tugas resume hiperpigmentasi kel 8 farter a

9
TUGAS RESUME HIPERPIGMENTASI KELOMPOK 8 FARMAKOTERAPI II A Bercak hitam atau coklat disebut juga dengan kelainan hiperpigmentasi atau hipermelanosis. Kelainan ini merupakan keluhan yang sangat sering ditemukan dalam praktek sehari-hari dengan manifestasi yang dapat terdistribusi pada semua permukaan kulit. Pemilihan terapi untuk mengatasi kelainan hiperpigmentasi sangat beragama tergantung pada patologi kelainannya. Secara patologi, hiperpigmentasi yang terjadi disebabkan oleh : a. Peningkatan jumlah melanin di epidermis seperti pada lentigines b. Peningkatan jumlah melanin di epidermis dan dermis bagian atas yang tersebar seperti pada melasma dan apabilasebaran melanin ini bersama makrofag dapat dijumpai pada hiperpigmentasi pasca inflamasi. c. Dijumpai melanin di dalam melanosit dan melanofag pada dermis bagian tengah dan bawah seperti pada blue nevi d. Deposisi melanosit pada dermis yang terutama dijumpai pada kelainan hiperpigmentasi kongenital e. Peningkatan jumlah melanosit (hipermelanosit) pada epidermis dan dermis seperti pada nevus pigmentosus f. Adanya melanin pada keratinosit bersama dengan sebaran hemosiderin pada melanofag, misalnya pada hemokromatsis

Upload: dheriz-lopelope-decha

Post on 13-Jul-2016

25 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

TUGAS RESUME HIPERPIGMENTASI

KELOMPOK 8

FARMAKOTERAPI II A

Bercak hitam atau coklat disebut juga dengan kelainan hiperpigmentasi atau

hipermelanosis. Kelainan ini merupakan keluhan yang sangat sering ditemukan dalam

praktek sehari-hari dengan manifestasi yang dapat terdistribusi pada semua permukaan kulit.

Pemilihan terapi untuk mengatasi kelainan hiperpigmentasi sangat beragama tergantung pada

patologi kelainannya.

Secara patologi, hiperpigmentasi yang terjadi disebabkan oleh :

a. Peningkatan jumlah melanin di epidermis seperti pada lentigines

b. Peningkatan jumlah melanin di epidermis dan dermis bagian atas yang tersebar seperti

pada melasma dan apabilasebaran melanin ini bersama makrofag dapat dijumpai pada

hiperpigmentasi pasca inflamasi.

c. Dijumpai melanin di dalam melanosit dan melanofag pada dermis bagian tengah dan

bawah seperti pada blue nevi

d. Deposisi melanosit pada dermis yang terutama dijumpai pada kelainan

hiperpigmentasi kongenital

e. Peningkatan jumlah melanosit (hipermelanosit) pada epidermis dan dermis seperti

pada nevus pigmentosus

f. Adanya melanin pada keratinosit bersama dengan sebaran hemosiderin pada

melanofag, misalnya pada hemokromatsis

g. Deposisi pigmen eksogen pada dermis tato.

Biosintesis melanin

Melanin adalah turunan indole DOPA (dihidroksi fenilalanin) yang dibentuk dalam

melanosum melalui beberapa tahapan oksidasi. Berdasarkan atas warna akhir dari sintesis

melanin, berat molekul dan derajat kelarutannya, dikenal 2 tipe melanin yaitu melanin dengan

ciri berwarna hitam atau coklat, sukar larut dan berat molekulnya tinggi disebut eumelanin.

Sementara melanin yang berwarna kuning kemerahan, mudah larut dan berat molekulnya

lebih rendah disebut feomelanin.

Page 2: Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

Sintesis melanin dimulai dengan hidroksilasi asam amino tirosine oleh enzim

tirosinase menjadi L-DOPA. L-DOPA berfungsi sebagai co-faktor dalam proses oksidasi

berikutnya dan sebagai substrat enzim tirosinase. L-DOPA dioksidasi menjadi

DOPAquinone, kemudian DOPAguinone dikonversi menjadi DOPAchrome. DOPAchrome

kemudian dikonversi oleh enzim tirosinase menjadi DHI (5,6-dihydroxyindole) atau dikatalis

oleh enzim DOPAchrome taumerase atau TRP2 menjadi DHICA (5,6-dihydroxy-in-dole-2-

carbocylic acid). DHI kemudian dikonversi menjadi melanin DHI yang berwarna hitam, tidak

larut dan mempunyai berat molekul tinggi, sedangkan DHICA dikonversi menjadi melanin

DHICA yang berwarna coklat, kurang larut dan mempunyai berat molekul sedang.

DOPAquinone juga dapat berikatan dengan glutahione atau cysteine membentuk

cysteinyl DOPA yang berwarna kuning kemerahan, larut dan mempunyai berat molekul

ringan yang disebut feomelanin.

Farmakoterapi hiperpigmentasi

a. Bahan pemutih topikal

Sampai saat ini dikenal banyak sekali jenis bahan pemutih dengan efektivitas yang

bervariasi bahkan masih banyak yang belum terbukti efektivitasnya berdasarkan pada

kaidah-kaidah ilmiah. Mekanisme kerja bahan pemutih adalah dengan menghambat pada

satu atau beberapa tahapan sintesi melanin. Beberapa bahan pemutih yang sering dipakai

untuk kelainan hiperpigmentasi adalah : hidrokuinon; asam kojik (5-hydroxymethil-4-

pyrone); asam azeleat; vitamin C topikal; Glabridin (ekstrak Licorice); berberry dan

arbutin; kedelai (soy); dan niasinamid. Adapun bahan yang dapat meningkatkan efektifitas

bahan pemutih yaitu: asam retinoat dan retino; asam glikolat; kombinasi dengan

kortikosteroid dan komponen lainnya.

b. Pengelupasan kimiawi

Pengelupasan kimiawi merupakan salah satu prosedur pengolesan bahan kimia yang

mengakibatkan perubahan struktur epidermis maupun dermis, mempercepat turnover

epidermis dan menghilangkan keratinosit berpigmen, sehingga dapat dipakai untuk

kelainan hiperpigmentasi. Bahan pengelupasan kimia ini seperti asam glikolat (GA);

triclor acetid acid (TCAA) 50% dan asam salisilat 20-30%. Pengelupasan kimiawi dengan

asam glikolat 30-40% setiap 2-3 minggu ternayata mampu meningkatkan kerja bahan

pemutih seperti hidrokuinon, walaupun untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam

pemakaian bahan ini pada pasien berkulit gelap kerena dapat menyebabkan

hiperpigmentasi pasca inflamasi.

Page 3: Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

c. Mikrodermabrasi

Mikrodermabrasi merupakan tindakan non invasif , walaupun tindakan ini belum

dibuktikan evektifitasnya dan efek jangka panjangnya, namun tindakan ini paling sering

dilakukan untuk keperluan estetik. Prosedur tindakan ini memerlukan waktu sekitar 20-30

menit dan dianjurkan untnuk dilakukan pengulangan setiap 2-4 minggu. Mikrodermabrasi

diindikasikan untuk tujuan estetik, termasuk untuk mengatasi kelainan hiperpigmentasi

seperti melasma, hiperpigmentasi pasca inflamasi, dan kelainan diskromia akibat penuaan

kulit. Pada penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa mikrodermabrasi aman dilakukan

pada berbagai kelainan hiperpigmentasi dan pada berbagai tipe kulit 1.

d. Terapi laser

Prinsip penggunaan laser untuk terapi hiperpigmentassi sama dengan untuk indikasi lain

yaitu berdasarkan prinsip selektif fototermolisis. Laser yang dipilih adalah jenis Q

switched dengan panjang gelombang 500-1100 nm yang sesuai dengan target

kromofornya berupa melanin. Kelainan hiperpigmentasi yang dapat diterapi dengan laser

adalah lesi-lesi hiperpigmentasi di epidermis dan dermis, seperti : lentigo, efelid, berbagai

nevus dan tato.

e. Tabir surya

Tabir surya adalah bahan yang ditujukan untuk mengurangi efek buruk pajanan sinar

matahari seperti efek terbakar surya, tanning dan supresi respon imun dengan cara

menyerap, memantulkan atau menghamburkan energi sinar matahari yang sampai di kulit.

Dikenal 2 macam tabir surya yaitu tabir surya sistemik seperti beta karoten, vitamin C,

vitamin E dan tabir surya topikal baik yang bersifat fisik maupun kimiawi.

Pertimbangan terapi hiperpigmentasi

Telah disebutkan diatas berbagai bahan dan modalitas terapi kelainan

hiperpigmentasi. Hal yang lebih penting dari semua terapi dan tindakan di atas adalah

ketepatan dalam diagnosis, mengetahui patologi kelainan hiperpigmentasi, kesiapan pasien

dalam menerima terapi atau tindakan, pengetahuan teknis obat-obatan dan tindakan,

dosimetri, mengetahui indikasi, kontra indikasi, faktor resiko dan efek samping.

Page 4: Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

A. Adakah obat yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit ?

Jawaban :

Secara umum dikenal beberapa modalitas terapi untuk kelainan hiperpigmentasi seperti

hidrokuinon sebagai bahan pemutih kulit, bahan kosmeseutikal alami, chemical peeling

(pengelupasan kimiawi), mikrodermabrasi dan terapi laser. Bahan pemutih kulit tersedia

sangat beragam, disamping mengatasi hiperpigmentasi, pada pemakaian jangka panjang

dapat memicu peradangan yang pada akhirnya meninggalkan hiperpigmentasi yang justru

dapat lebih berat dari sebelumnya.

B. Pengobatan pada penyakit hipopigmentasi yaitu :

Jawaban :

Penderita dapat diberikan obat-obat yang dapat meningkatkan melanin seperti

a. Pengobatan Topikal

1. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat

digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit sebelum mandi

2. Salisil spiritus 10%

3. Turunan azol, misalnya mikonazol,,klormazol, dan ekonazol dalam bentuk

topikal

4. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

5. Larutan Tiosulfas natrikus 25%, dioleskan sehari 2 kaki sehabis mandi selama

2 minggu

b. Pengobatan Sistemik

Pengobatan sistemik diberikan apabila pemakaian obat topikal tidak berhasil, obat

yang dapat diberikan yaitu :

1. Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari

2. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan

atau tidak responsif dengan terapi lainnya

C. Kapan pemilihan obat dan pemilihan terapi untuk penataklasaan penyakit

hiperpigmentasi ?

Jawaban :

Tidak ada ketentuan kapan pemilihan obat dan terapi untuk penatalaksaan

hiperpigmentasi, namun pertimbangan utama dalam pengobatan hiperpigmentasi yaitu

Page 5: Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

tergantung pada lokasi pigmen terletak di bagian epidermis atau dermis, seberapa adekuat

hiperpigmentasi yang terjadi dan bagaimana respon pasien terhadap obat-obatan yang

akan diberikan, namun pada umumnya terapi laser diberikan kepada pasien yang

mengalami hiperpigmentasi yang berat, karena terapi laser cepat,efektif namun

mempunyai kerugian yaitu harganya yang mahal.

D. Apa yang menyebabkan terbentuknya hiperpigmentasi ?

Jawaban :

Banyak obat dapat menyebabkan perubahan warna kulit dan menganggu dalam

memproduksi dan membentuk melanin. Tergantung pada obat, hiperpigmentasi dapat

bervariasi. Misalnya, pasien yang menggunakan antikonvulsan seperti fenitoin,

fenobarbital, dan carbamazepine beresiko 10% terkena hiperpigmentasi apabla

menggunakan antikonvulsan selama lebih dari 1 tahun. Wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral kebanyakan mengalami melasma, atau bercak-bercak coklat tidak teratur

pada pipi, dahi, atau di atas bibir. Perubahan hormon estrogen dan progesteron, serta

paparan dari sinar matahari dapat menyebabkan dikaitkan terjadinya peningkatan

pembentukan melanin.

Pasien dengan hiperpigmentasi yang diinduksi obat dapat menggunakan bleaching

kulit krim dan / atau agen kosmetik yang membantu untuk meratakan warna kulit.

Hydroquinone atau asam kojik digunakan untuk membantu dalam pemutihan daerah gelap

dari kulit, karena bahan-bahan tersebut dapat terikat dengan asam α-hidroksi, yang

membantu untuk perlahan mengelupaskan lapisan terluar dari kulit. Pasien yang

menggunakan krim pemutih mutlak harus menggunakan tabir surya sebagai pencegahan

terjadinya hiperpigmentasi.

Page 6: Tugas Resume Hiperpigmentasi Kel 8 Farter A

Daftar Pustaka :

1. Saghari S. 2009. Skin Pigmentation and Pigmentation Disorders. In: Baumann L, Saghari

S, Weisberg E (eds) Cosmetic Dermatologi, Principles and Practice, 2nd ed. New

York. Mc Graw Hill Medical.

2. Lepeere H, Boone B, [et al]. 2008. Hypomelanosis and Hypermelanosis.: dermatology in

General Medicine 7th edition, vil 1. New York : McGraw Hill Medical.

3. Bandem, Ary Widhyasti. 2013. Analisis pemilihan Terapi Kelainan Kulit

Hiperpigmentasi. Medical review : Medicinus, Surabaya

4. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc.Graw Hill

Company. USA.

5. Partogi, Donna. 2008. Pityriasis Versikolor dan Diagnosis Bandingnya. Medan:

Dapartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin