#1penanganan dan cara pemberian obat

23
PENANGANAN DAN CARA PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN I. TUJUAN 1. Mengetahui dan mampu menangani hewan untuk percobaan farmakologi secara baik 2. Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi responnya 3. Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian serta pengaruhnya terhadap efek yang ditimbulkan. II. TEORI DASAR Uji praklinik dapat dilakukan dalam sistem in vitro dan in vivo. Percobaan in vitro umumnya dilakukan dalam tabung reaksi atau peralatan laboratorium lainnya, dan pengujian in vivo dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup. Pengujian ini diteruskan dengan penyaringan toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan abnormal pada organ- organ hewan sehubungan dengan pemberian obat, dan mengetahui parameter dari dosis terapeutik yang aman. Kelompok kontrol dan percobaan dibandingkan. Sebelum dilakukan percobaan pada tubuh manusia, dibuat terlebih dahulu penilaian tentang beratnya 1

Upload: eni-herdiani

Post on 22-Jun-2015

33 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

MK

TRANSCRIPT

Page 1: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

PENANGANAN DAN CARA PEMBERIAN OBAT

PADA HEWAN PERCOBAAN

I. TUJUAN

1. Mengetahui dan mampu menangani hewan untuk percobaan farmakologi

secara baik

2. Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi responnya

3. Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian

serta pengaruhnya terhadap efek yang ditimbulkan.

II. TEORI DASAR

Uji praklinik dapat dilakukan dalam sistem in vitro dan in vivo.

Percobaan in vitro umumnya dilakukan dalam tabung reaksi atau peralatan

laboratorium lainnya, dan pengujian in vivo dilakukan dengan menggunakan

makhluk hidup. Pengujian ini diteruskan dengan penyaringan toksisitas

yang bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan abnormal pada

organ-organ hewan sehubungan dengan pemberian obat, dan mengetahui

parameter dari dosis terapeutik yang aman. Kelompok kontrol dan

percobaan dibandingkan. Sebelum dilakukan percobaan pada tubuh

manusia, dibuat terlebih dahulu penilaian tentang beratnya penyakit yang

akan diobati dengan obat yang berangkutan dalam kaitannya dengan

toksisitas obat (Kee, 1994).

Percobaan dengan menggunakan hewan percobaan tidak selalu

diperoleh hasil yang tepat. Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan

percobaan dapat memperbesar penyimpangan hasil percobaan. Perlakukan

hewan percobaan secara benar. Hewan percobaan yang paling banyak

dipakai adalah mencit, tikus, marmot, dan kelinci. Penanganan hewan

1

Page 2: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

percobaan adalah cara memperlakukan hewan selama masa pemeliharaan

maupun selama masa percobaan.

a. Mencit

Mencit bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, dan

lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari. Cara mengambil

dan memegang mencit adalah buka kandang hati-hati, kira-kira cukup

untuk masuk tangan saja, angkat mencit dengan cara memegang ekor (3-

4 cm dari ujung). Letakkan pada lembaran kawat atau alas kasar lainnya.

Dengan tangan kiri, jepit tengkuk di antara jari manis dan jari kelingking

tangan kiri. Mencit siap mendapat perlakuan.

b. Tikus

Tenang dan mudah ditangani. Tidak seperti mencit, tikus tidak begitu

fotofobik. Aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya

manusia. Jika diperlakukan kasar, tikus menjadi galak. Cara

mengambilnya adalah dengan membuka kandang, angkat tikus pada

pangkal ekorya dengan tangan kanan, letakkan di atas permukaan

kasar/kawat. Letakkan tangan kiri di belakang tubuh/punggung ke arah

kepala. Selipkan kepala di antara jari telunjuk dan jari tengah, sedangkan

ibu jari, jari manis, dan kelingking diselipkan di sekitar perut sehingga

kaki depan kiri dan kanan terselip di antara jari-jari. Tikus juga dapat

dipegang dengan cara menjepit kulit pada tengkukya.

c. Kelinci

Kelinci harus diperlakukan dengan halus, namun sigap karena cenderung

berontak. Cara mengambilnya adalah jangan memegang telinga karena

dapat mengganggu pembuluh darah dan saraf. Pegang kulit pada leher

kelinci dengan tangan kiri, dan angkat ke belakang dengan tangan kanan.

d. Marmot

Marmot amat jinak dan jarang menggigit. Cara mengambil dan

memegang marmot adalah dengan memegang badan bagian atas dengan

tangan yang satu dan pegang badan bagian belakang dengan tangan yang

lain (Harmita, 2006).

2

Page 3: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

Tabel 1. Ukuran dan alat yang diberikan untuk pemberian obat pada hewan

percobaan.

IV IP SC IM Oral

Mencit

Jarum 27.5 g ½ inci

Jarum 25 g ¼ inci

Jarum 25 g ¾ inci

Jarum 18 g ¾ inci

Ujung tumpul 15 g/16 g 2 inci

Tikus

Jarum 25 g Jarum 25 g 1 inci

Jarum 25 g 1 inci

Jarum 25 g 1 inci

Ujung tumpul 15 g/16 g 2 inci

KelinciJarum 25 g I inci

Jarum 21 g 1 ¼ inci

Jarum 25 g 1 inci

Jarum 25 g 1 inci

Kateter karet no. 9

Marmot- Jarum 25 g

1 inciJarum 25 g 1 inci

Jarum 25 g ¾ inci

Kucing- Jarum 21 g

1 ½ inciJarum 25 g 1 inci

Jarum 25 g 1 inci

(Sumber : Buku Ajar Analisis Hayati, Ed.3)

Cara pemberian obat

a. Oral

Mencit dan tikus

Diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum/kanula

berujung tumpul dan berbentuk bola. Jarum/kanula dimasukkan ke

dalam muut perlahan-lahan, diluncurkan melalui langit-langit ke

belakang sampai esophagus.

Kelinci

Pemberian oral pada kelinci dilakukan dengan pertolongn “mouth block”

(alat penahan rahang), berupa pipa kayu/plastic yang berlubang, panjang

12 cm, diameter 3 cm, dan diameter lubang 7 mm. Letakkan muth block

diantara gigi-gigi depan dengan rahang dengan ibu jari dan telunjuk.

Masukkan kateter melalui lubang pada mouth block sekitar 20-25 cm.

untuk memeriksa apakah kateter benar masuk ke esophagus dan bukan

trakea.

3

Page 4: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

Marmot

Pemberian oral pada marmot dapat dilakukan seperti pada tikus dan

kelinci.

b. Intravena

Mencit

Penyuntikan dilakukan pada vena ekor (ada 4 vena pada ekor). Letakkan

hewan pada wilayh tertutup sedemikian rupa sehingga mencit tidak

leluasa untuk bergerak-gerak, dengan ekor menjulur keluar. Hangatkan

ekor dengan dicelupkan ke dalam air hangat (40°-50°C). pegang ujung

ekor dengan satu tangan dan suntik dengan tangan yang lain.

Tikus

Pada tikus yang tidak dianestesi, penyuntikan dapat dilakukan pada ekor

(seperti pada mencit), pada vena penis (khusus untuk tikus jantan), atau

pada vena di permukaan dorsal kaki. Pada tikus yang dianestesi,

penyuntikan dapat dilakukan pada vena femoralis.

Kelinci dan marmot

Dapat dilakukan pada vena marginalis untuk marmot atau untuk marmot

yang dianestesi.

c. Subkutan

Pada tikus dan mencit penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada

daerah tengkuk. Pada kelinci, penyuntikan dilakukan di bawah kulit di

daerah tengkuk atau sisi pinggang. Untuk marmot dan kelinci, angkat

sebagan kulit dan tusukkan jarum menembus kulit, sejajar dengan otot di

bawahnya.

d. Intramuscular

Untuk mencit dan tikus, penyuntikkan dilakukan pada otot gluteus

maksimus atau bisep fermoris atau semitendonosus paha belakang.

e. Intraperitoneal

Untuk semua hewan percobaan, penyuntikkan dilakukan pada perut

sebelah kanan garis tengah; jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai

hati dan kandung kemih. Hewan dipegang pada punggung supaya kulit

4

Page 5: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

abdomen mejadi tegang. Pada saat penyuntikkan, posisi kepala lebih

rendah dari abnomen. Suntikkan jarum membentuk sudut 10° menembus

kulit dan otot ke rongga peritoneal.

f. Intradermal

Pada tikus dan marmot, penyuntikkan dilakukan pada perut dan tubuh

belakang atau kaki belakang yang telah dicukur bulunya. Tusukkan

jarum ke kulit yang ditegangkan sedalam 0.67 mm (Harmita, 2006).

Dalam mengorbankan hewan uji, pembunuhan dilakukan

sedemikian rupa sehingga hewan mengalami penderitaan seminimal

mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemberian anestetik dengan

dosis berlebih secara intravena untuk kelinci; secara intraperitoneal untuk

mencit, marmot dan tikus; atau dengan menggunakan kloroform, CO2, N2

inhalasi. Pengorbanan hewan dapat juga dilakukan secara fisik atau

disembelih (Harmita, 2006).

Tabel 2.Konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia

Hewan Percobaa

n

Mencit20 g

Tikus200 g

Marmot400 g

Kelinci1.5 kg

Kucing2 kg

Kera4 kg

Anjing12 kg

Manusia70 kg

Mencit20 g

1.0 7.0 12.25 27.8 29.7 64.1 124.2 387.9

Tikus200 g

0.14 1.0 1.74 3.9 4.2 9.2 17.8 56.0

Marmot400 g

0.08 0.57 1.0 2.25 2.4 5.2 10.2 31.5

Kelinci1.5 kg

0.04 0.25 0.44 1.0 1.08 2.4 4.5 14.2

Kucing2 kg

0.03 0.23 0.41 0.92 1.0 2.2 4.1 13.2

Kera4 kg

0.016 0.11 0.19 0.42 0.45 1.0 1.9 6.1

Anjing12 kg

0.008 0.06 0.10 0.22 0.24 0.52 1.0 3.1

Manusia70 kg

0.0026 0.018 0.031 0.07 0.076 0.16 0.32 1.0

(Sumber : Buku Ajar Analisis Hayati)

Kalau saja data eksperimen hewan tersedia untuk senyawa tertentu,

wajar jika kita bertanya berapa dosis pada manusia yang mungkin sebanding

5

Page 6: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

untuk senyawa yang sama. Masalah ini sering dihadapi oleh para peneliti

ketika mempertimbangkan zat kimia baru untuk percobaan manusia untuk

pertama kalinya. Berikut ini adalah diskusi tentang bagaimana masalah ini

biasanya diatasi. Proses ini dimulai dengan memperkirakan Maximum

Recommended Starting Dose (MRSD) untuk uji klinis pertama-di-manusia.

Hal ini didasarkan pada No Observable Adverse Effect Level Effect

(NOAEL) yang berasal dari studi toksikologi hewan. Setelah NOAEL

diketahui, Human Equivalent Dose (HED) dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

HED (mg / kg) = Dosis hewan uji (mg / kg) × Km hewan uji Km manusia

Km adalah faktor koreksi yang mencerminkan hubungan antara berat badan

dan tubuh dengan luas permukaan (Leonid, 2012).

Untuk spesies hewan laboratorium yang paling sering digunakan

Km rata-rata adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Km rata-rata yang sering digunakan di laboratorium

Hewan Uji Km rata-rata

Mouse 3

Rat 6

Guinea Pig 8

Rabbit 12

Dog 20

Human Adult 37(sumber : http://www.naturalhealthresearch.org/extrapolation-of-animal-dose-to-human/)

Dalam pengembangan obat baru untuk mengelola penyakit,

komunitas ilmiah sangat bergantung pada studi hewan yang menyediakan

kerangka kerja untuk uji klinis pada manusia. Seringkali, obat yang bekerja

dengan baik pada hewan ini seolah-olah tidak efektif pada manusia.

Beberapa penjelasan ada untuk kurangnya efektivitas. Salah satu penjelasan

6

Page 7: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

yang sering diabaikan untuk ketidakefektifan obat adalah penentuan dosis

obat yang tidak tepat dari satu spesies hewan yang lain Masyarakat non-

ilmiah tampaknya salah paham dalam perlunya metode yang tepat

terjemahan dosis alometrik, terutama ketika memulai hewan baru atau studi

klinis. Perhitungan untuk menentukan dosis awal pada manusia sebagai

ekstrapolasi dari hewan harus menggunakan normalisasi luas permukaan

tubuh (BSA). Metode ini pertama kali diperkenalkan ke onkologi medis

dalam rangka untuk memperoleh dosis awal yang aman untuk fase I studi

obat antikanker dari data toksikologi hewan praklinis. Sayangnya, untuk

studi translasi, banyak mengubah dosis awal yang aman berdasarkan berat

badan saja, yang dapat mengakibatkan perbandingan antara studi yang tidak

pantas (Reagan-Shaw, 2008).

III. ALAT DAN BAHAN

III.1Alat

a. Alat suntik 1 ml

b. Beaker glass 25 ml

c. Botol coklat

d. Kandang mencit

e. Neraca ohaus

f. Sonde oral

g. Spidol warna merah

III.2Bahan

1. Aquadest

2. Alkohol

3. Luminal Na konsentrasi 0,7%

4. Mencit 3 ekor

7

Page 8: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

III.3Gambar Alat

Alat Suntik 1 ml Beaker Glass 25 ml

Botol cokelat Kandang mencit

Neraca Ohauss Sonde Oral

8

Page 9: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

Spidol merah

IV. PROSEDUR

Praktikum kali ini adalah mengenai penananganan hewan

percobaan dengan simulasi pemberian obat pada hewan coba, dimana tiga

ekor mencit dijadikan sebagai hewan percobaan. Pertama-tama mencit yang

berada di dalam kandang di timbang satu persatu. Kemudian dilakukan

pemberian obat secata intravena dengan cara suntikan diambil dan diisi air

sesuai volume yang telah dihitung sebelumnya, lalu disuntikkan pada

mencit, cara perlakuannya yaitu ekor mencit diangkat dengan tangan kanan,

kemudian diletakkan pada ram kawat kemudian ekor mencit ditarik dan

dicari vena pada ekor tikus dan disuntikkan hingga cairan di dalam suntikan

masuk. Selanjutnya dilakukan pemberian dengan cara subkutan, perlakuan

terhadap mencit hampir sama seperti intravena yaitu dengan mencit di

simpan di ram kawat dan ekornya ditarik kemudian kulit pada tengkuk

mencit diambil setelah itu suntikan yang telah diisi, disuntikkan di daerah

bawah kulit dan di tengkuk hingga cairan di dalam suntikkan habis.

Selanjutnya untuk pemberian intra muscular perlakuan mencit dilakukan

dengan cara mencit dijepit di bagian kulit tengkuk dengan telunjuk dan ibu

jari tangan kiri, dan ekor mencit dipegang di tangan kanan, kemudian posisi

tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap praktikan

dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kiri, perlakuan

ini selain digunakan dalam pemberian secara intra muscular juga digunakan

9

Page 10: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

dalam pemberian obat secara oral dan intra peritoneal. Untuk pemberian

secara intra muscular setelah mencit dengan posisi dihadapkan kepada

praktikan, salah satu praktikan lain memegang salah satu kaki mencit

kemudian disuntikkan dengan suntikkan ke bagian otot paha posterior.

Untuk pemberian secara intraperitonial setelah mencit dalam keadaan

dihadapkan ke praktikan dan sudah dipegangi namun kepala agak ke bawah

abdomen dibuat garis lurus yang melintasi badan mencit garis secara

vertikal dan pada bagian pertangan mencit diberikan garis horizontal,

kemudian suntikkan yang telah berisi cairan kemudian disuntikkan dengan

sudut 10o dari abdomen agak ke pinggir atau di daerah bawah yang sudah

digambar tadi. Kemudian pemberian secara peroral, setelah mencit dipegang

dengan tangan kiri dan menghadap ke praktikan, dilakukkan pemberian

cairan dengan bantuan sonde oral dengan diambil cairan dengan

menggunakan suntikan yang disambungkan dengan sonde oral, kemudian

sonde oral dimasukkan melalui mulut mencit dengan cara sonde oral

ditempelkan pada langit-langit atas mulut mencit, kemudian dimasukkan

pelan-pelan sampai ke esopagus bagian kanan dari mencit.

V. DATA PENGAMATAN

No. Mencit Massa Mencit

1 30 gram

2 21,5 gram

3 25 gram

Perhitungan Dosis

Mencit 1

Intravena (IV) :30 gram20 gram

× 0,5 ml=0,75 ml

Intramuscular (IM) : 30 gram20 gram

× 0,05 ml=0,07 5 ml

10

Page 11: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

Intraperitonial (IP) :30 gram20 gram

× 1 ml=1 ,5 ml

Subkutan (SC) :30 gram20 gram

× 0,5 ml=0,75 ml

Peroral (PO) :30 gram20 gram

× 1 ml=1 ,5 ml

Mencit 2

Intravena (IV) :21,5 gram20 gram

× 0,5 ml=0,54 ml

Intramuscular (IM) :21,5 gram20 gram

× 0,05 ml=0,05 ml

Intraperitonial (IP) :21,5 gram20 gram

× 1 ml=1,075 ml

Subkutan (SC) :21,5 gram20 gram

× 0,5 ml=0,5375 ml

Peroral (PO) :21,5 gram20 gram

× 1 ml=1,075 ml

Mencit 3

Intravena (IV) :25 gram20 gram

× 0,5 ml=0,625 ml

Intramuscular (IM) :25 gram20 gram

× 0,05 ml=0,0625 ml

Intraperitonial (IP) :25 gram20 gram

× 1 ml=1,25 ml

Subkutan (SC) :25 gram20 gram

× 0,5 ml=0,625 ml

Peroral (PO) :25 gram20 gram

× 1 ml=1,25 ml

11

Page 12: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan penangan dan cara

pemberian obat pada hewan percobaan. Tujuan dari praktikum ini adalah

praktikan dapat menagani hewan percobaan, mengetahui sifat dari hewan

percobaan dan faktor yang memengaruhi responnya serta mengetahui teknik

pemberian obat ke hewan percobaan.

Hewan percobaan yang dipakai kali ini adalah mencit. Sebenarnya

banyak sekali hewan yang dapat dijadikan hewan percobaan selain mencit

yaitu tikus, kelinci, marmot, katak dan paling besar adalah kuda, hewan

tersebut dipilih sesuai dengan dosis obat yang diujikan. Penggunaan mencit

kali kali ini dikarenakan mencit lebih mudah ditangani dibandingkan hewan

lainnya tapi mencit mempunyai kekurangan yaitu mudah terkena stress atau

tidak resisten terhadap obat yang diberikan sehingga sering kali didapati

mencit yang kejang-kejang, lemas hingga mati.

Seperti yang telah diketahui, banyak faktor yang ditimbulkan

hewan percobaan saat merespon obat yang diberikan. Faktor-faktor tersebut

dibagi menjadi tiga yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor lainnya.

Dimana faktor internal dipengruhi oleh biologik atau sifat genetik dari

hewan percobaan. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh

pemeliharaan lingkungan fisiologik dan isoosmosis. Dan faktor lainnya

dipengaruhi oleh mental dari hewan percobaan saat menerima obat tersebut

atau perlakuan penguji terhadap hewan percobaan.

Teknik pemberian obat pada hewan percobaan banyak macamnya

yaitu oral (pemberian obat dengan sonde oral pada langit-langit atas mulut

lalu secara perlahan dimasukan sampai ke oesopagus) , sub kutan

(pemberian obat dengan suntikan di bawah kulit dan berada di daerah

tengkuk), intravena (pemberian obat dengan suntikan yang menggunakan

jarum nomor 24 melalui vena ekor), intramuscular (pemberian obat dengan

suntikan pada otot paha posterior), dan intraperitonial (pemberian obat

dengan suntikan pada lambung atau saluran pencernaan).

12

Page 13: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

Pertama, alat dan bahan disiapkan. Alatnya berupa suntikan dengan

jarum nomor 24, sonde, tiga ekor mencit, aquades, alkohol, dan kapas. Lalu

setiap mencit diandai dengan spidol pada bagian pangkal ekor untuk

memudahkan saat percobaan. Lalu, setiap mencit ditimbang dengan neraca

analitik dan didapat mencit 1 mempunyai massa 30 Gram, mencit 2

mempunyai massa 21.5 Gram, dan mencit 3 mempunyai massa 25 Gram.

Karena setiap mencit mempunyai massa yang berbeda, dilakukan

perhitungan untuk setiap volume aquades yang akan diberikan. Perhitungan

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Intravena = massa mencit

20 x 0.5

Intramuskular = massa mencit

20 x 0.05

Intraperitonial = massa mencit

20 x 1

Subkutan = massa mencit

20 x 0.5

Peroral = massa mencit

20 x 1

Setelah itu teknik pemberian obat yang pertama dilakukan adalah

pemberian obat secara intravena. Teknik ini dilakukan pada mencit nomor 1

dan 2 dengan volume aquades yang diberikan sebanyak 0.75 ml dan 0.54 ml

pemberian ini dilakukan menggunakan suntik dengan jarum nomor 24.

Penggunaan jarum nomor 24 karena jarum tersebut adalah jarum paling

kecil dimana jarum tersebut tidak sampai merobek vena mencit terlalu lebar.

Pemberian dengan intravena dilakukan pada pangkal ekor mencit karena

ekor mencit adalah bagian yang paling mudah menemukan pembuluh vena.

Pada pemberian intravena, mencit dapat diletakkan pada alas yang berkawat

lalu ekor dipegang dan disuntikan pada pembuluh vena yang terlihat yang

sebelumnya telah dioleskan alkohol. Jarum suntik terlihat masuk apabila

terdapat darah yang menetes saat jarum suntik masuk ke dalam pembuluh

vena mencit. Dan obat terlihat masuk saat terjadi pembengkakan pada

daerah yang diberikan.

13

Page 14: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

Setelah itu teknik pemberian obat yang kedua yaitu pemberian obat

secara subkutan. Teknik ini dilakukan pada mencit nomor 1 dan 3 dengan

volume aquades 0.75 ml dan 0.625 ml. Pemberian obat secara subkutan

dilakukan pada daerah tengkuk dibawah kulit. Pada pemberian subkutan,

mencit diletakkan pada alas yang berkawat lalu tengkuk mencit diangkat

lalu disuntikan di bagian tengkuk yang sebelumnya telah diberi alkohol.

Setelah itu teknik pemberian obat yang ketiga yaitu pemberian obat

secara intramuskular. Teknik ini dilakukan pada mencit nomor 2 dengan

volume aquades 0.05 ml. Pemberian obat secara intramuskular dilakukan

pada daerah otot paha posterior. Pada pemberian intramuskular, biasanya

dibutuhkan dua orang. Dimana orang pertama memegang mencit dengan

teknik yang telah dianjurkan yaitu telunjuk dan ibu jari menjepit kulit

tengkuk mencit dan ekor mencit diapit jari manis dan kelingking. Teknik

tersebut membuat mencit tidak dapat bergerak atau tidak berontak saat

pemberian obat. Orang kedua memegang kaki mencit dan menyuntikan di

daerah paha mencit yang sudah diberikan alkohol sebelumnya.

Setelah itu teknik pemberian obat yang keempat yaitu pemberian

obat secara intraperitonial. Teknik ini dilakukan pada mencit nomor 1

dengan volume aquades 1.5 ml. Pemberian obat secara intraperitonial

dilakukan pada darah perut. Pada pemberian intraperitonial dibutuhkan dua

orang. Dimana orang pertama memegang mencit sesuai teknik yang

dianjurkan dan orang kedua menyuntikan ke daerah perut yang telah

diberikan alkohol sebelumnya, cara menyuntiknya pun dengan keadaan

jarum suntik berada 10˚ dari abdomen agak ke pinggir, ini dilakukan untuk

mencegah terkenanya kandung kemih dan hati. Untuk mengetahui obat

sudah masuk atau menembus kulit dengan terlihatnya pembengkakan pada

bagian yang disuntik.

Setelah itu teknik pemberian obat yang kelima yaitu pemberian

obat seacar peroral. Teknik ini dilakukan pada mencit nomor 1,2, dan 3

dengan volume aquades 1.5 , 1.075 , dan 1.25 ml. Pemberian secara peroral

14

Page 15: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

dilakukan dengan memasukan sonde kedalam mulut mencit lalu secara

perlahan dimasukan sampai ke oesopagus, dimana arah masuk ke oesopagus

itu kearah kanan mencit. Apabila salah dalam memasukan sonde bisa

berakibat fatal pada mencit karena kalau masuk ke arah kiri mencit, obat

yang diberikan bukannya masuk ke saluran pencernaan tapi ke arah paru-

paru.

Dari semua teknik yang telah dicoba ke mencit menghasilkan hasil

yang memuaskan. Dimana mencit tetap sehat saat diberikan obat. Mungkin

ada beberapa faktor membuat mencit aktif karena stress setelah mendapat

perlakuan seperti disuntik atau dimasukan sonde. Apabila terdapat mencit

yang mati itupun banyak faktornya dari mencit yang kurang resisten

terhadap obat yang diberikan atau kesalahan praktikan saat memberikan

obat seperti memasukan sonde yang seharusnya ke arah saluran pencernaan

tapi malah ke arah paru-paru.

Dikarenakan percobaan kemaren hanya menggunakan aquades jadi

tikus yang bertahan tidak dikorbankan. Tapi saat percobaan menggunakan

obat atau antibiotika, mencit sebaiknya dibunuh secara prosedural yaitu

dislokasi. Caranya ada dua, cara pertama memasukan tikus kedalam wadah

tertutup yang berisi karbondioksida yang mematikan, lama-lama mencit

akan kehilangan kesadaran dan mati. Cara kedua yaitu dislokasi leher,

dimana mencit ditempatkan pada alas yang berkawat lalu pegang ekornya

setelah itu dengan benda tumpul, tengkuknya ditahan lalu ekornya ditarik

secara kuat agar mencit mati seketika.

VII. KESIMPULAN

1. Penanganan hewan uji yang benar dapat diketahui dan dilakukan dengan

baik

2. Sifat-sifat hewan percobaan dapat dipahami dan respon dari faktor-faktor

yang mempengaruhinya dapat diamati

15

Page 16: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

3. Teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian serta

pengaruh terhadap efek yang ditimbulkan dapat dipahami dan dilakukan

dengan baik

16

Page 17: #1penanganan Dan Cara Pemberian Obat

DAFTAR PUSTAKA

Harmita, DR dan DR Maksum Radji. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Edisi ke-

3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Kee, Joyce L. dan Evelym R. Hayes. 1994. Farmakologi Pendekatan Proses

Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Leonid Ber M.D. 2012. Extrapolation of Animal Dose to Human. Available

online at http://www.naturalhealthresearch.org/extrapolation-of-animal-

dose-to-human/ [diakses pada 15 Maret 2014]

Reagan-Shaw, Shannon., Minakshi Nihal., Nihal Ahmad. 2008. Dose translation

from animal to human studies revisited. The FASEB Journal 22 (3): 659-

661

17