asma bronkhial nanda

14
ASMA BRONCHIAL A. Pengertian Asma adalah gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan peyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, psikologi (Irman Somari). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, riversibel dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Brunner, Suddarth). B. Patofisiologi. Alergen masuk kedalam tubuh, kemudian allergen ini akan merangsang sel B untuk menghasilkan sat anti. Karena terjadi penyimpangan dalam system pertahanan tubuh maka terbentuklah imoglobulin E (Ig. E).Pada penderita alergi sangat mudah memprouksi Ig. E. dan selai beredar didalam daerah juga akan menempel pada permukaan basofil dan mastosit.Mastosit ini amat penting dalam peranannya dalam reaksi alergi terutama terhadap jaringan saluan nafas, saluran cerna dan kulit.

Upload: nanda-satria-editama

Post on 05-Aug-2015

87 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asma Bronkhial Nanda

ASMA BRONCHIAL

A. Pengertian

Asma adalah gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri

bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma

merupakan peyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia,

endokrin, infeksi, otonomik, psikologi (Irman Somari).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, riversibel

dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas,

yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Brunner, Suddarth).

B. Patofisiologi.

Alergen masuk kedalam tubuh, kemudian allergen ini akan merangsang

sel B untuk menghasilkan sat anti. Karena terjadi penyimpangan dalam

system pertahanan tubuh maka terbentuklah imoglobulin E (Ig. E).Pada

penderita alergi sangat mudah memprouksi Ig. E. dan selai beredar didalam

daerah juga akan menempel pada permukaan basofil dan mastosit.Mastosit ini

amat penting dalam peranannya dalam reaksi alergi terutama terhadap

jaringan saluan nafas, saluran cerna dan kulit.

Bila suatu saat penderita berhubungan dengan allergen lagi, maka

allergen akan berikatan dengan Ig.E yang menempel pada mastosit, dan

selanjutnya sel ini mengeluarkan sat kimia yang di sebut mediator ke jaringan

sekitarnya. Mediator yang dilepas di sekitar rongga hidung akan

menyebabkan bersin – bersin dan pilek. Sedangkan mediator yang dilepas

pada saluran nafas akan menyebabkan saluran nafas mnengkerut, produksi

lendir meningkat, selaput lendir saluran nafas membengkak dan sel – sel

peradangan berkumpul di sekitar saluran nafas. Komponen – komponen itu

menyebabkan penyimpitan saluran nafas.

C. Pathway

Page 2: Asma Bronkhial Nanda

Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap

pada permukaan sel mast atau basofil

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

Kontraksi otot polos

Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil

pada tahap inspirasi dan ekspirasi

Edema mukosa bronkus

Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus

Sesak napas

Tekanan partial oksigen di alveoli menurun

Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada alveoli

Kadar CO2 dalam darah meningkat yang memberi rangsangan pada pusat pernapasan

Hiperventilasi

Ketidak Efektifa Bersihan Jalan Nafas

Gangguan pertukaran gas

Gangguan Pertukaran gas

Ansietas

Gangguan Perfusi jaringan

Ketidak Efektifan Pola nafas

Page 3: Asma Bronkhial Nanda

D. Klasifikasi

Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:

1. Asma bronkial tipe non atopi (Intrinsik)

Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan

(exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul

setelah dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit

infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungan dengan pekerjaan

atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan

serangan reaksi asma, perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang

non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita.

2. Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).

Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap

alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat

ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.

Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili

ada yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering

menderita rinitis.

3. Asma bronkial campuran (Mixed)

Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik

maupun ekstrinsik.

Page 4: Asma Bronkhial Nanda

KLASIFIKASI ASMA

Klasifikasi asma yang digunakan di Indonesia dibagi menjadi asma ringan (asma

episodik jarang), asma sedang (asma episodik sering), dan asma berat (persisten). (tabel

1).

Tabel 1. Klasifikasi Asma [1]

Parameter klinis,

kebutuhan obat dan faal paru

Asma intermiten

Asma persisten ringan

Asma persisten sedang

Asma persisten berat

1Frekuensi serangan

< 1x/minggu> 1x/minggu,

< 1x/hariGejala tiap hari

Gejala terus-menerus

2 Sesak

Saat berjalan

Masih bisa berbaring

Saat berjalan

Masih bisa berbaring

Saat berbicara

Harus duduk

Saat istirahat

Posisi sedikit membungkuk

3 Gangguan bicara Kalimat Kalimat Frase Kata

4Tidur dan aktivitas

tidak terganggu

dapat terganggusering terganggu

sangat terganggu

5Intensitas serangan

Singkatcukup mengganggu aktivitas

sering mengganggu aktivitas

sangat mengganggu aktivitas

6Faal paru diluar serangan

VEP1 > 80% nilai prediksi

APE > 80 % nilai terbaik

VEP1 > 80% nilai prediksi

APE > 80 % nilai terbaik

VEP1 60-80% nilai prediksi

APE 60-80 % nilai terbaik

VEP1 < 60% nilai prediksi APE < 60 % nilai terbaik

7 SaO2 > 95% > 95% 91-95% < 90%

Page 5: Asma Bronkhial Nanda

E. Etiologi

Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal

yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas

bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi

maupun non imunologi. Karena sifat inilah maka serangan asma mudah

terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisis, metabolik, kimia, alergen,

infeksi dan sebagainya.

Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu

diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Fakrtor-faktor tersebut adalah :

1. Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan

2. Iritan seperti asap, bau-bauan, polutan

3. Infeksi salutran nafas terutama yang disebabkan oleh virus

4. Perubahan cuaca yang ekstrim

5. Kegiatan jasmani yang berlebihan

6. Lingkungan kerja

7. Obat-obatan

8. Emosi

9. Lain-lain seperti refluks gastro esofagus.

F. Tanda dan Gejala

1. Objektif :

- Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing

- Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan

- Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan

- Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus

- Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)

2. Subyektif :

- Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia

3. Psikososial :

- Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

- Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya

Page 6: Asma Bronkhial Nanda

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Spirometri : Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %

2. Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal.

3. Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi di paru, misalnya:

Pneumothorak, atelektasis, Dll.

4. Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia, Asidosis Respiratorik.

5. Pemeriksaan Sputum :

a. Adanya eosinofil

b. Kristal charcot Leyden

c. Spiral Churschmann

d. Miselium Asoergilus Fumigulus

6. Pemeriksaan darah : Jumlah eosinofil meningkat.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:• Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah. • Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah. • Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru • Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. • Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :• perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi

dan clock wise rotation.

Page 7: Asma Bronkhial Nanda

• Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).

• Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Bronchodilator

Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai

secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat

golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin secara

parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila

sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya

diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.

Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif

terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin,

Fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta

efek samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin,

Efedrin, Isoprendlin)

a. Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek

samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat

pada anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu

metered aerosol defire (Afulpen metered aerosol). Jika menunjukkan

perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai

Page 8: Asma Bronkhial Nanda

10 - 15 menit berikan aminofilin intravena.

b. Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping

takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati,

berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan

serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin

1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg

per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung

kebutuhan.

c. Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB

dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit.

untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping

TD menurun bila tidak perlahan-lahan.

2. Kortikosteroid

Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan

perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg

hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai dosis

permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai serangan akut

terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg prednison atau dengan

dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis

dikurangi secara bertahap.

3. Pemberian Oksigen

Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit

dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran

seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki

dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan

prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

1. Agonis β2

a. Salbutamol (Albuterol) Ascolen, Asmacel, Astop, Azmacon, Bromosal (Harsen), Bronchosal (Ifars), Butasal,Buventol, Cybutol, Fartolin, Glisend, Grafalin, Salbron Indikasi : Asma bronchial, bronchitis asmatisdan emfisema pulmonum

Page 9: Asma Bronkhial Nanda

b. Terbutalin (Asmabet, Brasmatic, Forasma, Lasmalin, Lintaz, Nairet, Pulmobron Tabas, Terasma, Tismalin, Tersma ekspektoran)Indikasi: Asma bronchial emfisema, bronchitis kronik

c. Formoterol (Symbicort)Indikasi: Pengobtan regular untek dewasa dan anak > 12 tahun

d. Fenoterol ( Berotec)Indikasi : asma bronchial, bronchitis abstruktif kronis disertai atau tidak emfisema

paru, asma disebabkan suatu gerakan olah raga dan kelainan bronkopulmonari2. Kortikosteroid

Kortikosteroid hirup a. Budesonida

Indikasi : Profilaksis gejala asma bronchial, pengobatan regular asma untuk dewasa dan anak > 12 tahun.

b. Flutikason (Flixotide, Seretide)Indikasi : Terapi profilaksis terhadap asma ringan sampai dengan berat pada dewasa dan anak. Untuk terapi rutin penyakit penyumbatan saluran napas reversible termasuk asma, dimana penggunaan kombinasi (bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi) mencukupi untuk terapi penyakit penyumbatan saluran napas kronik sedang-berat meliputi bronchitis dan emfisema.

3. Metilxantin a. Teofilin (asbron, asmadex, asmasolon, asmavar, Bronchophylin, Brondilat,

Brondilex, Bronsolvan, bufabron, Citobron, Grafasma)Indikasi : Pencegahan dan pengobatan asma bronchial, asma bronchitis, asma kardial, emfisema paru.

b. AminofilinIndikasi : Pengobatan dan pencegahan bronkokontriksi reversible yang berhubungan dengan penyakit asma bronchial, emfisema, dan bronchitis kronik

4. Antikolinergika. Ipatropium Bromida

Indikasi : Bronkospasmus, asma bronchial, bronchitis kronik dengan atau tanpa emfisema

5. Kromolin Natrium dan nedokromil natrium a. Kromolin Natrium (Natrium Kromoglikat)

Indikasi : Pengobatan asma bronchial, termasuk pencegahan exercise Induced asthma

6. Modifikator Leukotriona. Zafirlukast

Indikasi : Pengobatan asma kronik dewasa dan anak > 12 tahun.

I. Daftar Pustaka

- Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Doenges, Marilyn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta: EGC. 1999.

Page 10: Asma Bronkhial Nanda

- Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

- Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

- NANDA International. NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions & Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication, 2009.

- Moorhead S, Meridean M, Marion J. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth edition. USA: Mosby Elsevier, 2004.

- Bulechek, Gloria M, Joanne CM. Nursing Intervention Classification (NIC). Fifth edition. USA: Mosbie Elsevier, 2008.