2. bab 1-3

42
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Pengertian PHBS adalah semua perilaku yang di lakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes.2007:2). PHBS adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2003:118) PHBS itu jumlahnya banyak sekali Bisa Ratusan, misalnya tentang gizi: makanan beraneka ragam makanan, minuman, tablet darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita kapsul vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. setiap rumah tangga di anjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum

Upload: idul-elia

Post on 27-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. Bab 1-3

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

1.1 Pengertian

PHBS adalah semua perilaku yang di lakukan atas kesadaran sehingga

anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat

(Depkes.2007:2).

PHBS adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,

2003:118)

PHBS itu jumlahnya banyak sekali Bisa Ratusan, misalnya tentang gizi:

makanan beraneka ragam makanan, minuman, tablet darah, mengkonsumsi garam

beryodium, memberi bayi dan balita kapsul vitamin A. Tentang kesehatan

lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan

lingkungan. setiap rumah tangga di anjurkan untuk melaksanakan semua perilaku

kesehatan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan ini adalah diharapkan mahasiswa

mampu memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Tn. J dengan PHBS dikelurahan kereng bangkirai

kecamatan sabangau kota palangka raya.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan studi kasus ini yaitu

mahasiswa mampu:

1

Page 2: 2. Bab 1-3

2

1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan

masalah PHBS di kelurahan kereng bangkirai kecamatan sabangau kota

palangka raya.

1.2.2.2 Mampu merumuskan Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan masalah

Mampu melakukan perencanan Asuhan Keperawatan padaTn. J dengan

masalah PHBS.

1.2.2.3 Mampu melakukan pelaksanaan Asuhan Keperawatan padaTn. J dengan

masalah PHBS di kelurahan kereng bangkirai kecamatan sabangau kota

palangka raya.

1.2.2.4 Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan padaTn. J dengan

masalah PHBS di kelurahan kereng bangkirai kecamatan sabangau kota

palangka raya.

Page 3: 2. Bab 1-3

3

BAB 2

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

2.1.1 Definisi

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta: kalu dan warga “kulawarga”

yang berarti :anggota” “kelompok kerabat” keluarga adalah lingkungan dimana

beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.keluarga sebagai kelompok

sosial terdiri dari sejumlah individu, terdapat ikatan, kewajiban tanggung jawab

diantara individu tersebut.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Celes (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau

lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah hubungan

perkawinan atau pengangkatan, dihihupnya suatu rumah tangga, berinteraksi satu

sama lain dan didalam peranya masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu kebudayaan.(Jhonson L & Leny R 2010).

Menurut friedman (1998) mendefinisi bahwa keluarga adalah kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan emosional

dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga. Pakar Konseling Dari Yogyakarta, Sayeki (1994) menulis bahwa

keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki

atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU

No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga sejahtera,keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

suami isteri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga

pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan

3

Page 4: 2. Bab 1-3

4

perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah)

dengan peran masing-masing serta keterkaitan emosional.

Menurut smith, (1995) keluarga telah didefinisikan dalam bebragai hal.

Perbedaan definisi keluarga bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan

oleh ‘pendefinisi’ yaitu,menurut jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional

mengenai keluarga.sebagai contoh penulis yang mengikutiorientasi teoritis para

ahli interaksi keluarga, memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi

kepribadian sehingga penekana diberikan kepada karakteristik transaksional

dinamis keluarga. Penulis yang menggunakan perspektif sistem untuk

mendefinisikan keluarga sebagi sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang

terdiri atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi

baik oleh strukturan internal maupun lingkungan eksternalnya (Friedman,Marillyn

.M .2010).

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari sepuluh

indikator yang mencakup perilaku individu dan gambaran rumah tangga (Promkes

2009). Data PHBS pada tahun 2007 mengacu pada indikator PHBS yang sudah

ditetapkan tahun 2004. Pada Indikator individu meliputi pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif,

kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak

merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup mengonsumsi

sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses

terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah

penghuni (≥8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.

Pada PHBS tahun 2007 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator,

sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita

terdiri dari 8 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah delapan (8) PHBS

diklasifikasikan “kurang” apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk

rumah tangga mempunyai balita dan nilai kurang dari lima (5) untuk rumah

tangga tanpa balita.

Dalam Riskesdas 2013 indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai

dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu

Page 5: 2. Bab 1-3

5

mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban,

konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh

tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita), dan dua indikator

rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik nyamuk). Pengertian

indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas 2013 ini adalah sebagai berikut:

1) Persalinan oleh tenaga kesehatan

2) Data ini didapatkan dari data persalinan yang terakhir yang ditolong oleh

tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga tahun terakhir sebelum

survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013)

3) Melakukan penimbangan bayi dan balita

Indikator ini menggunakan variabel individu usia 0 sampai 59 bulan

yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir.

4) Memberikan ASI eksklusif

Indikator ini menggunakan data dari riwayat pernah diberikan ASI

eksklusif diantara individu baduta usia 0 – 23 bulan. Pengertian pemberian

ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia ≤6 bulan yang hanya

mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat wawancara atau individu

baduta yang pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam bulan

atau lebih.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali

tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila

menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila

sedang menyusui).

6) Memakai jamban sehat

Perilaku menggunakan jamban sehat diukur dari perilaku buang air

besar menggunakan jamban saja.

7) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan

aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu.

Page 6: 2. Bab 1-3

6

8) Konsumsi buah dan sayur setiap hari

Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang

biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu.

2.1.2 Tipe Keluarga

Ada berberapa tipe keluarga menurut (Jhonson L & Lenny R 2010 hal 7-

20) yakni:

2.1.2.1 Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.

2.1.2.2 Keluarga konjugal, yang terdiri pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan

anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah

satu atau dua pihak orang tua.

2.1.2.3 Keluarga luas, yang ditarik atas dasar garis keturunan diatas keluarga

aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,keluarga

kakek,dan keluarga nenek.

2.1.3 Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antara pribadi, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam situasi tertentu.beberapa peran

yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

2.1.3.1 Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak berperan sebagai

pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat darai lingkungannya.

2.1.3.2 Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya, disamping

itu juga ibu daoat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya.

2.1.3.3 Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembanganya.

Page 7: 2. Bab 1-3

7

2.1.4 Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

2.1.4.1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2.1.4.2 Pemeliharan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

2.1.4.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukanya.

2.1.4.4 Sosialisasi antar anggota keluarga

2.1.4.5 Pengaturan Jumblah anggota kelurga

2.1.4.6 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

2.1.4.7 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.1.5 Fungsi Keluarga

Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus

dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang

dijalankan keluarga adalah sebagai berikut:

2.1.5.1 Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan

anak.

2.1.5.2 Fungsi sosislisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan

anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

2.1.5.3 Fungsi perlindungan dilihat dari bagimana keluarga melindungi anak

sehingga anggota keluarga merasa melindungi dan merasa aman.

2.1.5.4 Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga instuitif merasakan

perasaan dan suasana ank dan anggota yang lain dalam berkomunikasi

dan berinteraksi antara sesama anggota keluarga. Sehingga saling

pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dal

keluarga.

2.1.5.5 Fungsi angama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga

menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain

setelah dunia.

Page 8: 2. Bab 1-3

8

2.1.5.6 Fungsi ekoonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari

penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluaraga.

2.1.5.7 Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan susasana yang

menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV

bersama ,bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainya.

2.1.5.8 Fungsi biologis dilihat dari dimana keluarga merumuskan keturunan

sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan

rasa aman di antara keluarga erta membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga.

2.1.6 Perawatan Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan

masyarakat yang di tunjukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

saran / penyalur.(Jhonson L & Lenny R 2010 hal 40-45).

Alasan keluarga sebagai unit pelayanan:

2.1.6.1 Kuluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat.

2.1.6.2 Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,

mencegah,mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan

dalam kelompoknya.

2.1.6.3 Masalah-masalah kesehatan dalam keluarganya saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan

mempengaruh terhadap anggota keluarga lainya.

2.1.6.4 Dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara kesehatn para anggotanya.

2.1.6.5 Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk sebagian

upaya kesehatan masyarakat.

Page 9: 2. Bab 1-3

9

2.1.7 Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

2.1.7.1 Tujuan Umum

Meningkatkankemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga

mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatn keluarganya.

2.1.7.2 Tujuan Khusus

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah

kesehatan yang dihadapi oleh keluarga ,menanggulangi masalah-masalah

kesehatn dasar dalam keluarga,mengambil keputusan yang tepat dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit

dan meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu

hidupnya.

2.1.8 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan

2.1.8.1 Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.

2.1.8.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

2.1.8.3 Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat dibantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda.

2.1.8.4 Mempertahakan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarganya.

2.1.8.5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-

fasilitas kesehatn yang ada.

2.1.9 Keluarga sebagai sistem

Sistem adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling

berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapakan.alasan keluarga disebut sebagai sistem

adalah sebagi berikut.

1) Keluarga mempunyai susbsistem :anggota, fungsi,peran, aturan,budaya dan

lainya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.

Page 10: 2. Bab 1-3

10

2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem.

3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhu

supra sistemnya.

2.1.10 Peran Perawat Keluarga

Perawat keluarga juga ikut berperan aktif dalam perawatan keluarga

seperti yang tertera di bawah ini:

1) Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatn kepada keluarga agar:

keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri

dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatn keluarga.

2) Koordinator

Diperlukan pada keperawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai.koordinasi juga dapat diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau terafi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak

terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3) Pelaksanaan

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan

langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga

yang sakit.perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan

keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat

melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.

4) Pengawas Kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite

atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan

pengkajian tentang kesehatn keluarga.

5) Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan.agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka

Page 11: 2. Bab 1-3

11

hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus

bersikaf terbuka dan dapat dipercaya.

6) Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan

keluarga yang optimal.

7) Fasilitator

Membantu keluarga dalam mengadapi kendala untuk meningkatkan

derajat kesehatnya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,

maka perawat komunitas harus mengetahui sisitem pelayanan kesehtan

(sisitem rujukan,dana sehat).

8) Penemu Kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatn secara dini, sehingga tidak terjadi

ledakan atau wabah.

9) Modifikasi Lingkungan

komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar tercipta lingkungan

yang sehat.

2.1.11 Prinsip Keperawatan Keluarga

Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

Dalam memeberikan asuhan perawatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.

Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan

kesehatn keluarga,perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif

dan prefentif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.

Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan

keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses

pearawatan.

Page 12: 2. Bab 1-3

12

2.2 Konsep Dasar PHBS

2.2.1 Definisi PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strateginya dapat

ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada

mesyarakan maupun pada keluarga .artinya harus ada komunikasi antara kader

dan keluarga masyarakat atau memberikan informasi dan melakukan pendidikan

kesehatan.

Pengertian PHBS menurut Departemen Kesehatan RI adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri sendiri dalam

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya. Kementerian Kesehatan RI mencanangkan kebijakan baru

paradigma sehat yang merupakan cara pandang pembangunan kesehatan bersifat

holistik, proaktif, dan antisipatif. Perhatian paradigma sehat terfokus pada upaya

promosi dan pencegahan yang memprioritaskan dukungan dan alokasi sumber

daya pada berbagai upaya menjaga penduduk sehat agar tetap sehat. Kebijakan

tersebut berorientasi pada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan penduduk

agar tetap sehat dan tidak semata-mata memerhatikan warga yang sakit (Kodim,

2011).

Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan

sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih

efisein dan efektif. Warga masyarakat tampaknya lebih menyukai upaya

pengobatan yang menjadi tanggung jawab tenaga profesional terlatih dan

mengabaikan upaya pencegahan tepat guna yang mereka butuhkan dan dapat

dilakukan sendiri. Padahal, sakit membuat masyarakat kehilangan fungsi

produktif yang sulit dan mahal untuk dikembalikan. Sementara itu, upaya promosi

kesehatan yang dirancang Kementerian Kesehatan masih bersifat sentralistik dan

tidak sepenuh hati melibatkan masyarakat. Akibatnya, berhadapan dengan

kejadian luar biasa dan perluasan sebaran penyakit, masyarakat yang terbiasa

menuntut upaya pengobatan cenderung menjadi beban pemerintah (Kodim, 2011).

Tanggung jawab kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.

Page 13: 2. Bab 1-3

13

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya

sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS

(Dinkes Jateng, 2009). Masyarakat dapat menerapkan cara hidup sehat dalam

rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan (Dinkes Sulawesi

Selatan, 2006).

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan

pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan

mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan

tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka

menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatanya (Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2006:3). PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang

sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

(Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2000:4).

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari sepuluh

indikator yang mencakup perilaku individu dan gambaran rumah tangga (Promkes

2009). Data PHBS pada tahun 2007 mengacu pada indikator PHBS yang sudah

ditetapkan tahun 2004. Pada Indikator individu meliputi pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif,

kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak

merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup mengonsumsi

sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses

terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah

penghuni (≥8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.

Pada PHBS tahun 2007 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator,

Page 14: 2. Bab 1-3

14

sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita

terdiri dari 8 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah delapan (8) PHBS

diklasifikasikan “kurang” apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk

rumah tangga mempunyai balita dan nilai kurang dari lima (5) untuk rumah

tangga tanpa balita.

Dalam Riskesdas 2013 indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai

dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu

mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban,

konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh

tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita), dan dua indikator

rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik nyamuk). Pengertian

indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas 2013 ini adalah sebagai berikut:

1) Persalinan oleh tenaga kesehatan

Data ini didapatkan dari data persalinan yang terakhir yang ditolong

oleh tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga tahun terakhir

sebelum survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013).

2) Melakukan penimbangan bayi dan balita

Indikator ini menggunakan variabel individu usia 0 sampai 59 bulan

yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir.

3) Memberikan ASI eksklusif

Indikator ini menggunakan data dari riwayat pernah diberikan ASI

eksklusif diantara individu baduta usia 0 – 23 bulan. Pengertian pemberian

ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia ≤6 bulan yang hanya

mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat wawancara atau individu

baduta yang pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam bulan

atau lebih.

4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali

tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila

Page 15: 2. Bab 1-3

15

menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila

sedang menyusui).

5) Memakai jamban sehat

Perilaku menggunakan jamban sehat diukur dari perilaku buang air

besar menggunakan jamban saja.

6) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan

aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu.

7) Konsumsi buah dan sayur setiap hari

Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang

biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu.

2.2.2 Manfaat PHBS

2.2.2.1 Bagi rumah tangga

Semua anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak

tumbuh sehat dan cerdas dan pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan

untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah

pendapatan keluarga.

2.2.2.2 Bagi masyarakat

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat, masyarakat

mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan

masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber.

2.2.3 Faktor Penyebab

Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang

terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi

seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini

lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

Page 16: 2. Bab 1-3

16

2.2.4 Indikator dan Definisi Operasional PHBS

Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah

Tangga Sehat. PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut:

Indikator Gaya Hidup Sehat:

2.2.4.1 Makan buah dan sayur setiap hari

Adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang

mengkomsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya

setiap hari.

2.2.4.2 Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan

aktivitas fisik 30 menit setiap hari.

2.2.4.3 Tidak merokok dalam rumah

Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak boleh merokok

didalam rumah ketika berada bersama dengan anggota keluarga

yanglainnya.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan.

Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo S., (2010),

menjelaskan bahwa perilaku dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh faktor, antara

lain :

2.2.5.1 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.sikap.

1) Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,

binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai

aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala

macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

Page 17: 2. Bab 1-3

17

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain,

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa

tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif (melakukan tindakan).

Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai

segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya,

khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta

tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.

Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis

yaitu :

(1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan

rangsangan.

(2) Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan

atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan

mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat

keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial

budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap

pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan

keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan

mengembangkan perilakunya.

(3) Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan

terahadap situasi dan rangsangan dari luar.

2) Pengukuran Perilaku

Cara mengukur perilaku ada 2 cara yaitu:

(1) Perilaku dapat diukur secara langsung yakni dengan pengamatan

(observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara

kesehatanya, misalnya dimana responden membuang air besar, makanan

yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizi, dan

sebagainya.

(2) Perilaku yang diukur secara tidak langsung menggunakan metode

mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-

Page 18: 2. Bab 1-3

18

pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan

berhubungan dengan kesehatan. Misalnya, untuk mengetahui perilaku

gizi ibu terhadap anak balitanya, dengan menanyakan makanan apa saja

yang diberikan kepada anakanya selama 24 jam terakhir. Untuk

mengetahui perilaku ante natal care, dapat menanyakan apakah pada

kehamilan terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, dimana, dan

sebagainya (Notoatmodjo S. , 2010).

3) Batasan Perilaku

Perilaku dilihat dari segi biologis adalah suatu kegiatan atauaktivitas

makhluk hidup. Perilaku manusia, pada hakikatnya adalahtindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri antara lain : berjalan,berbicara, bekerja,

kuliah, dan sebagainya. Dari uraian ini dapatdisimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung,maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

(1) Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku menurut Skiner dalam

Notoatmodjo(2007), maka perilaku kesehatan adalah suatu respon

seseorang terhadapstimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistempelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta

lingkungan. Daribatasan ini, perilaku kesehatan dapat diklas ifikasikan

menjadi 3 kelompok:

(2) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau

usahausahaseseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

tidaksakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

(3) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanankesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan

(healthseeking behaviour)Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau

tindakan seseorangpada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

Page 19: 2. Bab 1-3

19

Tindakan atauperilaku ini dimulai dari mengobati diri sendiri (self

treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

(4) Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik

lingkunganfisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga

lingkungantersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoatmodjo,

2007).

(5) Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang

berkaitandengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankankesehatannya.

(6) Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit

danpenyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang :

penyebabdan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

(7) Perilaku peran sakit ( the sick role behaviour)

Perilaku peran sakit dilihat dari segi sosiologi, orang sakit(pasien)

mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right)dan

kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban iniharus

diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain, yangselanjutnya

dise but perilaku peran orang sakit (the sick role)(Notoatmodjo, 2007).

Page 20: 2. Bab 1-3

20

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawata

3.1.1 Pengkajian

1) Kepala Keluarga

Nama : Tn. J

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 40 Tahun

Alamat : Jln. Mangkuraya RW 1 RT 01

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia

Diagnosa : PHBS

2) Daftar Anggota Keluarga

No Nama Jenis Kelamin

Hub dgn KK

Umur Pendidikan Pekerjaan

1 Ny. K Perempuan Istri 38 tahun SD IRT

2 An. A Laki-Laki Anak 13 tahun SD Pelajar

3 An. F Laki-Laki Anak 7 tahun _ _

3) Genogram Keluarga

4) Tipe Keluarga Tn. J adalah keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

5) Latar belakang Keluarga Ny.K rata-rata adalah orang Banjar, bahasa yang

digunakan keluarga sehari-hari adalah bahasa banjat dan Indonesia, di dalam

keluarga Tn. J percaya terhadap tim kesehatan sehingga tidak ada pengaruh

budaya terhadap kesehatan keluarga.

6) Identifikasi Agama Keluarga Tn. J adalah penganut agama islam.

7) Keluarga Tn. J mempunyai status kelas sosial rendah, terlihat keluarga Tn.J

tidak mempedulikan lingkungan masyarakat sekitar.

8) Pola makan keluarga:

20

Page 21: 2. Bab 1-3

21

Frekuensi makan: 3 kali sehari.

Menu : nasi, sayur, lauk-pauk, buah-buahan.Rekreasi keluarga dalam

memanfaatkan waktu luang adalah menonton tv dan berkumpul bersama

saudaranya.

9) Karakteristik tetangga Tn. J sedikit tertutup kemudian menurut Tn. J tetangga

sekitar rumahnya baik dan ramah.

10) Mobilitas geografis keluarga sebelumnya Tn. J menempati rumah sewa,

pendidikan Tn. J adalah SD, Ny. K (Istri) adalah SD

11) Perkumpulan keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Ny.K kurang kooperatif terhadap masyarakat sekitar rumahnya terlihat dari

kegiatan yang dilakukan oleh ketua RT Tn. J tidak mau ikut berpartisipasi.

12) Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya

Tn. J tidak mempunyai masalah dalam kesehatan keluarga namaun

bermasalah dengan PHBS terlihat dedaunan yang berserakan didepan rumah.

3.1.2 Tahap Perkembangan dan Sejarah Keluarga

3.1.2.1 Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan keluarga saat ini

1) Keluarga dengan anak usia sekolah.

2) Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah

Mempertahan keluarga yang sehat, baik dalam atau luar keluarga

(keluarga dengan lingkungan sekitar)

Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.

3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya adalah batuk, pilek.

4) Sistem pendukung keluarga yaitu:

Yang berperan dalam memperhatikan keluarganya yang sakit adalah

kepala keluarga.

Biaya pengobatan ditanggung KK dengan biaya sendiri.

Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan ± 1 km dari rumah.

3.1.3 Struktur Keluarga

Page 22: 2. Bab 1-3

22

3.1.3.1 Pola Komunikasi Keluarga

Pada saat mengambil keputusan kepala keluarga melakukan

musyawarah bersama, dan cara kepala keluarga dalam mendidik/ada

melakukan kesalahan kepala keluarga akan menegur dan menasehati

anggota keluarganya.

3.1.3.2 Struktur Kekuatan Keluarga

Yang berperan dalam mengambil keputusan dalam keluarga adalah

Tn. J (Sebagai ayah, suami bagi istri dan anaknya), Ny. K (sebagai ibu dan

istri bagi suami dan anaknya), An. A sebagai anak, An. F sebagai anak.

3.1.3.3 Struktur Peran

Tn. J : Sebagai Kepala keluarga dan pengambil keputusan.

Ny. K : Pendukung dalam mengambil keputusan.

3.1.3.4 Nilai-nilai Keluarga

Nilai dan norma yang diyakini keluarga tidak jauh berpegang pada

nilai ajaran agama.

3.1.4 Data Lingkungan

3.1.4.1 Karakteristik Rumah

Tipe rumah tipe 4X6 m2 terdiri dari ruang tamu sekaligus tempat

menonton TV, dan tempat memasak. Tipe bangunan tidak permanent

dengan lantai papan. Keadaan ventilasi cukup terlihat dari masing-masing

jendela memiliki ventilasi, dengan pengaturan alat dan bahan rumah

tangga tidak tertata rapi. Sumber air minum keluarga menggunakan air

dari pompa air. Kebiasaan memasak sehari-hari keluarga adalah lebih

sering memotong sayur terlebih dahulu dibandingkan dengan mencuci.

3.1.5 Fungsi Keluarga

Page 23: 2. Bab 1-3

23

3.1.5.1 Fungsi Apektif

Kemampuan KK dalam mendidik anggota keluarganya baik terlihat

dari segi pembicaraan terhadap anggota keluarga yang lain bicara KK

cukup sopan.

3.1.5.2 Fungsi Sosialisasi

Perilaku keluarga selalu menekankan pada ajaran agama yang di anut.

3.1.5.3 Fungsi Perawatan Kesehatan

Ketika ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga

yang lain membantu mencari pertolongan.

3.1.5.4 Fungsi Reproduksi

Keluarga dengan Pus, Ny.K menggunakan KB suntik 3 bulan.

3.1.6 Pemeriksaan Fisik

3.1.6.1 Pemeriksaan umum

Tn. J : Cukup Bersih dan Rapi.

Ny. K : Cukup Bersih dan Rapi.

An. A : Bersih dan Rapi.

An.A : Kurang Bersih dan Rapi.

3.1.6.2 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Tn. J

TD : 100/70 mmHg

Ny. K

TD : 120/80 mmHg.

3.1.6.3 Keluhan yang Dirasakan Saat Ini

Tidak ada keluhan yang dirasakan keluarga saat ini.

3.1.7 Harapan Keluarga

Page 24: 2. Bab 1-3

24

Tn. J berharap keluarga selalu diberikan kesehatan dan tidak ada yang sakit-

sakitan.

Palangka Raya, 16 Juni 2014

Mahasiswa,

(IDUL ELIA)

2010.C.02a.0047

3.1.8 Prioritas Masalah

Page 25: 2. Bab 1-3

25

1) Diagnosa keperawatan keluarga :- Kerusakan pemeliharaan rumah b.d ketidak

mampuan Tn. J melakukan tindak perawatan rumah yang sehat.

No Kriteria Perhitungan Pembenaran1. Sifat Masalah:

-Tidak/kurang : 3-Ancaman kesehatan:2 -Keadaan sejahtera :1

3x 1 = 1 3

Masalah dapat membuat berbagai penyakit muncul,contoh anak ISPA.

2. Kemungkinan Masalah Untuk Dirubah :-Mudah : 3-Sebagian : 2 -Tidak dapat : 1

2 x 2 = 2 2

Ip semakin maju.tapi keluarga Tn. J ktidak menyadari pentingya rumah sehat.

3. Potensial Masalah

Untuk Dicegah:

-Tinggi : 3

-Cukup : 2

-Rendah: 1

2 x 1 = 23 3

Keluarga Tn. J tidak mau tahu bagaimana tindakan yang tepat untuk anggota kelurganya.

4. Menonjolnya Masalah:-Masalah berat hrs sgra : 2-Ada masalah,tp tdk prlu : 1-Msalah dk di rasakan : 0

0 x 1= 0 2

Keluarga Tn. J merasa masalah ini tidak ada.

Total Skor

323

Page 26: 2. Bab 1-3

26

2) Diagnosa keperawatan keluarga : Resiko tinggi penularan ISPA b.d

ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkugan yang sehat

No Kriteria Perhitungan Pembenaran

1. Sifat Masalah:

-Tidak/kurang : 3

-Ancaman

kesehatan:2

-Keadaan sejahtera :1

3 x 1= 1

3

An. F ISPA,apabila tidak di

atasi,di kawatirkan bisa

menular.

2. Kemungkinan

masalah dapat di

ubah:

-Mudah : 3

-Sebagian : 2

-Tidak dapat : 1

2x 2 = 2

2 3

Melalui penkes keluarga Tn. J

mau merubah pola hidup.

3. Potensial Masalah

Untuk Di Cegah:

-Tinggi : 3

-Cukup : 2

-Rendah: 1

2 x 1 = 2

3 3

Keluarga belum tahu mengapa

ISPA bisa terjadi pada banyak

orang.

4. Menonjolnya

Masalah:

. -Masalah berat hrs

sgra : 2

-Ada masalah,tp tdk

prlu : 1

-Msalah dk di

rasakan : 0

1 x 1 = 1

2 2

Keluarga mengalami

pentingnya pengetahuan ,

akan tettapi tidak ada upaya

untuk belajar

Total Skor3

86

Page 27: 2. Bab 1-3

27

3) Diagnosa keperawatan keluarga : Resiko penularan penyakit akibat

lingkungan tidak sehat b.d ketidakmampuan keluarga memilihara dan

memodifikasi lingkungan keluarga.

No Kriteria Perhitungan Pembenaran

1. Sifat Masalah:

-Tidak/kurang : 3

-Ancaman

kesehatan:2

-Keadaan sejahtera :1

3 x 1= 1

3

Masalah lingkungan tidak

sehat dapat menadi ancaman

bagi kesehatan.

2. Kemungkinan

masalah dapat di

ubah:

2 x 2 = 2

2 3

Ilmu pengetahuan semakin

maju , Namun dari

pengetahuan keluarga Tn. J

tidak mengalami pentingnya

kesehatan.

3. Potensial Masalah

Untuk Di Cegah:

-Tinggi : 3

-Cukup : 2

-Rendah: 1

2 x 1 = 2

3 3

Keluarga Tn. J

bahasa/potensial masalah yang

akan dating apabila tidak di

cegah.

4. Menonjolnya

Masalah:

-Ada masalah,tp tdk

prlu : 1

-Msalah dk di

rasakan : 0

1 x 1 = 1

2 2

Kelurga Tn. J selama ini tidak

menyadari hal ini sebagai

masalah dalam kesehatan

anggota keluarganya.

Total Skor3

12

Page 28: 2. Bab 1-3

28

3.1.9 Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga Sesuai Prioritas.

1) Kesehatan pemeliharaan rumah b.d ketidakmampuan keluarga T. J melakukan

tindakan perewatan di rumah yang sehat.

2) Resiko tinggi penularan ISPA b.d ketidakmampuan keluarga dan memdifikasi

lingkungan dengan masalah ISPA.

3) Resiko penularan penyakit akibat yang tidak sehat b.d ketidakmampuan keluarga

memilahara dan memodifikasi lingkungan.