bab 1, 2, 3
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya
kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Masalah kesehatan
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan
remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu
dan lain sebagainya.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah
dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat
dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan
kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Strategi yang dikembangkan
adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa
memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh
penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa
Siaga. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat makalah yang bejudul
“Desa Siaga”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskannya beberapa masalah, yaitu :
1. Apakah definisi dari Desa Siaga?
2. Apakah tujuan dibentuknya Desa Siaga?
3. Apakah landasan hukum terbentuknya Desa Siaga?
4. Siapakah sasaran pembentukan Desa Siaga?
5. Apakah komponen dari Desa Siaga?
6. Bagaimanakah langkah-langkah pengembangan Desa Siaga?
1
7. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan di Desa Siaga?
8. Apakah indikator keberhasilan pembentukan Desa Siaga?
9. Apakah peran dan fungsi tokoh masyarakat dalam pembentukan Desa Siaga?
10. Apakah peran dan fungsi kader dalam pembentukan Desa Siaga?
11. Apakah peran jajaran kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi dari Desa Siaga.
2. Untuk mengetahui tujuan umum dan khusus dibentuknya Desa Siaga.
3. Untuk mengetahui landasan hukum terbentuknya Desa Siaga.
4. Untuk mengetahui sasaran pembentukan Desa Siaga.
5. Untuk mengetahui komponen dari Desa Siaga.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan Desa Siaga.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan di Desa Siaga.
8. Untuk mengetahui indikator keberhasilan pembentukan Desa Siaga.
9. Untuk mengetahui peran dan fungsi tokoh masyarakat dalam pembentukan Desa
Siaga.
10. Untuk mengetahui peran dan fungsi kader dalam pembentukan Desa Siaga.
11. Untuk mengetahui peran jajaran kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Agar dapat mengetahu dan memahami mengenai Desa Siaga yang meliputi definisi,
tujuan, landasan hukum, sasaran, komponen, langkah-langkah pembentukan, pelaksanaan
kegiatan, indikator keberhasilan, peran dan fungsi tokoh masyarakat, peran dan fungsi kader,
serta peran jajaran kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi
desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007). Desa Siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia
untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam Desa Siaga adalah
kelurahan/istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengukur kepentingan masyarakat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan RI.
2.2 TUJUAN DESA SIAGA
a. Tujuan Umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS.
2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan.
3. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
4. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit,
dsb)
2.3 LANDASAN HUKUM DESA SIAGA
Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes / SK / IV / 2000 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan
3
yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Beberapa landasan hukum pelaksanaan desa siaga :
UU No.23 Th.1992 tentang kesehatan
UU No.32 Th.2004 tentang Pemerintah Daerah
UU No.25 Th.2005 tentang Perencanaan Pembangunan
PP No.25 Th.2004 tentang Otonomi Daerah
Keputusan Menkes No.128 / Menkes / SK / II /2004 Th.2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas
Keputusan Menkes No.131 / Menkes / SK / II/ 2004 tentang SKN.
2.4 SASARAN DESA SIAGA
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok,
yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga kelompok tersebut
adalah :
Sasaran Primer :
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
Sasaran Sekunder :
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga di
desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut
yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK, dan
lain – lain.
Sasaran Tersier :
Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat, Kepala Desa, pejabat
pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur, dan lain-lain.
2.5 KOMPONEN DESA SIAGA
Kriteria desa siaga :
Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai suatu sarana kesehatan yang
merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.
Pelayanan di poskesdes dapat meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif
4
(penyuluhan), dan kuratif pengobatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah poskesdes merupakan kegiatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, secara minimal berupa :
1. Pengamatan epidemologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), dan faktor-
faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk status gizi).
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
5. Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar
gizi (kadarzi), peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan, dll, merupakan kegiatan
pengembangan.
Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan
dibantu minimal 2 orang kader kesehatan. Untuk penyelenggaraan poskesdes, harus
tersedia sarana fisik yang meliputi bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan.
Beberapa alternatif pembangunan poskesdes dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :
1. Mengembangkan rumah pondok bersalin desa (polindes) yang telah ada di
poskesdes.
2. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya balai RW, balai desa,
balai pertemuan desa, dan lain-lain.
3. Membangun bangunan baru, yaitu dengan pendanaan dari pemerintah (pusat atau
daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
2.6 LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Pengembangan Desa siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi/mendampingi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan
masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian
masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-tahap :
1. Mengindentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
5
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.
Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar langkah-
langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang
berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi ,pertemuan atau pelatihan yang
bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output
dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,
serta masyarakat ( forum masyarakat desa ), agar mereka tahu dan mau bekerjasama
dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk
kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan
dukungan, baik berupa kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik
berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain,
sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh - tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang
kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat
berupa dukungan moral, dukungan finasial atau dukungan material, sesuai
kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan desa siaga.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah - wadah kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil Kesehatan Kecamatan atau
Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap
pertemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri
6
Survei Mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self
Survey (CSS) bertujuan agar pemuka - pemuka masyarakat mampu melakukan telaah
mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat
setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka
menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau
tekat untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah - masalah
kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi
masalah - masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini adalah mencari
alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes dikaitkan
dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu juga untuk menyusun rencana
jangka panjang pengembangan Desa Siaga.
Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat
yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah
adalah tokoh - tokoh masyarakat, tokoh - tokoh perempuan dan generasi muda
setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau
mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan
advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan , utamanya
adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat.
Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, serta
langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan Pengembangan Desa
Siaga.
2.7 PELAKSANAAN KEGIATAN
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan Pengurus dan kader Desa siaga dilakukan melalui pertemuan
khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil
7
masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan
tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
2. Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga.
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah
ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman
orientasi/pelatihan yang berlaku.
Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di
desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah dirumuskan
dalam rencana operasional), yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum,
pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM
lain serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap –
Antar - Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan
penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
( PAB – PLP ), kegawat -daruratan sehari - hari, kesiap siagaan bencana, keadian
luar biasa (KLB), Pos Obat Desa (POD), diversifikasi pertanian tanaman pangan
dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan
surveilans, perilaku hiup bersih dan sehat (PHBS), dan lain-lain.
3. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain.
Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari polindes yang
sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan
dalam rencana kerja kerja alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan
demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan- membangun
baru dengan fasilitas dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari
donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi
bangunan lain yang ada.
Bila mana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan
dengan membentuk UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah
ditetapkan sebagai Desa Siaga . Setelah Desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem
surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan
8
penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit
menular dan penyakit yang yang berpotensi menimbulkan KLB, peggalangan
dana , pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi dan PHBS serta penyehatan
lingkungan. Di Poskesdes diselenggarakan pula pelayanan UKBM - UKBM lain
seperti Posyandu dan lain - lain dengan berpedoman kepada panduan yang
berlaku.
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,
yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan
Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
5. Pembinaan dan Peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor
lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Desa Siaga
perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak.
Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui
Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu
Jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun ). Upaya ini selain
memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-
menukar pengalaman dan memecahkan masalah -masalah yang dihadapi bersama.
Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor,
khususnya dengan program - program pembangunan yang bersasaran desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan
para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-
upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar tidak drop-out ,kader-kader
yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologisnya harus diberi
kesempatan seluas- luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan
kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus
dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian
gaji/insentif atau fasilitas agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan
dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan - kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat
oleh kader, misalnya dalam buku Register UKBM (contohnya Sistem Informasi
Posyandu).
9
2.8 INDIKATOR KEBERHASILAN DESA SIAGA
Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu:
1. Indikator Masukan
Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka
pengembangan desa siaga meliputi :
a. Ada/ tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya
c. Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)
2. Indikator Proses
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa
dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b. Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana.
c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat
d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
3. Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di
suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS.
4. Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.
10
2.9 PERAN DAN FUNGSI TOKOH MASYARAKAT
a. Peran Tokoh Masyarakat
1. Pemberdaya masyarakat
Berperan memotivasi masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi
masalahnya secara mandiri dengan melakukan PHBS dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Penggali sumber daya
Diharapkan toma mampu menggali semua potensi yang ada di masyarakat
baik materiil maupun non materiil yang dapat dimanfaatkan dalam
peningkatan desa siaga aktif menuju masyarakat yang ber-PHBS.
b. Fungsi Tokoh Masyarakat
Menggali sumber daya untuk kelangsungan kegiatan
Menaungi dan membina kegiatan-kegiatan masyarakat
Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
Memberi dukungan dalam pengelolaan kegiatan
Menggkoordinir gerakan masyarakat agar mau memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM)
Memberi dukungan sarana dan prasarana
2.10 PERAN DAN FUNGSI KADER
a. Peran Kader
1) Pelaku penggerakan masyarakat dalam
Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.
Pengamatan sederhana berbasis masyarakat
Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan
Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
2) Peran tambahan, membantu dalam :
Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
Penyiapan untuk menghadapi bencana
Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya
b. Fungsi Kader
11
Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama
Bidan
Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita,
Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll)
Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak
terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).
Pemecahan masalah bersama masyarakat
2.11 PERAN JAJARAN KESEHATAN
a. Peran Jajaran Kesehatan
1. Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung
tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan
penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan
masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi. Adapun peran
Puskesmas adalah sebagai berikut:
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan
desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
Melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
b. Peran Rumah Sakit
Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina
teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah:
1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
2. Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana di Desa Siaga.
12
3. Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana.
c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Sebagai pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota meliputi:
1. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten / Kota
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
2. Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk
PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
3. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan
rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah
Sakit.
4. Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi
Fasilitator Pengembangan Desa Siaga.
5. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
6. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
7. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis
terhadap Desa Siaga.
8. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.
d. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
1. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
2. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.
3. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan
kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan
13
rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
4. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan
metode kalakarya (interrupted training).
5. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
6. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan,
evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
7. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.
e. Peran Departemen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:
1. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
2. Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta
Posyandu dan UKBM-UKBM lain.
3. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.
4. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi /
pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana berbasis masyarakat.
5. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
6. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
7. Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
8. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi
desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007). Desa Siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia
untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 574 / Menkes / SK / IV / 2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu
Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa
Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sasaran primer dalam pembentukan Desa
Siaga adalah semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
Adapun langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh dalam pengembangan Desa Siaga, yaitu
pengembangan tim petugas, pengembangan tim di masyarakat, survei mawas diri, serta
musyawarah masyarakat desa. Secara operasional, pembentukan Desa Siaga dilakukan
dengan kegiatan seperti pemilihan pengurus dan kader desa siaga, orientasi / pelatihan kader
desa siaga, pengembangan poskesdes dan UKBM lain, penyelenggaraan kegiatan desa siaga,
serta pembinaan dan peningkatan. Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat
dilihat dari empat kelompok indikatornya, yaitu indikator masukan, indikator proses,
indikator keluaran, dan indikator dampak. Peran para tokoh masyarakat dalam pembentukan
Desa Siaga, yaitu sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya. Sedangkan,
fungsinya untuk menggali sumber daya untuk kelangsungan kegiatan, menaungi dan
membina kegiatan-kegiatan masyarakat, dan lain-lain. Peran kader dalam pembentukan Desa
Siaga adalah sebagai pelaku penggerakan masyarakat. Fungsi kader yaitu melakukan
pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan, pemecahan masalah
bersama masyarakat, dan lain-lain. Beberapa lembaga kesehatan yang berperan dalam
pengembangan Desa Siaga yaitu Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Departemaen Kesehatan.
15
3.2 SARAN
Diharapkan setelah pembaca mengenal dan memahami mengenai Desa Siaga, pembaca
juga dapat membantu/ikut serta di dalam pengembangan Desa Siaga. Selain itu, pembaca
juga mampu ikut serta untuk mewujudkan program pemerintah untuk mencapai Indonesia
yang bersih dan sehat.
16