bab ii penelitian ikm

42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. JAMINAN PEMELIHARAAN PELAYANAN KESEHATAN 1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diartikan sebagai cara pengelolaan secara terpadu antara penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaannya, bagi peserta perseorangan, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat dijamin keparipur-naan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatannya sehingga tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Adapun tujuan dari program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, menurut Permenkes No-mor; 571/1993 pasal 2 adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal kesehatan dan pencegahan penyakit. Manajemen program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 1 Dalam penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ada empat komponen penting, yaitu Peserta yang terhimpun dalam Kelompok Dana Sehat, Badan penyelenggara, Pemberi pelayanan kesehatan, Badan Pembina. Aspek-aspek yang mempengaruhi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 1

Upload: trinda-paramitha-suriahardja

Post on 13-Sep-2015

25 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

penelitian

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. JAMINAN PEMELIHARAAN PELAYANAN KESEHATAN1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diartikan sebagai cara pengelolaan secara terpadu antara penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaannya, bagi peserta perseorangan, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat dijamin keparipur-naan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatannya sehingga tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Adapun tujuan dari program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, menurut Permenkes No-mor; 571/1993 pasal 2 adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal kesehatan dan pencegahan penyakit.

Manajemen programJaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat1Dalam penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ada empat komponen penting, yaitu Peserta yang terhimpun dalam Kelompok Dana Sehat, Badan penyelenggara, Pemberi pelayanan kesehatan, Badan Pembina.

Aspek-aspek yang mempengaruhi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat1 Aspek sistem pembayaran praupaya1) Pemahaman masyarakat terhadap sistem asuransi kese- hatan praupaya bayar2) Kemampuan ekonomi masyarakat.3) Kepesertaan masyarakat dalam Kelompok Dana Sehat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

Aspek Kelompok Dana Sehat1) Kepercayaan anggota terhadap personalitas pengurus 2) Manajemen pengelolaan keuangan kelompok 3) Pelayanan oleh kelompok Aspek Badan Penyelenggara1) Kepercayaan terhadap personalitas pengurus 2) Manajemen pengelolaan keuangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat3) Pelayanan oleh Badan penyelenggara.

Aspek Pemberi Pelayanan Kesehatan.1) Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabi-litatif2) Pelayanan pengobatan, obat dan rujukan3) Pelayanan administrasi

Aspek Badan Pimpinan1) Peranan dan keaktifan 2) Keberpihakan 3) Sportifitas dan keadilan

Partisipasi Masyarakat1a. Pengertian PartisipasiUndang-Undang Republik Indonesia tahun 2004, menjelaskan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Mardi-kanto (2003:90), partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.

b. Pengertian Partisipasi Ibu Balita2Upaya peningkatan partisipasi ibu dalam membina pertumbuhan dan perkembangan anak balita dilakukan antara lain melalui kegiatan kelompok bina keluarga balita (BKB). Sebagai kelanjutan kegiatan tahun sebelumnya, pada tahun 1995/96 dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi 420 orang kader BKB di 14 propinsi. Di samping itu, kegiatan posyandu terus ditingkatkan melalui kegiatan imunisasi bagi ibu hamil, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), dan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak balita dan pentingnya air susu ibu (ASI) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita.Upaya peningkatan peran serta ibu balita dalam masyarakat dilakukan melalui berbagai aktivitas wanita untuk mendukung pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan posyandu. Melalui gerakan PKK, wanita berperan aktif dalam membina kesejahteraan keluarganya, sedangkan dalam kegiatan posyandu, wanita terlibat secara aktif dalam pemberian pelayanan kesehatan, imunisasi, dan perbaikan gizi keluarga. Di bidang keluarga berencana (KB), peran wanita adalah sebagai peserta dan motivator KB.

c. Tingkat Partisipasi Masyarakat2Setiap pemimpin yang berusaha menerapkan peran serta atau partisipasi akan mengalami, bahwa tentang kegiatan ini terdapat berbagai tingkatan, demikian pula bahwa jenjangnya itu bisa bergerak dari nol sampai dengan yang tidak terbatas. Dalam kaitan itu, maka partisipasi yang paling rendahlah yang tentunya paling mudah dicapai.Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi masyarakat diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya.Dengan memperhatikan perbedaan tingkatan yang ada, R.A.Santoso Sastropoetro (1988:47) mengemukakan pada dasarnya ada tiga tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu:1. Tingkat saling mengerti. Tujuannya adalah untuk membantu para anggota kelompok agar memahami masing-masing fungsi dan sikap, sehingga dapat mengembangkan kerja sama yang lebih baik. Dengan demikian secara pribadi mereka akan menjadi lebih banyak terlibat, bersikap kreatif dan juga menjadi lebih bertanggung jawab.2. Tingkat penasihatan/sugesti Yang dibangun atas dasar saling mengerti, oleh karena para anggota kelompok pada hakikatnya sudah cenderung siap untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah memahami masalah dan ataupun situasi yang dihadapkan kepada mereka. Dalam partisipasi bentuk penasihatan, seseorang dapat membantu untuk mengambil keputusan dan memberikan saran-saran yang bersifat kreatif, namun ia sendiri tidak dapat menentukan suatu keputusan. Oleh karena demikian, si pemimpinlah yang menentukan para pesertanya. Banyaklah keputusan teknis yang dilakukan sedemikian atas dasar kompetensi teknik, dalam mana si pemimpin mengesahkan keputusan-keputusan tersebut. Cara demikian nampak meningkatkan inisiatif, kreativitas, disiplin, dan semangat, selain mengurangi sesuatu sifat yang ketat dan kaku maupun mengurangi pengarahan/petunjuk dari atasan.3. Tingkat otoritasOtoritas pada dasarnya memberikan kepada kelompok suatu wewenang untuk memantapkan keputusannya. Kewenangan sedemikian dapat bersifat resmi kalau kelompok hanya memberikan kepada pimpinan konsep keputusan yang kemudian dapat diresmikan menjadi keputusan oleh si pemimpin.Sedangkan Ida Bagus Mantra (1991:8) tentang tingkat partisipasi masyarakat dapat terjadi dalam berbagai tingkatan, yaitu:1. Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan2. Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insentip3. Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi, atau karena ingin meniru4. Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran5. Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggung jawab

Tingkat partisipasi masyarakat nomor 5 biasanya muncul di negara-neara maju yang berpaham demokrasi. Sedangkan partisipasi yang muncul di negara-negara sedang berkembang yang pola budayanya umumnya adalah paternalistik, ialah tingkat partisipasi yang nomor satu sampai dengan nomor empat (terutama nomor satu sampai dengan nomor tiga).Macam-macam tingkat partisipasi masyarakat tersebut memberikan warna pula pada tingkat keikutsertaan individu/kelompok dalam ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri/kelompoknya. Pada tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan, jelas keikutsertaannya bertanggungjawab adalah pasif, dan sangat aktif pada tingkat partisipasi karena kesadaran.Umumnya orang pendapat bahwa partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan sifat gotong royong masyarakat yang sudah membudaya. Karena itu, menurut kelompok ini, kalau petugas kesehatan gagal mengembangkan partisipasi masyarakat, maka hal ini dianggap kelemahan pihak provider. Mereka berpendapat bahwa kalau para petugas kesehatan mempunyai kesungguhan hati dan mempunyai keterampilan tentang cara-cara mengembangkan dan membina keterampilan tentang cara-cara mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat, partisipasi masyarakat sangat mudah digerakkan.Tetapi kenyataannya, tidak semudah dan sesederhana seperti yang diperkirakan. Partisipasi masyarakat merupakan hal yang kompleks dan sering sulit diperhitungkan karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam budaya di mana peranan bapak sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan, maka umumnya anggota keluarga lainnya sangat kecil inisiatifnya. Hal ini tercermin dalam masyarakat di lingkungannya, yaitu di mana para pamong atau para pemuka setempat sangat dominan pengaruhnya, maka anggota masyarakat lainnya tidak berani mengambil inisiatif. Mereka lebih cenderung untuk menunggu dan menanti instruksi dari golongan atasan yang lebih berpengaruh tersebut. Karena itulah tingkat partisipasinya adalah partisipasi karena perintah, yang sangat umum di lingkungan masyarakat semacam itu. Namun, kita tidak boleh terus menunggu dan membiarkan masyarakat dalam kondisi demikian. Seperti telah kita kemukakan dibagian terdahulu, bahwa pembangunan adalah suatu proses pembaharuan, termasuk pembaharuan pola pikir dan sikap mental, bukan sekedar pembaharuan fisik semata-mata.

d. Langkah Meningkatkan Peran serta Masyarakat2Langkah-langkah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dilakukan melalui penyelenggaraan forum KIM (forum komunikasi) dan pelatihan/pendekatan edukatif. Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersikap sebagai fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktor terhadap masyarakat, agar mampu mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat.Secara garis besar, langkah mengembangkan peran serta masyarakat menurut buku Pedoman Kerja Puskesmas (1990:q3-q4) adalah sebagai berikut:1. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas sektor dan berbagai organisasi kesehtan, yang dilaksanakan melalui dialog, seminar dan lokakarya, dalam rangka komunikasi, informasi dan motivasi, dengan memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan.2. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemimpinan di bidang kesehatan.3. Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas: Pendekatan kepada tokoh masyarakat Survai diri masyarakat untuk mengenali masalah kesehatannya (diagnosas masalah kesehatan oleh masyarakat) Musyawarah masyarakat desa untuk penentuan bersama rencana pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi (penetapan resep pemecahan masalah oleh masyarakat) dan pelatihan kader.4. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kadernya yang telah terlatih (tindakan terapi oleh masyarakat).5. Pengembangan dan pelestarian kegiatan kesehatan oleh masyarakat.

e. Sikap Masyarakat2Cooper dan Makin (1995:9), menyatakan bahwa sikap merupakan fenomena mental yang mendasari dan mengarahkan terjadinya perilaku. Azwar (1998:9), sikap tidak hanya aspek mental saja, melainkan mencakup aspek respons fisik juga. Raven dan Ruben (1976:9) menyatakan bahwa sikap menunjukan penilaian positif atau negatif terhadap suatu obyek. Menurut Gerungan (1983:13), sikap akan menentukan atau mewarnai perilakunya, dan sikap selalu terarah pada suatu obyek, sikap tidak sama dengan persepsi, dimana persepsi merupakan penglihatan pribadi. Persepsi akan mempengaruhi sikap, sebaliknya sikap juga dapat mem- pengaruhi persepsi seseorang.

f. Hubungan Sikap Dengan Perilaku2Robbins (1993:19), menyatakan bahwa sikap merupakan predisposisi dan memimpin terjadinya perilaku. Sikap dan perilaku dapat inkonsisten, namun jika terjadi inkonsistensi akan timbul reaksi-reaksi tertentu yang akhirnya mencapai kondisi equilibrium di mana sikap dan perilaku menjadi konsisten.

g. Pengukuran sikap1Azwar (1998:22) menyatakan bahwa sikap, sesungguhnya dapat dipahami lebih daripada sekedar seberapa favorabel atau tidaknya perasaan seseorang, lebih dari pada sekedar seberapapositif atau negatifnya, namun dapat diungkap dan dipahami dari dimensinya yang lain. Beberapa karakteristik/dimensi sikap, yaitu : (1) Arah yang dipilah dalam dua macam, yaitu positif (setuju/mendukung/memihak) dan negatif (tidak setuju/tidak mendukung/ tidak memihak) terhadap suatu objek.(2) Intensitas yaitu kedala-man atau kekuatan sikap. Dua orang yang sama-sama setuju terhadap sesuatu, dapat saja yang satu setuju dan yang lain sangat setuju.(3) Keluasan, yaitu kesetujuan atau ketidaksetujuannya dapat hanya terhadap sebagian kecil dari aspek-aspek objek sikap tersebut, namun dapat juga terhadap seluruh aspeknya.(4) Konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukan dengan responsnya terhadap objek sikap tersebut.Menurut Azwar (1998) menyatakan bahwa sikap memiliki beberapa dimensi yang dapat diukur, yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas. Alat ukur yang sangat baik dan banyak digunakan adalah skala sikap (pating scale quetionaire) dengan skala 1-5.

B. SIKAP3 Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Menurut kamus bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benar-benarberdasarkan keyakinan atau kepercayaannya masing-masing.Ellis mengemukakan bahwa sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang sesuatu. Namun aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Ellis, sikap melibatkan pengetahuan tentang sesuatu termasuk situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi perasaan atau emosi dan kemudian memungkinkan munculnya reaksi atau respons atau kecenderungan untuk berbuat.Dalam beberapa hal, sikap adalah penentu yang paling penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) dan tidak senang (dislike) untuk melaksanakan atau menjauhinya. Dengan demikian pengetahuan tentang sesuatu adalah awal yang mempengaruhi suatu sikap yang mungkin mengarah kepada suatu perbuatan.Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas." Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkah laku, keyakinan dan lain-lain. Namun dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan karakteristik; sikap ialah tingkah laku yang terkait dengan kesediaan untuk merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti suatu tingkah laku dapat diprediksi apabila telah diketahuisikapnya. Walaupun manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat langsung tapi sikap dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup.Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu objek. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan. Demikian juga sikap seseorang terhadap sesuatu yang sama mungkin saja tidak sama. Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya. Gagne menambahkan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa.Sedangkan menurut Saefudin Azwar, sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku engan suatu obyek psikologis. Jadi sikap itu berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek bukan tindakan, dimana perasaan ada kalanya positif dan ada kalanya negatif.Definisi tersebut melihat sikap dari sudut pandang evaluasi. Dengan demikian, sikap adalah suatu sistem evaluasi positif atau negatif, yakni suatu kecenderungan untuk menyetujui atau menolak. Sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan yang datang pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan. Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang memberi pengalaman yang tidak menyenangkan. Perbedaan sikap berhubungan dengan derajat kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap obyek yang dihadapi, atau dengan kata lain sikap menyangkut kesiapan individu untuk bereaksi terhadap obyek tertentu berdasarkan konsep penilaian positif-negatif. Oleh karena itu, sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa.Ahli lain di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian mempunyai konsep lain tentang sikap, yaitu, sikap merupakan semacam kesiapan untukterhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif. Kemudian para pakar psikologi mendisfungsikan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dan formulasi sikap itu dikaitkan sebagai afek positif dan afek negatif yang dikaitkan engan suatu obyek psikologis. Jadi sikap itu berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek bukan tindakan, dimana perasaan ada kalanya positif dan ada kalanya negatif.Definisi tersebut melihat sikap dari sudut pandang evaluasi. Dengan demikian, sikap adalah suatu sistem evaluasi positif atau negatif, yakni suatu kecenderungan untuk menyetujui atau menolak. Sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan yang datang pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan. Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang memberi pengalaman yang tidak menyenangkan. Perbedaan sikap berhubungan dengan derajat kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap obyek yang dihadapi, atau dengan kata lain sikap menyangkut kesiapan individu untuk bereaksi terhadap obyek tertentu berdasarkan konsep penilaian positif-negatif. Oleh karena itu, sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Ahli lain di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian mempunyai konsep lain tentang sikap, yaitu, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu.Kesiapan dalam definisi ini ditafsirkan sebagai suatu kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang menghendaki adanya respon. Jadi, dapat dikatakan bahwa sikap sebagai respon, hal ini didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang pada akhirnya akan memberikan kesimpulan berupa nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk - positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka yang kemudian mengkristal atau tidak sebagai potensi reaksi terhadap obyek. Dengan demikian, sikap merupakan aspek perilaku yang dinamis, bisa berubah, dibentuk atau dipengaruhi. Kondisi lingkungan dan situasi disuatu saat dan disuatu tempat tidak disangsikan berpengaruh terhadap pernyataan sikap seseorang. Dalam keadaan terancam keselamatannya secara langsung atau tidak langsung seseorang akan cenderung menyatakan sikap yang dapat menyelamatkan dirinya walaupun tidak sesuai dengan hati nuraninya. Kadang-kadang seseorang menunjukan sikap yang sesuai dengan harapan orang lain, sekalipun tidak sesuai dengan isi hatinya disebabkan adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Sikap baru memiliki makna apabila ia ditampakkan dalam bentuk perilaku baik lisan maupun perilaku perbuatan.Masih banyak lagi definisi sikap yang lain, sebenarnya agak berlainan, akan tetapi keragaman pengertian tersebut disebabkan oleh sudut pandang dari penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati hampir semua batasan sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat Piagets tentang proses perkembangan kognitif manusia.Berdasarkan beberapa literatur di atas, dan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada dasarnya merupakan hasil dari proses sosialisasi dan interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran, perasaa seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman, pendapat dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap suatu obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu obyek. Dengan demikian sikap adalah kecenderungan individu menanggapi secara positif atau negatif terhadap obyek sikap ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi dan konasi.

a. Komponen Sikap3Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975; Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan Kendler 1974, Gerungan, 2000). Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai - nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. Oleh karena itu, komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Sedang komponen kecenderungan bertindak berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinan dan keinginannya. Sikap seseorang terhadap suatu objek atau subjek dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap objek atau subjek.Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya. Komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak menumbuhkan sikap individu. Dari manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu sistem. Sikap individu sangat erat kaitannya dengan perilaku mereka. Jika faktor sikap telah mempengaruhi ataupun menumbuhkan sikap seseorang, maka antara sikap dan perilaku adalah konsisten, sebagaimana yang dikemukan oleh Krech dan Ballacy, Morgan King, dan Howard.Sikap seseorangmemang seharusnya konsisten dengan perilaku. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai eksternal yang berada di masyarakat, diantaranya norma, politik, budaya, dan sebagainya.Menurut Gerungan sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial. Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat. Sedang sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial, manakala ada seragaman sikap terhadap suatu obyek. Dalam konteks pemahasan ini, sikap yang dimaksud adalahsikap individual, mengingat pendidikan yang dihabahas dalam kajian ini menyangkut proses pendidikan secara individual, mengingat keinginan, kebutuhan, kemampuan, motivasi, sasaran didik sangat beragam.Dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa: 1) Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan obyek tertentu2) Sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar3) Sikap selalu berhubungan dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri4) Sikap dapat berhubungan dengan satu obyek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet obyek sejenis5) Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi.

Mengetahui karakter sikap semacam ini sangat penting manakala kita akan membahas sikap secara cermat. Dari sifat ini dapat diketahui bahwa sikap dapat ditumbungkan dan dikembangkan, melalui proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan motivasi, dan keinginan mereka. Demikian juga, sikap harus diarahkan pada suatu obyek tertentu, sehingga memudahkan mengarahkan belajar siswa pada sasaran belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.

b. Karakteristik Sikap3Selain mempunyai komponen, sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik yaitu sikap mempunyai arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas. Arah disini maksudnya arah positif atau negati; intensitas maksudnya kekuatan sikap itu sendiri, dimana setiap orang belum tentu mempunyai kekuatan sikap yang sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan kekuatan sikapnya, yang satu positif tetapi yang satu lagi lebih positif. Keluasan sikap meliputi cakupan aspek obyek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Sedangkan konsistensi adalah kesesuaian anatara pernyataan sikap dengan responnya, atau tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Karakteristik sikap terakhir adalah spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk mengatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dapat dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi, apabila sikap dinyatakan tanpa perlu pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya.

c. Tingkatan Sikap3Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1. Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) bersedia dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawabBertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Determinan Sikap3Menurut Walgito (2003) ada beberapa determinan sikap yang dianggap penting yaitu: 1)Faktor FisiologisFaktor fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan dengan ini ialah faktor umur dan kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang telah tua, sedangkan pada orang dewasa sikapnya lebih moderat. Dengan demikian masalah umur akan berpengaruh pada sikap seseorang.

2)Faktor Pengalaman Langsung Terhadap Objek Sikap Bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut.

3)Faktor Kerangka AcuanKerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.

4)Faktor komunikasi sosial Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi determinan sikap seseorang dan faktor ini yang banyak diteliti. Komunikasi sosial yang berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang yang bersangkutan.

e. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap3Menurut Walgito (2003) pembentukan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1)Faktor individu sendiri atau faktor internalDisebut juga pengalaman pribadi yaitu apa yang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial. Faktor internal akan dipengaruhi faktor fisiologis (dalam fisik) dan psikologis (jiwa) dimana faktor individu merupakan faktor penentu yang berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu dalam menanggapi pengaruh dari luar. Apa yang datang dari luar tidak semuanya diterima dan mana yang akan ditolaknya.

2)Faktor luar atau faktor eksternal Hal-hal atau keadaan yang di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktor ini terjadi secara langsung artinya adanya hubungan secara langsung antara individu dengan individu lain antara kelompok dengan kelompok lain. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi individu atau pengalaman, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong- pendorong yang ada dalam masyarakat, yang semuanya akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang.

f. Pengukuran sikap3Menurut Walgito (2003) pengukuran sikap dibedakan menjadi dua yaitu:1)Secara langsung Yaitu secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Melalui wawancara, langsung dengan pengamatan atau surve, menggunakan pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang udah ditentukan dan langsung diberikan pada suatu objek yang sedang diteliti. 2)Secara tidak langsungYaitu pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

g. Skala Pengukuran Sikap3Menurut Hidayat (2008) skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang masalah atau gejala yang ada dimasyarakat atau dialaminya, dikenal sebagai summated ratings method. Yaitu alat ukur Likert yang menggunakan pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat alternatif jawaban atas pernyataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan. Empat jawaban yang dikemukakan Likert adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

C. POSYANDUa. Pengertian Posyandu4,5Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu :1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek Poleksesbud.

b. Dasar Pelaksanaan4,5 Surat Keputusan Bersama: Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :1. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program program pembangunan masyarakat desa.3. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan peranan kader pembangunan.4. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/di daerah masing-masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN.5. Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna.

c. Tujuan Penyelenggara Posyandu4,51. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas).2. Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)

3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi KeluargaSejahtera.

d. Pengelola Posyandu4 Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan mutu Posyandu ditingkat desa kelurahan sebagai berikut : Penanggung jawab umum: Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah) Penanggung jawab operasional,KetuaILKMD(TokohMasyarakat) Ketua Pelaksana: Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua Tim Penggerak PKK) Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD Pelaksana: Kader PKK,yang dibantu Petugas KB-Kes

Pokjanal PosyanduPokjanal posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu :1. Tingkat Propinsi : BKKBN PMD (Pembinaan Masyar3kat Desa) Bappeda Tim Penggerak PKK

2. Tingkat Kabupaten/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes BKKBN PMD Bappeda

3. Tingkat Kecamatan : Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina petugas Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan) KPD (Kader Pembangunan Desa)

4. Pokjanal Posyandu bertugas : Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program. Menyiapkan kader Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan masalah. Menyusunan rencana Melakukan pemantauan dan bimbingan Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMDe. Kegiatan Posyandu4,5Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa)) dengan bimbingan Tim Pembina LKMD Tingkat Kecamatan. Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih di bidang kesehatan, KB, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan Tim Pembina LKMD Tingkat Kecamatan (Intanghina, 2008).Jenis kegiatan posyandu dikenal dengan Panca Krida Posyandu yaitu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) seperti pemberian pil tambah darah (ibu hamil), pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus), PMT (Pemberian Makanan Tambahan), imunisasi, penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantauan kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS (Kartu Menuju Sehat) setiap bulan, KB (Keluarga Berencana), Peningkatan Gizi dan Penanggulangan Diare.Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu: Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Immunisasi, Peningkatan gizi, Penanggulangan Diare, Sanitasi dasar (cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman), dan Penyediaan Obat essensial.

f. Pembentukan Posyandu4,5a. Langkah langkah pembentukan : 1) Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan2) Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB3) Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu4) Pemilihan kader Posyandu5) Pelatihan kader Posyandu6) Pembinaan.

b. Kriteria pembentukan Pos syandu. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.

c. Kriteria kader Posyandu 1) Dapat membaca dan menulis2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat4) Mempunyai waktu yang cukup5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu6) Berpenampilan ramah dan simpatik7) Diterima masyarakat setempat

g. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu4,5a. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD,Kader,Tim penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : Meja I: Pendaftaran Meja II : Penimbangan Meja III: Pengisian KMS Meja IV: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS Meja V: Pelayanan KB kesehatan, yaitu : Imunisasi Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus Pembagian pil atau kondom Pengobatan ringan Kosultasi KB-KesPetugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).b. Sasaran Posyandu : Bayi (0 11 bulan) Anak balita (12 bulan 60 bulan) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui Pasangan usia subur

Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1) Kesehatan ibu dan anak : Pemberian pil tambah darah (ibu hamil) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii dan Agustus) PMT Lmunisasi Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan 2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom 3) Pemberian Oralit dan pengobatan 4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuaipermasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS alita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.S : Semua baita diwilayah kerja PosyanduK : Semua balita yang memiliki KMSD : Balita yang ditimbang.N : Balita yang naik berat badannya.

Keberhasilan Posyandu berdasarkan :1) D/S Baik/kurangnya peran serta masyarakat.2) N/D Berhasil tidaknya Program Posyandu

c. DanaDana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat.

h. Sistem Informasi Posyandu (SIP)4,5Sistem informasi Posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola Posyandu. OLeh sebab itu Sistem Informasi Posyandu merupakan bagian penting dari pembinaan Posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan lebih terarah apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual. Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas maupun lingkup yang lebih luas. Mekanisme Operagional SIP :1) Penggung jawab Sistem Informasi Posyandu adalah Pokjanal Posyandu di Propinsi dan Dati II di tingkat kecamatan adalah Tim Pembina LKMD/Kelurahan berkoordinasi dengan LKMD Seksi 102) Pemerintah Desa bertanggung jawab atas tersediannya data dan informasi Posyandu.3) Pengumpul data dan informaosi adalah Tim Penggerak PKK dan LKMD dengan menggunakan instrumen : Catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok Dasa Wisma (kader PKK) Register bayi dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember. Register anak balita dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember Register WUS- PUS alam wilayah ketiga Posyandu bulan Januari s/d Desember Register Ibu hamil dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember Data pengunjung petugas Posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan kematian ibu hamil melahirkan dan nifas Data hasil kegiatan Posyandu.

i. Jenjang Posyandu Menurut KONSEP ARRIF 4,5

Dikelompokkan menjadi 4 :1. PosyanduPratama (warna merah): Belum mantap Kegiatan belum rutin Kader terbatas.

2. PosyanduMadya (warna kuning): Kegiatan lebih teratur Jumlah kader 5 orang

3. PosyanduPurnama (warna hijau): Kegiatan sudah teratur Cakupan program/kegiatannya baik Jumlah kader 5 orang Mempunyai program tambahan

4. Posyandu Mandiri (warna biru) : Kegiatan secara terahir dan mantap Cakupan program/kegiatan baik Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap

Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang antar strata Posyandu adalah :1. JumlahbukaPosyandupertahun2. Jumlahkaderyangbertugas3. Cakupankegiatan4. Programtambahan5. Danasehat/JPKMPosyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK, LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu.

D. STATUS GIZI BALITAa. Pengertian Status Gizi6Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan danpenggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan status gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2001).

b. Epidemiologi

c. Beberapa Indeks Antropometri dan Interpretasinya6Beberapa jenis antropometri yang digunakan, diantaranya : BB, TB, LLA, LD, LLBK. Adapun jenis antropometri yang digunakan untuk pengukuran status gizi digunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).

1) Berat BadanIndeks Berat Badan Menurut Umur ( BB/U) Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang masa tubuh (Otot dan Lemak). Berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi karena sifat berat badan yang labil, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini.Penggunaan indeks BB/Usebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian.Kelebihan indeks ini, yaitu: Dapat lebih mudah dan dimengerti oleh masyarakat Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek Dapat mendeteksi kegemukanKelemahan BB/U, yaitu: Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru bila terdapat odem Memerlukan data umur yang akurat khususnya kelompok anak di bawah usia lima tahun (balita) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya (Reksodikusumo, Jahari, Hartono, Kunanto, 1989).

d. Klasifikasi Status Gizi6 Dalam penilaian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi maka harus ada ukuran baku (reference). Baku antropometri yang banyak digunakan adalah baku Harvard, baik untuk berat badan maupun untuk tinggi badan.

Klasifikasi Cara WHO-NCHSPada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan Waterflow. Indikator yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standart yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan klasifikasi seperti gambar di bawah ini: - Gizi Buruk