2. bab 1-3
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1 Pengertian
PHBS adalah semua perilaku yang di lakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat
(Depkes.2007:2).
PHBS adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,
2003:118)
PHBS itu jumlahnya banyak sekali Bisa Ratusan, misalnya tentang gizi:
makanan beraneka ragam makanan, minuman, tablet darah, mengkonsumsi garam
beryodium, memberi bayi dan balita kapsul vitamin A. Tentang kesehatan
lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan
lingkungan. setiap rumah tangga di anjurkan untuk melaksanakan semua perilaku
kesehatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan ini adalah diharapkan mahasiswa
mampu memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Tn. J dengan PHBS dikelurahan kereng bangkirai
kecamatan sabangau kota palangka raya.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan studi kasus ini yaitu
mahasiswa mampu:
1
2
1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan
masalah PHBS di kelurahan kereng bangkirai kecamatan sabangau kota
palangka raya.
1.2.2.2 Mampu merumuskan Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan masalah
Mampu melakukan perencanan Asuhan Keperawatan padaTn. J dengan
masalah PHBS.
1.2.2.3 Mampu melakukan pelaksanaan Asuhan Keperawatan padaTn. J dengan
masalah PHBS di kelurahan kereng bangkirai kecamatan sabangau kota
palangka raya.
1.2.2.4 Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan padaTn. J dengan
masalah PHBS di kelurahan kereng bangkirai kecamatan sabangau kota
palangka raya.
3
BAB 2
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
2.1.1 Definisi
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta: kalu dan warga “kulawarga”
yang berarti :anggota” “kelompok kerabat” keluarga adalah lingkungan dimana
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.keluarga sebagai kelompok
sosial terdiri dari sejumlah individu, terdapat ikatan, kewajiban tanggung jawab
diantara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celes (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau
lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah hubungan
perkawinan atau pengangkatan, dihihupnya suatu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan didalam peranya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.(Jhonson L & Leny R 2010).
Menurut friedman (1998) mendefinisi bahwa keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Pakar Konseling Dari Yogyakarta, Sayeki (1994) menulis bahwa
keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki
atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU
No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera,keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami isteri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga
pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan
3
4
perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
dengan peran masing-masing serta keterkaitan emosional.
Menurut smith, (1995) keluarga telah didefinisikan dalam bebragai hal.
Perbedaan definisi keluarga bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan
oleh ‘pendefinisi’ yaitu,menurut jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional
mengenai keluarga.sebagai contoh penulis yang mengikutiorientasi teoritis para
ahli interaksi keluarga, memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi
kepribadian sehingga penekana diberikan kepada karakteristik transaksional
dinamis keluarga. Penulis yang menggunakan perspektif sistem untuk
mendefinisikan keluarga sebagi sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang
terdiri atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi
baik oleh strukturan internal maupun lingkungan eksternalnya (Friedman,Marillyn
.M .2010).
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari sepuluh
indikator yang mencakup perilaku individu dan gambaran rumah tangga (Promkes
2009). Data PHBS pada tahun 2007 mengacu pada indikator PHBS yang sudah
ditetapkan tahun 2004. Pada Indikator individu meliputi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif,
kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak
merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup mengonsumsi
sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses
terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni (≥8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.
Pada PHBS tahun 2007 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator,
sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita
terdiri dari 8 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah delapan (8) PHBS
diklasifikasikan “kurang” apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk
rumah tangga mempunyai balita dan nilai kurang dari lima (5) untuk rumah
tangga tanpa balita.
Dalam Riskesdas 2013 indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai
dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu
5
mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban,
konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh
tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita), dan dua indikator
rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik nyamuk). Pengertian
indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas 2013 ini adalah sebagai berikut:
1) Persalinan oleh tenaga kesehatan
2) Data ini didapatkan dari data persalinan yang terakhir yang ditolong oleh
tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga tahun terakhir sebelum
survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013)
3) Melakukan penimbangan bayi dan balita
Indikator ini menggunakan variabel individu usia 0 sampai 59 bulan
yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir.
4) Memberikan ASI eksklusif
Indikator ini menggunakan data dari riwayat pernah diberikan ASI
eksklusif diantara individu baduta usia 0 – 23 bulan. Pengertian pemberian
ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia ≤6 bulan yang hanya
mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat wawancara atau individu
baduta yang pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam bulan
atau lebih.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali
tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila
menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila
sedang menyusui).
6) Memakai jamban sehat
Perilaku menggunakan jamban sehat diukur dari perilaku buang air
besar menggunakan jamban saja.
7) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan
aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu.
6
8) Konsumsi buah dan sayur setiap hari
Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang
biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu.
2.1.2 Tipe Keluarga
Ada berberapa tipe keluarga menurut (Jhonson L & Lenny R 2010 hal 7-
20) yakni:
2.1.2.1 Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2.1.2.2 Keluarga konjugal, yang terdiri pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan
anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah
satu atau dua pihak orang tua.
2.1.2.3 Keluarga luas, yang ditarik atas dasar garis keturunan diatas keluarga
aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,keluarga
kakek,dan keluarga nenek.
2.1.3 Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antara pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam situasi tertentu.beberapa peran
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
2.1.3.1 Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak berperan sebagai
pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat darai lingkungannya.
2.1.3.2 Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya, disamping
itu juga ibu daoat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
2.1.3.3 Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembanganya.
7
2.1.4 Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
2.1.4.1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.1.4.2 Pemeliharan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
2.1.4.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukanya.
2.1.4.4 Sosialisasi antar anggota keluarga
2.1.4.5 Pengaturan Jumblah anggota kelurga
2.1.4.6 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
2.1.4.7 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.1.5 Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus
dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang
dijalankan keluarga adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak.
2.1.5.2 Fungsi sosislisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan
anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
2.1.5.3 Fungsi perlindungan dilihat dari bagimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa melindungi dan merasa aman.
2.1.5.4 Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga instuitif merasakan
perasaan dan suasana ank dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antara sesama anggota keluarga. Sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dal
keluarga.
2.1.5.5 Fungsi angama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain
setelah dunia.
8
2.1.5.6 Fungsi ekoonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluaraga.
2.1.5.7 Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan susasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV
bersama ,bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainya.
2.1.5.8 Fungsi biologis dilihat dari dimana keluarga merumuskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan
rasa aman di antara keluarga erta membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga.
2.1.6 Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang di tunjukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
saran / penyalur.(Jhonson L & Lenny R 2010 hal 40-45).
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan:
2.1.6.1 Kuluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2.1.6.2 Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah,mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan
dalam kelompoknya.
2.1.6.3 Masalah-masalah kesehatan dalam keluarganya saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
mempengaruh terhadap anggota keluarga lainya.
2.1.6.4 Dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatn para anggotanya.
2.1.6.5 Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk sebagian
upaya kesehatan masyarakat.
9
2.1.7 Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
2.1.7.1 Tujuan Umum
Meningkatkankemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga
mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatn keluarganya.
2.1.7.2 Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga ,menanggulangi masalah-masalah
kesehatn dasar dalam keluarga,mengambil keputusan yang tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
dan meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.
2.1.8 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan
2.1.8.1 Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
2.1.8.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
2.1.8.3 Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat dibantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
2.1.8.4 Mempertahakan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
2.1.8.5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatn yang ada.
2.1.9 Keluarga sebagai sistem
Sistem adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling
berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapakan.alasan keluarga disebut sebagai sistem
adalah sebagi berikut.
1) Keluarga mempunyai susbsistem :anggota, fungsi,peran, aturan,budaya dan
lainya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
10
2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem.
3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhu
supra sistemnya.
2.1.10 Peran Perawat Keluarga
Perawat keluarga juga ikut berperan aktif dalam perawatan keluarga
seperti yang tertera di bawah ini:
1) Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatn kepada keluarga agar:
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatn keluarga.
2) Koordinator
Diperlukan pada keperawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai.koordinasi juga dapat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terafi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3) Pelaksanaan
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit.perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4) Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatn keluarga.
5) Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka
11
hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikaf terbuka dan dapat dipercaya.
6) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
7) Fasilitator
Membantu keluarga dalam mengadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatnya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,
maka perawat komunitas harus mengetahui sisitem pelayanan kesehtan
(sisitem rujukan,dana sehat).
8) Penemu Kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatn secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9) Modifikasi Lingkungan
komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar tercipta lingkungan
yang sehat.
2.1.11 Prinsip Keperawatan Keluarga
Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
Dalam memeberikan asuhan perawatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.
Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatn keluarga,perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif
dan prefentif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
pearawatan.
12
2.2 Konsep Dasar PHBS
2.2.1 Definisi PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strateginya dapat
ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada
mesyarakan maupun pada keluarga .artinya harus ada komunikasi antara kader
dan keluarga masyarakat atau memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan.
Pengertian PHBS menurut Departemen Kesehatan RI adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri sendiri dalam
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Kementerian Kesehatan RI mencanangkan kebijakan baru
paradigma sehat yang merupakan cara pandang pembangunan kesehatan bersifat
holistik, proaktif, dan antisipatif. Perhatian paradigma sehat terfokus pada upaya
promosi dan pencegahan yang memprioritaskan dukungan dan alokasi sumber
daya pada berbagai upaya menjaga penduduk sehat agar tetap sehat. Kebijakan
tersebut berorientasi pada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan penduduk
agar tetap sehat dan tidak semata-mata memerhatikan warga yang sakit (Kodim,
2011).
Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan
sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih
efisein dan efektif. Warga masyarakat tampaknya lebih menyukai upaya
pengobatan yang menjadi tanggung jawab tenaga profesional terlatih dan
mengabaikan upaya pencegahan tepat guna yang mereka butuhkan dan dapat
dilakukan sendiri. Padahal, sakit membuat masyarakat kehilangan fungsi
produktif yang sulit dan mahal untuk dikembalikan. Sementara itu, upaya promosi
kesehatan yang dirancang Kementerian Kesehatan masih bersifat sentralistik dan
tidak sepenuh hati melibatkan masyarakat. Akibatnya, berhadapan dengan
kejadian luar biasa dan perluasan sebaran penyakit, masyarakat yang terbiasa
menuntut upaya pengobatan cenderung menjadi beban pemerintah (Kodim, 2011).
Tanggung jawab kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.
13
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS
(Dinkes Jateng, 2009). Masyarakat dapat menerapkan cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan (Dinkes Sulawesi
Selatan, 2006).
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan
pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan
mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan
tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatanya (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2006:3). PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
(Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2000:4).
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari sepuluh
indikator yang mencakup perilaku individu dan gambaran rumah tangga (Promkes
2009). Data PHBS pada tahun 2007 mengacu pada indikator PHBS yang sudah
ditetapkan tahun 2004. Pada Indikator individu meliputi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif,
kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak
merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup mengonsumsi
sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses
terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni (≥8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.
Pada PHBS tahun 2007 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator,
14
sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita
terdiri dari 8 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah delapan (8) PHBS
diklasifikasikan “kurang” apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk
rumah tangga mempunyai balita dan nilai kurang dari lima (5) untuk rumah
tangga tanpa balita.
Dalam Riskesdas 2013 indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai
dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu
mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban,
konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh
tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita), dan dua indikator
rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik nyamuk). Pengertian
indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas 2013 ini adalah sebagai berikut:
1) Persalinan oleh tenaga kesehatan
Data ini didapatkan dari data persalinan yang terakhir yang ditolong
oleh tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga tahun terakhir
sebelum survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013).
2) Melakukan penimbangan bayi dan balita
Indikator ini menggunakan variabel individu usia 0 sampai 59 bulan
yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir.
3) Memberikan ASI eksklusif
Indikator ini menggunakan data dari riwayat pernah diberikan ASI
eksklusif diantara individu baduta usia 0 – 23 bulan. Pengertian pemberian
ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia ≤6 bulan yang hanya
mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat wawancara atau individu
baduta yang pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam bulan
atau lebih.
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali
tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila
15
menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila
sedang menyusui).
5) Memakai jamban sehat
Perilaku menggunakan jamban sehat diukur dari perilaku buang air
besar menggunakan jamban saja.
6) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan
aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu.
7) Konsumsi buah dan sayur setiap hari
Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang
biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu.
2.2.2 Manfaat PHBS
2.2.2.1 Bagi rumah tangga
Semua anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak
tumbuh sehat dan cerdas dan pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan
untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
2.2.2.2 Bagi masyarakat
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat, masyarakat
mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan
masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber.
2.2.3 Faktor Penyebab
Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang
terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi
seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini
lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.
16
2.2.4 Indikator dan Definisi Operasional PHBS
Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah
Tangga Sehat. PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut:
Indikator Gaya Hidup Sehat:
2.2.4.1 Makan buah dan sayur setiap hari
Adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang
mengkomsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya
setiap hari.
2.2.4.2 Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan
aktivitas fisik 30 menit setiap hari.
2.2.4.3 Tidak merokok dalam rumah
Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak boleh merokok
didalam rumah ketika berada bersama dengan anggota keluarga
yanglainnya.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo S., (2010),
menjelaskan bahwa perilaku dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh faktor, antara
lain :
2.2.5.1 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.sikap.
1) Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,
binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang
17
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain,
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa
tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif (melakukan tindakan).
Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai
segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis
yaitu :
(1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
(2) Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan
atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan
mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat
keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial
budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap
pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan
keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan
mengembangkan perilakunya.
(3) Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan
terahadap situasi dan rangsangan dari luar.
2) Pengukuran Perilaku
Cara mengukur perilaku ada 2 cara yaitu:
(1) Perilaku dapat diukur secara langsung yakni dengan pengamatan
(observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara
kesehatanya, misalnya dimana responden membuang air besar, makanan
yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizi, dan
sebagainya.
(2) Perilaku yang diukur secara tidak langsung menggunakan metode
mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-
18
pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan
berhubungan dengan kesehatan. Misalnya, untuk mengetahui perilaku
gizi ibu terhadap anak balitanya, dengan menanyakan makanan apa saja
yang diberikan kepada anakanya selama 24 jam terakhir. Untuk
mengetahui perilaku ante natal care, dapat menanyakan apakah pada
kehamilan terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, dimana, dan
sebagainya (Notoatmodjo S. , 2010).
3) Batasan Perilaku
Perilaku dilihat dari segi biologis adalah suatu kegiatan atauaktivitas
makhluk hidup. Perilaku manusia, pada hakikatnya adalahtindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri antara lain : berjalan,berbicara, bekerja,
kuliah, dan sebagainya. Dari uraian ini dapatdisimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung,maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
(1) Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku menurut Skiner dalam
Notoatmodjo(2007), maka perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadapstimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistempelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Daribatasan ini, perilaku kesehatan dapat diklas ifikasikan
menjadi 3 kelompok:
(2) Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau
usahausahaseseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidaksakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
(3) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanankesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan
(healthseeking behaviour)Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau
tindakan seseorangpada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
19
Tindakan atauperilaku ini dimulai dari mengobati diri sendiri (self
treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.
(4) Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkunganfisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga
lingkungantersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoatmodjo,
2007).
(5) Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang
berkaitandengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankankesehatannya.
(6) Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit
danpenyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang :
penyebabdan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
(7) Perilaku peran sakit ( the sick role behaviour)
Perilaku peran sakit dilihat dari segi sosiologi, orang sakit(pasien)
mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right)dan
kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban iniharus
diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain, yangselanjutnya
dise but perilaku peran orang sakit (the sick role)(Notoatmodjo, 2007).
20
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawata
3.1.1 Pengkajian
1) Kepala Keluarga
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 40 Tahun
Alamat : Jln. Mangkuraya RW 1 RT 01
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Diagnosa : PHBS
2) Daftar Anggota Keluarga
No Nama Jenis Kelamin
Hub dgn KK
Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Ny. K Perempuan Istri 38 tahun SD IRT
2 An. A Laki-Laki Anak 13 tahun SD Pelajar
3 An. F Laki-Laki Anak 7 tahun _ _
3) Genogram Keluarga
4) Tipe Keluarga Tn. J adalah keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
5) Latar belakang Keluarga Ny.K rata-rata adalah orang Banjar, bahasa yang
digunakan keluarga sehari-hari adalah bahasa banjat dan Indonesia, di dalam
keluarga Tn. J percaya terhadap tim kesehatan sehingga tidak ada pengaruh
budaya terhadap kesehatan keluarga.
6) Identifikasi Agama Keluarga Tn. J adalah penganut agama islam.
7) Keluarga Tn. J mempunyai status kelas sosial rendah, terlihat keluarga Tn.J
tidak mempedulikan lingkungan masyarakat sekitar.
8) Pola makan keluarga:
20
21
Frekuensi makan: 3 kali sehari.
Menu : nasi, sayur, lauk-pauk, buah-buahan.Rekreasi keluarga dalam
memanfaatkan waktu luang adalah menonton tv dan berkumpul bersama
saudaranya.
9) Karakteristik tetangga Tn. J sedikit tertutup kemudian menurut Tn. J tetangga
sekitar rumahnya baik dan ramah.
10) Mobilitas geografis keluarga sebelumnya Tn. J menempati rumah sewa,
pendidikan Tn. J adalah SD, Ny. K (Istri) adalah SD
11) Perkumpulan keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Ny.K kurang kooperatif terhadap masyarakat sekitar rumahnya terlihat dari
kegiatan yang dilakukan oleh ketua RT Tn. J tidak mau ikut berpartisipasi.
12) Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. J tidak mempunyai masalah dalam kesehatan keluarga namaun
bermasalah dengan PHBS terlihat dedaunan yang berserakan didepan rumah.
3.1.2 Tahap Perkembangan dan Sejarah Keluarga
3.1.2.1 Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan keluarga saat ini
1) Keluarga dengan anak usia sekolah.
2) Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah
Mempertahan keluarga yang sehat, baik dalam atau luar keluarga
(keluarga dengan lingkungan sekitar)
Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.
3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya adalah batuk, pilek.
4) Sistem pendukung keluarga yaitu:
Yang berperan dalam memperhatikan keluarganya yang sakit adalah
kepala keluarga.
Biaya pengobatan ditanggung KK dengan biaya sendiri.
Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan ± 1 km dari rumah.
3.1.3 Struktur Keluarga
22
3.1.3.1 Pola Komunikasi Keluarga
Pada saat mengambil keputusan kepala keluarga melakukan
musyawarah bersama, dan cara kepala keluarga dalam mendidik/ada
melakukan kesalahan kepala keluarga akan menegur dan menasehati
anggota keluarganya.
3.1.3.2 Struktur Kekuatan Keluarga
Yang berperan dalam mengambil keputusan dalam keluarga adalah
Tn. J (Sebagai ayah, suami bagi istri dan anaknya), Ny. K (sebagai ibu dan
istri bagi suami dan anaknya), An. A sebagai anak, An. F sebagai anak.
3.1.3.3 Struktur Peran
Tn. J : Sebagai Kepala keluarga dan pengambil keputusan.
Ny. K : Pendukung dalam mengambil keputusan.
3.1.3.4 Nilai-nilai Keluarga
Nilai dan norma yang diyakini keluarga tidak jauh berpegang pada
nilai ajaran agama.
3.1.4 Data Lingkungan
3.1.4.1 Karakteristik Rumah
Tipe rumah tipe 4X6 m2 terdiri dari ruang tamu sekaligus tempat
menonton TV, dan tempat memasak. Tipe bangunan tidak permanent
dengan lantai papan. Keadaan ventilasi cukup terlihat dari masing-masing
jendela memiliki ventilasi, dengan pengaturan alat dan bahan rumah
tangga tidak tertata rapi. Sumber air minum keluarga menggunakan air
dari pompa air. Kebiasaan memasak sehari-hari keluarga adalah lebih
sering memotong sayur terlebih dahulu dibandingkan dengan mencuci.
3.1.5 Fungsi Keluarga
23
3.1.5.1 Fungsi Apektif
Kemampuan KK dalam mendidik anggota keluarganya baik terlihat
dari segi pembicaraan terhadap anggota keluarga yang lain bicara KK
cukup sopan.
3.1.5.2 Fungsi Sosialisasi
Perilaku keluarga selalu menekankan pada ajaran agama yang di anut.
3.1.5.3 Fungsi Perawatan Kesehatan
Ketika ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga
yang lain membantu mencari pertolongan.
3.1.5.4 Fungsi Reproduksi
Keluarga dengan Pus, Ny.K menggunakan KB suntik 3 bulan.
3.1.6 Pemeriksaan Fisik
3.1.6.1 Pemeriksaan umum
Tn. J : Cukup Bersih dan Rapi.
Ny. K : Cukup Bersih dan Rapi.
An. A : Bersih dan Rapi.
An.A : Kurang Bersih dan Rapi.
3.1.6.2 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tn. J
TD : 100/70 mmHg
Ny. K
TD : 120/80 mmHg.
3.1.6.3 Keluhan yang Dirasakan Saat Ini
Tidak ada keluhan yang dirasakan keluarga saat ini.
3.1.7 Harapan Keluarga
24
Tn. J berharap keluarga selalu diberikan kesehatan dan tidak ada yang sakit-
sakitan.
Palangka Raya, 16 Juni 2014
Mahasiswa,
(IDUL ELIA)
2010.C.02a.0047
3.1.8 Prioritas Masalah
25
1) Diagnosa keperawatan keluarga :- Kerusakan pemeliharaan rumah b.d ketidak
mampuan Tn. J melakukan tindak perawatan rumah yang sehat.
No Kriteria Perhitungan Pembenaran1. Sifat Masalah:
-Tidak/kurang : 3-Ancaman kesehatan:2 -Keadaan sejahtera :1
3x 1 = 1 3
Masalah dapat membuat berbagai penyakit muncul,contoh anak ISPA.
2. Kemungkinan Masalah Untuk Dirubah :-Mudah : 3-Sebagian : 2 -Tidak dapat : 1
2 x 2 = 2 2
Ip semakin maju.tapi keluarga Tn. J ktidak menyadari pentingya rumah sehat.
3. Potensial Masalah
Untuk Dicegah:
-Tinggi : 3
-Cukup : 2
-Rendah: 1
2 x 1 = 23 3
Keluarga Tn. J tidak mau tahu bagaimana tindakan yang tepat untuk anggota kelurganya.
4. Menonjolnya Masalah:-Masalah berat hrs sgra : 2-Ada masalah,tp tdk prlu : 1-Msalah dk di rasakan : 0
0 x 1= 0 2
Keluarga Tn. J merasa masalah ini tidak ada.
Total Skor
323
26
2) Diagnosa keperawatan keluarga : Resiko tinggi penularan ISPA b.d
ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkugan yang sehat
No Kriteria Perhitungan Pembenaran
1. Sifat Masalah:
-Tidak/kurang : 3
-Ancaman
kesehatan:2
-Keadaan sejahtera :1
3 x 1= 1
3
An. F ISPA,apabila tidak di
atasi,di kawatirkan bisa
menular.
2. Kemungkinan
masalah dapat di
ubah:
-Mudah : 3
-Sebagian : 2
-Tidak dapat : 1
2x 2 = 2
2 3
Melalui penkes keluarga Tn. J
mau merubah pola hidup.
3. Potensial Masalah
Untuk Di Cegah:
-Tinggi : 3
-Cukup : 2
-Rendah: 1
2 x 1 = 2
3 3
Keluarga belum tahu mengapa
ISPA bisa terjadi pada banyak
orang.
4. Menonjolnya
Masalah:
. -Masalah berat hrs
sgra : 2
-Ada masalah,tp tdk
prlu : 1
-Msalah dk di
rasakan : 0
1 x 1 = 1
2 2
Keluarga mengalami
pentingnya pengetahuan ,
akan tettapi tidak ada upaya
untuk belajar
Total Skor3
86
27
3) Diagnosa keperawatan keluarga : Resiko penularan penyakit akibat
lingkungan tidak sehat b.d ketidakmampuan keluarga memilihara dan
memodifikasi lingkungan keluarga.
No Kriteria Perhitungan Pembenaran
1. Sifat Masalah:
-Tidak/kurang : 3
-Ancaman
kesehatan:2
-Keadaan sejahtera :1
3 x 1= 1
3
Masalah lingkungan tidak
sehat dapat menadi ancaman
bagi kesehatan.
2. Kemungkinan
masalah dapat di
ubah:
2 x 2 = 2
2 3
Ilmu pengetahuan semakin
maju , Namun dari
pengetahuan keluarga Tn. J
tidak mengalami pentingnya
kesehatan.
3. Potensial Masalah
Untuk Di Cegah:
-Tinggi : 3
-Cukup : 2
-Rendah: 1
2 x 1 = 2
3 3
Keluarga Tn. J
bahasa/potensial masalah yang
akan dating apabila tidak di
cegah.
4. Menonjolnya
Masalah:
-Ada masalah,tp tdk
prlu : 1
-Msalah dk di
rasakan : 0
1 x 1 = 1
2 2
Kelurga Tn. J selama ini tidak
menyadari hal ini sebagai
masalah dalam kesehatan
anggota keluarganya.
Total Skor3
12
28
3.1.9 Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga Sesuai Prioritas.
1) Kesehatan pemeliharaan rumah b.d ketidakmampuan keluarga T. J melakukan
tindakan perewatan di rumah yang sehat.
2) Resiko tinggi penularan ISPA b.d ketidakmampuan keluarga dan memdifikasi
lingkungan dengan masalah ISPA.
3) Resiko penularan penyakit akibat yang tidak sehat b.d ketidakmampuan keluarga
memilahara dan memodifikasi lingkungan.