rute obat.docx

38
KATA PENGANTAR Segala puji kita ucapkan kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan rahmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berkaitan dengan rute pemberian obat pada pasien.Dalam makalah ini berisi hal yang berkaitan dengan rute dalam pemberian obat dimana terdapat cara-cara seorang farmasis mampu memberikan obat pada pasien dengan baik dan benar. Namun dalam proses pembuatan makalah ini, kami sangat menyadari akan banyaknya kekurangan dan masih sangat butuh masukan-masukan dari setiap pembaca . Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam pembuatan makalah ini agar ke depan nanti jika kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Medan , 17 September 2013

Upload: ayu-haryani-putri-sarlita

Post on 28-Dec-2015

121 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

contoh rute obat

TRANSCRIPT

Page 1: rute obat.docx

KATA PENGANTAR

 

            Segala puji kita ucapkan kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan rahmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berkaitan dengan rute pemberian obat pada pasien.Dalam makalah ini berisi hal yang berkaitan dengan rute dalam pemberian obat dimana terdapat cara-cara seorang farmasis mampu memberikan obat pada pasien dengan baik dan benar.

            Namun dalam proses pembuatan makalah ini, kami sangat menyadari akan banyaknya kekurangan dan masih sangat butuh masukan-masukan dari setiap pembaca .

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam pembuatan makalah ini agar ke depan nanti jika kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

 

 

 

 

 

 

Medan , 17 September 2013

 

Page 2: rute obat.docx

DAFTAR ISI

 

Kata pengantar                                                ii

Daftar isi                                                         iii

BAB I Pendahuluan                     1

1.1  Latar belakang                        1

1.2  Rumusan masalah                  1

1.3  Tujuan                                     1

1.4  Manfaat                                 1

BAB II Pembahasan  

2.1 Rute Pemberian Obat                  

2.1.1 Rute Oral

2.1.2 Rute Parenteral

2.1.3 Rute Topikal

2.2 Cara Menyimpan Obat

2.2.1 Aturan Penyimpanan

2.2.2 Lama Pneyimpanan Obat

2.3 Proses Keperawatan Pemberian Obat

BAB III Kesimpulan dan Saran\

Page 3: rute obat.docx

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB III Penutup

Page 4: rute obat.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.Tidak

peduli dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di

rumah,farmasis memegang peranan penting dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan

cara menggunakan obat dan mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.

Pada masa perawatan dan penyembuhan, farmasis memegang peranan penting dalam

memberikan obat secara tepat waktu kepada klien,serta memastikan klien atau keluarganya telah

mengerti dan siap memberikan obat jika klien dipulangkan ke rumah. Di setiap tatanan

pelayanan kesehatan, farmasis bertanggung jawab mengevaluasi efek obat terhadap kesehatan

klien,mangajari klien tentang obat dan efek sampingnya, memastikan kepatuhan terhadap

regimen obat,serta mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri. Pada

beberapa kasus, farmasis secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi anggota keluarga klien

yang mampu memberikan obat

1.2  Rumusan Masalah

Penulis akan membahas rute pemberian obat yang baik dan benar.

1.3  Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana rute dalam pemberian obat yang tepat pada pasien.

1.4  Manfaat

Agar pembaca terutama farmasis dan seluruh tenaga kesehatan  mampu memahami

bagaimana memberikan obat dengan rute yang tepat sehingga tidak terjadi suatu kesalahan atau

kelalaian yang dapat merugikan pasien maupun farmasis itu sendiri.

Page 5: rute obat.docx

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Rute Pemberian Obat

Pada pemilihan rute pemberian obat, bergantung pada kandungan obat dan efek yang

diinginkan serta kondisi fisik dan mental pasien. Perawat sering terlibat dalam pemilihan rute

pemberian obat. Hal itu terjadi karena perawat terlibat dalam perawatan klien secara konsisten.

     Ada beberapa rute pemberian obat yang dikenal :

2.1.1. Rute Oral

Pemberian obat melalui rute oral ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Rute per oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat diberikan

melalui mulut dan ditelan. Obat oral ini lebih murah daripada pemberian obat yang lain.

Kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama. Namun kebanyakan dari klien lebih

menggunakan rute oral.

Obat  oral ini  diabsorpsi terlebih dahulu di lambung, dan duodenum merupakan jalan masuk

utama sirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya lebih besar. Metabolisme langkah

pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Makanan

dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat dihancurkan oleh

asam. Pada usus luas permukaan penyerapan memungkinkan penyerapan (absorpsi) dapat lebih

cepat dan sempurna, karena dicapai melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa, dan kripta mukosa

serta mikrovili.

Page 6: rute obat.docx

2. Pemberian Sublingual

Pemberian obat secara Sublingual dilakukan dengan cara diletakkan di bawah lidah, kemudian

larut dan mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan secara Sublingual tidak boleh ditelan, jika obat

ditelan maka efek yang diinginkan tidak akan tercapai.

Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin

Prosedur pemberian obat sublingual :

Persiapan

Persiapan Klien

a. Cek perencanaan Keperawatan klien

b. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

Persiapan Alat

a. Obat yang sudah ditentukan

b. Tongspatel (bila perlu)

c. Kasa untuk membungkus tongspatel

Pelaksanaan

1. Biasakan cuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun

2. Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk

mengangkat lidahnya

3. Meletakan obat dibawah lidah

4. Memberitahu klien supaya tidak menelan obat

5. Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien

6. Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat

Evaluasi

Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

Page 7: rute obat.docx

Dokumentasi

catatlah  tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil

tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) dalam catatan keperawatan.

3. Pemberian Bukal

Pemberian obat melalui  bukal dilakukan dengan meletakkan obat padat pada membrane mukosa

pipi sampai obat larut. Klien dianjurkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian pada

mukosa pipi kanan dan pipi kiri agar mukosa tidak iritasi. Pasien dilarang menelan atau

mengunyah obat yang diberikan secara Bukal. 

2.1.2 Rute parenteral

Rute Parental adalah pemberian obat melalui penginjeksian ke dalam jaringan tubuh.

Biasanya Pemberian obat dengan rute parenteral ini lebih mudah di proses di dalam tubuh.

Beberapa rute pemberian obat secara parenteal adalah sebagai berikut:

1. Subkutan (SC)

Injeksi  ke dalam  jaringan  tepat di bawah lapisan dermis kulit.  Cara pemberian ini terutama

dilakukan pada obat-obatan yang harus menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan

seperti insulin. Tempat yang dianjurkan untuk penyuntikan subkutan adalah lengan bagian atas,

kaki bagian atas, dan daerah di sekitar pusar. Pada bagian tersebut, kita bisa dengan mudah

memegang lipatan kulit saat memasukkan jarum ke dalam jaringan kemak dan jaringan

pengikatnya yang ada di bawah kulit. Tergantung dengan panjang jatumnya, kita masukkan ke

dalam dengan sudut 90o (pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45o (pada

jarum yang lebih panjang). Setelah memasukkan jarum, rasakan jarum bebas posisinya.

Selanjutnya kita tarik penghisapnya sedikit untuk mengetahui apakan jarum tidak mengenai

pembuluh darah. Jika memang yang dimaksud maka kita melihat sejumlah darah di dalam

tabung cairan pada spuit tersebut. Jika ini terjadi maka keluarkan jarum suntik, kemudian

masukkan ke dalam kulit. Setelah cairan dikeluarkan secara perlahan-lahan dengan cepat kita

menarik jarum suntik keluar, dan memijat-mijat tempat itu agar tertutup kembali. Pada pasien

Page 8: rute obat.docx

yang medapat sejumlah suntikan subkutan, maka kita harus terus menerus berganti tempat

penusukan.

Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh subkutan antara lain :

Harus benar-benar menggunakan tehnik steril karena barier kulit terganggu

Meningkatkan resiko infeksi

Lebih mahah daripada oral

Dapat siberikan hanya dalam jumlah sedikit

Dapat menimbulkan kecemasan dan rasa nyeri

2. Intrakutan

Injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis. Rute intrakutan ini biasanya dilakukan untuk

menguji reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Secara umum, dilakukan pada

daerah lengan, tangan bagian ventral. Pada intrakutan reaksi absorsinya lambat.

            Kerugian dari injeksi intrakutan antara lain :

Jumlah obat yang diberikan hanya sedikit

Merusak barier kulit

Menimbulkan kecemasan

Intramuskular

Intramuskular yaitu Injeksi ke dalam otot tubuh. Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada

injeksi subkutaneus karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Otot juga dapat

menerima volume obat yang lebih besar tanpa menimbulakan ketidaknyamanan dibandingkan

jaringan subkutaneus, walaupun bergantung pada ukuran otot dan kondisi serta lokasi yang

digunakan. Orang dewasa dengan perkembangan otot yang baik biasanya dapat menoleransi

dengan aman hingga 4 ml obat pada otot gluteus medius dan otot gluteus maksimus. Volume

sebanyak 1-2 ml biasanya  dianjurkan untuk klien dewasa yang ototnya kurang berkembang.

Pada otot deltoid, dianjurkan volume obat 0.5-7 ml.

Page 9: rute obat.docx

Biasanya, spuit 2-5 ml dibutuhkan. Ukuran spuit yang digunakan bergantung pada jumlah obat

yang akan diberikan. Jaruma intramaskular kemasan standart memiliki panjang satu setengah

inci dan 21 atau 22. Beberapa factor menentukan ukuran dan panjang jarum yang akan

digunakan:

Otot

Tipe larutan obat

Jumlah jaringan adiposa yang menutup otot

Usia klien

Pertimbangan utama dalam memberikan injeksi intramaskular adalah memilih lokasi injeksi

yang aman yang jau dari pembuluh darah besar, saraf, dan tulang. Beberapa lokasi tubuh untuk

melakukan injeksi intramaskular:

Lokasi Ventrogluteal

Lokasi Vestus Lateralis

Lokasi Dorsogluteal

Lokasi Deltoid

Kontraindikasi penggunaan lokasi tertentu antara lain cedera jaringan dan adanya nodul,

bengkak, abses, nyeri tekan atau keadaan patologis lainnya.

Proses injeksi Intramaskuler:

PENGKAJIAN

1. Alergi klien terhadap obat

2. Kerja spesifik obat, efek samping, dan reaksi merugikan

3. Pengetahuan klien dan kebutuhan belajar tentang obat

4. Intergritas jaringan pada lokasi yang dipilih

5. Usia dan berat badan klien untuk menentukan lokasi serta ukuran jarum

6. Kemampuan atau keinginan klien untuk bekerja sama

 

Page 10: rute obat.docx

PERLENGKAPAN

1. Catatan obat atau lembaran cetakan computer

2. Obar steril (biasanya disediakan dalam ampul atau vial)

3. Spuid dan jarum yang ukurannya sesuai dengan jumlah larutan yang akan diberikan

4. Kapas antiseptic

5. Sarung tangan disposable

PERSIAPAN

1. Periksa catatan obat

2. Atur perlengkapan

PELAKSANAAN

1. Cuci tangan dan observasi prosedur

2. Siapkan obata dari ampul atau vial untuk proses penarikan obat ke dalam spuit

3. Berikan privasi klien

4. Persiapkan klien

5. Jelaskan tujuan pemberian obat dan hal tersebut akan membantu, gunakan bahasa yang

dapat dipahami oleh klien

6. Pilih, tentukan lokasi, dan bersihkan lokasi

7. Siapkan spuit untuk injeksi

8. Injkesi obat menggunakan tekhnik Z-Track

9. Tarik jarum

10. Buang jarum tanpa tutup yang tersambung

11. Dokumentasikan semua informasi secara relevan

12. Kaji efektivitas obat pada saat obat diperkirakan mulai bekerja

3. Intervena

Suntikan memasuki aliran darah secara langsung memalui vena. Cara ini sesuai bila memerlukan

efek yang cepat. Rute ini juga tepat untuk obat yang terlalu mengiritasi jaringan yang diberikan

Page 11: rute obat.docx

di rute lain. Jika jalur intervena sudah terpasang, jalur ini dipilih untuk menghindari

ketidaknyamanan oleh penggunaan jalur parental lainnya. Obat diberikan secara intervena

dengan menggunakan metode berikut:

Infuse cairan IV bervolume besar

Infuse intervena intermiten

Infuse volume terkontrol

Dorongan intervena

Saluran injeksi intermiten

Pada seluru tindakan pemberian obat IV, penting sekali bagi perawat untuk mengobservasi

tanda-tanda adanya reaksi yang merugikan pada klien secara ketat. Karena obat tersebut masuk

ke dalam aliran darah secara langsung dan bekerja dengan segera, obat tidak dapat ditarik

kembali atau dihentikan kerjanya. Oleh karena itu perawat harus salalu melakukan tindakan

khusus dan menghitung dosis. Ketika memberikan obat yang kuat, antidot untuk obat itu harus

tersedia. Selain itu tanda-tanda vital dikaji sebelum, dan setelah memasukkan obat tersebut.

Proses keperawatan obat intravena:

PENGKAJIAN

1. Inspeksi dan palpalasi lokasi fungsi vena untuk memeriksa adanya tanda-tanda infeksi,

infiltaris, atau dislokasi kateter

2. Inspeksi kulit dan sekelilingnya untuk memeriksa andanya kemerahan, pucat, dan

bengkak

3. Palpalasi jaringan sekitar untuk memerikas adanya rasa dingin dan edema, yang dapat

mengindikasi adnya kebocoran cairan IV pada jaringan

4. Ukur tanda-tanda vital sebagai data dasar jika obat yang diberikan kuat

5. Tentukan apakah klien memiliki alergi terhadap obat

6. Pemeriksaan kompatibilitas antara obat dan cairan IV

Page 12: rute obat.docx

2.1.3 Rute Topikal

a. Rute inhalasi

Saluran napas bagian dalam memungkinkan area permukaan yang luas untuk absorpsi obat. Obat

dapat diberikan melalui pasase nasal, pasase oral, atau selang yang dipasang ke dalam

trakea.obat inhalasi dapat menimbulkan efek lokal. Obat seperti oksigen dan anestesi umum

menghasilkan efek sistemik.

1. Inhalasi Nasal

Obat diinhalasi melaluihidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat. Alat tipe

semprotan, misalnya fenilefrin (Neo-Synephrine), yang menghasilkan efek lokal, yakni

vasokontriksi jalan napas. Obat lain yang diberikan dengan cara ini antara lain anestesi lokal,

steroid dan oksigen.

2. Inhalasi Oral

Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau organisme di

parenkim paru. Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang di tangan klien. Obat yang diberikan

menggunakan inhaler yang dipegang di tangan disebar melalui sebauh semprot aerosol, uap atau

bubukyang masuk ke saluran udara di paru. Metere Dose Inhalers (MDI) memfasilitasi

pengantaran obat ke parenkim paru. Obat untuk mengatasi infeksi paru, misalnya pneumocytis

caranii, dapat diberikan dalam bentuk obat yang nebulasi.

Teknik yang digunakan klien pada pemberian obat inhalan oral perlu dipantau, khususnya pada

bayi atau lansia. Dalam menggunakan alat ini, beberapa langkah kompleks perlu dilakukan, dan

untuk memastikan obat diberikan dengan akurat, perlu dilakukan beberapa modifikasi, jika klien

tidak dapat melakukan aktivitas tersebut dengan benar.

Page 13: rute obat.docx

b.Pemberian Melalui Endotrakea atau Trakea

Dalam situasi kedaruratan, jika klien tidak terpasang selang intravene, beberapa obat darurat

dapat diberikan melalui selang yang telah ditempatkan ke dalam trakea klien. Perawat yang turut

dalam melakukan resusitasi secara khusus dilatih untuk memberikan obat dengan cara ini.

1. Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.

(unguenta menurut FI edisi III) 

Fungsi salep :

Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.

Sebagai bahan pelumas pada kulit.

Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan

berair dan rangsang kulit.

. Kualitas dasar salep :

Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.

Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan

homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan

dihilangkan dari kulit.

Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia

dengan obat yang dikandungnya.

Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau

cair pada pengobatan.

Page 14: rute obat.docx

 Penggolongan dasar salep

Dasar salep berminyak

Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan silikon.

Dasar salep absorpsi

meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae, Hydrophylic petrolatum dan dasar salep yang baru

seperti polysorb.

Dasar salep absorpsi ada dua tipe :

1. Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M

seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.

2. Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu menyerap air

yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar salep absorpsi adalah

tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.

Dasar salep tercuci

Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air. Hanya bagian

kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan viskositas.

Contohnya : Polietilenglikol.

Dasar salep emulsi

Ada dua macam yaitu :

Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.

Dasar salep emulsi tipe M/A seperti hydrophilic oinment dan Vanishing cream

Page 15: rute obat.docx

2. Obat Tetes Hidung

Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek, mengandung dekongestan

topikal. Selain dalam bentuk tetes hidung, dekongestan topikal juga dapat berbentuk obat

semprot hidung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :  

- Teteskan obat ini ke cuping hidung secara hati-hati, sehingga tidak mengalir keluar atau

tertelan.

- Usahakan agar ujung penetes tidak menyentuh cuping hidung, untuk menghindarkan penularan.

- Jangan melebihi dosis yang dianjurkan. 

Efek yang tidak diinginkan : 

vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat

terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder dapat menyebabkan kerusakan

jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.

Aturan pemakaian :

- Dewasa dan anak > 6 tahun : 2 - 3 tetes / semprot oksimetazolin 0,05% pada setiap lubang

hidung.

- Anak 2 - 5 tahun : 2 - 3 tetes oksimetazolin 0,025% pada setiap lubang hidung.

- Anak < 2 tahun : ikuti petunjuk dokter 

Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam, dan tidak boleh digunakan lebih dari 2

kali dalam 24 jam.

Page 16: rute obat.docx

3. Obat Tetes Telinga

Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan cara

diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan

kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit. Tetes

telinga juga merupakan bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang

dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal,

peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk

membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.

Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi

telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna).

Pada tetesan dan pemberian salep telinga, dilakukan tundakan sebagai berikut :

1. Meminta pasien untuk mengambil sikap sedemikian rupa agar telinga yang dirawat

dapat terlihat jelas dan dapat dijangkau dengan mudah

2. Telinga kita tarik sedikit ke belakang dan ke atas agar lubang telinga dapat kita lihat

dengan jelas

3. Mengambil jumlah tetesan yang dianjurkan, mengalir melalui dinding lubang telinga

4. Apabila menggunakan salep, salep juga diletakan padadinding lubang telinga

5. Minta agar pasien tetap dalam posisi demikian baik secara duduk atau berbaring

6. Setelah itu kita bersihkan tetesan yang jatuh di luar tempat yang kita rencanakan.

4. Obat tetes mata

Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara

meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.Tetes mata

adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan

mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada injeksi intavena.

Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid,

antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata. Ketika cairan,

Page 17: rute obat.docx

larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik

atau maksud diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).

Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan

yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan

karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk

mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma

karena kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;

2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk

menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;

3. Isotonisitas dari larutan;

4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum

Keuntungan Tetes Mata

Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang

larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya larut dalam

air.

Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan

Salep mata umumnya menghasilkan bioavailabilitas yang lebih besar daripada larutan

berair.

Kerugian Tetes Mata

Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara

obat dan permukaan yang terabsorsi.

Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk

kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke

Page 18: rute obat.docx

ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik

pemakaian yang tepat.

Penggunaan Tetes Mata

1. Cuci tangan

2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah

3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam

botol untuk membawa larutan ke dalam penetes

4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah

sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.

5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip

paling kurang 30 detik

6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat

7. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah

8. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun

9. Jangan mencuci penetes

10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika

dipindahkan

11. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi

untuk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi

12. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna

13. Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol

saja

14. Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu

beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain

15. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin

16. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip

lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat kerjanya.

Page 19: rute obat.docx

Pada saat memberi salep atau obat-obat tetes mata, kita harusbekerja menurut cara sebagai

berikut:

1. Kita menjelaskan kepada pasien terlebih dahulu, apa yang akan dilakukan dan

memintanya mengambil sikap yang mudah dan tenang, disini diusahakan agar kepala

sedapat mungkin harus horisonta

2. Salep mata kita letakan pada tepi kelopak mata bagian bawah. Ujung dari tube harus

diarahkan pada arah hidung dan tidak mengarah pada bola mata. Ini dilakukan agar

pada gerak mata yang tiba-tiba, bola mata tidak tersentuh dan tidak terluka. Salep

yang berlebihan kita usap dengan kain kas, ke arah hidung

Tetes mata, kita meneteskan obat dari sudut dekat hidung, hindari pipet tidak menyentuh hidung.

Setelah memberi tetes mata kelopak ditutup dan tetesan yang berlebihan dibersihkan dengan

kasa.

5. Rectal

Obat yang dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair

pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi

(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian

obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral,

namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. Lima puluh persen

aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal (melalui hati ß biasanya pada rute oral),

sehingga biotransfortasi obat oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian

bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta. Keuntungan

pemberian melalui rektal (juga sublingual) dapat mencegah penghancuran obat oleh enzim usus

atau pH dalam lambung. Rute rektal juga berguna untuk obat yang menginduksi muntah jika

diberikan secara oral atau jika penderita mengalami muntah-muntah.

Cara : dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal atau sistemik

Page 20: rute obat.docx

Rute pemberian obat vaginal

Vagina adalah saluran yang dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan membentang dari

serviks uteri hingga valua dinding vagina normalnya berwarna merah mudah dan bebas dari

rabas dan lesi. Vagina harus terasa hangat dan lembab dengan dinding yang lembut. Terkadang

vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut. Wanita yang

menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang kental, putih, berbau aneh dan seperti dadik.

Keuntungan pemberian obat melalui vagina adalah Obat cepat bereaksi dan efek yang

ditimbulkan bersifat lokal.Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan

perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan supositoria.

2.2 Cara Menyimpan Obat

Masa penyimpanan  semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat

akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan

berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadang kala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan

bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun

berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau

terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan

dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif dalam suatu

sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak

dan obat harus dibuang.

2.2.1 Aturan penyimpanan

Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang

sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat

yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan

warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan

persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misal insulin.

Page 21: rute obat.docx

2.2.2 Lama penyimpanan obat

Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang

mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di

lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata,  kuping dan hidung, larutan, sirup dan

salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat

biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur.

Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan

rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes

mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung

atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah

digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok

ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum

bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian

hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila

kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di

bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila

kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini  hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila

obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai

Jangka Waktu Penyimpanan               

                         

tab/kap 3 tahun salep mata 6 bulan

salep/pasta (tube)

serbuk/tabor

pil

3 tahun

1 tahun

1 tahun

salep/pasta

pot cairan untuk kulit

tet .telinga 

6 bulan

6 bulan

6 bulan

Page 22: rute obat.docx

krim/gel (tube)

larutan tetesan

suspensi

6 bulan

6 bulan

6 bulan

tet/sempr.hidung

krem (pot)

 tet/bilasan mata        

3 bulan

3 bulan

1 bulan

2.3 Proses Keperawatan Pemberian Obat

1. Pengkajian

Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon potensial terhadap terapi obat,

perawat mengkaji banyak factor :

Riwayat medis

Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat. Penyakit atau

gangguan membuat klien berisiko terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang

klien mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka senyawa yang

mengandung aspirin atau antikoagulasi akan meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat

pembedahan klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah tiroidektomi ,

seorang klien membutuhkan penggantian hormon.

Data obat

Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan, dosis normal, rute

pemberian, efek samping, dan implikasi keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.

Beberapa sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan.

Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yang

diberikan. Banyak mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku yang

memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai rujukan cepat.

Page 23: rute obat.docx

Sikap klien terhadap penggunaan obat

Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada obat. Klien seringkali

enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,khususnya jika klien mengalami

ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien

yang mendukung bukti ketergantungan obat.

2.  Diagnosa keperawatan

Pengkajian memberi data tentang kondisi klien, kemampuannya dalam menggunakan obat

secara mandiri, dan pola penggunaan obat.

Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.

Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :

1.       Kurang informasi dan pengalaman

2.      Keterbatasan kognitif

3.      Tidak mengenal sumber informasi

Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :

1.      Sumber ekonomi yang terbatas

2.      Keyakinan tentang kesehatan

3.      Pengaruh budaya

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :

1.       Penurunan kekuatan

2.       Nyeri dan ketidaknyamanan

Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :

1.      Pandangan kabur

Page 24: rute obat.docx

Ansietas yang berhubungan dengan :

1.      Status kesehatan yang berubah atau terancam

2.      Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam

3.      Pola interaksi yang berubah atau terancam

Gangguan menelan yang berhubungan dengan :

1.      Kerusakan neuromuscular

2.      Iritasi rongga mulut

3.      Kesadaran yang terbatas

Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan dengan :

1.      Terapi obat yang kompleks

2.      Pengetahuan yang kurang                                                             

3.      Perencanaan

Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa tehnik pemberian obat

aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat.

Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk

menggunakan semua sumber  pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah

sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari

kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasi

faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan konsisten

menggunakan obat secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya sulit

pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan lain,bekerja sama mencari jalan

keluar untuk masalah ini sebelum klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan

membutuhkan obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data merujuk klien

untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara perawatan kesehatan di rumah dapat membantu

klien menyusun jadwal pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.

Page 25: rute obat.docx

Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat

bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :

1. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.

2. Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan

klien tetap dipertahankan.

3. Klien dan keluarga memahami terapi obat.

4. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

3. Implementasi

Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program

Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang aman dan efektif.Intervensi

dilakukan dengan menyiapkan obat secara cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi

klien penyuluhan. Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format atau

label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan transkripsi, sehingga kemungkinan

terjadinya kesalahan dibatasi. Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa

nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered nurse) membandingkan

semua program yang ditranskripsi dengan program yang asli untuk memastikan keakuratan dan

kelengkapannya. Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat bertanggung

jawab secara hukum.

4.   Evaluasi

Perawat memantau respon klien terhadap obat secara berkesinambungan. Untuk melakukan

ini,perawat harus mengetahui kerja terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap

obat. Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengkonsumsi beberapa

obat. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan sambil memenuhi sasaran

keperawatan yang ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi untuk

mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.

Page 26: rute obat.docx

Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang

terkait dengan rute pemberian obat :

1. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat,  atau perdarahan di tempat

injeksi.

2. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.

3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien.

4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk demam,

pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.

Page 27: rute obat.docx

BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat

adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien  yang memiliki masalah

kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat

menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila

tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang

ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien

menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan

meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang

ideal untuk memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien

dan keluarga tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak

efektif,atau tidak lagi dibutuhkan. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada

klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus menerima obat pada waktunya dan

mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara mandiri.Perawat menggunakan

proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.

3.2 Saran

     Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika

kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya

bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan

Page 28: rute obat.docx

sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri

maupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (1999). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Nugroho A.E. (2012). Farmakologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar