cara pemberian obat.docx

17
Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut: Oral Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya : relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya : timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur.Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki,penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah,koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oraltidak dapat dipakai. Sublingual Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusatsakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan : cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dindingusus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta). Inhalasi Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya yaitu : absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obatdapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikanlangsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu : diperlukan alat dan metodakhusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresisaluran nafas, toksisitas pada jantung.Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akandiabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosapada perjalanan pernafasan.d. Rektal Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannyamempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oralsulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung,terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin,teofilin, barbiturat.e. Pervaginam Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina,langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur. Parentral

Upload: helend-childdj

Post on 26-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cara pemberian obat.docx

Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut:

OralObat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut.Keuntungannya : relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya : timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur.Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki,penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah,koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oraltidak dapat dipakai. SublingualCara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusatsakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan : cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dindingusus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta). InhalasiPenggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma.Keuntungannya yaitu : absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obatdapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikanlangsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu : diperlukan alat dan metodakhusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresisaluran nafas, toksisitas pada jantung.Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akandiabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosapada perjalanan pernafasan.d. RektalCara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannyamempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oralsulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung,terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin,teofilin, barbiturat.e. Pervaginam

Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina,langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.

 ParentralDigunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obatdimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melaluisaluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atauinsulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu : dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulitmenelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasilambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati;bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu : kurang aman,tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan – infeksi).Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secaraparentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atauemulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalambentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.g. Topikal/localObat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.h. SuntikanDiberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna sertadibutuhkan kerja cepat.

Page 2: Cara pemberian obat.docx

Tabel Penggunaan Bentuk SediaanCara Pemberian Bentuk Sediaan UtamaOral  Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir,suspensi, magma, jel,

bubuk Sublingual Tablet, trokhisi dan tablet hisapParentral  Larutan, suspenseEpikutan/transdermal  Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio,tempelan transdermal, cakram, larutan,

dan solutionKonjungtival SalepIntroakular/intraaural  Larutan, suspenseIntranasal  Larutan, semprot, inhalan, salepIntrarespiratori ErosolRektal  Larutan, salep, supositoriaVaginal  Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan,supositoria, sponUretral  Larutan, supositoria

Terapi Obat Pada Pasien-pasien Khusus Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Hamil.Penggunaan obat dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi ataumempengaruhi janin, apabila obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil tembuske placenta.Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolehibu diharapkan lebih besar dibanding resiko pada janin.Sedapat mungkin dihindari penggunaan segala jenis obat padatrimester pertama kehamilanBila menggunakan obat saat hamil, maka harus dipilih obat yangpaling aman. Obat harus diresepkan pada dosis efektif yang terendah danuntuk jangka waktu pemakaian yang sesingkat mungkin.b. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien MenyusuiObat yang diminum ibu menyusui dapat menembus air susu sehinggadiminum/terminum oleh bayi. Misal, wanita gondok minum obat menyusui tidak dihentikananak kerdil Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada wanita yang menyusui atau menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) jika pemakaian obat harus dilanjutkan.Jika penggunaan obat diperlukan, pakailah obat dengan efek samping teraman, terutama obat-obatan yang memiliki ijin untuk digunakan pada bayiApabila menggunakan obat selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi.Mungkin dapat dianjurkan kepada ibu untuk meminum obat segera setelah menyusui. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Anak 

Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya, sehingga obat dapat menjadi racundalam darah (mempengaruhi organ hati dan ginjal). Pada hati, enzim-enzim belum terbentuk sempurna, sehingga obat tidak termotabolisme dengan baik, mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak.Pada ginjal, bayi berumur 6 bulang, ginjal belum belum efisien mensekresikan obat sehingga mengakibatkan konsentrasi yang tinggi didarah anak.Dalam pengobatan, anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa berukuran kecil. Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat khusus yang berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat.Farmakokinetika pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa.Dengan memahami perbedaan tersebut akan membantu farmasis klinisdalam membuat keputusan yang berkaitan dengan dosis, misalnya dalampengusulan dosis (mg/kg) maupun frekuensi pemberian obat yang berbedaantara anak-anak dengan orang dewasa.Dosis bagi anak-anak sering sulit untuk ditentukan. Pemanfaatan pengalaman klinis merupakan acuan terbaik dalam menentukan dosis yangpaling sesuai untuk bayi maupun anak-anak.Pemakaian obat yang belum mempunyai ijin untuk digunakan padaanak, walaupun sering dijumpai, harus dipantau secara ketat untuk memastikan bahwa keamanan pasien diutamakan.

 dimengerti akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap pengobatan.

 

Page 3: Cara pemberian obat.docx

Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Lansia

Terdapat perubahan-perubahan fungsi, kemampuan organ menurun,dosis dalam darah meningkat sehingga menjadi racun, serta laju darahdalam ginjal menurun.Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahanfisiologi, anatomi, psikologi, dan sosiologi. Perubahan fisiologi yangterkait usia dapat menyebabkan perubahan yang bermakna dalampenatalaksanaan obat. Farmasis sebaiknya perlu memiliki pengetahuanmenyeluruh tentang perubahan-perubahan farmakokinetik danfarmakodinamik yang muncul.Peresepan yang tidak tepat dan polifarmasi merupakan problem utama dalam terapi dengan obat pada pasien lanjut usia. Keahlian klinis farmasis,termasuk evaluasi terhadap pengobatan, dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan dalam bidang ini.Tujuan terapi obat pada pasien lanjut usia harus ditetapkan dalam rangka mengoptimalkan hasil terapi. Perbaikan kualitas hidup, titrasidosis, pemilihan obat, dan bentuk sediaan obat yang tepat sertapengobatan penyebab penyakit bukan sekedar gejalanya merupakan semua tindakan yang sangat diperlukan.Efek samping obat lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia.Pasien lanjut usia tiga kali lebih beresiko masuk rumah sakit akibat efek samping obat. Hal ini berpengaruh secara bermakna terhadap segifinansial seperti halnya implikasi teraupetik.Kepatuhan penggunaan obat sering kali mengalami penurunan karenabeberapa gangguan pada lanjut usia. Kesulitan dalam hal membaca,bahasa, mendengar dan ketangkasan, semuanya dapat berperan dalammasalah ini.

Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Gangguan Ginjal dan HatiTerjadi karena karena terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal. Uji fungsi ginjal hanya menggambarkan penyakit secara kasar/garis besar, dan lebih dari setengah bagian ginjal harus mengalami kerusakan sebelum terlihat nyata bukti kejadiannya gangguan ginjal. Bentuk gangguan ginjal yang paling sering diakibatkan oleh obat adalah interstitial nefritis dan glomerulonefritis. Penggunaan obat apa pun yang diketahui berpotensimenimbulkan nephrotoksisitas sedapat mungkin harus dihindari padasemua penderita gangguan ginjal.Pada gagal ginjal, distribusi obat dapat berubah karena terjadi fluktuasi derajat hidrasi atau oleh adanya perubahan pada ikatan protein. Obat terdistribusi ke jaringan harus dalam jumlah yang kecil.Ekskresi adalah parameter farmakokinetika yang paling terpengaruholeh gangguan ginjal. Jika filtrasi glomeruler terganggu oleh penyakitginjal , maka klirens obat yang terutama tereliminasi melalui mekanismeini akan menurun dan waktu paruh obat dalam plasma menjadi lebihpanjang.Penderita dengan ginjal yang tidak berfungsi normal dapat menjadilebih peka terhadap beberapa obat, bahkan jika eliminasinya tidak terganggu. Anjuran dosis didasarkan pada tingkat keparahan gangguanginjal, yang biasanya dinyatakan dalam istilah laju filtrasi glomeruler(LFG). Perubahan dosis yang paling sering dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau memperpanjang interval pemberian obat, ataukombinasi keduanya

Page 4: Cara pemberian obat.docx

PENDAHULUAN

Pada saat ini  banyak macam  antibiotik  tersedia di pasaran . Begitu banyak 

macamnya  sehingga kadang-kadang  membingungkan bagi dokter  yang ingin

menggunakannya. Apalagi dengan adanya ” tekanan  promosi ” yang sangat gencar,

tidak jarang merangsang  pemakaian  antibiotik yang menjurus ke arah 

ketidakrasionalan .

Walaupun diagnosa  mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada  sebagian kecil kasus

penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik  yang

rasional kita harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu

penyakit  infeksi dengan berbagai macam  simtomnya  harus kita bayangkan  kira-kira

kuman apa yang menyebabkannya gram positif atau gram negatif, ataukah 

anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman tersebut diperkirakan masih

sensitif .

Anggapan  bahwa antibiotik  yang lebih baru  dan lebih  mahal mujarab dari antibiotika 

yang sudah lama digunakan  merupakan anggapan  yang salah . Justru banyak

antibiotika  yang baru menpunyai spesifikasi tertentu  sehingga  bila  tidak

dipergunakan sesuai dengan spesifikasinya maka khasiatnya  tidak seperti  yang

diharapkan .

Page 5: Cara pemberian obat.docx

PRINSIP DASAR PENGGUNAAN  ANTIBIOTIK RASIONAL

-          Tepat  indikasi

-          Tepat  penderita

-          Tepat pemilihan jenis antibiotika

-          Tepat dosis

-          Efek samping minimal

-          Bila di perlukan  : Kombinasi yang tepat

-          Ekonomik

Ada beberapa hal penting  mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita

memilih dan menggunakannya yaitu:

1. Sifat aktifitasnya2. Spektrum3. Mekanisme kerja4. Pola resistensi5. Efek samping

Di samping itu perlu diperhatikan  pengalaman-pengalaman  klinik sebelumnya.

1.    Sifat aktifitasnya

Bakteriostatik   : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat

metabolisme kuman

Bakteriosidik   : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel

Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan  pertahanan  tubuh penderita kurang    

baik maka sebaiknya  dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.

1. Pengetahuan  tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung  antibiotika. Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama  antibiotika  yang  bakteriosidik akan mengurangi  khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan karena antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya  baik  bila kuman  tersebut membelah  dengan cepat, sedangkan  antibiotik yang   bersifat bakteriostatik  akan menyebabkan 

Page 6: Cara pemberian obat.docx

pembelahan  kuman yang menurun  sehingga akan  menghambat khasiat antibiotika yang bersifat bakteriosidik.

2.   Spektrum antibiotika

Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh  kelompok kuman tertentu

Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif

Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan

infeksi sudah diperkirakan  atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat

dipastikan maka dipakai antibiotika spektrum luas.

3. Mekanisme kerja antibiotika

1. Antibiotika yang menghambat  metabolisme sel kuman

Contoh : Sulfonamid

Trimetophrim

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman

Contoh : Penicillin

Sefalosporin

1. Antibiotik yang mengganggu keutuhan  membran  sel kuman

Contoh : Polimiksin

1. Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman

Contoh : Aminoglikosid

Makrolid

Tetrasiklin

Kloramfenikol

1. Antibiotik yang  menghambat sintesa  asam nuleat kuman

Contoh : Rifampisin

Kuinolon

Page 7: Cara pemberian obat.docx

4.  Pola Resistensi

Dalam pemakaian  antibiotika  perlu diperhatikan  pola resistensi kuman setempat,

misalnya : Campylobacter jejuni di  Indonesia  masih sensitif terhadap siprofloksasin 

tetapi di Thailand banyak resisten terhadap  Siprofloksasin  karena di sana 

Siprofloksasin banyak di pakai untuk  terapi STD.

5.  Efek Samping

Ada 3 macam efek samping  yaitu

-    reaksi alergi

-    reaksi idiosikratik

-    dan reaksi  toksik.

Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian  Primaquin  dapat merangsang 

terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)

Contoh reaksitoksik adalah gangguan  pertumbuhan  gigi akibat pemakaian tetrasiklin.

PENGELOMPOKAN JENIS ANTIBIOTIKA

Antibiotika  dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :

1. Golongan betalaktam2. Golongan Aminoglikosida3. Golongan  Sulfonamid4. Golongan  Tetrasiklin dan Chloramphenicol5. Golongan Makrolid6. Golongan Metronidazol7. Golongan Rifampisin8. Golongan Linkosamid9. Golongan Kuinolon

Kelompok antibiotik  yang  paling banyak  dipakai sehari-hari adalah dari golongan

betalaktam dan Aminoglikosida. Berikut akan diuraikan  sifat-sifat  utama dari masing-

masing  kelompok :

1.  Golongan Betalaktam :

Yang  termasuk dalam  kelompok ini adalah  :

-          Penicilin

Page 8: Cara pemberian obat.docx

-          Sefalosporin

-          Monobaktam

-          Karbapenem

-          Imipenem

Cara Kerja    : Antibiotika dari golongan  ini bekerja pada dinding  sel kuman .

Salah satu sifat penting  dari  golongan  betalaktam adalah  adanya kemungkinan

kepekaan terhadap enzim  betalaktamase yang diproduksi oleh  kuman-kuman tertentu.

Enzim betalaktamase dapat merusak cincin betalaktam pada antibiotik tersebut.

Kepekaan terhadap enzim  betalaktamase ini berbeda antara jenis-jenis  antibiotika.

Antibiotik jenis betalaktam tertentu juga dapat menghambat kuman yang memproduksi

betalaktamase ( Imipenem, Karbepenem, Meropenem)

1. a.     Penisillin

Ada berbagai jenis penisillin :

1. 1. Penisillin spektrum sempit    : Penicillin G

Benzatin Penicillin

Penicillin

2. Penisillin untuk Stafilokokus : Metisilin

Kloksasilin

Flukloksasilin

Kelompok ini stabil  terhadap betalaktamase.

1. 3. Penisillin Spektrum Lebar       : Ampisilin

Amoksisilin

Kelompok ini peka terhadap betalaktamase, dapat di pakai untuk gram positif         dan 

gram negatif yang tidak memproduksi  betalaktamase.

1. 4. Penisilin Antipseudomonas     :  Tikarsilin

Page 9: Cara pemberian obat.docx

Sulbenisilin

Carbenisilin

Piperasilin

1. 5. Inhibitor  betalaktamase            : Sul baktam

Monobaktam

Asam Klavulanat

Karbepenem

Imipenem

Meropenem

Beberapa sediaan antibiotik merupakan gabungan antara antibiotik betalaktam dengan

inhibitor betalaktamase, misalnya :

Amoksisilin – Clavulanic acid

Ampisilin – Sulbactam

Cefoperazon – Sulbactam

Ticarsilin – Tazaobactam

1. b.    Sefalosporin  :

1. Sefalosporin Generasi pertama  : Sefalotin

Sefradin

Cefazolin                                                                                                                       

Sefalexin

Sefadroksil

Sefalosporin generasi pertama tidak dapat dipakai untuk kuman gram negatif,

Anaerob, dan tidak dapat dipakai untuk Pseudomonas.

1. 2. Sefalosforin Generasi kedua         : Sefamandol

Page 10: Cara pemberian obat.docx

Sefositin

Sefuroksin

Sefaklor

Sefalosforin  Generasi  kedua  lebih tahan terhadap betalaktamase, dibandingkan 

dengan Generasi pertama.

1. 3. Sefalosforin Generasi ketiga        : Sefotaksim

Seftriakson

Sefoperazon

Seftasidim

Sefalosporin  generasi ketiga  kebal terhadap betalaktamase .

1. 4. Sefalosporin generasi keempat        :  Sefepim injeksi

Sefpiron injeksi

Cedifnir oral

Cedifnir dibuat khusus untuk kuman stapilococcus aurius.

Sefalosporin generasi keempat lebih kebal terhadap betalaktamase dibandingkan

dengan sefalosporin generasi ketiga. Tetapi beberapa tahun belakangan ini ditemukan

bahwa sefalosporin generasi kedua, ketiga, dan keempat juga dapat dirusak oleh kuman

yang menghasilkan betalaktamase dari jenis extended spectrum betalaktamase.

II.   Aminoglikosid  : Golongan Aminoglikosit mempunyai sifat Nefrotoksik dan  

Ototoksik.

-          Streptomisin

-          Gentamisin

-          Tobramisin

-          Netilmisin

-          Amikasin

Page 11: Cara pemberian obat.docx

-          Spektinomisin.

Streptomisin       :  Untuk infeksi paru dan tuberkulosa

Kanamisin          :  Untuk infeksi paru dan gonore

Gentamisin         :  Untuk  infeksi gram negatif

Tobramisin         :  Untuk pseudomonas

Netilmisin           :  Ototoksisitas lebih rendah

Amikasin            :  Dipergunakan untuk kuman yang resisten  terhadap Gentamisin,

tobramisin dll.

Spektinomisin    :  Khusus untuk Gonore.

III.  Sulfonamid    :

Pemakainan Sulfonamid  sendirian praktis sudah ditinggalkan karena makin banyak

kuman yang resisten. Gabungan Sulfamethoxazole dengan trimetoprim

( Cotrimoxazole ) masih banyak dipakai walaupun sudah makin banyak ditinggalkan

karena alasan yang sama. Gabungan ini dipakai untuk :

-          Infeksi saluran kencing bagian bawah yang ringan .

-          Eksaserbasi  bronchitis kronik

-          Deman tifoid  ( bukan pilihan pertama  karena angka resistensi makin meningkat

)

-          Terapi  pnemocystis carini  ( Pada penderita AIDS ).

IV.  Tetrasiklin dan Klorampenikol

Tetrasiklin dan Doksisiklin  ( Long  acting )

Karena  banyak kuman  yang kebal terhadap tetrasiklin  maka antibiotik ini relatif

jarang dipakai kecuali untuk infeksi-infeksi tertentu.

Infeksi kuman berikut  obat  pilihannya adalah tetrasiklin   :

-          Vibrio Cholera (sekarang banyak strain vibrio cholera yang resisten terhadap

tetrasiklin)

Page 12: Cara pemberian obat.docx

-          Ricketsiosis

-          Chlamidia

-          Mycoplasma pnemoniae.

-         

Kloramfenikol dan Thiamphenikol

Indikasi pemakaian  Kloramfenikol semakin sempit dan kini hanya dianjurkan  untuk

demam tifoid dan Salmonellosis lainya  serta infeksi H. Influenzae misalnya pada 

Meningitis Purulenta.

V.  Makrolid :

-          Eritromisin

-          Spiramisin

-          Roksittromisin

-          Klaritromisin

-          Azitromisin ( Long Acting ).

Makrolid  adalah antibiotika Bakteriostatik untuk kuman Gram Positif. Golongan

Makrolid merangsang lambung terutama eritromisin. Makrolid yang baru tidak

merangsang lambung dan  lebih poten. Salah satu khasiat penting yang dipunyai

klaritomisin adalah kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kumanHelicobacter

pylori bila digabung dengan antibiotik lain, misalnya Amoksisilin atau Metronidazol.

VI.  Metronidazol

Metronidazol hanya berkhasiat  terhadap kuman-kuman  anaerob dan tidak untuk   

kuman  lain. Penyerapannya sangat baik  sehingga kadar dalam  darah  sama tingginya

walaupun  diberikan  dalam berbagai macam cara misalnya  parenteral, oral maupun

dengan  Suppositoria.

VII. Rifampisin

Sebenarnya banyak kuman yang  peka terhadap Rifampisin yaitu :

Page 13: Cara pemberian obat.docx

-          S. Aureus

-          S. Epidermidis

-          N. Meningitides

-          N. Gonorrhea

-          H. Influenzae

-          Legionella

-          Mycobacterium

Namun karena  kekebalan kuman cepat sekali timbul terhadap Rifampsisin maka

antibiotika ini hanya dianjurkan  untuk M. Leprae dan M. Tuberculosis.

Antibiotika ini dapat menimbulkan  Hepatitis pada individu -individu yang peka dan

dapat menimbulkan kematian.

VIII.    Linkosamid    :

-          Linkomisin

-          Klindamisin.

Secara teoritik Klindamisin  lebih baik dibandingkan  dengan Linkomisin karena efek  sampingnya lebih rendah, dan khasiatnya lebih baik. Antibiotik ini dipakai untuk kuman anaerobik misalnya  B. fragilis. Antibiotik ini bagus  khasiatnya  untuk abses paru karena  kuman anaerob. Salah satu ciri khas dari antibiotik ini adalah daya tembusnya yang baik   ke dalam tulang .Pemakaian  Klindamicin harus berhati-hati karena dapat menekan  kuman anaerob dalam saluran  makanan sehingga dapat menimbulkan  enterokolitis Pseudomembran .IX.     Kinolon       :-          Asam Nalidiksat-          Asam PipemidatKedua obat di atas merupakan Kinolon generasi pertama. Kedua obat tersebut hanya dapat dipakai sebagai antiseptik untuk infeksi saluran kemih. Kinolon yang lebih  baru tersebut dengan Fluorokinolon dan mempunyai khasiat yang lebih kuat dibandingkan  Kinolon lama .Contoh :-          Siprofloksasin-          Norfloksasin-          Ofloksasin-          Pefloksasin

-          Levofloksasin

Page 14: Cara pemberian obat.docx

-          Gatifloksasin

Kinolon  terutama aktif untuk kuman gram  negatif dan kurang baik khasiatnya untuk  kuman gram positif. Daya tembus kedalaman tulang  baik oleh karena itu  baik untuk Osteomyelitis dengan kuman  penyebab  yang belum diketahui.Pemakaian   Kinolon dalam klinik  :-          Infeksi saluran kemih  termasuk Prostat-          Infeksi saluran nafas bagian bawah-          STD-          Infeksi jaringan lunak dan tulang-          Meningitis pada orang dewasa.

PERAN  PEMERIKSAAN  MIKROBIOLOGIK

DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Peranan pemeriksaan  mikrobiologik  sangat besar  artinya  dalam penggunaan

antibiotika secara rasional. Sebab dengan adanya  pemeriksaan mikrobiologik maka

baik jenis  kuman  maupun pola  kerentanan  terhadap antibiotika akan diketahui 

sehingga memudahkan  pemilihan antibiotika. Memang hal ini sangat sulit dilakukan  di

Indonesia karena masih  sangat terbatasnya fasilitas laboratorium. Saat ini di Indonesia

pemeriksaan  mikrobiologik hanya tersedia  di Rumah  Sakit tipe A dan B, dan harus

diakui bahwa motivasi para klinisi  untuk menggunakan pemeriksaan  mikrobiologik 

masih sangat  rendah .

Pada petunjuk pemakain  obat  rasional  yang diterbitkan  oleh Departemen 

Kesehatan , untuk Infeksi  tersebut  di bawah bila  memungkinkan  perlu di lakukan 

pemeriksaan  mikrobiologik

-          Sepsis

-          Meningitis

-          Peritonitis

-          Salmonelosis

-          Keracunan makanan karena bakteri

-          Mionekrosis

-          ISPA

-          Tuberkulosis

Page 15: Cara pemberian obat.docx

-          STD

-          Kandidiasis

PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA  BERDASARKAN ” EDUCATED GUESS “

Dalam keadaan  ideal kuman penyebab  infeksi dapat diketahui  dengan pasti  misalnya

dari hasil  pembiakan, demikian  pula  pilihan antibiotika  dapat dilakukan  dengan

mudah karena sudah ada hasil  tes  sensitifitas.  Terapi yang didasarkan atas

pemeriksaan  mikrobiologik disebut terapi definitif. Tetapi dalam  keadaan  sehari-hari 

pemeriksaan mikrobiologik  tersebut tidak dapat  dilaksanakan  karena terbatasnya 

fasilitas, atau tidak mungkin  ditunggu  hasilnya sehingga kita harus segera 

memberikan  antibiotika. Dalam keadaan ini kita menggunakan  prinsip  ”EDUCATED

GUESS ” dengan mempertimbangkan  organ atau sistem  yang kena infeksi, kuman

penyebab dan kemudian  menentukan  antibiotika  mana yang paling sesuai .

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi   Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.

2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik  Departemen Kesehatan  Republik Indonesia: Pedoman  Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.

3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill Livingstone, 1995.

4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.

5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin. Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51

6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial Gram-Negative Bacili Compared with β-Lactam Antibiotics and Ciprofloxacin. Chemoteraphy 2005;51:80-85