artritis reumatoid menurut islam

18
BAB III PERAN TEH HIJAU DALAM MENGHAMBAT PERKEMBANGAN PENYAKIT ARTRITIS REUMATOID DITINJAU DARI AGAMA ISLAM 3.1. Artritis Reumatoid Menurut Pandangan Islam Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh peradangan sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Gejala klasik artritis reumatoid adalah poliartritis simetris yang terutama mengenai sendi- sendi kecil pada tangan dan kaki (Suarjana, 2009). Penyebab artritis reumatoid tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan berperan dalam perkembangan penyakit artritis reumatoid. Beberapa virus dan bakteri juga diduga sebagai agen penyebab penyakit AR. Dengan memperhatikan faktor- faktor penyebabnya, maka dapat dirumuskan AR merupakan penyakit jasmani (Suarjana, 2009). 1

Upload: ronald-james

Post on 16-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

peran teh hijau dalam menghambat perkembangan penyakit artritis reumatoid menurut pandangan islam

TRANSCRIPT

BAB III

PERAN TEH HIJAU DALAM MENGHAMBAT PERKEMBANGAN PENYAKIT ARTRITIS REUMATOID DITINJAU DARI AGAMA ISLAM

3.1. Artritis Reumatoid Menurut Pandangan IslamArtritis reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh peradangan sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Gejala klasik artritis reumatoid adalah poliartritis simetris yang terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki (Suarjana, 2009).Penyebab artritis reumatoid tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan berperan dalam perkembangan penyakit artritis reumatoid. Beberapa virus dan bakteri juga diduga sebagai agen penyebab penyakit AR. Dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya, maka dapat dirumuskan AR merupakan penyakit jasmani (Suarjana, 2009).Dengan adanya beberapa penelitian mengenai penyakit artritis reumatoid, dapat dikembangkan banyak ilmu pengetahuan yang belum terkuak secara luas, sehingga lebih memicu manusia untuk mengadakan usaha lebih lanjut agar AR yang merupakan salah satu penyakit autoimun dapat disembuhkan secara sempurna, sehingga penyakit ini tidak menimbulkan progresif yang terlalu lama dan kemudian menimbulkan kecacatan, juga penderita dapat beraktivitas dan tidak menghalangi kewajibannya untuk beribadah kepada Allah SWT.Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia, khususnya penyakit kronik, seperti artritis reumatoid (AR). Penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanan. Menyikapi penyakit kronis selain dianjurkan untuk berusaha mengobatinya juga disarankan untuk bersabar dan bertawakal. Sesuai dalam firman Allah SWT :

Artinya :Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya : (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka Kami pun memperkenankan semuanya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami. (Q.S. Al-Anbiya : 83-84)

Ayat di atas menyatakan bahwa penyakit yang diberikan oleh Allah SWT merupakan suatu ujian kepada hamba-Nya dan apabila seorang umat berikhtiar, bertawakal, dan berdoa kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mengabulkan doa dan memberikan kesembuhan. Dalam keadaan sakit pun, terdapat suatu hikmah yaitu agar selalu mengingat Allah dan sakit dapat menghapuskan dosa.Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menempuh jalan yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu yang berlaku dalam bidang yang diusahakan, dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya berhasil. Dalam ikhtiar, terkandung pesan takwa, yaitu bagaimana kita menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan. Maka dari itu, jika kita dihadapkan pada suatu cobaan, dalam hal ini menghadapi penyakit seperti artritis reumatoid, kita tidak boleh berputus asa, melainkan kita harus berikhtiar dan berdoa kepada Allah agar diberikan jalan yang terbaik. Ikhtiar yang dimaksud disini yaitu dengan mencari pengobatan agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan perawatan kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga Al-Dharuriyat Al-Kham.Pengertian dari tawakal ialah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Dari pengertian tawakal tersebut dapat dipahami pada saat menderita suatu penyakit kronis, bertawakal bukan berarti meniadakan usaha, melainkan Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berusaha sekaligus bertawakal. Berusaha dengan seluruh anggota badan untuk mencari pengobatan sebaik-baiknya sesuai dengan syariat Islam agar tidak berputus asa akan penyakitnya dan bertawakal dengan hati menyerahkan segala pengobatan yang telah dilakukan kepada Allah dengan mengharapkan kesembuhan.Syarat tawakal adalah adanya kesungguhan hati bersandar kepada Allah dan melakukan sebab yang diizinkan syariat, ada empat hal yang harus dilakukan oleh pasien yang bertawakal (Zuhroni, 2010) :1. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberi manfaat kepadanya2. Berusaha memelihara manfaat sesuatu yang dimilikinya3. Berusaha menolak dan menghindarkan diri dari hal-hal yang akan menimbulkan mudarat (bahaya)4. Berusaha menghilangkan mudarat yang menimpa dirinyaSelain berikhtiar dan bertawakal, perlu adanya sifat sabar dalam menghadapi penyakit kronis. Menurut istilah, sabar bermakna menahan jiwa dari perasaan cemas, menahan lisan dari berkeluh-kesah, dan menahan anggota badan dari tindakan jahiliyah (Al-Jauziyah, 2008). Keutamaan bersabar pada pasien yang menghadapi penyakit kronis antara lain, Allah memuji orang-orang sabar dan menjanjikan mereka pahala yang tidak terputus, Allah senantiasa menyertai mereka dengan hidayah, pertolongan, dan kemenangan yang dekat.Ikhtiar, tawakal, berdoa, dan sabar merupakan hal-hal yang dilakukan dalam menghadapi penyakit kronis. Harapan yang diinginkan yaitu memperoleh kesembuhan, sehingga tubuh kita menjadi sehat dan dapat beraktivitas secara normal. Anggota badan manusia pada hakikatnya adalah milik Allah yang dianugerahkan-Nya untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Di satu sisi, Allah memerintahkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik, di sisi yang lain Allah juga memerintahkan untuk menjaga kesehatan mental dan jiwa (rohani). Kesehatan manusia dapat diwujudkan dalam beberapa dimensi, yaitu jasmaniah material melalui keseimbangan nutrisi, kesehatan fungsional organ dengan energi aktivitas jasmaniah, kesehatan pola sikap yang dikendalikan oleh pikiran, dan kesehatan emosi-ruhaniah yang disembuhkan oleh aspek spiritual keagamaan (Riyadi, 2012).Orang sakit membutuhkan penyembuhan (kuratif), dan orang sehat membutuhkan upaya promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), rehabilitatif (perbaikan), serta konservatif (pemeliharaan). Pendidikan Rasulullah SAW tentang perilaku hidup sehat di antaranya adalah agar dibiasakan hidup bersih dan sehat, upaya mencegah penyakit, memelihara kesehatan pribadi, pengaturan makan dan minum, rumah dan lingkungan, udara, gerak, dan istirahat (Riyadi, 2012).Menjaga kesehatan tubuh merupakan salah satu cara memelihara jiwa (hifzh al-Nafs). Memelihara jiwa merupakan sarana utama dan parameter kemukalafan seseorang. Untuk menjaga eksistensi kehidupannya, maka dianjurkan untuk selalu menjaga eksistensinya dan memenuhi hak-haknya, di antaranya dianjurkan menikah dan berketurunan. Memelihara kehidupan ini sejalan dengan tujuan utama dari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan, yakni untuk mempertahankan kehidupan. Namun demikian, yang harus diyakinkan bahwa pengobatan tidak berarti menunda kematian, sebab kematian merupakan takdir Allah, tetapi hanya sebatas mempertahankan kualitas hidup. Beberapa tingkat kepentingan dan prioritasnya, memelihara jiwa dapat dibedakan sebagai berikut : Memelihara jiwa peringkat Dharriyyah (primer), seperti berobat saat sakit, khususnya sakit yang dapat mengancam jiwa. Jika tindakan itu diabaikan maka akan mengancam jiwa manusia. Memelihara jiwa peringkat hjjiyah (sekunder), seperti diperbolehkan berburu binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halal. Mengonsumsi makanan secara seimbang, berolahraga, menjaga kesehatan, dan lain-lain. Jika kegiatan itu diabaikan, tidak akan mengancam jiwa manusia, melainkan hanya mempersulit hidupnya. Memelihara jiwa peringkat tahsniyyah (tersier), seperti ditetapkannya cara dan etika makan dan minum. Batasan itu hanya berhubungan dengan kesopanan dan etika, seperti membaca basmalah di awal makan seraya niat dan doa. Jika batasan-batasan tersebut tidak dilakukan, tidak akan mengancam jiwa manusia, ataupun mempersulit kehidupan manusia.

3.2. Teh Hijau Menurut Pandangan IslamTeh hijau, yang didapatkan dari tanaman Camellia sinensis, merupakan teh yang dalam proses pengolahannya tidak mengalami fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak (Kushiyama, 2009).Allah SWT berfirman :

Artinya :Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur, dan buah-buahan lain selengkapnya. Sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 11)

Firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 69 :

Artinya :Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah jalan-jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alamnya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 69)

Kedua ayat tersebut mempunyai makna bahwa Allah menciptakan tanaman untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini teh hijau yang dapat digunakan sebagai obat dalam menghambat perkembangan penyakit artritis reumatoid. Dengan adanya beberapa penelitian mengenai efek teh hijau bagi tubuh, dapat dikembangkan banyak ilmu pengetahuan yang belum terkuak secara luas. Hingga saat ini pun teh hijau masih sering dijadikan bahan penelitian akan efek medisnya.Senyawa katekin pada teh hijau terutama EGCG memiliki banyak dampak positif bagi tubuh, yaitu sebagai antioksidan, menekan proses inflamasi, anti-karsinogenik, anti-bakteri, menurunkan resiko terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner, proteksi terhadap penyakit neurodegeneratif, menurunkan kadar kolesterol dan hipertensi, dan sebagainya. Teh hijau umumnya dianggap aman dan tidak bersifat toksik (Pham-Huy, 2008).Islam mengajarkan berobat bila sakit dan harus berobat kepada yang ahli. Adapun mengkonsumsi obat dalam perseptif Islam, hanya sebagai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit serta memulihkan kesehatan dari penyakit yang diderita. Rasulullah SAW bersabda : Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin Allah, penyakit itu akan sembuh. (HR. Ahmad dan Hakim)

Hadits tersebut memiliki makna bahwa kita dianjurkan untuk berobat ketika sakit, karena seperti yang telah dikatakan dalam hadits, setiap penyakit ada obatnya, namun penyakit tersebut dapat sembuh jika pengobatannya tepat. Obat yang diberikan melebihi dosis atau tidak sesuai dengan penyakitnya dapat menimbulkan jenis penyakit lain. Jika dosis yang diberikan kurang dari yang dibutuhkan, maka tidak akan cukup untuk menyembuhkan penyakit itu. Jika penyakit dan penderitanya tidak ditangani dengan obat dan penyembuhan yang cocok, maka penyembuhan itu tidak akan terjadi. Begitu pula jika waktu perawatan tidak cocok, jika tubuh tidak sanggup menerima atau tidak cocok dengan obat yang diberikan, pengobatan tidak akan efektif (Al-Jauziyah, 2008).Untuk mendapatkan kesembuhan, selain dengan pengobatan yang tepat, berobat juga harus kepada yang ahli. Firman Allah SWT :

Artinya :Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (Q.S. An-Nahl : 43)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa jika kita ingin mengetahui akan sesuatu, sebaiknya bertanya kepada yang ahli di bidangnya. Sama halnya seperti berobat, agar mendapat pengobatan yang tepat, maka kita harus berobat kepada yang ahli, dalam hal ini yaitu dokter.Secara umum, perintah berobat oleh fukaha dipahami berbeda, antara hukum wajib, sunnah atau sekedar imbauan. Ibn Taimiyyat, dan ulama lain cenderung memahami hukum berobat bersifat fleksibel dan kondisional, secara khusus dapat berlaku 5 hukum taklifi: haram, makruh, mubah, sunnah, dan kadang-kadang bisa wajib. Hukum tersebut tergantung pada illat, tetap bertahan hidup atau tidaknya jika berobat, juga berdasarkan kadar sakit serta pengaruh obat, dapat disembuhkan atau tidak.3.3. Peran Teh Hijau Dalam Menghambat Perkembangan Penyakit Artritis Reumatoid Menurut Pandangan IslamEfek teh hijau dalam menghambat perkembangan penyakit artritis reumatoid telah terbukti secara medis, walaupun hingga saat ini penelitian tersebut masih terus dilakukan. Dalam bidang kedokteran, terapi untuk menyembuhkan penyakit artritis reumatoid belum ditemukan, tetapi obat baru yang efektif telah tersedia untuk mengobati gejala yang timbul dan mencegah deformitas (perubahan bentuk) sendi. Begitu juga dengan teh hijau, yang berguna dalam mencegah progresivitas penyakit artritis reumatoid.Dalam ikhtiar mencari kesembuhan, wajib menggunakan metode pengobatan yang tidak melanggar syariat Islam. Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib menggunakan bahan yang suci dan halal (MUI, 2013).Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam memilih atau meneliti kehalalan thoyyiban sebuah produk yang akan dikonsumsi. Pertama adalah kehalalan suatu makanan dan minuman telah dinaskan dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman :

Artinya :Katakanlah: Tidak kudapati di dalam apa yang diwayuhkan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Anam : 145)

Ayat diatas menerangkan bahwa terdapat kelompok makanan yang diharamkan untuk dikonsumsi. Teh hijau mengandung zat-zat yang tidak diharamkan dalam islam (metilxantin, polifenol, vitamin, protein, dan asam amino).Kedua, proses pengolahan atau pembuatan (penyembelihan, cara mengolah, media yang digunakan, cara pembuatan) makanan dan minuman yang dikonsumsi dengan cara yang dihalalkan dan sesuai syariat Islam. Kita patut mengetahui unsur-unsur lain dalam makanan yang hendak dikonsumsi, apakah tercampur dengan unsur yang diharamkan atau tidak. Selain itu, perlu diperhatikan juga apakah bahan makanan yang diolah itu masih layak dikonsumsi atau masih layak menjadi bahan pembuatan makanan. Jangan sampai bahan dasar yang hendak dijadikan makanan adalah bahan yang sudah rusak, busuk, ataupun sudah kadaluarsa. Teh hijau yang dijadikan sebagai bahan obat, diolah tanpa mengalami proses fermentasi dan tidak ada campuran bahan-bahan yang diharamkan menurut Islam.Dan yang ketiga adalah bersih dan bebasnya suatu produk makanan dan minuman dari bahan yang mengandung zat yang membahayakan tubuh, karena makanan thoyyib dapat diartikan sebagai makanan yang mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh dan pikiran. Dalam bahasa sederhana adalah makanan yang bergizi, higienis, dan tidak beracun.Dari ketiga kriteria di atas, teh hijau termasuk ke dalam makanan dan minuman yang layak dan halal untuk dikonsumsi. Maka, konsumsi teh hijau sebagai obat dalam menghambat perkembangan penyakit artritis reumatoid, termasuk pengobatan yang bermanfaat dan baik, karena banyak memberi maslahah dan tidak mengandung bahan yang diharamkan.3