hasil penelitian ikm jakarta

124
HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DAN ANGKA KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU SETELAH PENGOBATAN ENAM BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2012 Pembimbing: Dr. dr. Dharma Sutanto, MS dr. Rachel Penyusun: Nur Hafizah binti Mansor (030.07.324) Maisarah binti Bakari (030.07.297) Dwi Rahmawita Basri (030.07.075) Setia Hermawan (030.05.206) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 3 SEPTEMBER – 10 NOVEMBER 2012 PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Upload: setiahermawan99

Post on 13-Aug-2015

183 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DAN ANGKA KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU SETELAH

PENGOBATAN ENAM BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2012

Pembimbing:

Dr. dr. Dharma Sutanto, MS

dr. Rachel

Penyusun:

Nur Hafizah binti Mansor (030.07.324)

Maisarah binti Bakari (030.07.297)

Dwi Rahmawita Basri (030.07.075)

Setia Hermawan (030.05.206)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 3 SEPTEMBER – 10 NOVEMBER 2012

PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, 2012

1

Page 2: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil penelitian yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DAN ANGKA KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU SETELAH

PENGOBATAN ENAM BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2012

Periode 3 September – 10 November 2012

Disetujui oleh:

Pembimbing penelitian Pembimbing Penelitian

Fakultas Kedokteran Trisakti Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu

Dr. dr. Dharma Sutanto, MS dr. Rachel

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

dr. Eliza

2

Page 3: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat dan anugerah-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penyusunan penelitian ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik IKM

FK Trisakti periode 3 September – 10 November 2012 yang dilaksanakan di

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.

Pada kesempatan ini pula, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Dharma Sutanto, MS selaku pembimbing penelitian di FK Usakti

2. Para dosen IKM FK Usakti

3. dr. Rachel, selaku pembimbing penelitian di Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu

4. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

5. Semua pihak yang turut serta membantu, baik dalam penyusunan laporan

penelitian maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang

diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yang tidak dapat kami sebutkan

satu persatu.

Laporan ini kami susun dengan segenap tenaga dan usaha, namun kami

menyadari isi dari laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi penyempurnaan laporan penelitian kami. Akhir kata, semoga penelitian ini

berguna baik bagi penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik, pembaca,

FK Usakti, Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu, maupun semua pihak yang

membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2012

Pen

yusun

3

Page 4: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….2

KATA PENGANTAR………………………………….........……………...3

DAFTAR ISI……………………………………………………….....…….4

ABSTRAK………………………………………………………………….6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………........7

1.2 Perumusan masalah ...……………………………………………9

1.3 Hipotesis …………………………………………………………9

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………9

1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………..10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERKULOSIS……………………………………………………..2.1.1 Pendahuluan…………………………………………………. 112.1.2 Definisi……………………………………………………….112.1.3 Etiologi……………………………………………………….112.1.4 Epidemiologi…………………………………………………122.1.5 Patogenesis…………………………………………………...122.1.6 Klasifikasi TB………………………………………………..162.1.7 Gejala klinis………………………………………………….182.1.8 Pengobatan TB………………………………………………202.1.9 DOTS………………………………………………………..21

2.2 KONSEP PERILAKU KESEHATAN…………………………………..2.2.1 Pengertian……………………………………………………252.2.2 Perilaku Kesehatan…………………………………………..262.2.3 Domain Perilaku……………………………………………..282.2.4 Perubahan Perilaku atau Indikatornya……………………….292.2.5 Determinan dan Perubahan Perilaku………………………....30

2.3 KERANGKA TEORI…………………………………………………….33

4

Page 5: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………34

3. 2 Variabel Penelitian…………………………………………….....35

3. 3 Definisi Operasional……………………………………………..36

BAB IV METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian…..........……………………………………40

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………40

2.3 Populasi dan Sampel Penelitian……....…………………….40

2.4 Instrumen Penelitian……………………...…………………42

2.5 Cara Pengambilan Sampel…………….…………………….44

2.6 Cara Pengolahan Data.................……………………………44

2.7 Jadwal Kegiatan Penelitian...……………………………….45

2.8 Alur Pelaksanaan Penelitian………………………………..45

2.9 Perkiraan Biaya Penelitian………………………………….45

2.10 Organisasi Penelitian………………………………………..45

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Univariat………………………………………………46

5.2 Hasil Bivariat………………………………………………..48

BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………….54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………...57

BAB VIII DAFTAR PUSTAKA……………………………………….59

LAMPIRAN

5

Page 6: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) remains a global health problem, especially in

developing countries. Indonesia as one of the developing countries in this regard

was ranked top three after India and China. In the development of this recent

years, TB control in Indonesia is getting better, it is seen from the Indonesian state

ranking with the highest number of TB cases dropped to fifth in the world.

however, Indonesia is a high burden countries and is being rapidly expand DOTS

strategy. Lung Tuberculosis (TB) is an infectious disease in which personal

behavior plays an important key to the outcome of the disease. The objective of

this research is to analyze and establish knowledge, attitude and behavior of the

TB patients towards the successful recovery rate at the end of 6 months Directly

Observed Therapy - Short course (DOTS) therapy. This research was conducted

among TB patients undergoing DOTS therapy at Public Health Centre of Pasar

Minggu, South Jakarta. Cross-sectional design and simple random sampling

method were used in this research. 40 sputum smear positive patients were

selected randomly, who consented to participate the study. All data were collected

from questionnaire given to the patients and analyzed using the Double

Regression Test with significance level α = 0,05 and p < α. The study showed that

90% of the respondent’s behavior towards their illness is good and only minority

of the respondent (10%) are considered as having poor behavior. Theoretically,

knowledge level is significantly affecting the attitude and behavior, therefore

contributing to the recovery rate of tuberculosis.

6

Page 7: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit menular yang

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman ini.

Indonesia saat ini berada pada ranking kelima setelah India, China, Afrika

selatan, dan Nigeria dengan beban TB tertinggi di dunia. Menurut Kementerian

Kesehatan RI tahun 2011 jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000

kematian per tahunnya.

Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of

Tuberculosis Infection (ARTI). Menurut WHO nilai ARTI di Indonesia

bervariasi antara satu sampai tiga persen. Sedangkan ARTI sebesar satu persen

diperkirakan terjadi di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 infeksi

TB dan 10% di antaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.

Sekitar 50 di antaranya adalah pasien BTA positif yang merupakan sumber

penularan penyakit ini. Kuman dapat menyebar ke udara saat pasien batuk atau

bersin dalam bentuk droplet nuclei. Daya penularan ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya saat pasien batuk, dapat dilihat dari hasil

pemeriksaan sputum dahak. Semakin tinggi derajat kepositifannya, semakin

tinggi penularan pasien tersebut. Risiko terinfeksi dengan basil tuberkulosis

berhubungan langsung dengan daya penularan dan tidak berhubungan langsung

dengan faktor keturunan atau faktor lainnya pada pejamu. Risiko sakit paling

tinggi pada usia di bawah tiga tahun dan paling rendah pada usia akhir kanak-

kanak. Risiko akan meningkat lagi pada usia dewasa dan dewasa muda, usia

tua dan pada penderita dengan kelainan imunitas.

7

Page 8: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Salah satu perbedaan tuberkulosis dengan penyakit lain adalah setiap

kasus TB harus ditemukan dan diobati agar tidak menularkan penyakitnya.

Pada penyakit lain kasus yang tidak diobati akan meninggal namun pada

penyakit tuberkulosis kasus yang tidak diobati dengan baik akan menjadi

resisten dan mempunyai potensi menularkan pada orang lain. Menurut WHO

cara yang paling efektif memberantas penyakit TB paru adalah dengan

menghentikan TB pada sumbernya (stop at the source) yang dikenali dengan

strategi DOTS (Direct Observed Treatment, Short course). Menghentikan

pada sumbernya mengandung pengertian dimana penderita diobati sehingga

tidak dalam keadaan infeksius dan dapat mencegah terjadinya multidrug

resistant apabila diobati dengan benar.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan

penanggulangan TB paru adalah dengan cara monitoring dan evaluasi yang

tepat dan benar dalam mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai atau

default. Untuk itu pengembangan monitoring dan evaluasi terhadap setiap

penderita yang mendapatkan pengobatan strategi DOTS harus dilakukan

dengan baik agar setiap paket obat yang dipakai dapat digunakan secara efektif

dan efisien, penderita gagal, lalai/defult dicegah, rantai penularan diputus dan

mencegah terjadinya multidrug resistant.

Dalam usaha penanggulangan penyakit TB, aspek perilaku turut

memainkan peran yang penting. Pengetahuan, sikap dan tindakan pasien dalam

hal mencegah penyakit dan penularan penyakit TB akan sangat membantu

untuk menurunkan angka kejadian TB. Karena pengobatan DOTS paling

sedikit adalah selama enam bulan, sering didapatkan pasien lalai dalam

mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.

8

Page 9: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan diantara perilaku pasien TB dengan angka

kesembuhan setelah 6 bulan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu.

1.3 HIPOTESIS

Semakin baik perilaku penderita TB, semakin tinggi angka kesembuhan

pada penderita TB setelah 6 bulan pengobatan.

1.4 TUJUAN

TUJUAN UMUM

Untuk menurunkan presentasi penderita TB

TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui jumlah penderita yang mengikuti DOTS

2. Untuk mengetahui jumlah penderita yang sudah 6 bulan menjalani

pengobatan TB

3. Untuk mendapatkan angka kesembuhan dan kekambuhan penderita

TB yang telah menjalani pengobatan 6 bulan

4. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dan

tindakan dalam menangani penyakit tuberkulosis

5. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku dengan kesembuhan

penderita TB yang telah menjalani program DOTS.

9

Page 10: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Dalam peneltian ini diharapkan hasilnya dapat berguna bagi masyarakat,

pelayanan kesehatan puskesmas Pasar Minggu, dan peneliti yaitu:

1. Untuk Masyarakat

- Mewujudkan suatu kelompok masyarakat yang produktif pasca

TB dalam usaha meningkatkan produktivitas Negara.

- Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB

dan perilaku-perilaku yang dapat memutuskan rantai penularan.

2. Untuk Program Puskesmas Pasar Minggu

- Menilai ulang program untuk TB dan kecekapan petugas

pemberantas TB dalam mengedukasi pasien mengenai perilaku

yang sehat.

- Membantu mengedukasi masyarakat untuk mengerti hubungan

faktor perilaku dengan upaya pencegahan tuberkulosis

sehingga masyarakat bisa lebih memahami dan berupaya untuk

merubah pola perilaku yang salah sehingga diharapkan angka

kejadian penderita tuberkulosis dapat berkurang.

3. Untuk Peneliti

- Bisa menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman

dalam bidang kesehatan terutama bidang yang diteliti

- Meningkatkan kesadaran kepentingan perilaku dalam

mengaulangi TB di Indonesia.

1.6 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai

hubungan perilaku sehari-hari penderita tuberkulosis dalam upaya

pencegahan penularan tuberkulosis di wilayah puskesmas kecamatan Pasar

Minggu.

10

Page 11: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 TUBERKULOSIS

1.1.1 PENDAHULUAN

Sebagaimana juga halnya di negara-negara berkembang lain, tuberkulosis

(TB) di Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.

Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir semua

organ tubuh, yaitu organ pernafasan (TB paru) ataupun di organ di luar paru (TB

Ekstraparu). Kuman TB dapat hidup lama tanpa aktifitas dalam jaringan tubuh

(dormant) hingga sampai saatnya ia aktif kembali. Lesi TB dapat sembuh tetapi

dapat juga berkembang progresif atau mengalami proses kronik atau serius.

1.1.2 DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. 2,11 Infeksi bersifat sistemik sehingga dapat

mengenai semua organ dengan paru sebagai lokal infeksi primer.

1.1.3 ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis, basilus tuberkel, adalah satu diantara lebih dari

30 anggota genus Mycobacterium yang dikenali dengan baik maupun banyak

yang tidak tergolongkan. Bersama dengan kuman berkerabat dekat yaitu M. bovis

kuman ini menyebankan tuberculosis.

11

Page 12: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

1.1.4 EPIDEMIOLOGI

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini

TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret

1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap

sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk

dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.

Pada tahun 1998 ada 3. 617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh

dunia.Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di

negara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia

produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya

prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang

muncul terjadi di Asia.

1.1.5 PATOGENESIS

A. Tuberkulosis Primer

Penularan tuberkulosis paru dari orang ke orang terjadi karena kuman

dibatukkan atau dibersinkan menjadi droplet nuclei (partikel berdiameter 1-5µm

yang mengandung ( M. tuberculosis) dalam udara sekitar kita. 3,15 Partikel infeksi

ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. 4,5 Dalam

susasna lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.

Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran

napas, atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran parikel < 5

mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru

oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag

keluar percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.

Bila kuman menetap dijaringan paru, berkembang biak di dalam

sitoplasma makrofag. Basil tuberkel tumbuh perlahan-lahan, kira-kira tiap 25-32

12

Page 13: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

jam di dalam makrofag. Pertumbuhan berlangsung 2-12 minggu, hingga kuman

berjumlah 1000-10000 dimana cukup untuk mendapatkan respon imun selular

yang terdeteksi oleh tes tuberkulin. Dimana dapat terbawa masuk ke organ tubuh

lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang

tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau

sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan

paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat

juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit,

terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan

menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila masuk ke

arteri pulmonalis maka akan terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB

milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus

(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis local bersama-sama limfadenitis

regional dikenal sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan

waktu 3-8 minggu. 13,14 Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :

1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat (restitution ad integrum),

2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5

mm dan ±10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang

dormant,

3) Berkomplikasi dan menyebar secara :

a) Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah

epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya

bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga

menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat

atelektasis. Kuman tuberculosis akan menjalar sepanjang bronkus yang

13

Page 14: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada

lobus yang atelektasis tersebut ,

b) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang

disebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus,

c) Secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya

tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat

sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang

adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan yang cukup gawat

seperti TB milier, meningitis TB, typhobachillosis Landouzy.

B. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). 16,20 Mayoritas

reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun

seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.7

Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas

paru (bagian apical-posterior lobus sduperior atau inferior). Invasinya adalah ke

daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam

3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari

sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang

dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.

Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien, sarang dini ini

dapat menjadi :

1) Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat,

14

Page 15: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan

jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan

perkapuran.

3) Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan

jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi

lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar

terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama

dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar,

sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas

adalah karena adanya hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim

yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan

TNF-nya. Bentuk perkejuan lain yang jarang terjadi adalah cryptic

disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut. Disini lesi

sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat menjadi :

a) Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas

ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier.

Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan

selanjutnya ke usus menjadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti

perjalanan seperti yang disebutkan diatas. Bisa juga terjadi TB

endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura.

b) Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi) sehingga menjadi

tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau

dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik

kavitas ini adalah kolonisasi oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian

menjadi mycetoma,

c) Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga

meyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang

berakhir dengan kavitas yang terbungkus, menciut, dan berbetuk seperti

bintang yang disebut stellate shape.

15

Page 16: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

1.1.6 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS

American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil

berdasarkan aspek kesehatan masyarakat :

1) Kelas 0: Tidak pernah terpajan TB, tidak terinfeksi. Orang-orang pada kelas

ini tidak mempunyai riwayat terpajan dan tes kulit tuberkulin menunjukkan

hasil negatif (jika dilakukan)

2) Kelas 1 : Terpajan TB, tidak ada bukti terinfeksi. Orang-orang pada kelas ini

mempunyai riwayat terpajan tuberkulosis, tetapi tes tuberkulin menunjukkan

hasil negative. Tindakan yang diambil untuknya tergantung pada derajat dan

kebaruan paparan M. tuberculosis, serta kekebalan tubuhnya. Jika terpapar

secara signifikan selama 3 bulan, tes tuberculin lanjutan harus dilakukan 10

minggu setelah paparan terakhir, dan sementara itu pengobatan terhadap

infeksi tuberculosis laten harus dipertimbangkan terutama pada anak-anak

berusia kurang dari 15 tahun dan penderita infeksi HIV.

3) Kelas 2 : Infeksi TB laten, tidak timbul penyakit. Orang-orang pada kelas 2

menunjukkan hasil tes tuberculin positif, pemeriksaan radiologi dan

bakteriologi negatif.

4) Kelas 3 : Tuberkulosis, aktif secara klinis. Kelas 3 mencakup semua pasien

dengan TB aktif secara klinis dengan prosedur diagnostik telah selesai. Jika

diagnosis masih tertunda, orang tersebut harus diklasifikasikan sebagai

tersangka tuberkulosis (kelas 5). Untuk masuk ke kelas 3, seseorang harus

memiliki bukti klinis, bakteriologis, dan/atau radiografi TB saat ini. Hal ini

dipastikan dengan isolasi M. tuberkulosis. Seseorang yang menderita TB di

masa lalu dan juga yang saat ini memiliki penyakit aktif secara klinis termasuk

dalam kelas 3. Seseorang tetap di kelas 3 sampai pengobatan untuk episode

penyakit saat ini selesai.

16

Page 17: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

5) Kelas 4  : TB tidak aktif secara klinis. Ditemukan radiografi yang abnormal

atau tidak berubah, dan reaksi tes kulit tuberkulin positif, dan tidak ada bukti

klinis.

6) Kelas 5   : Tersangka TB (diagnosis tertunda). Seseorang termasuk dalam

kelas ini ketika diagnosis TB sedang dipertimbangkan. Seseorang seharusnya

tidak tetap di kelas ini selama lebih dari 3 bulan. Ketika prosedur diagnostik

telah selesai, orang tersebut harus ditempatkan pada salah satu kelas

sebelumnya.

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (Basil Tahan Asam / BTA),

TB paru dibagi atas :

1) TB paru BTA (+), adalah :

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif,

b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif.

2) TB paru BTA (-), adalah :

a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran

klinis dan kelainan radologi menunjukkan tuberkulosis aktif.

b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.

Tuberculosis positif.

17

Page 18: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Klasifikasi yang berdasarkan tipe pasien dari riwayat pengobatan sebelumnya

yaitu :

1) Kasus baru : pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan untuk

tuberkulosis atau sudah mendapakan obat-obat anti tuberkulosis kurang dari

satu bulan.

2) Kasus pengobatan ulang :

a) Kasus kambuh (relaps) : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak

BTA positif atau biakan positif.

b) Kasus gagal (smear positive failure) : pasien yang menjalani pengobatan

ulang karena pengobatan sebelumnya gagal, ditandai dengan sputum

BTA-nya tetap positif setelah mendapatkan obat anti tuberkulosis pada

akhir bulan ke 5.

c) Kasus defaulted atau drop out : pasien yang telah menjalani pengobatan ≥

1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

3) Kasus kronik : pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah pengobatan

ulang lengkap yang disupervisi dengan baik.

1.1.7 GEJALA KLINIS

Gejala Respiratori

1) Batuk / Batuk Darah.

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini

18

Page 19: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk

dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul

peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan lanjut

adalah batuk darah (hemoptisis). Kavitas dapat menjadi sumber hemoptisis

mayor. Menetapnya arteri pulmonalis terminal didalam kavitas dapat

menjadi sumber perdarahan yang hebat (aneurisma Rasmussen). Penyebab

perdarahan lainnya adalah aspergiloma pada kavitas tuberkulosis kronik .

2) Sesak Napas

Sesak napas akan dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut, yang

infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

3) Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga

menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien

menarik / melepaskan nafasnya.

Gejala Sistemik 19

1) Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadand

panas badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat

sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah

seterusnya, sehingga pasien tidak pernah merasa terbebas dari serangan

demam influenza.

2) Malaise

Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan,

badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,

keringat malam, dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat

dan hilang timbul secara tidak teratur.

19

Page 20: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Gejala Tuberkulosis Ekstraparu

Gejala tergantung pada organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis TB

akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah

bening, pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis, sementara pada

pleuritis TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi

yang rongga pleuranya terdapat cairan.

1.1.8 PENGOBATAN TUBERKULOSIS

Tujuan obat kemoterapi anti TB (OAT) adalah:

• Menyembuhkan pasien dalam jangka pendek dengan gangguan yang

minimal.

• Mencegah kematian karena penyakit yang aktif atau efek lanjutannya.

• Mencegah relaps.

• Mencegah timbulnya kuman yang resisten.

• Melindungi masyarakat dan penularan

Jenis, sifat dan dosis OAT lini 1

Jenis OAT Sifat Dosis Harian

Dosis 3x/minggu

20

Page 21: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Isoniazid (INH) Bakterisid 5 (4-6)

10 (8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12)

10 (8-12)

Pyrazinamid (Z) Bakterisid 25 (20-30)

35 (30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18)

15 (12-18)

Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20)

30 (20-35)

Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) 18

• Kanamisin

• Amikasin

• Kuinolon

• Makrolid dan amoksilin+ asam klavulanat

• Ada beberapa obat lain yang sekarang belum digunakan di Indonesia :

Kapreomisin, Sikloserin, PAS, Derivat rifampicin dan INH, Thionamides.

1.1.9 Directly Obeserved Treatment Short Course (DOTS)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan

program penanggulagan tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS

yang juga telah dianut oleh negara kita. Karena itu pemahaman tentang DOTS

merupakan hal yang sangat penting agar tuberkulosis dapat ditanggulangi dengan

bak.

21

Page 22: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Strategi DOTS terdiri atas lima komponen, yaitu 12 :

1) Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional.

2) Mikroskop.

3) Pengawas minum obat.

4) Pencatatan dan pelaporan.

5) Panduan OAT jangka pendek.

Saat ini terdapat 6 elemen kunci dalam startegi stop TB yang direkomendasi oleh

WHO :

1) Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan

kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh

pasien terutama pasien tidak mampu.

2) Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, Multi Drug Resistance

(MDR)-TB, dengan aktivitas gabungan TB-HIV, DOTS-PLUS, dan

pendekatan-pendekatan lain yang relevan.

3) Konstribusi pada sistem kesehatan dengan kolaborasi bersama program

kesehatan yang lain dan pelayanan umum.

4) Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan non

pemerintah dengan pendekatan Public-Private Mix (PPM) untuk

mematuhi International Standarts of TB care.

5) Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengruh untuk

berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang efektif.

6) Memungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat

baru, alat diagnostik, dan vaksin. Penelitian juga dibutuhkan untuk

meningkatkan keberhasilan program.

22

Page 23: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Dalam melaksanakan DOTS, sebelum pengobatan pertama kali dimulai, pasien

diberikan penjelasan bahwa harus ada seorang pengawasan menelan obat (PMO)

dan PMO tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapatkan penjelasan

tentang DOTS.

Persyaratan untuk menjadi seorang PMO :

1) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh

pasien.

2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

4) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan

pasien

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,

pekarya, sanitarian, juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru,

anggota Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), PKK, atau

tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

Tugas seorang PMO adalah :

1) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan.

2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

3) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan.

23

Page 24: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai

gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit

Pelayanan Kesehatan.

5) Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien

mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan (UPK).

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien

dan keluarganya:

1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan

2) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

3) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara

pencegahannya

4) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

5) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK.

Kriteria sembuh dari TB

1) BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase itensif dan akhir

pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.

2) Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan.

3) Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.

1.2 KONSEP PERILAKU KESEHATAN

1.2.1 PENGERTIAN PERILAKU

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

24

Page 25: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan

manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah

semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert), Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,

seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan

seks, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau

membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

2.1.1 PERILAKU KESEHATAN

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:

a) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

25

Page 26: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri

dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.

b. .Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sakit.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

b) Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan

Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Health

Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan

ke luar negeri.

c) Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat

klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.

1) Perilaku hidup sehat.

Adalah perilaku –perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antar lain :

a. Menu seimbang

b. Olahraga teratur

c. Tidak merokok

d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

26

Page 27: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

e. Istirahat yang cukup

f. Mengendalian stress

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

2) Perilaku Sakit

Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya

terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,

pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Perilaku ini mencakup:

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan

penyembuhan penyakit yang layak.

Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan

pelayanan kesehatan).

2.1.2 DOMAIN PERILAKU

Faktor-faktor yang membedakan respon terhada stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang

bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,, dsb.

2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik,

sosial, budaya ekonomi, politik , dsb

27

Page 28: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi

perilaku manusia itu ke dalam 3 dominan yakni:

1. Kognitif

2. Afektif

3. Psikomotor

Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan yakni:

1. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang.

2. Sikap

Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek

Proses terbentuknya sikap dan reaksi

d. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok:

1) kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek

2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

e. Berbagai tingkatan sikap

Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan:

1) Menerima (receiving)

28

Page 29: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

2) Merespon (responding)

3) Menghargai (valuing)

4) Bertanggungjawab (responsible)

3. Praktek atau tindakan (practice)

Mempunyai beberapa tingkatan:

1) Persepsi (perception)

2) Respon terpimpin (guide response)

3) Mekanisme (mechanism)

4) Adopsi (adoption)

2.1.3 PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU ATAU INDIKATORNYA

Adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif

lama. Secara teori perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi

perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:

1. Pengetahuan

Dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

2. Sikap

Dikelompokkan menjadi:

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

29

Page 30: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

3. Praktek dan Tindakan

Indikatornya yakni:

1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

3. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

2.1.4 DETERMINAN DAN PERUBAHAN PERILAKU

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal

maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3

aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.

Asumsi Determinan Perilaku Manusia

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan

perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antar lain:

1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor

pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku

(non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor:

30

Page 31: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B, Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada

perilaku itu merupakan fungsi dari:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatanya (behavior intention)

b. Duikungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (acesssebility of information)

d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan

atau keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak

(action situastion).

3. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:

31

Page 32: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-

penilaian seseorang terhadap objek.

a. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering

diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak

dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.

e. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga

dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau

kelompok masyarakat.

f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber

di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

32

Page 33: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

2.2 KERANGKA TEORI

BAB III

33

TBC PARU DEFINISI

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

PATOGENESIS

KLASIFIKASI TB

GEJALA KLINIS

DOTS

PENGOBATAN TB

PERILAKUPENGERTIAN

PERILAKU KESEHATAN

DOMAIN PERILAKU

PERUBAHAN PERILAKU ATAU INDIKATOR

DETERMINAN DAN PERUBAHAN PERILAKU

Page 34: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

TBC paru tidak sembuhTBC paru sembuh

TBC paru

Lingkunganperilaku Manajemen kesehatan

KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

34

Umur jeniskelamin Pendidikan Pekerjaan Status pernikahan Sosial ekonomi

Karakteristik individu

Sikap & tindakan

- Definisi

- Pencegahan

- Pengobatan

- Meningkatkan daya tahan tubuh

- Menutup mulut jika bersin dan batuk

- Merokok

- Pengaturan ventilasi dan pencahayaan rumah

- Kebiasaan meludah

- Menjemur alat tidur

- Minum obat teratur & tuntas

- Kontak

Genetik

Pengetahuan

Page 35: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

3.2 VARIABEL PENELITIAN

3.2.1 Variabel Tergantung

Kejadian tuberkulosis paru

3.2.2 Variabel Bebas

Faktor perilaku :

1. Pengetahuan :

- Definisi

- Pencegahan

- Pengobatan

2. Sikap dan tindakan :

- Meningkatkan daya tahan tubuh

- Menutup mulut jika bersin dan batuk

- Merokok

- Pengaturan ventilasi dan pencahayaan rumah

- Kebiasaan meludah

- Menjemur alat tidur

- Minum obat teratur & tuntas

- Kontak

35

Page 36: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Alat ukur

dan cara

ukur

Hasil Ukur Skala

ukur

1.

a.

b.

c.

Pengetahuan

Definisi

Pencegahan

Pengobatan

Pengetahuan

responden

tentang TBC

paru, dari

definisi,

gejala, cara

yang

dilakukan

untuk

mencegah dan

mengobati

TBC

Kuisioner

Cara ukur :

Wawancara

1 = kurang

baik

2 = sedang

3 = baik

Ordinal

2.

a.

Sikap dan

Tindakan

Meningkatkan

daya tahan

tubuh

Sikap dan

tindakan yang

dilakukan

responden

untuk

meningkatkan

daya tahan

tubuhnya

seperti

olahraga,istira

Kuisioner

Cara ukur :

Wawancara

1= tidak

2= jarang

3= ya

Ordinal

36

Page 37: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

hat yang

cukup, dsb.

b. Pengaturan

ventilasi dan

pencahayaan

rumah

Pengaturan

lubang tempat

keluar-

masuknya

udara dan

pencahayaan

di rumah

responden

Kuisioner

Cara ukur :

Wawancara

1= kurang baik

2= sedang

3 = baik

Ordinal

c. Merokok Kebiasaan

responden

menghisap

rokok

Kuisioner

Cara ukur :

Wawancara

1= ya

2= jarang

3 = tidak

Ordinal

d. Menutup

mulut jika

bersin dan

batuk

Sikap dan

tindakan

menutup

mulut yang

dilakukan

responden saat

batuk dan

bersin

Kuisioner

Cara ukur :

Wawancara

1= kurang

2= sedang

3= baik

ordinal

e. Meludah Kebiasaan

responden

membuang

ludah di

sembarang

tempat

Kuisioner

Cara ukur :

Wawancara

1= kurang

2= sedang

3= baik

Ordinal

f. Menjemur alat

tidur

Tindakan

memanaskan

(mengeringka

n) alat tidur di

Kuisioner

Cara ukur :

1= kurang

2= sedang

3= baik

Ordinal

37

Page 38: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

bawah sinar

panas

matahari yang

dilakukan

responden tiap

minggu

Wawancara

g. Kepatuhan

minum obat

Kepatuhan

responden

minum obat

secara teratur

dan tuntas

Kuisioner

Cara ukur :

wawancara

1= kurang

2= sedang

3= baik

Ordinal

h. Kontak Kontak

responden

dengan orang

lain

Kuesioner

Cara ukur :

wawancara

1 = tidak baik

2 = baik

Ordinal

3.

a.

Karakteristik

Induvidu

Umur Umur

responden

yang dilihat

dari KTP

Biodata dari

KTP dan

dari

kuesioner

Cara ukur:

Wawancara

Nominal

b.

Jenis kelamin

Jenis kelamin

responden

Biodata dari

KTP dan

dari

kuesioner

Cara ukur:

Wawancara

1 = laki-laki

2 = perempuan

Ordinal

38

Page 39: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

c.

Pendidikan

Pendidikan

terakhir yang

dicapai oleh

responden

Kuesioner

Cara Ukur:

Wawancara

a= tidak

sekolah

b=SD

c=SMP

d=SMA

e=akademi/

universitas

Ordinal

d.

Pekerjaan

Lama waktu

yang

digunakan

dalam

melakukan

kesibukan

sehari-hari

untuk mencari

nafkah yang

dapat

mempengaruhi

seseorang

dalam

mengambil

keputusan

pencarian

pengobatan

Kuesioner

Cara ukur :

Wawancara

a= ibu rumah

tangga

b=karyawan/

karyawati

c= PNS

d= wiraswasta

e= lain-lain

Ordinal

BAB IV

39

Page 40: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

METODE PENELITIAN

4.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik deskriptif yang menggunakan metode

cross-sectional atau pendekatan rancangan potong silang untuk mengetahui

hubungan perilaku dengan angka kesembuhan penyakit TB setelah mendapatkan

pengobatan selama enam bulan.

4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Selatan yang terdiri dari subjek yang datang berobat kepoli paru yang sedang

dalam pengobatan TB program DOTS. Pemilihan populasi ini karena populasi

pasien TB di daerah ini dianggap mampu mewakili keadaan penderita TB secara

keseluruhan

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2012.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien TB yang sedang dalam pengobatan

TB program DOTS sebanyak 40 orang di Puskesmas kecamatan Pasar

Minggu, Jakarta Selatan dari April hingga Oktober 2012.

4.3.2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi:

a. Semua pasien TB BTA (+).

b. Semua pasien yang berumur di atas 15 tahun.

c. Semua pasien TB yang menjalani program DOTS.

40

Page 41: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Kriteria ekslusi:

a. Semua pasien yang tidak ko-operatif

b. Semua pasien TB dengan riwayat immunodefisiensi.

c. Semua pasien TB dengan riwayat penyakit diabetes mellitus.

d. Semua pasien TB dengan riwayat penyakit paru kronik selain TB.

4.3.3. Sampel Penelitian

Besar Sampel

Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

rumus.

Rumus populasi infinit:

No = Zα2 x p x q

d2

Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96

p = Prevalensi pasien TB = 0,5

q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang

diteliti = 1 – 0,5 = 0,5

d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,05

No = (1,96)2 x 0,5 x 0,5

(0,05)2

= 385 orang

Rumus populasi finit:

n = n0

(1 + n0/N)

n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit

n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit

N = Besar sampel populasi finit

41

Page 42: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Bila diketahui jumlah populasi adalah 40 orang.

n = 385

(1 + 385/40)

= 36 orang

polulasi koreksi, n1 = n + 10%

= 36 + 10%

= 40 orang

4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik simple random

sampling.1 Dalam penelitian ini dipilih pasien TB yang menjalani pengobatan

DOTS yang berobat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang mempunyai

sampel sebanyak 40 orang.

4.4. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan data

42

Proposal disetujui oleh pihak kampus dan puskesmas

Peneliti mengajukan Proposal

Peneliti ke kecamatan Pasar Minggu

Peneliti mengumpulkan data dengan survei (kuesioner)

Peneliti mengolah dan menganalisis data

Penyajian data dalam bentuk presentasi

Page 43: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yang

diperoleh menggunakan alat bantu berupa kuesioner pada pasien TB.

Daftar pertanyaan adalah berdasarkan variabel-variabel yang ingin diteliti.

Terlebih dahulu pasien diberikan penjelasan akan maksud dan tujuan dari

pengisian kuesioner, dan tatacara pengisian yang benar supaya data yang

terkumpul sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.

Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan pasien TB yang datang

berobat ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada bulan April hingga

Oktober 2012.

4.4.1 Rencana Kerja

Tabel 4.4.1 Waktu Kegiatan Penelitian

Tahap kegiatan Waktu dalam minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Perencanaan

1. Orientasi dan identifikasi masalah ■

2. Pemilihan topik ■ ■ ■

3. Pembuatan proposal ■ ■

4. Konsultasi dengan pembimbing ■ ■ ■

5. Presentasi proposal ■

B. Pelaksanaan

1. Pengumpulan data dan survei ■ ■ ■ ■

2. Pengolahan data ■ ■

43

Page 44: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

3. Konsultasi dengan pembimbing ■ ■ ■

C. Pelaporan hasil

1. Penulisan dan diskusi ■ ■ ■

2. Konsultasi dengan pembimbing ■ ■

3. Presentasi ■ ■

4.5. MANAJEMEN DATA

4.5.1 Data Entry

Data diolah dengan menggunakan program komputer setelah

terkumpulnya data dari hasil kuesioner yang telah dianalisis dan diolah.

4.5.2 Analisis Data

Analisis Univariat

Dilakukan secara deskriptif masing-masing variable dengan analisis pada

distribusi frekuensi.

Analisis Bivariat

Untuk menganalisis hubungan perilaku dengan angka kekambuhan

penyakit TB dapat digunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan

sebesar p=0,05. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS

Statistics 17.0.

4.6 PENYAJIAN DATA

Data yang telah terkumpul dan diolahakan disajikan dalam bentuk:

i.Tekstular :penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan

kalimat.

ii.Tabular :penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan

44

Page 45: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

tabel.

iii.Grafik :penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan

diagram batang yang menggambarkan perilaku pasien.

4.7 INFORMED CONCENT

Setiap subjek yang setuju untuk ikut serta dalam penelitian perlu

menandatangani surat persetujuan informed consent terlebih dahulu.

2.1 PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Penggandaan Kuesioner Rp. 300.000,-

Transportasi Rp. 100.000,-

Kertas A4 Rp 35.000,-

Tinta Printer Rp. 220.000,-

Cenderamata Rp 200.000,-

Biaya tak terduga: Rp. 350.000,-

Rp. 1.205.000,-

2.2 ORGANISASI PENELITIAN

1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti

DR. dr. Dharma Sutono, MS

2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

dr. Rachel

3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian

Nur Hafizah binti Mansor (030.07.324)

Maisarah binti Bakari (030.07.297)

Dwi Rahmawita Basri (030.07.075)

Setia Hermawan (030.05.206)

45

Page 46: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB V

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Univariat

Karakterisik Responden

a. Usia

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi menurut usia responden.

Tabel 5.1.1 Usia Responden

Usia(Tahun) Frekuensi Persentase (%)

16-30 17 42,5

31-45 16 40,0

46-60 7 17,5

Total 40 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan responden paling banyak berusia

diantara 31 hingga 45 tahun yaitu sebanyak 42,5%.

b. Jenis kelamin

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi jenis kelamin responden.

Tabel 5.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 24 60,0

Perempuan 16 40,0

Total 40 100.0

Berdasarkan tabel di atas menunjukan responden laki-laki berjumlah 24 orang

(60%), sedangkan perempuan berjumlah 16 orang (40%).

46

Page 47: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

c. Pendidikan

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden

Tabel 5.1.3 Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Tidak sekolah 1 2.5

SD 9 22,5

SMP 9 22,5

SMA 17 42,5

Akademi/universitas 4 10,0

Total 40 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukan tingkat pendidikan responden yang paling

banyak adalah SMA (42,5%).

d. Pekerjaan

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi pekerjaan responden.

Tabel 5.1.4 Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Ibu rumah tangga 9 22,5

Karyawan/karyawati 12 30,0

PNS 3 7,5

Wiraswasta 7 17,5

Lain-lain 9 22,5

Total 40 100,0

47

Page 48: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan responden paling banyak bekerja sebagai

karyawan/karyawati (30%).

2. Hasil Bivariat

1. Hubungan antara pengetahuan dengan kesembuhan pasien TB.

Tabel 5.2.1 Hubungan antara Pegetahuan dengan Kesembuhan pasien TB

Pengetahuan Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang 1 2 5

Baik 1 36 37

Total 2 38 40

P = 0,146 (p>0,05)

OR = 18.00

0.798 < OR < 406.066

Risiko pasien dengan pengetahuan kurang untuk tidak sembuh adalah 18 kali lipat

lebih besar dibandingkan pasien dengan pengetahuan baik. Namun setelah diuji

secara statistik (Chi-square), didapatkan p > 0,05. Tidak ada hubungan bermakna

antara pengetahuan dengan angka kesembuhan.

2. Hubungan antara upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan

kesembuhan pasien TB.

48

Page 49: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Tabel 5.2.2 Hubungan antara Upaya meningkatkan daya tahan tubuh

dengan Kesembuhan pasien TB

Upaya

meningkatkan

daya tahan tubuh

Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang 1 10 11

Sedang 0 9 9

Baik 1 19 20

Total 2 38 40

P=0.650 (p>0,05)

Tidak ada hubungan yang bermakna antara upaya meningkatkan daya tahan tubuh

dengan kesembuhan pasien TB.

3. Hubungan antara pengaturan ventilasi dan pencahayaan dengan kesembuhan pasien TB

Tabel 5.2.3 Hubungan antara Pengaturan ventilasi dan pencahayaan dengan Kesembuhan pasien TB

Pengaturan

ventilasi dan

pencahayaan

Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang 2 3 5

Sedang 0 9 9

Baik 0 26 26

Total 2 38 40

P = 0.001 ( p < 0,05) Adanya hubungan yang bermakna antara pengaturan ventilasi dan pencahayaan

dengan kesembuhan pasien TB

49

Page 50: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

3. Hubungan antara merokok dengan kesembuhan pasien TB

Tabel 5.2.4 Hubungan antara Merokok dengan Kesembuhan pasien TB

Merokok Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Tidak 1 15 16

Jarang 1 5 6

Ya 0 18 18

Total 2 38 40

P = 0.257 (p > 0.05)

Tidak ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kesembuhan pasien TB.

4. Hubungan antara menutup mulut jika batuk dan bersin dengan kesembuhan

pasien TB

Tabel 5.2.5 Hubungan antara Menutup mulut jika batuk dan bersin dengan

Kesembuhan pasien TB

Menutup mulut jika

batuk dan bersin

Kesembuhan Total

Sembuh Tidak sembuh

Kurang

Sedang

0

1

0

3

0

4

Baik 1 35 36

Total 2 38 40

P = 0.192 (p > 0.05)

Tidak ada hubungan yang bermakna antara menutup mulut jika batuk dan bersin

dengan kesembuhan pasien TB.

5. Hubungan meludah dengan kesembuhan pasien TB

50

Page 51: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Tabel 5.2.6 Hubungan antara Meludah dengan Kesembuhan pasien TB

Meludah Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang 1 1 2

Sedang 0 8 8

Baik 1 29 30

Total 2 38 40

P = 0.010 ( p < 0.05)

Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan meludah dengan kesembuhan

pasien TB.

6. Hubungan antara menjemur alat tidur dengan kesembuhan pasien TB

Tabel 5.2.7 Hubungan antara Menjemur alat tidur dengan Kesembuhan

pasien TB

Menjemur alat

tidur

Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang 2 6 8

Sedang 0 14 14

Baik 0 18 18

Total 2 38 40

P = 0,015 (p < 0.05)

Adanya hubungan yang bermakna antara menjemur alat tidur dengan kesembuhan

pasien TB.

7. Hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kesembuhan pasien TB

51

Page 52: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Tabel 5.2.8 Hubungan antara Kepatuhan minum obat dengan Kesembuhan

pasien TB

Kepatuhan

minum obat

Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang 1 0 1

Sedang 1 4 5

Baik 0 34 34

Total 2 38 40

P = 0.0001 (p < 0.05)

Adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat dengan

kesembuhan pasien TB.

8. Hubungan antara kontak dengan kesembuhan pasien TB.

Tabel 5.2.9 Hubungan antara Kontak dengan Kesembuhan pasien TB

Kontak Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Kurang

Sedang

0

1

0

6

0

7

Baik 1 32 33

Total 2 38 40

P = 0,323 ( p > 0.05)

OR = 5.333

0.292 < OR < 97.485

Orang yang mempunyai kontak dengan pasien TB mempunyai risiko lima kali

lipat dibandingkan dengan orang yang tidak ada kontak dengan pasien TB untuk

tertular penyakit TB. Namun setelah diuji statistik (Chi-square) didapatkan

p>0,05. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kontak dengan kesembuhan

pasien TB.

52

Page 53: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

9. Hubungan antara sikap dan tindakan dengan kesembuhan pasien TB

Tabel 5.2.10 Hubungan antara Sikap dan tindakan dengan

Kesembuhan pasien TB

Sikap dan

tindakan

Kesembuhan Total

Tidak sembuh Sembuh

Tidak baik 2 2 4

Baik 0 36 36

Total 2 38 40

P = 0.008 ( p < 0.05)

Adanya hubungan yang bermakna antara sikap dan tindakan dengan kesembuhan

pasien TB.

10. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan tindakan pasien TB.

Tabel 5.2.11 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap dan tindakan

Pengetahuan Sikap dan tindakan Total

Tidak baik Baik

Tidak baik 1 2 3

Baik 3 34 37

Total 4 36 40

P = 0.277 ( p > 0.05)

OR = 5.667

0.390 < OR < 82.237

Orang dengan pengetahuan yang tidak baik tentang TB cenderung enam kali lipat

untuk bersikap dan melakukan tindakan yang kurang baik, dibandingkan orang

yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang TB. Namun setelah dilakukan

uji statistik (Chi-square) didapatkan p > 0,05. Tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan sikap dan tindakan pasien TB

53

Page 54: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB VI

PEMBAHASAN

1. Tingkat pengetahuan pasien TB

Hasil penelitian terhadap 40 responden didapatkan responden yang

memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 37 responden (92,5%) dan kurang

baik sebanyak 3 responden (7,5%). Dari 37 responden yang berpengetahuan baik

cuma ada 1 responden yang tidak sembuh (2,7%). Menurut teori, pengetahuan

tentang sesuatu hal dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan

yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tahapan, yaitu tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, penilaian. Hampir kesemua responden

memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang teori dasar, pengobatan serta cara

untuk mencegah penularan Tuberkulosis paru (TBC paru).

Hal ini mungkin turut dapat dikaitkan dengan faktor pendidikan

responden, Dimana hasil penelitian didapatkan sebanyak 17 responden (42,5%)

berpendidikan SMA. Responden yang berpendidikan SD dan SMP masing-

masing 9 orang (22,5%), akademi/universitas 4 orang (10,0%) dan tidak

bersekolah cuma 1 orang (2,5%). Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi,

semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga dengan semakin banyak

informasi yang diperolehnya maka semakin baik pula tingkat pengetahuan dan

pemahamannya mengenai penyakit dan lebih taat untuk berobat teratur hingga

tuntas. 6,8,9 Ini mendukung penyataan Alvianto,yang menyatakan bahawa

pendidikan merupakan dasar seseorang untuk mengembangkan diri dalam

melakukan sesuatu. Maka, semakin tinggi pendidikan, orang akan mampu untuk

memahami dan menyesuaikan diri dalam lingkungan kehidupannya. Peneliti

seperti Bambang Sukana dan Mushtaq et al, tahun 2011, juga turut mendukung

bahawa terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan penyakit

Tuberkulosis.

54

Page 55: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

2. Sikap dan tindakan pasien

Menurut teori Lawrence Green (1980) yang disitasi Notoamodjo,2003

menyatakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor

predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan

faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain.

Secara teori, sikap (attitude) adalah suatu pola perilaku (behavior), yang

merupakan suatu tendensi atau kesiapan untuk bertindak dan menyesuaikan diri

dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon tertutup terhadap

situasi sosial yang telah terkendali. Biasanya sikap akan diikuti dengan suatu

tindakan atau praktik. Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki

sikap dan tindakan yang baik dalam hal meningkatkan kesembuhan setelah akhir

pengobatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan

Pasar Minggu terhadap 40 responden didapatkan responden yang memiliki sikap

dan tindakan yang baik sebanyak 36 responden (90%), sikap dan tindakan yang

tidak baik sebanyak 4 responden (10%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0.08 berarti p < 0,05, dan ini menolak Ho. Ini menunjukkan adanya

hubungan bermakna antara sikap dan tindakan dengan angka kesembuhan dari

penyakit TB pada pasien yang datang berobat di Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu.

3. Pengetahuan yang mempengaruhi sikap dan tindakan pasien

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala

perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha

manusia untuk memahami suatu objek tertentu, (Surajiyo,2007). Sikap pula

merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan, (Campbell). Menurut

Newcomb, sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak, bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan hasil belajar manusia,

sehingga sikap dapat diubah dan dikembangkan melalui suatu proses belajar.

55

Page 56: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan

Pasar Minggu terhadap 40 orang responden, didapatkan mayoritas dari responden

berpengetahuan baik yaitu sebanyak 37 orang (92,5%) dan yang berpengetahuan

tidak baik hanya minoritas yaitu sebanyak 3 orang (7,5%). Dengan adanya

pengetahuan yang baik tentang penyakit TB, mulai dari pengertian tentang

penyakit, gejala, pengobatan serta pencegahannya, ini akan sekaligus memberikan

dampak baik terhadap sikap dan perilaku pasien TB serta keluarganya. 17

Secara teori, perilaku yang baik akan memberikan angka kesembuhan

yang lebih baik berbanding pada pasien dengan perilaku yang buruk. Terdapat

pelbagai jurnal sebelumnya seperti Gilpin C et al (2011) yang telah melakukan

penelitian terhadap hubungan perilaku pasien TB terhadap outcome dari

penyakitnya.

56

Page 57: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakit Tuberkulosis (TB) paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar minggu didapatkan sebagian

besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 37

responden (92,5%).

2. Sikap dan tindakan pasien TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pasar Minggu didapatkan mayoritas responden memiliki sikap baik yaitu

sebanyak 36 responden (90%).

3. Secara umumnya, perilaku seringkali di pengaruhi oleh pengetahuan. Pasien

dengan pengetahuan yang baik, umumnya akan berperilaku baik. Pada hasil

penelitian didapatkan OR adalah 6 kali. Tetapi uji statistik tidak didapatkan

ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap dan tindakan.

4. Ada hubungan diantara perilaku dengan angka kesembuhan pada pasien

dalam pengobatan OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu.

B. SARAN

Untuk meningkatkan angka kesembuhan penyakit TBC sebagai tindakan

pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu, ada beberapa hal yang dapat disarankan yaitu:

1. Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat mengenai penyakit Tuberkulosis sudah cukup baik, tetapi ada

sebagian kecil yang masih kurang. Diharapkan beberapa hal ini dapat

diperbaiki lagi dengan cara diberikan penyuluhan berkala tidak hanya

57

Page 58: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

kepada pasien, tetapi juga pada anggota keluarga dan masyarakat

setempat.

2. Secara teorinya, didapatkan bahwa perilaku seringkali dipengaruhi oleh

pengetahuan. Tetapi pada hasil penelitian ini tidak didapatkan adanya

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku. Oleh

karena hasil yang didapatkan tidak mendukung teori, disarankan supaya

dilakukan penelitian yang lebih lanjut ke atas sampel yang lebih luas

supaya hasilnya lebih akurat.

58

Page 59: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

ke-4. Jakarta : Sagung Seto ; 2011. p 31-418.

2. Thu A; Ohnmar, Win H, Nyunt MT, Lwin T. Knowledge, attitudes and

practice concerning tuberculosis in a growing industrialised area in

Myanmar. Int J Tuberc Lung Dis. 2012. Available on:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22640446, accessed on : 24th

September 2012

3. Wu SJ, Lu PL, Chen YH, Pan HJ, Feng MC. Tuberculosis patient

disease knowledge, attitudes and behavioral intentions: the impact of

individualized counseling. Hu Li Za Zhi. 2011. Available on :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22113633, accessed on: 26th

September 2012

4. Buregyeya E, Kulane A, Colebunders R, Wajja A, Kiguli J, Mayanja

H, Musoke P, Pariyo G, Mitchell EM. Tuberculosis knowledge, attitudes

and health-seeking behaviour in rural Uganda. Int J Tuberc Lung

Dis. 2011. Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21682968

accessed on: 26th September 2012

5. Mushtaq MU, Shahid U, Abdullah HM, Saeed A, Omer F, Shad MA,

Siddiqui AM, Akram J. Urban-rural inequities in knowledge, attitudes and

practices regarding tuberculosis in two districts of Pakistan's Punjab

province. Int J Equity Health. 2011. Available on:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21294873 accessed on : 29th

September 2012

6. Gilpin C, de Colombani P, Hasanova S, Sirodjiddinova U. Exploring TB-

Related Knowledge, Attitude, Behaviour, and Practice among Migrant

Workers in Tajikistan. Tuberculosis research and treatment. 2011.

59

Page 60: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22567266 accessed

on: 30th October 2012

7. Qureshi SA, Morkve O, Mustafa T. Patient and health system delays:

health-care seeking behaviour among pulmonary tuberculosis patients in

Pakistan. J Pak Med Assoc. 2008. Available on:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18988391 accessed on: 30th

September 2012

8. Hoa NP, Chuc NT, Thorson A. Knowledge, attitudes, and practices about

tuberculosis and choice of communication channels in a rural community

in Vietnam. Health Policy. 2009. Available on:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18835056 accessed on: 1st October

2012

9. Ottmani S, Obermeyer Z, Bencheikh N, Mahjour J. Knowledge, attitudes

and beliefs about tuberculosis in urban Morocco. East Mediterr Health J.

2008. Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18561721

accessed on: 1st October 2012

10. Amara B, El Ghazi K, Rahimi H, Elbiaze M, Nejjari C, Chakib Benjelloun

M. Attitudes and knowledge about smoking among Moroccan physicians

looking after patients with tuberculosis. Rev Mal Respir. 2008. Available

on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18535524 accessed on: 1st

October 2012

11. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar dI Puskesmas

2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI ; 2008.p 234-37.

12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.; 2011.

13. Sudoyo Aru,et al. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 4 th

Edition. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI;

2006 .p. 988-994.

14. Halim D. Tuberkulosis Paru. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Penerbit

Hipokrates; 2000. p. 93-154.

60

Page 61: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

15. Yoga , Chandra. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

Jakarta : Penerbitan FKUI; 2006. p. 1-30.

16. Crofton J. Tuberkulosis Klinis.London; Macmillan Education Ltd; 2001.

p. 1-204.

17. Ardianto F, Puji E. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perilaku

Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga.

Jurnal STIKES RS Baptis. 2010. Available on:

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18440

accessed on : 31 Oktober 2012.

18. Graber M. Buku Saku Dokter Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2006. p. 733-35.

19. Mubin H. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis Terapi. Jakarta

: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. p. 205-08.

20. Mtha P. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku

Pencegahan Penularan TBC Pada Mahasiswa Di Asrama Manokwari

Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2009. Available on:

http://www.journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/view/549 accessed on:6th

October 2012.

61

Page 62: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

LAMPIRAN

1. KUESIONER

PENGARUH PERILAKU

I. IDENTITAS

NAMA :

UMUR :

JENIS KELAMIN :

PENGOBATAN BULAN KE :

ALAMAT :

PENDIDIKAN:

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Akademi / Universitas KODE:

PEKERJAAN:

a. Ibu rumah tangga

b. Karyawan/karyawati

c. PNS

d. Wiraswasta

e. Lain-lain KODE:

PENGHASILAN:

a. <1.000.000,-

b. 1.000.000,- hingga 2.000.000.-

c. >2.000.000,- KODE:

62

Page 63: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA

a. 1-3 orang

b. 3-5 orang

c. >5 orang KODE:

II. DATA KHUSUS

PENGETAHUAN KODE

DEFINISI

1. Apakah anda tahu penyakit Tuberkulosis (TB) Paru ?

a. Tahu

b. Ragu-ragu

c. Tidak tahu

2. Menurut anda apa yang dimaksud dengan TB Paru?

a. Penyakit batuk berdahak bercampur darah

b. Penyakit batuk-batuk akibat merokokok

c. Batuk dengan gatal di tenggorokan

3. Menurut anda apakah penyebab penyakit TB Paru?

a. Kuman atau bakteri

b. Debu, asap, dan udara kotor

c. Guna-guna

4. Menurut anda bagaimana tanda-tanda/gejala penyakit TB Paru?

a. Batuk berdahak lebih dari tiga (3) minggu, bercampur darah,

sesak nafas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun

tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan.

b. Batuk yang disertai demam.

c. Batuk dengan gatal di tenggorokan

63

Page 64: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

PENCEGAHAN

5. Menurut anda penularan TB paru dapat menular kepada anggota

keluarga lain karena :

a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita TB

b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita TB

c. Sudah ada dari kandungan

6. Menurut anda penularan TB Paru melalui:

a. Udara

b. Pakaian

c. Makanan/minuman

7. Menurut anda penakit TB paru dapat menular apabila :

a. Tidur sekamar dengan penderita TB

b. Tidak tidur sekamar dengan penderita TB

c. Tidur beramai-ramai

8. Menurut anda cara terbaik untuk menghindari penularan orang

lain adalah:

a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah

di sembarang tempat

b. Tidak meludah di sembarang tempat

c. Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah

di sembarang tempat

9. Menurut anda untuk mencegah penularan penyakit TB melalu

lantai:

a. Tidak meludah sembarangan di lantai, membersihkan dan

mendesinfektan lantai dengan karbol atau pembersih lantai

b. Tidak meludah di lantai dan membersihkan lantai dengan

cara disapu

c. Tidak tahu

10. Menurut anda bagaimanakah lantai rumah yang baik?

a. Kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan

mudah dibersihkan

64

Page 65: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

b. Mudah dibersihkan dan tidak licin

c. Terbuat dari keramik

11. Menurut anda dalam satu kamar cukup untuk berapa orang?

a. 2 orang dewasa

b. 3 orang dewasa

c. 4 orang dewasa

12. Menurut anda apakah fungsi ventilasi?

a. Tempat keluar masuknya udara segar sehingga ruangan tidak

pengap dan sedar

b. Agar ruangan tidak bau

c. Tidak ada fungsi

13. Menurut anda udara yang masuk ke ruangan rumah sebaiknya

a. Harus bersih tidak dicemari oleh asap dari pembakaran

sampah dan pabrik, dari knalpot kenderaan dan debu

b. Yang penting tidak bau dan tidak pengap

c. Yang penting udara bisa masuk

14. Menurut anda manfaat sinar matahari pagi terhadap ruangan

rumah adalah:

a. Mematikan bakteri (kuman) dan mikroorganisme lain yang

terdapat di lingkungan dan dapat menghambat

perkembangbiakan kuman

b. Untuk penderangan

c. Tidak ada manfaatnya

15. Menurut anda bagaimanakah pencahayaan alami ruangan yang

memenuhi syarat?

a. Terang, dapat menerangi seluruh dalam ruangan dan

menyebar merata

b. Terang dan hanya menerangi sebagian ruangan saja

c. Remang-remang

16. Menurut anda penyakit TB dapat dicegah dengan imunisasi?

a. Ya, dengan imunisasi BCG

65

Page 66: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

b. Ya, dengan imunisasi apa saja

c. Tidak bisa dicegah dengan imunisasi

PENGOBATAN

17. Menurut anda bagaimana hubungan pengobatan TB paru dengan

gizi?

a. Pengobatan TB akan semakin baik dengan gizi yang baik

b. Pengobatan TB hanya sedikit dipengaruhi oleh gizi yang

baik

c. Tidak ada pengaruh selama makan obat

18. Menurut anda penyakit TB dapat disembuhkan melalui:

a. Pengobatan teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan

perubahan perilaku

b. Berobat kalau ada waktu

c. Dibiarkan saja

SIKAP DAN TINDAKAN KODE

A) OLAHRAGA

1. Apakah anda olah raga teratur?

a. 1-3 kali / minggu

b. 1 kali / minggu

c. Tidak

B) PENGATURAN VENTILASI DAN PENCAHAYAAN

2. Dengan melakukan perbaikan lingkungan misalnya dengan

membuat ventilasi dapat membantu mengurangi penularan

penyakit TB paru.

a. Setuju

66

Page 67: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

3. Pencahayaan dengan sinar matahari harus masuk dalam

ruangan dan menyebar merata.

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

4. Apakah anda lakukan dalam mengupayakan masuknya sinar

matahari pagi ke dalam rumah?

a. Membuat dan membuka jendela rumah setiap hari

b. Kadang-kadang membuka jendela rumah

c. Tidak pernah membuka jendela

5. Apakah yang anda lakukan untuk menghambat pembiakan

kuman TB di dalam kamar tidur?

a. Setiap hari membuka jendela kamar tidur

b. Kadang-kadang membuka jendela kamar tidur

c. Tidak pernah membuka jendela kamar tidur

C) MEROKOK

6. Apakah anda merokok?

a. Tidak

b. Jarang

c. Ya

D) MENUTUP MULUT/ MEMAKAI MASKER

7. Dengan menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dapat

menghindari penularan penyakit TB paru terhadap orang lain

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

8. Apa yang anda lakukan untuk menghindarkan penularan

penyakit TB paru

a. Menutup mulut/hidung saat bersin dan tidak meludah di

67

Page 68: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

sembarang tempat

b. Mengisolasi diri tanpa perlu berobat sampai sembuh

c. Tidak tahu

E) MELUDAH DI TEMPATNYA

9. Tidak meludah di sembarangan tempat dapat menghindari

penularan penyakit TB terhadap orang lain.

10. Jika anda batuk berdahak, bagaimana cara anda membuang

dahak tersebut?

a. Menampungnya ke dalam tempat/wadah tertutup yang

berisi disinfektan

b. Membuang dalam selokan atau di jalanan

c. Menelan dahak tersebut

11. Apa yang anda lakukan sesudah membuang dahak?

a. Menyiram dahak tersebut dengan desinfektan/karbol

b. Menyiram dahak tersebut dengan air

c. Tidak melakukan apa-apa

F) MENJEMUR ALAT TIDUR

12. Apakah ada menjemur alat tidur alatan tidur?

a. Ya

b. Jarang

c. Tidak

G) KEPATUHAN MINUM OBAT

13. Menurut anda di manakah orang mendapatkan pengobatan

TB paru selama ini?

a. Puskesmas/instansi kesehatan

b. Beli di toko obat/warung

c. Di dukun kampung

14. Apa anjuran yang anda lakukan dalam pengobatan TB paru?

a. Makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran petugas

kesehatan

68

Page 69: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

b. Makan obat kalau ada waktu

c. Tidak makan obat

15. Penyakit TB paru dapat disembukan melalui pengobatan

teratur?

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

16. Apakah anda minum obat teratur selama pengobatan?

a. Ya

b. Jarang

c. Tidak

17. Apakah ada kontrol teratur selama pengobatan?

a. Ya

b. Jarang

c. Tidak

H) RIWAYAT KONTAK

18. Melalui penggunaan peralatan makan bersama dengan

penderita dapat menularkan penyakit TB paru.

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

19. Kamar tidur hanya cukup untuk dua orang saja (maksimal)

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

20. Penyakit TB paru dapat menular apabila tidur sekamar

dengan penderita Tuberkulosis Paru.

a. Setuju

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju

21. Saat anda sedang bersama bayi atau balita tanpa

69

Page 70: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

menggunakan masker, apa yang anda lakukan?

a. Tidak dekat-dekat dengan bayi atau anak kecil tersebut

b. Tetap berada dekat dengan bayi atau anak kecil tersebut

c. Menggendong dan mencium bayi atau anak kecil tersebut

22. Apa anda lakukan pada peralatan makan anda?

a. Dipisahkan dari peralatan makan anggota keluarga yang

lain

b. Tidak dipisahkan dan bersatu dengan peralatan makan

yang lain

c. Dibiarkan saja

INFORMED CONSENT

70

Page 71: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Kami adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Trisakti, Jakarta

yang sedang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan antara Faktor

Perilaku dan Angka Kesembuhan Setelah Pengobatan Enam Bulan di Kecamatan

Pasar Minggu Tahun 2012 ”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu dan bapak

sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ibu dan bapak tidak bersedia

menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi ibu dan bapak serta

memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti penelitian ini.

Apabila ibu dan bapak setuju, maka kami mohon kesediaannya untuk

menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami

telah buat. Atas perhatian dan kesediaan ibu dan bapak menjadi responden, kami

mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2012

Peneliti,

71

Page 72: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi

responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum

Trisakti, Jakarta dengan judul penelitian” Hubungan antara Faktor Perilaku dan

Angka Kesembuhan Setelah Pengobatan Enam Bulan di Kecamatan Pasar

Minggu Tahun 2012 ”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan

keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh

peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Jakarta, Oktober 2012

Responden

………………………………..

( )

72

Page 73: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

FREQUENCIES VARIABLES=umur /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Umur

N Valid 40

Missing 0

Mean 34.85

Std. Error of Mean 1.902

Median 36.00

Mode 40

Std. Deviation 12.027

Variance 144.644

Skewness .213

Std. Error of Skewness .374

Kurtosis -1.107

Std. Error of Kurtosis .733

Range 43

Minimum 17

Maximum 60

Sum 1394

Percentiles 25 25.00

50 36.00

75 44.00

73

Page 74: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 17 1 2.5 2.5 2.5

18 1 2.5 2.5 5.0

19 2 5.0 5.0 10.0

20 1 2.5 2.5 12.5

21 2 5.0 5.0 17.5

22 2 5.0 5.0 22.5

25 3 7.5 7.5 30.0

26 1 2.5 2.5 32.5

27 3 7.5 7.5 40.0

28 1 2.5 2.5 42.5

31 2 5.0 5.0 47.5

35 1 2.5 2.5 50.0

37 1 2.5 2.5 52.5

38 1 2.5 2.5 55.0

40 4 10.0 10.0 65.0

42 2 5.0 5.0 70.0

43 1 2.5 2.5 72.5

44 3 7.5 7.5 80.0

46 1 2.5 2.5 82.5

47 1 2.5 2.5 85.0

50 2 5.0 5.0 90.0

52 1 2.5 2.5 92.5

54 1 2.5 2.5 95.0

55 1 2.5 2.5 97.5

60 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

74

Page 75: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

FREQUENCIES VARIABLES=jenis_kelamin /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

jenis_kelamin

N Valid 40

Missing 0

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 26 65.0 65.0 65.0

perempuan 14 35.0 35.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=pekerjaan /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Pekerjaan

N Valid 40

Missing 0

75

Page 76: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ibu rumah tangga 9 22.5 22.5 22.5

karyawan/karyawati 12 30.0 30.0 52.5

PNS 3 7.5 7.5 60.0

Wiraswasta 7 17.5 17.5 77.5

lain-lain 9 22.5 22.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Pekerjaan

N Valid 40

Missing 0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ibu rumah tangga 9 22.5 22.5 22.5

karyawan/karyawati 11 27.5 27.5 50.0

PNS 1 2.5 2.5 52.5

Wiraswasta 7 17.5 17.5 70.0

lain-lain 12 30.0 30.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=umur jenis_kelamin pendidikan /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS. p{color:0;font-family:Monospaced;font-size:14pt;font-style:normal;font-weight:normal;text-decoration:none}FREQUENCIES VARIABLES=pendidikan /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.

76

Page 77: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Frequencies

Statistics

Pendidikan

N Valid 40

Missing 0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak sekolah 1 2.5 2.5 2.5

SD 9 22.5 22.5 25.0

SMP 9 22.5 22.5 47.5

SMA 17 42.5 42.5 90.0

akademi/universitas 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

CROSSTABS /TABLES=pengetahuan BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

77

Page 78: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

pengetahuan * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

pengetahuan Kurang 1 4 5

Baik 1 34 35

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.707a 1 .100

Continuity Correctionb .301 1 .583

Likelihood Ratio 1.795 1 .180

Fisher's Exact Test .237 .237

N of Valid Cases 40

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pengetahuan

(kurang / baik)

8.500 .441 163.885

For cohort kesembuhan =

tidak sembuh

7.000 .515 95.062

For cohort kesembuhan =

sembuh

.824 .529 1.281

N of Valid Cases 40

78

Page 79: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

CROSSTABS /TABLES=meningkatkan_daya_tahan_tubuh BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

meningkatkan_daya_tahan_t

ubuh * kesembuhan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

meningkatkan_daya_tahan_tubuh * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

meningkatkan_daya_tahan_t

ubuh

kurang 1 10 11

sedang 0 9 9

baik 1 19 20

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .861a 2 .650

Likelihood Ratio 1.239 2 .538

N of Valid Cases 40

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,45.

79

Page 80: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

meningkatkan_daya_tahan_t

ubuh (kurang / sedang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=pengaturan_ventilasi_dan_pencahayaan BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengaturan_ventilasi_dan_pe

ncahayaan * kesembuhan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

pengaturan_ventilasi_dan_pencahayaan * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

pengaturan_ventilasi_dan_pe

ncahayaan

kurang 2 3 5

sedang 0 9 9

baik 0 26 26

Total 2 38 40

80

Page 81: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 14.737a 2 .001

Likelihood Ratio 9.151 2 .010

N of Valid Cases 40

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,25.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

pengaturan_ventilasi_dan_pe

ncahayaan (kurang / sedang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=merokok BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

merokok * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

81

Page 82: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

merokok * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

merokok kurang 1 15 16

sedang 1 5 6

baik 0 18 18

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.719a 2 .257

Likelihood Ratio 2.993 2 .224

N of Valid Cases 40

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,30.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for merokok

(kurang / sedang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=menutup_mulut_jika_batuk_dan_bersin BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

82

Page 83: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

menutup_mulut_jika_batuk_d

an_bersin * kesembuhan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

menutup_mulut_jika_batuk_dan_bersin * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

menutup_mulut_jika_batuk_d

an_bersin

sedang 1 3 4

baik 1 35 36

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.743a 1 .053

Continuity Correctionb .526 1 .468

Likelihood Ratio 2.244 1 .134

Fisher's Exact Test .192 .192

N of Valid Cases 40

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.

b. Computed only for a 2x2 table

83

Page 84: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

menutup_mulut_jika_batuk_d

an_bersin (sedang / baik)

11.667 .574 237.200

For cohort kesembuhan =

tidak sembuh

9.000 .687 117.843

For cohort kesembuhan =

sembuh

.771 .437 1.362

N of Valid Cases 40

CROSSTABS /TABLES=meludah BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

meludah * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

meludah * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

meludah kurang 1 1 2

sedang 0 8 8

baik 1 29 30

Total 2 38 40

84

Page 85: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 9.123a 2 .010

Likelihood Ratio 4.340 2 .114

N of Valid Cases 40

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,10.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for meludah

(kurang / sedang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=menjemur_alat_tidur BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

menjemur_alat_tidur *

kesembuhan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

85

Page 86: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

menjemur_alat_tidur * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

menjemur_alat_tidur kurang 2 6 8

sedang 0 14 14

baik 0 18 18

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 8.421a 2 .015

Likelihood Ratio 6.884 2 .032

N of Valid Cases 40

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,40.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

menjemur_alat_tidur

(kurang / sedang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=kepatuhan_minum_obat BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

86

Page 87: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kepatuhan_minum_obat *

kesembuhan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

kepatuhan_minum_obat * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

kepatuhan_minum_obat kurang 1 0 1

sedang 1 4 5

baik 0 34 34

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 23.158a 2 .000

Likelihood Ratio 10.877 2 .004

N of Valid Cases 40

a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,05.

87

Page 88: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

kepatuhan_minum_obat

(kurang / sedang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=kontak BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kontak * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

kontak * kesembuhan Crosstabulation

Count

Kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

kontak sedang 1 6 7

baik 1 32 33

Total 2 38 40

88

Page 89: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.540a 1 .215

Continuity Correctionb .082 1 .775

Likelihood Ratio 1.177 1 .278

Fisher's Exact Test .323 .323

N of Valid Cases 40

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,35.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kontak

(sedang / baik)

5.333 .292 97.485

For cohort kesembuhan =

tidak sembuh

4.714 .333 66.666

For cohort kesembuhan =

sembuh

.884 .649 1.203

N of Valid Cases 40

CROSSTABS /TABLES=sikapdantindakkan BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikapdantindakkan *

kesembuhan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

89

Page 90: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

sikapdantindakkan * kesembuhan Crosstabulation

Count

kesembuhan

Totaltidak sembuh sembuh

sikapdantindakkan tidak baik 2 2 4

Baik 0 33 33

3 0 3 3

Total 2 38 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 18.947a 2 .000

Likelihood Ratio 10.336 2 .006

N of Valid Cases 40

a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,15.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

sikapdantindakkan (tidak baik

/ baik)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

CROSSTABS /TABLES=pengetahuan BY sikapdantindakkan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

90

Page 91: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan *

sikapdantindakkan

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

pengetahuan * sikapdantindakkan Crosstabulation

Count

sikapdantindakkan

Totaltidak baik baik 3

pengetahuan kurang 2 3 0 5

baik 2 30 3 35

Total 4 33 3 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 5.922a 2 .052

Likelihood Ratio 4.490 2 .106

N of Valid Cases 40

a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,38.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for pengetahuan

(kurang / baik)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

91

Page 92: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

Nama umur j.kel pddkn tngng pkjn pngth skptdknRGY 55 2 B b e 1 1SF 19 1 D a e 3 2EW 44 1 D b b 1 2MN 14 1 C b e 3 2E 44 1 D b b 3 2SPT 20 2 E a d 3 2KMH 27 1 E a d 3 2NA 25 1 D a d 3 2WW 40 1 C b d 3 2SKN 43 1 B a e 3 2MNR 40 1 B a e 3 2ANS 60 2 B c a 3 2FDL 25 1 D a b 3 2VK 21 2 C a a 3 2LLS 18 2 B b e 3 1IYN 44 2 C b a 3 2SNT 37 1 D c b 3 2NSH 28 2 D a d 1 2MG 52 2 B a a 3 2ARF 35 1 C b b 3 2MNS 40 1 A b e 1 2HNP 40 1 E c c 3 2AVN 26 1 D b b 3 2SAP 46 1 B b c 3 2DNT 50 1 D b d 3 2JAN 50 1 D b d 3 2SDK 22 1 D a b 3 2RHMN 31 1 C a e 3 2SGT 38 2 B a a 3 1UWS 31 1 D b a 3 2DNN 27 1 C d a 3 2RBT 47 1 D d b 3 2WWN 42 2 C a a 3 2ARO 27 1 E b b 3 2ANY 21 2 D a a 3 2KSH 19 2 D a b 3 2AMR 22 2 D a b 3 3ARN 42 1 C b e 1 1ABD 54 1 B b c 3 3STP 25 2 D a b 3 3

92

Page 93: Hasil Penelitian Ikm Jakarta

d.tbh vntls merokokmntp mlt meludah mjmur

mnm obt kontak ksmbhn

1 1 1 2 1 1 1 2 03 3 3 3 2 2 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 2 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 11 3 1 3 2 2 3 3 11 3 1 3 3 3 3 3 11 3 3 3 2 2 3 3 13 3 2 3 3 3 3 3 11 2 3 3 2 3 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 11 3 1 3 2 1 3 3 13 3 1 3 3 2 3 3 13 3 1 3 3 1 3 3 11 3 1 3 2 1 3 3 11 3 3 3 2 1 3 3 12 2 2 3 3 3 3 3 12 1 3 3 3 3 3 3 13 3 1 3 3 2 2 3 13 3 3 3 1 3 3 3 13 3 1 3 3 1 2 3 13 2 1 3 3 3 3 3 13 1 2 3 3 3 3 3 13 3 1 3 3 3 3 2 12 2 3 3 3 3 3 3 13 3 1 3 3 2 2 3 13 1 2 3 3 1 2 3 03 2 1 3 3 2 3 3 13 3 1 2 3 3 2 3 12 3 3 2 2 1 3 2 13 1 2 3 3 3 3 2 12 2 1 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 2 3 2 12 2 3 3 3 2 3 3 13 2 3 2 3 2 3 3 12 2 1 3 3 2 3 3 12 3 2 3 3 2 3 2 13 3 3 3 3 2 3 2 1

93