blok 15

Upload: oktaviana-linda-angela-merichi

Post on 10-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

15

TRANSCRIPT

Penyakit Skabies pada Anak

Hendra Susanto102013188/C1*) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Anamnesis merupakan wawancara riwayat kesehatan pasien baik secara langsung atau tidak langsung yang memiliki tiga tujuan utama yaitu mengumpulkan informasi membagi informasi dan membina hubungan saling percaya untuk mendukung kesejahteraan pasien. Informasi atau data yang dokter dapatkan dari wawancara merupakan data subjektif berisi hal yang diutarakan pasien kepada dokter mulai dari keluhan utama hingga riwayat pribadi dan sosial.11. Kapan pertama kali pasien memperhatikan adanya ruam, Di mana letaknya, Apakah terasa gatal 2. Adakah pemicu (misalnya pengobatan makanan sinar matahari dan alergen potensial).2 Dimana letak benjolan, Apakah terasa gatal, Apakah berdarah, Apakah bentuk/ukuran/warnanya berubah, Adakah benjolan di tempat lain.23. Bagaimana perubahan warna yang terjadi (misalnya pigmentasi meningkat ikterus. pucat), Siapa yang memperhatikan analisa perubahan warna, Sudah berapa lama, Bandingkan dengan foto terdahulu.24. Adakah gejala penyerta yang menunjukkan adanya kondisi medis sistemik (misalnya penurunan berat badan atralgia. dan lain-lain).25. Pertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi kulit yang serius seperti kehilangan cairan infeksi sekunder penyebaran metastatik ke kelenjar getah bening atau organ lain.26. Riwayat penyakit dahuluPernahkah pasien mengalami gangguan kulit ruam dan lain-lain, Adakah riwayat kecenderungan atopi (asma rinitis), Apakah pasien memiliki masalah dengan kulit di masa kecil, Adakah riwayat kondisi medis lain yang signifikan, (Khususnya yang mungkin memiliki manifestasi pada kulit misalnya SLE penyakit seliaka miositis atau transplantasi ginjal.27. Obat-obatanRiwayat pemakaian obat yang lengkap penting bagi semua jenis pengobatan baik obat resep ataupun alternatif yang dimakan atau topikal. Pernahkah pasien menggunakan obat untuk penyakit kulit, Pernahkah/apakah pasien menggunakan imunosupresan.28. AlergiApakah pasien memiliki alergi obat, Jika ya seperti apa reaksi alergi yang timbul, Apakah pasien mengetahui kemungkinan alergen yang lain, Pernahkah pasien menjalani patclt test atau pemeriksaan respons IgE.29. Riwayat keluargaAdakah riwayat penyakit kulit atau atopi dalam keluarga, Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa.210. Riwayat sosialBagaimana riwayat pekerjaan pasien; apakah terpapar sinar matahari alergen potensial atau parasit kulit, Apakah menggunakan produk pembersih baru hewan peliharaan baru dan lain-lain, Apakah pasien baru-baru ini bepergian ke luar negeri, Adakah pajanan pada penyakit infeksi (misalnya cacar air), Bagaimana kondisi tempat tinggal pasien.2Dalam kasus ini hanya didapatkan keluhan utama dan riwayat pribadi dan sosial.Kasus Anak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena mengeluh sangat gatal tertama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu. Gejala terutama terjadi pada malam hari. Pasien tinggal di asrama. Pada pemeriksaan fisik kulit ditemukan vesikel kecil dan merah.

Keluhan Utama

Keluhan utama adalah pasien mengeluh sangat gatal terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu terutama pada malam hari.

Riwayat Pribadi dan Sosial

Pada kasus ini diketahui bahwa pasien tinggal di asrama.

Pemeriksaan Fisik

Setelah mendapat kesan mengenai kesehatan pasien, membuat diagnosis penyakit kulit dimulai dengan melihat aspek morfologi kelainan kulit. Tindakan berikutnya adalah melakukan inspeksi. Bantuan pemeriksaaan dengan kaca pembesar dapat dilakukan dan mutlak dilakukan dalam ruangan yang terang dan perlu dilakukan inspeksi diseluruh kulit tubuh penderita, rambut, kuku dan selaput lendir, terutama pada penyakit tertentu misalnya liken planus atau psoriasis. Pada inspeksi diperhatikan efloresensi yang khusus, warna, ukuran, bentuk, batas, lokalisasi dan penyebaran. Setelah inspeksi selesai, dilakukan palpasi untuk melihat apakah terdapat tanda radang akut atau tidak, indurasi, fluktuasi, pembesaran kelenjar getah bening regional maupun generalisata.3 Jika terdapat bercak putih maka dilakukan uji sensitiitas dengan bulu peraba dan paku tajam untuk mengetahui anestesi atau tidak, juga melihat lesi dengan seksama apakah ada achromia, atrofi dan alopecia. Dengan menggunakan spidol dilakukan test plot gunawan untuk mengetahui ada tidaknya Anhidrosis. Jika terdapat sisik dilakukan Tes Auspitz, Tes Kobner dan Fenomena tetesan lilin.3Pemeriksaan Penunjang

diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannyatungau pada pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagaicara, yaitu:

1. Kerokan kulit

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yangmasih utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untukmengangkat atap papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelasobjek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop.Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala.Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati padabayi dan anak-anakatau pasien yang tidak kooperatif

2. Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, laludigerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dandapat diangkat keluar.

3. Epidermal shavebiopsi.

Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi denganscalpel no.16 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsidilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, laluditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.

4. Tes tinta Burrow.

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapusdengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yangkarakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes inimudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien nonkooperatif.

5. Kuretasi terowongan.

Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.3Diagnosis

Working Diagnosis Skabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang paling sering terjadi. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabei. Penularan skabies bisa terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.Gejala KlinisGejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair (vesikel) pada kulit.3,44 tanda cardinal pada penyakit scabies

APruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.5

BPenyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.5

CAdanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain).5

DMenemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal.5

Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.5

Gambar 1. Sarcoptes scabiei(sumber : http://medicastore.com/images/tungau_skabies_fotomikrograf.jpg)

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.3Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.3EpidemiologiSkabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat ,ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies .Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda ,tetapi dapat juga mengenai semua umur ,insidensi semua pada pria dan wanita. Beberapa faktor yang dapat mempengaruh penyebarannya adalah kemiskinan,hygiene yang jelek,seksual promiskuitas,diagnosis yang salah,demogarfi ,ekologi dan derajat sensitasi individual,insidensi di indonesia masih cukup tinggi.3Patogenesis

Lesi primer skabies berupa terowongan yang berisi tungau,telur dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul dan kadang bula. Dapat juga terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada penderita di indonesia karena umunya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah terjadi infeksi sekunder. kelainan kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infeksi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, eksoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.3Differential Diagnosis

Dermatitis Kontak Alergik

Dermatitis Kontak Alergik (DKA) adalah dermatitis yang disebabkan oleh alergen yang berupa bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (