stabilitas obat.docx

42
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Farmasi seperti halnya ilmu-ilmu terapan lainnya, telah melalui suatu era deskriptif dan empiris, dan sekarang memasuki tahap kuantitatif dan teoritis. Seorang ahli farmasi harus melibatkan diri dalam berbagai ilmu yang berdampingan dengan bidang biologi, farmakologi, biokimia serta ilmu tentang sifat sifat fisika dan kimia dari produk obat, untuk mengembangkan pengetahuannya. Hal itu karena ilmu farmasi bukan hanya mempelajari tentang cara membuat atau meracik suatu obat tetapi juga mempelajari tentang prinsip-prinsip fisika kimia yang digunakan dalam memformulasikan suatu sediaan serta bagaimana obat tersebut dapat bereaksi dalam tubuh. Selain itu farmasi juga mempelajari tentang identifikasi, kombinasi, analisis, dan standardisasi atau pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya dalam tubuh serta penggunaannya yang aman untuk mengobati suatu penyakit (Martin, 1983). Ilmu farmasi fisika merupakan bidang ilmu yang sangat menunjang dalam farmasi praktis. Farmasi fisik telah diasosiasikan dengan bidang farmasi

Upload: yatyibrahim

Post on 25-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang Farmasi seperti halnya ilmu-ilmu terapan lainnya, telah melalui suatu era deskriptif dan empiris, dan sekarang memasuki tahap kuantitatif dan teoritis. Seorang ahli farmasi harus melibatkan diri dalam berbagai ilmu yang berdampingan dengan bidang biologi, farmakologi, biokimia serta ilmu tentang sifat sifat fisika dan kimia dari produk obat, untuk mengembangkan pengetahuannya. Hal itu karena ilmu farmasi bukan hanya mempelajari tentang cara membuat atau meracik suatu obat tetapi juga mempelajari tentang prinsip-prinsip fisika kimia yang digunakan dalam memformulasikan suatu sediaan serta bagaimana obat tersebut dapat bereaksi dalam tubuh. Selain itu farmasi juga mempelajari tentang identifikasi, kombinasi, analisis, dan standardisasi atau pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya dalam tubuh serta penggunaannya yang aman untuk mengobati suatu penyakit (Martin, 1983).Ilmu farmasi fisika merupakan bidang ilmu yang sangat menunjang dalam farmasi praktis. Farmasi fisik telah diasosiasikan dengan bidang farmasi yang menggeluti prinsip-prinsip ilmu penjumlahan dan teoretis untuk diterapkan dalam bidang kefarmasiaan. Farmasi fisik mempelajari gabungan antara ilmu farmasetika dan fisika yang berupa perhitungan dan satuan serta mengaplikasikannya dalam bentuk sediaan obat. Farmasi fisik mencoba mempersatukan pengetahuan fakta farmasi melalui pengembangan prinsip-prinsipnya yang luas, dan hal ini membantu farmasi, ahli farmakologi dan ahli kimia farmasi dalam usahanya meramalkan kelarutan kestabilan, tercampurnya obat, dan aksi obat (Martin, 1983). Seorang farmasi dalam memformulasikan suatu produk haruslah mengetahui stabilitas dari produk tersebut sebelum diedarkan ke pasaran. Hal itu disebabkan karena dalam obat terkandung zat zat yang memiliki sifat fisika kimi yang dapat menetukan kestabilan dari obat tersebut. Kestabilan obat adalah kemampuan produk dalam mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar tetap sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat berupa (Identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian) dalam batasnya yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Obat dapat dikatakan stabil apabila obat atau sediaan obat disimpan dalam kondisi penyimpanan dan pengankutannya tidak menunjukan perubahan sam sekali atau berubah pada batas batas yang ditentukan. Menurut farmakope Indonesia obat masih dapat dikatakan stabil apabila kadar yang terkadung dalam obat tersebut tidak kurang dari 90% dari kadar totalnya pada saat obat tersebut dibuat. Selain itu setiap obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama, terkadang obat tersebut menunjukkan sifat fisik yang yang berbeda dari sifat fisiknya yang semula. Perubahan ini bisa saja diakibatkan karena penguraian zat aktif yang mengakibatkan zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan memberikan dampak negatif bagi setiap pengguna. faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat dapat dilihat dari suatu kondisi kestabilan obat yang tepat pada batas optimum. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama diharuskan bebas dari hal-hal yang bisa menurunkan khasiat obat tersebut. Karena pentingnya kestabilan suatu produk maka sebelum produk tersebut diedarkan ke pasaran produk produk tersebut harus dilakukan uji stabilitas.Mengetahui seberapa pentingnya pengaruh kestabilan obat terhadap bahan obat dan sediaan obat, maka dilakukanlah percobaan ini.

I.2 Maksud dan Tujuan PercobaanI.2.1 Maksud PercobaanMengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan obat pada berbagai pH dan suhu.

I.2.2 Tujuan PercobaanMenetapkan kestabilan amoksisilin pada berbagai pH yaitu pH 4,0 pH 5,0 dan pH 6,0 dan pada berbagai suhu yaitu 40o C, 50o C dan 600 C.I.3 Prinsip PercobaanPenentuan stabilitas amoksisilin pada berbagai pH dan suhu berdasarkan konstanta kecepatan reaksinya yang diperoleh dari grafik waktu terhadap konsentrasi dimana konsentrasi amoksisilin ditetapkan dengan metode iodometri.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori UmumStabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa 90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90% disebut umur obat juga Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik. Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase dan lain-lain) serta karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi zat) (Alfred Martin, 1983 ).Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yangberlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Berdasarkan eksperimen, laju reaksi meningkat tajam dengan naiknya suhu. Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi (Martin, 1990).Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah (Anonim,2010):a. Kecepatan reaksi.b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksic. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.Beberapa prinsip dan proses laju yang berikatan dimaksudkan dalm rantai peristiwa ini:1. Kestabilan dan tak tercakup proses laju umunya adalah suatu yang meyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian oat atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kuran diinginkan dari oobat tersebut.2. Disolusi yang diperhatikan adalah kecepatan berubahnya obat dalam betuk sediaan padat menjadi benuk larutan molekular.3. Proses absorbsi, distribusi dan eliminasi beerapa proses berikatan dengan laju absorbsi obat kedealam tubuh, laju distribusi obat daam tubh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur penglepasan.4. Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat diuat dalam bentuk yang tpat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupaan suatu proses laju.Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi elementer, disebut konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap perubahan dalam kondisi reaksi seperti temperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu komponen yang terlibat dalam reaksi akan menyebabkan hukum laju reaksi mempunyai harga yang berbeda untuk konstanta laju spesifik. Secara eksperimen, suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan terhadap perubahan dalam kemiringan garis yang diberikan oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta spesifik merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena perubahan dalam konstanta ini menggambarkan suatu perubahan pada tingkat molekul sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi (Martin,1983).Konstanta laju yang didapat dari reaksi-reaksi yang mengandung sejumlah langkah molekularita yang berbeda merupakan fungsi konstanta laju spesifik untuk berbagai bentuk langkah. Setiap perubahan dalam sifat-sifat dari suatu langkah yang disebabkan modifikasi pada kondisi reaksi itu atau pada sifat-sifat dari molekul yang terlibat dalam langkah-langkah ini, akan menyebabkan perubahan harga konstanta laju keseluruhan. Pada saat variasi dalam konstanta laju keseluruhan dapat digunakan untuk memberikan informasi yang berguna mengenai suatu reaksi, segala sesuatu yang mempengaruhi konstanta laju spesifik akan mempengaruhi laju yang lainnya, maka sulit untuk memberikan arti variasi dalam konstanta laju keseluruhan untuk reaksi ini (Martin, 1983).adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan(Martin, 1990).Obat masih dapat diterima apabila sebagian obat mengalami penguraian sampai batas tertentu, yaitu suatu kadar obat masih berada dalam kadar yang ditetapkan dalam farmakope indonesia atau farmakope lainnya, batas kadar yang dimaksud 90%. Artinya kalau kadar obat masih di atas 90%, obat tersebut masih dapat digunakan, tapi jika kadar obat kurang dari 90%, maka obat tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi (Tungadi, 2013).Waktu paruh suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989).Beberapa contoh untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat dapat mengurai dengan hidrolisis Yang paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil dalam dari air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah yang tertutup rapat. Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi ( Moechtar, 1989).

II.2 Uraian Bahan1. Amoxicillin (Depkes,1995)Nama resmi: AmoxicillinumSinonim: AmoksisilinRm/Bm : C16H19N3O5S.3H2O / 419,45Pemerian : Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau.Kelarutan : Sukar larut dalam air dan methanol; tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam klorotorm.Khasiat: Infeksi jaringan kulit dan jaringan lunak, saluran pernafasan.Kegunaan: Sebagai sampel2. Aquadest (DirjenPOM,1979)Nama resmi: Aqua destillataSinonim: Air sulingRM / BM: 18,02 / H2OPemerian: Cairan jrnih tidak berwarna dan tidak berasaKegunaan:Sebagai pelarut.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.3. Larutan NaOH (Depkes,1979)Nama resmi : Natrii HidroxydumSinonim : Natrium HidroksidaRm/Bm: Na O H / 40,00 Pemerian :Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukan reaksi natrium yang bekerja pada reaksi identifikasi.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (90%) P.Kegunaan: Sebagai pereaksi4. Larutan HCL (Depkes,1979)Nama resmi: Acidum HydrochloridumSinonim: Asam KloridaRm/Bm: HCL / 36,46Pemerian :Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.Kegunaan: Sebagai reaktan reaksi substitusi dan metatesis.5. Larutan Na2S2O3 (Depkes,1979Nama resmi: Natrium TiosulfasSinonim: Natrium tiosulfatRm/BM: Na2S2O3.5H2O / 248,17Pemerian:Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara lembab meleleh basah; dalam hampa udara pada suhu diatas 30o merapuh.Kelarutan: Larutan dalam 0,5 bagian air; praktis tidak larut dalam etanol (9,5%).Kegunaan: Sebagai penitrasi6. I2 (Depkes,1979)Nama Resmi: IodumSinonim: IodidaRM / BM: I2 / 126,91Pemerian :Keping atau granul, berat hitam keabu-abuan; bau khas, berkilau seperi metal.Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam karbon disulfide, dalam Kloroform, dalam karbon tetraklorida dan dalam eter; larut dalam etanol . Dan dalam eter; larut dalam etanol dan dalam larutan iodide; agak sukar Larut dalam gliserin.Kegunaan: Sebagai pereaksi7. Larutan kanji (DirjenPOM,1979)Nama resmi: StarchSinonim: Amilum / pati / kanjiPemerian: Serbuk putih, hablurKelarutan:Larut dalam air panas, membentuk atau menghasilkan larutan agak keruhKegunaan: Sebagai indikatorPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

BAB IIIMETODE KERJAIII.1. Alat dan BahanA. Alat1. Batang pengaduk2. Buret 25 ml3. Corong4. Gelas ukur (Pyrex Iwaki)5. Labu erlenmeyer 25 ml (Pyrex Iwaki)6. Labu takar 100 ml (Pyrex Iwaki)7. Neraca analitik (Citizen )8. Waterbath9. Pipet volume 1 ml10. Sendok tanduk11. Statif dan klem12. TermometerB. Bahan1. Almunium foil2. Amoksisilin ( Sanbe Farma )3. Kertas timbang4. Larutan dapar pH 4,05. Larutan dapar pH 5,06. Larutan dapar 6,07. Larutan I2 0,018. Larutan Na2S2O3 0,1 N9. Larutan HCL 0,1 N10. Larutan NaOH 0,1 N11. Larutan kanji12. Tisu roll

III.2. Cara KerjaA. Pengaruh pH1. Ditimbang amoksisilin 100 mg pada timbangan kasar sebanyak tiga kali. Masing masing dimasukkan pada larutan dapar pH 4,0 ; 5.0 dan 6,0.2. Dicukupkan sampai 100 ml dalam labu takar 100 ml.3. Dipanaskan hingga suhu 500 C pada water bath.4. Jika sudah tercapai suhu 500 C masing masing pH dipipet 1 ml sebanyak 2 kali ( menit 0 ).5. Pada masing masing pH, 1 ml pertama dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambahkan dengan NaOH 0.1 N. Kemudian ditambahkan dapar pH 4,0 kemudian didiamkan selama 5 menit.6. Ditambah lagi dengan 1 ml HCL 0,1 N.7. Ditambahkan dengan I2 0,01 N, homogen didiamkan selama 10 menit ditempat gelap sampai berwarna kuning buram.8. Ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes.9. Dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna.10. Volume yang diperoleh sebagai V1.11. Untuk 1 ml yang ke dua ditambah dengan dapar pH 4,0, sebanyak 4 ml didiamkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan dengan I2 10 ml.12. Didiamkan selama10 menit ditempat gelap, kemudian ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes.13. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N14. Volume yang diperoleh adalah sebagai V215. Perlakuan ini dilakukan kembali pada menit ke 10,20 dan 30.16. Dihitung kadar masing- masing dengan rumus :K =

17. Di hitung waktu paruhnya. Waktu paruh terbesar berarti stabilitas obatnya baik pada pH tersebut.18. Dibuat grafik hubungannya y= a + bx.B. Pengaruh Suhu1. Ditimbang amoksisilin sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan dalam dapar pH 8,0 dicukupkan sampai 100 ml.2. Dipipet dari situ kedalam erlenmeyer sebanyak 30 ml tiga kali.3. Dipanaskan pada suhu 400 C, 500 C, dan 600 C.4. Setelah suhunya tercapai dipipet 1 ml sebanyak 2 kali dalam erlenmeyer ( sebagai menit ke nol )5. 1 ml pertama ditambahkan dengan NaOH 0,1 N 1 ml, kemudian 4 ml dapar pH 4,0 dan didiamkan selama 5 menit.6. Ditambahkan dengan HCL 0.1 N I2 dan didiamkan ditempat gelap selama 10 menit.7. Kemudian ditambah indikator kanji sebanyak 3 tetes, dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna. Volume yang diperoleh sebagai V1.8. Untuk 1 ml yang kedua ditambahkan dapar pH 4,0 lalu didiamkan selama 5 menit. Tambah lagi dengan I2 sebanyak 10 ml lalu didiamkan selama 10 menit ditempat yang gelap.9. Ditambahkan indikator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0.1 sampai terjadi perubahan warna dari biru menjdai tak berwarna. Volume titrasi dihitung V2.10. Dihitung kadarnya dengan rumus :K = 11. Dibuat garafik persamaannya y = a + bxBs.12. Perlakuan ini diulang pada menit ke 10, 20, dan 3013. Ditentukan waktu paruhnya. Waktu paruh terbesar berarti suhu itu paling stabil.

BAB IVHASIL PENGAMATANIV.1 Data PengamatanA. Pengaruh pHWaktu (menit)pH 4,0pH 5,0pH 6,0

V1(ml)V2(ml)V1(ml)V2(ml)V1(ml)V2(ml)

0o0,80,91,01,10,42,6

10o0,91,10,91,00,50,75

20o1,22,11,01,10,80,9

30o0,71,21,11,20,91,2

B. Pengaruh suhuWaktu (menit)40oC50oC60oC

V1(ml)V2(ml)V1(ml)V2(ml)V1(ml)V2(ml)

0o0,90,90,911,11,4

10o0,71,10,50,60,81,2

20o1,01,20,80,90,61,0

30o0,70,80,40,50,70,9

IV.2. PerhitunganA. Perhitungan Kadar Pengaruh pH1. Untuk pH 4,0 Waktu ke 0oK=K=K= 0,005 Waktu ke 10oK=K=K=0,01 Waktu ke 20oK=K=K= 0,05 Waktu ke 30oK=K=K= 0,032. Untuk pH 5,0 Waktu ke 0oK=K=K= 0,005 Waktu ke 10oK=K=K= 0,005 Waktu ke 20oK=K=K= 0,005

Waktu ke 30oK=K=K= 0,0053. Untuk pH 6,0 Waktu ke 0oK=K=K= 0,12 Waktu ke 10oK=K=K= 0,01 Waktu ke 20oK=K=K= 0,005 Waktu ke 30oK=K=K = 0,02 Pengaruh Suhu1. Untuk suhu 40oC Waktu ke 0oK=K=K= 0 Waktu ke 10oK=K=K=0,02 Waktu ke 20oK=K=K= 0,01 Waktu ke 30oK=K=K= 0,0052. Untuk suhu 50oC Waktu ke 0oK=K=K= 0,005 Waktu ke 10oK=K=K= 0,005 Waktu ke 20oK=K=K= 0,005 Waktu ke 30oK=K=K= 0,0053. Untuk suhu 60oC Waktu ke 0oK=K=K= 0,02 Waktu ke 10oK=K=K= 0,02 Waktu ke 20oK=K=K= 0,02 Waktu ke 30oK=K=K= 0,01

B. Regresi linear1. Pengaruh pH Untuk pH 4,0XYXyx2y2xy

0o0,005-15-0,0152250,0002250,225

10o0,01-5-0,01250,00010,05

20o0,0550,03250,00090,15

30o0,03150,012250,00010,15

60Rata-rata=150,095 Rata-rata=0,025000,00130,575

b = = = 0,0011a = b = 0,02 - (0,0011) (15) = 0,004Menit ke 0 = y = + bx = 0,004 + (0,0011) x 0 = 0,004Menit ke 10 = y = + bx= 0,004 + (0,0011) x 10 = 0,015Menit ke 20 = y = + bx= 0,004 + (0,0011) x 20 = 0,026Menit ke 30 = y = + bx= 0,004 + (0,0011) x 30 = 0,037K= 2,303 x b= 2,303 x 0,0011= 0,0025 = 0,002

menit = 5,77 jam Untuk pH 5,0XYXYx2y2Xy

0o0,005-15022500

10o0,005-502500

20o0,005502500

30o0,00515022500

60Rata-rata=150,02Rata-rata=0,00550000

b = = = 0a = b = 0,005- (0).(15) = 0,005Menit ke 0 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 0 = 0,005Menit ke 10 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 10 = 0,005Menit ke 20 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 20 = 0,005Menit ke 30 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 30 = 0,005K = 2,303 x b = 2,303 x 0 = 0

Untuk pH 6,0XYXyx2y2xy

0o0,12-150,082250,0064-1,2

10o0,01-5-0,03250,00090,15

20o0,0055-0,035250,0012-0,175

30o0,0215-0,022250,0004-0,3

60Rata-rata=150,155Rata-rata=0,04500-1,525

b = = = -0,003a = b = 0,04 (-0,003) x 15 = 0,085Menit ke 0 = y = a + bx = 0,085 + (-0,003) x 0 = 0,085Menit ke 10 = y = a + bx = 0,085 + (-0,003) x 10 = 0,055Menit ke 20 = y = a + bx = 0,085 +(-0,003) x 20 = 0,025Menit ke 30 = y = a + bx = 0,085 + (-0,003) x 30 =0,005K = 2,303 x b= 2,303 x -0,003= -0,0069

menit = -1.67 jam

2. Pengaruh Suhu Suhu ke 40oCXYxyx2y2xy

0o0-15-0,0092250,0000810,135

10o0,02-50,011250,000121-0,055

20o0,0150,001250,0000010,005

30o0,00515-0,0042250,000016-0,06

60Rata-rata=150,035Rata-rata=0,00905000,025

b = = = 0,00005a = b = 0,009 (0,00005) x 15 = 0,0082

Menit ke 0 = y = a + bx = 0,0082 + (0,00005) x 0 = 0,0082Menit ke 10 = y = a + bx = 0,0082 + (0,00005) x 10 = 0,0087Menit ke 20 = y = a + bx = 0,0082 +(0,00005) x 20= 0,0092Menit ke 30 = y= a + bx = 0,0082+(0,00005) x 30 =0,0097K= 2,303 x b= 2,303 x 0,00005= 0,00011

menit = 105 jam Suhu ke 50oCXYxYx2y2Xy

0o0,005-15022500

10o0,005-502500

20o0,005502500

30o0,00515022500

60Rata-rata=150,02Rata-rata=0,005000

b = = = 0a = b = 0,005 (0) x 15= 0,005 Menit ke 0 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 0 = 0,005Menit ke 10 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 10 = 0,005Menit ke 20 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 20 = 0,005Menit ke 30 = y = a + bx = 0,005 + (0) x 30 = 0,005K= 2,303 x b= 2,303 x 0 = 0

Suhu ke 60oCXYxyx2y2xy

0o0,02-150,0022250,000004-0,03

10o0,02-50,002250,000004-0,01

20o0,0250,002250,0000040,01

30o0,0115-0,0082250,000064-0,12

60Rata-rata=150,07Rata-rata=0,0180500-0,15

b = = = -0,0003 a = b = 0,018 (-0,0003) x 15 = 0,0225Menit ke 0 = y = a + bx = 0,0225+ (-0,0003)x 0 = 0,0225Menit ke 10 = y = a + bx = 0,0225+ (-0,0003) x 10 = 0,0195Menit ke 20 = y = a + bx = 0,0225+ (-0,0003) x 20 = 0,0165Menit ke 30 = y = a + bx = 0,0225+(-0,0003)x30= 0,0135K= 2,303 x b= 2,303 x -0,0003= -0,00069 = - 0,0007

= -16,5 jam

BAB VPEMBAHASANPercobaan ini dilakukan untuk menentukan kestabilan suatu zat pada berbagai pH dan suhu. Suatu obat dikatakan stabil apabila dalam kondisi penyimpanan dan pengankutannya obat tersebut tidak menunjukan perubahan sama sekali, atau berubah dalam batas yang ditentukan. Kestabilan obat tersebut dapat dapat dilihat dari kemapuan obat tersebut untuk mempertahankan sifat dan karasteristiknya agar stabil (sama dengan waktu pembuatan). Menurut farmakope Indonesia, obat masih dapat diterima apabila kandungan atau kadar dari obat tidak kurang dai 90%, yang dikhawatirkan yaitu kandungan zat aktif yang akan terurai dan nantinya akan mengakibatkan efek toksik bagi penggunnya. Pentingnya kestabilan suatu obat atau sediaan tersebut sehingga mengharuskan setiap sediaan yang akan diedarkan ke pasaran harus melalui uji stabilitas terlebih dahulu sebelum diedarkan. Uji stabilitas selalu dilakukan apabila ada kemasan baru, apabila ada perubahan formula, apabila ada produksi satu skala yang bets. Kestabilan suatu zat dapat dilihat secara fisika, kimia, mikrobiologi, dan terapi. Obat dikatakan stabil secara fisik apabila kondisi obat tersebut dari segi warna, bentuk, bau, dan rasa tidak menunjukkan perubahan. Stabil secara kimia jika obat tersebut tidak mengalami proses seperti hidrolisis, oksidasi, fotolisis, dan sebagainya. sedangkan stabil secara mikrobiologi apabila jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam suatu sediaan masih berada dalam batas yang ditentukan. Intinya stabilitas obat secara fisika, kimia, dan mirobiologi akan sangat mempengaruhi kestabilan obat secara terapi yang mengakibatkan efek terapi yang seharusnya tercapai menjadi efek toksik yang tidak pernah diharapkan. Karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat diketahui suatu kondisi kestabilan obat secara optimum. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu obat atau sediaan diantaranya pH dan suhu. Karena setiap zat mempunyai pH dan suhu yang berbeda dan akan stabil pada pH dan suhu tersebut. Percobaan ini menggunakan sampel amoxilin yang akan ditentukan suhu dan pH stabilnya dengan cara titrasi. Hasil yang diperoleh yaitu amoksisilin pada pH 4,0, memiliki waktu paruh yaitu 5,77 jam, pada pH 5,0 waktu paruhnya yaitu 0 jam, dan pada pH 6,0 yaitu -1,67 jam sedangkan berdasarkan perubahan suhu waktu paruh amoksisilin pada suhu 40oC yaitu 105 jam, suhu 50oC yaitu 0 jam dan suhu 60oC yaitu -16,5 jam. Menurut Farmakope Indonesia pH amoksisilin berkisar antara 3,5 dan 6,0 sedangkan suhu penyimpanan amoksisilin yaitu pada suhu kamar terkendali yaitu 15o-30o. Karena pH dan suhu yang dijadikan sampel pada percobaan ini telah berubah, maka dapat disimpulkan bahwa amoksisilin yang dijadikan sebagai sampel uji tidak stabil pada pada pH dan suhu tersebut. Selain itu menurut literature, amoksisilin memiliki rentang waktu paruh yang stabil pada 6-8 jam, dan di dalam plasma tubuh amoksisilin memiliki waktu paruh 30-150 menit (Tjay, 2006), sedangkan suhu amoksisilin yang stabil yaitu pada 30-700C (Ditjen POM, 1995). Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan diantaranya karena labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. yang telah mengalami penguraian pada saat penyimpanan dalam jangka waktu yang lama (Voight, 1994).

BAB VIPENUTUPVI.1. Kesimpulan Berdasarkan data pengamatan dan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa amoxsisillin stabil pada pH 4,0 yaitu 5,77 jam, karena memilki waktu paruh terbesar dan yang mendekati waktu paruh yang ada di teori yaitu 6-8 jam.VI.2. Saran Praktikan diharapkan mampu mengetahui faktor-faktor kestabilan obat agar dapat meminimalisir kesalahan yang akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKAAnsel, C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI press. Ditjen POM RI.1995.Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta:Depkes RIDitjen POM RI.1979.Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta:Depkes RIMoechtar, 1989, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press. Tjay, H., Rahardja, K. 2006. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya Edisi kelima Cetakan kedua. Jakarta: Gramedia.Tungadi, R.2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Gorontalo: UNGVoight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

LAMPIRAN1. Grafik regresi linear pada pH pH 4,0

pH 5,0

pH 6,0

2. Grafik regresi linear pada suhu Suhu 40o

Suhu 50o

Suhu 60o