tugas ikm gizi

Upload: alain-raymond-elroy-sihombing

Post on 10-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Yang Mempunyai Anak Baduta

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. ASI mempunyai khasiat yang tidak bisa ditandingi susu formula mana pun. Hal itu setidaknya dibuktikan dari penelitian UNICEF bahwa kematian sekitar 30 ribu bayi Indonesia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran.1)Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif. 2)Hasil penelitian di Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI Eksklusif sampai usia 4 bulan tidak ada yang menderita gizi buruk ketika mereka berusia 5 bulan.3)

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Hasil berikutnya dari hasil SDKI 1997 adalah sebanyak 8% bayi baru lahir mendapat ASI dalam 1 jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat ASI pada hari pertama; proporsi anak yang mendapat ASI pada hari pertama paling rendah yaitu 51% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan dokter atau bidan, dan tertinggi 65% untuk bayi lahir tanpa pertolongan/ orang awam. Rata-rata lamanya pemberian ASI eksklusif hanya 1,7 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman selain ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sudah mulai diberikan pada usia lebih dini. Data SDKI tahun 1997 juga menunjukkan, konsumsi makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35% pada bayi usia kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada bayi usia 2-3 bulan .

Rendahnya pemberian ASI eksklusif di keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Data SUSENAS menunjukkan status gizi kurang pada balita menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. Tetapi untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan 6,3% (1989) menjadi 11,4% (1995). Pada tahun 1999 sekitar 1,7 juta balita di Indonesia menderita gizi buruk berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BB/U). 2)

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrion & Health Surveillance System (NSS) yang bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12% sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI ekslusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1-13% sedangkan di pedesaan 2-13%. 3)Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 38% pada bayi usia 4-6 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. 4)1. 2. Permasalahan

Rendahnya pemberian ASI eksklusif di keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Hasil SDKI 2002-2003 adalah jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 38% pada bayi usia 4-6 bulan. Permasalahan dapat disimpulkan menjadi :1. Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang mempunyai anak Baduta mengenai ASI eksklusif di Rw 06 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat ?

2. Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di Rw 06 Kelurahan Jelambar Baru Jakarta Barat ?

1. 3. Tujuan

1. 3. 1. Tujuan Umum

Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sehingga tercipta generasi yang cerdas berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi demi terwujudnya negara Indonesia yang adil makmur dan sejahtera.1. 3. 2. Tujuan Khusus Diketahui sebaran pengetahuan, sikap, perilaku, usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan keluarga, aktivitas sosial, jumlah anak, dan sumber informasi ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Diketahui hubungan antara umur, pekerjaan, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, jumlah anak, sumber informasi dan aktivitas sosial dengan tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Diketahui hubungan antara umur, pekerjaan, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, jumlah anak, sumber informasi dan aktivitas sosial dengan sikap ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Diketahui hubungan antara umur, pekerjaan, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, jumlah anak, sumber informasi dan aktivitas sosial dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Diketahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Diketahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Diketahui hubungan antara sikap dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat.1. 4. Manfaat

1. 4. 1. Manfaat bagi peneliti

1. Memperoleh pengalaman belajar dengan pengetahuan dalam melakukan penelitian.

2. Melatih kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat.

3. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama ini.

4. Mengembangkan daya nalar, minat dan kemampuan dalam bidang penelitian.

5. Mendapatkan masukan mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu-ibu mengenai ASI eksklusif.

6. Melatih bekerjasama dalam tim.

1. 4. 2. Manfaat bagi perguruan tinggi

1. Realisasi tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.

3. Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa dan staf pengajar.

1. 4. 3. Manfaat bagi masyarakat

1. Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan terutama yang berkaitan dengan ASI eksklusif.

2. Memberikan gambaran prevalensi mengenai pemberian ASI eksklusif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2. 1. Kerangka Teori

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Selain komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap saat, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak dan perkembangan jiwa si anak. Pula terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dan penjarangan kehamilan belum lagi keuntungan secara ekonomis.5) Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama enam bulan pertama hidupnya.8) Berbagai penelitian telah membuktikan berbagai keunggulan tak terbantahkan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan. Mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, kematangan emosional seorang anak9), hingga dapat menekan angka kematian bayi.8) Menurut Utami, bayi yang diberikan ASI eksklusif, 20 kali lipat lebih jarang terkena diare akut, tujuh kali lebih jarang terkena radang paru paru, dan empat kali lebih jarang terkena meningitis.10)ASI mempengaruhi pertumbuhan bayi melalui dua jalan yang berbeda. Pertama, pertumbuhan dipengaruhi oleh asupan energi atau zat gizi essensial yang terdapat di ASI. Kedua, ASI menurunkan angka kesakitan diare yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan. Dari hasil penelitian di Vietnam, didapatkan pada bayi dengan ASI eksklusif kurang dari tiga bulan, diare muncul lebih awal dan prevalensinya lebih besar dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih dari tiga bulan. Anak yang mendapat ASI eksklusif, diare muncul lebih jarang dan bila terjadi diarenya pun mempunyai dampak negatif yang lebih sedikit pada status gizi si bayi, sehingga risiko bayi untuk kehilangan berat badan dan terganggu pertumbuhan liniernya lebih sedikit (Hopp dkk, 2000).

Meningkatnya pemberian ASI di seluruh dunia, diperkirakan juga dapat menurunkan angka kematian akibat ISPA sebanyak 40 50% pada anak berusia kurang dari 18 bulan (Oddy dkk, 2003). Proporsi kematian balita yang dapat dicegah dengan pemberian ASI sebesar 13% di 42 negara pada tahun 2000. (Adish dkk, 2004)11)Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4 6 point lebih tinggi pada usia tiga tahun dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.12)Melihat begitu unggulnya ASI dan mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan meyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 bulan5)

Menyusui eksklusif diartikan bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibunya sendiri atau ibu susu atau ASI perah dari sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa makanan minuman lain kecuali obat dalam bentuk tetes. Menyusui eksklusif merupakan cara yang aman, berkualitas dan selalu tersedia untuk pemberian makanan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya6).Cameron dan Hofvander (1983), menganjurkan untuk memberikan ASI sesegera mungkin setelah bayi baru lahir, yaitu kurang 6 8 jam. Sebaiknya ASI diberikan dalam waktu setengah jam setelah ibu melahirkan. Pada saat itu mungkin hanya 1 2 sendok makan ASI yang keluar, tetapi itu merupakan stimulasi yang baik untuk merangsang produksi hormon laktasi. Penelitian membuktikan adanya hubungan antara kontak awal dan menyusui sedini mungkin segera setelah bayi lahir dengan lamanya menyusui, di mana ibu yang segera kontak dan menyusui bayinya berpotensi 50% lebih lama dan lebih sedikit bayi yang terkena infeksi.12) Di Indonesia, 8% dari bayi yang baru lahir mendapat ASI dalam satu jam pertama setelah dilahirkan, dan lebih dari separuh (53 %) diberi ASI dalam satu hari pertama (Central Bereau of Statistics, 1998).11,13)Bila inisiasi ASI terlambat diberikan, maka pemberian suplemen makanan prelakteal berupa cairan pada bayi sejak dini tidak dapat dihindarkan.12) Hal ini terlihat dari hasil penelitian di Jawa Barat dan Jawa Timur pada tahun 2001 di mana sebagian besar reponden (lebih dari 80%) yang tidak memberikan ASI eksklusif empat bulan telah memberikan makanan atau minuman prelaktal dalam tiga hari pertama kepada bayinya. Pada penelitian yang sama didapatkan ibu yang melakukan immediate breastfeeding akan 2 8 kali lebih besar kemungkinannya memberikan ASI eksklusif empat bulan13).Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia hingga usia 6 bulan. Begitu pula berdasarkan anjuran dari WHO agar bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Sebab, terbukti bahwa menyusu eksklusif selama enam bulan menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan dengan menyusu empat bulan dilanjutkan dengan ASI dicampur susu formula dari empat-enam bulan. Namun menyusui penting juga untuk periode lebih dari 6 bulan, oleh karenanya WHO dan UNICEF juga merekomendasikan bahwa menyusui harus berlanjut bersama makanan pendamping ASI yang benar sampai 2 tahun atau lebih 3).Pada Pekan ASI sedunia tahun 2002 (1-7 Agustus), World Alliance for Breastfeeding Action Network (WABA) memberi tema ''ASI: Ibu Sehat dan Bayi Sehat''. Tema itu menekankan pentingnya melindungi, meningkatkan, dan mendukung kesehatan ibu dan bayi melalui menyusui.2. 1. 1. Keunggulan ASI dan Manfaat MenyusuiKeunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan7).1. Aspek Gizi.

A. Manfaat Kolostrum Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

B. Komposisi ASI

ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi dan anak. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65 : 35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whey : casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.C. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk atau disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).2. Aspek Imunologik

ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus Associated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Associated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Associated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik

Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.4. Aspek Kecerdasan

Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.5. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.6. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.7. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).2. 1. 2. Kapan dan bagaimana ASI diberikan

Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui. ASI segera diberikan setelah bayi dilahirkan (dalam waktu - 1 jam). Jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin, air teh, madu,pisang, dll) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui.

Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan setiap bayi minta disusui). Susui bayi dari kedua payudara scara bergantian sampai tetes terakhir, masing-masing 15 - 25 menit. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pedamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk dan jumlah yang sesuai dengan pertambahan bayi.

Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun.

2. 1. 3.Akibat dari memberi cairan selain ASI sebelum usia enam bulan

bagi kesehatan bayi :1. Meningkatkan risiko kekurangan gizi.

Mengganti ASI dengan cairan yang sedikit atau tidak bergizi, berdampak buruk pada kondisi gizi bayi, daya tahan tubuhnya, pertumbuhan dan perkembangannya. Konsumsi air putih atau cairan lain meskipun dalam jumlah yang sedikit, akan membuat bayi merasa kenyang sehingga tidak mau menyusu, padahal ASI kaya dengan gizi yang sempurna untuk bayi. Penelitian menunjukkan bahwa memberi air putih sebagai tambahan cairan sebelum bayi berusia enam bulan dapat mengurangi asupan ASI hingga 11%. Pemberian air manis dalam minggu pertama usia bayi berhubungan dengan turunnya berat badan bayi yang lebih banyak dan tinggal di rumah sakit lebih lama.2. Meningkatkan risiko terkena penyakit.

Pemberian cairan dan makanan dapat menjadi sarana masuknya bakteri patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama di lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Di negaranegara kurang berkembang, dua di antara lima orang tidak memiliki sarana air bersih. ASI menjamin bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia setiap saat. Penelitian di Filipina menegaskan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi (tergantung usianya) yang diberi air putih, teh, atau minuman herbal lainnya berisiko terkena diare 2 3 kali lebih banyak dibanding bayi yang diberi ASI eksklusif.

3. Dapat menyebabkan terjadinya solute load, sehingga menyebabkan abdominal distention yang akan menimbulkan symptom of intestinal obstruction.14)2. 1. 4. Cara Menyusui Yang Baik dan BenarA. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi

Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai. Pikiran Ibu dalam keadaan tenagn (tidak tegang). Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. Upayakan wajah bayi mengahadap kepada ibu. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu, dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara mendorong pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.B. Posisi Mulut Bayi dengan Puting Susu Ibu

Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) di belakang areola (bagian hitam payudara). Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi denagn puting susu. Tunggu sampai bayi membuka lebar mulutnya dan lidahnya ke bawah. Segera dekatkan bayi ke payudara ibu dengan bagian bahu belakang bayi, bukan bagian kepala bayi. Posisikan puting susu di atas bibir bagian atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi. Kemudian masukkan puting susu ibu ke dalam mulut bayi yang terbuka. Usahakan sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle). Lidah bayi akan menekan dinding payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar. Setelah bayi menyusu atau menghisap dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. Ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara mendorong pantat bayi dengan lengan ibu. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi.2. 1. 5. Tanda-tanda posisi menyusui yang benar

Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu. Dagu bayi menempel pada payudara ibu. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada pada payudara bagian bawah. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka. Sebagian besar aerola tidak nampak. Bayi menghisap dalam dan perlahan. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu. Puting susu tidak terasa sakit atau tidak lecet.2. 1. 6. Tanda-tanda posisi menyusui yang salah

Mulut tidak tebuka lebar, dagu tidak menempal pada payudara. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi terputar. Sebagian besar daerah aerola masih terlihat. Bayi menghisap sebentar-sebentar. Bayi tetap gelisah pada akhir menyususu kadang-kadang bayi minum berjam- jam. Puting ibu lecet dan sakit.2. 1. 7. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan laktasi a. Faktor psikologikBila ibu menyusui mengalami kecemasan, maka hal ini dapat mengurangi produksi ASI, bahkan dapat terhenti sama sekali. Banyak faktor yang menimbulkan kecemasan pada ibu, terutama pada primipara, di antaranya bayi yang rewel, sering gumoh, atau ASI belum keluar banyak pada beberapa hari pertama. Kadangkadang ASI yang sudah banyak dan payudara yang terasa tegang pun dapat menimbulkan rasa cemas pada ibu.b. Faktor kelelahan.

Olah raga penting untuk kesehatan, tetapi ibu tidak boleh terlalu lelah, oleh karena kelelahan pada ibu juga menjadi faktor penghambat laktasi.c. Faktor kebersihan payudara.

Hal ini perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan gangguan pada laktasi. Payudara perlu dibersihkan paling kurang sehari sekali. Sebaiknya jangan memakai sabun oleh karena dapat menyebabkan lecet pada puting. ASI yang tersisa pada puting perlu dibersihkan. Puting susu yang dibiarkan basah, misalnya setelah menyusui bayi, akan mudah lecet. Untuk menjaga agar puting tetap kering, BH perlu dilapis dengan kain bersih yang dapat menyerap ASI yang menetes.

d. Posisi bayi waktu menyusui.

Posisi mulut bayi terhadap puting susu ibu waktu menyusui juga sangat penting untuk keberhasilan laktasi. Posisi yang salah akan menyebabkan lecet pada puting.

e. Faktor lain.Merokok dan minum alkohol sebaiknya dihentikan, karena dapat menghambat produk ASI. Dukungan keluarga juga sangat menunjang keberhasilan ibu menyusui bayinya.15)2.1. 8.Faktorfaktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif di Indonesia

1. Kurangnya promosi kesehatan mengenai pentingnya ASI eksklusif melalui program KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi ).

2. Gencarnya promosi susu formula melalui poster-poster yang dipasang di hampir seluruh fasilitasfasilitas kesehatan. Poster-poster ini dipasang di ruang tunggu, ruang periksa, kamar bayi, ruang rawat, dan bahkan kamar tempat menyusui bayi.

3. Dalam prakteknya banyak petugas kesehatan di rumah sakit dan rumah bersalin sudah memberikan susu formula kepada bayi-bayi yang baru lahir.

4. Perusahaan-perusahaan susu formula sering memberikan sponsor kepada fasilitas-fasilitas kesehatan.

5. Secara rutin 1-2 bulan perusahaan-perusahaan susu formula memberikan sampel kepada fasilitas-fasilitas kesehatan.

6. Banyak petugas kesehatan khususnya bidan yang memberikan sampel susu formula atau bahkan menjualnya kepada ibu-ibu yang baru melahirkan.11)

2.1. 9. FaktorFaktor yang berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu mengenai ASI eksklusif1. Pengetahuan ibu

Dari hasil penelitian FKM UNDIP tahun 2004 di kota Semarang, didapatkan sekitar 61,5% tingkat pengetahuan ibu kurang baik dan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif .17)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000,dari sebaran responden didapatkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 41,6%.

Variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan pengetahuan yaitu jumlah anak, pekerjaan, pendidikan, dan sumber informasi. Variabel yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan pengetahuan yaitu umur ibu, pendapatan dan aktivitas sosial. Pengetahuan yang baik didapatkan pada ibu yang mempunyai umur 20 - 29 tahun, yang mempunyai jumlah anak 2, yang memiliki pekerjaan, yang berpendidikan tinggi, yang mempunyai aktivitas sosial cukup,dan sumber informasi yang baik.18)2. Sikap ibu

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh FKM UNDIP di kota Sleman pada tahun 2002 didapatkan sikap ibu baik sekitar 94% dan diperoleh pula bahwa tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif.17)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan ibu yang mempunyai sikap cukup sebesar 46,5%.

Variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan sikap yaitu umur ibu, jumlah anak, pekerjaan ibu, pendidikan ibu dan sumber informasi. Variabel yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan sikap yaitu pendapatan dan aktivitas sosial.

Sikap yang baik didapatkan pada ibu yang berumur 20 29 tahun, jumlah anak 2, yang tidak memiliki pekerjaan, yang berada di atas garis kemiskinan, yang berpendidikan tinggi dan sedang, yang memiliki aktivitas sosial yang cukup, dan sumber informasi yang baik.18) 3. Perilaku ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 didapatkan dari sebaran responden, ibu dengan perilaku cukup sebesar 57,4%.

Variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku yaitu pendidikan dan sumber informasi. Variabel yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku yaitu umur ibu, jumlah anak, pekerjaan, pendapatan dan aktivitas sosial.

Perilaku yang baik didapatkan pada ibu yang berumur 30 tahun, jumlah anak 2, yang tidak bekerja, yang berada di atas garis kemiskinan, yang berpendidikan tinggi, yang memiliki aktivitas sosial cukup, dan sumber informasi yang baik.18)4. Usia ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan ibu yang berumur sebesar 20 29 tahun sebesar 48,5%.18)

5. Jumlah anak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di daerah Tapaktuan, Aceh pada tahun 1995 bahwa makin banyak anak dalam keluarga, semakin berkurang ibu memberikan ASI pada bayinya. Pada keluarga dengan 1-2 anak 76,8% ibu memberikan ASI pada bayinya, sedangkan ibu yang mempunyai 3-4 anak 75,8% ibu memberikan ASI pada bayinya dan hanya 44,4% ibu memberikan ASI pada bayinya, pada keluarga lebih dari 4 anak.4)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan ibu yang mempunyai jumlah anak (kurang sama dengan) 2 sebesar 56,4%.18)6. Pendidikan ibuMenurut hasil analisa lanjut SDKI tahun 1991 didapatkan ibu yang banyak memberikan ASI eksklusif yaitu ibu yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebesar 55,6%. Hal yang sama juga didapat dari hasil analisa lanjut tahun 1994 didapatkan ibu yang tidak pernah sekolah atau hanya berpendidikan SD yang memberikan ASI secara eksklusif sebesar 46,1% dan diantara ibu yang berpendidikan SLTP ke atas yang memberikan ASI secara eksklusif sebesar 49,6%.19)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000, dari sebaran responden didapatkan ibu dengan pendidikan sedang yaitu sebesar 40,6%.18) 7. Pendapatan Keluarga

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh FKM UNDIP di kota Semarang tahun 2004 didapatkan pendapatan keluarga dengan penghasilan sedang sekitar 57,5%, ternyata tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. 17).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan keluarga dengan pendapatan diatas garis kemiskinan sebesar 81,2%.18)8. Pekerjaan ibuSesuai dengan hasil penelitian di daerah Tapaktuan, Aceh tahun 1995 diperoleh hasil bahwa diantara ibu yang bekerja sekitar 40,7% tetap memberikan ASI kepada bayinya, sedangkan dari ibu yang tidak bekerja didapat 79,7% masih memberikan ASI kepada bayinya. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna dalam hal pemberian ASI pada bayinya antara ibu yang tidak bekerja dengan ibu yang bekerja.4)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan ibu yang yang tidak bekerja sebesar 53,3%.18)9. Aktifitas sosial

Hasil analisa lanjut SDKI menunjukkan bahwa ibu yang aktif dalam kegiatan sosial cenderung untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Bayi yang diberi ASI secara eksklusif pada ibu yang aktif dalam kegiatan sosial persentasenya lebih tinggi yaitu sebesar 56,9% daripada ibu yang tidak aktif dalam kegiatan sosial. 19)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan ibu dengan aktivitas sosial cukup sebesar 39,6%.18)10. Sumber informasi

Sumber informasi dianggap juga sangat berperan dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif. Akan tetapi sumber informasi tersebut seringkali tidak memberikan informasi yang baik dan benar, contohnya dengan gencarnya promosi susu formula. Hasil penelitian di Bogor tahun 2001 bahwa 18,7% dari ibu-ibu dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk memberi susu formula pada minggu pertama setelah kelahiran, 21% ibu melihat iklan susu formula di Rumah Sakit, 19,5% di klinik praktek swasta dan 19,5% di puskesmas (IPB, Depkes, Badan POM, WHO 2001).7)Dari hasil penelitian FKM UNDIP di kota Sleman tahun 2002 didapat ibu dengan sumber informasi yang kurang sebanyak 96.9% dan terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi yang kurang dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif.20)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim di Kelurahan Kalideres Jakarta Barat tahun 2000 dari sebaran responden didapatkan ibu dengan sumber informasi yang cukup sebesar 39,6%.18)2. 2. Kerangka Konsep

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak ditelitiBAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat studi deskriptif cross sectional mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang mempunyai anak Baduta mengenai ASI eksklusif dan faktor-faktor yang berhubungan di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat.

3. 2. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 15 April 2006 di RW 06 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat.

3. 3. Populasi dan Sampel

Semua ibu yang mempunyai anak Baduta pada bulan Maret April 2006 bertempat tinggal di RW 06 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat yaitu sebanyak 117 orang. Sampel yang diambil adalah sejumlah 100 ibu yang mempunyai bayi di RW 06 Kelurahan Jelambar Baru.

3. 4. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi adalah semua ibu yang mempunyai anak Baduta yang ada di RW 06 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat yang bersedia mengikuti penelitian.

b. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak dapat ditemui dalam maksimal 3 kali dalam perjanjian.

3. 5. Besar Sampel

Melalui rumus dibawah ini didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut :

z ()2 p q

n1 =

L2

n2 = n1 + (10% . n1 )

n1 = jumlah sampel minimal

n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% ( substitusi adalah persen

responden yang mungkin drop out )

z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5%

didapatkan z pada kurva normal = 1,96.

p = proporsi perilaku ibu yang mempunyai anak Baduta mengenai ASI eksklusif .q = 100% - p

L = derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%.

Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :

(1,96)2 x 38 x 62n1 = 100

n1 = 90,5 91untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out, maka dihitung :

n2 = 91 + 9,1

= 100,1 100

Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 91 orang

3. 6.Teknik Pengambilan SampelPengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara Simple random sampling dengan menggunakan teknik undian.

3. 7. Cara kerja

1. Menghubungi ketua RW 06 , Kelurahan Jelambar Baru yang menjadi daerah penelitian untuk melaporkan tujuan diadakannya penelitian di daerah tersebut.

2. Menghubungi petugas-petugas Puskesmas dan ibu-ibu kader agar membantu kegiatan penelitian.

3. Melakukan pengumpulan data-data dengan mengunakan instrumen penelitian berupa kuesioner di Posyandu RW 06 , Kelurahan Jelambar Baru.4. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.

5. Penulisan laporan penelitian.

6. Pelaporan penelitian.

3. 7. 1. Pengumpulan data

Data primer dikumpulkan dengan memakai bantuan kuesioner yang telah diuji coba melalui kunjungan dari rumah ke rumah.

Data sekunder didapat dari laporan kegiatan Posyandu dan Puskesmas.

3. 8. Identifikasi variabel

Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat berupa pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang mempunyai baduta mengenai ASI eksklusif. Variabel bebas berupa usia ibu, pendidikan ibu, jumlah anak, pendapatan, aktivitas sosial ibu, pekerjaan ibu, sumber informasi.

3. 9. Manajemen dan analisis dataTerhadap data data yang dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa proses editing, verifikasi dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS. Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabuler.

Terhadap data yang telah diolah dilakukan analisis dengan cara uji statistik menggunakan uji Chisquare yang sesuai. Kemudian data diinterpretasikan secara deskriptif korelatif antar variable variabel yang telah ditentukan.

3. 10. Definisi Operasional

RespondenResponden adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak yang berusia dibawah dua tahun di RW 06 kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat.

Usia ibuUsia ibu adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampi saat penelitia dilakukan. Dihitung dari hari penelitian dikurangi tanggal lahir yang tertera dalam KTP yang berlaku. Bila terdapat kelebihan usia kurang dari 6 bulan dibulatkan kebawah, dan bila terdapat kelebihan usia lebih atau sama dengan 6 bulan dibulatkan keatas.

Berdasarkan pola perencanaan keluarga usia dikelompokkan menjadi :

1. > 30 tahun

2. 21 30 tahun

3. 15 20 tahun Jumlah anaka. Jumlah anak adalah jumlah anak kandung responden yang dilahirkan dalam keadaan hidup, dikelompokkan menjadi :

b. 2 anak

c. > 2 anak

PendidikanPendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari suatu institusi tertentu yang mencakup tingkat SD atau yang sederajat, SMP atau yang sederajat, SMU atau yang sederajat dan Akademi/ Perguruan Tinggi atau yang sederajat.

a. Tingkat pendidikan tinggi : bila tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat mulai D3.b. Tingkat pendidikan sedang : bila tamat SMU atau yang sederajat, tidak tamat/ tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat.c. Tingkat pendidikan rendah : bila buta huruf, tidak tamat/ tamat SD atau yang sederajat. Tidak tamat/ tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau yang sederajat. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga selama satu bulan dibagi dengan jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga. Pengelompokkan berdasarkan SK Gubernur No.3654/2003 untuk wilayah perkotaan dibagi menjadi:

a. Di atas garis kemiskinan : bila lebih dari Rp671.550 perkapita/ bulan.

b. Di bawah garis kemiskinan bila kurang atau sama dengan Rp. 671.550 perkapita/ bulan.

PekerjaanPekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari yang mendapatkan imbalan uang atau materi. Dalam hal ini responden digolongkan sebagai :

a. Bekerja

b. Tidak Bekerja Aktivitas sosialAktivitas sosial adalah seluruh kegiatan yang dilakukan responden dalam masyarakat untuk bersosialisasi dan tidak bersifat mencari keuntungan seperti PKK, Posyandu, penyuluhan, arisan, kegiatan agama, dan lain-lain.

Skoring :

Aktivitas sosial apa saja yang ibu ikuti selama 6 bulan terakhir ? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila ibu mengikuti lebih dari atau sama dengan tiga

aktivitas sosial

Nilai 3: bila ibu mengikuti kurang dari tiga aktivitas sosial

Nilai 1 : bila ibu tidak mengikuti sama sekali aktivitas sosial

Kriteria penilaian:

Aktivitas sosial baik

: (80% x 4) + 1 = 4,20 - 5

Aktivitas sosial sedang: (60% x 4) + 1 = 3,40 4,19

Aktivitas sosial kurang: (0% x 4) + 1 = 1 3,99 Sumber informasiSumber informasi adalah segala media yang menjadi sumber pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Sumber informasi dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Sumber I informasi medis seperti Posyandu, dokter, bidan, puskesmas, dan lain-lain

b. Sumber informasi non medis seperti televisi, majalah, tetangga, internet, radio, dan lain-lain.

Untuk menjawab pertanyaan ini tidak diberikan nilai, hanya untuk mengetahui sebaran sumber informasi yang paling berkesan untuk responden. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui responden tentang ASI eksklusif. Dinilai berdasarkan pertanyaan pengetahuan pada kuesioner.

Skoring :

1. Apakah makanan yang paling baik bagi bayi ?

Jawaban yang benar : ASI

Nilai 3: bila menjawab benar

Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab

2. Apakah ibu mengetahui tentang ASI eksklusif ?

Nilai 3: bila menjawab ya

Nilai 1 : bila menjawab tidak

3. Apakah yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?

Jawaban yang benar : ASI yang diberikan pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan

Nilai 5: bila menjawab benar

Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab

4. Sampai usia berapakah ASI tanpa makanan tambahan diberikan kepada bayi ?

Jawaban yang benar : B

Nilai 3: bila menjawab benar

Nilai 1 : bila menjawab tidak tahu atau salah

5. Apakah manfaat dari ASI yang ibu ketahui ? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari satu atau

sama dengan tiga jawaban

Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban kurang dari 3

jawaban

Nilai 1: bila menjawab tidak tahu atau tidak menjawab

6. Apakah ibu mengetahui manfaat pemberian ASI yang keluar pada hari pertama? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari satu atau

sama dengan tiga jawaban

Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban kurang dari 3

jawaban

Nilai 1: bila menjawab tidak tahu atau tidak menjawab

7. Apa saja akibat bila bayi tidak diberi ASI eksklusif ? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari satu atau

sama dengan tiga jawaban

Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban kurang dari 3

jawaban

Nilai 1: bila menjawab tidak tahu atau tidak menjawab

8. Keuntungan apa yang didapatkan ibu bila memberikan ASI eksklusif ? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari satu atau

sama dengan tiga jawaban

Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban kurang dari 3

jawaban

Nilai 1: bila menjawab tidak tahu atau tidak menjawab

9. Menurut ibu apakah keunggulan ASI dari Susu formula ? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari satu atau

sama dengan tiga jawaban.

Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban kurang dari 3

jawaban

Nilai 1: bila menjawab tidak tahu atau tidak menjawab

10. Apa kerugian dari pemberian susu formula pada bayi ? (jawaban boleh lebih dari satu)

Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari satu atau

sama dengan tiga jawaban

Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban kurang dari 3

jawaban

Nilai 1: bila menjawab tidak tahu atau tidak menjawab

Pengetahuan

Skor tertinggi: 44

Skor terendah: 10

Skor interval: 34

Pengetahuan baik: (80% x 34) + 10 = 37,20 44

Pengetahuan cukup: (60% x 34) + 10 = 30,40 37,19

Pengetahuan kurang: (0% x 34) + 10 = 10 30,39

SikapSikap adalah tanggapan atau reaksi responden berdasarkan pendirian, pendapatan dan keyakinan individu tersebut.

Skoring :

1. Apakah ibu setuju bila bayi hanya diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan ?

Nilai 5: bila menjawab ya

Nilai 1: bila menjawab tidak

4. Apakah ibu setuju bahwa pemberian ASI tanpa makanan tambahan sampai usia 6 bulan dapat meningkatkan gizi anak ?

Nilai 5: bila menjawab ya

Nilai 1: bila menjawab tidak

3. Apakah ibu setuju bila pemberian ASI lebih baik daripada susu formula ?

Nilai 5: bila menjawab ya

Nilai 1: bila menjawab tidak

4. Apakah ibu setuju bila bayi yang diberi ASI lebih sehat daripada yang diberi susu formula ?

Nilai 5: bila menjawab ya

Nilai 1: bila menjawab tidak

Sikap

Skor tertinggi: 20

Skor terendah: 4

Skor interval: 16

Sikap baik: (80% x 16) + 4 = 16,80 20

Sikap cukup: (60% x 16) + 4 = 13,60 16,79

Sikap kurang: (0% x 16) + 4 = 4 13,59

PerilakuPerilaku adalah reaksi dari responden berupa tindakan, tanggapan jawaban terhadap sesuatu hal yang dilakukan berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang bersangkutan. Hal yang diteliti adalah perilaku responden terhadap ASI eksklusif.

Skoring :

1. Apakah saat ini ibu masih memberikan ASI ?

Tidak dinilai hanya untuk mengetahui sebaran

2. Sampai usia berapa ibu hanya memberikan ASI saja ?

Jawaban yang benar : C

Nilai 5: bila menjawab benar

Nilai 1: bila menjawab salah

3. Kapan pertama kali ibu memberikan ASI ?

Jawaban yang benar : A

Nilai 5: bila menjawab benar

Nilai 1: bila menjawab salah

4. Mulai usia berapa bayi ibu diberikan makanan tambahan selain ASI?

Jawaban yang benar : E

Nilai 5: bila menjawab benar

Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang ASI eksklusif ?

Tidak dinilai hanya untuk mengetahui sebaran

Perilaku

Skor tertinggi: 15

Skor terendah: 3

Skor interval: 12

Perilaku baik

: (80% x 12) + 3 = 12,60 15

Perilaku cukup: (60% x 12) + 3 = 10,20 12,59

Perilaku kurang: (0% x 12) + 3 = 3 10,19

3. 11. Etika penelitianResponden yang diwawancarai untuk pengisian kuesioner pada penelitian ini dijamin kerahasiaannya terhadap data-data yang diberikan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan di RW 06, Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat sejak tanggal 27 Maret 2006 sampai tanggal 15 April 2006 dengan populasi sebanyak 117 orang dan sampel penelitian yang diambil dari populasi sebanyak 100 orang secara simple random sampling.Tabel 4. 1.Sebaran responden berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku, usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pendapatan keluarga, pekerjaan dan aktivitas sosial ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif

VariabelFrekuensiPersentase

Pengetahuan

Baik3131,0

Cukup3434,0

Kurang3535,0

Sikap

Baik3030,0

Cukup3636,0

Kurang3434,0

Perilaku

Baik3030,0

Cukup2828,0

Kurang4242,0

Usia ibu

> 30 tahun4242,0

21 30 tahun2525,0

15 20 tahun3333,0

Jumlah anak

2 anak4646,0

> 2 anak5454,0

Pendidikan

Tinggi3232,0

Sedang3131,0

Rendah3737,0

Pendapatan

Di atas garis kemiskinan5151,0

Di bawah garis kemiskinan4949,0

Pekerjaan

Bekerja4444,0

Tidak bekerja5656,0

Aktivitas Sosial

Baik3636,0

Cukup3030,0

Kurang3434,0

Tabel 4. 2.Hubungan antara usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan aktivitas sosial terhadap pengetahuan ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

Variabel

PengetahuanTotalUjiPHo

BaikCukupKurang

Usia ibu

> 30 tahun1916742Chi-S 32,618P < 0,05Ditolak

21 30 tahun813425

15 20 tahun452433

Jumlah anak

2 anak4142846Chi-S

30,277P < 0,05Ditolak

> 2 anak2720754

Pendidikan

Tinggi17 11432Chi-S

32,055P < 0,05Ditolak

Sedang9 16631

Rendah572537

Pendapatan

Di atas garis kemiskinan9152751Chi-S

16,203P < 0,05Ditolak

Di bawah garis kemiskinan2219849

Pekerjaan

Bekerja12181444Chi-S

1,683P > 0,05Diterima

Tidak bekerja19162156

Aktivitas social

Baik10121436Chi-S

0,841P > 0,05Diterima

Cukup9101130

Kurang12121034

Tabel 4. 3.Hubungan antara usia ibu, jumlah anak, pendidikan terhadap sikap ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

Variabel

SikapTotalUjiPHo

BaikCukupKurang

Usia ibu

> 30 tahun1019742Chi-S

10,559P < 0,05Ditolak

21 30 tahun781025

15 20 tahun 791733

Jumlah anak

2 anak7172246Chi-S

11,016P < 0,05Ditolak

> 2 anak23191254

Pendidikan

Tinggi1711432Chi-S

23,974P < 0,05Ditolak

Sedang517931

Rendah882137

Tabel 4.3.1Hubungan antara pendapatan, pekerjaan, dan aktivitas sosial terhadap sikap ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

Variabel

SikapTotalUjiPHo

BaikCukupKurang

Pendapatan

Di atas garis kemiskinan10202151Chi-S

5,622P > 0,05Diterima

Di bawah garis kemiskinan20 161349

Pekerjaan

Bekerja14171344Chi-S

0,697P > 0,05Diterima

Tidak bekerja16192156

Aktivitas sosial

Baik12131136Chi-S 3,566P > 0,05Diterima

Cukup6141030

Kurang1291334

Tabel 4. 4.Hubungan antara usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan aktivitas sosial terhadap perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

Variabel

PerilakuTotalUjiPHo

BaikCukupKurang

Usia ibu

> 30 tahun16131342Chi-S

4,008P > 0,05Diterima

21 30 tahun661325

15 20 tahun891633

Jumlah anak

2 anak8172146Chi-S

7,255P < 0,05Ditolak

> 2 anak22112154

Pendidikan

Tinggi168832Chi-S 14,115P < 0,05Ditolak

Sedang5131331

Rendah972137

Pendapatan

Di atas garis kemiskinan10142751Chi-S 6,725P < 0,05Ditolak

Di bawah garis kemiskinan20141549

Pekerjaan

Bekerja1791844Chi-S 3,573P > 0,05Diterima

Tidak bekerja13192456

Aktivitas sosial

Baik1191636Chi-S 1,631P > 0,05Diterima

Cukup8111130

Kurang1181534

Tabel 4. 5. Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

PengetahuanSikapTotal

BaikCukupKurang

Baik207431

Cukup523634

Kurang562435

Total303634100

Ho = Tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap.

= 0,05

X2 = 51,345.

df = 4.

Hasil = Ho ditolak.

Kesimpulan : Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif.

Tabel 4. 6. Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

PengetahuanPerilakuTotal

BaikCukupKurang

Baik205631

Cukup5181134

Kurang552535

Total302842100

Ho = Tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku.

= 0,05

X2 = 41,063.

df = 4.

Hasil= Ho ditolak.

Kesimpulan : Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

Tabel 4. 7. Hubungan sikap dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

SikapPerilakuTotal

BaikCukupKurang

Baik147930

Cukup1017936

Kurang642434

Total302842100

Ho = Tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku.

= 0,05

X2= 22,873.

df = 4.

Hasil = Ho ditolak.

Kesimpulan : Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

BAB V

PEMBAHASAN

5. 1. Sebaran Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Usia

Ibu, Jumlah Anak, Pendidikan, Pendapatan, Pekerjaan dan Aktivitas sosial.

1. Pada sebaran pengetahuan ibu, didapatkan 35% ibu memiliki pengetahuan kurang. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim didapatkan ibu dengan pengetahuan baik sebesar 41,6%.2. Pada sebaran sikap ibu, didapatkan 36% ibu memiliki sikap cukup. Hasil ini sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Elizabeth dan Salim didapatkan ibu dengan sikap cukup sebesar 46,5%.3. Pada sebaran perilaku ibu, didapatkan 42% ibu memiliki perilaku kurang. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim didapatkan perilaku yang cukup sebesar 57,4%.

4. Pada sebaran usia ibu, didapatkan 42% ibu memiliki usia di atas 30 tahun. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim bahwa responden pada umumnya memiliki umur antara 20 29 tahun yaitu sebesar 48,5%.

5. Pada sebaran jumlah anak, didapatkan 54% ibu memiliki anak lebih dari dua. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim bahwa responden pada umumnya memiliki umur jumlah anak kurang dari dua yaitu sebesar 56,4%.

6. Pada sebaran pendidikan ibu, didapatkan 37% ibu yang berpendidikan rendah. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim dimana didapat responden dengan pendidikan sedang sebesar 40,6%.

7. Pada sebaran pendapatan keluarga, didapatkan 51% ibu memiliki pendapatan di bawah garis kemisikinan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim bahwa responden pada umumnya memiliki pendapatan di atas garis kemiskinan sebesar 81,2%.

8. Pada sebaran pekerjaan ibu, didapatkan 56% ibu tidak bekerja. Hasil ini sesuai dengan penelitian Maria Elizabeth dan Salim bahwa responden pada umumnya tidak bekerja yaitu sebesar 53,3%

9. Pada sebaran aktivitas sosial ibu, didapatkan 36% ibu memiliki aktivitas sosial baik. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim bahwa responden pada umumnya memiliki aktivitas sosial yang cukup yaitu sebesar 39,6%.

5. 2. Hubungan Antara Usia Ibu, Jumlah Anak, Pendidikan, Pendapatan,

Pekerjaan dan Aktivitas Sosial dengan Pengetahuan.1. Hubungan antara variabel usia ibu dengan pengetahuan ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 32,618 ( p < 0,05 ) yang berarti usia ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim

Perbedaan ini mungkin terjadi karena karakteristik populasi yang kami teliti berbeda sepeti jumlah sampel yang berbeda.

Dari hasil penelitian kami didapat ibu-ibu dengan mempunyai pengetahuan kurang paling banyak berusia 15-20 tahun. Hal inipun sesuai dengan asumsi bahwa bahwa dengan bertambahnya usia akan memberi pengetahuan yang baik.

2. Hubungan antara variabel jumlah anak dengan pengetahuan ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 30,277 ( p < 0,05 ), yang berarti jumlah anak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Dari hasil penelitian kami, ibu yang memiliki pengetahuan baik adalah ibu yang mempunyai lebih dari dua anak. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa ibu yang mempunyai lebih dari dua anak, memiliki pengalaman yang lebih banyak.

3. Hubungan antara variabel pendidikan dengan pengetahuan ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 32,055 ( p < 0,05 ) yang berarti pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim di mana ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang lebih baik.

Hal ini dapat dihubungkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri yaitu untuk mendapatkan pengetahuan sebanyakbanyaknya, dengan demikian semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan semakin baik pengetahuannya.

4. Hubungan antara variabel pendapatan dengan pengetahuan ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 16,203 ( p < 0,05 ) yang berarti pendapatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keluarga dengan pendapatan di atas garis kemiskinan mempunyai pengetahuan yang kurang.

Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa tidak selalu keluarga dengan pendapatan tinggi mempunyai pengetahuan yang baik pula, karena ibu dengan pendapatan keluarga tinggi cenderung mendapatkan informasi (media cetak dan elektronik) lebih banyak mengenai susu formula (PASI).

5. Hubungan antara variabel pekerjaan dengan pengetahuan ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 1,683 ( p > 0,05 ), yang berarti pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Menurut kami, ibu bekerja atau tidak, tidak mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Terlihat dari hasil penelitian kami bahwa jumlah ibu yang tidak bekerja dengan pengetahuan baik lebih banyak dibanding yang bekerja.

Sumber informasi tidak hanya didapat oleh ibu dengan bekerja, pada ibu yang tidak bekerja memungkinkan dirinya untuk mempunyai lebih banyak waktu luang dalam memperoleh informasi seperti dari media contohnya tv, radio dan koran juga dari lingkungan sekitar seperti puskesmas atau penyuluhan di posyandu.

6. Hubungan antara variabel aktivitas sosial dengan pengetahuan ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 0,841 ( p > 0,05 ) yang berarti aktivitas sosial tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa ibu dengan aktivitas baik malah mempunyai pengetahuan yang kurang. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa keterlibatan ibu dalam aktivitas sosial lebih dipengaruhi oleh masukan-masukan, minat dan ajakan dari lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pengetahuannya dan belum tentu ibu memperoleh pengetahuan mengenai ASI eksklusif pada saat beraktivitas sosial.

5. 3. Hubungan Antara Usia Ibu, Jumlah Anak, Pendidikan, Pendapatan,

Pekerjaan, dan Aktivitas Sosial dengan Sikap

1. Hubungan antara variabel usia ibu dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 10,559 ( p < 0,05 ) yang berarti usia ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Terlihat juga dari hasil penelitian kami bahwa usia ibu 15-20 tahun mempunyai pengetahuan kurang, hal ini menunjukkan bahwa usia ibu mempengaruhi sikapnya, dimana semakin bertambah usia ibu diharapkan mempunyai sikap yang baik.

2. Hubungan antara variabel jumlah anak dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 11,016 ( p < 0,05 ) yang berarti jumlah anak mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim

Dari hasil penelitian kami juga terlihat bahwa jumlah anak mempengaruhi sikap ibu, dimana semakin banyak anak maka pengalaman yang diperoleh akan semakin bertambah yang akhirnya akan mempengaruhi sikap ibu menjadi semakin baik.

3. Hubungan antara variabel pendidikan dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 23,974 ( p < 0,05 ) yang berarti pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Hasil ini memperlihatkan bahwa sikap ibu dipengaruhi oleh pendidikan, karena dengan adanya tingkat pendidikan yang baik maka diharapkan sikap seseorang akan menjadi lebih baik.

4. Hubungan antara variabel pendapatan dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 5,622 (p > 0,05 ) yang berarti pendapatan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Terlihat bahwa pendapatan tidak mempengaruhi sikap ibu karena sikap seseorang tidak dinilai berdasarkan besar kecilnya pendapatan.

5. Hubungan antara variabel pekerjaan dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 0,697 ( p > 0,05 ) yang berarti pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Maria Elizabeth dan Salim yaitu pekerjaan mempunyai hubungan dengan sikap ibu.

Dimana pada hasil penelitian kami didapat jumlah ibu yang tidak bekerja mempunyai sikap baik juga sikap kurang lebih banyak dibanding ibu yang bekerja. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih banyak untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya akan tetapi hal ini juga tergantung oleh faktor lain seperti tingkat kesadaran dan pengetahuan ibu akan ASI eksklusif.

6. Hubungan antara variabel aktivitas sosial dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 3,566 ( p > 0,05 ) yang berarti aktivitas sosial tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Dari hasil penelitian kami terlihat bahwa aktivitas sosial tidak mempengaruhi sikap ibu mengenai ASI eksklusif, karena dalam melakukan aktivitas sosial masalah ASI eksklusif tidak selalu menjadi topik pembicaraan atau kegiatan utama ibu-ibu.

Selain itu, masih banyak faktor-faktor lain yang justru lebih mempengaruhi sikap ibu seperti usia ibu, jumlah anak dan lain-lain.

5. 4. Hubungan Antara Usia Ibu, Jumlah Anak, Pendidikan, Pendapatan,

Pekerjaan dan Aktivitas Sosial dengan Perilaku

1. Hubungan antara variabel usia ibu dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 4,008 ( p > 0,05 ) yang berarti usia ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Terlihat bahwa umur ibu tidak mempengaruhi perilakunya dalam memberikan ASI eksklusif, karena perilaku seseorang tidak dapat ditentukan dari tua atau mudanya usia seseorang.

2. Hubungan antara variabel jumlah anak dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 7,225 ( p < 0,05 ) yang berarti jumlah anak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim di mana pada penelitian mereka didapatkan jumlah anak tidak mempunyai hubungan dengan perilaku ibu.

Perbedaan ini kemungkinan karena sebaran responden yang berlainan pada masing-masing penelitian. Dari penelitian kami terlihat bahwa jumlah anak mempengaruhi perilaku ibu, di mana pengalaman ibu yang bertambah seiring dengan pertambahan jumlah anak, berdampak pada perbaikan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

3. Hubungan antara variabel pendidikan dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 14,115 ( p < 0,05 ) yang berarti pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim.

Begitu pula dalam hasil penelitian kami terlihat bahwa pendidikan mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif, sesuai pula dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula perilakunya.

4. Hubungan antara variabel pendapatan dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 6,725 ( p < 0,05 ) yang berarti pendapatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim di mana pada penelitian mereka didapatkan pendapatan tidak mempunyai hubungan dengan perilaku ibu. Mungkin terdapat perbedaan dalam hal lokasi dan karakteristik populasi.

Dari penelitian kami terlihat bahwa pendapatan mempengaruhi perilaku di mana ibu dengan pendapatan kelurga tinggi cenderung membeli bermacam-macam makanan tambahan untuk diberikan pada bayinya dan tidak memberikan ASI secara eksklusif.

5. Hubungan antara variabel pekerjaan dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 3,573 ( p > 0,05 ) yang berarti pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Dari hasil penelitian kami terlihat bahwa pekerjaan tidak mempengaruhi perilaku seseorang, karena ibu yang bekerja atau tidak bekerja belum tentu akan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

6. Hubungan antara variabel aktivitas sosial dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 1,067 ( p > 0,05 ) yang berarti aktivitas sosial tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Dapat dilihat bahwa aktivitas sosial tidak mempengaruhi perilaku ibu mengenai ASI eksklusif.

5. 5. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Ibu

Hubungan antara variabel pengetahuan dengan sikap ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 51,345 ( p < 0,05 ) yang berarti pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan sikap ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi cara ibu bersikap. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik sikapnya.

5. 6. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Ibu

Hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 41,063 ( p < 0,05 ) yang berarti pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Terlihat bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku ibu. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa pengetahuan akan membentuk cara berperilaku seseorang.

5. 7. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu

Hubungan antara variabel sikap dengan perilaku ibu, berdasarkan uji Chisquare didapatkan x2 = 22,873 ( p < 0,05 ) yang berarti sikap ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu mengenai ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maria Elizabeth dan Salim. Terlihat bahwa sikap mempengaruhi perilaku ibu. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa sikap merupakan respon seseorang terhadap suatu hal dan dia akan berperilaku sesuai respon tersebut.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN6. 1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RW 06 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat dari Maret April 2005, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan, terbanyak adalah ibu dengan pengetahuan kurang sebesar 35%. Berdasarkan sikap, terbanyak adalah ibu dengan sikap cukup sebesar 36%. Berdasarkan perilaku, terbanyak adalah ibu dengan perilaku kurang sebesar 42%.

2. Sebaran responden berdasarkan :

a. Usia ibu terbanyak adalah > 30 tahun sebesar 42%.

b. Jumlah anak terbanyak adalah ibu yang mempunyai anak > 2 sebesar 54%.

c. Tingkat pendidikan terbanyak adalah ibu berpendidikan rendah sebesar 37%.

d. Status pekerjaan terbanyak adalah ibu yang tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga) sebesar 56%.

e. Pendapatan keluarga terbanyak adalah ibu dengan pendapatan keluarga berada di atas garis kemiskinan sebesar 51%.

f. Aktivitas sosial terbanyak adalah ibu dengan aktivitas sosial baik sebesar 36%.

3. Variabel usia ibu, jumlah anak, tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga mempunyai hubungan bermakna dengan pengetahuan ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif. Sedangkan variabel pekerjaan ibu dan aktivitas sosial ibu tidak mempunyai hubungan bermakna dengan pengetahuan ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

4. Variabel usia ibu, jumlah anak, tingkat pendidikan ibu mempunyai hubungan bermakna dengan sikap ibu yang mempunyai bayi mengenai ASI eksklusif. Sedangkan variabel pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan aktivitas sosial ibu tidak mempunyai hubungan bermakna dengan sikap ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

5. Variabel jumlah anak, tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi mengenai ASI eksklusif. Sedangkan variabel umur ibu, pekerjaan ibu dan aktivitas sosial ibu tidak mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

6. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

7. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

8. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif.

6. 2.Saran

Dari hasil yang diperoleh, peneliti menyarankan beberapa hal :

1. Bagi Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan setempat : Meningkatkan promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif dengan cara membuat dan mendistribusikan pamflet dan selebaran yang berisi informasi mengenai manfaat ASI eksklusif dan ajakan untuk memberi ASI eksklusif, kepada Puskesmas dan Rumah Bersalin di daerah setempat.

Memberikan informasi kepada setiap kepala Puskesmas dan Rumah Bersalin mengenai ASI eksklusif.2. Bagi Puskesmas : Membina Posyandu agar lebih intensif memberikan penyuluhan mengenai ASI eksklusif kepada ibu-ibu di wilayahnya khususnya kepada ibu-ibu muda dan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. Mengadakan pelatihan kepada bidan desa dan kader mengenai ASI eksklusif guna mendorong ibu pada saat ANC (Ante Natal Care) agar nanti pada waktu bayinya lahir ibu mau dan mampu memberikan ASI eksklusif.

3. Bagi kader : Memberikan motivasi kepada ibu-ibu hamil, melahirkan, nifas dan menyusui mengenai pemberian ASI eksklusif

Memberikan penyuluhan mengenai manfaat dan cara pemberian ASI eksklusif.

Sumber

Informasi

Aktivitas

Sosial

Pendapatan

keluarga

Pengetahuan ( Sikap ( Perilaku

Ibu yang mempunyai Baduta mengenai ASI eksklusif

Pekerjaan

Pendidikan

Jumlah anak

Usia Ibu

p < 0,05

p < 0,05

p < 0,05

PAGE 1