara ibu pasien. Terdiri dari 2 buah kamar tidur berukuran 2 x 2

    m, 1 dapur, 1 ruang tamu, dan 1 kamar mandi. Pasien tidur bersama kedua orang tuanya,

    kamar pasien terletak di bagian belakang lantai atas dengan 1 buah jendela berukuran 1 x1m ditutup dengan kasa nyamuk ukuran 1 x 1 m. Di ruang tamu, dapur, dan kamar

    mandi masing-masing terdapat 1 jendela 1 x 1 m dengan kasa nyamuk. Dalam kamar

    mandi terdapat kloset jongkok dan bak mandi yang dikuras setiap hari.

    Atap rumah terbuat dari seng dan lantai dilapisi keramik. Rumah disapu >2 kali sehari

    setiap terasa kotor, dipel 1 kali sehari. Air yang digunakan untuk minum, memasak

    adalah air galon isi ulang dan untuk mencuci dan mandi adalah air PAM yang cukup

    bersih. Keadaan lingkungan

    Lingkungan pemukiman rumah padat, jarak antar satu rumah ke rumah lain sekitar 1-2

    meter, keadaan lingkungan bersih. Di depan rumah pasien terdapat selokan dengan lebar

    60 cm dan kedalaman 30 cm yang bersih dan mengalir lancar. Jalan di depan rumah

    pasien sekitar 2 meter. Sampah di rumah dibuang oleh petugas sampah setiap hari sekali

    ke tempat penampungan sampah akhir.

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    8/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 8

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Tanggal : 27 Mei 2010 (hari perawatan ke-1)

    Jam : 19.30 WIB

    Pemeriksaan Umum

    Keadaan Umum : tampak aktif

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda tanda vital

    Laju nadi : 140 x/menit, teratur, kuat, penuh

    Laju napas : 40 x/menit

    Suhu tubuh : 37oC

    Data AntropometriBerat badan : 2.100 kg

    Tinggi badan : 49 cm

    Lingkar kepala : 32 cm

    Grafik Berat Badan terhadap Usia Kehamilan

    Berdasarkan grafik di atas, berat badan bayi terhadap usia gestasi berada antara persentil 10

    dan 90.Kesimpulan: Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    9/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 9

    Grafik Lingkar Kepala terhadap Usia Kehamilan

    Sumber: Lubchenco LC, Hansman C, Boyd E. Intra uterine growth in length and head circumference. Pediatrics 1966 37: 403.

    Lingkar kepala berdasatkan NCHS (National Center for Health Statistics) tahun 2000:

    Lingkar kepala menurut umur : terletak di antara persentil 10 dan 90Kesimpulan: Normosefali

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    10/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 10

    Pemeriksaan Fisik Sistematis

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

    Pemeriksaan Sistematis Hasil Pemeriksaan

    Kepala

    Bentuk dan Ukuran

    Ubun-ubun besar

    Rambut

    Normosefali, sefalhematom(), kaput suksedaneum()

    Belum menutup, teraba datar

    Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,

    kulit kepala bersih

    Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik, mata tidak

    cekung

    Telinga Recoil tulang rawan telinga +/+, sekret /

    Hidung Sekret /, nafas cuping hidung ()

    Mulut

    Bibir

    Gigi

    Mukosa

    Lidah

    Tonsil

    Faring

    Kering

    Belum tumbuh

    Basah

    Basah

    T1/T1, tidak hiperemis

    Tidak hiperemis

    Leher Tidak teraba pembesaran KGB

    Toraks

    Inspeksi

    Palpasi

    Perkusi

    Auskultasi

    Bunyi napas

    Bunyi jantung

    Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksisuprasternal (), retraksi interkostal (), retraksi

    epigastrium (), ictus kordis tidak terlihat

    Gerakan napas teraba simetris saat inspirasi dan

    ekspirasi, ictus kordis teraba di sela iga IV linea

    midklavikularis sinistra

    Sonor pada lapangan paru

    Batas-batas jantung:

    Batas atas: ICS III

    Batas kanan: ICS IV linea parasternalis dekstra

    Batas kiri: ICS V linea midklavikularis sinistra

    Suara napas bronkovesikuler, ronki /, wheezing/

    Bunyi jantung I dan II reguler, bising(), gallop ()

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    11/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 11

    Pemeriksaan Neurologis

    Tonus Otot

    Baik, normotonus

    Refleks Fisiologis

    Refleks hisap : positif

    Refleks genggam : positif / positif

    Refleks moro : positif

    Refleks mencucur: positif

    Refleks plantar : positif / positif

    Refleks Patologis

    Refleks Babinski : positif / positif

    Refleks Hoffman-Trommer : negatif / negatif

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

    Abdomen

    Inspeksi

    Palpasi

    Perkusi

    Auskultasi

    Cembung

    Supel, turgor baik, hepar teraba 1 cm di bawah arkus

    kosta kanan, permukaan rata, konsistensi kenyal, tepi

    tajam, lien tidak teraba

    Timpani pada kuadran kiri atas, kiri bawah, dan

    kanan bawah. Pekak pada kuadran kanan atas

    Bising usus (+)

    Tulang belakang Tulang belakang teraba segaris, tidak terdapat

    skoliosis, tidak terdapat massa sepanjang garis

    vertebra

    Genitalia Kesan laki-laki normal

    Anus Lubang intak, tidak tampak massa keluar dari anus

    Anggota gerak Akral hangat, capillary refill time

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    12/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 12

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Tanggal 27 Mei 2010

    Pemeriksaan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto

    Laboratorium darah:

    Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    Kadar Bilirubin

    Bilirubin Total 21,78 mg/dL Neonatus

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    13/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 13

    Bilirubin Direk 0,4 mg/dL

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    14/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 14

    Total kebutuhan cairan:

    = Kebutuhan cairan tanpa fototerapi + kebutuhan cairan tambahan

    = 210 cc/24 jam + 42 cc/24 jam

    = 252 cc/24 jam Cairan diberikan dengan ASI on demandatau susu formula 250 cc

    Cek bilirubin total, direk, dan indirek tiap 24 jam

    VIII.ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan kadar G6PD

    Pemeriksaan darah perifer lengkap

    IX. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad sanactionam : bonam

    Quo ad fungsionam : bonam

    X. RESUME

    Nama : By. H S

    Usia : 5 hari

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Golongan darah : O, Rhesus positif

    Keluhan Utama : Bayi terlihat kuning sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Bayi terlihat kuning sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Kuning

    mulai terlihat di wajah terutama di sekitar kening, sekitar mata dan mulut. Tiga jam

    SMRS, pasien dibawa ke poliklinik RS Polri, dianjurkan dilakukan pemeriksaan darah,

    kemudian disarankan dokter untuk dirawat karena bilirubin bayi yang tinggi.

    Sejak lahir sampai masuk rumah sakit, bayi tampak aktif hanya bayi tampak

    sering mengantuk.

    Saat lahir, bayi tidak mau menyusu air susu ibu (ASI) dan ASI juga tidak

    keluar, sehingga dianjurkan pemberian susu formula untuk bayi (3 x 30 mL). Hari

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    15/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 15

    kedua, setelah kembali ke rumah dari klinik, ASI mulai ada dan diberikan ibu setiap

    bayi menangis, kecuali saat malam hari, ibu masih memberikan susu formula satu kali

    untuk bayi (30 mL), dengan alasan pemberian prolakta baby yang harus disertai susu.

    Keadaan ini berlangsung sampai bayi MRS. Ibu pasien mengaku tidak terdapat

    kelainan pada payudara.

    Bayi merupakan anak pertama. Ibu pasien merasakan adanya cairan bening

    tidak berbau yang keluar tidak tertahankan 24 jam sebelum persalinan, berjumlah

    kurang dari 120 cc (setengah gelas air mineral), kemudian ibu memeriksakan diri ke

    dokter saat itu, dinyatakan tidak masalah, dan 4 jam sebelum persalinan, ibu pasien

    mengalami hal yang sama, cairan yang keluar lebih sedikit, tapi kemudian perut ibu

    terasa kencang-kencang, sehingga ibu segera ke klinik bersalin, kemudian diinfus yang

    membuat perut ibu semakin terasa kencang. Ibu pasien mengaku sedang dalam usia

    kehamilan 36 minggu 3 hari saat bayi dilahirkan, proses persalinan tidak menggunakan

    alat-alat tambahan untuk melahirkan bayi, tidak terdapat benjolan pada kepala bayi

    setelah lahir, bayi langsung menangis, dan kulit tampak kemerahan. Ibu pasien

    mengkonsumsi vitamin (Colomax) yang diberikan dokter spesialis kebidanan dan

    kandungan selama kehamilan dan juga mengkonsumsi prolakta mother (minyak ikan)

    atas kemauan sendiri. Ayah pasien mengaku memiliki kakak kandung yang melahirkan

    bayi dengan kuning (kehamilan 9 bulan), yang dipercaya orang tua pasien karena

    kurang minum, dan sempat dirawat selama 3 hari.

    Riwayat Kelahiran

    Cara persalinan : Spontan per vaginam

    Masa gestasi : 36 minggu 3 hari

    Ketuban pecah : 24 jam dan 4 jam sebelum persalinan

    Keadaan bayi : Berat badan lahir : 2.200 gram

    Panjang badan : 42 cm

    Riwayat Makan

    Umur ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Bubur Saring1 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 3 x 30 mL

    - - -

    2 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 30 mL3 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 30 mL4 hari ASI sesuai kemauan bayi

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    16/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 16

    PASI 30 mL5 hari ASI sesuai kemauan bayi

    PASI 10 x 40 mL

    Riwayat Keluarga

    Kakak kandung ayah memiliki riwayat melahirkan bayi dengan kuning (kehamilan 9

    bulan), yang dipercaya orang tua pasien karena kurang minum, dan sempat dirawat

    selama 3 hari

    Pemeriksaan Fisik

    Diperoleh sklera ikterik pada kedua mata, dan kulit ikterus pada wajah, dada, perut,

    ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah sesuai dengan indeks Kramer IV.

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium darah (Pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih)

    Hari perawatan I : Golongan darah = O

    Rhesus = Positif

    Bilirubin total = 17,8 mg/dL

    Bilirubin Direk = 0,4 mg/dL

    Bilirubin Indirek = 17,4 mg/dL

    Hari perawatan VI : Bilirubin total = 12,8 mg/dLBilirubin Direk = 0,4 mg/dL

    Bilirubin Indirek = 12,4 mg/dL

    Diagnosis

    Bayi kurang bulan, sesuai masa kehamilan (NKB SMK)

    Hiperbilirubinemia e causa tersangka breast feeding jaundice

    Diagnosis Banding

    Hiperbilirubinemia e causa defisiensi glucose-6-phosphate dehidrogenase (G6PD)Penatalaksanaan

    Fototerapi (Blue Light):

    Bayi dalam keadaan telanjang, dibolak-balik setiap 2-3 jam, kedua mata

    ditutup dengan kasa steril. Jarak bayi dengan lampu 40 cm.

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    17/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 17

    Kebutuhan cairan pada bayi preterm usia 10 hari:

    Kebutuhan cairan menurut berat badan bayi (2.100 g):

    = 100 cc/kgBB/24 jam

    = 100 cc/kgBB/24 jam x 2,1 kg= 210 cc/24 jam

    Dengan fototerapi, kebutuhan cairan ditambah 20% dari kebutuhan cairan

    tanpa fototerapi:

    Kebutuhan cairan tambahan = 20% x kebutuhan cairan tanpa fototerapi

    = 20% x 210 cc/24 jam

    = 42 cc/24 jam

    Total kebutuhan cairan:= Kebutuhan cairan tanpa fototerapi + kebutuhan cairan tambahan

    = 210 cc/24 jam + 42 cc/24 jam

    = 252 cc/24 jam

    Cairan diberikan dengan ASI on demandatau susu formula 250 cc/24 jam

    Cek bilirubin total, direk, dan indirek tiap 24 jam

    Anjuran Pemeriksaan

    Pemeriksaan kadar G6PD

    Pemeriksaan darah perifer lengkap

    Prognosis

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad sanactionam : bonam

    Quo ad fungsionam : bonam

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    18/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 18

    XI. PEMBAHASAN

    Hiperbilirubinemia pada neonatus didefinisikan sebagai suatu peningkatan

    kadar total serum bilirubin di atas 5 mg/dL (86 mol/L). Hiperbilirubinemia pada

    neonatus ini merupakan masalah yang sering dihadapi. Hiperbilirubinemia ini 60 %merupakan suatu keadaan yang fisiologis sedangkan sisanya merupakan suatu

    keadaan non- fisiologis yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu, seperti

    penyakit hemolitik, kelainan endokrin dan metabolik, anatomi hati yang abnormal dan

    infeksi.4

    Gejala klinis yang sering ditunjukkan pada hiperbilirubinemia adalah ikterus.

    Ikterus merupakan gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosaakibat dari akumulasi pigmen bilirubin tak terkonjugasi di dalam kulit dan membran

    mukosa.4,5 Selain itu, pewarnaan ini juga dapat diakibatkan penumpukan bilirubin

    terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi bersifat larut dalam lemak dan neurotoksik

    pada kadar dan keadaan tertentu, sedangkan bilirubin terkonjugasi tidak bersifat

    neurotoksik, tetapi menunjukkan kemungkinan terjadinya gangguan yang serius pada

    organ. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin

    pada serum 5 mg/dl.5

    Produksi dan Metabolisme Bilirubin

    Produksi Bilirubin

    Bilirubin adalah suatu pigmen tetrapirol yang merupakan hasil akhir degradasi heme

    (ferroprotoporphyrin IX) yang 75% berasal hemoglobin, sedangkan sisanya 25%

    berasal dari mioglobin, enzim pernafasan termasuk sitokrom, enzim katalase, enzim

    peroksidase, dan heme bebas.1,6 Pertama-tama eritrosit dipecah menjadi hem dan

    globin, kemudian hem dioksidasi menjadi billiverdin oleh enzim mikrosom hem

    oksigenase yang kemudian melepas karbonmonoksida (CO dilepaskan melalui paru-

    paru) dan besi yang digunakan kembali. Biliverdin tersebut kemudian direduksi

    menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin reduktase.1

    Pembentukan bilirubin ini terjadi di dalam sistem retikuloendotelial (terutama di hati

    dan limpa, tempat dimana eritrosit yang sudah tua dihancurkan). 4,6 Bayi baru lahir

    yang sehat akan memproduksi bilirubin + 6-8 mg/kgBB/hari. Produksi ini lebih

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    19/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 19

    banyak dua kali dibanding dengan orang dewasa, hal ini terutama diakibatkan oleh

    polisitemia relatif yang dialami bayi dan peningkatan turnoverdari sel darah merah

    pada neonatus. Produksi bilirubin akan turun mencapai kadar pada orang dewasa

    dalam 10-14 hari setelah lahir.4

    Metabolisme Bilirubin

    Proses metabolisme bilirubin dalam hati dapat dibagi menjadi 3 bagian:

    Transport bilirubin dan uptake bilirubin

    o Transport bilirubin

    Sifat bilirubin pada awalnya adalah nonpolar, tidak larut dalam air tetapi

    larut dalam lemak dan ditransport ke hati dengan cara berikatan dengan

    albumin. Bilirubin yang sudah berikatan dengan albumin bersifat

    nontoksik sedangkan bilirubin bebas bersifat toksik dan dapat melewati

    sawar darah otak dan mempengaruhi sistem saraf pusat di otak. Bilirubin

    yang sudah berikatan dengan albumin ini dinamakan bilirubin indirek

    atau bilirubin tak terkonjugasi (unconjugated). Beberapa obat-obatan

    yang memiliki afinitas ikatan terhadap protein yang tinggi seperti

    sulfonamid dan asam salisilat akan bersaing dengan bilirubin untuk

    berikatan pada albumin sehingga bilirubin yang berikatan denganalbumin akan terdesak dan bebas. Hal ini akan meningkatkan risiko

    terjadinya kernikterus.1,6

    o Uptake bilirubin

    Bilirubin yang sudah berikatan dengan albumin kemudian akan melewatimembran plasma hepatosit dan berikatan dengan ligandin sitoplasmik

    (protein Y) untuk kemudian ditranspor ke retikulum endoplasma.

    Fenobarbital dapat meningkatkan kadar ligandin ini.6

    Konjugasi bilirubin

    Bilirubin indirek ini kemudian diubah menjadi bilirubin direk atau terkonjugasi

    (conjugated) yang larut air di retikulum endoplasma oleh uridine difosfat

    glukuronil transferase (UDPG-T). Enzim ini dipengaruhi oleh fenobarbital danakan mengkatalisasi pembentuk bilirubin monoglukoro nidase. Bilirubin

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    20/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 20

    monoglukoronidase ini akan dikonjugasi lebih jauh menjadi bilirubin

    diglukoronidase. Baik bilirubin monoglukoronidase dan bilirubin

    diglukoronidase merupakan bentuk dari bilirubin terkonjugasi yang dapat

    diekskresikan ke dalam kanalis biliaris melawan suatu gradien konsentrasi.1,6

    Ekskresi bilirubin ke dalam empedu

    Bilirubin direk di dalam traktus biliaris akan memasuki kemudian memasuki

    traktus gastrointestinalis, dan kemudian akan diekskresikan dari tubuh melalui

    feses. Dalam keadaan normal bilirubin direk tidak dapat diabsorpsi lagi oleh

    usus dan dibawa ke hati kecuali bilirubin direk tersebut diubah kembali menjadi

    bilirubin indirek oleh enzim usus -glukoronidase. Resorpsi bilirubin kembali

    dari usus untuk dibawa kembali ke hati dan di rekonjugasi disebut sebagai

    sirkulasi enterohepatik. Sirkulasi enterohepatik dapat dicegah dengan

    mengkonversi bentuk bilirubin direk menjadi urobilinogen. Di mana

    urobilinogen ini tidak dapat diubah menjadi bilirubin indirek oleh -

    glukoronidase. Konversi bilirubin direk menjadi urobilinogen ini dilakukan oleh

    bakteri di usus. Urobilinogen pada feses akan tereduksi menjadi sterkobilin yang

    akan mewarnai mewarnai feses. Kondisi patologis yang dapat menyebabkan

    peningkatan sirkulasi enterohepatik antara lain, intake enteral yang kurang,

    atresia intestinal, meconium ileus, dan penyakit Hirschsprung.1,6

    Etiologi

    I. Overproduksi

    Hemolytic disease of newborn

    Hereditary hemolytic anemias

    o Defek membran

    o Hemoglobinopati

    o Defek enzim

    Polisitemia

    Extravascular blood

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    21/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 21

    oPerdarahan tertutup (co: Cephalhematom)

    Peningkatan sirkulasi enterohepatik

    II. Undersekresi

    Penurunan uptake

    o Penurunan perfusi sinusoidal

    o Defisiensi ligandin

    Penurunan konjugasi

    o Defisiensi Enzim

    o Inhibisi enzim

    Transpor yang tidak adekuat Obstruksi bilier

    III. Kombinasi

    Sepsis

    IV. Breast Feeding

    Breastfeeding jaundice

    Breast milk jaundice

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    22/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 22

    Pemeriksaan Kadar Bilirubin

    I. Metode Sederhana

    A. Menurut Kramer

    Membagi tubuh atas 5 zona :

    Kepala dan leher

    Dada sampai pusat

    Pusat bagian bawah sampai tumit

    Tumit, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan

    Kaki dan tangan termasuk telapak tangan dan kaki

    B. Pengamatan klinis daerah kulit yang ikterik

    Daerah Ikterik Kadar Bilirubin rata-rata

    mol/ltr mg/dlDada

    Perut bagian atas pusat

    Perut bagian bawah pusat

    191,6

    248,7

    290,0

    11,08

    14,38

    16,82

    C. Ikterometer

    Alat sederhana Dari bahan tembus cahaya

    Terdiri dari 5 skala yang menentukan tinggi rendahnya kadar bilirubin

    Pemeriksaan yang Lebih Teliti

    A. Trauscutaneus Bilirubin meter

    B. Jaundice meter

    C. Pemeriksaan secara laboratorik : Reaksi biokimia kuantitatif / Heymans Van Den Berg Micro Method

    Pemeriksaan kuantitatif spektrofotometri / Bilirubinometer

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    23/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 23

    Terapi

    Tujuan utama penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar

    kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati

    biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus tersebut.

    Pengendalian bilirubin juga dapat dilakukan dengan mengusahakan agar kunjugasi

    bilirubin dapat dilakukan dengan megusahakan mempercepat proses konjugasi. Hal ini dapat

    dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat

    seperti luminal atau fenobarbital.

    Pemberian substrat yang dapat menghambat matabolisme bilirubin ( plasma atau albumin ),

    mengurangi sirkulasi enterohepatik ( pemberian kolesteramin ), terapi sinar atau transfusi

    tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.

    a. Fototerapi

    Ikterus klinis dan hiperbilirubin indirek akan berkurang kalau bayi dipaparkn pada

    sinar dalam spectrum cahaya yang mempunyai intensitas tinggi. Bilirubin akan menyerap

    cahaya secara maksimal dalam batas wilayah warna biru ( mulai dari 420 470 nm ).

    Bilirubin dalam kulit akan menyerap energi cahaya, yang melalui fotoisomerasi

    mengubah bilirubin tak terkonjugasi yang bersifat toksik menjadi isomer-isomer terkonjugasi

    yang dikeluarkan ke empedu dan melalui otosensitisasi yang melibatkan oksigen dan

    mengakibatkan reaksi oksidasi yang menghasilkan produk-produk pemecahan yang akan

    diekskresikan oleh hati dan ginjal tanpa memerlukan konjugat. Indikasi fototerapi hanya

    setelah dipastikan adanya hiperbilirubin patologik.

    Komplikasi fototerapi meliputi tinja yang cair, ruam kulit, bayi mendapat panas yang

    berlebihan dan dehidrasi akibat cahaya, menggigil karena pemaparan pada bayi, dan sindrom

    bayi perunggu, yaitu warna kulit menjadi gelap, cokelat dan keabuan.

    b. Fenobarbital

    Meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. Pemberian obat ini akan mengurangi

    timbulnya ikterus fisiologik pada bayi neonatus, kalau diberikan pada ibu dengan dosis 90

    mg/24 jam beberap hari sebelum kelahiran atau bayi pada saat lahir dengan dosis 5

    mg/kgBb/24 jam. Pada suatu penelitian menunjukan pemberian fenobarbital pada ibu untuk

    beberapa hari sebelum kelahiran baik pada kehamilan cukup bulan atau kurang bulan dapatmengkontrol terjadinya hiperbilirubinemia. Namun karena efeknya pada metabolisme

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    24/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 24

    bilirubin biasanya belum terwujud sampai beberapa hari setelah pemberian obat dan oleh

    karena keefektifannya lebih kecil dibandingkan fototerapi, dan mempunyai efek sedatif yang

    tidak diinginkan dan tidak menambah respon terhadap fototerapi, maka fenobarbital tidak

    dianjurkan untuk pengobatan ikterus pada bayi neonatus.

    c. Transfusi tukar

    Dilakukan untuk mempertahankan kadar bilirubin indirek dalam serum bayi aterem

    kurang dari 20 mg/dl atau 15 mg/dl pada bayi kurang bulan . Dapat diulangi sebanyak yang

    diperlukan, atau keadaan bayi yang dipandang kritis dapat menjadi petunjuk melakukan

    transfusi tukar selama hari pertama atau kedua kehidupan, kalau peningkatan yang lebih

    diduga akan terjadi, tetapi tidak dilakukan pada hari ke empat pada bayi aterm atau hari ke

    tujuh pada bayi premature, kalau diharapkan akan segera terjadi penurunan kadar bilirubin

    serum atau akibat mekanisme konjugasi yang bekerja lebih efektif. Transfusi tukar mungkin

    merupakan metode yang paling efektif untuk mengkontrol terjadinya hiperbilirubinemia.

    - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto -

  • 7/22/2019 CASE Hiperbilirubinemia - Han

    25/25

    H i p e r b i l i r u b i n e m i a | 25

    XII. DAFTAR PUSTAKA

    1. Rahardjani, Kamilah Budhi.Penatalaksanaan Ikterus pada Neonatus. 1998.

    Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro

    2. Moeslichan, Surjono, A. Suradi, R., dkk. Tata Laksana Ikterus Neonatorum2004. Jakarta

    3. Martin, Camillia et al. Neonatal Hyperbilirubinemia. DalamManual of

    Neonatal Care 6th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. hal: 181-

    213

    4. Piazza, Anthony. Jaundice and Hyperbilirubinemia in the Newborn. Dalam

    Nelson Textbook of Pediatric 18th ed. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2007.

    hal: 756-7615. Berman, Stephen. Neonatal Jaundice. DalamPediatric Decision Making 2nd

    Ed. Philadelphia: B.C. Decker. Hal: 468-469

    6. Cloherty, John P., Eichenwald, Eric C., Stark, Ann R. Manual of

    Neonatalcare 6th Edition. 2008. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.