tugas ikm ii

21
TUGAS IKM II UPAYA MENGURANGI MATERNAL MORTALITY RATE (MMR) DI KABUPATEN NGANJUK,PROBOLINGGO, DAN TRENGGALEK – JAWA TIMUR NAMA : RIGAR DAVID S NIM : G2A 009 051 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Upload: rigar-david-s

Post on 26-Jun-2015

306 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS IKM II

TUGAS IKM II

UPAYA MENGURANGI MATERNAL MORTALITY RATE

(MMR)

DI KABUPATEN NGANJUK,PROBOLINGGO, DAN

TRENGGALEK – JAWA TIMUR

NAMA : RIGAR DAVID S

NIM : G2A 009 051

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2009

Page 2: TUGAS IKM II

BAB I

LATAR BELAKANG

Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi yang sangat dahsyat. Masyarakat

menjadi makin urban dan modern. Kalau tigapuluh tahun yang lalu masyarakat urban baru

mencapai sekitar 20 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dewasa ini sudah mendekati 50

persen. Namun, Indonesia masih sangat terkenal dengan sebutan negara dengan tingkat kematian

ibu hamil dan melahirkan paling tinggi di dunia. Salah satu sebabnya adalah karena masyarakat

masih miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tingkah laku masyarakat umumnya

dicerminkan oleh keadaan sumber daya manusia yang rendah mutunya itu.Untuk beberapa lama

telah dikembangkan upaya besar untuk menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan

itu. Biarpun telah dicapai hasil yang memadai, tetapi dirasakan masih kurang cepat dibandingkan

dengan tuntutan masyarakat yang makin luas. Dalam suasana seperti ini kita harus

mengembangkan strategi komunikasi yang jitu untuk lebih lanjut menurunkan tingkat kematian

ibu mengandung dan melahirkan yang masih tinggi itu.

Angka kematian ibu (AKI di Indonesia saat ini masih merupakan masalah nasional yang

harus mendapat perhatian serius, dalam upaya mempercepat penurunan angka kematiannya

sekaligus untuk mencapai target 125/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Salah satu upaya

yang dilakukan adalah dengan metode Making Pregnancy Safer (MPS=membuat persalinan

hidup) yang diprakarsai Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan merupakan strategi sektor

kesehatan yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu.

Hal itu ditegaskan Menteri Kesehatan dr. Achmad Sujudi di sela-sela Pencanangan

Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer acuan untuk program penurunan angka

kematian ibu dan bayi di Indonesia melalui peningkatan akses dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu berkualitas yang cost Effektip kepada ibu hamil, bersalin dan nifas.

Di Indonesia permasalaha AKI dalam dasa warsa terakhir ini memang telah menurun

sekitar 25 % dari kondisi semula yaitu dari 450 per 100.000 kelahiran pada tahun 1996 menjadi

334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 berdasarkan Survei Demografi Kesehatan

1997. Namun angka tersebut masih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga dan diperkirakan

Page 3: TUGAS IKM II

tidak dapat mencapai target yang ingin dicapai pada akhir tahun 2000, yaitu 225 per 100.000

kelahiran.

Ditambahkannya, penyebab dan latar belakang kematian ibu di Indonesia sangat

kompleks dan menyangkut bidang-bidang yang ditangani banyak sektor baik lingkungan

pemerintah maupun swasta, termasuk universitas serta organisasi profesi. Untuk itu upaya

percepatan penurunannya memerlukan penanganan menyeluruh terhadap masalah yang ada dan

melibatkan semua sektor terkait.

Namun karena keterbatasan sumber daya yang ada, tidak semua kegiatan yang berkaitan

dengan upaya penurunan angka kematian ibu dilaksanakan dengan intensitas yang sama.

Kegiatan prioritas yang cost efektip dan mempunyai dampak langsung terhadappenurunan

jumlah kematian ibu adalah MPS sebagai pilihan utama.

Pelayanan kesehatan ibu difokuskan pada upaya pencapaian ketiga pesan kunci program

MPS, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan

neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur harus mempunyai akses

terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Walaupun MPS memfokuskan pada tiga pesan kunci, namun keberhasilannya memerlukan

dukungan dari sektor non kesehatan, organisasi profesi, swasta danpartisipasi luas dari keluarga

dan masyarakat, selain dukungan dan kegiatan lainnya yang dapat digali di masing-masing

daerah, sehingga program penurunan angka kematian ibu bisa tercapai sesuai target. Saat ini

telah dirumuskan strategi MPS, yaitu peningkatan kualitas dan akses pelayanan yang didukung

dengan kerja sama lintas program, lintas sektor terkait dan masyarakat termasuk swasta,

pemberdayaan keluarga dan perempuan serta pemberdayaan masyarakat.

Page 4: TUGAS IKM II

BAB II

ANALISIS SITUASI

A. Penyebab kematian ibu hamil di Kabupaten Nganjuk, Probolinggo, Trenggalek

Pemantauan kematian ibu dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Berbasis masalah dan

Berbasis-keluarga telah dilaksanakan dalam kurun waktu yang kurang lebih sama di

dataran rendah dan pegunungan di kabupaten Nganjuk (1997- 2000), Probolinggo (1998-

2002) dan Trenggalek (1998-2002) dengan estimasi jumlah persalinan berturut-turut

77.046, 91.820 dan 51.724. Jumlah penduduk berturut-turut 1.013.103, 969.593 dan

674.226 dengan mata pencaharian terbanyak petani. Pelayanan kesehatan ibu dan

pemantauan kematian ibu di pedesaan dilakukan oleh bidan di desa dengan menggunakan

kartu skor. Ketiga kabupaten tersebut telah mengumpulkan kartu skor secara berjenjang

dan kontinyu dari bidan di desa, Puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten, Dinas

Kesehatan Propinsi dan terkumpul di Pusat Safe Motherhood RSU Dr. Soetomo.

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa angka kematian ibu hamil di Indonesia

masih tinggi. Penyebab dari kematian ibu hamil di Kabupaten Nganjuk, Probolinggo,

Trenggalek adalah :

a. Perdarahan

Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara

mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu.

b. Preeklamsia dan Eklampsia

Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang

bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya

tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita

hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan

tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,

meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.

Page 5: TUGAS IKM II

Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali,

kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor

resiko yang lain adalah :

Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.

Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.

Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.

Kegemukan.

Mengandung lebih dari satu orang bayi.

Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.

Kondisi lanjutan dari preeklamsia yang tidak teratasi dengan baik adalah

Eklamsia. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13

persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen. Selain

mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering

mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan

kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.

c. Sepsis

Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi

karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit

menular akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10

persen kematian ibu (rata-rata dunia 15 persen). Deteksi dini terhadap infeksi

selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar

dapat menanggulangi masalah ini. Partus lama, yang berkontribusi bagi sembilan

persen kematian ibu (rata-rata dunia 8 persen), sering disebabkan oleh disproposi

cephalopelvic, kelainan letak, dan gangguan kontraksi uterus.

Page 6: TUGAS IKM II

d. Penyebab lain

Selain sebab-sebab di atas, masih banyak penyebab kematian ibu di Kota

Pekalongan, diantaranya adalah:

1. Anemia

Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan

anak dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur,

bayi dengan berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan

bayi baru lahir.

2. Di rumah

Keputusan keluarga untuk menangani ibu hamil mempengaruhi

keselamatan ibu. Pengetahuan yang rendah, keterbatasan biaya dan sosial

budaya dapat menyebabkan kurangnya bantuan persalinan ibu.

3. Di perjalanan

Keterlambatan penanganan ibu melahirkan akibat jarak rumah dan tempat

bersalin yang telalu jauh.

4. Keterlambatan di tempat pelayanan kesehatan

Misalnya puskesmas dan rumah sakit, kendala-kendala yang dihadapi adalah :

Ketidaksiapan petugas kesehatan

Keterbatasan alat dan bahan yang akan digunakan untuk persalinan

Sikap petugas yang kurang kompeten

Page 7: TUGAS IKM II

B. Data Kematian Ibu Hamil Kabupaten Nganjuk, Probolinggo, Trenggalek Dan

Penyebabnya

DATA KEMATIAN IBU HAMIL KABUPATEN NGANJUK, PROBOLINGGO,

TRENGGALEK

TAHUN 1997 S/D 2002

Th. 1997 Th. 1998 Th. 1999 Th. 2000 Th. 2001 Th. 20020

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

NganjukProbolinggoTrenggalek

DATA PENYEBAB KEMATIAN IBU HAMIL KABUPATEN NGANJUK,

PROBOLINGGO, TRENGGALEK

TAHUN 1997 S/D 2002

Penyebab Nganjuk Probolinggo

Trenggalek Seluruh

Perdarahan ante partum 5 13 2 20

Perdarahan Post partum 20 23 10 53

Perdarahan pp/ Ret. Plac. 1 - 6 7

Pre eklampsi berat/Eklampsi 12 8 3 23

Infeksi 15 4 5 24

Partus Lama - 4 7 11

Penyakit ibu 5 5 3 13

Page 8: TUGAS IKM II

BAB III

INTERVENSI DAN REKOMENDASI

A. INTERVENSI

MENYELAMATKAN REPRODUKSI KELUARGA

Kematian ibu di Indonesia yang sia-sia karena mengandung dan melahirkan, yang

limapuluh tahun lalu sempat mencapai angka antara 700 sampai 800 per 100.000 kelahiran,

dibanding dengan sekitar 3 – 7 per 100.000 kelahiran di negara-negara maju, sungguh sangat

memprihatinkan. Kematian itu disebabkan karena ibu-ibu Indonesia mengandung dan

melahirkan pada usia terlalu muda, kurang persiapan semasa remaja, terlalu sering, tidak

mendapat pengawasan dan perawatan selama mengandung atau sudah terlalu tua masih

mengandung dan melahirkan. Melihat hal itu berlalu tanpa upaya pencegahan yang berarti,

para ahli kebidanan dan penyakit kandungan serta kelompok peduli lain tergerak hatinya dan

melakukan langkah-langkah awal yang signifikan. Mereka menyatu, bertekad dan berusaha

membantu para ibu dan keluarganya dengan advokasi dan upaya peningkatan pengetahuan

ibu-ibu tentang reproduksi sehat. Kelompok itu berusaha memberikan pelayanan kebidanan

yang makin meluas di masyarakat. Gerakan itu dimulai sekitar tahun 1950-1960 yang

sekaligus merupakan awal dari upaya besar-besaran menolong keluarga Indonesia

menyelamatkan para ibu dan keluarganya melalui program KB. Karena itu program KB dan

pelayanan kesehatan ibu, pendidikan reproduksi kepada calon ibu, pelayanan reproduksi

kepada ibu hamil dan melahirkan, hampir tidak dapat dipisahkan. Bahkan program KB, atau

kegiatan KB, pada awal kelahirannya di Indonesia akhir tahun 1950 itu hampir indentik

dengan dokter, khususnya dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Pendekatan Klinik

Karena itu sewaktu program KB untuk pertama kali digerakkan secara resmi di

Indonesia pada tahun 1970, hampir seluruhnya dilakukan dengan pendekatan klinik. Program

KB menggelar pelayanan medis dan KB untuk para ibu di Klinik-klinik Ibu dan Anak milik

jajaran Departemen Kesehatan.

Dengan pendekatan itu para ibu, yang umumnya datang ke klinik memeriksakan anak

balitanya, dijadikan sasaran utama untuk diperkenalkan pada program KB. Ibu-ibu itu

Page 9: TUGAS IKM II

mendapat petunjuk tentang bahaya mengandung dan melahirkan yang terlalu sering, serta

dianjurkan melakukan pencegahan dengan mengikuti program KB. Apabila Ibu itu sepakat,

segera dilayani KB dengan diberikan kontrasepsi secara cuma-cuma. Pendekatan klinik itu

mempunyai hambatan yang tidak kecil. Pada masa itu para ibu jarang sekali datang ke klinik

untuk memeriksakan dirinya. Ibu mengandung yang datang di klinik biasanya hanya kalau

mempunyai masalah dengan kandungannya. Umumnya kedatangan mereka sudah sangat

terlambat, sehingga banyak yang tidak dapat ditolong lagi.

Pendekatan Kemasyarakatan

Belajar dari pengalaman serta memperhatikan pengalaman PKBI sebelumnya,

dirasakan bahwa pendekatan klinik saja tidak akan mencapai sasaran menyelamatkan proses

reproduksi keluarga Indonesia dengan sempurna. BKKBN, lembaga coordinator program

KB di Indonesia yang diresmikan pemerintah pada tahun 1970, dengan ketuanya yang

pertama, dr. Soewardjono Soerjaningrat, seorang ahli kebidanan dan penyakit kandungan,

mengembangkan pendekatan kemasyarakatan dengan membawa program KB keluar dari

batas-batas tembok klinik yang ada.

GERAKAN IBU SEHAT SEJAHTERA

Biarpun upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan ibu dengan antara lain

menurunkan tingkat kematian itu sudah dilakukan dengan sungguh-sungguh, masih terasa

bahwa urusan perbaikan kesehatan Ibu itu berjalan lamban. Angka kematian ibu hamil,

melahirkan dan menyusui yang tigapuluh tahun yang lalu masih diatas 600 per 100.000

kelahiran, telah berhasil diturunkan menjadi sekitar 300 – 350 per 100.000 kelahiran.

Keberhasilan ini tertutup karena dengan angka-angka itu kita masih berada pada ranking

tertinggi di ASEAN, bahkan mungkin saja di dunia. Karenanya terasa sekali bahwa nasib

para ibu belum mendapat perhatian yang wajar.

Dengan angka kematian ibu sekitar 300 – 350 per 100.000 kelahiran itu, jumlah Ibu-

ibu Indonesia yang meninggal dunia karena peristiwa mengandung, melahirkan dan

menyusui setiap tahunnya masih bisa mencapai 16.000 sampai 18.000 jiwa setahunnya. Ini

berarti setiap bulan masih ada sekitar 1.300 sampai 1.500 ibu-ibu di seluruh Indonesia

meninggal dunia dengan sia-sia. Andaikan ada sekitar 1500 ibu-ibu meninggal dunia setiap

bulan, maka setiap hari ada sekitar 50 ibu-ibu meninggal dunia karena mengandung dan

melahirkan yang nampaknya sederhana itu. Padahal kematian ibu itu bisa dicegah apabila

Page 10: TUGAS IKM II

kita semua memberikan perhatian yang wajar kepada para ibu yang sedang mengandung dan

melahirkan.

Program KB yang telah berhasil mengajak pasangan usia subur untuk mengatur

kehamilan dan kelahiran anak-anaknya harus makin dikembangkan, dan terus menghimbau

pasangan muda yang rawan untuk mengatur kelahiran anaknya dengan ikut KB dengan baik.

Para petugas kesehatan dan bidan di desa harus makin rajin dan mampu “menjemput bola”,

mendatangi mereka yang sedang mengandung dan meminta mereka agar rajin

memeriksakan dirinya ke klinik dan memberikan mereka cara-cara merawat kehamilannya

agar bisa melahirkan dengan selamat. Para suami dengan keluarga dan warga sekitarnya

harus memberikan perhatian yang lebih besar kepada isteri-isteri yang sedang mengandung

dan siap siaga untuk memberikan bantuan apabila diperlukan. Mereka harus bisa segera

membawa ibu yang akan melahirkan ke klinik yang terdekat demi keselamatan ibu yang

bersangkutan.

MENCEGAH KEHAMILAN YANG TIDAK DI INGINKAN

Membantu ibu menghindarkan kehamilan yang tak diinginkan akan mengakibatkan

berkurangnya kehamilan, berkurangnya kematian karena persalinan, dan berkurangnya

aborsi. Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang

diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari kegiatan untuk

menurunkan kematian ibu dan bayi. Perbaikan pelayanan keluarga berencana dengan

mengadakan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB

(termasuk kontrasepsi darurat), serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja

yang membutuhkan (termasuk remaja), merupakan komponen penting dalam setiap upaya

menurunkan kematian ibu. Selain itu dalam keadaan keterbatasan sumber daya, pelayanan

keluarga berencana mungkin lebih mudah lebih dahulu daripada intervensi lain yang

ditujukan berpengaruh pada angka kematian ibu (kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup);

karena untuk menurunkannya diperlukan intervensi obstetri khusus.

Page 11: TUGAS IKM II

PELAYANAN ANTENATAL: DAMPAKNYA TERBATAS TEHADAP KEMATIAN

IBU

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi secara dini komplikasi

kehamilan dan dalam mendidik wanita tentang kehamilan. Isi pelayanan antenatal di

berbagai negara sangat bervariasi, dan mencakup berbagai jenis pelayanan termasuk

penyuluhan kepada pasien, pengobatan penyakit yang ada, pengobatan komplikasi dan

skrining / penjaringan faktor resiko. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi :

1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual (PMS)

2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema dan pre

eklamasi.

3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, kapan dan bagaiman cara memperoleh

pelayanan rujukan.

B. REKOMENDASI

Bidan sering mengajak dukun melakukan pertolongan persalinan, dan diberi imbalan

maka akan terjadi sinergi sikap dari dukun untuk selalu merujuk bila ada persalinan

Memberikan pelatihan kepada dukun, kader dan keluarga dalam hal tanda-tanda

persalinan dan merujuk persalinan ke bidan atau puskesmas

Mobilisasi dana masyarakat dialihkan peruntukannya, dari untuk biaya persalinan

dialihkan ke biaya rujukan termasuk transport dan darah bila diperlukan

Sosialisasi Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan

Nifas ketenagaan Non Profesional

Diperlukan pelatihan berkesinambungan

Memaksimalkan Program Pelayanan Emergensi Neonatal

Meningkatkan koordinasi antara Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Rumah Sakit

Meningkatkan koordinasi upaya penyediaan darah dengan PMI setempat

Peningkatan kesiapan RS dalam menangani kasus rujukan kedaruratan BuMil & neonatal

risiko tinggi

Page 12: TUGAS IKM II

Mempercepat penggunaan alat resusitasi bayi tepat guna (telah teruji) oleh bidan desa

Mengidentifikasi & menurunkan faktor risiko dari Ibu hamil

Page 13: TUGAS IKM II

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jumlah ibu mati dari seluruh persalinan 151.456 di tiga kabupaten berturut-turut

99,7/100.000 KH, sedang di Kebupaten Nganjuk: 112,8/100.000 KH; di Kabupaten

Probolinggo 105,9/ 100 000 KH; dan di kabupaten Trenggalek: 78,6/ 100.000 KH dan.

Penyebab dan tempat kematian Ibu: dari seluruh jumlah kematian ibu di tiga kabupaten

berturut-turut adalah 58, 63 dan 30 dengan penyebab kematian ibu yang tertinggi adalah

perdarahan pasca persalinan di Nganjuk 20 (34,5%), Probolinggo 23 (36,6%) dan

Trenggalek 10 (33,3%). Angka Kematian Ibu/AKI dalam pemantauan pelayanan kesehatan

ibu hamil dari tahun ke tahun di Nganjuk 1997-2000, Probolinggo 1998-2002 dan

Trenggalek 1998-2002, dapat dilihat pada Grafik. AKI menurun selama 4 tahun di

kabupaten Nganjuk didapatkan dari 112,6 menjadi 93,9/100.000 KH, serta 5 tahun di

Probolinggo dari 177,9 menjadi 64,4/ 100.000 KH, dan 5 tahun di Trenggalek dari 95,2

menjadi 62,7/ 100.000 KH.

B. SARAN

intervensi yang terbukti bermanfaat perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan ke daerah

yang lebih luas

intervensi program sebaiknya difokuskan pada pemberdayaan masyarakat

perlu dikembangkan pedoman dan penyegaran penggunaan buku kia secara lebih

berkualitas

seyogyanya setiap program perlu diikuti dengan penelitian tentang manfaat, kepuasan

provider dan masyararakat, agar berbagai kekurangn dapat segera di perbaiki

Hendaknya partisi kesehatan memberi penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil.

Menempatkan bidan-bidan desa di tiap-tiap kecamatan.

Ketersediaan alat transportasi, seperti ambulan desa untuk ibu yang akan melahirkan.

Page 14: TUGAS IKM II

Meningkatan pelayanan kesehatan pada ibu melahirkan di tempat pelayanan kesehatan

seperti di puskesmas dan rumah sakit.

Meningkatkan sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan.

Page 15: TUGAS IKM II

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta, 2004.

Adiyono, Darmono. 1996.Optimalisasi pelayanan kesehatan ibu dan anak menjelang tahun 2000.

Badan Penerbit Undip: Semarang.

WHO. Making Pregnancy Safer, a HealthSector Strategy for Reducing Maternal/

PerinatalMortality, 1999.

www.datastatistik-indonesia.com