135797509 69921302 askep artritis reumatoid
TRANSCRIPT
-
i
Mata Kuliah : PKKDM II
Koordianator M.K : Maria Vonny H. Rumampuk, SKp., MSi.
Kelas : A Kelompok Praktek RS Tondano
Makalah
ASKEP ARTRITIS REUMATOID
Disusun oleh :
Makfud Boham (09061009)
Shintia Mangodeng (09061012)
Ivone Pande (09061013)
Desy Bawiling (09061016)
Endang Wangkanusa (09061019)
Dianasranni Tampanguma (09061023)
Fernando Hengkelare (09061030)
Nadia Runtunuwu (09061032)
Alfiester Reppi (09061037)
Ofrida Goyugut (09061052)
Feby R. Bawinti (09061055)
Dety Nusali (09061060)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2011
-
ii
PRA KATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
penyelenggaraan-Nya, makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Artritis Rematoid ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai
tugas mata kuliah Proses Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia II (PKKDM II)
Universitas Katolik De La Salle Manado. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan
makalah ini ialah untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat ASKEP
serta menambah pengetahuan tentang penyakit Artritis Reumatoid (Asam Urat).
Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen beserta
asisten dosen yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta
kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada
temanteman seangkatan Fakultas Keperawatan 2009 Universitas Katolik De La
Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini..
Akhirnya, harapan tim penulis semoga makalah tentang Proses Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid ini bermanfaat bagi pembaca. Tim
Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun
tim penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, tim
penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
Manado, Maret 2011
Tim Penulis
-
ii
DAFTAR ISI
PRA KATA .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
B. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................... 1
C. METODE PENULISAN ................................................................................... 2
D. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................................... 3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN .................................................................. 4
1.1. DEFINISI......................................................................................................... 4
1.2. ETIOLOGI....................................................................................................... 5
1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL......................... 6
1.4 PATOFISIOLOGI ......................................................................................... 13
1.5 PATOFLOW ................................................................................................. 15
1.6 MANIFESTASI KLINIK .............................................................................. 17
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ................................................................. 18
1.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI ..................................... 19
1.9 KOMPLIKASI............................................................................................... 19
1.10 PROGNOSIS ................................................................................................. 20
1.11 PENCEGAHAN ............................................................................................ 20
BAB II ASKEP TEORI ........................................................................................ 22
2.1 DATA DASAR PENGKAJIAN .................................................................... 22
2.2 DIAGNOSA DAN PERENCANAAN .......................................................... 24
BAB III ASKEP PADA KLIEN ........................................................................... 34
3.1 PENGKAJIAN DATA DASAR ..................................................................... 34
3.2 ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA ........................................................... 45
-
iv
3.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN ......................................... 47
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ........................................................... 54
PENUTUP ............................................................................................................. 69
A. KESIMPULAN ............................................................................................. 69
B. SARAN. ......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. 72
-
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan.
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.
Bisanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah
ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden
pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga
terdapat predisposisi terhadap penyakit.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa)
mencoba untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. JW dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal: Artritis Reumatoid (Asam Urat).
B. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara
langsung dan cepat.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
i. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis
reumatoid.
ii. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
iii. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
-
2
iv. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
v. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis
reumatoid.
vi. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan
kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang
telah ditetapkan.
C. METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan
Keperawatan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat
menggambarkan suatu keadaan dengan objektif selama mengamati klien,
mulai dari pengumpulan data sampai melakukan evaluasi yang disajikan
dalam bentuk teori dan format-format Asuhan Keperawatan.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan
ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan keluarga untuk
memperoleh data yang diharapkan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga Penulis
dapat menyimpulkan data dengan tepat.
3. Pemeriksaan fisik
Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi, palpasi,
dan auskultasi untuk melengkapi data.
4. Studi Keperawatan
Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien,
catatan keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.
5. Studi Dokumentasi
-
3
Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan penyakit artritis reumatoid
adalah dari beberapa buku sumber.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:
PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika
Penulisan.
BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu Definisi,
Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi dan Patoflow, Manifestasi
Klinis, Diagnosis, Terapi, Komplikasi,Prognosis dan Pencegahan
BAB II : ASKEP TEORI
Bab ini menjelaskan tentang Askep dalam bentuk teori yang meliputi:
1. Data dasar pengkajian pasien
2. Diagnosa dan Perencanaan/rasional
BAB III : ASKEP PADA KLIEN
Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
-
4
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara
terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur
sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan
tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.
Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada
sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi
berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi
jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan
dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.
-
5
Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah
jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium
1.2. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma
atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri,
mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme
diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi
lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng
ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR
menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi
jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap
penyakit autoimun.
-
6
1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya
otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar 206
tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-
organ panca indera.
Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi
gigi.
Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak, adanya persendian.
-
7
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam
tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri
dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.
Gambar : tulang pada tubuh manusia
(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)
-
8
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk
tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon
misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)
mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis
sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%
fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.
Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan
berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
-
9
Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor
oleh ginjal bila di perlukan.
Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,
juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,
termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah
D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit
ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan
diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal
untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25
dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di
produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di
dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi
kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan
kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,
dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,
baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
-
10
Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun
sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang
tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan
hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan
menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun
seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa
tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan
ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)
dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang
mungkin dilakukan pada persendian).
Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
-
11
Klasifikasi struktural persendian :
Persendian fibrosa
Persendian kartilago
Persendian sinovial.
Klasifikasi fungsional persendian :
Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .
Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah
di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
-
12
Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.
2. Anatomi Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%
berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut
otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.
Gambar. Otot pada tubuh manusia
Fungsi sistem Muskular
Pergerakan
Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Produksi panas.
Ciri-ciri otot
-
13
Kontraktilitas
Eksitabilitas
Ekstensibilitas
Elastisitas
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
Jenis-jenis Otot
Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah.
Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung.
1.4 PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
-
14
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif
gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot.
-
15
1.5 PATOFLOW
Kekakuan sendi
Edema, poliferasi
membrane sinovial
Faktor Pencetus: Bakteri,
mikroplasma, atau virus
Menginfeksi sendi
secara antigenik
Reaksi autoimun
dalam jaringan
sinovial
(antibodi IgG)
Respon IgG awal
menghancurkan
mikroorganisme
Penyakit autoimun
Predisposisi Genetik
Individu yang mengidap AR
membentuk antibodi IgM
Pelepasan Faktor
Reumatoid (FR)
FR menempati dikapsula sendi
Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligamen juga terjadi deruksi jaringan
Fagositosis
ektensif
Akumulasi Sel
Darah Putih
Pembentukan
Jaringan Parut
Pemecahan
Kolagen
Membrane
sinovium menebal
& hipertropi
Terbentuk
nodul- nodul
rematoid
ekstrasinoviu
m
Kerusakan sendi
Progresif
Deformitas Sendi
Ndx: Kerusakan
Mobilitas Fisik
Panus
Rentang Gerak
Berkurang
Ndx: Gangguan
Citra Tubuh
Atrofi Otot
-
16
Kartilago
dirusak
Erosi Sendi dan Tulang
Menghilangnya
permukaan sendi
Penurunan
elastisitas dan
kontraksi otot
Hambatan
Aliran Darah
Nekrosis Sel
Ndx: Kurang
Perawatan diri
Nyeri
Ndx: Nyeri
Kronis
Ndx: Kurang
Pengetahuan
Mengenai penyakit
-
17
1.6 MANIFESTASI KLINIK
1. Tanda dan gejala setempat
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya
tidak berlangsung lama.
Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi
yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat
dilihat pada penyinaran sinar X.
Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
Kronik Ciri khas rematoid artritis.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
-
18
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.
Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
-
19
perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
1.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini.
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f) Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
1.9 KOMPLIKASI
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d) Terjadi splenomegali
-
20
1.10 PROGNOSIS
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung
pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50
70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk.
Golongan ini umumya meninggi 10 15 tahun lebih cepat dari pada orang
tanpa artritis reumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna.
Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah
sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara
agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2
tahun pertama.
1.11 PENCEGAHAN
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri
juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es.
Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi
gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,
misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper
yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat
membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh
berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga
ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena Jalan
kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang
yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu
melindungi terhadap serangan penyakit rematik masa depan:
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas
(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.
b. Batasi atau menghindari alkohol.
-
21
c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu
produk-lemak.
d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.
e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.
f. Menjaga berat badan yang diinginkan.
-
22
BAB II
ASKEP TEORI
2.1 DATA DASAR PENGKAJIAN
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya,
(mis., mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan (mis., eksaserbasi akut atau
remisi) dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2.1.1 Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh terhadap gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan.
Keletihan.
Tanda : Malaise.
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan
pada sendi dan otot.
2.1.2 Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
2.1.3 Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis; mis., finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, (mis.,
ketergantungan pada diri orang lain).
2.1.4 Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat; mual.
Anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ).
-
23
Tanda : Penurunan berat badan.
Kekeringan pada membran mukosa.
2.1.5 Higiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan pada diri orang lain.
2.1.6 Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki., hilangnya sensasi pada
jaringan.
Pembengkakan sendi simetris.
2.1.7 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri mungkin/mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi.
Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
2.1.8 Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang; nodul subkutaneus.
Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap.
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
2.1.9 Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain; perubahan peran;
isolasi.
2.1.10 Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja).
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis
tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katup; fibrosis pulmonal, pleuritis.
DRG menunjukan rata-rata lama dirawat: 4,8 hari.
Pertimbangan Rencana Pemulangan:
Mungkin membutuhkan pada transportasi, aktivitas perawatan diri dan
tugas/pemeliharaan rumah tangga.
-
24
2.2 DIAGNOSA DAN PERENCANAAN
2.2.1 Diagnosa keperawatan : Nyeri [Akut]/Kronis
Dapat dihubungkan dengan : Agen pencedera: Distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, dekstruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, kelelahan.
Berfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus.
Perilaku distraksi/respon autonomik.
Perilaku yang bersifat berhati-hati/melindungi.
Kriteria evaluasi : Menujukkan nyeri hilang/terkontrol.
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa
sakit nonverbal.
2. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur
sesuai indikasi.
- Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
- Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi.
- Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan objeltif dan subjektif didapat)
untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
-
25
4. Tempatkan/pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
5. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak ditempat tidur, sokong sendi yang sakit diatas dan
dibawah, hindari gerakan yang menyentak.
6. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
7. Berikan masase yang lembut. 8. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya
relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback,
visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan
pengendalian napas.
9. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu
10. Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
Kolaborasi : 11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk:
Asetilsalisilat (aspirin);
NSAID lainnya, mis., ibuprofen (Motrin); naproksen
- Mengistirahakan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan: Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan mungkin dapat mengurangi kerusakan pada sendi.
Meskipun demikian, ketidakaktifan lama dapat mengakibatkan
hilangnya mobilitas/ fungsi sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada
sendi.
- Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan.
- Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot - Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
- Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
- Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
- ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
ASA harus dipakai secara reguler untuk mendukung kadar
dalam darah terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA
memiliki indeks toksisitas yang paling rendah dari NSAID lain yang diresepkan.
- Dapat digunakan bila pasien tidak memberikan respon pada
-
26
(Naprosyn); sulindak (Clinorol); piroksikam (Feldene);
fenoprofen (Nalfon);
D-penisilamin (Cuprimine);
Antasida;
Produk Kodein;
12. Bantu dengan terapi fisik, mis., sarung tangan parafin, bak mandi dengan kolam bergelombang.
13. Berikan es atau kompres dingin jika dibutuhkan.
14. Pertahankan unit TENS jika digunakan.
15. Siapkan intervensi operasi, misalnya sinovektomi
aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin. Catatan:
Obat-obtan ini harus diberikan dengan urutan yang meningkat
menurut keparahan relatif dari efek-efek samping (indeks toksisitas).
- Dapat mengontrol efek-efek sistemik dari AR jika terapi lainnya tidak berhasil. Tingkat yang tinggi dari efek-efek
samping (mis., trombositopenia, leukopenia, anemia aplastik)
membutuhkan pemantauan ketat. Catatan: Obat-obtan harus
diberikan diantara waktu makan karena absorbsi obat-obatan
menjadi tidak seimbang karena makanan dan juga produk
antasida dan besi.
- Diberikan dengan agen NSAID untuk meminimalkan iritasi/ketidaknyamanan lambung.
- Meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi karena sifat kronis dari kondisi, penggunaan jangka pendek mungkin
diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol
nyeri parah.
- Memberikan dukungan panas untuk sendi yang sakit. Catatan: Panas merupakan kontraindikasi pada adanya sendi-sendi yang
panas dan bengkak.
- Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut.
- Rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat menghambat transmisi sensasi nyeri.
- Pengangkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi nyeri dan membatasi progresi dari perubahan degeneratif.
-
27
2.2.2 Diagnosa keperawatan : Mobilitas Fisik, Kerusakan
Dapat dihubungan dengan : Deformitas skeletal.
Nyeri, ketidaknyamanan.
Intoleransi terhadap aktivitas, penurunan terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ketidakmampuan bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/kontrol dan
massa [tahap lanjut].
Hasil evaluasi : Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur.
Mempertahankan atau pun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi
bagian tubuh.
Mendemostrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang
terus-menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan
- Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari proses inflamasi.
- Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan.
- Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan: latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas berlebihan
dapat merusak sendi.
- Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian
-
28
penggunaan bantuan mobilitas mis., trapeze.
5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. 7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri, berjalan.
8. Berikan lingkungan yang aman, mis menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan
toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat.
Kolaborasi : 9. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis
vokasional.
10. Berikan matras busa/pengubah tekanan. 11. Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
Agen antireumatik, mis., emas, natrium tiumaleat
(Myochrysin) atau auranofin (Ridaura);
Steroid.
12. Siapkan untuk intervensi bedah, mis., Artroplasti;
Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan tendon, ganglionektomi;
Implan sendi.
pasien. Teknik oemindahan yang tepat dapat mencegah
robekan abrasi kulit.
- Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi resiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.
- Mencegah fleksi leher. - Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
- Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.
- Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasikan alat/bantuan mobilitas.
- Menurunkan takanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi resiko imobilitas/terjadi dekubitus.
- Krisoterapi (garam emas) dapat menghasilkan remisi dramatis/terus- menerus tetapi dapat mengakibatkan inflamasi
rebound bila terjadi penghentian atau efek samping serius, mis.,
krisis nitrotoid dengan pusing, penglihatan kabur, kemerahan
tubuh, perkembangan syok anafilaktik.
- Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik akut.
- Perbaikan pada kelemahan periartikuler dan subluksasi dapat meningkatkan stabilitas sendi.
- Perbaikan berkenaan dengan defek jaringan penyambung; meningkatkan fungsi dan mobilitas.
- Penggantian mungkin diperlukan untuk memperbaiki fungsi optimal dan mobilitas.
-
29
2.2.3 Diagnosa Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran.
Dapat dihubungan dengan : Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan struktur atau fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan,
ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi. Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Kriteria evaluasi : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
Menyusun tujuan/rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien
dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-
aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
- Berikan kempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.
- Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi/konseling lebih lanjut.
- Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya
sendiri.
- Nyeri konstan akan melelahkan, da perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi.
-
30
5. Perhatikan pengaruh menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
6. Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu
koping.
7. Ikut-sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
8. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.
9. Berikan bantuan positif bila perlu.
Kolaborasi:
10. Rujuk pada konseling psikiatri, mis., perawat spesialis psikiatri perawat klinis, psikiatri/psikolog, pekerja sosial.
11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis., antiansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
- Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan
psikologis.
- Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
- Meningkatkan perasaan kompetensi/ harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.
- Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.
- Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa
percaya diri.
- Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka
panjang/ketidakmampuan.
- Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih
efektif.
2.2.4 Diagnosa keperawatan : Kurang Perawatan Diri
Dapat dihubungan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunanan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak.
Depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan mengatur AKS (makan, mandi, berpakaian dan eliminasi).
Kriteria Evaluasi : Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
-
31
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi.
2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan.
Kolaborasi: 4. Konsul dengan ahli terapi okupasi.
5. Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
6. Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis., pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
- Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
- Mendukung kemandirian fisik/ emosional.
- Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
- Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual mis., memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran.
- Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual. Memberikan lebih banyak
keberhasilan usaha tim dengan orang lain yang ikut serta dalam
perawatan, mis., tim terapi okupasi.
- Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah.
2.2.5 Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Dapat dihubungkan oleh : Kurangnya pemajanan/mengingat dan Kesalahan interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan dengan : Pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
-
32
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas dan/atau pembatasan aktivitas.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang,
latihan dan istirahat.
3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan,
terapi fisik dan manajeman stres.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapetik.
5. Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut/dibufer enterik atau salisilat nonasetil, mis., kolin salisilat (Arthropan) atau
kolin magnesium trisalisilat (Trilisate).
6. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida dan pada waktu tidur.
7. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis., tinitus, lambung tidak toleran, perdarahan gastro intestinal,
dan ruam purpurik.
8. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi
- Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
- Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendi/jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas.
- Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks.
- Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis; mis., aspirin harus diberikan secara reguler untuk
mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.
- Preparat bersalut/dibufer dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi resiko perdarahan.
Catatan: Produk nonasetil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi
iritasi lambung.
- Membatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan meningkatkan kadar darah, mengurangi
kekakuan di pagi hari.
- Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi tinitus, dosis
umumnya diturunkan menjadi 1 tablet setiap 2 atau 3 hari
sampai berhenti.
- Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi mis., obat
-
33
penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan
dokter.
9. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
10. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
11. Berikan informasi mengenai alat bantu mis., mainan beroda/wagon untuk barang-barang bergerak, tongkat untuk
mengambil, piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang
dapat dinaikkan, palang keamanan.
12. Diskusikan teknik menghemat energi, mis., duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi.
13. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas.
14. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya di bawah bebat, gips, alat penyokong.
Tunjukkan pemberian bantal yang tepat.
15. Diskusikan pentingnya obat-obatan lanjutan/pemeriksaan laboratorium, mis., LED, kadar salisilat, PT.
16. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.
17. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis., yayasan arthritis (bila ada).
pilek, antidiare) yang dapat meningkatkan resiko takar lajak
obat/efek samping yang berbahaya.
- Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan/regenerasi jaringan.
- Penurunan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.
- Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
- Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri dan kemandirian.
- Mekanika tubuh yang baik haru menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
- Mengurangi resiko iritasi/kerusakan kulit.
- Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian/perbaikan yang terus-menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah
takar lajak, efek samping yang berbahaya, mis., aspirin
memperpanjang PT, peningkatan resiko perdarahan. Krisoterapi
akan menekan trombosit, potensial resiko untuk
trombositopenia.
- Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan teknik dan/atau pilihan ain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga
diri/percaya diri.
- Bantuan/dukungan dari orang lain untuk meningkatkanpemuihan maksimal.
-
34
BAB III
ASKEP PADA KLIEN
3.1 PENGKAJIAN DATA DASAR
I. Identitas Diri Klien
N a m a : Ny. JW
Tanggal masuk RS : 04 April 2011
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 20 Juni 1959
Sumber Informasi : Keluarga
U m u r : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat
Alamat : Kec. Tuminting segera dihubungi (Orang
Tua/Wali, Suami, Istri, dan
lain-lain): Suami
Status Perkawinan : Kawin
A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA
S u k u : Sanger Pekerjaan : Tukang
Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Tuminting
Pekerjaan : IRT
Lama Bekerja : 25 tahun
II. Status Kesehatan Saat ini
1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :
Nyeri dan kaku di bagian sendi jari-jari tangan dan pergelanggan tangan
rasa seperti di tusuk-tusuk, sulit digerakan, kurang nafsu makan dan
mual.
2. Faktor Pencetus :
Aktivitas dan pola makan pasien yang tidak teratur.
3. Lamanya Keluhan : 4 hari
4. Timbulnya Keluhan : ( ) bertahap
() mendadak
5. Faktor yang memperberat : Pasien tidak pernah melakukan pantangan
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
-
35
Menggunakan obat herbal.
Oleh orang lain Memberi saran
7. Diagnosa Medik :
Artritis Reumatoid Tanggal : 04 April 2011
II. Riwayat Kesehatan yang lalu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kanak Kanak : Diare
b. Kecelakaan : Tidak
c. Pernah dirawat penyakit waktu
d. Operasi : tidak
2. Alergi :
Tipe Reaksi Tindakan
Debu Flu minum obat flu
Udang kulit kemerahan minum CTM
3. Imunisasi :
Tipe Reaksi Tindakan
Campak bercak-bercak merah
pada kulit
DPT suhu tubuh naik minum obat
Paracatamol
4. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
5. Obat obatan : Tradisional (urut)
Lamanya : 1 Minggu
Sendiri :
Orang lain (resep): tidak tentu
6. Pola Nurtisi :
Frekwensi makan :
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Jenis makanan : Daging, sayur, nasi
Makanan yang disukai : Pisang goreng dan tinutuan
-
36
Makanan yang tidak disukai : Chinesse Food
Makanan pantang : Tidak
Nafsu makan : ( ) baik
( ) Sedang alasan : mual/muntah/sariawan
() Kurang alasan : mual/muntah/sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) bertambah kg
( ) tetap
() berkurang 3 kg
7. Pola Eliminasi :
1. Buang air besar
Frekwensi : Tidak teratur Penggunaan pencahar : tidak
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kecoklatan
Konsistensi : padat
2. Buang air kecil
Frekwensi : normal
W a r n a : kuning pekat
B a u : berbau
8. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur (jam) : 10 malam
Lama tidur/hari : 6 jam / hari
Kebiasaan pengantar tidur : menonton TV
Kebiasaan saat tidur :
Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
( ) merasa tidak puas setelah bangun
tidur
9. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : Bersih-bersih rumah, dll
2. Olah Raga : - Jenis : Tidak
- Frekwensi : Tidak
-
37
3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan keluarga
4. Kesulitan/keluhan dalam hal : () pergerakan tubuh
() mandi
( ) mengenakan pakaian
( ) bersolek
( ) berhajat
( ) sesak napas setelah mengadakan
aktifitas
()mudah merasa kelelahan
10. Pola bekerja :
1. Jenis pekerjaan : IRT Lama : 25 tahun
2. Jumlah jam kerja : 14 jam / hari Lama : 7 hari kerja
3. Jadwal Kerja : senin s.d minggu
4. Lain-lain (sebutkan) :
VI. Riwayat Keluarga
Genogram :
V. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah kumuh yang sistem
sanitasinya tidak baik
Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dan diare
Polusi : terhadap air
VI. Aspek Psikososial
Pasien Atritis
reumatoid
-
38
1. Pola pikir & persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
() Kaca mata
( ) alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
() sering pusing
( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( ) menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin
() membaca/menulis
2. Persepsi Diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :
pasien berharap segera sembuh agar dapat kembali beraktivitas secara
normal
Harapan setelah menjalani perawatan :
lebih memperhatikan kebersihan lingkungan
Perubahan yang dirasa setelah sakit :
badan terasa lemah, nyeri saat tangan digerakan dan merasa tidak
nyaman.
3. Suasana Hati : gelisah
Rentang perhatian : Suami, anak dan cucu menjadi lebih perhatian
4. Hubungan/komunikasi
1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia
() jelas
( ) relevan Bahasa Daerah: dialek Manado
( ) mampu mengekspresikan
( ) mampu mengerti orang lain
2. Tempat Tinggal
( ) sendiri
() bersama orang lain, yaitu Suami
3. Kehidupan Berkeluarga
- Adat istiadat yang dianut :
-
39
- Pembuat keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga (Suami)
- Pola komunikasi : lancar terhadap suami,anak
dan cucu.
- Keuangan : ( ) memadai
() Kurang
4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua
( ) Hubungan dengan sanak saudara
( ) Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan Seksual
1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
( ) fertilitas ( ) menstruasi
() Libido ( ) kehamilan
( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi
2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :
pasien tidak terlalu memahami tentang gangguan seksual yang
dialami
6. Pertahanan Koping
1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri
() dibantu orang lain :
sebutkan Suami
2. Yang disukai tentang diri sendiri :
3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Mandiri dan hemat
4. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
() lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : Diam
5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
-
40
Perawat memberikan motivasi dan dukungan agar pasien cepat
sembuh
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga
2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekwensi) sebutkan:
Masuk gereja setiap minggu
4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
Rumah Sakit, Sebutkan :
Berdoa
8. Tingkat Perkembangan :
Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia
dan kulit mulai
keriput
VII. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 60 kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan
Kepala : bentuk : simetris dan oval
Keluhan yang berhubungan : tidak ada
Pusing/sakit kepala : tidak
M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik
-
41
Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil
Akomodasi : baik
Bentuk : simetris
Konjunctiva : merah pucat
Fungsi penglihatan : baik
- Baik/kabur/tidak jelas : baik
- Dua bentuk: tidak
- Rasa sakit : tidak
Tanda-tanda radang tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : setahun yang lalu
Operasi tidak
Kaca mata : menggunakan kaca mata plus
Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak
Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu
Cara mengatasinya dibiarkan saja
Pernah mengalami flu : Pasien pernah mengalami
influensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering
Sinus normal perdarahan tidak ada
Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi Kerusakan gigi pada molar 3 dan 2
superior dekstra
Kesulitan/gangguan berbicara tidak
Kesulitan menelan tidak
Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah
Pernafasan : Suara paru : Bronkhial
Pola Nafas : Vesikuler Batuk kadang-kadang
Sputum: tidak ada Nyeri: tidak ada
Kemampuan melakukan aktifitas normal
-
42
Batuk darah tidak
Rontgen Foto terakhir tidak dilakukan Hasil tidak ada
Sirkulasi : Nadi Perifer: 70 kali/detik
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung tunggal
Suara Jantung tambahan Tidak ada
Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan
Nyeri : pada bagian sendi jari Edema : ada
Palpitasi Tidak ada Baal: tidak
Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : Ekstremitas
atas (sendi-
sendi pada
digiti manus)
nyeri dan sulit
di gerakkan.
Clubbing tidak ada
Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)
Syncobe Tidak
Rasa pusing : ada
Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm
H2O
Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang
Rasa mual : sering Muntah : Kadang
Intake Cairan 6-7 gelas/hari
Eliminasi :Pola rutin Normal
(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan
Colostomy Tidak diterapkan
Ileostomy Tidak diterapkan
-
43
Konstibasi tidak diterapkan
Diare Kadang-kadang
(b.a.k) Inkontinensia
Infeksi Tidak ada
Nematuri -
Catheter Tidak diterapkan
Urine Output > 2000 ml
Reproduksi : Kehamilan Tidak___________
Buah dada normal sesuai umur__________ Perdarahan
tidak ada
Pemeriksaan Pap Smear terakhir
Hasil tidak ada______________________________
Keputihan tidak ada
_____________________________________
Pemeriksaan Sendiri ___________________________
Prostat______________________________
Penggunaan Kateter tidak ada
Neurologis : Tingkat kesadaran sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan anggota
gerak tubuh
Pola tingkah laku normal
Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada
Refleks tidak ada
Kekuatan menggenggam : pasien sulit menggenggam
karna pengaruh penyakit
Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas atas ( digiti manus)
pasien terasa kaku
Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian digiti manus dan pergelanggan tangan
-
44
Kekakuan pergelanggan tangan
Pola latihan gerak
_______________________________
Kulit : Warna : kemerahan pada sendi digiti manus
Integritas : kering
Turgor : jelek
Data Laboratorium
Laboratorium :
Tes serologi (diagnostik imunologis):
ESR : meningkat
FR : >1:80 Positif (80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h
Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain
Sinar x dari sendi yang sakit: Pembengkakan, erosi sendi, dan subluksasio.
Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Pasien mengira penyakitnya disebabkan oleh pola makan yang tidak baik
dan karena usianya sudah semakin tua.
-
45
3.2 ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA
Nama Klien: Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan : C
DATA ETIOLOGI MASALAH DIAGNOSA
DS:
Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari jari tangan rasa seperti di
tusuk-tusuk.
Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari.
Pasien merasa tidak nyaman.
DO:
Pasien kelihatan kelelahan. Pasien kelihatan meringis. KU: Lemah TTV:
- Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 kali /menit - Pernafasan : 18 kali /menit - Tekanan Darah : 90/70
mmHg
Edema pada sendi digiti manus, warna kemerahan.
Skala nyeri 7 Pemeriksaan diagnostik:
- ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80%) - JDL : Anemia sedang - LED: 85 mm/h
Faktor Pencetus
Inflamasi Kronis
Pada Tendon,
Ligamen juga terjadi
deruksi jaringan
Fagositosis ektensif
Panus
Kartilago dirusak
Nekrosis Sel
Erosi sendi dan
Tulang
Nyeri
Nyeri
Nyeri
berhubungan
dengan proses
inflamasi dan
destruksi sendi.
DS:
Pasien merasa tidak nyaman. Pasien mengatakan susah
bergerak.
DO:
Pasien terlihat gelisah Pasien terlihat membatasi
aktivitas geraknya.
KU: Lemah TTV:
- Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 kali /menit - Pernafasan : 18 kali /menit - Tekanan Darah : 90/70
Faktor Pencetus
Inflamasi Kronis
Pada Tendon,
Ligamen juga terjadi
deruksi jaringan
Akumulasi Sel
Darah Putih
Kerusakan
Mobilitas
Fisik
Kerusakan
mobilitas
berhubungan
dengan
deformitas
skeletal.
-
46
mmHg
Edema pada sendi digiti manus, warna kemerahan.
Skala nyeri 7 Pemeriksaan diagnostik:
- ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80%) - JDL : Anemia sedang - LED: 85 mm/h
Terbentuk nodul-
nodul rematoid
ekstrasinovium
Kerusakan sendi
Progresif
Deformitas Sendi
Kerusakan Mobilitas
Fisik
DS:
Pasien mengatakan tangannya sulit digerakan
dan kaku.
Aktivitas normal (makan,mandi,bab,bak,dll)
dibantu oleh orang lain.
DO:
Pasien kelihatan tidak berdaya.
Pasien sering ketergantungan pada orang lain.
TTV: - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 kali /menit - Pernafasan : 18 kali /menit - Tekanan Darah : 90/70
mmHg
Edema pada sendi digiti manus, warna kemerahan.
Skala nyeri 7
Faktor Pencetus
Inflamasi Kronis
Pada Tendon,
Ligamen juga terjadi
deruksi jaringan
Pembentukan
Jaringan Parut
Kekakuan sendi
Rentang Gerak
Berkurang
Atrofi otot
Gangguan Citra
Tubuh
Gangguan
Citra Tubuh
Gangguan citra
tubuh
berhubungan
dengan perubahan
penampilan dan
kemampuan
untuk melakukan
tugas-tugas
umum.
-
47
3.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID
Nama Klien : Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan: C
No Diagnosa
Keperawatan
RENCANA TINDAKAN
Rasional Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi/Perencanaan
1 Nyeri Kronik
berhubungan dengan
proses inflamasi dan
destruksi sendi.
DS:
Pasien mengatakan nyeri dan kaku
pada sendi-sendi
jari jari tangan rasa seperti di
tusuk-tusuk.
Pasien mengatakan sering terbangun di
malam hari.
Pasien merasa tidak nyaman.
DO:
Pasien kelihatan kelelahan.
Setelah dilakukan
tindakan
diharapkan dalam
waktu kurang dari
seminggu rasa
nyeri pasien dapat
terkontrol/teratasi
Menunjukan nyeri
hilang dan
berpartisipasi dalam
akitivitas sesuai
kemampuan.
DO:
KU: Membaik TTV: - Suhu tubuh :36-
370 C
- Denyut Nadi : 60-80 kali /menit
- Pernafasan : 12-20 kali /menit
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Edema berkurang pada sendi digiti
manus.
Mandiri:
- Selidiki keluhan nyeri,catat lokasi dan intensitas(skala
0-10).
- Berikan matras/kasar keras,bantal kecil.Tinggikan
linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
- Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
waktu tidur atau duduk di
kursi.Tingkatkan istirahat di
- Membantu dalam menentukan kebutuhan
menejemen nyeri dan
efektifitas program.
- Matras yang lembut/empuk.bantal yang
keras akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang
tepat,menempatkan stres
pada sendi yang
sakit.Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
- Pada penyakit berat/eksaserbasi,tirah
baring mungkin diperlukan
(sampai perbaikan objektif
-
48
Pasien kelihatan meringis.
KU: Lemah TTV: - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60
kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Edema pada sendi digiti manus,
warna kemerahan.
Skala nyeri 7 Pemeriksaan
diagnostik:
- ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80
%)
- JDL : Anemia sedang
- LED: 85 mm/h
Skala nyeri berkurang
Pemeriksaan diagnostik:
- ESR: menurun - FR: Normal - JDL : Normal - LED: Normal
DS:
Pasien mengatakan nyeri
berkurang
Tidak terbangun saat malam hari.
Pasien merasa nyaman.
tempat tidur sesuai indikasi.
- Tempatkan/pantau penggunaan bantal,karung
pasir,gulungan
trokhanter,beban,brace.
- Dorong untuk sering mengubah posisi.Bantu
pasien untuk bergerak di
tempat tidur,sokong sendi
yang sakit di atas dan di
bawah,hindari gerakan yang
menyentak.
- Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada
waktu tidur.Sediakan
waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi
yang sakit beberapa kali
dan subjektif didapat)
untuk membatasi nyeri
cedera sendi.
- Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi
netral.Catatan:penggunan
brace dapat menurunkan
nyeri dan mungkin dapat
mengurangi kerusakan
pada sendi.Meskipun
demikian,ketidakaktifan
lama dapat mengakibatkan
hilangnya mobilitas/fungsi
sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan
sendi.Menstabilkan
sendi,mengurangi
gerakan/rasa sakit pada
sendi.
- Panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas,menurunkan rasa
sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi
hari.Sensitvitas pada panas
dapat di hilangkan dan luka
dermal dapat di
-
49
sehari.Pantau suhhu air
kompres,air mandi dan
sebagainya.
- Berikan masase yang lembut.
Kolaborasi:
- Berikan obat-obat sesuai petunjuk
seperti:Asetilsalisilat
(aspirin),D-penisilamin
(Cuprimine),Antasida.
sembuhkan.
- Meningkat relaksasi/mengurangi
tegangan otot.
- Menurunkan rasa nyeri.
2 Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan deformitas
skeletal.
DS:
Pasien merasa tidak nyaman.
Pasien mengatakan susah bergerak.
DO:
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat membatasi
aktivitas geraknya.
KU: Lemah TTV:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama kurang
dari seminggu
pasien dapat
beraktivitas dan
tanpa gangguan
ketidaknyamanan.
Mempertahankan
ataupun
meningkatkan
kekuatan dan fungsi
dari dan/atau
kompensasi bagian
tubuh.
DO:
KU: Membaik TTV: - Suhu tubuh : 36-
370 C
- Denyut Nadi : 60-80 kali /menit
- Pernafasan : 12-20 kali /menit
Mandiri:
- Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/rasa sakit pada
sendi.
- Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika
diperlukan.Jadwal aktivitas
untuk memberikan periode
istirahat yang terus
menerus dan tidur malam
hari tidak terganggu.
- Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif,demikian
juga latihan resistif dan
isometrik jika
memungkinkan.
- Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari
perkembangan/resolusi dari
proses inflamasi.
- Istirahat sistemik di anjurkan selama
eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah
kelelahan,mempertahankan
kekuatan.
- Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi,kekuatan
otot,dan stamina
umum.Catatan: latihan
tidak adekuat menimbulkan
-
50
- Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60
kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Edema pada sendi digiti manus,
warna kemerahan.
Skala nyeri 7 Pemeriksaan
diagnostik:
- ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(8
0%)
- JDL : Anemia sedang
- LED: 85 mm/h
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Edema berkurang pada sendi digiti
manus.
Skala nyeri berkurang
Pemeriksaan diagnostik:
- ESR: menurun - FR: Normal - JDL : Normal - LED: Normal
DS:
Pasien sudah merasa nyaman.
Pasien mengatakan jari
tangan sudah bisa
digerakkan.
- Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel
cukup.Demonstrasikan/ban
tu teknik pemindahan dan
penggunaan bantuan
mobilitas,mis,trapeze.
- Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
- Dorong pasien mempertahankan postur
tegak dan duduk
tinggi,berdiri,berjalan.
- Berikan lingkungan yang aman,misalnya menaikan
kursi/kloset,menggunakan
pegangan tangga pada
bak/pancuran dan toilet,
penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda
penyelamat.
Kolaborasi:
- Berikan matras busa/pengubah tekanan.
kekakuan sendi,karenanya
aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi.
- Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan
sirkulasi.Mempermudah
perawatan diri dan
kemandirian pasien.Teknik
pemindahan yang tepat
dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
- Mencegah fleksi leher.
- Memaksimalkan fungsi sendi.
- Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.
- Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah
untuk mengurangi resiko
-
51
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
- Agen antireumatik
- Steroid
imobilitas/terjadi
dekubitus.
- Untuk mengatasi reumatik.
- Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
3 Gangguan citra
tubuh berhubungan
dengan perubahan
penampilan dan
kemampuan untuk
melakukan tugas-
tugas umum.
DS:
Pasien mengatakan tangannya sulit
digerakan dan
kaku.
Aktivitas normal (makan,mandi,bab,
bak,dll) dibantu
oleh orang lain.
DO:
Pasien kelihatan tidak berdaya.
Pasien sering ketergantungan
pada orang lain.
Meningkatkan
percaya diri
dalam
kemampuan
untuk
menghadapi
penyakit dan
dapat beraktivitas
secara normal.
Mengungkapkan
peningkatan rasa
percaya diri dalam
kemampuan untuk
menghadapi
penyakit,perubahan
pada gaya
hidup,dan
kemungkinan
keterbatasan.
Mandiri:
- Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang
proses penyakit,harapan
masa depan.
- Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada
pasien atau orang
terdekat.Memastikan
bagaimana pandangan
pribadi pasien dalam
menfungsikan gaya hidup
sehari-hari,termasuk
aspek-aspek seksual.
- Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang
terdekat menerima
keterbatasan.
- Perhatikan perilaku menarik diri,penggunaan
menyangkal atau terlalu
- Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut/kesalahan konsep dan
menghadapinya secara
langsung.
- Mengidentifikasi bagaiman penyakit mempengaruhi
persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan
terhadap
intervensi/konseling lebih
lanjut.
- Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh
mayor pad bagaimana
pasien memandang dirinya
sendiri.
- Dapat menunjukan emosional metode koping
maladaptive,membutuhkan
-
52
TTV: - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60
kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Edema pada sendi digiti manus,
warna kemerahan.
Skala nyeri 7
memperhatikan
tubuh/perubahan.
- Susun batasan pada perilaku maladaptif.Bantu
pasien untuk
mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat
membantu koping.
- Ikut-sertakan pasien dalam merencanakan perawatan
dan membantu jadwal
aktivitas.
- Bantu dengan kebutuhan perawatan yang di
perlukan.
- Berikan bantuan positif bila perlu.
Kolaborasi:
- Rujuk pada konseling psikiatri,mis,perawat
spesialis psikiatri perawat
klinis,psikiatri/psikolog,pe
kerja social.
intervensi lebih
lanjut/dukungan psikologis.
- Membantu pasien untuk mempertahankan control
diri,yang dapat
meningkatkan perasaan
harga diri.
- Meningkatkan perasaan kompetensi/harga
diri,mendorong
kemandirian,dan