bab 2 landasan teori dan kerangka...

35
6 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005,p4), Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal. Pengendalian persediaan bertujuan mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyediaan material. 2.2 Definisi dan Jenis Persediaan Persediaan merupakan salah satu aset terpenting dalam banyak perusahaan karena nilai persediaan mencapai 40% dari seluruh investasi modal. Manajer operasional sangat memahami bahwa persediaan merupakan hal yang krusial. Di satu sisi, perusahaan selalu berusaha mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan di tangan (on-hand), sementara itu di sisi lain pelanggan menjadi sangat tidak puas ketika jumlah persediaan mengalami kehabisan (stockout). Oleh karena itu perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat layanan pelanggan dan minimisasi biaya merupakan faktor penting dalam membuat keseimbangan ini. Dalam kasus produk fisik, organisasi harus menentukan apakah produk dihasilkan sendiri atau dibeli. Persediaan didefinisikan sebagai barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi,

Upload: hoangque

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

6

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005,p4), Pengendalian persediaan

merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu pihak

kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi

persediaan material dapat ditekan secara optimal. Pengendalian persediaan

bertujuan mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyediaan material.

2.2 Definisi dan Jenis Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aset terpenting dalam banyak perusahaan

karena nilai persediaan mencapai 40% dari seluruh investasi modal. Manajer

operasional sangat memahami bahwa persediaan merupakan hal yang krusial. Di

satu sisi, perusahaan selalu berusaha mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat

persediaan di tangan (on-hand), sementara itu di sisi lain pelanggan menjadi sangat

tidak puas ketika jumlah persediaan mengalami kehabisan (stockout). Oleh karena

itu perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi

persediaan dan tingkat layanan pelanggan dan minimisasi biaya merupakan faktor

penting dalam membuat keseimbangan ini. Dalam kasus produk fisik, organisasi

harus menentukan apakah produk dihasilkan sendiri atau dibeli.

Persediaan didefinisikan sebagai barang-barang yang biasanya dapat

dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat

penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi,

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

7

barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu

proyek atau sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu

dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan

dalam buku perusahaan, itulah apa yang dikatakan oleh Indrajit dan Djokopranoto

(2005,p3).

Sedangkan menurut (Zulfikarijah 2005,p4), Persediaan secara umum

didefinisikan sebagai stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi

produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen

Dan Schroeder mengatakan bahwa Persediaan atau inventory is a stock of

materials used to facilitate production or to satisfy customer demands, yang artinya

stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk

memuaskan permintaan konsumen (Schroeder2003, p318),. Disini terdapat

persamaan pendapat antara Schroeder dan Zulfikarijah mengenai definisi dari

persediaan.

Setiap perusahaan mempunyai jenis persediaan yang berbeda-beda

bergantung pada usaha yang dikelolanya sebagai contoh, persediaan dalam bidang

retail berupa barang-barang yang mereka jual, persediaan usaha pertamanan

adalah bermacam-macam tumbuhan, bunga dan pohon-pohonan, persediaan agen

persewaan mobil berupa mobil dan pemeliharaan rumah tangga berupa makanan,

pakaian, obat-obatan pada perusahaan seringkali disamakan sebagai produk akhir

yang siap dijual , tetapi juga berupa : bahan baku, komponen yang dibeli, tenaga

kerja, produk dalam proses, modal kerja, peralatan, mesin dan perlengkapan.

Dengan demikian persediaan dapat diklasifikasikan menjadi:

1 Persediaan bahan baku (raw material inventory) dibeli tetapi

tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

8

(yaitu, memisahkan) para pemasok dari proses produksi. Bagaimana

pun, pendekatan yang lebih disukai adalah menghapuskan keragaman

mutu, kuantitas, atau waktu pengiriman pemasok sehingga pemisahan

tidak lagi diperlukan.

2 Persediaan barang setengah jadi (working – in-process — WIP

inventory) adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami

beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya WIP disebabkan oleh

waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut silkus

waktu- cycle time). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi

persediaan. Sering kali tugas ini mudah : dalam sebagian besar waktu

yang digunakan untuk membuat sebuah produk ketika “sedang dibuat,”

sebenarnya produk tersebut tidak mengalami proses apapun, waktu

pekerjaan yang sebenarnya atau waktu “run” hanyalah sebagian kecil

dari waktu aliran material, mungkin hanya 5%

3 MRO(Maintenance/Repair/Operating) adalah persediaan yang

diperuntukkan bagi pasokan pemeliharaan / perbaikan / operasi yang

diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap

produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan

dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui. Walaupun

permintaan persediaan MRO sering merupakan sebuah fungsi jadwal

pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak dijadwalkan harus

diantisipasi.

4 Persediaan barang jadi (finished goods inventory) adalah produk

yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja

disimpan Karena permintaan pelanggan di masa depan tidak diketahui.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

9

2.2.1 Penyebab Timbulnya Persediaan

Menurut (Baroto2002, p53), hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya

persediaan antara lain:

• Mekanisme Pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang

tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan

waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan

hal yang sulit dihindarkan.

• Keinginan untuk Meredam Ketidakpastian

Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti, dalam

jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak

konstan antara 1 produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead

time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat

dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan

• Keinginan Melakukan Spekulasi

Yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa

mendatang.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Persediaan

Persediaan dapat membantu fungsi-fungsi penting yang akan

menambah fleksibilitas operasi perusahaan.. Menurut (Zulfikarijah 2005,p6),

Terdapat 7 tujuan penting dari persediaan yaitu :

1. Fungsi ganda

Fungsi utama persediaan adalah memisahkan proses produksi dan distribusi.

Pada saat penawaran atau permintaan item persediaan tidak teratur, maka

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

10

mengamankan persediaan merupakan keputusan yang terbaik. Sebagai contoh,

jika permintaan produk yang tinggi hanya terjadi pada waktu tertentu, maka

perusahaan akan berusaha memenuhi barang sesuai dengan permintaan dan

perusahaan akan berusaha memproduksi barang tersebut pada saat permintaan

rendah. Pemisahan produksi dari permintaan ini akan menghindarkan biaya

jangka pendek serta menghindari stock-out (kehabisan barang). Dengan kata

lain jika penawaran barang berfluktuasi, maka persediaan bahan baku

merupakan input yang penting dalam proses transformasi karena itu proses

produksi juga berfluktuasi dalam perusahaan. Pada saat hubungan dua proses

ini tidak selaras, maka persediaan dapat dipisahkan menjadi dua proses yang

akan dioperasikan sendiri-sendiri.

2. Mengantisipasi adanya inflasi

Persediaan dapat mengantisipasi perubahan harga dan inflasi, penempatan

persediaan kas dalam bank merupakan pilihan yang tepat untuk pengembalian

investasi. Disisi lain, persediaan mungkin akan meningkat setiap saat. Pada saat

seperti ini, maka persediaan merupakan investasi terbaik. Tentu saja, biaya dan

resiko biaya penyimpanan harus dipertimbangkan. Dalam beberapa kebijakan,

banyak perusahaan yang tidak melibatkan sumber daya manusia dalam hal ini.

3. Memperoleh diskon terhadap jumlah persediaan yang dibeli

Fungsi persediaan yang lain adalah memanfaatkan keuntungan dari diskon

terhadap jumlah persediaan yang dibeli. Banyak pemasok yang menawarkan

diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Pembelian dalam jumlah besar

secara substansi dapat mengurangi biaya produksi. Akan tetapi dengan

pembelian dalam jumlah besar kurang menguntungkan dalam hal: biaya

penyimpanan yang lebih tinggi, terjadinya kerusakan, kemungkinan terjadinya

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

11

pencurian dan biaya asuransi. Investasi terhadap persediaan yang terlalu besar

akan mengurangi kesempatan untuk melakukan investasi lain.

4. Menjaga adanya ketidakpastian

Dalam sistem persediaan terdapat ketidakpastian dalam hal : permintaan,

penawaran, dan waktu tunggu. Persediaan pengaman dijaga dalam persediaan

untuk memproteksi adanya ketidakpastian. Jika permintaan pelanggan

diketahui, akan layak (walaupun tidak selalu ekonomis) memproduksi pada

tingkat yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, tidak

dibutuhkan persediaan barang jadi, akan tetapi pada saat terjadi perubahan

permintaan, maka sistem harus segera dirubah untuk menyesuaikan kebutuhan

pelanggan dan untuk melayani agar pelanggan puas. Namun demikian,

persediaan pengaman barang jadi harus dijaga untuk mengantisipasi apabila

terjadi perubahan. Dengan demikian persediaan pengaman bahan baku juga

harus dijaga untuk mengantisipasi ketidakpastian pengiriman oleh penjual dan

persediaan pengaman barang dalam proses juga harus dijaga untuk

mengantisipasi terjadinya perubahan penjadwalan yang tepat.

5. Menjaga produksi dan pembelian yang ekonomis

Sering terjadi memproduksi skala ekonomis pada bahan baku dalam lot. Dalam

hal ini, lot diproduksi melebihi periode waktu dan tidak dilanjutkan ke produksi

sampai lot mendekati habis. Kondisi ini tentu saja memungkinkan

membengkaknya biaya persiapan (set-up) mesin produksi melebihi jumlah item

yang besar dan ini juga akan terjadi dalam pengunaan peralatan produksi pada

produk yang berbeda, hal serupa akan terjadi pada saat pembelian bahan baku.

karena biaya pemesanan, diskon jumlah pembelian dan biaya transportasi

seringkali lebih ekonomis pada pembelian dalam jumlah besar, maka sebagian

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

12

lot dapat dijadikan persediaan untuk penggunaan berikutnya. Hasil persediaan

dari pembelian atau produksi bahan baku dalam lot disebut dengan siklus

persediaan, dimana lot diproduksi atau dibeli dalam siklus dasar. Ini merupakan

tren dalam industri saat ini, akan tetapi mengurangi waktu persiapan dan biaya

yang demikian drastis merupakan alternatif produk atau proses yang pada

akhirnya akan menghasilkan ukuran lot yang lebih kecil dan persediaan yang

lebih rendah.

6. Mengantisipasi perubahan permintaan dan penawaran

Terdapat beberapa jenis situasi yang apabila terjadi perubahan permintaan dan

penawaran dapat diantisipasi yaitu pada saat harga atau kemampuan bahan

baku yang diharapkan berubah. Sumber antisipasi lain adalah rencana promosi

pemasaran yaitu sejumlah barang jadi dalam sejumlah besar stock untuk dijual.

Dalam kondisi tertentu perusahaan seringkali mengantisipasi permintaan

dikarenakan karyawannya dan persediaan juga dipergunkan untuk

mengantisipasi permintaan atau penawaran yang berubah secara alamiah.

7. Memenuhi kebutuhan terus-menerus

Persediaan transit terdiri dari bahan baku yang bergerak dari satu titik ke titik

lainnya. Persediaan ini dipengaruhi oleh keputusan lokasi pabrik, secara teknis

persediaan bergerak diantara tahapan-tahapan produksi dan di dalam pabrik

dapat juga diklasifikasikan dalam persediaan transit. Kadangkala persediaan

transit ini juga disebut dengan pipa saluran persediaan karena berada dalam

distribusi pipa saluran.

Melalui pengendalian sistem persediaan, efisiensi produksi dapat ditingkatkan.

tentunya untuk mencapai efisiensi ini, diperlukan suatu upaya pengoptimalan fungsi

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

13

persediaan. Menurut (Baroto2002, p53) terdapat beberapa fungsi persediaan antara

lain:

1. Fungsi Independensi

Persediaan bahan baku diadakan agar departemen-departemen dan proses

individual terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk

memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak

dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok.

Seringkali keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan

tanpa tergantung pada kedua hal ini (independen), maka persediaan harus

mencukupi.

2. Fungsi Ekonomis

Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan jumlah produksi (lot)

akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atau sesuai

permintaan.

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permintaan atau

pasokan. Seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan setelah

dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan

persediaan produk jadi agar tidak terjadi kekurangan persediaan (stock out).

Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku

akan terjadi kekurangan. Jadi, tindakan menimbun persediaan bahan baku

terlebih dahulu merupakan tindakan rasional.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

14

4. Fungsi Fleksibilitas

Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan

kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses, maka akan diperlukan

waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk ini tidak akan dihasilkan

untuk sementara waktu. Persediaan barang setengah jadi (work in process)

pada situasi ini akan merupakan faktor penolong untuk kelancaran proses

operasi. Hal lain adalah dengan adanya persediaan barang jadi, maka waktu

untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.

2.2.3 Biaya-Biaya Persediaan

Menurut (Zulfikarijah2005,p13), biaya persediaan merupakan semua

pengeluaran dan kerugian yang disebabkan oleh adanya persediaan. Biaya

persediaan ini di dalam perusahaan secara umum dibedakan menjadi empat

jenis, yaitu:

1. Biaya Pembelian (Purchasing cost)

Biaya pembelian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang,

jumlahnya tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga perunit

barang. Biaya pembelian ini menjadi sangat penting pada saat harga barang

dipengaruhi oleh ukuran pembelian yaitu adanya diskon harga (price discount /

price break) dimana harga perunit akan menurun pada saat jumlah pembelian

meningkat dan sebaliknya. Konsep ini di dalam prakteknya jarang sekali

dimasukkan dalam biaya total pembelian karena diasumsikan bahwa harga

barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli, sehingga

biaya pembelian untuk periode tertentu (satu tahun) adalah konstan dan tentu

saja tidak berpengaruh pada pengoptimalan berapa banyak barang yang

dipesan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

15

2. Biaya Pengadaan (Procurement cost)

Biaya pengadaan merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian

barang yang terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang

diperlukan berasal dari luar perusahaan. Biaya pemesanan adalah semua

pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkan barang dari

luar, biaya ini meliputi: biaya menentukan pemasok, pengetikan pesanan,

pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, biaya

pemeriksaan, biaya pengepakan, biaya telepon dan lain-lain. Biaya pemesanan

ini diasumsikan konstan untuk setiap kali melakukan pemesanan.

3. Biaya Penyimpanan (Carrying cost / Holding cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya

kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini

diwujudkan dalam bentuk prosentase nilai rupiah per unit waktu. Contohnya

15% biaya penyimpanan artinya 15 untuk setiap Rp 100 persediaan setiap

tahun, besarnya biaya penyimpanan ini berkisar antara 15-30% per tahun.

Biaya ini meliputi :

biaya modal (cost of capital)

biaya penyimpanan (cost of storage)

biaya keusangan / kedaluwarsa (obselence cost)

biaya kehilangan (loss cost)

biaya asuransi (insurance cost)

dan lain-lain.

4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost)

Biaya kekurangan persediaan merefleksikan konsekuensi ekonomis yang

disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

16

perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk

memperoleh peluang / keuntungan akan hilang atau konsumen dapat pindah ke

perusahaan lain karena permintaannya tidak terpenuhi yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada citra perusahaan. Adapun yang termasuk dalam biaya stock-

out adalah:

Jumlah barang yang tidak terpenuhi.

Waktu pemenuhan

Biaya pengadaan darurat

2.3 Pengertian Peramalan

Menurut Heizer dan Render(2005, p136) peramalan (forecasting) adalah

seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan

dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa

yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan

prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan menggunakan

kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari

seorang manajer.

Hanya sedikit bisnis yang dapat menghindari proses peramalan dan hanya menuggu

apa yang terjadi untuk kemudian mengambil kesempatan. Perencanaan yang efektif

baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada peramalan

permintaan untuk produk perusahaan tersebut.

2.3.1 Meramal Horizon Waktu

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang

dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori:

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

17

1) Peramalan Jangka Pendek

Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya

kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan

pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja,

dan tingkat produksi.

2) Peramalan Jangka Menengah

Peramalan jangka menengah, atau intermediate, umumnya mencakup

hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk

merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi,

anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana operasi.

3) Peramalan Jangka panjang

Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan

jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru,

pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta

penelitian dan pengembangan (litbang).

2.3.2 Tipe-tipe Peramalan

Menurut Heizer dan Render (2005, p138), organisasi pada umumnya

mengunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di

masa depan. Ketiga peramalan tersebut antara lain:

1) Peramalan ekonomi (economic forecast)

Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis

dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang

dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indikator perencanaan

lainnya.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

18

2) Peramalan Teknologi (technological forecast)

Peramalan Teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat

kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang

menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

3) Peramalan Permintaan (demand forecast)

Peramalan Permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan

untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut

juga peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas,

serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan

keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.

2.3.3 Model Peramalan Serial Waktu (Time –Series)

Menurut (Herjanto2004, p117), Model Peramalan Serial Waktu (deret

berkala, time series) adalah metode yang digunakan untuk menganalisis

serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan

bahwa beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan

pola dasar dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dan serial itu.

Tujuan analisis ini untuk menemukan pola deret variabel yang bersangkutan

berdasarkan nilai-nilai variabel pada masa sebelumnya, dan mengekstrapolasikan

pola itu untuk membuat peramalan nilai variabel tersebut pada masa datang.

Sedangkan menurut Heizer dan Render(2005, p141), Model Time-series

adalah suatu teknik peramalan yang menggunakan sekumpulan data masa lalu

untuk melakukan peramalan. Model Time-series membuat prediksi dengan asumsi

bahwa masa depan merupakan fungsi masa lalu. Dengan kata lain, mereka

melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu, dan menggunakan data

masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Jika kita memperkirakan

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

19

penjualan mingguan mesin pemotong rumput, kita menggunakan data penjualan

minggu lalu untuk membuat ramalan.

2.3.4 Jenis Pola Data dalam Serial Waktu

Analisis serial waktu dimulai dengan memplot data pada suatu skala waktu,

mempelajari plot tersebut dan akhirnya mencari suatu bentuk atau pola yang

konsisten atas data. Pola dari serangkaian data dalam pola dasar sebagai berikut:

1. Konstan, yaitu apabila data berfluktuasi di sekitar rata-rata secara

stabil. Polanya berupa garis lurus horizontal. Pola seperti ini terdapat

dalam jangka pendek atau menengah, jarang sekali suatu variabel

memiliki pola konstan dalam jangka panjang.

2. Kecenderungan (trend), yaitu apabila data dalam jangka panjang

mempunyai kecenderungan, baik yang arahnya meningkat dari waktu

ke waktu maupun menurun. Pola ini disebabkan antara lain oleh

bertambahnya populasi, perubahan pendapatan, dan pengaruh budaya.

3. Musiman (seasonal), yaitu apablia polanya merupakan gerakan yang

berulang-ulang secara teratur dalam setiap periode tertentu, misalnya

tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan atau mingguan. Pola ini

berhubungan dengan faktor iklim / cuaca atau faktor yang dibuat oleh

manusia, seperti liburan dan hari besar.

4. Siklus (cyclical), yaitu apabila data dipengaruhi oleh fluktuasi

ekonomi jangka panjang, seperti daur hidup bisnis. Perbedaan utama

antara pola musiman dan siklus adalah pola musiman mempunyai

panjang gelombang yang tetap dan terjadi pada jarak waktu yang

tetap, sedangkan pola siklus memiliki durasi yang lebih panjang dan

bervariasi dari satu siklus ke siklus yang lain.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

20

5. Residu atau variasi acak, yaitu apabila data tidak teratur sama

sekali. Data yang bersifat residu tidak dapat digambarkan

2.3.5 Metode Peramalan untuk Model Time-Series

Pengolahan data kuantitatif dari serial waktu dapat dilakukan melalui

metode peramalan kuantitatif yang menggunakan data masa lalu, yang terdiri

dari:

1. Metode rata-rata Bergerak

merupakan metode peramalan yang menggunakan rata-rata dari sejumlah

(n) data terkini untuk meramalkan periode mendatang. Secara matematis,

rata-rata bergerak sederhana dinyatakan sebagai:

Rata-rata bergerak = n

sebelumyaperiodentaanper∑ min

Dimana:

n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak

2. Metode Rata-rata Bergerak dengan pembobotan

Saat ada tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk

menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat

teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang

lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot

merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan

mereka. Oleh Karena itu, penentuan bobot yang mana yang digunakan

membutuhkan pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode

terakhir diberi bobot yang terlalu berat, peramalan dapat menggambarkan

perubahan yang terlalu cepat yang tidak biasa pada permintaan atau pada

penjualan.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

21

Rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara

matematis sebagai berikut

Rata-rata Bergerak dengan pembobotan =

∑∑

bobotnperiodepadataanpernperiodepadabobot )min)((

3. Metode Penghalusan Eksponensial

Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) merupakan metode

peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan dimana data diberi

bobot oleh sebuah fungsi eksponensial.

Rumus Penghalusan Eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Peramalan baru =

peramalan periode lalu + α (permintaan aktual periode lalu – peramalan

periode lalu)

dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan (smoothing

constant), yang dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1.

persamaan diatas secara matematis dapat ditunjukkan sebagai berikut:

F t = F 1−t + α (A 1−t - F 1−t )

Dimana:

F t = peramalan baru

F 1−t = peramalan sebelumnya

α = konstanta penghalus (pembobot) (0≤ α ≤ 1)

A 1−t = permintaan aktual periode lalu

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

22

2.3.6 Menghitung Kesalahan Peramalan

Kesalahan peramalan mengatakan seberapa baik kinerja suatu model

dibandingkan dengan model itu sendiri dengan menggunakan data masa lalu.

Keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan rata-rata bergerak,

penghalusan eksponensial atau lainnya dapat dijelaskan dengan membandingkan

nilai yang diramal dengan nilai aktual atau nilai yang sedang diamati. Jika

F t melambangkan peramalan pada periode t dan A t melambangkan permintaan

aktual pada periode t, maka kesalahan peramalan (deviasi) adalah

Kesalahan peramalan = Permintaan aktual – Nilai Peramalan

= A t - F t

tiga dari perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan

peramalan (forecast error) total, dimana perhitungan ini juga dapat digunakan

untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, untuk mengawasi

peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik yaitu:

Deviasi rata-rata Absolut (Mean Absolute Deviation-MAD)

MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk

sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut

dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n):

MAD = n

taanperaktual∑ − min

Kesalahan rata-rata kuadrat (Mean Squared Error- MSE)

MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan

dan yang diamati. Rumusnya adalah

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

23

MSE = n

peramalankesalahan∑ 2)(

Kesalahan persen rata-rata absolute (Mean Absolute Percent

Error- MAPE)

MAPE merupakan rata-rata diferensiasi absolut antara nilai peramalan

dan aktual yang dinyatakan sebagai persentase nilai aktual. MAPE

dihitung sebagai berikut:

MAPE = n

aktualramalanaktualn

i iii∑

=

−1

100

2.4 Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule-MPS)

Menurut (Gasperz2002, p141), Jadwal Produksi Induk (Master Production

Schedule) adalah satu set perencanaan yang menggambarkan berapa jumlah yang

akan dibuat untuk setiap item akhir pada periode tertentu.

Menurut (Herjanto2004, p260) Jadwal Produksi Induk merupakan gambaran

atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog,

rencana suplai / penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan

tersedia (Available To Promise, ATP). MPS mengendalikan MRP dan merupakan

masukan utama dalam proses MRP.

Sedangkan menurut Menurut Heizer dan Render(2005, p162),Jadwal

Produksi Induk dapat dinyatakan dalam istilah sebagai berikut:

Pesanan pelanggan pada sebuah perusahaan dengan pusat kerja

(membuat berdasarkan pesanan – make-to-order)

Modul pada sebuah perusahaan berulang (merakit berdasarkan

persediaan –assemble-to stock)

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

24

Sebuah barang jadi pada sebuah perusahaan berlanjut (membuat

berdasarkan persediaan – make-to-stock)

2.4.1 Fungsi Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule-MPS)

Menurut (Gasperz2002,p142) Jadwal Produksi Induk pada dasarnya

memiliki 4 fungsi utama, yaitu:

a) Menyediakan atau memberi input utama kepada sistem perencanaan

kebutuhan material dan kapasitas

b) Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and

purchase orders) untuk item-item jadwal produksi induk

c) Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan

kapasitas

d) Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk

(delivery promises) kepada pelanggan

2.4.2 Masukan bagi Jadwal Produksi Induk(Master Production Schedule-MPS)

Menurut (Gasperz2002, p142), Sebagai suatu aktivitas proses,

penjadwalan produksi induk (Master Production Schedule-MPS) membutuhkan 5

input utama yaitu:

1) Data permintaan total

Merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi

induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan dan

pesanan-pesanan

2) Status Inventory

Berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang

dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan –

pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

25

purchase orders), dan Firm planned orders. MPS harus mengetahui secara

akurat berapa banyak inventory yang tersedia dan menentukan berapa

banyak yang harus dipesan.

3) Rencana Produksi

Memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus

menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventory, dan

sumber daya lain dalam produksi itu.

4) Data perencanaan

Berkaitan dengan aturan-aturan tentang Lot Sizing yang harus digunakan,

shrinkage factor, stock pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead

time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari

item (Item Master File)

5) Informasi dari RCCP (Rough Cut Capacity Planning)

Berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi

salah satu input bagi MPS

2.4.3 Format Penyusunan Jadwal Produksi Induk (Master Production

Schedule-MPS)

Bentuk umum dari MPS adalah sebagai berikut:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

26

Tabel 2.1

Tabel Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule-MPS)

MPS Lot size Lead Time : Safety Stock:

On Hand : Demand Time Fences:

Planning Time Fences

Period 0 1 2 3 4 5 6 Forecast Scheduled Receipts Projected Available Balance Available to Promise Master Scheduled

Sumber: Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21

Keterangan untuk tabel diatas adalah sebagai berikut:

1) Lead Time

Menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk memprediksi atau membeli suatu

item

2) On Hand

Adalah posisi inventory awal yang secara fisik tersedia dalam stock, yang

merupakan kuantitas dari item yang ada dalam stock

3) Lot Size

Adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik / pemasok

4) Safety Stock

Adalah stock tambahan dari item yang direncanakan untuk berada dalam

inventory yang dijadikan sebagai stock pengaman guna mengatasi fluktuasi

dalam ramalan penjualan, pesanan-pesanan pelanggan dalam waktu

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

27

singkat, kebijaksanaan manajemen berkaitan dengan stabilisasi dari sistem

manufacturing semakin stabil kebijaksanaan stock pengaman dapat

diminimumkan

5) Demand Time Fences (DTF)

Adalah periode mendatang dari Jadwal Produksi Induk(Master Production

Schedule-MPS) dimana, dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap

MPS tidak diizinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian

biaya yang besar akibat ketidaksesuaian / kekacauan jadwal.

6) Planning Time Fences (DTF)

Adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam hal ini, perubahan-

perubahan terhadap MPS dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian /

kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian dalam biaya

7) Time Periods For display

Adalah banyaknya periode waktu yang ditampilkan dalam format MPS

8) Sales plan (Sales Forecast)

Merupakan rencana penjualan dan peramalan penjualan untuk item yang

dijadwalkan itu.

9) Actual Orders

Merupakan pesanan – pesanan yang diterima dan bersifat pasti

10) Projected Available Balances (PAB)

Merupakan proyeksi on-hand inventory dari waktu ke waktu selama horizon

perencanaan Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule-MPS),

yang menunjukkan status inventory yang diproyeksikan pada akhir dari

setiap periode waktu dalam horizon perencanaan Jadwal Produksi

Induk(Master Production Schedule-MPS)

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

28

11) Available To Promise (ATP)

Merupakan informasi yang sangat berguna bagi departemen pemasaran

untuk mampu memberikan jawaban-jawaban yang tepat terhadap

pernyataan pelanggaran tentang “ Kapan anda dapat mengirimkan item

yang telah dipesan itu?” nilai ATP memberikan informasi tentang berapa

banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu

tersedia untuk pesanan pelanggan sehingga berdasarkan informasi itu

bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat pada pelanggan.

12) Master Schedule

Merupakan jadwal produksi / manufacturing yang diantisipasi (anticipated

manufacturing Schedule) untuk item tertentu

2.5 Daftar Kebutuhan Bahan (Bill OF Material – BOM)

Menurut (Herjanto2004, p260) Daftar Kebutuhan Bahan (Bill OF Material –

BOM) adalah daftar dari produk dan komponen yang diperlukan untuk dirakit atau

dicampur agar menjadi produk akhir.

Sedangkan menurut Heizer dan Render(2005, p164) Daftar Kebutuhan

Bahan (Bill OF Material – BOM) adalah sebuah pembuatan daftar komponen,

komposisi, dan jumlah dari setiap bagian yang diperlukan untuk membuat satu unit

produk.

2.6 Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning – MRP)

Menurut Heizer dan Render(2005, p160) perencanaan kebutuhan material

(Material Requirement Planning – MRP) merupakan sebuah teknik permintaan terikat

yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang diperkirakan,

dan jadwal produksi induk untuk menentukan kebutuhan material.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

29

Sedangkan menurut (Herjanto2004, p257) perencanaan kebutuhan material

(Material Requirement Planning – MRP) adalah suatu konsep dalam manajemen produksi

yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses

produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang

direncanakan.

2.6.1 Tujuan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Menurut (Herjanto2004, p258), secara umum, sistem Perencanaan Kebutuhan

Material (Material Requirement Planning – MRP) dimaksudkan untuk mencapai tujuan

sebagai berikut:

Meminimalkan persediaan

Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning – MRP)

menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan

disesuaikan dengan jadwal produksi induk (Master Production Schedule).

Dengan menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) atas komponen

yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang

diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan

Mengurangi resiko karena Keterlambatan Produksi atau

Pengiriman

Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning – MRP)

mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari

segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi

maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil

resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan

terganggunya rencana produksi.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

30

Komitmen yang realistis

Dengan Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning –

MRP), jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana,

sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih

realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan

konsumen.

Meningkatkan Efisiensi

Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning – MRP)

juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu

produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik

sesuai dengan jadwal produksi induk

2.6.2 Kemampuan Sistem MRP

Menurut (Nasution2003, p129) ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama

dari sistem MRP, yaitu:

1) Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus

diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi permintaan

atas produk akhir yang sudah direncanakan pada jadwal produksi induk

2) Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan

secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua

kebutuhan minimal setiap item komponen

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

31

3) Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan

terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar

atau dibuat sendiri.

4) Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal

yang sudah direncanakan

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan

pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk

melakukan rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan

yang realistis. Jika penjadwalan masih tidak memungkinkan untuk memenuhi

pesanan, berarti perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen,

sehingga perlu dilakukan pembatalan atas pesanan konsumen tersebut.

2.6.3 Masukan Bagi Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Menurut (Gasperz2002, p178) Perencanaan Kebutuhan Material (Material

Requirement Planning – MRP) membutuhkan lima sumber informasi utama yaitu:

Jadwal Produksi Induk(Master Production Schedule-MPS)

Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule-MPS) merupakan suatu

pernyataan definitive tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan

untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan

dibutuhkan dan bilamana produk itu akan diproduksi

Daftar Kebutuhan Bahan (Bill OF Material – BOM)

Daftar Kebutuhan Bahan (Bill OF Material – BOM) merupakan daftar dari

semua material, parts, dan subassemblies, serta kuantitas dari masing-

masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent

assembly. Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

32

– MRP) menggunakan Daftar Kebutuhan Bahan (Bill OF Material – BOM)

sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material yang

dibutuhkan untuk setiap periode waktu.

Item Master

Item Master merupakan suatu komponen file yang berisi informasi status

tentang material, parts, subassemblies, dan produk-produk yang

menunjukkan kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated

quantity), waktu tunggu yang direncanakan (planned lead time), ukuran lot

(Lot size), stok pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau

hasil, dan berbagai informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu

item.

Pesanan – pesanan (Orders)

Pesanan – pesanan (Orders) akan memberitahukan tentang berapa banyak

dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock-

on-hand dimasa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis pesanan,

yaitu shop orders or work orders or manufacturing orders berupa pesanan –

pesanan yang akan dibuat atau diproduksi di dalam pabrik, dan purchase

orders yang merupakan pesanan – pesanan pembelian suatu item dari

pemasok eksternal. Kita juga dapat mengkategorikan pesanan – pesanan

yang datang (incoming orders) apabila dari shop orders atau purchase

orders dalam bentuk yang berbeda, yang memberitahukan apakah pesanan

– pesanan itu telah dikeluarkan (released orders) atau apakah pesanan itu

masih berupa rencana yang belum dikeluarkan (planned orders)

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

33

Kebutuhan-kebutuhan (Requirements)

Kebutuhan-kebutuhan (Requirements) akan memberitahukan tentang

berapa banyak dari masing – masing item itu dibutuhkan, sehingga akan

mengurangi stock-on-hand di masa mendatang. Pada dasarnya terdapat

dua jenis kebutuhan, yaitu:

kebutuhan internal yang biasanya digunakan dalam pabrik untuk

membuat produk lain

kebutuhan eksternal yang akan dikirim ke luar pabrik berupa :

pesanan pelanggan (customers orders), service parts, dan sales

forecast.

Suatu catatan kebutuhan biasanya berisi informasi tentang: nomor item

yang dibutuhkan, kuantitas yang dibutuhkan, waktu yang dibutuhkan,

kuantitas yang telah dikeluarkan dari stockroom, dan lain-lain.

2.6.4 Proses Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning –

MRP)

Menurut (Herjanto2004, p263) kebutuhan untuk setiap komponen yang

diperlukan dalam melaksanakan MPS dihitung dengan menggunakan prosedur sebagai

berikut:

1. Netting, yaitu jumlah kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar dengan

memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang

ada, dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan.

2. konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas – kuantitas pemesanan

3. menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktunya yang tepat dengan

cara menghitung mundur (backward scheduling) dari waktu yang dikehendaki

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

34

dengan memperhitungkan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan komponen

yang bersangkutan

4. menjabarkan rencana produksi produk akhir ke kebutuhan kasar untuk

komponen – komponennya melalui daftar material

2.6.5 Format Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning –

MRP)

Tabel 2.2

Tabel Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

MRP Description: Lead Time : Lot size: On Hand : Safety Stock : Period 0 1 2 3 4 5 6 Gross Requirement Scheduled Receipts Project On Hand Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release

Sumber: Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21

Keterangan untuk tabel di atas adalah sebagai berikut:

1) Lead time

Merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan

sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan

2) On Hand

Merupakan inventory on hand yang menunjukkan kuantitas dari item yang secara

fisik ada dalam stock room

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

35

3) Lot Size

Merupakan kuantitas pesanan (Order Quantity) dari item yang memberitahukan MRP

berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta teknik Lot-Sizing apa yang

dipakai.

4) Safety Stock

Merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi

fluktuasi dalam permintaan (demand) dan atau penawaran (supply)

5) Gross Requirement

Merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi

(anticipated requirements) untuk setiap periode waktu

6) Schedule Receipts

Adalah jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan

pesanan yang dibuat.

7) Net Requirement

Adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu sistem yang diperlukan untuk dapat

memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang akan datang

8) Planned Order Receipts

Menyatakan kuantitas pesanan pengisian kembali (pesanan manufacturing dan atau

pesanan pembelian) yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode

tertentu guna memenuhi kebutuhan bersih (Net Requirement).

9) Planned Order Release

Merupakan kuantitas planned order release yang ditempatkan atau dikeluarkan

dalam periode tertentu, agar item yang dipesan itu akan tersedia pada saat

dibutuhkan. Item yang tersedia pada saat dibutuhkan tidak lain adalah kuantitas

planned order receipts yang ditetapkan menggunakan lead time off set.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

36

2.6.6 Teknik Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing)

Menurut (Herjanto2004, p271) terdapat beberapa teknik penentuan ukuran lot,

yang terdiri dari:

1. Lot For Lot (LFL)

Metode Lot For Lot (LFL) atau metode persediaan minimal berdasarkan pada ide

menyediakan persediaan (memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah

persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jika pesanan dapat dilakukan dalam

jumlah berapa saja, pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya diperlukan

(Lot For Lot) menghasilkan tidak adanya persediaan. Biaya yang timbul hanya

berupa biaya pemesanan. Metode ini mengandung resiko yang tinggi. Apabila terjadi

keterlambatan dalam pengiriman barang, mengakibatkan terhentinya produksi, jika

persediaan itu berupa bahan baku, atau tidak terpenuhinya permintaan pelanggan

apabila persediaan itu berupa barang jadi. Namun, bagi perusahaan tertentu seperti

yang menjual barang-barang yang tidak tahan lama, metode ini merupakan satu-

satunya pilihan yang terbaik.

2. Economic Order Quantity (EOQ)

Apabila menggunakan pendekatan EOQ, ukuran lotnya sebagai berikut

EOQ = H

SD2

Dengan

D = jumlah kebutuhan barang

S = Biaya pemesanan

H = Biaya Penyimpanan

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

37

3. Period Order Quantity (POQ)

Metode ini sering disebuit juga dengan metode uniform order cycle, merupakan

pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak seragam dalam

beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model EOQ untuk

mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka ini selanjutnya

dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya dibulatkan ke

dalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang

dicakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungan di atas dapat diselesaikan dengan

rumus, sebagai berikut:

POQ =HDS

.

.2

Dengan

D = rata-rata kebutuhan

4. Part – Period Balancing (PPB)

Metode ini merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk

suatu kebutuhan material yang tidak seragam menjadi lot-lot yang dapat

memperkecil total biaya persediaan. Meskipun tidak menjamin diperolehnya biaya

total yang minimum, metode ini memberikan pemecahan yang cukup baik. Metode

ini mirip dengan model EOQ yang berusaha membuat biaya penyimpanan sama

dengan biaya pemesanan. Namun, berbeda dengan model EOQ, metode ini dapat

menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang

dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran Lot dicari denagn

menggunakan pendekatan periode – bagian yang ekonomis (economic part period,

EPP), yaitu dengan membagi biaya pemesanan (biaya set-up) dengan biaya

penyimpanan per unit per periode.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

38

EPP = periodeperunitnpenyimpanabiaya

upsetpemesananbiaya/

)( −

2.7 Kerangka Pemikiran

Penjelasan kerangka Pemikiran:

Untuk mengusulkan suatu sistem Perencanaan Kebutuhan Material (Material

Requirement Planning – MRP) yang merupakan sebuah teknik permintaan terikat

yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang

diperkirakan, dan jadwal produksi induk untuk menentukan kebutuhan material,

diperlukan sejumlah data sebagai masukan, terutama Jadwal Produksi Induk

(Master Production Schedule-MPS), dimana jadwal induk produksi merupakan

gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan,

backlog, rencana suplai / penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang

dijanjikan tersedia (available to promise, ATP). Untuk menyusun Jadwal Produksi

Induk(Master Production Schedule-MPS) ini, memerlukan sejumlah data yang harus

diolah dulu, seperti data penjualan yang akan diplotkan untuk mengetahui polanya,

lalu digunakan untuk meramalkan permintaan pada periode 6 bulan mendatang dari

akhir periode penjualan yang diteliti, lalu dari data biaya (yang berisi besarnya biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan untuk bahan baku kertas carbon less baik yang

import maupun lokal), catatan persediaan (yang berisi jumlah persediaan akhir

masing-masing bahan baku pada periode penelitian berjalan, untuk keperluan

perbandingan jumlah persediaan antara persediaan dengan sistem yang selama ini

berjalan dalam perusahaan dengan jumlah persediaan yang didapat melalui

penerapan sistem MRP ), lalu Daftar Kebutuhan Bahan (Bill OF Material – BOM)

adalah sebuah pembuatan daftar komponen, komposisi, dan jumlah dari setiap

bagian yang diperlukan untuk membuat satu unit produk(yang berisi bahan baku

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

39

penyusun kertas carbon less). Setelah MRP disusun, total biaya persediaan

(terutama yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan) yang

diperhitungkan dari masing-masing metode MRP dibandingkan guna mendapatkan

metode MRP yang memberikan Total Biaya Persediaan yang paling minimal. Setelah

didapatkan suatu metode MRP yang memberikan total biaya persediaan yang paling

minimal, lalu hasil biaya persediaan tersebut dibandingkan lagi dengan total biaya

persediaan pada sistem pengendalian persediaan bahan baku kertas carbon less

yang terjadi di perusahaan, untuk mengetahui apakah dengan sistem pengendalian

yang selama ini digunakan sudah menghasilkan biaya persediaan yang minimum,

kalau belum dan bila hasil dari perhitungan MRP ini menghasilkan biaya persediaan

yang lebih minimum maka, sistem MRP ini cocok untuk diusulkan ke perusahaan

guna memberikan kontribusi bagi perusahaan, kalau dengan sistem tersebut

perusahaan memperoleh kesempatan untuk menginvestasikan biaya yang berlebih

ke bidang lain atau untuk biaya pemeliharaan mesin produksi dan lainnya. Selain itu

jika sistem MRP ini menghasilkan total biaya persediaan yang lebih minimum dari

sistem pengendalian yang ada, maka ukuran lot yang dihasilkan juga

mengindikasikan bahwa dengan sejumlah itu maka perusahaan dapat beroperasi

lebih optimal dimana permasalahan kelebihan dan persediaan bahan baku kertas

carbon less dapat diminimalisir. Lalu dianalisis pengaruh penerapan metode MRP,

jika hasilnya berdampak positif bagi perusahaan maka dibuat rencana implementasi

dan sebaliknya.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00384-MN-Bab 2.pdf · untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup

40

Data Penjualan

Data Biaya

Peramalan Permintaan

Data Persediaan

Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule – MPS)

Daftar Kebutuhan Bahan / Struktur Produk dan

Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning - MRP)

MRP EOQ MRP POQ MRP PPB

Analisis Perbandingan Total Biaya Persediaan (yang terdiri dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan ) yang dihasilkan antara metode berjalan dengan metode MRP (dengan Total Biaya Persediaan yang paling kecil diantara ke-4 metode)

Analisis Pengaruh Penerapan MRP Bagi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills

Positif

Usulan perbaikan melalui Rencana Implementasi

negatif

Tanpa rencana untuk implementasi

MRP Lot For Lot