bab 1, 2, 3

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, 1

Upload: tia-nagzz-wbs

Post on 11-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1, 2, 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya

kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Masalah kesehatan

masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan

remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu

dan lain sebagainya.

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah

dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan

masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat

dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.

Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah

mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan

kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Strategi yang dikembangkan

adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa

memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh

penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa

Siaga. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat makalah yang bejudul

“Desa Siaga”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskannya beberapa masalah, yaitu :

1. Apakah definisi dari Desa Siaga?

2. Apakah tujuan dibentuknya Desa Siaga?

3. Apakah landasan hukum terbentuknya Desa Siaga?

4. Siapakah sasaran pembentukan Desa Siaga?

5. Apakah komponen dari Desa Siaga?

6. Bagaimanakah langkah-langkah pengembangan Desa Siaga?

1

Page 2: Bab 1, 2, 3

7. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan di Desa Siaga?

8. Apakah indikator keberhasilan pembentukan Desa Siaga?

9. Apakah peran dan fungsi tokoh masyarakat dalam pembentukan Desa Siaga?

10. Apakah peran dan fungsi kader dalam pembentukan Desa Siaga?

11. Apakah peran jajaran kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi dari Desa Siaga.

2. Untuk mengetahui tujuan umum dan khusus dibentuknya Desa Siaga.

3. Untuk mengetahui landasan hukum terbentuknya Desa Siaga.

4. Untuk mengetahui sasaran pembentukan Desa Siaga.

5. Untuk mengetahui komponen dari Desa Siaga.

6. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan Desa Siaga.

7. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan di Desa Siaga.

8. Untuk mengetahui indikator keberhasilan pembentukan Desa Siaga.

9. Untuk mengetahui peran dan fungsi tokoh masyarakat dalam pembentukan Desa

Siaga.

10. Untuk mengetahui peran dan fungsi kader dalam pembentukan Desa Siaga.

11. Untuk mengetahui peran jajaran kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Agar dapat mengetahu dan memahami mengenai Desa Siaga yang meliputi definisi,

tujuan, landasan hukum, sasaran, komponen, langkah-langkah pembentukan, pelaksanaan

kegiatan, indikator keberhasilan, peran dan fungsi tokoh masyarakat, peran dan fungsi kader,

serta peran jajaran kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga.

2

Page 3: Bab 1, 2, 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,

bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi

desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007). Desa Siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia

untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam Desa Siaga adalah

kelurahan/istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengukur kepentingan masyarakat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan RI.

2.2 TUJUAN DESA SIAGA

a. Tujuan Umum

Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap

masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya

kesehatan dan melaksanakan PHBS.

2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan.

3. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.

4. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan

bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit,

dsb)

2.3 LANDASAN HUKUM DESA SIAGA

Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes / SK / IV / 2000 telah

ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut

menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang

sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan

3

Page 4: Bab 1, 2, 3

yang bermutu secara adil  dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Beberapa landasan hukum pelaksanaan desa siaga :

UU No.23 Th.1992 tentang kesehatan

UU No.32 Th.2004 tentang Pemerintah Daerah

UU No.25 Th.2005 tentang Perencanaan Pembangunan

PP No.25 Th.2004 tentang Otonomi Daerah

Keputusan Menkes No.128 / Menkes / SK / II /2004 Th.2004 tentang Kebijakan Dasar

Puskesmas

Keputusan Menkes No.131 / Menkes / SK / II/ 2004 tentang SKN.

2.4 SASARAN DESA SIAGA

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok,

yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga kelompok tersebut

adalah :

Sasaran Primer :

Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup

sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

Sasaran Sekunder :

Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga di

desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut

yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK, dan

lain – lain.

Sasaran Tersier :

Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-

undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat, Kepala Desa, pejabat

pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur, dan lain-lain.

2.5 KOMPONEN DESA SIAGA

Kriteria desa siaga :

Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang

dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar

bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai suatu sarana kesehatan yang

merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.

Pelayanan di poskesdes dapat meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif

4

Page 5: Bab 1, 2, 3

(penyuluhan), dan kuratif pengobatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama

bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.

Kegiatan-kegiatan dalam sebuah poskesdes merupakan kegiatan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat, secara minimal berupa :

1. Pengamatan epidemologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular

dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), dan faktor-

faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.

2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang

berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk status gizi).

3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.

4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.

5. Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar

gizi (kadarzi), peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan, dll, merupakan kegiatan

pengembangan.

Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan

dibantu minimal 2 orang kader kesehatan. Untuk penyelenggaraan poskesdes, harus

tersedia sarana fisik yang meliputi bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan.

Beberapa alternatif pembangunan poskesdes dapat dilakukan dengan urutan sebagai

berikut :

1. Mengembangkan rumah pondok bersalin desa (polindes) yang telah ada di

poskesdes.

2. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya balai RW, balai desa,

balai pertemuan desa, dan lain-lain.

3. Membangun bangunan baru, yaitu dengan pendanaan dari pemerintah (pusat atau

daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

2.6 LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Pengembangan Desa siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi/mendampingi

masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan

masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian

masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-tahap :

1. Mengindentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya yang dapat

dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.

2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

5

Page 6: Bab 1, 2, 3

3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan

melaksanakannya

4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah

dilakukan.

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar langkah-

langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Tim Petugas

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya

dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang

berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.

Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi ,pertemuan atau pelatihan yang

bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output

dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap

bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku

kepentingan dan masyarakat.

2. Pengembangan Tim di Masyarakat

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,

serta masyarakat ( forum masyarakat desa ), agar mereka tahu dan mau bekerjasama

dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk

kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan

dukungan, baik berupa kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik

berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain,

sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan

pendekatan kepada tokoh - tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan

mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang

kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat

berupa dukungan moral, dukungan finasial atau dukungan material, sesuai

kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan desa siaga.

Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah - wadah kegiatan masyarakat di

bidang kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil Kesehatan Kecamatan atau

Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi

kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap

pertemuan dan kesepakatan.

3. Survei Mawas Diri

6

Page 7: Bab 1, 2, 3

Survei Mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self

Survey (CSS) bertujuan agar pemuka - pemuka masyarakat mampu melakukan telaah

mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat

setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka

menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau

tekat untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya

mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,

sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.

Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah - masalah

kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi

masalah - masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.

4. Musyawarah Masyarakat Desa

Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini adalah mencari

alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes dikaitkan

dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu juga untuk menyusun rencana

jangka panjang pengembangan Desa Siaga.

Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat

yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah

adalah tokoh - tokoh masyarakat, tokoh - tokoh perempuan dan generasi muda

setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau

mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan

advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan , utamanya

adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat.

Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, serta

langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan Pengembangan Desa

Siaga.

2.7 PELAKSANAAN KEGIATAN

Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga

Pemilihan Pengurus dan kader Desa siaga dilakukan melalui pertemuan

khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil

7

Page 8: Bab 1, 2, 3

masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan

tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

2. Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga.

Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah

ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman

orientasi/pelatihan yang berlaku.

Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di

desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah dirumuskan

dalam rencana operasional), yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum,

pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM

lain serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap –

Antar - Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan

penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

( PAB – PLP ), kegawat -daruratan sehari - hari, kesiap siagaan bencana, keadian

luar biasa (KLB), Pos Obat Desa (POD), diversifikasi pertanian tanaman pangan

dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan

surveilans, perilaku hiup bersih dan sehat (PHBS), dan lain-lain.

3. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain.

Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari polindes yang

sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan

dalam rencana kerja kerja alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan

demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan- membangun

baru dengan fasilitas dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari

donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi

bangunan lain yang ada.

Bila mana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan

dengan membentuk UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan

berpedoman kepada panduan yang berlaku.

4. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga

Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah

ditetapkan sebagai Desa Siaga . Setelah Desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan

dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem

surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan

8

Page 9: Bab 1, 2, 3

penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit

menular dan penyakit yang yang berpotensi menimbulkan KLB, peggalangan

dana , pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi dan PHBS serta penyehatan

lingkungan. Di Poskesdes diselenggarakan pula pelayanan UKBM - UKBM lain

seperti Posyandu dan lain - lain dengan berpedoman kepada panduan yang

berlaku.

Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,

yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan

Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.

5. Pembinaan dan Peningkatan

Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor

lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Desa Siaga

perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak.

Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui

Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu

Jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun ). Upaya ini selain

memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-

menukar pengalaman dan memecahkan masalah -masalah yang dihadapi bersama.

Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor,

khususnya dengan program - program pembangunan yang bersasaran desa.

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan

para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-

upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar tidak drop-out ,kader-kader

yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologisnya harus diberi

kesempatan seluas- luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan

kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus

dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian

gaji/insentif atau fasilitas agar dapat berwirausaha.

Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan

dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan - kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat

oleh kader, misalnya dalam buku Register UKBM (contohnya Sistem Informasi

Posyandu).

9

Page 10: Bab 1, 2, 3

2.8 INDIKATOR KEBERHASILAN DESA SIAGA

Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok

indikatornya, yaitu:

1. Indikator Masukan

Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka

pengembangan desa siaga meliputi :

a. Ada/ tidaknya forum masyarakat desa

b. Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya

c. Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.

d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)

2. Indikator Proses

Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa

dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.

b. Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana.

c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat

d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS

3. Indikator Keluaran

Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di

suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes

b. Cakupan pelayanan UKBM lain

c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.

d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan

PHBS.

4. Indikator Dampak

Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam

rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

a. Jumlah penduduk yang menderita sakit

b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa

c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia

d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia

e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

10

Page 11: Bab 1, 2, 3

2.9 PERAN DAN FUNGSI TOKOH MASYARAKAT

a. Peran Tokoh Masyarakat

1. Pemberdaya masyarakat

Berperan memotivasi masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi

masalahnya secara mandiri dengan melakukan PHBS dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Penggali sumber daya

Diharapkan toma mampu menggali semua potensi yang ada di masyarakat

baik materiil maupun non materiil yang dapat dimanfaatkan dalam

peningkatan desa siaga aktif menuju masyarakat yang ber-PHBS.

b. Fungsi Tokoh Masyarakat

Menggali sumber daya untuk kelangsungan kegiatan

Menaungi dan membina kegiatan-kegiatan masyarakat

Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan

Memberi dukungan dalam pengelolaan kegiatan

Menggkoordinir gerakan masyarakat agar mau memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat

(UKBM)

Memberi dukungan sarana dan prasarana

2.10 PERAN DAN FUNGSI KADER

a. Peran Kader

1) Pelaku penggerakan masyarakat dalam

Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.

Pengamatan sederhana berbasis masyarakat

Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan

Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita

2) Peran tambahan, membantu dalam :

Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari

Penyiapan untuk menghadapi bencana

Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya

b. Fungsi Kader

11

Page 12: Bab 1, 2, 3

Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama

Bidan

Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita,

Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll)

Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak

terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).

Pemecahan masalah bersama masyarakat

2.11 PERAN JAJARAN KESEHATAN

a. Peran Jajaran Kesehatan

1. Peran Puskesmas

Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung

tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan

penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan

masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi. Adapun peran

Puskesmas adalah sebagai berikut:

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan

Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan

desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.

Melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.

b. Peran Rumah Sakit

Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina

teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah:

1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan

Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

2. Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka

pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan

bencana di Desa Siaga.

12

Page 13: Bab 1, 2, 3

3. Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka

pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan

bencana.

c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

Sebagai pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota meliputi:

1. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten / Kota

dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

2. Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk

PONED, dan pemberdayaan masyarakat.

3. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan

rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah

Sakit.

4. Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi

Fasilitator Pengembangan Desa Siaga.

5. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.

6. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat

Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

7. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis

terhadap Desa Siaga.

8. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

d. Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:

1. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam

rangka pengembangan Desa Siaga.

2. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan

kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.

3. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan

kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan

13

Page 14: Bab 1, 2, 3

rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam

rangka pengembangan Desa Siaga.

4. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan

metode kalakarya (interrupted training).

5. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat

provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

6. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan,

evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.

7. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

e. Peran Departemen Kesehatan

Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:

1. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta

mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.

2. Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta

Posyandu dan UKBM-UKBM lain.

3. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.

4. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi /

pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan

bencana berbasis masyarakat.

5. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.

6. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).

7. Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.

8. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

14

Page 15: Bab 1, 2, 3

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,

bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi

desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007). Desa Siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia

untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor : 574 / Menkes / SK / IV / 2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu

Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa

Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta

mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil  dan merata, sehingga

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sasaran primer dalam pembentukan Desa

Siaga adalah semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan

hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

Adapun langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh dalam pengembangan Desa Siaga, yaitu

pengembangan tim petugas, pengembangan tim di masyarakat, survei mawas diri, serta

musyawarah masyarakat desa. Secara operasional, pembentukan Desa Siaga dilakukan

dengan kegiatan seperti pemilihan pengurus dan kader desa siaga, orientasi / pelatihan kader

desa siaga, pengembangan poskesdes dan UKBM lain, penyelenggaraan kegiatan desa siaga,

serta pembinaan dan peningkatan. Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat

dilihat dari empat kelompok indikatornya, yaitu indikator masukan, indikator proses,

indikator keluaran, dan indikator dampak. Peran para tokoh masyarakat dalam pembentukan

Desa Siaga, yaitu sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya. Sedangkan,

fungsinya untuk menggali sumber daya untuk kelangsungan kegiatan, menaungi dan

membina kegiatan-kegiatan masyarakat, dan lain-lain. Peran kader dalam pembentukan Desa

Siaga adalah sebagai pelaku penggerakan masyarakat. Fungsi kader yaitu melakukan

pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan, pemecahan masalah

bersama masyarakat, dan lain-lain. Beberapa lembaga kesehatan yang berperan dalam

pengembangan Desa Siaga yaitu Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Departemaen Kesehatan.

15

Page 16: Bab 1, 2, 3

3.2 SARAN

Diharapkan setelah pembaca mengenal dan memahami mengenai Desa Siaga, pembaca

juga dapat membantu/ikut serta di dalam pengembangan Desa Siaga. Selain itu, pembaca

juga mampu ikut serta untuk mewujudkan program pemerintah untuk mencapai Indonesia

yang bersih dan sehat.

16