dermatitis blok 15

25
Dermatitis Kontak Iritan pada Tangan karena Penggunaan Detergen Mekar Yulia Putri 102012139 B-2 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021- 5631731 Email: [email protected] Pendahuluan Tangan maupun telapak tangan merupakan organ yang dapat dengan mudah melakukan kontak dengan lingkungan sekitar. Pada telapak tangan kita dapat kita temui adanya lapisan-lapisan kulit seperti epidermis, dermis maupun subkutan. Lapisan-lapisan itulah yang menyusun struktur pada lapisan kulit telapak tangan kita. Tidak jarang karena penggunaan tangan sangat essensial dalam melakukan aktivitas sehari-hari, maka seringlah terjadi berbagai penyakit kulit pada bagian tangan tersebut. Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi. Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Seperti pada kasus yang didapatkan dimana seorang wanita mengeluh kedua tangannya gatal sejak 2 minggu yang lalu, disertai kemerahan dan perih, kulit 1

Upload: mekar-yulia-putri

Post on 05-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

blok 15

TRANSCRIPT

Dermatitis Kontak Iritan pada Tangan karena Penggunaan Detergen Mekar Yulia Putri102012139B-2Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731Email: [email protected] Tangan maupun telapak tangan merupakan organ yang dapat dengan mudah melakukan kontak dengan lingkungan sekitar. Pada telapak tangan kita dapat kita temui adanya lapisan-lapisan kulit seperti epidermis, dermis maupun subkutan. Lapisan-lapisan itulah yang menyusun struktur pada lapisan kulit telapak tangan kita. Tidak jarang karena penggunaan tangan sangat essensial dalam melakukan aktivitas sehari-hari, maka seringlah terjadi berbagai penyakit kulit pada bagian tangan tersebut.Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi. Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Seperti pada kasus yang didapatkan dimana seorang wanita mengeluh kedua tangannya gatal sejak 2 minggu yang lalu, disertai kemerahan dan perih, kulit tangannya juga menjadi kering. Hal tersebut terjadi karena sehari-harinya wanita tersebut melakukan pekerjaan rumah salah satunya seperti mencuci piring/baju sehingga kontak tangan pada suatu bahan iritan seperti deterjen atau sabun akan terjadi. Pada makalah kali ini akan dibahas mengenai penyakit dermatitis pada kulit akibat iritan, maka dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang dermatitis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.1

Pembahasan 1. AnamnesisAnamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.2Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:21. Anamnesa Umum

Nama, umur, alamat, pekerjaan (bisa secara alloanamnesis).2. Keluhan Utama

Gatal pada kedua tangan disertai rasa perih dan kemerahan, kulit tangan juga terasa kering, dan hal ini sudah terjadi selama 2 minggu

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak.4. Riwayat Penyakit DahuluSebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti sekarang5. Riwayat Penyakit KeluargaApakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama.6. Riwayat Pengobatan

Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa danapakah keadaan membaik atau tidak

2. Pemeriksaan 2.1.Pemeriksaan fisikDari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan-keterangan yang menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisikdilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik danpemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dermatitis kontak iritan dilakukan dengan pemeriksaan kulit yang dibagi menjadi dua berdasarkan:31. Lokalisasi:Biasanya terjadi pada daerah-daerah yang memiliki kontak langsung dengan bahan iritan seperti tangan dan telapak tangan, telapak kaki serta kaki2. Effloresensi :Berupa polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, squama, likenifikasi). Dan dermatitis cenderung berubah menjadi kronik.-Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh-Bentuk sirkumskrip tajam padakulit-Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan

Pada pemeriksaan fisik pada pasien yang didapat adalah terdapat bercak eritema yang disertai dengan gatal dan perih pada kedua tangannya sejak 2 minggu yan lalu. Dan kulit tangan juga menjadi kering. 2.2.Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontakiritan. Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan, tapi kegunaan pemeriksan penunjang adalah untuk mendukung keakuratan diagnosis. Beberapa tes yang dapat memberikan indikasi dari substansi yang berpotensimenyebabkan DKI. Tidak ada spesifik tes yang dapat memperlihatkan efekyang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan.1. Patch TestPatch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi yang digunakan harus tepat. Jika terlalu sedikit, dapat memberikan hasil negatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu tinggi dapa tterinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI. Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis,dengan dermatitis kontak yang rekuren.42. Kultur Bakteri Kultur bakteri dapat di lakukan pada kasus-kasus komplikasi infeksi sekunder bakteri.43. Pemeriksaan KOH Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikology pada infeksi jamur superficial infeksi candida, pemeriksaan ini tergantung tempat dan morfologi dari lesi.44. Pemeriksaan IgE IgE serum dapat diperiksa dengan metode ELISA. Ditemukan 80% pada penderita dermatitis atopic menunjukkan peningkatan kadar IgE dalam serum terutama bila disertai gejala atopic (alergi).4

3. Working DiagnosisDermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan nonimunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik,maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini. 5Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontakiritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu responbiologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibody spesifik. 5Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkankarena penyebabnya yang bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan bahan iritan serta munculnya ruam tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis muncul segera setelah pajanan dan tingkat keparahannya ditentukan berdasarkan kuantitas, konsentrasi, dan lamanya terpajan oleh bahan iritan tersebut.5Penanganan dermatitis kontak tidak selamanya mudah karena banyak dan seringnya faktor-faktor tumpang tindih yang memicu setiap kasus dermatitis.Pencegahan bahan-bahan iritasi kulit adalah strategi terapi yang utama pada dermatitis kontak iritan.54. Epidemiologi Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan.5Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit akupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational. Jugaberdasarkan survey tahunan dari institusi yang sama, bahwa incident rate untukpenyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95%dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitiskontak iritan.5Sebuah kusioner penelitian diantara 20.000 orang yang dipilih secara acakdi Sweden melaporkan bahwa 25% memiliki perkembangan gejala selama tahunsebelumnya. Orang yang bekerja pada industri berat, mereka yang bekerjabersentuhan dengan bahan kimia keras yang memiliki potensial merusak kulit danmereka yang diterima untuk mengerjakan pekerjaan basah secara rutin memilikifaktor resiko. Mereka termasuk : muda, kuat, laki-laki yang dipekerjakan sebagaipekerja metal, pekerja karet, terapist kecantikan,dan tukang roti.55. EtiologiDermatitis kontak iritan adalah penyakit multifaktor dimana faktor eksogen(iritan dan lingkungan) dan faktor endogen sangat berperan. Penyebab munculnya DKI adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita.6Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup, pada waktu yang sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan secara bertahap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis. Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum (suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Efek dari iritan merupakan concentration-dependent, sehingga hanya mengenai tempat primer kontak.6Pada orang dewasa, DKI sering terjadi akibat paparan terhadap bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, vehikulum, serta suhu bahan iritan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain, Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga berperan.6Faktor lingkungan juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak dibawah umur 8 tahun lebih muda teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak alergi lebih tinggi pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopic.Sistem imun tubuh juga berpengaruh pada terjadinya dermatitis ini. Pada orang-orang yang immunocompromised, baik yang diakibatkan oleh penyakit yang sedang diderita, penggunaan obat-obatan, maupun karena kemoterapi, akan lebih mudah untuk mengalami dermatitis kontak.6. PatogenesisKelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahaniritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang dihubungkan dengan dermatitis kontak iritan, yaitu:71. Hilangnya substansi daya ikat air dan lemak permukaan2. Jejas pada membran sel3. Denaturasi keatin epidemis4. Efek sitotoksik langsung

Gambar1 :(a-d) mekanisme imunologis terjadinya dermatitis kontak iritasi (DKI) . (a) bahan iritan fisik an kimia memicu pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainya yang disebut sinyal bahaya. (b) Sel epidermis dan dermis merespon adanya snyal bahaya tersebut. (c) Setelah itu, sitoin inflamasi dikeluarkan dari sel residen yang sudah terinfiltrasi. SItokin utama pada proes ini adalah CXCL 8 (bentuk yang dikenal adalah iL-8). (d) sebagai akibatnya ,dari produk sitokin inflamasi, banyak sel inflamasi termasuk neutrofil diserang dan dibawa pengaruh picuan inflamasi mengelarka mediator inflamasi.7

Pada respon iritan, terdapat komponen menyerupai respon imunologis yangdapat didemonstrasikan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai oleh pelepasanmediator radang, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit)yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasisebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan pelepasan sitokin-sitokinseperti Interleukin-1alfa (IL-1alfa), IL-1beta, tumor necrosis factor- alfa (TNF- alfa). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-alfa hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor(GM-CSF) dan IL-2 hinggatiga kali lipat. TNF- alfa adalah salah satu sitokin utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi MajorHistocompatibility Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin molecul-Ipada keratinosit.7

Pada dermatitis kontak iritan akut, mekanisme imunologisnya mirip dengan dermatitis kontak alergi akut. Namun, perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah keterlibatan darispesisif sel-T pada dermatitis kontak alergi akut. Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik di tempatterjadinya kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat. Ada dua jenis bahan iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kalikontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel di bawahnya oleh iritan.7

7. Gambaran KlinisDermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itujuga banyak hal yang mempengaruhi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis kontakiritan dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu:51. Dermatitis Kontak Iritan Akut Pada DKI, kulit akan terasa pedih atau panas, eritema, vesikel atau bulla. Luas kelainannya sebatas daerah yang terkena dan berbatas jelas. Pada beberapa individu, gejala subjektif (rasa terbakar mapun rasa tersengat) mungkin hanya satu-satunya manifestasi. Rasa sakit dapat terjadi pada beberapa detik dari pajanan. Spektrum perubahan kulit berupa eritema hingga vesikel dan bahan pajanan yang dapat membakar kulit dapat menyebabkan nekrosis. Secara klasik, pembentukan dermatitis akut biasanya sembuh setelah pajanan, dengan asumsi tidak ada pajanan ulang. Hal ini dikenal dengan descrendo phenomenon. Pada beberpa kasus tidak biasa, dermatitis kotak iritan dapat timbul beberapa bulan setelah pajanan, diikuti dengan resolusi lengkap. Bentuk DKI akut seringkali menyerupai luka bakar akiba bahan kimia, bulla besar atau lepuhan. Bentuk DKI akut ini jarang timbul dengan gambaran ekamatousa yang sering timbul pada dermatitis kontak.

Gambar 2: DKI akut akibat penggunaan pelarut industri52. Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD)Pada penyakit ini dermatitisnya, gejala obyektifnya tidak muncul hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan. Sebaliknya, gambaran klinik yang mirip dengan dermatitis kontak iritan akut. Contohnya: dermatitis yang disebabkan oleh serangga yang terbang pada malam hari, dimana gejalanya muncul keesokan harinya berupa eritema yang kemudian dapat menjadi vesikel bahkan nekrosis.3. Dermatitis kontak iritan Kronik (DKI Kumulatif)Penyakit ini juga disebut dermatitis kontak iritan kumulatif.Disebabkan oleh iritan lemah seperti (sabun, detergen dll). Dengan pajanan berulang ulang, biasanya lebih sering terjadi pada tangan. Kelainan pada kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu maupun bulan bahkan tahun. Sehingga waktu dan rentetan merupakan factor yang paling penting. Dermatitis kontak iriitan kronis ini yang paling sering ditemukan . Gejala melipti kulit kering, eritema, squama, dan lambat laut akan akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak berlangsung terus menerus. Gambar 3: DKI kronis akibat efek korosif dari semen5Distribusi penyakit ini biasanya terjadi pada tangan. Pada dermatitis konta iritan komulatif, biasanya di mulai dari sela-sela jari tangan dan kemudian menyebar kebagian dorsal dan telapak tangan. Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis). DKI kumulatif ini sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan pada tangan di bandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Contohnya: Tukang cuci, kuli bangunan, montir bengkel,juru masak, tukang kebun, panata rambut.4. Reaksi iritan Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya terlokalisasi. Di dorsum dari tangan dan jari Biasanya hal ini terjadi padaorang yang terpajan dengan pekerjaan basah. Reaksi iritasi dapat sembuh,menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif. Gambar 4: Reaksi iritan55. Reaksi Traumatik Reaksi traumatic dapat terbentuk setelah trauma akut pada panas atau laserasi. Biasanya terjadi pada tangan dan penyembuhan biasanya 6 minggu atau lebih lama. Pada proses penyembuhan, akan terjadi eritema, skuama, papul dan vesikel. Secara klinis gejala mirip dengan dermatitis numular.

Kandungan dari Sabun/ DetergenDetergen adalah pembersih sintesis campuran dri berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahanair. Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuciyang dapat diandalkan. Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.Bahan-bahan detergen 1. Surfaktan: Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung yang berbeda yaitu hidrofil dan hidrofob. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat katagori surfaktan:a. Anionik: Alkyl Benzene sulfonate (ABS) Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) Alpha Olein Sulfonate (AOS)b. Kationik : Garam ammoniumc. Non ionic : Nonyl phenol polyethoxyled. Amphoterik: Ecyl Ethylenediamines2. Builder :Builder (pembentuk), berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. a. Phospat: sodium tri poli phosphate b. Asetat : Nitril Tri Acetate Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)c. Silikat : Zeolitd. Sitrat : Asam sitrat 3. Filler : Bahan tambahan detergen yang menambah kuantitas contoh sodium sulfat4. Aditif :Aditif adalah tambahan untuk produk lebih menarik seperti pewangi, pemutih dll. Contoh : enzim, boraksSurfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit menjadi kasar, hilangnya kelembapan pada kulit sehingga kulit menjadi kering dan mudah teriritasi sehingga meimbulkan reaksi kemerahan. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik

8. Differetial Diagnosis 1. Dermatitis Kontak AlergiBerbeda dengan DKI, pada DKA, terdapat sensitasi dari pajanan/iritan.Gambaran lesi secara klinis muncul pada pajanan selanjutnya setelah interpretasi ulang dari antigen oleh sel T (memori) dan keluhan utama pada penderita DKA adalah gatal pada daerah pajanan. Pada Patch tes, didapatkan hasil positif untuk allergen yang telah diujikan, dan sensitifitasnya berkisar antara 70-80%.Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.Bahan-bahan yang biasanya merupakan allergen seperti nikel sulfat (bahan-bahan logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat-alat rumah tangga), formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-obatan),mercaptobenzotiazol(karet), tiuram(fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi).Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan allergen. Terdapat dua fase dalam proses pada dermatitis kontak alergi:81. Fase SensitisasiSebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten (alergen yang memilik berat molekul kecil yang dapat menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat dengan protein untuk membentuk antigen lengkap). Antigen ini kemudian berpenetrasi ke epidermis dan ditangkap dan diproses oleh antigen presenting cells (APC), yaitu makrofag, dendrosit, dan sel langerhan. Selanjutnya antigen dipresentasikan oleh APC ke sel T. sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3.2. Fase Elitasi/ eferenFase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi IL-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamine, sehinga terjadi vasodilatasi dan permeabiltas meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtikaria sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi, reaksi akan akan mnurun setelah 48 jam (reaksi tipe decressendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe crescendo)2. Dermatitis atopi Merupakan keadaan radang kulit kronik dan residif, disertai dengan gatal yang umumnya sering terjadi selama masa kanak-kanak dan bayi. Seiring berhubungan dengan peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga penderita. Oleh karena itu , pemeriksaan igE pada penderita dengan suspek DKI dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diagnosis dermatitis atopi. 9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari dermatitis kontak iritan dapat dilakukan dengan memproteksi atau menghindakan kulit dari bahan iritan. Selain itu, prinsip pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari bahan iritan,melakukan proteksi (seperti penggunaan sarung tangan), dan melakukan substitusi dalam hal ini,mengganti bahan-bahan iritan dengan bahanlain. Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan padapenderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:9.Farmakologi 1. Glukokortikoid Topikal Efek topical dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontroversional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan lama dari corticosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednisone pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tapering 10 mg.2. Antibiotik dan Antihistamin Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanismeantimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yangpenting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapihal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepatpenyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Terdapatpercobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untukmengobatibeberapa gejala simptomatis3. Emolien Pelembab yang digunakan 3-4 kali sehari adalah tatalaksana yang sangatberguna. Menggunakan emolien ketika kulit masih lembab dapatmeningkatkan efek emolien. Emolien dengan perbandingan lipofilik : hidrofilik yang tinggi diduga paling efektif karena dapat menghidrasi ulit lebih baik, pelembab ini cukup berguna untuk memperbaiki kulit kering.

10. Nonfarmakologi1. Hindari bahan iritan,2. menggunakan proteksi seperti penggunaan sarung tangan ketika tterpajan dengan iritan seperti detergen 3. Melakukan subtitusi dalam hal ini, mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan lain4. Kompres dingin dapat dilkukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini dapat diganti tiap 2-3 jam 11. Komplikasi Adapun komplikasi dari DKI adalah sebagai berikut:a. DKI meningkatkan resiko sensitisasi pengobatan topicalb. Lesi kulit dapat mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphilococcus aureusc. Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi post inflamasi pada area yang terkena DKId. Jaringan parut juga dapat muncul pada paparan bahan korosif dan ekskoriasi12. PrognosisPrognosis dari DKI ini baik jika pada individu non atopi dimana DKI dapat didiagnosis dan diobati dengan dengan baik. Bila bahan iritan tidak disingkirkan dengan sempurna, prognosisnya menjadi kurang baik, dimana kondisi ini sering terjadi pada DKI yang kronik yang disebabkan oleh multifactor. Kesimpulan Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien dan berdasarkan hasil anamnesis, serta dilakukan pemeriksaan lanjut, pasien diduga menderita dermatitis kontak iritan karena telah terpapar oleh bahan iritan seperti detergen atau sabun cuci. Jika pasien meghindari kontak dengan bahan iritan maka akan penyakit ini akan segera teratasi. Daftar Pustaka 1. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.Fitzpatricks Dermatology in general medicine.7th ed. New York: McGraw Hill;2008.p.396-401.2. AlimulA.Diagnosafisikpadaanak.Edisike-2.Jakarta:CVSagungSeto;2003.h.71-3.3. Swartz Mark. Buku ajar dignostik fisik.Jakarta: EGC .2001.h.50-34. Isselbacher,Braunwald,Wilson,dkk.Harrisonprinsip-prinsipilmupenyakitdalam.Jakarta: EGC;2004.h.316-9.5. Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A,Mochtar H, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-6 Jakarta:Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia; 2010.h.130-366. Davey Patrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga.2005.h.400-37. Corwin Elizabeth. Buku saku patofisiologi.Edisi ke-3.Jakarta: EGC.2010.h.106-9

17