hasil penelitian ikm jakarta
TRANSCRIPT
HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DAN ANGKA KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU SETELAH
PENGOBATAN ENAM BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2012
Pembimbing:
Dr. dr. Dharma Sutanto, MS
dr. Rachel
Penyusun:
Nur Hafizah binti Mansor (030.07.324)
Maisarah binti Bakari (030.07.297)
Dwi Rahmawita Basri (030.07.075)
Setia Hermawan (030.05.206)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 3 SEPTEMBER – 10 NOVEMBER 2012
PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2012
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Hasil penelitian yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DAN ANGKA KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU SETELAH
PENGOBATAN ENAM BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2012
Periode 3 September – 10 November 2012
Disetujui oleh:
Pembimbing penelitian Pembimbing Penelitian
Fakultas Kedokteran Trisakti Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu
Dr. dr. Dharma Sutanto, MS dr. Rachel
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
dr. Eliza
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan anugerah-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penyusunan penelitian ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik IKM
FK Trisakti periode 3 September – 10 November 2012 yang dilaksanakan di
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.
Pada kesempatan ini pula, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Dharma Sutanto, MS selaku pembimbing penelitian di FK Usakti
2. Para dosen IKM FK Usakti
3. dr. Rachel, selaku pembimbing penelitian di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu
4. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
5. Semua pihak yang turut serta membantu, baik dalam penyusunan laporan
penelitian maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu.
Laporan ini kami susun dengan segenap tenaga dan usaha, namun kami
menyadari isi dari laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan laporan penelitian kami. Akhir kata, semoga penelitian ini
berguna baik bagi penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik, pembaca,
FK Usakti, Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu, maupun semua pihak yang
membutuhkan.
Jakarta, Oktober 2012
Pen
yusun
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….2
KATA PENGANTAR………………………………….........……………...3
DAFTAR ISI……………………………………………………….....…….4
ABSTRAK………………………………………………………………….6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………........7
1.2 Perumusan masalah ...……………………………………………9
1.3 Hipotesis …………………………………………………………9
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………9
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………..10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERKULOSIS……………………………………………………..2.1.1 Pendahuluan…………………………………………………. 112.1.2 Definisi……………………………………………………….112.1.3 Etiologi……………………………………………………….112.1.4 Epidemiologi…………………………………………………122.1.5 Patogenesis…………………………………………………...122.1.6 Klasifikasi TB………………………………………………..162.1.7 Gejala klinis………………………………………………….182.1.8 Pengobatan TB………………………………………………202.1.9 DOTS………………………………………………………..21
2.2 KONSEP PERILAKU KESEHATAN…………………………………..2.2.1 Pengertian……………………………………………………252.2.2 Perilaku Kesehatan…………………………………………..262.2.3 Domain Perilaku……………………………………………..282.2.4 Perubahan Perilaku atau Indikatornya……………………….292.2.5 Determinan dan Perubahan Perilaku………………………....30
2.3 KERANGKA TEORI…………………………………………………….33
4
BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………34
3. 2 Variabel Penelitian…………………………………………….....35
3. 3 Definisi Operasional……………………………………………..36
BAB IV METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian…..........……………………………………40
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………40
2.3 Populasi dan Sampel Penelitian……....…………………….40
2.4 Instrumen Penelitian……………………...…………………42
2.5 Cara Pengambilan Sampel…………….…………………….44
2.6 Cara Pengolahan Data.................……………………………44
2.7 Jadwal Kegiatan Penelitian...……………………………….45
2.8 Alur Pelaksanaan Penelitian………………………………..45
2.9 Perkiraan Biaya Penelitian………………………………….45
2.10 Organisasi Penelitian………………………………………..45
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Univariat………………………………………………46
5.2 Hasil Bivariat………………………………………………..48
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………….54
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………...57
BAB VIII DAFTAR PUSTAKA……………………………………….59
LAMPIRAN
5
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) remains a global health problem, especially in
developing countries. Indonesia as one of the developing countries in this regard
was ranked top three after India and China. In the development of this recent
years, TB control in Indonesia is getting better, it is seen from the Indonesian state
ranking with the highest number of TB cases dropped to fifth in the world.
however, Indonesia is a high burden countries and is being rapidly expand DOTS
strategy. Lung Tuberculosis (TB) is an infectious disease in which personal
behavior plays an important key to the outcome of the disease. The objective of
this research is to analyze and establish knowledge, attitude and behavior of the
TB patients towards the successful recovery rate at the end of 6 months Directly
Observed Therapy - Short course (DOTS) therapy. This research was conducted
among TB patients undergoing DOTS therapy at Public Health Centre of Pasar
Minggu, South Jakarta. Cross-sectional design and simple random sampling
method were used in this research. 40 sputum smear positive patients were
selected randomly, who consented to participate the study. All data were collected
from questionnaire given to the patients and analyzed using the Double
Regression Test with significance level α = 0,05 and p < α. The study showed that
90% of the respondent’s behavior towards their illness is good and only minority
of the respondent (10%) are considered as having poor behavior. Theoretically,
knowledge level is significantly affecting the attitude and behavior, therefore
contributing to the recovery rate of tuberculosis.
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit menular yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman ini.
Indonesia saat ini berada pada ranking kelima setelah India, China, Afrika
selatan, dan Nigeria dengan beban TB tertinggi di dunia. Menurut Kementerian
Kesehatan RI tahun 2011 jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000
kematian per tahunnya.
Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI). Menurut WHO nilai ARTI di Indonesia
bervariasi antara satu sampai tiga persen. Sedangkan ARTI sebesar satu persen
diperkirakan terjadi di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 infeksi
TB dan 10% di antaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.
Sekitar 50 di antaranya adalah pasien BTA positif yang merupakan sumber
penularan penyakit ini. Kuman dapat menyebar ke udara saat pasien batuk atau
bersin dalam bentuk droplet nuclei. Daya penularan ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya saat pasien batuk, dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan sputum dahak. Semakin tinggi derajat kepositifannya, semakin
tinggi penularan pasien tersebut. Risiko terinfeksi dengan basil tuberkulosis
berhubungan langsung dengan daya penularan dan tidak berhubungan langsung
dengan faktor keturunan atau faktor lainnya pada pejamu. Risiko sakit paling
tinggi pada usia di bawah tiga tahun dan paling rendah pada usia akhir kanak-
kanak. Risiko akan meningkat lagi pada usia dewasa dan dewasa muda, usia
tua dan pada penderita dengan kelainan imunitas.
7
Salah satu perbedaan tuberkulosis dengan penyakit lain adalah setiap
kasus TB harus ditemukan dan diobati agar tidak menularkan penyakitnya.
Pada penyakit lain kasus yang tidak diobati akan meninggal namun pada
penyakit tuberkulosis kasus yang tidak diobati dengan baik akan menjadi
resisten dan mempunyai potensi menularkan pada orang lain. Menurut WHO
cara yang paling efektif memberantas penyakit TB paru adalah dengan
menghentikan TB pada sumbernya (stop at the source) yang dikenali dengan
strategi DOTS (Direct Observed Treatment, Short course). Menghentikan
pada sumbernya mengandung pengertian dimana penderita diobati sehingga
tidak dalam keadaan infeksius dan dapat mencegah terjadinya multidrug
resistant apabila diobati dengan benar.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan
penanggulangan TB paru adalah dengan cara monitoring dan evaluasi yang
tepat dan benar dalam mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai atau
default. Untuk itu pengembangan monitoring dan evaluasi terhadap setiap
penderita yang mendapatkan pengobatan strategi DOTS harus dilakukan
dengan baik agar setiap paket obat yang dipakai dapat digunakan secara efektif
dan efisien, penderita gagal, lalai/defult dicegah, rantai penularan diputus dan
mencegah terjadinya multidrug resistant.
Dalam usaha penanggulangan penyakit TB, aspek perilaku turut
memainkan peran yang penting. Pengetahuan, sikap dan tindakan pasien dalam
hal mencegah penyakit dan penularan penyakit TB akan sangat membantu
untuk menurunkan angka kejadian TB. Karena pengobatan DOTS paling
sedikit adalah selama enam bulan, sering didapatkan pasien lalai dalam
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
8
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan diantara perilaku pasien TB dengan angka
kesembuhan setelah 6 bulan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu.
1.3 HIPOTESIS
Semakin baik perilaku penderita TB, semakin tinggi angka kesembuhan
pada penderita TB setelah 6 bulan pengobatan.
1.4 TUJUAN
TUJUAN UMUM
Untuk menurunkan presentasi penderita TB
TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui jumlah penderita yang mengikuti DOTS
2. Untuk mengetahui jumlah penderita yang sudah 6 bulan menjalani
pengobatan TB
3. Untuk mendapatkan angka kesembuhan dan kekambuhan penderita
TB yang telah menjalani pengobatan 6 bulan
4. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dan
tindakan dalam menangani penyakit tuberkulosis
5. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku dengan kesembuhan
penderita TB yang telah menjalani program DOTS.
9
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Dalam peneltian ini diharapkan hasilnya dapat berguna bagi masyarakat,
pelayanan kesehatan puskesmas Pasar Minggu, dan peneliti yaitu:
1. Untuk Masyarakat
- Mewujudkan suatu kelompok masyarakat yang produktif pasca
TB dalam usaha meningkatkan produktivitas Negara.
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB
dan perilaku-perilaku yang dapat memutuskan rantai penularan.
2. Untuk Program Puskesmas Pasar Minggu
- Menilai ulang program untuk TB dan kecekapan petugas
pemberantas TB dalam mengedukasi pasien mengenai perilaku
yang sehat.
- Membantu mengedukasi masyarakat untuk mengerti hubungan
faktor perilaku dengan upaya pencegahan tuberkulosis
sehingga masyarakat bisa lebih memahami dan berupaya untuk
merubah pola perilaku yang salah sehingga diharapkan angka
kejadian penderita tuberkulosis dapat berkurang.
3. Untuk Peneliti
- Bisa menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
dalam bidang kesehatan terutama bidang yang diteliti
- Meningkatkan kesadaran kepentingan perilaku dalam
mengaulangi TB di Indonesia.
1.6 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai
hubungan perilaku sehari-hari penderita tuberkulosis dalam upaya
pencegahan penularan tuberkulosis di wilayah puskesmas kecamatan Pasar
Minggu.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 TUBERKULOSIS
1.1.1 PENDAHULUAN
Sebagaimana juga halnya di negara-negara berkembang lain, tuberkulosis
(TB) di Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, yaitu organ pernafasan (TB paru) ataupun di organ di luar paru (TB
Ekstraparu). Kuman TB dapat hidup lama tanpa aktifitas dalam jaringan tubuh
(dormant) hingga sampai saatnya ia aktif kembali. Lesi TB dapat sembuh tetapi
dapat juga berkembang progresif atau mengalami proses kronik atau serius.
1.1.2 DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. 2,11 Infeksi bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai semua organ dengan paru sebagai lokal infeksi primer.
1.1.3 ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis, basilus tuberkel, adalah satu diantara lebih dari
30 anggota genus Mycobacterium yang dikenali dengan baik maupun banyak
yang tidak tergolongkan. Bersama dengan kuman berkerabat dekat yaitu M. bovis
kuman ini menyebankan tuberculosis.
11
1.1.4 EPIDEMIOLOGI
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret
1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap
sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk
dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.
Pada tahun 1998 ada 3. 617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh
dunia.Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia
produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya
prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang
muncul terjadi di Asia.
1.1.5 PATOGENESIS
A. Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru dari orang ke orang terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan menjadi droplet nuclei (partikel berdiameter 1-5µm
yang mengandung ( M. tuberculosis) dalam udara sekitar kita. 3,15 Partikel infeksi
ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. 4,5 Dalam
susasna lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran
napas, atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran parikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap dijaringan paru, berkembang biak di dalam
sitoplasma makrofag. Basil tuberkel tumbuh perlahan-lahan, kira-kira tiap 25-32
12
jam di dalam makrofag. Pertumbuhan berlangsung 2-12 minggu, hingga kuman
berjumlah 1000-10000 dimana cukup untuk mendapatkan respon imun selular
yang terdeteksi oleh tes tuberkulin. Dimana dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau
sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan
paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat
juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit,
terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan
menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila masuk ke
arteri pulmonalis maka akan terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB
milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis local bersama-sama limfadenitis
regional dikenal sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan
waktu 3-8 minggu. 13,14 Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat (restitution ad integrum),
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5
mm dan ±10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dormant,
3) Berkomplikasi dan menyebar secara :
a) Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberculosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
13
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut ,
b) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
disebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus,
c) Secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang
adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan yang cukup gawat
seperti TB milier, meningitis TB, typhobachillosis Landouzy.
B. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). 16,20 Mayoritas
reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun
seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.7
Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru (bagian apical-posterior lobus sduperior atau inferior). Invasinya adalah ke
daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam
3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien, sarang dini ini
dapat menjadi :
1) Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat,
14
2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan
jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan
perkapuran.
3) Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi
lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar
terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama
dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar,
sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas
adalah karena adanya hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim
yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan
TNF-nya. Bentuk perkejuan lain yang jarang terjadi adalah cryptic
disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut. Disini lesi
sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat menjadi :
a) Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas
ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier.
Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan
selanjutnya ke usus menjadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti
perjalanan seperti yang disebutkan diatas. Bisa juga terjadi TB
endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura.
b) Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi) sehingga menjadi
tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau
dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik
kavitas ini adalah kolonisasi oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian
menjadi mycetoma,
c) Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga
meyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang
berakhir dengan kavitas yang terbungkus, menciut, dan berbetuk seperti
bintang yang disebut stellate shape.
15
1.1.6 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil
berdasarkan aspek kesehatan masyarakat :
1) Kelas 0: Tidak pernah terpajan TB, tidak terinfeksi. Orang-orang pada kelas
ini tidak mempunyai riwayat terpajan dan tes kulit tuberkulin menunjukkan
hasil negatif (jika dilakukan)
2) Kelas 1 : Terpajan TB, tidak ada bukti terinfeksi. Orang-orang pada kelas ini
mempunyai riwayat terpajan tuberkulosis, tetapi tes tuberkulin menunjukkan
hasil negative. Tindakan yang diambil untuknya tergantung pada derajat dan
kebaruan paparan M. tuberculosis, serta kekebalan tubuhnya. Jika terpapar
secara signifikan selama 3 bulan, tes tuberculin lanjutan harus dilakukan 10
minggu setelah paparan terakhir, dan sementara itu pengobatan terhadap
infeksi tuberculosis laten harus dipertimbangkan terutama pada anak-anak
berusia kurang dari 15 tahun dan penderita infeksi HIV.
3) Kelas 2 : Infeksi TB laten, tidak timbul penyakit. Orang-orang pada kelas 2
menunjukkan hasil tes tuberculin positif, pemeriksaan radiologi dan
bakteriologi negatif.
4) Kelas 3 : Tuberkulosis, aktif secara klinis. Kelas 3 mencakup semua pasien
dengan TB aktif secara klinis dengan prosedur diagnostik telah selesai. Jika
diagnosis masih tertunda, orang tersebut harus diklasifikasikan sebagai
tersangka tuberkulosis (kelas 5). Untuk masuk ke kelas 3, seseorang harus
memiliki bukti klinis, bakteriologis, dan/atau radiografi TB saat ini. Hal ini
dipastikan dengan isolasi M. tuberkulosis. Seseorang yang menderita TB di
masa lalu dan juga yang saat ini memiliki penyakit aktif secara klinis termasuk
dalam kelas 3. Seseorang tetap di kelas 3 sampai pengobatan untuk episode
penyakit saat ini selesai.
16
5) Kelas 4 : TB tidak aktif secara klinis. Ditemukan radiografi yang abnormal
atau tidak berubah, dan reaksi tes kulit tuberkulin positif, dan tidak ada bukti
klinis.
6) Kelas 5 : Tersangka TB (diagnosis tertunda). Seseorang termasuk dalam
kelas ini ketika diagnosis TB sedang dipertimbangkan. Seseorang seharusnya
tidak tetap di kelas ini selama lebih dari 3 bulan. Ketika prosedur diagnostik
telah selesai, orang tersebut harus ditempatkan pada salah satu kelas
sebelumnya.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (Basil Tahan Asam / BTA),
TB paru dibagi atas :
1) TB paru BTA (+), adalah :
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif,
b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
2) TB paru BTA (-), adalah :
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
Tuberculosis positif.
17
Klasifikasi yang berdasarkan tipe pasien dari riwayat pengobatan sebelumnya
yaitu :
1) Kasus baru : pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan untuk
tuberkulosis atau sudah mendapakan obat-obat anti tuberkulosis kurang dari
satu bulan.
2) Kasus pengobatan ulang :
a) Kasus kambuh (relaps) : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif atau biakan positif.
b) Kasus gagal (smear positive failure) : pasien yang menjalani pengobatan
ulang karena pengobatan sebelumnya gagal, ditandai dengan sputum
BTA-nya tetap positif setelah mendapatkan obat anti tuberkulosis pada
akhir bulan ke 5.
c) Kasus defaulted atau drop out : pasien yang telah menjalani pengobatan ≥
1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
3) Kasus kronik : pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah pengobatan
ulang lengkap yang disupervisi dengan baik.
1.1.7 GEJALA KLINIS
Gejala Respiratori
1) Batuk / Batuk Darah.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
18
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan lanjut
adalah batuk darah (hemoptisis). Kavitas dapat menjadi sumber hemoptisis
mayor. Menetapnya arteri pulmonalis terminal didalam kavitas dapat
menjadi sumber perdarahan yang hebat (aneurisma Rasmussen). Penyebab
perdarahan lainnya adalah aspergiloma pada kavitas tuberkulosis kronik .
2) Sesak Napas
Sesak napas akan dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
3) Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik / melepaskan nafasnya.
Gejala Sistemik 19
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadand
panas badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya, sehingga pasien tidak pernah merasa terbebas dari serangan
demam influenza.
2) Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan,
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam, dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan hilang timbul secara tidak teratur.
19
Gejala Tuberkulosis Ekstraparu
Gejala tergantung pada organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis TB
akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening, pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi
yang rongga pleuranya terdapat cairan.
1.1.8 PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Tujuan obat kemoterapi anti TB (OAT) adalah:
• Menyembuhkan pasien dalam jangka pendek dengan gangguan yang
minimal.
• Mencegah kematian karena penyakit yang aktif atau efek lanjutannya.
• Mencegah relaps.
• Mencegah timbulnya kuman yang resisten.
• Melindungi masyarakat dan penularan
Jenis, sifat dan dosis OAT lini 1
Jenis OAT Sifat Dosis Harian
Dosis 3x/minggu
20
Isoniazid (INH) Bakterisid 5 (4-6)
10 (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12)
10 (8-12)
Pyrazinamid (Z) Bakterisid 25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18)
15 (12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20)
30 (20-35)
Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) 18
• Kanamisin
• Amikasin
• Kuinolon
• Makrolid dan amoksilin+ asam klavulanat
• Ada beberapa obat lain yang sekarang belum digunakan di Indonesia :
Kapreomisin, Sikloserin, PAS, Derivat rifampicin dan INH, Thionamides.
1.1.9 Directly Obeserved Treatment Short Course (DOTS)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan
program penanggulagan tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS
yang juga telah dianut oleh negara kita. Karena itu pemahaman tentang DOTS
merupakan hal yang sangat penting agar tuberkulosis dapat ditanggulangi dengan
bak.
21
Strategi DOTS terdiri atas lima komponen, yaitu 12 :
1) Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional.
2) Mikroskop.
3) Pengawas minum obat.
4) Pencatatan dan pelaporan.
5) Panduan OAT jangka pendek.
Saat ini terdapat 6 elemen kunci dalam startegi stop TB yang direkomendasi oleh
WHO :
1) Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan
kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh
pasien terutama pasien tidak mampu.
2) Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, Multi Drug Resistance
(MDR)-TB, dengan aktivitas gabungan TB-HIV, DOTS-PLUS, dan
pendekatan-pendekatan lain yang relevan.
3) Konstribusi pada sistem kesehatan dengan kolaborasi bersama program
kesehatan yang lain dan pelayanan umum.
4) Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan non
pemerintah dengan pendekatan Public-Private Mix (PPM) untuk
mematuhi International Standarts of TB care.
5) Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengruh untuk
berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang efektif.
6) Memungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat
baru, alat diagnostik, dan vaksin. Penelitian juga dibutuhkan untuk
meningkatkan keberhasilan program.
22
Dalam melaksanakan DOTS, sebelum pengobatan pertama kali dimulai, pasien
diberikan penjelasan bahwa harus ada seorang pengawasan menelan obat (PMO)
dan PMO tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapatkan penjelasan
tentang DOTS.
Persyaratan untuk menjadi seorang PMO :
1) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
4) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,
pekarya, sanitarian, juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru,
anggota Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), PKK, atau
tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
Tugas seorang PMO adalah :
1) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
3) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
23
4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit
Pelayanan Kesehatan.
5) Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien
mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan (UPK).
Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien
dan keluarganya:
1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan
2) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
3) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya
4) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
5) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK.
Kriteria sembuh dari TB
1) BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase itensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
2) Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan.
3) Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.
1.2 KONSEP PERILAKU KESEHATAN
1.2.1 PENGERTIAN PERILAKU
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
24
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert), Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan
seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau
membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
2.1.1 PERILAKU KESEHATAN
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
a) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
25
bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit.
b. .Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
b) Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Health
Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan
ke luar negeri.
c) Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat
klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
1) Perilaku hidup sehat.
Adalah perilaku –perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antar lain :
a. Menu seimbang
b. Olahraga teratur
c. Tidak merokok
d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
26
e. Istirahat yang cukup
f. Mengendalian stress
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
2) Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan
pelayanan kesehatan).
2.1.2 DOMAIN PERILAKU
Faktor-faktor yang membedakan respon terhada stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,, dsb.
2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik,
sosial, budaya ekonomi, politik , dsb
27
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi
perilaku manusia itu ke dalam 3 dominan yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran
hasil pendidikan kesehatan yakni:
1. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
2. Sikap
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek
Proses terbentuknya sikap dan reaksi
d. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok:
1) kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
e. Berbagai tingkatan sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan:
1) Menerima (receiving)
28
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggungjawab (responsible)
3. Praktek atau tindakan (practice)
Mempunyai beberapa tingkatan:
1) Persepsi (perception)
2) Respon terpimpin (guide response)
3) Mekanisme (mechanism)
4) Adopsi (adoption)
2.1.3 PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU ATAU INDIKATORNYA
Adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama. Secara teori perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:
1. Pengetahuan
Dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2. Sikap
Dikelompokkan menjadi:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
29
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
3. Praktek dan Tindakan
Indikatornya yakni:
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
3. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
2.1.4 DETERMINAN DAN PERUBAHAN PERILAKU
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3
aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.
Asumsi Determinan Perilaku Manusia
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan
perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antar lain:
1. Teori Lawrence Green
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku
(non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor:
30
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B, Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada
perilaku itu merupakan fungsi dari:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatanya (behavior intention)
b. Duikungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (acesssebility of information)
d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan
atau keputusan (personal autonomy)
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak
(action situastion).
3. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
31
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-
penilaian seseorang terhadap objek.
a. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak
dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
e. Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau
kelompok masyarakat.
f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber
di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
32
2.2 KERANGKA TEORI
BAB III
33
TBC PARU DEFINISI
ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
PATOGENESIS
KLASIFIKASI TB
GEJALA KLINIS
DOTS
PENGOBATAN TB
PERILAKUPENGERTIAN
PERILAKU KESEHATAN
DOMAIN PERILAKU
PERUBAHAN PERILAKU ATAU INDIKATOR
DETERMINAN DAN PERUBAHAN PERILAKU
TBC paru tidak sembuhTBC paru sembuh
TBC paru
Lingkunganperilaku Manajemen kesehatan
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP
34
Umur jeniskelamin Pendidikan Pekerjaan Status pernikahan Sosial ekonomi
Karakteristik individu
Sikap & tindakan
- Definisi
- Pencegahan
- Pengobatan
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Menutup mulut jika bersin dan batuk
- Merokok
- Pengaturan ventilasi dan pencahayaan rumah
- Kebiasaan meludah
- Menjemur alat tidur
- Minum obat teratur & tuntas
- Kontak
Genetik
Pengetahuan
3.2 VARIABEL PENELITIAN
3.2.1 Variabel Tergantung
Kejadian tuberkulosis paru
3.2.2 Variabel Bebas
Faktor perilaku :
1. Pengetahuan :
- Definisi
- Pencegahan
- Pengobatan
2. Sikap dan tindakan :
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Menutup mulut jika bersin dan batuk
- Merokok
- Pengaturan ventilasi dan pencahayaan rumah
- Kebiasaan meludah
- Menjemur alat tidur
- Minum obat teratur & tuntas
- Kontak
35
3.3 DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Alat ukur
dan cara
ukur
Hasil Ukur Skala
ukur
1.
a.
b.
c.
Pengetahuan
Definisi
Pencegahan
Pengobatan
Pengetahuan
responden
tentang TBC
paru, dari
definisi,
gejala, cara
yang
dilakukan
untuk
mencegah dan
mengobati
TBC
Kuisioner
Cara ukur :
Wawancara
1 = kurang
baik
2 = sedang
3 = baik
Ordinal
2.
a.
Sikap dan
Tindakan
Meningkatkan
daya tahan
tubuh
Sikap dan
tindakan yang
dilakukan
responden
untuk
meningkatkan
daya tahan
tubuhnya
seperti
olahraga,istira
Kuisioner
Cara ukur :
Wawancara
1= tidak
2= jarang
3= ya
Ordinal
36
hat yang
cukup, dsb.
b. Pengaturan
ventilasi dan
pencahayaan
rumah
Pengaturan
lubang tempat
keluar-
masuknya
udara dan
pencahayaan
di rumah
responden
Kuisioner
Cara ukur :
Wawancara
1= kurang baik
2= sedang
3 = baik
Ordinal
c. Merokok Kebiasaan
responden
menghisap
rokok
Kuisioner
Cara ukur :
Wawancara
1= ya
2= jarang
3 = tidak
Ordinal
d. Menutup
mulut jika
bersin dan
batuk
Sikap dan
tindakan
menutup
mulut yang
dilakukan
responden saat
batuk dan
bersin
Kuisioner
Cara ukur :
Wawancara
1= kurang
2= sedang
3= baik
ordinal
e. Meludah Kebiasaan
responden
membuang
ludah di
sembarang
tempat
Kuisioner
Cara ukur :
Wawancara
1= kurang
2= sedang
3= baik
Ordinal
f. Menjemur alat
tidur
Tindakan
memanaskan
(mengeringka
n) alat tidur di
Kuisioner
Cara ukur :
1= kurang
2= sedang
3= baik
Ordinal
37
bawah sinar
panas
matahari yang
dilakukan
responden tiap
minggu
Wawancara
g. Kepatuhan
minum obat
Kepatuhan
responden
minum obat
secara teratur
dan tuntas
Kuisioner
Cara ukur :
wawancara
1= kurang
2= sedang
3= baik
Ordinal
h. Kontak Kontak
responden
dengan orang
lain
Kuesioner
Cara ukur :
wawancara
1 = tidak baik
2 = baik
Ordinal
3.
a.
Karakteristik
Induvidu
Umur Umur
responden
yang dilihat
dari KTP
Biodata dari
KTP dan
dari
kuesioner
Cara ukur:
Wawancara
Nominal
b.
Jenis kelamin
Jenis kelamin
responden
Biodata dari
KTP dan
dari
kuesioner
Cara ukur:
Wawancara
1 = laki-laki
2 = perempuan
Ordinal
38
c.
Pendidikan
Pendidikan
terakhir yang
dicapai oleh
responden
Kuesioner
Cara Ukur:
Wawancara
a= tidak
sekolah
b=SD
c=SMP
d=SMA
e=akademi/
universitas
Ordinal
d.
Pekerjaan
Lama waktu
yang
digunakan
dalam
melakukan
kesibukan
sehari-hari
untuk mencari
nafkah yang
dapat
mempengaruhi
seseorang
dalam
mengambil
keputusan
pencarian
pengobatan
Kuesioner
Cara ukur :
Wawancara
a= ibu rumah
tangga
b=karyawan/
karyawati
c= PNS
d= wiraswasta
e= lain-lain
Ordinal
BAB IV
39
METODE PENELITIAN
4.1. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik deskriptif yang menggunakan metode
cross-sectional atau pendekatan rancangan potong silang untuk mengetahui
hubungan perilaku dengan angka kesembuhan penyakit TB setelah mendapatkan
pengobatan selama enam bulan.
4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan yang terdiri dari subjek yang datang berobat kepoli paru yang sedang
dalam pengobatan TB program DOTS. Pemilihan populasi ini karena populasi
pasien TB di daerah ini dianggap mampu mewakili keadaan penderita TB secara
keseluruhan
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2012.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien TB yang sedang dalam pengobatan
TB program DOTS sebanyak 40 orang di Puskesmas kecamatan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan dari April hingga Oktober 2012.
4.3.2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi:
a. Semua pasien TB BTA (+).
b. Semua pasien yang berumur di atas 15 tahun.
c. Semua pasien TB yang menjalani program DOTS.
40
Kriteria ekslusi:
a. Semua pasien yang tidak ko-operatif
b. Semua pasien TB dengan riwayat immunodefisiensi.
c. Semua pasien TB dengan riwayat penyakit diabetes mellitus.
d. Semua pasien TB dengan riwayat penyakit paru kronik selain TB.
4.3.3. Sampel Penelitian
Besar Sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
rumus.
Rumus populasi infinit:
No = Zα2 x p x q
d2
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
p = Prevalensi pasien TB = 0,5
q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang
diteliti = 1 – 0,5 = 0,5
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,05
No = (1,96)2 x 0,5 x 0,5
(0,05)2
= 385 orang
Rumus populasi finit:
n = n0
(1 + n0/N)
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit
N = Besar sampel populasi finit
41
Bila diketahui jumlah populasi adalah 40 orang.
n = 385
(1 + 385/40)
= 36 orang
polulasi koreksi, n1 = n + 10%
= 36 + 10%
= 40 orang
4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik simple random
sampling.1 Dalam penelitian ini dipilih pasien TB yang menjalani pengobatan
DOTS yang berobat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang mempunyai
sampel sebanyak 40 orang.
4.4. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan data
42
Proposal disetujui oleh pihak kampus dan puskesmas
Peneliti mengajukan Proposal
Peneliti ke kecamatan Pasar Minggu
Peneliti mengumpulkan data dengan survei (kuesioner)
Peneliti mengolah dan menganalisis data
Penyajian data dalam bentuk presentasi
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yang
diperoleh menggunakan alat bantu berupa kuesioner pada pasien TB.
Daftar pertanyaan adalah berdasarkan variabel-variabel yang ingin diteliti.
Terlebih dahulu pasien diberikan penjelasan akan maksud dan tujuan dari
pengisian kuesioner, dan tatacara pengisian yang benar supaya data yang
terkumpul sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.
Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan pasien TB yang datang
berobat ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada bulan April hingga
Oktober 2012.
4.4.1 Rencana Kerja
Tabel 4.4.1 Waktu Kegiatan Penelitian
Tahap kegiatan Waktu dalam minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Perencanaan
1. Orientasi dan identifikasi masalah ■
2. Pemilihan topik ■ ■ ■
3. Pembuatan proposal ■ ■
4. Konsultasi dengan pembimbing ■ ■ ■
5. Presentasi proposal ■
B. Pelaksanaan
1. Pengumpulan data dan survei ■ ■ ■ ■
2. Pengolahan data ■ ■
43
3. Konsultasi dengan pembimbing ■ ■ ■
C. Pelaporan hasil
1. Penulisan dan diskusi ■ ■ ■
2. Konsultasi dengan pembimbing ■ ■
3. Presentasi ■ ■
4.5. MANAJEMEN DATA
4.5.1 Data Entry
Data diolah dengan menggunakan program komputer setelah
terkumpulnya data dari hasil kuesioner yang telah dianalisis dan diolah.
4.5.2 Analisis Data
Analisis Univariat
Dilakukan secara deskriptif masing-masing variable dengan analisis pada
distribusi frekuensi.
Analisis Bivariat
Untuk menganalisis hubungan perilaku dengan angka kekambuhan
penyakit TB dapat digunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan
sebesar p=0,05. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS
Statistics 17.0.
4.6 PENYAJIAN DATA
Data yang telah terkumpul dan diolahakan disajikan dalam bentuk:
i.Tekstular :penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan
kalimat.
ii.Tabular :penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan
44
tabel.
iii.Grafik :penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan
diagram batang yang menggambarkan perilaku pasien.
4.7 INFORMED CONCENT
Setiap subjek yang setuju untuk ikut serta dalam penelitian perlu
menandatangani surat persetujuan informed consent terlebih dahulu.
2.1 PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Penggandaan Kuesioner Rp. 300.000,-
Transportasi Rp. 100.000,-
Kertas A4 Rp 35.000,-
Tinta Printer Rp. 220.000,-
Cenderamata Rp 200.000,-
Biaya tak terduga: Rp. 350.000,-
Rp. 1.205.000,-
2.2 ORGANISASI PENELITIAN
1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
DR. dr. Dharma Sutono, MS
2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
dr. Rachel
3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian
Nur Hafizah binti Mansor (030.07.324)
Maisarah binti Bakari (030.07.297)
Dwi Rahmawita Basri (030.07.075)
Setia Hermawan (030.05.206)
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Univariat
Karakterisik Responden
a. Usia
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi menurut usia responden.
Tabel 5.1.1 Usia Responden
Usia(Tahun) Frekuensi Persentase (%)
16-30 17 42,5
31-45 16 40,0
46-60 7 17,5
Total 40 100,0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan responden paling banyak berusia
diantara 31 hingga 45 tahun yaitu sebanyak 42,5%.
b. Jenis kelamin
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi jenis kelamin responden.
Tabel 5.1.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 24 60,0
Perempuan 16 40,0
Total 40 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukan responden laki-laki berjumlah 24 orang
(60%), sedangkan perempuan berjumlah 16 orang (40%).
46
c. Pendidikan
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden
Tabel 5.1.3 Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tidak sekolah 1 2.5
SD 9 22,5
SMP 9 22,5
SMA 17 42,5
Akademi/universitas 4 10,0
Total 40 100,0
Berdasarkan tabel di atas menunjukan tingkat pendidikan responden yang paling
banyak adalah SMA (42,5%).
d. Pekerjaan
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi pekerjaan responden.
Tabel 5.1.4 Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu rumah tangga 9 22,5
Karyawan/karyawati 12 30,0
PNS 3 7,5
Wiraswasta 7 17,5
Lain-lain 9 22,5
Total 40 100,0
47
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan responden paling banyak bekerja sebagai
karyawan/karyawati (30%).
2. Hasil Bivariat
1. Hubungan antara pengetahuan dengan kesembuhan pasien TB.
Tabel 5.2.1 Hubungan antara Pegetahuan dengan Kesembuhan pasien TB
Pengetahuan Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang 1 2 5
Baik 1 36 37
Total 2 38 40
P = 0,146 (p>0,05)
OR = 18.00
0.798 < OR < 406.066
Risiko pasien dengan pengetahuan kurang untuk tidak sembuh adalah 18 kali lipat
lebih besar dibandingkan pasien dengan pengetahuan baik. Namun setelah diuji
secara statistik (Chi-square), didapatkan p > 0,05. Tidak ada hubungan bermakna
antara pengetahuan dengan angka kesembuhan.
2. Hubungan antara upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan
kesembuhan pasien TB.
48
Tabel 5.2.2 Hubungan antara Upaya meningkatkan daya tahan tubuh
dengan Kesembuhan pasien TB
Upaya
meningkatkan
daya tahan tubuh
Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang 1 10 11
Sedang 0 9 9
Baik 1 19 20
Total 2 38 40
P=0.650 (p>0,05)
Tidak ada hubungan yang bermakna antara upaya meningkatkan daya tahan tubuh
dengan kesembuhan pasien TB.
3. Hubungan antara pengaturan ventilasi dan pencahayaan dengan kesembuhan pasien TB
Tabel 5.2.3 Hubungan antara Pengaturan ventilasi dan pencahayaan dengan Kesembuhan pasien TB
Pengaturan
ventilasi dan
pencahayaan
Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang 2 3 5
Sedang 0 9 9
Baik 0 26 26
Total 2 38 40
P = 0.001 ( p < 0,05) Adanya hubungan yang bermakna antara pengaturan ventilasi dan pencahayaan
dengan kesembuhan pasien TB
49
3. Hubungan antara merokok dengan kesembuhan pasien TB
Tabel 5.2.4 Hubungan antara Merokok dengan Kesembuhan pasien TB
Merokok Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Tidak 1 15 16
Jarang 1 5 6
Ya 0 18 18
Total 2 38 40
P = 0.257 (p > 0.05)
Tidak ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kesembuhan pasien TB.
4. Hubungan antara menutup mulut jika batuk dan bersin dengan kesembuhan
pasien TB
Tabel 5.2.5 Hubungan antara Menutup mulut jika batuk dan bersin dengan
Kesembuhan pasien TB
Menutup mulut jika
batuk dan bersin
Kesembuhan Total
Sembuh Tidak sembuh
Kurang
Sedang
0
1
0
3
0
4
Baik 1 35 36
Total 2 38 40
P = 0.192 (p > 0.05)
Tidak ada hubungan yang bermakna antara menutup mulut jika batuk dan bersin
dengan kesembuhan pasien TB.
5. Hubungan meludah dengan kesembuhan pasien TB
50
Tabel 5.2.6 Hubungan antara Meludah dengan Kesembuhan pasien TB
Meludah Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang 1 1 2
Sedang 0 8 8
Baik 1 29 30
Total 2 38 40
P = 0.010 ( p < 0.05)
Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan meludah dengan kesembuhan
pasien TB.
6. Hubungan antara menjemur alat tidur dengan kesembuhan pasien TB
Tabel 5.2.7 Hubungan antara Menjemur alat tidur dengan Kesembuhan
pasien TB
Menjemur alat
tidur
Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang 2 6 8
Sedang 0 14 14
Baik 0 18 18
Total 2 38 40
P = 0,015 (p < 0.05)
Adanya hubungan yang bermakna antara menjemur alat tidur dengan kesembuhan
pasien TB.
7. Hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kesembuhan pasien TB
51
Tabel 5.2.8 Hubungan antara Kepatuhan minum obat dengan Kesembuhan
pasien TB
Kepatuhan
minum obat
Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang 1 0 1
Sedang 1 4 5
Baik 0 34 34
Total 2 38 40
P = 0.0001 (p < 0.05)
Adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat dengan
kesembuhan pasien TB.
8. Hubungan antara kontak dengan kesembuhan pasien TB.
Tabel 5.2.9 Hubungan antara Kontak dengan Kesembuhan pasien TB
Kontak Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Kurang
Sedang
0
1
0
6
0
7
Baik 1 32 33
Total 2 38 40
P = 0,323 ( p > 0.05)
OR = 5.333
0.292 < OR < 97.485
Orang yang mempunyai kontak dengan pasien TB mempunyai risiko lima kali
lipat dibandingkan dengan orang yang tidak ada kontak dengan pasien TB untuk
tertular penyakit TB. Namun setelah diuji statistik (Chi-square) didapatkan
p>0,05. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kontak dengan kesembuhan
pasien TB.
52
9. Hubungan antara sikap dan tindakan dengan kesembuhan pasien TB
Tabel 5.2.10 Hubungan antara Sikap dan tindakan dengan
Kesembuhan pasien TB
Sikap dan
tindakan
Kesembuhan Total
Tidak sembuh Sembuh
Tidak baik 2 2 4
Baik 0 36 36
Total 2 38 40
P = 0.008 ( p < 0.05)
Adanya hubungan yang bermakna antara sikap dan tindakan dengan kesembuhan
pasien TB.
10. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan tindakan pasien TB.
Tabel 5.2.11 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap dan tindakan
Pengetahuan Sikap dan tindakan Total
Tidak baik Baik
Tidak baik 1 2 3
Baik 3 34 37
Total 4 36 40
P = 0.277 ( p > 0.05)
OR = 5.667
0.390 < OR < 82.237
Orang dengan pengetahuan yang tidak baik tentang TB cenderung enam kali lipat
untuk bersikap dan melakukan tindakan yang kurang baik, dibandingkan orang
yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang TB. Namun setelah dilakukan
uji statistik (Chi-square) didapatkan p > 0,05. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan sikap dan tindakan pasien TB
53
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Tingkat pengetahuan pasien TB
Hasil penelitian terhadap 40 responden didapatkan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 37 responden (92,5%) dan kurang
baik sebanyak 3 responden (7,5%). Dari 37 responden yang berpengetahuan baik
cuma ada 1 responden yang tidak sembuh (2,7%). Menurut teori, pengetahuan
tentang sesuatu hal dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tahapan, yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, penilaian. Hampir kesemua responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang teori dasar, pengobatan serta cara
untuk mencegah penularan Tuberkulosis paru (TBC paru).
Hal ini mungkin turut dapat dikaitkan dengan faktor pendidikan
responden, Dimana hasil penelitian didapatkan sebanyak 17 responden (42,5%)
berpendidikan SMA. Responden yang berpendidikan SD dan SMP masing-
masing 9 orang (22,5%), akademi/universitas 4 orang (10,0%) dan tidak
bersekolah cuma 1 orang (2,5%). Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi,
semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga dengan semakin banyak
informasi yang diperolehnya maka semakin baik pula tingkat pengetahuan dan
pemahamannya mengenai penyakit dan lebih taat untuk berobat teratur hingga
tuntas. 6,8,9 Ini mendukung penyataan Alvianto,yang menyatakan bahawa
pendidikan merupakan dasar seseorang untuk mengembangkan diri dalam
melakukan sesuatu. Maka, semakin tinggi pendidikan, orang akan mampu untuk
memahami dan menyesuaikan diri dalam lingkungan kehidupannya. Peneliti
seperti Bambang Sukana dan Mushtaq et al, tahun 2011, juga turut mendukung
bahawa terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan penyakit
Tuberkulosis.
54
2. Sikap dan tindakan pasien
Menurut teori Lawrence Green (1980) yang disitasi Notoamodjo,2003
menyatakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor
predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan
faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain.
Secara teori, sikap (attitude) adalah suatu pola perilaku (behavior), yang
merupakan suatu tendensi atau kesiapan untuk bertindak dan menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon tertutup terhadap
situasi sosial yang telah terkendali. Biasanya sikap akan diikuti dengan suatu
tindakan atau praktik. Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki
sikap dan tindakan yang baik dalam hal meningkatkan kesembuhan setelah akhir
pengobatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu terhadap 40 responden didapatkan responden yang memiliki sikap
dan tindakan yang baik sebanyak 36 responden (90%), sikap dan tindakan yang
tidak baik sebanyak 4 responden (10%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
nilai p = 0.08 berarti p < 0,05, dan ini menolak Ho. Ini menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara sikap dan tindakan dengan angka kesembuhan dari
penyakit TB pada pasien yang datang berobat di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu.
3. Pengetahuan yang mempengaruhi sikap dan tindakan pasien
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu, (Surajiyo,2007). Sikap pula
merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan, (Campbell). Menurut
Newcomb, sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak, bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan hasil belajar manusia,
sehingga sikap dapat diubah dan dikembangkan melalui suatu proses belajar.
55
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu terhadap 40 orang responden, didapatkan mayoritas dari responden
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 37 orang (92,5%) dan yang berpengetahuan
tidak baik hanya minoritas yaitu sebanyak 3 orang (7,5%). Dengan adanya
pengetahuan yang baik tentang penyakit TB, mulai dari pengertian tentang
penyakit, gejala, pengobatan serta pencegahannya, ini akan sekaligus memberikan
dampak baik terhadap sikap dan perilaku pasien TB serta keluarganya. 17
Secara teori, perilaku yang baik akan memberikan angka kesembuhan
yang lebih baik berbanding pada pasien dengan perilaku yang buruk. Terdapat
pelbagai jurnal sebelumnya seperti Gilpin C et al (2011) yang telah melakukan
penelitian terhadap hubungan perilaku pasien TB terhadap outcome dari
penyakitnya.
56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakit Tuberkulosis (TB) paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar minggu didapatkan sebagian
besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 37
responden (92,5%).
2. Sikap dan tindakan pasien TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu didapatkan mayoritas responden memiliki sikap baik yaitu
sebanyak 36 responden (90%).
3. Secara umumnya, perilaku seringkali di pengaruhi oleh pengetahuan. Pasien
dengan pengetahuan yang baik, umumnya akan berperilaku baik. Pada hasil
penelitian didapatkan OR adalah 6 kali. Tetapi uji statistik tidak didapatkan
ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap dan tindakan.
4. Ada hubungan diantara perilaku dengan angka kesembuhan pada pasien
dalam pengobatan OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu.
B. SARAN
Untuk meningkatkan angka kesembuhan penyakit TBC sebagai tindakan
pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu, ada beberapa hal yang dapat disarankan yaitu:
1. Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat mengenai penyakit Tuberkulosis sudah cukup baik, tetapi ada
sebagian kecil yang masih kurang. Diharapkan beberapa hal ini dapat
diperbaiki lagi dengan cara diberikan penyuluhan berkala tidak hanya
57
kepada pasien, tetapi juga pada anggota keluarga dan masyarakat
setempat.
2. Secara teorinya, didapatkan bahwa perilaku seringkali dipengaruhi oleh
pengetahuan. Tetapi pada hasil penelitian ini tidak didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku. Oleh
karena hasil yang didapatkan tidak mendukung teori, disarankan supaya
dilakukan penelitian yang lebih lanjut ke atas sampel yang lebih luas
supaya hasilnya lebih akurat.
58
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
ke-4. Jakarta : Sagung Seto ; 2011. p 31-418.
2. Thu A; Ohnmar, Win H, Nyunt MT, Lwin T. Knowledge, attitudes and
practice concerning tuberculosis in a growing industrialised area in
Myanmar. Int J Tuberc Lung Dis. 2012. Available on:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22640446, accessed on : 24th
September 2012
3. Wu SJ, Lu PL, Chen YH, Pan HJ, Feng MC. Tuberculosis patient
disease knowledge, attitudes and behavioral intentions: the impact of
individualized counseling. Hu Li Za Zhi. 2011. Available on :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22113633, accessed on: 26th
September 2012
4. Buregyeya E, Kulane A, Colebunders R, Wajja A, Kiguli J, Mayanja
H, Musoke P, Pariyo G, Mitchell EM. Tuberculosis knowledge, attitudes
and health-seeking behaviour in rural Uganda. Int J Tuberc Lung
Dis. 2011. Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21682968
accessed on: 26th September 2012
5. Mushtaq MU, Shahid U, Abdullah HM, Saeed A, Omer F, Shad MA,
Siddiqui AM, Akram J. Urban-rural inequities in knowledge, attitudes and
practices regarding tuberculosis in two districts of Pakistan's Punjab
province. Int J Equity Health. 2011. Available on:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21294873 accessed on : 29th
September 2012
6. Gilpin C, de Colombani P, Hasanova S, Sirodjiddinova U. Exploring TB-
Related Knowledge, Attitude, Behaviour, and Practice among Migrant
Workers in Tajikistan. Tuberculosis research and treatment. 2011.
59
Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22567266 accessed
on: 30th October 2012
7. Qureshi SA, Morkve O, Mustafa T. Patient and health system delays:
health-care seeking behaviour among pulmonary tuberculosis patients in
Pakistan. J Pak Med Assoc. 2008. Available on:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18988391 accessed on: 30th
September 2012
8. Hoa NP, Chuc NT, Thorson A. Knowledge, attitudes, and practices about
tuberculosis and choice of communication channels in a rural community
in Vietnam. Health Policy. 2009. Available on:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18835056 accessed on: 1st October
2012
9. Ottmani S, Obermeyer Z, Bencheikh N, Mahjour J. Knowledge, attitudes
and beliefs about tuberculosis in urban Morocco. East Mediterr Health J.
2008. Available on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18561721
accessed on: 1st October 2012
10. Amara B, El Ghazi K, Rahimi H, Elbiaze M, Nejjari C, Chakib Benjelloun
M. Attitudes and knowledge about smoking among Moroccan physicians
looking after patients with tuberculosis. Rev Mal Respir. 2008. Available
on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18535524 accessed on: 1st
October 2012
11. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar dI Puskesmas
2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI ; 2008.p 234-37.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.; 2011.
13. Sudoyo Aru,et al. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 4 th
Edition. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI;
2006 .p. 988-994.
14. Halim D. Tuberkulosis Paru. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Penerbit
Hipokrates; 2000. p. 93-154.
60
15. Yoga , Chandra. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta : Penerbitan FKUI; 2006. p. 1-30.
16. Crofton J. Tuberkulosis Klinis.London; Macmillan Education Ltd; 2001.
p. 1-204.
17. Ardianto F, Puji E. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perilaku
Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga.
Jurnal STIKES RS Baptis. 2010. Available on:
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18440
accessed on : 31 Oktober 2012.
18. Graber M. Buku Saku Dokter Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006. p. 733-35.
19. Mubin H. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis Terapi. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. p. 205-08.
20. Mtha P. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Pencegahan Penularan TBC Pada Mahasiswa Di Asrama Manokwari
Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2009. Available on:
http://www.journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/view/549 accessed on:6th
October 2012.
61
LAMPIRAN
1. KUESIONER
PENGARUH PERILAKU
I. IDENTITAS
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PENGOBATAN BULAN KE :
ALAMAT :
PENDIDIKAN:
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Akademi / Universitas KODE:
PEKERJAAN:
a. Ibu rumah tangga
b. Karyawan/karyawati
c. PNS
d. Wiraswasta
e. Lain-lain KODE:
PENGHASILAN:
a. <1.000.000,-
b. 1.000.000,- hingga 2.000.000.-
c. >2.000.000,- KODE:
62
JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA
a. 1-3 orang
b. 3-5 orang
c. >5 orang KODE:
II. DATA KHUSUS
PENGETAHUAN KODE
DEFINISI
1. Apakah anda tahu penyakit Tuberkulosis (TB) Paru ?
a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Menurut anda apa yang dimaksud dengan TB Paru?
a. Penyakit batuk berdahak bercampur darah
b. Penyakit batuk-batuk akibat merokokok
c. Batuk dengan gatal di tenggorokan
3. Menurut anda apakah penyebab penyakit TB Paru?
a. Kuman atau bakteri
b. Debu, asap, dan udara kotor
c. Guna-guna
4. Menurut anda bagaimana tanda-tanda/gejala penyakit TB Paru?
a. Batuk berdahak lebih dari tiga (3) minggu, bercampur darah,
sesak nafas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun
tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan.
b. Batuk yang disertai demam.
c. Batuk dengan gatal di tenggorokan
63
PENCEGAHAN
5. Menurut anda penularan TB paru dapat menular kepada anggota
keluarga lain karena :
a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita TB
b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita TB
c. Sudah ada dari kandungan
6. Menurut anda penularan TB Paru melalui:
a. Udara
b. Pakaian
c. Makanan/minuman
7. Menurut anda penakit TB paru dapat menular apabila :
a. Tidur sekamar dengan penderita TB
b. Tidak tidur sekamar dengan penderita TB
c. Tidur beramai-ramai
8. Menurut anda cara terbaik untuk menghindari penularan orang
lain adalah:
a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah
di sembarang tempat
b. Tidak meludah di sembarang tempat
c. Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah
di sembarang tempat
9. Menurut anda untuk mencegah penularan penyakit TB melalu
lantai:
a. Tidak meludah sembarangan di lantai, membersihkan dan
mendesinfektan lantai dengan karbol atau pembersih lantai
b. Tidak meludah di lantai dan membersihkan lantai dengan
cara disapu
c. Tidak tahu
10. Menurut anda bagaimanakah lantai rumah yang baik?
a. Kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan
mudah dibersihkan
64
b. Mudah dibersihkan dan tidak licin
c. Terbuat dari keramik
11. Menurut anda dalam satu kamar cukup untuk berapa orang?
a. 2 orang dewasa
b. 3 orang dewasa
c. 4 orang dewasa
12. Menurut anda apakah fungsi ventilasi?
a. Tempat keluar masuknya udara segar sehingga ruangan tidak
pengap dan sedar
b. Agar ruangan tidak bau
c. Tidak ada fungsi
13. Menurut anda udara yang masuk ke ruangan rumah sebaiknya
a. Harus bersih tidak dicemari oleh asap dari pembakaran
sampah dan pabrik, dari knalpot kenderaan dan debu
b. Yang penting tidak bau dan tidak pengap
c. Yang penting udara bisa masuk
14. Menurut anda manfaat sinar matahari pagi terhadap ruangan
rumah adalah:
a. Mematikan bakteri (kuman) dan mikroorganisme lain yang
terdapat di lingkungan dan dapat menghambat
perkembangbiakan kuman
b. Untuk penderangan
c. Tidak ada manfaatnya
15. Menurut anda bagaimanakah pencahayaan alami ruangan yang
memenuhi syarat?
a. Terang, dapat menerangi seluruh dalam ruangan dan
menyebar merata
b. Terang dan hanya menerangi sebagian ruangan saja
c. Remang-remang
16. Menurut anda penyakit TB dapat dicegah dengan imunisasi?
a. Ya, dengan imunisasi BCG
65
b. Ya, dengan imunisasi apa saja
c. Tidak bisa dicegah dengan imunisasi
PENGOBATAN
17. Menurut anda bagaimana hubungan pengobatan TB paru dengan
gizi?
a. Pengobatan TB akan semakin baik dengan gizi yang baik
b. Pengobatan TB hanya sedikit dipengaruhi oleh gizi yang
baik
c. Tidak ada pengaruh selama makan obat
18. Menurut anda penyakit TB dapat disembuhkan melalui:
a. Pengobatan teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan
perubahan perilaku
b. Berobat kalau ada waktu
c. Dibiarkan saja
SIKAP DAN TINDAKAN KODE
A) OLAHRAGA
1. Apakah anda olah raga teratur?
a. 1-3 kali / minggu
b. 1 kali / minggu
c. Tidak
B) PENGATURAN VENTILASI DAN PENCAHAYAAN
2. Dengan melakukan perbaikan lingkungan misalnya dengan
membuat ventilasi dapat membantu mengurangi penularan
penyakit TB paru.
a. Setuju
66
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
3. Pencahayaan dengan sinar matahari harus masuk dalam
ruangan dan menyebar merata.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
4. Apakah anda lakukan dalam mengupayakan masuknya sinar
matahari pagi ke dalam rumah?
a. Membuat dan membuka jendela rumah setiap hari
b. Kadang-kadang membuka jendela rumah
c. Tidak pernah membuka jendela
5. Apakah yang anda lakukan untuk menghambat pembiakan
kuman TB di dalam kamar tidur?
a. Setiap hari membuka jendela kamar tidur
b. Kadang-kadang membuka jendela kamar tidur
c. Tidak pernah membuka jendela kamar tidur
C) MEROKOK
6. Apakah anda merokok?
a. Tidak
b. Jarang
c. Ya
D) MENUTUP MULUT/ MEMAKAI MASKER
7. Dengan menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dapat
menghindari penularan penyakit TB paru terhadap orang lain
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
8. Apa yang anda lakukan untuk menghindarkan penularan
penyakit TB paru
a. Menutup mulut/hidung saat bersin dan tidak meludah di
67
sembarang tempat
b. Mengisolasi diri tanpa perlu berobat sampai sembuh
c. Tidak tahu
E) MELUDAH DI TEMPATNYA
9. Tidak meludah di sembarangan tempat dapat menghindari
penularan penyakit TB terhadap orang lain.
10. Jika anda batuk berdahak, bagaimana cara anda membuang
dahak tersebut?
a. Menampungnya ke dalam tempat/wadah tertutup yang
berisi disinfektan
b. Membuang dalam selokan atau di jalanan
c. Menelan dahak tersebut
11. Apa yang anda lakukan sesudah membuang dahak?
a. Menyiram dahak tersebut dengan desinfektan/karbol
b. Menyiram dahak tersebut dengan air
c. Tidak melakukan apa-apa
F) MENJEMUR ALAT TIDUR
12. Apakah ada menjemur alat tidur alatan tidur?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
G) KEPATUHAN MINUM OBAT
13. Menurut anda di manakah orang mendapatkan pengobatan
TB paru selama ini?
a. Puskesmas/instansi kesehatan
b. Beli di toko obat/warung
c. Di dukun kampung
14. Apa anjuran yang anda lakukan dalam pengobatan TB paru?
a. Makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran petugas
kesehatan
68
b. Makan obat kalau ada waktu
c. Tidak makan obat
15. Penyakit TB paru dapat disembukan melalui pengobatan
teratur?
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
16. Apakah anda minum obat teratur selama pengobatan?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
17. Apakah ada kontrol teratur selama pengobatan?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
H) RIWAYAT KONTAK
18. Melalui penggunaan peralatan makan bersama dengan
penderita dapat menularkan penyakit TB paru.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
19. Kamar tidur hanya cukup untuk dua orang saja (maksimal)
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
20. Penyakit TB paru dapat menular apabila tidur sekamar
dengan penderita Tuberkulosis Paru.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
21. Saat anda sedang bersama bayi atau balita tanpa
69
menggunakan masker, apa yang anda lakukan?
a. Tidak dekat-dekat dengan bayi atau anak kecil tersebut
b. Tetap berada dekat dengan bayi atau anak kecil tersebut
c. Menggendong dan mencium bayi atau anak kecil tersebut
22. Apa anda lakukan pada peralatan makan anda?
a. Dipisahkan dari peralatan makan anggota keluarga yang
lain
b. Tidak dipisahkan dan bersatu dengan peralatan makan
yang lain
c. Dibiarkan saja
INFORMED CONSENT
70
Kami adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Trisakti, Jakarta
yang sedang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan antara Faktor
Perilaku dan Angka Kesembuhan Setelah Pengobatan Enam Bulan di Kecamatan
Pasar Minggu Tahun 2012 ”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu dan bapak
sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ibu dan bapak tidak bersedia
menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi ibu dan bapak serta
memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti penelitian ini.
Apabila ibu dan bapak setuju, maka kami mohon kesediaannya untuk
menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami
telah buat. Atas perhatian dan kesediaan ibu dan bapak menjadi responden, kami
mengucapkan terima kasih.
Jakarta, Oktober 2012
Peneliti,
71
PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi
responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum
Trisakti, Jakarta dengan judul penelitian” Hubungan antara Faktor Perilaku dan
Angka Kesembuhan Setelah Pengobatan Enam Bulan di Kecamatan Pasar
Minggu Tahun 2012 ”.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan
keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh
peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jakarta, Oktober 2012
Responden
………………………………..
( )
72
FREQUENCIES VARIABLES=umur /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Umur
N Valid 40
Missing 0
Mean 34.85
Std. Error of Mean 1.902
Median 36.00
Mode 40
Std. Deviation 12.027
Variance 144.644
Skewness .213
Std. Error of Skewness .374
Kurtosis -1.107
Std. Error of Kurtosis .733
Range 43
Minimum 17
Maximum 60
Sum 1394
Percentiles 25 25.00
50 36.00
75 44.00
73
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 17 1 2.5 2.5 2.5
18 1 2.5 2.5 5.0
19 2 5.0 5.0 10.0
20 1 2.5 2.5 12.5
21 2 5.0 5.0 17.5
22 2 5.0 5.0 22.5
25 3 7.5 7.5 30.0
26 1 2.5 2.5 32.5
27 3 7.5 7.5 40.0
28 1 2.5 2.5 42.5
31 2 5.0 5.0 47.5
35 1 2.5 2.5 50.0
37 1 2.5 2.5 52.5
38 1 2.5 2.5 55.0
40 4 10.0 10.0 65.0
42 2 5.0 5.0 70.0
43 1 2.5 2.5 72.5
44 3 7.5 7.5 80.0
46 1 2.5 2.5 82.5
47 1 2.5 2.5 85.0
50 2 5.0 5.0 90.0
52 1 2.5 2.5 92.5
54 1 2.5 2.5 95.0
55 1 2.5 2.5 97.5
60 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
74
FREQUENCIES VARIABLES=jenis_kelamin /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
jenis_kelamin
N Valid 40
Missing 0
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 26 65.0 65.0 65.0
perempuan 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=pekerjaan /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Pekerjaan
N Valid 40
Missing 0
75
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ibu rumah tangga 9 22.5 22.5 22.5
karyawan/karyawati 12 30.0 30.0 52.5
PNS 3 7.5 7.5 60.0
Wiraswasta 7 17.5 17.5 77.5
lain-lain 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Pekerjaan
N Valid 40
Missing 0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ibu rumah tangga 9 22.5 22.5 22.5
karyawan/karyawati 11 27.5 27.5 50.0
PNS 1 2.5 2.5 52.5
Wiraswasta 7 17.5 17.5 70.0
lain-lain 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=umur jenis_kelamin pendidikan /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS. p{color:0;font-family:Monospaced;font-size:14pt;font-style:normal;font-weight:normal;text-decoration:none}FREQUENCIES VARIABLES=pendidikan /NTILES=4 /PERCENTILES=25.0 50.0 75.0 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT /ORDER=ANALYSIS.
76
Frequencies
Statistics
Pendidikan
N Valid 40
Missing 0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sekolah 1 2.5 2.5 2.5
SD 9 22.5 22.5 25.0
SMP 9 22.5 22.5 47.5
SMA 17 42.5 42.5 90.0
akademi/universitas 4 10.0 10.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
CROSSTABS /TABLES=pengetahuan BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
77
pengetahuan * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
pengetahuan Kurang 1 4 5
Baik 1 34 35
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.707a 1 .100
Continuity Correctionb .301 1 .583
Likelihood Ratio 1.795 1 .180
Fisher's Exact Test .237 .237
N of Valid Cases 40
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan
(kurang / baik)
8.500 .441 163.885
For cohort kesembuhan =
tidak sembuh
7.000 .515 95.062
For cohort kesembuhan =
sembuh
.824 .529 1.281
N of Valid Cases 40
78
CROSSTABS /TABLES=meningkatkan_daya_tahan_tubuh BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
meningkatkan_daya_tahan_t
ubuh * kesembuhan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
meningkatkan_daya_tahan_tubuh * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
meningkatkan_daya_tahan_t
ubuh
kurang 1 10 11
sedang 0 9 9
baik 1 19 20
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .861a 2 .650
Likelihood Ratio 1.239 2 .538
N of Valid Cases 40
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,45.
79
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
meningkatkan_daya_tahan_t
ubuh (kurang / sedang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=pengaturan_ventilasi_dan_pencahayaan BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengaturan_ventilasi_dan_pe
ncahayaan * kesembuhan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
pengaturan_ventilasi_dan_pencahayaan * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
pengaturan_ventilasi_dan_pe
ncahayaan
kurang 2 3 5
sedang 0 9 9
baik 0 26 26
Total 2 38 40
80
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 14.737a 2 .001
Likelihood Ratio 9.151 2 .010
N of Valid Cases 40
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,25.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
pengaturan_ventilasi_dan_pe
ncahayaan (kurang / sedang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=merokok BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
merokok * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
81
merokok * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
merokok kurang 1 15 16
sedang 1 5 6
baik 0 18 18
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.719a 2 .257
Likelihood Ratio 2.993 2 .224
N of Valid Cases 40
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,30.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for merokok
(kurang / sedang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=menutup_mulut_jika_batuk_dan_bersin BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
82
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
menutup_mulut_jika_batuk_d
an_bersin * kesembuhan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
menutup_mulut_jika_batuk_dan_bersin * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
menutup_mulut_jika_batuk_d
an_bersin
sedang 1 3 4
baik 1 35 36
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.743a 1 .053
Continuity Correctionb .526 1 .468
Likelihood Ratio 2.244 1 .134
Fisher's Exact Test .192 .192
N of Valid Cases 40
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.
b. Computed only for a 2x2 table
83
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
menutup_mulut_jika_batuk_d
an_bersin (sedang / baik)
11.667 .574 237.200
For cohort kesembuhan =
tidak sembuh
9.000 .687 117.843
For cohort kesembuhan =
sembuh
.771 .437 1.362
N of Valid Cases 40
CROSSTABS /TABLES=meludah BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
meludah * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
meludah * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
meludah kurang 1 1 2
sedang 0 8 8
baik 1 29 30
Total 2 38 40
84
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.123a 2 .010
Likelihood Ratio 4.340 2 .114
N of Valid Cases 40
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,10.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for meludah
(kurang / sedang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=menjemur_alat_tidur BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
menjemur_alat_tidur *
kesembuhan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
85
menjemur_alat_tidur * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
menjemur_alat_tidur kurang 2 6 8
sedang 0 14 14
baik 0 18 18
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.421a 2 .015
Likelihood Ratio 6.884 2 .032
N of Valid Cases 40
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,40.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
menjemur_alat_tidur
(kurang / sedang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=kepatuhan_minum_obat BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
86
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kepatuhan_minum_obat *
kesembuhan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
kepatuhan_minum_obat * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
kepatuhan_minum_obat kurang 1 0 1
sedang 1 4 5
baik 0 34 34
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 23.158a 2 .000
Likelihood Ratio 10.877 2 .004
N of Valid Cases 40
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,05.
87
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
kepatuhan_minum_obat
(kurang / sedang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=kontak BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kontak * kesembuhan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
kontak * kesembuhan Crosstabulation
Count
Kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
kontak sedang 1 6 7
baik 1 32 33
Total 2 38 40
88
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.540a 1 .215
Continuity Correctionb .082 1 .775
Likelihood Ratio 1.177 1 .278
Fisher's Exact Test .323 .323
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,35.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kontak
(sedang / baik)
5.333 .292 97.485
For cohort kesembuhan =
tidak sembuh
4.714 .333 66.666
For cohort kesembuhan =
sembuh
.884 .649 1.203
N of Valid Cases 40
CROSSTABS /TABLES=sikapdantindakkan BY kesembuhan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikapdantindakkan *
kesembuhan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
89
sikapdantindakkan * kesembuhan Crosstabulation
Count
kesembuhan
Totaltidak sembuh sembuh
sikapdantindakkan tidak baik 2 2 4
Baik 0 33 33
3 0 3 3
Total 2 38 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 18.947a 2 .000
Likelihood Ratio 10.336 2 .006
N of Valid Cases 40
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,15.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
sikapdantindakkan (tidak baik
/ baik)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
CROSSTABS /TABLES=pengetahuan BY sikapdantindakkan /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
90
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan *
sikapdantindakkan
40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
pengetahuan * sikapdantindakkan Crosstabulation
Count
sikapdantindakkan
Totaltidak baik baik 3
pengetahuan kurang 2 3 0 5
baik 2 30 3 35
Total 4 33 3 40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.922a 2 .052
Likelihood Ratio 4.490 2 .106
N of Valid Cases 40
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,38.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for pengetahuan
(kurang / baik)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
91
Nama umur j.kel pddkn tngng pkjn pngth skptdknRGY 55 2 B b e 1 1SF 19 1 D a e 3 2EW 44 1 D b b 1 2MN 14 1 C b e 3 2E 44 1 D b b 3 2SPT 20 2 E a d 3 2KMH 27 1 E a d 3 2NA 25 1 D a d 3 2WW 40 1 C b d 3 2SKN 43 1 B a e 3 2MNR 40 1 B a e 3 2ANS 60 2 B c a 3 2FDL 25 1 D a b 3 2VK 21 2 C a a 3 2LLS 18 2 B b e 3 1IYN 44 2 C b a 3 2SNT 37 1 D c b 3 2NSH 28 2 D a d 1 2MG 52 2 B a a 3 2ARF 35 1 C b b 3 2MNS 40 1 A b e 1 2HNP 40 1 E c c 3 2AVN 26 1 D b b 3 2SAP 46 1 B b c 3 2DNT 50 1 D b d 3 2JAN 50 1 D b d 3 2SDK 22 1 D a b 3 2RHMN 31 1 C a e 3 2SGT 38 2 B a a 3 1UWS 31 1 D b a 3 2DNN 27 1 C d a 3 2RBT 47 1 D d b 3 2WWN 42 2 C a a 3 2ARO 27 1 E b b 3 2ANY 21 2 D a a 3 2KSH 19 2 D a b 3 2AMR 22 2 D a b 3 3ARN 42 1 C b e 1 1ABD 54 1 B b c 3 3STP 25 2 D a b 3 3
92
d.tbh vntls merokokmntp mlt meludah mjmur
mnm obt kontak ksmbhn
1 1 1 2 1 1 1 2 03 3 3 3 2 2 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 2 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 11 3 1 3 2 2 3 3 11 3 1 3 3 3 3 3 11 3 3 3 2 2 3 3 13 3 2 3 3 3 3 3 11 2 3 3 2 3 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 11 3 1 3 2 1 3 3 13 3 1 3 3 2 3 3 13 3 1 3 3 1 3 3 11 3 1 3 2 1 3 3 11 3 3 3 2 1 3 3 12 2 2 3 3 3 3 3 12 1 3 3 3 3 3 3 13 3 1 3 3 2 2 3 13 3 3 3 1 3 3 3 13 3 1 3 3 1 2 3 13 2 1 3 3 3 3 3 13 1 2 3 3 3 3 3 13 3 1 3 3 3 3 2 12 2 3 3 3 3 3 3 13 3 1 3 3 2 2 3 13 1 2 3 3 1 2 3 03 2 1 3 3 2 3 3 13 3 1 2 3 3 2 3 12 3 3 2 2 1 3 2 13 1 2 3 3 3 3 2 12 2 1 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 2 3 2 12 2 3 3 3 2 3 3 13 2 3 2 3 2 3 3 12 2 1 3 3 2 3 3 12 3 2 3 3 2 3 2 13 3 3 3 3 2 3 2 1
93