135797509 69921302 askep artritis reumatoid

76

Click here to load reader

Upload: tha-rie

Post on 24-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    Mata Kuliah : PKKDM II

    Koordianator M.K : Maria Vonny H. Rumampuk, SKp., MSi.

    Kelas : A Kelompok Praktek RS Tondano

    Makalah

    ASKEP ARTRITIS REUMATOID

    Disusun oleh :

    Makfud Boham (09061009)

    Shintia Mangodeng (09061012)

    Ivone Pande (09061013)

    Desy Bawiling (09061016)

    Endang Wangkanusa (09061019)

    Dianasranni Tampanguma (09061023)

    Fernando Hengkelare (09061030)

    Nadia Runtunuwu (09061032)

    Alfiester Reppi (09061037)

    Ofrida Goyugut (09061052)

    Feby R. Bawinti (09061055)

    Dety Nusali (09061060)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

    MANADO

    2011

  • ii

    PRA KATA

    Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat

    penyelenggaraan-Nya, makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien

    Artritis Rematoid ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai

    tugas mata kuliah Proses Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia II (PKKDM II)

    Universitas Katolik De La Salle Manado. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan

    makalah ini ialah untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat ASKEP

    serta menambah pengetahuan tentang penyakit Artritis Reumatoid (Asam Urat).

    Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen beserta

    asisten dosen yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta

    kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada

    temanteman seangkatan Fakultas Keperawatan 2009 Universitas Katolik De La

    Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini..

    Akhirnya, harapan tim penulis semoga makalah tentang Proses Asuhan

    Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid ini bermanfaat bagi pembaca. Tim

    Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun

    tim penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, tim

    penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

    menyempurnakan makalah ini.

    Manado, Maret 2011

    Tim Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    PRA KATA .............................................................................................................. i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

    B. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................... 1

    C. METODE PENULISAN ................................................................................... 2

    D. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................................... 3

    BAB I LAPORAN PENDAHULUAN .................................................................. 4

    1.1. DEFINISI......................................................................................................... 4

    1.2. ETIOLOGI....................................................................................................... 5

    1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL......................... 6

    1.4 PATOFISIOLOGI ......................................................................................... 13

    1.5 PATOFLOW ................................................................................................. 15

    1.6 MANIFESTASI KLINIK .............................................................................. 17

    1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ................................................................. 18

    1.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI ..................................... 19

    1.9 KOMPLIKASI............................................................................................... 19

    1.10 PROGNOSIS ................................................................................................. 20

    1.11 PENCEGAHAN ............................................................................................ 20

    BAB II ASKEP TEORI ........................................................................................ 22

    2.1 DATA DASAR PENGKAJIAN .................................................................... 22

    2.2 DIAGNOSA DAN PERENCANAAN .......................................................... 24

    BAB III ASKEP PADA KLIEN ........................................................................... 34

    3.1 PENGKAJIAN DATA DASAR ..................................................................... 34

    3.2 ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA ........................................................... 45

  • iv

    3.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN ......................................... 47

    3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ........................................................... 54

    PENUTUP ............................................................................................................. 69

    A. KESIMPULAN ............................................................................................. 69

    B. SARAN. ......................................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

    DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. 72

  • 1

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin

    dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan.

    Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.

    Bisanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah

    ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden

    pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan

    penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.

    Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

    Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang

    tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga

    terdapat predisposisi terhadap penyakit.

    Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa)

    mencoba untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. JW dengan Gangguan

    Sistem Muskuloskeletal: Artritis Reumatoid (Asam Urat).

    B. TUJUAN PENELITIAN

    a. Tujuan Umum

    Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien

    dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara

    langsung dan cepat.

    b. Tujuan Khusus

    Penulis mampu :

    i. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis

    reumatoid.

    ii. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan

    sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.

    iii. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien

    dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.

  • 2

    iv. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk

    pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

    sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.

    v. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

    pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis

    reumatoid.

    vi. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan

    kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang

    telah ditetapkan.

    C. METODE PENULISAN

    Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan

    Keperawatan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat

    menggambarkan suatu keadaan dengan objektif selama mengamati klien,

    mulai dari pengumpulan data sampai melakukan evaluasi yang disajikan

    dalam bentuk teori dan format-format Asuhan Keperawatan.

    Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan

    ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

    1. Wawancara

    Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan keluarga untuk

    memperoleh data yang diharapkan.

    2. Observasi

    Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga Penulis

    dapat menyimpulkan data dengan tepat.

    3. Pemeriksaan fisik

    Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi, palpasi,

    dan auskultasi untuk melengkapi data.

    4. Studi Keperawatan

    Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien,

    catatan keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.

    5. Studi Dokumentasi

  • 3

    Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang

    Asuhan Keperawatan pada Klien dengan penyakit artritis reumatoid

    adalah dari beberapa buku sumber.

    D. SISTEMATIKA PENULISAN

    Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:

    PENDAHULUAN

    Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang

    masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika

    Penulisan.

    BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN

    Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu Definisi,

    Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi dan Patoflow, Manifestasi

    Klinis, Diagnosis, Terapi, Komplikasi,Prognosis dan Pencegahan

    BAB II : ASKEP TEORI

    Bab ini menjelaskan tentang Askep dalam bentuk teori yang meliputi:

    1. Data dasar pengkajian pasien

    2. Diagnosa dan Perencanaan/rasional

    BAB III : ASKEP PADA KLIEN

    Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung

    pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

    Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan

    Evaluasi

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    2. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR ISTILAH

  • 4

    BAB I

    LAPORAN PENDAHULUAN

    1.1. DEFINISI

    Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

    dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ

    tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).

    Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang

    menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

    Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang

    bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta

    jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu

    Bedah Orthopedi, hal.165)

    Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang

    tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi

    dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan

    deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).

    Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama

    mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan

    nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.

    Baughman. 2000 ).

    Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang

    menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara

    terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur

    sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan

    tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan

    komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.

    Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada

    sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi

    berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi

    jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan

    dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.

  • 5

    Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah

    jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium

    1.2. ETIOLOGI

    Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara

    pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,

    hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar

    adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &

    Burke, 2001).

    Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis

    reumatoid, yaitu:

    1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

    2. Endokrin

    3. Autoimun

    4. Metabolik

    5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

    Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor

    autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor

    infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma

    atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang

    rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri,

    mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara

    antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme

    diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-

    organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi

    lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng

    ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR

    menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi

    jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap

    penyakit autoimun.

  • 6

    1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

    1. Anatomi Fisiologi Rangka

    Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal

    (tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari

    tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya

    otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.

    Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar 206

    tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun

    rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat

    dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,

    rangka apendikular, dan persendian.

    a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan

    torso.

    1. Kolumna vertebra

    2. Tengkorak

    Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-

    organ panca indera.

    Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi

    gigi.

    Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.

    Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.

    b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan

    tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat

    melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.

    c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

    Fungsi Sistem Rangka :

    1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,

    tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan

    organ, juga memberi bentuk pada tubuh.

    2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka

    saat bergerak, adanya persendian.

  • 7

    3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam

    tubuh.

    4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).

    5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid

    (yellow marrow).

    Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :

    1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan

    atas.

    2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya

    terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.

    3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri

    dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat

    disebelah luar.

    4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang

    pendek.

    Gambar : tulang pada tubuh manusia

    (http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)

  • 8

    Struktur Tulang

    Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang

    pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk

    tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon

    misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki

    sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh

    secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan

    dengan metaphysic yang berbentuk silinder.

    Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler

    dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki

    arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat

    pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi

    pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,

    dan sistem harvest.

    Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)

    mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis

    sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

    Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang

    Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan

    maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian

    pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya

    berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun tahun berikutnya

    rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami

    penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan

    dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai

    berikut :

    Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%

    fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.

    Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan

    berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,

    calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.

  • 9

    Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam

    menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.

    Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor

    oleh ginjal bila di perlukan.

    Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah

    untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,

    juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas

    kalsium dari tulang.

    Proses Pembentukan Tulang

    Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar

    ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi

    denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan

    tulang.

    Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,

    termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah

    D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit

    ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan

    diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa globulin sebagai

    transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi

    kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal

    untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25

    dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di

    produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di

    dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi

    kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan

    kadar fosfat dalam cairan darah.

    Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara

    optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu

    pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan

    vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,

    dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,

    baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.

  • 10

    Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun

    sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam

    menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini

    menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi

    absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.

    Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang

    tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa

    sebelum pubertas.

    Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan

    hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk

    mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga

    membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus

    kecil.

    Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan

    menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun

    seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa

    tulang (osteoporosis).

    Persendian

    Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan

    ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi

    dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)

    dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang

    mungkin dilakukan pada persendian).

    Gambar. Sendi

    (http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)

  • 11

    Klasifikasi struktural persendian :

    Persendian fibrosa

    Persendian kartilago

    Persendian sinovial.

    Klasifikasi fungsional persendian :

    Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati

    Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan

    ikat fibrosa atau kartilago.

    Amfiartrosis

    Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan

    terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan

    kompresi .

    Diartrosis

    Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi

    sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan

    sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,

    dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago

    artikular.

    Klasifikasi persendian sinovial :

    Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih

    besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi

    bahu.

    Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.

    Contoh : persendian pada lutut dan siku.

    Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis

    sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal

    tulang radius dan ulna.

    Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah

    di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang

    radius dan tulang karpal.

    Sendi pelana : Contoh : ibu jari.

  • 12

    Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu

    tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian

    intervertebra.

    2. Anatomi Fisiologi Otot.

    Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah

    energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap

    perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%

    berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut

    otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan

    melakukan pekerjaan.

    Gambar. Otot pada tubuh manusia

    Fungsi sistem Muskular

    Pergerakan

    Penopang tubuh dan mempertahankan postur

    Produksi panas.

    Ciri-ciri otot

  • 13

    Kontraktilitas

    Eksitabilitas

    Ekstensibilitas

    Elastisitas

    Klasifikasi Jaringan Otot

    Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya

    striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali

    konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan

    juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan

    di jantung.

    Jenis-jenis Otot

    Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.

    Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot

    ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti

    kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada

    sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan

    sistem sirkulasi darah.

    Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan

    pada jantung.

    1.4 PATOFISIOLOGI

    Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

    kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang

    berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular

    kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau

    penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.

    Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada

    nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

    Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan

    sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

    permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

    Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

  • 14

    lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.

    Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

    Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan

    masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang

    yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.

    Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif

    gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

    Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan

    sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.

    Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,

    proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan

    meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya

    menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan

    generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi

    otot.

  • 15

    1.5 PATOFLOW

    Kekakuan sendi

    Edema, poliferasi

    membrane sinovial

    Faktor Pencetus: Bakteri,

    mikroplasma, atau virus

    Menginfeksi sendi

    secara antigenik

    Reaksi autoimun

    dalam jaringan

    sinovial

    (antibodi IgG)

    Respon IgG awal

    menghancurkan

    mikroorganisme

    Penyakit autoimun

    Predisposisi Genetik

    Individu yang mengidap AR

    membentuk antibodi IgM

    Pelepasan Faktor

    Reumatoid (FR)

    FR menempati dikapsula sendi

    Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligamen juga terjadi deruksi jaringan

    Fagositosis

    ektensif

    Akumulasi Sel

    Darah Putih

    Pembentukan

    Jaringan Parut

    Pemecahan

    Kolagen

    Membrane

    sinovium menebal

    & hipertropi

    Terbentuk

    nodul- nodul

    rematoid

    ekstrasinoviu

    m

    Kerusakan sendi

    Progresif

    Deformitas Sendi

    Ndx: Kerusakan

    Mobilitas Fisik

    Panus

    Rentang Gerak

    Berkurang

    Ndx: Gangguan

    Citra Tubuh

    Atrofi Otot

  • 16

    Kartilago

    dirusak

    Erosi Sendi dan Tulang

    Menghilangnya

    permukaan sendi

    Penurunan

    elastisitas dan

    kontraksi otot

    Hambatan

    Aliran Darah

    Nekrosis Sel

    Ndx: Kurang

    Perawatan diri

    Nyeri

    Ndx: Nyeri

    Kronis

    Ndx: Kurang

    Pengetahuan

    Mengenai penyakit

  • 17

    1.6 MANIFESTASI KLINIK

    1. Tanda dan gejala setempat

    Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning

    stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih

    dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.

    Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya

    tidak berlangsung lama.

    Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.

    Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang,

    panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling

    sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,

    meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.

    Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi

    yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat

    dilihat pada penyinaran sinar X.

    Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi

    metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi

    yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan

    kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami

    ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.

    Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada

    1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa

    olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,

    bentuknya oval atau bulat dan padat.

    Kronik Ciri khas rematoid artritis.

    2. Tanda dan gejala sistemik

    Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.

    Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:

    a. Stadium sinovitis

    Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

    ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat

    istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.

  • 18

    b. Stadium destruksi

    Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial

    terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya

    kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula

    perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.

    c. Stadium deformitas

    Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang

    kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan

    pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan

    pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

    1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.

    Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.

    Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.

    LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal

    sewaktu gejala-gejala meningkat.

    Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.

    SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.

    JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.

    Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

    sebagai penyebab AR.

    Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan

    lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan

    awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi

    dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

    Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.

    Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan

    iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.

    Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar

    dari normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,

  • 19

    perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan

    leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).

    Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan

    perkembangan panas.

    1.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI

    Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

    a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan

    prognosis penyakit ini.

    b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

    c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,

    ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien

    d) Termoterapi

    e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

    f) Pemberian Obat-obatan :

    Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan

    pada dosis yang telah ditentukan.

    Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

    Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,

    Anty Inflamatory)

    Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

    Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

    Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

    Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)

    Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

    Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

    1.9 KOMPLIKASI

    a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

    proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

    b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

    c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

    d) Terjadi splenomegali

  • 20

    1.10 PROGNOSIS

    Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung

    pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50

    70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk.

    Golongan ini umumya meninggi 10 15 tahun lebih cepat dari pada orang

    tanpa artritis reumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit

    jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna.

    Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah

    sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan

    tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara

    agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2

    tahun pertama.

    1.11 PENCEGAHAN

    Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri

    juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es.

    Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.

    Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita

    rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi

    gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,

    misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper

    yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.

    Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat

    membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh

    berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga

    ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena Jalan

    kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang

    yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.

    Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu

    melindungi terhadap serangan penyakit rematik masa depan:

    a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas

    (sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.

    b. Batasi atau menghindari alkohol.

  • 21

    c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan

    buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu

    produk-lemak.

    d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.

    e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.

    f. Menjaga berat badan yang diinginkan.

  • 22

    BAB II

    ASKEP TEORI

    2.1 DATA DASAR PENGKAJIAN

    Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya,

    (mis., mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan (mis., eksaserbasi akut atau

    remisi) dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

    2.1.1 Aktivitas/Istirahat

    Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress

    pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara

    bilateral dan simetris.

    Limitasi fungsional yang berpengaruh terhadap gaya hidup, waktu

    senggang, pekerjaan.

    Keletihan.

    Tanda : Malaise.

    Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan

    pada sendi dan otot.

    2.1.2 Kardiovaskuler

    Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten,

    sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali

    normal).

    2.1.3 Integritas Ego

    Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis; mis., finansial, pekerjaan,

    ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

    Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).

    Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, (mis.,

    ketergantungan pada diri orang lain).

    2.1.4 Makanan/Cairan

    Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/

    cairan adekuat; mual.

    Anoreksia.

    Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ).

  • 23

    Tanda : Penurunan berat badan.

    Kekeringan pada membran mukosa.

    2.1.5 Higiene

    Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan

    pribadi. Ketergantungan pada diri orang lain.

    2.1.6 Neurosensori

    Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki., hilangnya sensasi pada

    jaringan.

    Pembengkakan sendi simetris.

    2.1.7 Nyeri/Kenyamanan

    Gejala : Fase akut dari nyeri mungkin/mungkin tidak disertai oleh

    pembengkakan jaringan lunak pada sendi.

    Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).

    2.1.8 Keamanan

    Gejala : Kulit mengkilat, tegang; nodul subkutaneus.

    Lesi kulit, ulkus kaki.

    Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga.

    Demam ringan menetap.

    Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

    2.1.9 Interaksi Sosial

    Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain; perubahan peran;

    isolasi.

    2.1.10 Penyuluhan/Pembelajaran

    Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja).

    Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis

    tanpa pengujian.

    Riwayat perikarditis, lesi katup; fibrosis pulmonal, pleuritis.

    DRG menunjukan rata-rata lama dirawat: 4,8 hari.

    Pertimbangan Rencana Pemulangan:

    Mungkin membutuhkan pada transportasi, aktivitas perawatan diri dan

    tugas/pemeliharaan rumah tangga.

  • 24

    2.2 DIAGNOSA DAN PERENCANAAN

    2.2.1 Diagnosa keperawatan : Nyeri [Akut]/Kronis

    Dapat dihubungkan dengan : Agen pencedera: Distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, dekstruksi sendi.

    Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, kelelahan.

    Berfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus.

    Perilaku distraksi/respon autonomik.

    Perilaku yang bersifat berhati-hati/melindungi.

    Kriteria evaluasi : Menujukkan nyeri hilang/terkontrol.

    Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

    Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.

    Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam program kontrol nyeri.

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa

    sakit nonverbal.

    2. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

    3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur

    sesuai indikasi.

    - Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.

    - Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,

    menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian linen

    tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi.

    - Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan objeltif dan subjektif didapat)

    untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

  • 25

    4. Tempatkan/pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.

    5. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak ditempat tidur, sokong sendi yang sakit diatas dan

    dibawah, hindari gerakan yang menyentak.

    6. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan

    waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit

    beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan

    sebagainya.

    7. Berikan masase yang lembut. 8. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya

    relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback,

    visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan

    pengendalian napas.

    9. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu

    10. Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

    Kolaborasi : 11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk:

    Asetilsalisilat (aspirin);

    NSAID lainnya, mis., ibuprofen (Motrin); naproksen

    - Mengistirahakan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan: Penggunaan brace dapat menurunkan

    nyeri dan mungkin dapat mengurangi kerusakan pada sendi.

    Meskipun demikian, ketidakaktifan lama dapat mengakibatkan

    hilangnya mobilitas/ fungsi sendi.

    - Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada

    sendi.

    - Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas

    pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat

    disembuhkan.

    - Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot - Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin

    meningkatkan kemampuan koping.

    - Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

    - Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

    - ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

    ASA harus dipakai secara reguler untuk mendukung kadar

    dalam darah terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA

    memiliki indeks toksisitas yang paling rendah dari NSAID lain yang diresepkan.

    - Dapat digunakan bila pasien tidak memberikan respon pada

  • 26

    (Naprosyn); sulindak (Clinorol); piroksikam (Feldene);

    fenoprofen (Nalfon);

    D-penisilamin (Cuprimine);

    Antasida;

    Produk Kodein;

    12. Bantu dengan terapi fisik, mis., sarung tangan parafin, bak mandi dengan kolam bergelombang.

    13. Berikan es atau kompres dingin jika dibutuhkan.

    14. Pertahankan unit TENS jika digunakan.

    15. Siapkan intervensi operasi, misalnya sinovektomi

    aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin. Catatan:

    Obat-obtan ini harus diberikan dengan urutan yang meningkat

    menurut keparahan relatif dari efek-efek samping (indeks toksisitas).

    - Dapat mengontrol efek-efek sistemik dari AR jika terapi lainnya tidak berhasil. Tingkat yang tinggi dari efek-efek

    samping (mis., trombositopenia, leukopenia, anemia aplastik)

    membutuhkan pemantauan ketat. Catatan: Obat-obtan harus

    diberikan diantara waktu makan karena absorbsi obat-obatan

    menjadi tidak seimbang karena makanan dan juga produk

    antasida dan besi.

    - Diberikan dengan agen NSAID untuk meminimalkan iritasi/ketidaknyamanan lambung.

    - Meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi karena sifat kronis dari kondisi, penggunaan jangka pendek mungkin

    diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol

    nyeri parah.

    - Memberikan dukungan panas untuk sendi yang sakit. Catatan: Panas merupakan kontraindikasi pada adanya sendi-sendi yang

    panas dan bengkak.

    - Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut.

    - Rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat menghambat transmisi sensasi nyeri.

    - Pengangkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi nyeri dan membatasi progresi dari perubahan degeneratif.

  • 27

    2.2.2 Diagnosa keperawatan : Mobilitas Fisik, Kerusakan

    Dapat dihubungan dengan : Deformitas skeletal.

    Nyeri, ketidaknyamanan.

    Intoleransi terhadap aktivitas, penurunan terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.

    Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ketidakmampuan bergerak dalam lingkungan fisik.

    Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/kontrol dan

    massa [tahap lanjut].

    Hasil evaluasi : Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur.

    Mempertahankan atau pun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi

    bagian tubuh.

    Mendemostrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1. Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.

    2. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang

    terus-menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.

    3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.

    4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan

    - Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari proses inflamasi.

    - Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan,

    mempertahankan kekuatan.

    - Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan: latihan tidak adekuat

    menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas berlebihan

    dapat merusak sendi.

    - Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian

  • 28

    penggunaan bantuan mobilitas mis., trapeze.

    5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.

    6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. 7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk

    tinggi, berdiri, berjalan.

    8. Berikan lingkungan yang aman, mis menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan

    toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat.

    Kolaborasi : 9. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis

    vokasional.

    10. Berikan matras busa/pengubah tekanan. 11. Berikan obat-obatan sesuai indikasi.

    Agen antireumatik, mis., emas, natrium tiumaleat

    (Myochrysin) atau auranofin (Ridaura);

    Steroid.

    12. Siapkan untuk intervensi bedah, mis., Artroplasti;

    Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan tendon, ganglionektomi;

    Implan sendi.

    pasien. Teknik oemindahan yang tepat dapat mencegah

    robekan abrasi kulit.

    - Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi resiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan

    kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.

    - Mencegah fleksi leher. - Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.

    - Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.

    - Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam

    mengidentifikasikan alat/bantuan mobilitas.

    - Menurunkan takanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi resiko imobilitas/terjadi dekubitus.

    - Krisoterapi (garam emas) dapat menghasilkan remisi dramatis/terus- menerus tetapi dapat mengakibatkan inflamasi

    rebound bila terjadi penghentian atau efek samping serius, mis.,

    krisis nitrotoid dengan pusing, penglihatan kabur, kemerahan

    tubuh, perkembangan syok anafilaktik.

    - Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik akut.

    - Perbaikan pada kelemahan periartikuler dan subluksasi dapat meningkatkan stabilitas sendi.

    - Perbaikan berkenaan dengan defek jaringan penyambung; meningkatkan fungsi dan mobilitas.

    - Penggantian mungkin diperlukan untuk memperbaiki fungsi optimal dan mobilitas.

  • 29

    2.2.3 Diagnosa Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran.

    Dapat dihubungan dengan : Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

    Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

    Dapat dibuktikan oleh : Perubahan struktur atau fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

    Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilan.

    Perubahan pada gaya hidup/ kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan,

    ketergantungan pada orang terdekat.

    Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi. Perasaan tidak berdaya, putus asa.

    Kriteria evaluasi : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,

    perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

    Menyusun tujuan/rencana realistis untuk masa depan.

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

    2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien

    dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-

    aspek seksual.

    3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

    4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

    - Berikan kempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.

    - Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan

    kebutuhan terhadap intervensi/konseling lebih lanjut.

    - Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya

    sendiri.

    - Nyeri konstan akan melelahkan, da perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi.

  • 30

    5. Perhatikan pengaruh menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.

    6. Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu

    koping.

    7. Ikut-sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

    8. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.

    9. Berikan bantuan positif bila perlu.

    Kolaborasi:

    10. Rujuk pada konseling psikiatri, mis., perawat spesialis psikiatri perawat klinis, psikiatri/psikolog, pekerja sosial.

    11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis., antiansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.

    - Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan

    psikologis.

    - Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.

    - Meningkatkan perasaan kompetensi/ harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.

    - Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.

    - Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa

    percaya diri.

    - Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka

    panjang/ketidakmampuan.

    - Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih

    efektif.

    2.2.4 Diagnosa keperawatan : Kurang Perawatan Diri

    Dapat dihubungan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunanan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak.

    Depresi.

    Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan mengatur AKS (makan, mandi, berpakaian dan eliminasi).

    Kriteria Evaluasi : Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan

    individual. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Mengidentifikasi

    sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

  • 31

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang

    sekarang diantisipasi.

    2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

    3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan.

    Kolaborasi: 4. Konsul dengan ahli terapi okupasi.

    5. Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

    6. Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis., pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.

    - Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.

    - Mendukung kemandirian fisik/ emosional.

    - Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.

    - Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual mis., memasang kancing, menggunakan

    alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk

    mandi pancuran.

    - Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual. Memberikan lebih banyak

    keberhasilan usaha tim dengan orang lain yang ikut serta dalam

    perawatan, mis., tim terapi okupasi.

    - Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah.

    2.2.5 Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

    Dapat dihubungkan oleh : Kurangnya pemajanan/mengingat dan Kesalahan interpretasi informasi.

    Dapat dibuktikan dengan : Pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.

    Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

    Kriteria evaluasi : Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.

  • 32

    Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang

    konsisten dengan mobilitas dan/atau pembatasan aktivitas.

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    1. Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.

    2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang,

    latihan dan istirahat.

    3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan,

    terapi fisik dan manajeman stres.

    4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapetik.

    5. Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut/dibufer enterik atau salisilat nonasetil, mis., kolin salisilat (Arthropan) atau

    kolin magnesium trisalisilat (Trilisate).

    6. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida dan pada waktu tidur.

    7. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis., tinitus, lambung tidak toleran, perdarahan gastro intestinal,

    dan ruam purpurik.

    8. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi

    - Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

    - Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendi/jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan

    mencegah deformitas.

    - Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks.

    - Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis; mis., aspirin harus diberikan secara reguler untuk

    mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.

    - Preparat bersalut/dibufer dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi resiko perdarahan.

    Catatan: Produk nonasetil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi

    iritasi lambung.

    - Membatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan meningkatkan kadar darah, mengurangi

    kekakuan di pagi hari.

    - Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan

    kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi tinitus, dosis

    umumnya diturunkan menjadi 1 tablet setiap 2 atau 3 hari

    sampai berhenti.

    - Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi mis., obat

  • 33

    penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan

    dokter.

    9. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

    10. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.

    11. Berikan informasi mengenai alat bantu mis., mainan beroda/wagon untuk barang-barang bergerak, tongkat untuk

    mengambil, piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang

    dapat dinaikkan, palang keamanan.

    12. Diskusikan teknik menghemat energi, mis., duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi.

    13. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas.

    14. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya di bawah bebat, gips, alat penyokong.

    Tunjukkan pemberian bantal yang tepat.

    15. Diskusikan pentingnya obat-obatan lanjutan/pemeriksaan laboratorium, mis., LED, kadar salisilat, PT.

    16. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.

    17. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis., yayasan arthritis (bila ada).

    pilek, antidiare) yang dapat meningkatkan resiko takar lajak

    obat/efek samping yang berbahaya.

    - Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan/regenerasi jaringan.

    - Penurunan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.

    - Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

    - Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri dan kemandirian.

    - Mekanika tubuh yang baik haru menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

    - Mengurangi resiko iritasi/kerusakan kulit.

    - Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian/perbaikan yang terus-menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah

    takar lajak, efek samping yang berbahaya, mis., aspirin

    memperpanjang PT, peningkatan resiko perdarahan. Krisoterapi

    akan menekan trombosit, potensial resiko untuk

    trombositopenia.

    - Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan teknik dan/atau pilihan ain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat

    meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga

    diri/percaya diri.

    - Bantuan/dukungan dari orang lain untuk meningkatkanpemuihan maksimal.

  • 34

    BAB III

    ASKEP PADA KLIEN

    3.1 PENGKAJIAN DATA DASAR

    I. Identitas Diri Klien

    N a m a : Ny. JW

    Tanggal masuk RS : 04 April 2011

    Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 20 Juni 1959

    Sumber Informasi : Keluarga

    U m u r : 47 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat

    Alamat : Kec. Tuminting segera dihubungi (Orang

    Tua/Wali, Suami, Istri, dan

    lain-lain): Suami

    Status Perkawinan : Kawin

    A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA

    S u k u : Sanger Pekerjaan : Tukang

    Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Tuminting

    Pekerjaan : IRT

    Lama Bekerja : 25 tahun

    II. Status Kesehatan Saat ini

    1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :

    Nyeri dan kaku di bagian sendi jari-jari tangan dan pergelanggan tangan

    rasa seperti di tusuk-tusuk, sulit digerakan, kurang nafsu makan dan

    mual.

    2. Faktor Pencetus :

    Aktivitas dan pola makan pasien yang tidak teratur.

    3. Lamanya Keluhan : 4 hari

    4. Timbulnya Keluhan : ( ) bertahap

    () mendadak

    5. Faktor yang memperberat : Pasien tidak pernah melakukan pantangan

    6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :

  • 35

    Menggunakan obat herbal.

    Oleh orang lain Memberi saran

    7. Diagnosa Medik :

    Artritis Reumatoid Tanggal : 04 April 2011

    II. Riwayat Kesehatan yang lalu

    1. Penyakit yang pernah dialami :

    a. Kanak Kanak : Diare

    b. Kecelakaan : Tidak

    c. Pernah dirawat penyakit waktu

    d. Operasi : tidak

    2. Alergi :

    Tipe Reaksi Tindakan

    Debu Flu minum obat flu

    Udang kulit kemerahan minum CTM

    3. Imunisasi :

    Tipe Reaksi Tindakan

    Campak bercak-bercak merah

    pada kulit

    DPT suhu tubuh naik minum obat

    Paracatamol

    4. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain

    5. Obat obatan : Tradisional (urut)

    Lamanya : 1 Minggu

    Sendiri :

    Orang lain (resep): tidak tentu

    6. Pola Nurtisi :

    Frekwensi makan :

    Berat Badan : 59 kg

    Tinggi Badan : 160 cm

    Jenis makanan : Daging, sayur, nasi

    Makanan yang disukai : Pisang goreng dan tinutuan

  • 36

    Makanan yang tidak disukai : Chinesse Food

    Makanan pantang : Tidak

    Nafsu makan : ( ) baik

    ( ) Sedang alasan : mual/muntah/sariawan

    () Kurang alasan : mual/muntah/sariawan

    Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :

    ( ) bertambah kg

    ( ) tetap

    () berkurang 3 kg

    7. Pola Eliminasi :

    1. Buang air besar

    Frekwensi : Tidak teratur Penggunaan pencahar : tidak

    W a k t u : pagi/siang/sore/malam

    W a r n a : kecoklatan

    Konsistensi : padat

    2. Buang air kecil

    Frekwensi : normal

    W a r n a : kuning pekat

    B a u : berbau

    8. Pola tidur dan istirahat

    Waktu tidur (jam) : 10 malam

    Lama tidur/hari : 6 jam / hari

    Kebiasaan pengantar tidur : menonton TV

    Kebiasaan saat tidur :

    Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur

    ( ) sering/mudah terbangun

    ( ) merasa tidak puas setelah bangun

    tidur

    9. Pola Aktifitas dan Latihan

    1. Kegiatan dalam pekerjaan : Bersih-bersih rumah, dll

    2. Olah Raga : - Jenis : Tidak

    - Frekwensi : Tidak

  • 37

    3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan keluarga

    4. Kesulitan/keluhan dalam hal : () pergerakan tubuh

    () mandi

    ( ) mengenakan pakaian

    ( ) bersolek

    ( ) berhajat

    ( ) sesak napas setelah mengadakan

    aktifitas

    ()mudah merasa kelelahan

    10. Pola bekerja :

    1. Jenis pekerjaan : IRT Lama : 25 tahun

    2. Jumlah jam kerja : 14 jam / hari Lama : 7 hari kerja

    3. Jadwal Kerja : senin s.d minggu

    4. Lain-lain (sebutkan) :

    VI. Riwayat Keluarga

    Genogram :

    V. Riwayat Lingkungan

    Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah kumuh yang sistem

    sanitasinya tidak baik

    Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dan diare

    Polusi : terhadap air

    VI. Aspek Psikososial

    Pasien Atritis

    reumatoid

  • 38

    1. Pola pikir & persepsi

    a. Alat bantu yang digunakan :

    () Kaca mata

    ( ) alat bantu pendengaran

    b. Kesulitan yang dialami :

    () sering pusing

    ( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit

    ( ) menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin

    () membaca/menulis

    2. Persepsi Diri

    Hal yang amat dipikirkan saat ini :

    pasien berharap segera sembuh agar dapat kembali beraktivitas secara

    normal

    Harapan setelah menjalani perawatan :

    lebih memperhatikan kebersihan lingkungan

    Perubahan yang dirasa setelah sakit :

    badan terasa lemah, nyeri saat tangan digerakan dan merasa tidak

    nyaman.

    3. Suasana Hati : gelisah

    Rentang perhatian : Suami, anak dan cucu menjadi lebih perhatian

    4. Hubungan/komunikasi

    1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia

    () jelas

    ( ) relevan Bahasa Daerah: dialek Manado

    ( ) mampu mengekspresikan

    ( ) mampu mengerti orang lain

    2. Tempat Tinggal

    ( ) sendiri

    () bersama orang lain, yaitu Suami

    3. Kehidupan Berkeluarga

    - Adat istiadat yang dianut :

  • 39

    - Pembuat keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga (Suami)

    - Pola komunikasi : lancar terhadap suami,anak

    dan cucu.

    - Keuangan : ( ) memadai

    () Kurang

    4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua

    ( ) Hubungan dengan sanak saudara

    ( ) Hubungan perkawinan

    5. Kebiasaan Seksual

    1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

    ( ) fertilitas ( ) menstruasi

    () Libido ( ) kehamilan

    ( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi

    2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :

    pasien tidak terlalu memahami tentang gangguan seksual yang

    dialami

    6. Pertahanan Koping

    1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri

    () dibantu orang lain :

    sebutkan Suami

    2. Yang disukai tentang diri sendiri :

    3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Mandiri dan hemat

    4. Yang dilakukan jika stress :

    ( ) pemecahan masalah

    ( ) makan

    ( ) tidur

    ( ) makan obat

    ( ) cari pertolongan

    () lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : Diam

    5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :

  • 40

    Perawat memberikan motivasi dan dukungan agar pasien cepat

    sembuh

    7. Sistem Nilai - Kepercayaan

    1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga

    2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?

    ( ) Ya ( ) Tidak

    3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan

    frekwensi) sebutkan:

    Masuk gereja setiap minggu

    4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di

    Rumah Sakit, Sebutkan :

    Berdoa

    8. Tingkat Perkembangan :

    Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia

    dan kulit mulai

    keriput

    VII. Pengkajian Fisik

    Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit

    - Suhu tubuh : 370 C

    - Denyut Nadi : 60 kali /menit

    - Pernafasan : 18 kali /menit

    - Tekanan Darah : 90/70 mmHg

    Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan

    Kepala : bentuk : simetris dan oval

    Keluhan yang berhubungan : tidak ada

    Pusing/sakit kepala : tidak

    M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik

  • 41

    Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil

    Akomodasi : baik

    Bentuk : simetris

    Konjunctiva : merah pucat

    Fungsi penglihatan : baik

    - Baik/kabur/tidak jelas : baik

    - Dua bentuk: tidak

    - Rasa sakit : tidak

    Tanda-tanda radang tidak ada

    Pemeriksaan mata terakhir : setahun yang lalu

    Operasi tidak

    Kaca mata : menggunakan kaca mata plus

    Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak

    Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu

    Cara mengatasinya dibiarkan saja

    Pernah mengalami flu : Pasien pernah mengalami

    influensa

    Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering

    Sinus normal perdarahan tidak ada

    Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi Kerusakan gigi pada molar 3 dan 2

    superior dekstra

    Kesulitan/gangguan berbicara tidak

    Kesulitan menelan tidak

    Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah

    Pernafasan : Suara paru : Bronkhial

    Pola Nafas : Vesikuler Batuk kadang-kadang

    Sputum: tidak ada Nyeri: tidak ada

    Kemampuan melakukan aktifitas normal

  • 42

    Batuk darah tidak

    Rontgen Foto terakhir tidak dilakukan Hasil tidak ada

    Sirkulasi : Nadi Perifer: 70 kali/detik

    Capilary Refilling : 3 detik

    Distensi Vena Jugularis Tampak

    Suara Jantung tunggal

    Suara Jantung tambahan Tidak ada

    Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan

    Nyeri : pada bagian sendi jari Edema : ada

    Palpitasi Tidak ada Baal: tidak

    Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : Ekstremitas

    atas (sendi-

    sendi pada

    digiti manus)

    nyeri dan sulit

    di gerakkan.

    Clubbing tidak ada

    Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)

    Syncobe Tidak

    Rasa pusing : ada

    Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm

    H2O

    Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang

    Rasa mual : sering Muntah : Kadang

    Intake Cairan 6-7 gelas/hari

    Eliminasi :Pola rutin Normal

    (b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan

    Colostomy Tidak diterapkan

    Ileostomy Tidak diterapkan

  • 43

    Konstibasi tidak diterapkan

    Diare Kadang-kadang

    (b.a.k) Inkontinensia

    Infeksi Tidak ada

    Nematuri -

    Catheter Tidak diterapkan

    Urine Output > 2000 ml

    Reproduksi : Kehamilan Tidak___________

    Buah dada normal sesuai umur__________ Perdarahan

    tidak ada

    Pemeriksaan Pap Smear terakhir

    Hasil tidak ada______________________________

    Keputihan tidak ada

    _____________________________________

    Pemeriksaan Sendiri ___________________________

    Prostat______________________________

    Penggunaan Kateter tidak ada

    Neurologis : Tingkat kesadaran sadar

    Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu

    Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan anggota

    gerak tubuh

    Pola tingkah laku normal

    Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada

    Refleks tidak ada

    Kekuatan menggenggam : pasien sulit menggenggam

    karna pengaruh penyakit

    Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas atas ( digiti manus)

    pasien terasa kaku

    Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian digiti manus dan pergelanggan tangan

  • 44

    Kekakuan pergelanggan tangan

    Pola latihan gerak

    _______________________________

    Kulit : Warna : kemerahan pada sendi digiti manus

    Integritas : kering

    Turgor : jelek

    Data Laboratorium

    Laboratorium :

    Tes serologi (diagnostik imunologis):

    ESR : meningkat

    FR : >1:80 Positif (80%)

    JDL : Anemia sedang

    LED: 85 mm/h

    Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain

    Sinar x dari sendi yang sakit: Pembengkakan, erosi sendi, dan subluksasio.

    Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya

    Pasien mengira penyakitnya disebabkan oleh pola makan yang tidak baik

    dan karena usianya sudah semakin tua.

  • 45

    3.2 ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA

    Nama Klien: Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan : C

    DATA ETIOLOGI MASALAH DIAGNOSA

    DS:

    Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari jari tangan rasa seperti di

    tusuk-tusuk.

    Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari.

    Pasien merasa tidak nyaman.

    DO:

    Pasien kelihatan kelelahan. Pasien kelihatan meringis. KU: Lemah TTV:

    - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 kali /menit - Pernafasan : 18 kali /menit - Tekanan Darah : 90/70

    mmHg

    Edema pada sendi digiti manus, warna kemerahan.

    Skala nyeri 7 Pemeriksaan diagnostik:

    - ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80%) - JDL : Anemia sedang - LED: 85 mm/h

    Faktor Pencetus

    Inflamasi Kronis

    Pada Tendon,

    Ligamen juga terjadi

    deruksi jaringan

    Fagositosis ektensif

    Panus

    Kartilago dirusak

    Nekrosis Sel

    Erosi sendi dan

    Tulang

    Nyeri

    Nyeri

    Nyeri

    berhubungan

    dengan proses

    inflamasi dan

    destruksi sendi.

    DS:

    Pasien merasa tidak nyaman. Pasien mengatakan susah

    bergerak.

    DO:

    Pasien terlihat gelisah Pasien terlihat membatasi

    aktivitas geraknya.

    KU: Lemah TTV:

    - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 kali /menit - Pernafasan : 18 kali /menit - Tekanan Darah : 90/70

    Faktor Pencetus

    Inflamasi Kronis

    Pada Tendon,

    Ligamen juga terjadi

    deruksi jaringan

    Akumulasi Sel

    Darah Putih

    Kerusakan

    Mobilitas

    Fisik

    Kerusakan

    mobilitas

    berhubungan

    dengan

    deformitas

    skeletal.

  • 46

    mmHg

    Edema pada sendi digiti manus, warna kemerahan.

    Skala nyeri 7 Pemeriksaan diagnostik:

    - ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80%) - JDL : Anemia sedang - LED: 85 mm/h

    Terbentuk nodul-

    nodul rematoid

    ekstrasinovium

    Kerusakan sendi

    Progresif

    Deformitas Sendi

    Kerusakan Mobilitas

    Fisik

    DS:

    Pasien mengatakan tangannya sulit digerakan

    dan kaku.

    Aktivitas normal (makan,mandi,bab,bak,dll)

    dibantu oleh orang lain.

    DO:

    Pasien kelihatan tidak berdaya.

    Pasien sering ketergantungan pada orang lain.

    TTV: - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 kali /menit - Pernafasan : 18 kali /menit - Tekanan Darah : 90/70

    mmHg

    Edema pada sendi digiti manus, warna kemerahan.

    Skala nyeri 7

    Faktor Pencetus

    Inflamasi Kronis

    Pada Tendon,

    Ligamen juga terjadi

    deruksi jaringan

    Pembentukan

    Jaringan Parut

    Kekakuan sendi

    Rentang Gerak

    Berkurang

    Atrofi otot

    Gangguan Citra

    Tubuh

    Gangguan

    Citra Tubuh

    Gangguan citra

    tubuh

    berhubungan

    dengan perubahan

    penampilan dan

    kemampuan

    untuk melakukan

    tugas-tugas

    umum.

  • 47

    3.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID

    Nama Klien : Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan: C

    No Diagnosa

    Keperawatan

    RENCANA TINDAKAN

    Rasional Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi/Perencanaan

    1 Nyeri Kronik

    berhubungan dengan

    proses inflamasi dan

    destruksi sendi.

    DS:

    Pasien mengatakan nyeri dan kaku

    pada sendi-sendi

    jari jari tangan rasa seperti di

    tusuk-tusuk.

    Pasien mengatakan sering terbangun di

    malam hari.

    Pasien merasa tidak nyaman.

    DO:

    Pasien kelihatan kelelahan.

    Setelah dilakukan

    tindakan

    diharapkan dalam

    waktu kurang dari

    seminggu rasa

    nyeri pasien dapat

    terkontrol/teratasi

    Menunjukan nyeri

    hilang dan

    berpartisipasi dalam

    akitivitas sesuai

    kemampuan.

    DO:

    KU: Membaik TTV: - Suhu tubuh :36-

    370 C

    - Denyut Nadi : 60-80 kali /menit

    - Pernafasan : 12-20 kali /menit

    - Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Edema berkurang pada sendi digiti

    manus.

    Mandiri:

    - Selidiki keluhan nyeri,catat lokasi dan intensitas(skala

    0-10).

    - Berikan matras/kasar keras,bantal kecil.Tinggikan

    linen tempat tidur sesuai

    kebutuhan

    - Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada

    waktu tidur atau duduk di

    kursi.Tingkatkan istirahat di

    - Membantu dalam menentukan kebutuhan

    menejemen nyeri dan

    efektifitas program.

    - Matras yang lembut/empuk.bantal yang

    keras akan mencegah

    pemeliharaan kesejajaran

    tubuh yang

    tepat,menempatkan stres

    pada sendi yang

    sakit.Peninggian linen

    tempat tidur menurunkan

    tekanan pada sendi yang

    terinflamasi/nyeri.

    - Pada penyakit berat/eksaserbasi,tirah

    baring mungkin diperlukan

    (sampai perbaikan objektif

  • 48

    Pasien kelihatan meringis.

    KU: Lemah TTV: - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60

    kali /menit

    - Pernafasan : 18 kali /menit

    - Tekanan Darah : 90/70 mmHg

    Edema pada sendi digiti manus,

    warna kemerahan.

    Skala nyeri 7 Pemeriksaan

    diagnostik:

    - ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80

    %)

    - JDL : Anemia sedang

    - LED: 85 mm/h

    Skala nyeri berkurang

    Pemeriksaan diagnostik:

    - ESR: menurun - FR: Normal - JDL : Normal - LED: Normal

    DS:

    Pasien mengatakan nyeri

    berkurang

    Tidak terbangun saat malam hari.

    Pasien merasa nyaman.

    tempat tidur sesuai indikasi.

    - Tempatkan/pantau penggunaan bantal,karung

    pasir,gulungan

    trokhanter,beban,brace.

    - Dorong untuk sering mengubah posisi.Bantu

    pasien untuk bergerak di

    tempat tidur,sokong sendi

    yang sakit di atas dan di

    bawah,hindari gerakan yang

    menyentak.

    - Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi

    pancuran pada waktu

    bangun dan/atau pada

    waktu tidur.Sediakan

    waslap hangat untuk

    mengompres sendi-sendi

    yang sakit beberapa kali

    dan subjektif didapat)

    untuk membatasi nyeri

    cedera sendi.

    - Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan

    mempertahankan posisi

    netral.Catatan:penggunan

    brace dapat menurunkan

    nyeri dan mungkin dapat

    mengurangi kerusakan

    pada sendi.Meskipun

    demikian,ketidakaktifan

    lama dapat mengakibatkan

    hilangnya mobilitas/fungsi

    sendi.

    - Mencegah terjadinya kelelahan umum dan

    kekakuan

    sendi.Menstabilkan

    sendi,mengurangi

    gerakan/rasa sakit pada

    sendi.

    - Panas meningkatkan relaksasi otot dan

    mobilitas,menurunkan rasa

    sakit dan melepaskan

    kekakuan di pagi

    hari.Sensitvitas pada panas

    dapat di hilangkan dan luka

    dermal dapat di

  • 49

    sehari.Pantau suhhu air

    kompres,air mandi dan

    sebagainya.

    - Berikan masase yang lembut.

    Kolaborasi:

    - Berikan obat-obat sesuai petunjuk

    seperti:Asetilsalisilat

    (aspirin),D-penisilamin

    (Cuprimine),Antasida.

    sembuhkan.

    - Meningkat relaksasi/mengurangi

    tegangan otot.

    - Menurunkan rasa nyeri.

    2 Gangguan mobilitas

    fisik berhubungan

    dengan deformitas

    skeletal.

    DS:

    Pasien merasa tidak nyaman.

    Pasien mengatakan susah bergerak.

    DO:

    Pasien terlihat gelisah

    Pasien terlihat membatasi

    aktivitas geraknya.

    KU: Lemah TTV:

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama kurang

    dari seminggu

    pasien dapat

    beraktivitas dan

    tanpa gangguan

    ketidaknyamanan.

    Mempertahankan

    ataupun

    meningkatkan

    kekuatan dan fungsi

    dari dan/atau

    kompensasi bagian

    tubuh.

    DO:

    KU: Membaik TTV: - Suhu tubuh : 36-

    370 C

    - Denyut Nadi : 60-80 kali /menit

    - Pernafasan : 12-20 kali /menit

    Mandiri:

    - Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat

    inflamasi/rasa sakit pada

    sendi.

    - Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika

    diperlukan.Jadwal aktivitas

    untuk memberikan periode

    istirahat yang terus

    menerus dan tidur malam

    hari tidak terganggu.

    - Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif,demikian

    juga latihan resistif dan

    isometrik jika

    memungkinkan.

    - Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari

    perkembangan/resolusi dari

    proses inflamasi.

    - Istirahat sistemik di anjurkan selama

    eksaserbasi akut dan

    seluruh fase penyakit yang

    penting untuk mencegah

    kelelahan,mempertahankan

    kekuatan.

    - Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi,kekuatan

    otot,dan stamina

    umum.Catatan: latihan

    tidak adekuat menimbulkan

  • 50

    - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60

    kali /menit

    - Pernafasan : 18 kali /menit

    - Tekanan Darah : 90/70 mmHg

    Edema pada sendi digiti manus,

    warna kemerahan.

    Skala nyeri 7 Pemeriksaan

    diagnostik:

    - ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(8

    0%)

    - JDL : Anemia sedang

    - LED: 85 mm/h

    - Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Edema berkurang pada sendi digiti

    manus.

    Skala nyeri berkurang

    Pemeriksaan diagnostik:

    - ESR: menurun - FR: Normal - JDL : Normal - LED: Normal

    DS:

    Pasien sudah merasa nyaman.

    Pasien mengatakan jari

    tangan sudah bisa

    digerakkan.

    - Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel

    cukup.Demonstrasikan/ban

    tu teknik pemindahan dan

    penggunaan bantuan

    mobilitas,mis,trapeze.

    - Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.

    - Dorong pasien mempertahankan postur

    tegak dan duduk

    tinggi,berdiri,berjalan.

    - Berikan lingkungan yang aman,misalnya menaikan

    kursi/kloset,menggunakan

    pegangan tangga pada

    bak/pancuran dan toilet,

    penggunaan alat bantu

    mobilitas/kursi roda

    penyelamat.

    Kolaborasi:

    - Berikan matras busa/pengubah tekanan.

    kekakuan sendi,karenanya

    aktivitas yang berlebihan

    dapat merusak sendi.

    - Menghilangkan tekanan pada jaringan dan

    meningkatkan

    sirkulasi.Mempermudah

    perawatan diri dan

    kemandirian pasien.Teknik

    pemindahan yang tepat

    dapat mencegah robekan

    abrasi kulit.

    - Mencegah fleksi leher.

    - Memaksimalkan fungsi sendi.

    - Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.

    - Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah

    untuk mengurangi resiko

  • 51

    - Berikan obat-obatan sesuai indikasi:

    - Agen antireumatik

    - Steroid

    imobilitas/terjadi

    dekubitus.

    - Untuk mengatasi reumatik.

    - Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

    3 Gangguan citra

    tubuh berhubungan

    dengan perubahan

    penampilan dan

    kemampuan untuk

    melakukan tugas-

    tugas umum.

    DS:

    Pasien mengatakan tangannya sulit

    digerakan dan

    kaku.

    Aktivitas normal (makan,mandi,bab,

    bak,dll) dibantu

    oleh orang lain.

    DO:

    Pasien kelihatan tidak berdaya.

    Pasien sering ketergantungan

    pada orang lain.

    Meningkatkan

    percaya diri

    dalam

    kemampuan

    untuk

    menghadapi

    penyakit dan

    dapat beraktivitas

    secara normal.

    Mengungkapkan

    peningkatan rasa

    percaya diri dalam

    kemampuan untuk

    menghadapi

    penyakit,perubahan

    pada gaya

    hidup,dan

    kemungkinan

    keterbatasan.

    Mandiri:

    - Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang

    proses penyakit,harapan

    masa depan.

    - Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada

    pasien atau orang

    terdekat.Memastikan

    bagaimana pandangan

    pribadi pasien dalam

    menfungsikan gaya hidup

    sehari-hari,termasuk

    aspek-aspek seksual.

    - Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang

    terdekat menerima

    keterbatasan.

    - Perhatikan perilaku menarik diri,penggunaan

    menyangkal atau terlalu

    - Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa

    takut/kesalahan konsep dan

    menghadapinya secara

    langsung.

    - Mengidentifikasi bagaiman penyakit mempengaruhi

    persepsi diri dan interaksi

    dengan orang lain akan

    menentukan kebutuhan

    terhadap

    intervensi/konseling lebih

    lanjut.

    - Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat

    mempunyai pengaruh

    mayor pad bagaimana

    pasien memandang dirinya

    sendiri.

    - Dapat menunjukan emosional metode koping

    maladaptive,membutuhkan

  • 52

    TTV: - Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60

    kali /menit

    - Pernafasan : 18 kali /menit

    - Tekanan Darah : 90/70 mmHg

    Edema pada sendi digiti manus,

    warna kemerahan.

    Skala nyeri 7

    memperhatikan

    tubuh/perubahan.

    - Susun batasan pada perilaku maladaptif.Bantu

    pasien untuk

    mengidentifikasi perilaku

    positif yang dapat

    membantu koping.

    - Ikut-sertakan pasien dalam merencanakan perawatan

    dan membantu jadwal

    aktivitas.

    - Bantu dengan kebutuhan perawatan yang di

    perlukan.

    - Berikan bantuan positif bila perlu.

    Kolaborasi:

    - Rujuk pada konseling psikiatri,mis,perawat

    spesialis psikiatri perawat

    klinis,psikiatri/psikolog,pe

    kerja social.

    intervensi lebih

    lanjut/dukungan psikologis.

    - Membantu pasien untuk mempertahankan control

    diri,yang dapat

    meningkatkan perasaan

    harga diri.

    - Meningkatkan perasaan kompetensi/harga

    diri,mendorong

    kemandirian,dan