askep umum&kasus artritis reumatoid
DESCRIPTION
ASKEP Umum&Kasus Artritis ReumatoidTRANSCRIPT
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid
Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan lain-lain.
2. Keluhan utama
Identifikasi awitan gejala akut yang muncul seperti adanya keluhan sakit dan kekakuan
pada tangan atau pada tungkai.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul. Pada klien arthritis
rheumatoid,stadium awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan umum berupa
malaise, penurunan berat badan, rasa capek, sedikit panas, dan anemia. Gejala lokal
yang terjadi berupa pembengkakan, nyeri, dan gangguan gerak pada sendi
metakarpofalangeal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, kemungkinan penyebab pendukung terjadinya arthritis
rheumatoid. Penyakit tertentu seperti penyakit DM menghambat proses penyembuhan
arthritis rheumatoid.
5. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat riwayat keluarga yang menderitapenyakit yang sama.
6. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Artritis reumatoid dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum
(status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis).
1. Pemeriksaan Umum
Menilai keadaan umum klien: baik/ buruk dengan mencatat TTV meliputi kesadaran
klien (apatis/ sopor/ koma/ gelisah), kesakitan, serta tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
2. Pemeriksaan Lokal
1) Look (Inspeksi)
a. Kaji adanya ketidakmampuan menggerakan sendi dan penurunan dalam
melakukan pergerakan.
b. Pada kondisi dengan rheumatoid artritis didapatkan adanya nyeri pada
persendian dan kekakuan. Secara khas nyeri dirasakan setelah melakukan
aktivitas. Kekakuan pada mulanya diketahui setelah istirahat, semakin lama
semakin progresif hingga sulit untuk melakukan aktivitas.
2) Feel (Palpasi)
Terdapat tanda-tanda inflamasi di bagian sendi yang terjadi peradangan. Nyeri akan
dirasakan klien.
3) Move (Pergerakan terutama mengenai lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, pemeriksaan diteruskan dengan
menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat hambatan dan keluhan
nyeri untuk menggerakkan persendian yang terjadi peradangan.
C. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor terjadi 50-90% penderita
2) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3) Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan sinovium
4) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
6) Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
7) Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
8) Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan akibat inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
3. Resiko cidera berhubungan degan keterbatasan gerak
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan klien
tidak dapat menjelaskan tentang penyakitnya dan cemas berlebihan
E. Intervensi
No Diagnosa Tujuan , Kriteria Hasil NIC Rasional
1. Nyeri
berhubungan
dengan
distensi
jaringan
akibat
inflamasi
NOC:
pain control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri pasien dapat berkurang
Indikator:
Kriteria 5 4 3 2 1
Menyatakan
lokasi nyeri
Menggunakan
upaya
preventif
Upaya non
analgesic
Upaya
analgesic
secara tepat
Laporan
perubahan
pada gejala
nyeri
Mandiri:
1. Kaji lokasi nyeri,
karakteristik nyeri,
durasi nyeri,
frekuensi nyeri,
kualitas nyeri,
intensitas nyeri,
faktor presipitasi
nyeri
2. Observasi ketidak-
nyamanan nonverbal
3. Identifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup (tidur, nafsu
makan, aktifitas,
pengetahuan, mood
dll)
Kolaborasi:
4. pemberian analgesic
Monitoring:
5. Monitoring TTV
6. Monitoring
karakteristik nyeri
Health education
7. Ajarkan prinsip
1. Dengan
mengetahui
karakteristik nyeri
klien, perawat
dapat memberikan
intervensi sesuai
respon klien.
2. Untuk mengetahui
ketidaknyamanan
akibat nyeri yang
tidak bisa
disampaikan
secara verbal oleh
klien
3. Agar perawat
dapat
meningkatkan
kualitas hidup
klien.
4. Untuk meringan-
kan nyeri yang
dirasakan klien
5. untuk mengetahui
status vital pasien
sehingga perawat
dapat menentukan
intervensi
selanjutnya
6. untuk
menagemen nyeri
8. Ajarkan meng-
gunakan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi, hypnosis,
terapi music,
distraksi, dll)
9. Berikan informasi
tentang nyeri yang
dialami pasien
(penyebab,onset dll)
mengevaluasi
karakteristik nyeri
dan efektifitas
terapi yang
diberikan.
7. Agar pasien dapat
memanage nyeri
yang dirasakan
8. Sebagai terapi
tambahan untuk
mengatasi nyeri
klien
9. Untuk meningkat-
kan pengetahuan
klien terhadap
nyeri yang dirasa
2. Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
deformitas
NOC:
mobility level
Self care: ADL
Joint Movement: Active and
passive
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
klien mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Indicator
Kriteria 5 4 3 2 1
keseimbangan
koordinasi
Pergerakan
Exercise therapy: joint
mobility
1. Tentukan
keterbatasan dari
pergerakan dan
efeknya terhadap
fungsi pemenuhan
ADL
2. Kolaborasi dengan
terapis untuk latihan
pengembangan dan
jadwalkan latihan
fisik
3. Jelaskan pada klien
tujuan dari diadakan-
1. Setelah
mengetahui
manifestasi yang
muncul pada
pasien, diharapkan
perawat mampu
menyusun terapi
yang sesuai
2. Ahli terapi akan
mampu mem-
berikan pelatihan
pada pasien secara
maksimal
3. Informasi yang
jelas akan
otot
ADL
Kepatuhan
jadwal latihan
nya latihan fisik
4. Berikan dukungan
untuk melakukan
latihan fisik secara
teratur
menambah
kepatuhan pasien
4. Dukungan positif
diperlukan agar
pasien dapat
menjalankan terapi
sampai tuntas
3. Resiko
cidera
berhubungan
degan
keterbatasan
gerak
NOC:
Risk control
Safety behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
klien tidak mengalami injury
Indicator
Kriteria 5 4 3 2 1
Perlindungan
untuk
mencegah
jatuh
Menggunakan
alat bantu
mobilitas
Pencahayaan
yang tepat
Lantai yang
tidak licin
Fall prevention
1. Identifikasi
kemampuan fisik
pasien
2. Kaji riwayat jatuh
dari pasien dan
keluarga
3. Ajarkan pasien cara
menggunakan alat
bantu yang sesuai
4. Bantu pasien
beradaptasi dengan
keadaan tubuhnya
setelah sakit
Manajemen
lingkungan
1. Sediakan
lingkungan yang
aman
2. Identifikasi
kebutuhan
keamanan pasien
3. Menganjurkan
Fall prevention
1. Mengetahui
tingkat resiko yang
mungkin dialami
2. Setelah
mengetahui
riwayat perawat
akan tahu faktor
apa saja yang
dapat membuat
pasien cedera
3. Alat bantu yang
sesuai dapat
membantu
mobilisasi pasien
dan penggunaan
yang tepat akan
meminimalkan
cedera yang
disebabkan alat
bantu
4. Dengan
mengetahui tingkat
fisiknya sendiri
keluarga untuk
menemani pasien
4. Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan
pasien akan
mampu menjaga
dirinya dari cidera
4. Hipertermia
berhubungan
dengan
proses
penyakit
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jaam
suhu tubuh dalam batas 36-370C
Indikator:
Kriteria 5 4 3 2 1
Hipertermia
Penurunan
suhu kulit
Perubahan
warna kulit
Dehidrasi
RR
Berkeringat
saat panas
Penatalaksanaan
demam
1. Kaji perubahan suhu
2. Kaji warna kulit
3. Kaji WBC
4. Kolaborasi
pemberian antipiretik
Manajemen
lingkungan
5. Kaji suhu
lingkungan sekitar
pasien
6. Berikan suhu yang
sesuai dengan
kondisi pasien
Managemen cairan
7. Monitoring status
hidrasi pasien
8. kolaborasi
pemberian cairan
via IV line
1. Mengetahui
adanya perubahan
suhu yang
signifikan
2. Lingkungan bisa
mempengaruhi
termoregulasi
tubuh pasien
3. Peningkatan suhu
tubuh dapat
menyebabkan
keluarnya cairan
dan ion tubuh
sehingga
menyebabkan
dehidrasi.
5. Kurang NOC: 1. Mengkaji 1. Mengetahui
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi;
prognosis
penyakit
Knowledge: disease process &
health behavior
Dalam waktu 2x24 jam, klien dan
keluarga memahami proses
penyakit
serta pencegahannya
Indikator:
Kriteria 5 4 3 2 1
Nama
penyakit
Proses dan
penyebab
penyakit
Manifestasi
penyakit
Menjelaskan
cara
meminimalkan
perkembangan
penyakit
Komplikasi
Upaya
pencegahan
komplikasi
pengetahuan klien
mengenai
penyakitnya
2. Menjelaskan pada
pasien tentang
proses penyakitnya,
tanda dan gejala
yang muncul pada
penyakitnya.
3. Mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab dari
penyakitnya
4. Mendiskusikan
perubahan gaya
hidup yang dapat
mencegah
timbulnya
komplikasi
5. Menjelaskan
informasi kepada
keluarga/orang
terdekat tentang
kondisi klien
tingkat
pengetahuan klien
2. Memberikan
pengetahuan pada
pasien dan
keluarga tentang
penyakit dan
meningkatkan
pemahaman.
3. Memberikan
informasi
mengenai
pencegahan
keparahan
penyakit.
4. Meningkatkan
perubahan perilaku
yang dapat
mencegah
keparahan
penyakit
5. Membantu dan
mendukung proses
kesembuhan klien.
3.2 Kasus semu Artritis Reumatoid
Ny. S usia 51 tahun dibawa ke rumah sakit A dengan keluhan nyeri di daerah persendian
pergelangan tangan, pergelangan kaki dan lutut. Beliau juga mengatakan persendiannya
terasa nyeri dan kaku di pagi hari sejak 2 bulan terakhir sehingga mengalami kesulitan
dalam berjalan jauh dan pergerakan yang tidak aktif. Pada saat dilakukan pengkajian klien
tampak lemah, teraba adanya pembengkakan di kedua persendian pergelangan tangannya,
suhu tubuh 37oC, tekanan darahnya 140/90, nadinya 90x/mnt, pernafasannya 25x/mnt, klien
juga mengatakan tidak nafsu makan. Saat dibawa ke rumah sakit pasien mengatakan takut.
Ny. S menderita hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan sinar X terlihat
pembengkakan, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan. Hasil pemeriksaan
atroskopi menunjukkan cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi. Serta diemukan Reumatoid faktor pada tes serologi.
IgM dan IgG juga meningkat.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a) Nama : Ny. S
b) Umur : 51 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Suku bangsa : Indonesia
e) Agama : Islam
f) Pendidikan : SMA
g) Alamat : Surabaya
h) Diagnosa : Artritis Reumatoid
2. Keluhan utama
Ny. S mengatakan nyeri di daerah persendian pergelangan tangan, pergelangan kaki
dan lutut.
3. Riwayat penyakit sekarang
Ny. S mengatakan persendiannya terasa nyeri dan kaku di pagi hari sejak 2 bulan
terakhir sehingga mengalami kesulitan dalam berjalan jauh dan pergerakan yang tidak
aktif. Pasien sering merasakan kesulitan, merasakan lelah, lambat laun sendi semakin
kaku dan membengkak. Pada pemeriksaan sinar X terlihat pembengkakan, erosi sendi
dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Ny. S mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.
5. Riwayat penyakit keluarga
Dari keluarga Ny. S, Ayah Ny. S memiliki riwayat hipertensi.
6. Riwayat psikologis
Pasien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berat dan mengatakan merasa takut
terkait penyakitnya.
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien: lemah
a. Tanda-tanda vital
Suhu : 37°C
Nadi : 90 x/menit
Tekanan darah : 140/90 mmHg
RR : 25 x/menit
1) B1 (Breathing) : Nafas pendek
2) B2 (Blood) : TD= 140/90 mmHg, Hipertensi
3) B3 (Brain) : Tidak ditemukan masalah keperawatan
4) B4 (Bladder) : Tidak ditemukan masalah keperawatan
5) B5 ( Bowel) : Tidak ditemukan masalah keperawatan
6) B6 (Bone)
a. Look
Teraba adanya pembengkakan di kedua persendian pergelangan tangan.
b. Feel
Ny. S mengatakan nyeri di daerah persendian pergelangan tangan, pergelangan
kaki dan lutut. Teraba hangat pada sendi yang nyeri.
c. Move (Pergerakan terutama lingkup gerak)
Pergerakan minimal saat menggerakkan sendi yang nyeri. Klien sering mengalami
kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
C. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat. Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, ditemukan Reumatoid faktor pada tes serologi.
2) Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan sinovium
3) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
4) Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
5) Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6) Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi.
7) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
8) Pada pemeriksaan sinar X terlihat pembengkakan, erosi sendi dan osteoporosis dari
tulang yang berdekatan.
D. Analisa Data
Data EtiologiMasalah
Keperawatan
DS: Pasien mengatakan nyeri pada persendian
pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan
lutut
DO:
P: Nyeri terasa ketika pasien beraktifitas
Q: Nyeri berupa nyeri kronis dan akut
R: Nyeri terasa pada persendian pergelangan
tangan, pergelangan kaki, dan lutut
Peradangan sendi
↓
Pelepasan peptide antigenic
↓
Aktivasi sel T arithrogenik
↓
Respon nyeri
Nyeri
S: Pasien menunjukan mimik wajah tidak
nyaman. Nyeri berada pada skala 5 dari
rentang 1-10
T: Nyeri terasa terus menerus dan memburuk
ketika pasien beraktifitas
DS: Pasien mengatakan merasa kaku sendi
saat jarinya digerakan. Nyeri yang dirasakan
pasien ketika menggerakkan jari
menyebabkan pasien meminimalkan
pergerakan
DO: Tampak beberapa edema pada daerah
pergelangan tangan pasien dengan diameter
±3cm
Peradangan sendi
↓
Erosi kartilago
↓
Adhesi permukaan sendi
↓
Kekakuan sendi
↓
Gangguan mobilitas
Fisik
Gangguan
mobilitas fisik
DS: -
DO: Rentang gerak sendi pasien menurun,
terjadi kekakuan dan edema pada daerah yang
terkena, pada pemeriksaan rontgen terlihat
erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan
Kerusakan kartilago dan
tulang
↓
Tendon dan ligament
melemah
↓
Hilangnya kekuatan otot
↓
Resiko cidera
Resiko cedera
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan akibat inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
3. Resiko cidera berhubungan degan keterbatasan gerak
F. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan , Kriteria Hasil NIC Rasional
1. Nyeri
berhubungan
dengan
distensi
jaringan
akibat
inflamasi
NOC:
pain control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri pasien dapat berkurang
Indikator:
Kriteria 5 4 3 2 1
Menyatakan
lokasi nyeri
Menggunakan
upaya
preventif
Upaya non
analgesic
Upaya
analgesic
secara tepat
Laporan
perubahan
pada gejala
nyeri
Mandiri:
1. Kaji lokasi nyeri,
karakteristik nyeri,
durasi nyeri,
frekuensi nyeri,
kualitas nyeri,
intensitas nyeri,
factor presipitasi
nyeri
2. Observasi ketidak-
nyamanan
nonverbal
3. Identifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup (tidur, nafsu
makan, aktifitas,
pengetahuan, mood
dll)
Kolaborasi:
4. pemberian analgesic
Monitoring:
5. Monitoring TTV
6. Monitoring
karakteristik nyeri
Health education
1. Dengan
mengetahui
karakteristik nyeri
klien, perawat
dapat memberikan
intervensi sesuai
respon klien.
2. Untuk mengetahui
ketidaknyamanan
akibat nyeri yang
tidak bisa
disampaikan secara
verbal oleh klien
3. Agar perawat dapat
meningkatkan
kualitas hidup
klien.
4. Untuk meringan-
kan nyeri yang
dirasakan klien
5. untuk mengetahui
status vital pasien
sehingga perawat
dapat menentukan
intervensi
selanjutnya
6. untuk
mengevaluasi
karakteristik nyeri
7. Ajarkan prinsip
menagemen nyeri
8. Ajarkan meng-
gunakan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi, hypnosis,
terapi music,
distraksi, dll)
9. Berikan informasi
tentang nyeri yang
dialami pasien
(penyebab,onset dll)
dan efektifitas
terapi yang
diberikan.
7. Agar pasien dapat
memanage nyeri
yang dirasakan
8. Sebagai terapi
tambahan untuk
mengatasi nyeri
klien
9. Untuk meningkat-
kan pengetahuan
klien terhadap
nyeri yang dirasa
2. Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
deformitas
NOC:
mobility level
Self care: ADL
Joint Movement: Active and
passive
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
klien mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Indicator
Kriteria 5 4 3 2 1
keseimbangan
koordinasi
Pergerakan
otot
Exercise therapy: joint
mobility
1. Tentukan
keterbatasan dari
pergerakan dan
efeknya terhadap
fungsi pemenuhan
ADL
2. Kolaborasi dengan
terapis untuk latihan
pengembangan dan
jadwalkan latihan
fisik
3. Jelaskan pada klien
tujuan dari
diadakan-nya
latihan fisik
1.Setelah mengetahui
manifestasi yang
muncul pada
pasien, diharapkan
perawat mampu
menyusun terapi
yang sesuai
2.Ahli terapi akan
mampu mem-
berikan pelatihan
pada pasien secara
maksimal
3.Informasi yang
jelas akan
menambah
kepatuhan pasien
4.Dukungan positif
ADL
Kepatuhan
jadwal latihan
4. Berikan dukungan
untuk melakukan
latihan fisik secara
teratur
diperlukan agar
pasien dapat
menjalankan terapi
sampai tuntas
3. Resiko
cidera
berhubungan
degan
keterbatasan
gerak
NOC:
Risk control
Safety behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
klien tidak mengalami injury
Indicator
Kriteria 5 4 3 2 1
Perlindungan
untuk
mencegah
jatuh
Menggunakan
alat bantu
mobilitas
Pencahayaan
yang tepat
Lantai yang
tidak licin
Fall prevention
1. Identifikasi
kemampuan fisik
pasien
2. Kaji riwayat jatuh
dari pasien dan
keluarga
3. Ajarkan pasien cara
menggunakan alat
bantu yang sesuai
4. Bantu pasien
beradaptasi dengan
keadaan tubuhnya
setelah sakit
Manajemen
lingkungan
5. Sediakan
lingkungan yang
aman
6. Identifikasi
kebutuhan
keamanan pasien
7. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien
8. Memindahkan
Fall prevention
1. Mengetahui
tingkat resiko yang
mungkin dialami
2. Setelah
mengetahui
riwayat perawat
akan tahu faktor
apa saja yang
dapat membuat
pasien cedera
3. Alat bantu yang
sesuai dapat
membantu
mobilisasi pasien
dan penggunaan
yang tepat akan
meminimalkan
cedera yang
disebabkan alat
bantu
4. Dengan
mengetahui
tingkat fisiknya
sendiri pasien akan
mampu menjaga
dirinya dari cidera
barang-barang yang
dapat
membahayakan
G. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan pasien arthritis reumatoid adalah
berdasarkan kriteria evaluasi dari diagnosa keperawatan tersebut. Adapun evaluasinya
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berkurang
2. Gangguan mobilisasi dapat diminimalisasi
3. Resiko cedera tidak terjadi