ikm penelitian dbd

65
SKRIPSI OKTOBER 2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMAHAN BANDAR BARU UDA, JOHOR, MALAYSIA Disusun Oleh: Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam C111 10 844 Dosen pembimbing: Dr. dr. Sri Ramadhany, M. Kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: luqmanul-hakim-junaidden

Post on 21-Nov-2015

156 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penelitian DBD

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    OKTOBER 2014

    GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN

    KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI

    PERUMAHAN BANDAR BARU UDA, JOHOR, MALAYSIA

    Disusun Oleh:

    Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam

    C111 10 844

    Dosen pembimbing:

    Dr. dr. Sri Ramadhany, M. Kes

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • PANITIA SIDANG UJIAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    Skripsi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

    Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Perumahan Bandar Baru

    Uda JB, Malaysia

    telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian

    Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin pada :

    Hari/Tanggal : Rabu / 29 Oktober 2014

    Waktu : 10.00 Wita

    Tempat : Ruang Seminar PB.622 IKM&IKK FK UNHAS

    Ketua Tim Penguji :

    (Dr dr. Sri Ramadhnay, M.Kes )

    Anggota Tim Penguji :

    (Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc) (dr. M. Rum Rahim, M.Sc)

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar hasil di Bagian Ilmu Kesehatan

    Masyarakat dan Ilmu kedokteran Komunitas Fakultas kedokteran Universitas

    Hasanuddin dengan judul:

    GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN

    KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI

    PERUMAHAN BANDAR BARU UDA JB, MALAYSIA

    Hari/Tanggal : Rabu / 29 Oktober 2014

    Waktu : 10.00 Wita

    Tempat :Ruang Seminar PB.622 IKM&IKK FK

    UNHAS

    Makassar, 29 Oktober

    2014

    Pembimbing :

    (Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes )

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    Proposal Penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga

    Tentang Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Perumahan Bandar

    Baru Uda, JB, Malaysia.

    oleh Nama: Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam Stambuk : C 111 10 844

    Telah disetujui untuk dibacakan pada Seminar Proposal di Bagian Ilmu Kesehatan

    Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas

    Hasanuddin Makassar Pada :

    Hari / tanggal : Kamis / agustus 2014

    Pukul : 10.00 Wita

    Tempat : Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas

    Makassar, agustus 2014

    Mengetahui,

    Pembimbing I

    Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN

    HALAMAN PERSETUJUAN CETAK

    KATA PENGANTAR

    ABSTRAK

    DAFTAR

    ISI..i

    DAFTAR

    GAMBAR...iv

    DAFTAR

    TABELv

    BAB I: PENDAHULUAN

    1.1: Latar

    belakang.......1

    1.2: Rumusan

    masalah.3

    1.3: Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan

    Umum...................4

    1.3.2 Tujuan

    Khusus..4

    1.4: Manfaat

    Penelitian..4

    BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.1:

    Pengetahuan.........5

    2.1.2:

    Sikap....6

    2.1.3:

    Tindakan..7

  • 2.2: Tinjauan Umum DBD

    2.2.1:

    Definisi.8

    2.2.2:Etiologi....8

    2.2.3: Faktor-Faktor peningkatan Kasus DBD.9

    2.2.4: Patofisiologi.11

    2.2.5: Tanda dan Gejala.13

    2.2.6: Diagnosis..14

    2.2.7: Penatalaksanaan...15

    2.2.8: Komplikasi dan Prognosis...17

    2.2.9: Pencegahan..17

    2.2.10: Pemberantasan Jentik.....19

    BAB 3: KERANGKA KONSEP

    3.1: Kerangka Konsep..22

    3.2: Definisi Operasional.23

    3.3: Cara Ukur

    3.3.1: Pengetahuan.23

    3.3.2: Sikap.24

    3.3.3.: Tindakan..24

    BAB 4: METODOLOGI PENELITIAN

    4.1: Jenis Penelitian..25

    4.2: Tempat dan waktu Penelitian25

    4.3: Populasi dan Sampel

    4.3.1: Populasi25

    4.3.2: Sampel..25

    4.3.3: Besar Sampel....26

    4.3.4: Jenis dan Cara Pengumpulan Data...26

  • 4.4: Managemen Data

    4.4.1: Teknik Pengumpulan Data...27

    4.4.2: Pengolahan Data..27

    4.4.3: Analisis Data28

    BAB 5: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1: Hasil

    5.1.1: Gambaran umum daerah penelitian.29

    5.1.2: Karakteristik dasar resnponden penelitian...29

    5.1.3: Pengetahuan responden31

    5.1.4: Sikap responden...33

    5.1.5: Tindakan responden.34

    5.2: Pembahasan

    5.2.1: Karakteristik responden penelitian...35

    5.2.2: Pengetahuan.36

    5.2.3: Sikap.37

    5.2.4: Tindakan...38

    BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1: Kesimpulan...39

    6.2: Saran.....39

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1: Tabel 10 terbesar penyakit menular di Malaysia tahun 2010, 2011

    Gambar 1.2: Jumlah kasus yang terjangkit demam berdarah dengue dan

    meninggal menurut provinsi tahun 2013 dan 2014

    Gambar 2.1: Pedoman pengobatan DBD kelas 1 dan 2

    Gambar 3: Skema kerangka konsep penelitian

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1. Definisi Operasional

    Tabel 5.1. Distribusi karakteristik responden menurut pendidikan terakhir

    Tabel 5.2. Distribusi karakteristik responden menurut pekerjaan

    Tabel 5.3. Distribusi karakteristik responden menurut sumber yang diperoleh

    tentang DBD

    Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat pengetahuan responden

    mengenai DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB

    Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan presentasi pengetahuan responden tiap

    pertanyaan pengetahuan mengenai DBD

    Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentasi kategori sikap responden mengenai

    DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB.

    Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan presentasi sikap responden mengenai DBD

    berdasarkan jawaban tiap pernyataan

    Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan responden

    mengenai DBD di

    perumahan Bandar Baru Uda JB

    Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan mengenai DBD

    berdasarkan jawaban tiap pernyataan

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner

    Lampiran 2 Microsoft Excel

    Lampiran 3 SPSS

    Lampiran 4 Lembar Persetujuan Seminar Proposal

    Lampiran 5 Surat Kepada Penghulu Perumahan Bandar Baru Uda

    Lampiran 6 Surat Penugasan Ujian

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadrat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

    Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan

    skripsi ini hingga selesai. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi

    persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada

    Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

    Kedokteran Universitas Hasanuddin.

    Atas berkat dan rahmatNya pulalah disertai usaha yang sungguh-sungguh, doa,

    ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan pengalaman selama masa

    Kepaniteraan Klinik serta dengan arahan dan bimbingan dokter pembimbing, maka

    skripsi yang berjudul GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN

    TINDAKAN KELUARGA TERHADAP DBD DI PERUMAHAN BANDAR BARU

    UDA JB, MALAYSIA dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

    Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ilmiah ini,

    memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus

    terutama kepada Dr. dr. Sri Ramadhany, M.kes selaku dosen pembimbing yang telah

    banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi dan

    bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan

    merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar lebih baik. Penulis juga

    mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada beliau yang disela-

    sela kesibukan beliau masih berkenan membimbing, berdiskusi dan mengarahkan

    penulis selama proses penyusunan ini hingga selesai.

    Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin

    terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh itu ucapan terima kasih yang sebesar-

    besarnya, juga saya sampaikan kepada:

  • 1. Kepala bagian dan seluruh staf dosen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

    Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

    Makassar.

    2. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

    3. Penghulu kampung dan pihak yang terlibat di perumahan Bandar Baru Uda

    Johor yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya

    perlukan;

    4. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan dukungan

    materil dan moral;

    5. Teman-teman sesame dokter muda seminggu penulis di Bagian IKM-IKK

    6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak

    dapat saya sebutkan satu persatu

    Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan

    kelemahannya, hal ini disebabkan kerana terbatasnya kemampuan dan pengetahuan

    yang dimiliki, untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran

    dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga penelitian

    ini dapat memberi manfaat yang besar serta kontribusi untuk penelitian-penelitan

    selanjutnya dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati dan melindungi kita

    semua. Terima kasih.

    Makassar, Oktober 2014

    Penulis

  • Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Dan Ilmu Kedokteran Komunitas

    Skripsi, September 2014

    ABSTRAK

    Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam (C 111 10 844)

    Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes

    Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Tentang

    Demam Berdarah Dengue Di Perumahan Bandar Baru Uda, JB, Malaysia

    Latar Belakang: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah utama

    penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau

    incidence rate DBD meningkat dengan pesat di seluruh dunia. Diperkirakan 50 juta

    orang yang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang

    tinggal di daerah endemic DBD. Di Malaysia sendiri penyakit DBD masih mempunyai

    incidence rate (IR) yang tinggi yaitu 45.6 per 100.000 penduduk untuk tahun 2011. Di

    daerah Johor sendiri terdapat peningkatan jumlah kasus dengue dari tahun 2013

    sehingga tahun 2014. Sejumlah 2,765 kasus yang didapatkan pada tahun 2013 dan

    4,055 kasus dengue pada tahun 2014. Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit

    DBD, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku keluarga.

    Tujuan dan Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat

    pengetahuan, sikap dan tindakan tentang DBD pada keluarga di salah satu perumahan

    di Johor yaitu Bandar Baru Uda. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar

    sampel sebanyak 100 orang yang tinggal di perumahan Bandar Baru Uda dan

    memenuhi kriteria pemilihan sampai minimal jumlah sampel yang diperlukan

    terpenuhi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 September sampai 12 Oktober 2014

    dan instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 7 item pertanyaan

    tentang pengetahuan, 5 item tentang sikap dan 5 item tentang tindakan. Variabel yang

    diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.

  • Hasil. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan adalah

    baik 62%, dengan sebagian besar berpendidikan Degree 50%. Didapatkan sikap yang

    paling banyak dari responden termasuk kategori positif 83% dan tindakan responden

    terbanyak termasuk dalam kategori salah 79%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

    rata-rata keluarga di perumahan Bandar Baru Uda mempunyai tingkat pengetahuan

    yang baik, bersikap positif dan tindakan salah.

    Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, DBD, Keluarga

  • Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Dan Ilmu Kedokteran Komunitas

    Skripsi, October 2014

    ABSTRAK

    Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam (C 111 10 844)

    Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes

    Study of Knowledge, Attitude and Practice in Family about Dengue Hemorrhagic

    Fever in the residential area of Bandar Baru Uda, JB, Malaysia

    Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is the main problem of communicable

    diseases in various parts of the world. During the first decade of the incidence, incidence

    rate of dengue fever is rapidly increasing throughout the world. An estimated 50 million people

    infected with dengue each year, and 2.5 billion (one fifth of the world population) people live

    in dengue endemic areas. In Malaysia the dengue disease incidence rate (IR) is high with

    IR 45.6 per 100,000 population for the year 2011. In Johor itself, there is increment

    number of dengue case from the year 2013 to 2014. In 2013, the number of dengue

    case is 2,765 and in year 2014 the number of dengue case is 4,055. To be able prevent

    dengue, one of the influencing factor is family.

    Objective: The objective of this study is to determine the knowledge, attitude and

    behaviour level of DHF aiming families in residential area of Bandar Baru Uda Johor.

    This research method is descriptive with sample size of 100 people that live in Bandar

    Baru Uda and meet the selection criteria until the required sample size is met. This research

    was conducted from 29 September until 12 October 2014 and data were collected by

    using questionnaires that contain of 7 questions to test the knowledge, 5 questions to

    test the attitude and 5 questions to test the practices. The variables in this research are

    knowledge, attitude and practice.

    Results: The results of this study showed the majority of respondents had knowledge

    level of good 62% with most of them are degree educated 50%. Attitude level obtained

    by most of the respondents fall in the category of positive 83% and as for practice most

    respondents are in the wrong category 79%. Conclusion from this reaserach is the

    level of knowledge is good, attitude is positive and practice is wrong in family. Hence,

    from the results of this research, government and health centers should increase the

    societys level of practice through effective activities

    Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, DHF, Family

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih merupakan masalah

    kesehatan yang cukup serius di negara-negara berkembang tropis. Angka kejadian

    demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) meningkat secara signifikan pada

    beberapa tahun terakhir. Malaysia menggesa secretariat WHO dan negara-negara

    anggota untuk memberikan perhatian khas kepada penyakit demam Denggi yang

    didapati telah meningkat dengan secara mendadak sejak 50 tahun yang lalu di seluruh

    dunia. Wabak denggi kini telah menyebar ke lebih dari 100 Negara dengan peningkatan

    dua kali lipat jumlah kasus yang dilaporkan kepada WHO iaitu dari 1.2 juta pada tahun

    2008 kepada 2.3 juta pada 2010. Statistik WHO menganggarkan lebih 40% daripada

    penduduk dunia terdedah kepada risiko penyakit Denggi. Di Malaysia, rata-rata 5000

    kasus dilaporkan kasus DBD setiap tahun pada awal tahun 1990. Angka kejadian juga

    menunjukkan tren yang meningkat dari 44,3 kasus / 100.000 penduduk pada tahun

    1999 menjadi 181 kasus / 100.000 penduduk pada tahun 2007 (1)

    Denggi disebabkan oleh virus flavivirus yang mempunyai 4 serotip (DEN1,2,3 dan

    4) yang menular melalui gigitan nyamuk Aedes betina. Dianggarkan 20% kes Denggi

    adalah asimptomatik dan bagi kes yang bersimptom, presentasi boleh dalam DD, DDB

    dan DSS dan kematian selalunya berlaku akibat daripada DDB atau DSS. Seorang

    boleh dijangkiti Denggi lebih daripada sekali dalam hidupnya, jangkitan daripada satu

    jenis serotip tidak memberi perlindungan kepada jangkitan serotip yang lain. Majoriti

    daripada kes yang dilaporlan berlaku di kawasan bandar dan maklumat pemantauan

    vektor mendapati 80% lokaliti yang wabak mempunyai indeks pembiakan Aedes yang

    melebihi paras sensitif. Pembiakan dalam rumah masih tinggi yang didapati tidak

    diambil perhatian oleh penghuni. Di luar rumah selain daripada kebersihan persekitaran

    yang tidak bersih, sistem pelupusan sampah yang tidak teratur juga menyebabkan

    tempat-tempat pengumpulan sampah menjadi tempat pembiakan nyamuk Aedes. (2)

  • Gambar 1.1 dan 1.2 menunjukkan di Malaysia, penyakit DBD masih mempunyai

    incidence rate (IR) yang tinggi yaitu 45.6 per 100.000 penduduk untuk tahun 2011. Di

    daerah Johor sendiri terdapat peningkatan jumlah kasus dengue dari tahun 2013

    sehingga tahun 2014. Sejumlah 2,765 kasus yang didapatkan pada tahun 2013 dan 4055

    kasus dengue pada tahun 2014. (3)

    Sejumlah 90 lokaliti wabak yang masih aktif dilaporkan di 6 negeri iaitu 40 lokaliti

    di Selangor, 26 lokaliti di Johor, 21 lokaliti di WP Kuala Lumpur & Putrajaya dan

    masing-masing 1 lokaliti di Perak, Terengganu dan Sabah. Jika tiada tindakan daripada

    masyarakat dan semua pihak berkenaan, kes serta kematian denggi akan terus

    meningkat di Malaysia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka

    pencegahan yang dapat dilakukan adalah manejemen lingkungan tempat tinggal terkait

    pengkontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia. Kawalan dan

    pencegahan Denggi adalah tanggungjawab semua pihak termasuk ahli masyarakat itu

    sendiri. Perumahan Bandar Baru Uda adalah di antara tempat tinggal yang mempunyai

    angka kejadian DBD yang tinggi di Johor Bahru. Namun, belum ada penelitian yang

    dilakukan terkait gambaran pengetahuan sikap dan tindakan masyarakat mengenai

    DBD pada perumahan Bandar Baru Uda. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian ini. (1)

  • Gambar 1.1: Tabel 10 besar penyakit menular di Malaysia tahun 2010, 2011 (3)

  • Gambar 1.2: Jumlah kasus yang terjangkit demam berdarah dengue dan meninggal

    menurut provinsi tahun 2013 dan 2014 (2)

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah belum diketahuinya tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan

  • keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor Bahru terhadap penyakit Demam

    Berdarah Dengue.

    1.3 Tujuan penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

    keluarga di perumahan Bandar Baru Uda Johor Bahru terhadap penyakit Demam

    Berdarah Dengue.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui distribusi pengetahuan mengenai penyakit Demam Berdarah

    Dengue pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor

    2. Mengetahui distribusi sikap mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue pada

    keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor

    3. Mengetahui distribusi tindakan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue

    pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas

    kesehatan setempat maupun dalam upaya penanggulangan masalah DBD di

    perumahan Bandar Baru Uda dan wilayah Johor Bahru pada umumnya.

    2. Sebagai tambahan ilmu, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

    melakukan penelitian kesehatan umumnya, dan terkait tentang DBD.

    3. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

    penelitian mengenai kasus DBD

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 LANDASAN TEORI

    2.1.1 Pengetahuan (4)

    Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam

    melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

    tindakan seseorang (overt behaviour). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh

    seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam

    tingkatan yaitu:

    1. Tahu (Know)

    Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa

    orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

    mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

    2. Memahami (Coprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

    Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek

    yang dipelajari.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

    dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

    4. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek

    ke dalam komponen komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut

    dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  • 5. Sintesis (Syntesis)

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

    kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari

    formulasi-formulasi yang ada.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi penelitian

    terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

    yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

    2.1.2 Sikap (4)

    Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

    stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

    dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Tingkatan Sikap, terdiri

    dari berbagai tingkatan, sebagai berikut:

    1. Menerima (receiving)

    Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

    objek.

    2. Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

    diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

    pertanyaan atau

    mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, dalah

    berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

    3. Menghargai (valuating)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah

    suatu indikasi dari sikap menghargai

    4. Bertanggung jawab (responsible)

  • Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala

    resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    Indikator Sikap Terhadap Kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,

    antara lain:

    a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

    Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau tanda-tanda

    penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya.

    b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

    Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara

    (berprilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap

    makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan sebagainya.

    c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

    Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya

    terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan

    limbah, polusi dan sebagainya.

    2.1.3 Tindakan (4)

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap

    menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

    memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan:

    a. Persepsi

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

    diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

    b. Respon terpimpin

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

    contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua

    c. Mekanisme

    Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

    atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek

    tingkat tiga.

  • d. Adopsi

    Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

    baik.

    Indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni:

    1. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

    Tindakan atau perilaku ini mencakup, antara lain:

    a) Pencegahan penyakit, mengimunisasi anaknya, melakukan pengurasan bak

    seminggu sekali dan sebagainya dan

    b) Penyembuhan penyakit, minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan

    anjuran-anjuran dokter dan sebagainya.

    2. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

    Tindakan atau perilaku ini mencakup, antara lain:

    a) Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,

    b) Olah raga secara teratur,

    c) Tidak merokok dan sebagainya.

    3. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

    Tindakan atau perilaku ini mencakup, antara lain:

    a) Membuang air besar di jamban (WC),

    b) Membuang sampah pada pada tempatnya,

    c) Menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.

    2.2 Tinjauan umum DBD

    2.2.1 Definisi

    Infeksi virus dengue menyebabkan suatu spektrum penyakit, dimulai dari tanpa

    gejala, demam ringan yang tidak khas sehingga demam berdarah klasik (DF) dan

    demam dengue dengan manifestasi pendarahan, atau demam berdarah dengue (DBD)

    dan sindroma syok dengue (DSS). Klasifikasi demam berdarah yang parah dipersulit

    oleh adanya variasi dalam presentasi klinis, dikarenakan patofisiologi yang mendasari

    dengue tersebut mungkin berbeda. (5)

  • 2.2.2 Etiologi

    Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue (DENV), RNA virus yang

    berantai tunggal (sekitar 11 kilobases panjang) dengan nukleokapsid ikosahedral dan

    ditutupi oleh amplop lipid. Virus ini termasuk dalam keluarga Flaviviridae, genus

    Flavivirus, dan virus tipe-spesifik adalah yellow fever. (6)

    Virus dengue memiliki empat serotipe antigen terkait tetapi berbeda: DENV-1,

    DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Studi genetik dari strain liar menunjukkan bahwa 4

    serotipe berevolusi dari satu nenek moyang pada populasi primata sekitar 1000 tahun

    yang lalu dan kesemua 4 serotipe ini menyebar dalam siklus penularan perkotaan

    manusia 500 tahun yang lalu di Asia atau Afrika. Pada tahun 1944, Albert Sabin

    melakukan diferensiasi terhadap virus ini. Setiap serotipe diketahui mempunyai

    genotipe yang beragam. Keparahan penyakit dipengaruhi oleh genotipe dan serotipe

    virus, dan urutan dari infeksi dengan serotipe yang berbeda. Tinggal di daerah endemik

    daerah tropis (atau panas, iklim lembab seperti Amerika Serikat bagian selatan), di

    mana vektor nyamuk berkembang merupakan faktor risiko utama untuk terinfeksi.

    Urbanisasi yang tidak dirancang dengan baik serta ledakan pertumbuhan populasi

    manusia di dunia menyebabkan nyamuk mempunyai kontak yang lebih dekat dengan

    manusia di sekitarnya. (6)

    2.2.3 Faktor peningkatan kasus DBD

    Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk peningkatan dramatis dan

    munculnya epidemi dengue dan DBD, masing-masing, sebagai masalah kesehatan

    masyarakat global dalam 17 tahun terakhir sangat kompleks dan tidak sepenuhnya

    dipahami.Namun, pemulihan tampaknya terkait erat dengan perubahan demografi dan

    sosial dari 50 tahun terakhir. Dua faktor penting adalah pertumbuhan penduduk yang

    belum pernah terjadi sebelumnya dan urbanisasi yang tidak terencana dan tidak

    terkendali, terutama di negara-negara tropis yang sedang berkembang. Kepadatan

    perumahan yang tidak standar, buruk, kerusakan limbah dan sistem pengelolaan

    sampah yang bersangkutan dengan urbanisasi yang tidak terencana memiliki kondisi

  • ideal untuk transmisi vektor nyamuk penular penyakit di pusat-pusat perkotaan tropis.

    (7)

    Faktor ketiga adalah kurangnya pengendalian nyamuk yang efektif di daerah

    endemik dengue. Selama 25 tahun terakhir ini, penekanan hanya diberikan kepada

    langkah pencegahan pembiakan nyamuk dengan cara penyemprotan (fogging).

    Namun, langkah ini sudah tidak efektif lagi dalam usaha membunuh nyamuk dewasa.

    Selain itu, distribusi geografis dan populasi kepadatan A. aegypti meningkat, terutama

    di daerah perkotaan daripada daerah tropis. Hal ini adalah karena adanya peningkatan

    jumlah habitat larva nyamuk di lingkungan rumah seperti plastik terbiodegradasi dan

    ban bekas, sekaligus menyumbang dalam peningkatan prevalensi penyakit dengue

    selama periode ini. (7)

    Faktor keempat yang bertanggung jawab atas terjadinya dengue di seluruh

    dunia adalah berlaku peningkatan dalam jumlah penduduk dunia yang sering

    berpergian lewat udara. Hal ini merupakan mekanisme yang ideal sebagai satu bentuk

    penyebaran dengue dan patogen lainnya ke pusat-pusat populasi perkotaan seluruh

    dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1994, sekitar 40 juta orang meninggalkan Amerika

    Serikat lewat udara, lebih dari 50% dari mereka yang bepergian untuk bisnis atau

    liburan ke negara-negara tropis di mana demam berdarah adalah endemik. Banyak

    wisatawan terinfeksi saat mengunjungi daerah tropis,tetapi mulai menunjukkan gejala

    setelah pulang ke rumah, sehingga terjadinya gerakan konstan dari infeksi virus dengue

    terhadap manusia di seluruh dunia dan menyumbang kepada infeksi berulang dengan

    strain dan serotipe virus yang baru. (7)

    Faktor kelima yang telah berkontribusi terhadap peningkatan epidemi demam

    berdarah adalah penurunan infrastruktur kesehatan masyarakat di sebagian besar

    negara selama 30 tahun terakhir. Kekurangan sumber telah menyebabkan penurunan

    dahsyat dalam melahirkan spesialis terlatih yang dapat mengembangkan program-

    program yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian vector-borne diseases.

  • Seiring dengan perubahan ini telah terjadi dalam kebijakan kesehatan masyarakat,rata-

    rata kini lebih menekankan respon darurat terhadap epidemi dengan menggunakan

    metode pengendalian nyamuk yang berteknologi tinggi berbanding pencegahan wabah

    dengan cara membasmi sumber larva melalui kesehatan lingkungan yang telah terbukti

    lebih efektif. (7)

    2.2.4 Patofisiologi

    Demam berdarah adalah penyakit disebabkan oleh 1 dari 4 virus terkait namun

    berbeda dari segi serotipe yang ditularkan oleh nyamuk. Infeksi dengan satu serotipe

    dengue menyebabkan seseorang mempunyai imunitas homotipik untuk seusia hidup

    dan kekebalan heterotypic parsial dalam waktu yang sangat singkat, tetapi setiap

    individu pada akhirnya dapat terinfeksi oleh semua serotipe 4. Beberapa serotipe yang

    berbeda mungkin terdapat dalam suatu wilayah selama terjadinya epidemik. (6)

    Nyamuk Aedes telah beradaptasi dengan baik dalam lingkungan tempat tinggal

    manusia. Mereka seringkali berkembang biak di sekitar tempat yang terdapatnya

    genangan air yang kecil dan biasanya ditemukan di ban bekas atau wadah kecil lainnya

    yang dibuang oleh manusia. Manusia adalah inang yang paling mereka gemari.

    Nyamuk Aedes betina mencari makanan pada siang hari. Gigitannya sering kali tidak

    disadari dan mereka lebih cenderung menghisap darah di bagian badan seperti belakang

    leher dan pergelangan kaki. Nyamuk ini sering mudah terganggu ketika sedang

    menghisap darah dan akan berpindah ke mangsa yang lain. Hal inilah yang

    memungkinkan mereka menjadi vektor penyakit DBD yang paling efisien. Biasanya,

    seluruh keluarga terinfeksi dalam jangka waktu 24 hingga 36-jam dan sumber infeksi

    tersebut mungkin dari gigitan tunggal seekor nyamuk yang terinfeksi. (6)

    Manusia berfungsi sebagai reservoir utama penyakit demam berdarah.

    Beberapa primata yang bukan manusia di Afrika dan Asia juga berfungsi sebagai inang,

    namun tidak menyebabkan demam berdarah dengue. Nyamuk terinfeksi oleh virus

    ketika mereka menghisap darah manusia pembawa virus. Seseorang dengan virus

  • dengue di dalam darahnya dapat menularkan virus terhadap nyamuk 1 hari sebelum

    terjadinya onset periode demam. Pasien tersebut dapat menularkan penyakit DBD

    selama 6-7 hari berikutnya. (6)

    Nyamuk dapat menularkan dengue jika segera menggigit host lain. Selain itu,

    penularan terjadi setelah 8-12 hari replikasi virus dalam kelenjar ludah nyamuk (masa

    inkubasi ekstrinsik). Virus tidak mempengaruhi nyamuk. Nyamuk tetap terinfeksi

    selama sisa hidupnya. Siklus hidup aegypti biasanya 21 hari, tetapi bervariasi dari 15

    hingga 65 hari. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan terhadap kondisi kering kira-kira

    selama 1 tahun, teatpi dapat mati sekiranya berada di bawah suhu 10 C. Setelah

    diinokulasi ke dalam inang manusia, demam berdarah memiliki masa inkubasi 3-14

    hari (rata-rata 4-7 hari) ketika replikasi virus terjadi dalam sel dendritik target. Infeksi

    sel target, terutamanya sistem retikulo-endotel, seperti sel-sel dendritik, hepatosit dan

    sel endotel, menyebabkan terjadinya pembentukan produksi mediator kekebalan tubuh

    yang berfungsi untuk mengawal jumlah, jenis, bentuk dan durasi seluler dan respon

    imunitas seluler dan humoral terhadap infeksi virus pertama dan selanjutnya.

    Infeksi virus dengue sering kali tidak jelas. Dalam kebanyakan kasus, terutama

    pada anak-anak berusia kurang 15 tahun, pasien mempunyai gejala yang asimtomatik

    atau demam ringan yang berlangsung 5-7 hari. Gejala biasanya sembuh dalam waktu

    setelah 7-10 hari. Demam berdarah dengue dan sindroma syok dengue biasanya terjadi

    pada hari ketiga hingga hari ketujuh pada infeksi dengue yang kedua pada pasien yang

    telah memiliki imunitas terhadap serotipe virus dengue heterolog yang diperoleh

    samada secara aktif atau pasif. Demam berdarah dengue jarang terjadi berbanding

    demam dengue, namun memiliki presentasi klinis lebih dramatis. Di sebagian besar

    wilayah Asia, DBD menjadi antara penyakit utama yang menyerang anak-anak. (6)

    Demam berdarah dengue biasanya dimulai dengan manifestasi awal seperti

    demam dengue biasa. Pada fase akut dengan demam (suhu 40 C), seperti demam

    berdarah, gejala berlangsung sekitar 2-7 hari. Namun, pada individu dengan DBD,

    demam muncul kembali, memberikan gambaran demam tersebut seperti kurva bifasik

    atau saddleback. (6) Bersamaan dengan demam bifasik, pasien dengan DBD mengalami

    trombositopenia progresif, peningkatan hematokrit (20% peningkatan absolut dari

  • baseline) dan albumin rendah (tanda-tanda syok hemokonsentrasi sebelumnya),

    manifestasi hemoragik yang lebih jelas (> 50% dari pasien memiliki tes tourniquet

    positif), dan efusi progresif (pleura atau peritoneal). Limfositosis, seringkali dengan

    limfosit atipikal, biasanya terjadi sebelum penurunan suhu atau awal syok.

    Transaminase mungkin akan sedikit meningkat disertai dengan hepatomegali pada

    pasien dengan hepatitis akut. Fibrinogen yang rendah dan peningkatan produk fibrin

    yang pecah adalah tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata.Asidosis metabolik

    berat dan gagal sirkulasi darah turut bisa terjadi. (6)

    Fitur kritis dari demam berdarah dengue adalah kebocoran plasma. Kebocoran

    plasma adalah disebabkan oleh permeabilitas kapiler yang meningkat dan dapat

    bermanifestasi sebagai hemokonsentrasi, efusi pleura dan ascites. Perdarahan adalah

    disebabkan oleh kerapuhan kapiler dan thrombositopenia serta bisa bermanifestasi

    dalam berbagai bentuk gejala, mulai dari peteki hingga perdarahan gastrointestinal

    yang mengancam jiwa. Kerusakan hati bermanifestasi sebagai peningkatan kadar

    alanine aminotransferase dan aspartat aminotransferase, albumin rendah, dan gangguan

    parameter koagulasi (waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial). (6)

    Pada dasarnya DSS adalah DBD yang berprogresif menjadi gangguan

    peredaran darah, sehingga menyumbang kepada hipotensi, selisih tekanan nadi yang

    sempit (

  • Gejala pertama pada DBD adalah demam tinggi terus menerus yang terjadi

    secara tiba-tiba, sakit kepala, demam, mialgia, faringitis, flushing, anoreksia, mual, dan

    nyeri perut epigastrium dan kuadran kanan atas. Demam tinggi dapat berlangsung

    selama seminggu. tourniquet test yang dilakukan pada bagian ekstremitas

    menunjukkan hasik yang positif. Petechiae bisa dilihat pada palatum molle, wajah, dan

    ekstremitas sebagai akibat dari trombositopenia dan kapiler yang abnormal. Perdarahan

    gingiva dan epistaksis terjadi dalam beberapa kasus. DBD yang progresif ditandai

    dengan sakit perut yang parah, muntah terus menerus, hipotermia, atau perubahan

    status mental (misalnya, lekas marah atau kesadaran menurun). Pasien akan mengalami

    hipotensi dan takikardia pada hari ketiga hingga hari ketujuh dari penyakit. Efusi pleura

    dan peritoneal sering terjadi, dan hemokonsentrasi ditandai dengan peningkatan sekitar

    20% dari hematokrit pasien. Jumlah sel darah putih mungkin normal atau sedikit

    meningkat, disertai dengan limfositosis dan limfosit atipikal.Transaminase dan

    nitrogen urea yang meningkat turut bisa diobservasi pada pasien. (8)

    2.2.6 Diagnosis

    Diagnosis klinis DBD adalah berdasarkan pada empat manifestasi karakteristik

    utama:

    (i) demam tinggi terus-menerus berlangsung 2-7 hari, (ii) cenderung hemoragik seperti

    positif tourniquet test, petechiae atau epistaksis, (iii) trombositopenia (jumlah

    trombosit 100 109 /l), dan (iv) bukti kebocoran plasma yang bermanifestasi sebagai

    hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20% di atas average untuk usia, jenis

    kelamin dan populasi), ascites, dan efusi pleura. Untuk memastikan diagnosa klinis

    dapat ditegakkan dengan menggunakan kriteria ini, maka haruslah dilakukan observasi

    ketat, evaluasi hematokrit serial dan trombosit secara setiap hari. Efusi pleura dapat

    dideteksi oleh foto toraks posisi lateral dekubitus kanan setelah 12-24 jam terjadi

    penurunan suhu badan sehingga normal.

    Tingkat keparahan DBD dibagi menjadi empat kategori: kelas I, tidak ada

    perdarahan yang jelas tetapi tes tourniquet positif, Kelas II kecenderungan perdarahan

  • klinis sebagai peteki, epistaksis dan hematemesis, kelas III, gangguan sirkulasi yang

    dimanifestasikan oleh nadi cepat dan lemah, selisih tekanan nadi sempit ( 20 mmHg)

    atau hipotensi, adanya kulit lembab dingin dan gelisah, dan kelas IV, syok berat, denyut

    jantung dan tekanan darah yang tidak terdeteksi. Pasien yang hampir syok atau dalam

    kondisi syok biasanya tetap sadar. Kondisi seperti ini turut dikenali sebagai sindroma

    syok dengue (DSS). (9)

    Diagnosis infeksi dengue dikonfirmasi dengan melakukan isolasi virus dengan

    metode kultur atau polymerase chain reaction (PCR) spesimen seperti serum pada

    tahap awal demam. Penelitian serologis positif didefinisikan sebagai peningkatan

    empat kali lipat atau lebih dalam tes inhibisi hemaglutinasi antara serum akut dan

    konvalesen atau tes positif demam berdarah-spesifik IgM/IgG, dilakukan oleh enzim-

    linked immunosorbent assay (ELISA). Infeksi dengue sekunder didefinisikan sebagai

    titer penghambatan hemaglutinasi adalah 1:2560 atau lebih, atau rasio IgG dan IgM

    adalah> 1,8. (9)

    2.2.7 Penatalaksanaan

    WHO telah mengeluarkan dokumen yang memfokuskan kepada pedoman

    pengobatan demam dengue dan DBD/DSS. Pedoman ini mudah diikuti dan dapat

    digunakan di rumah sakit sehingga pasien dimasukkan ke unit perawatan intensif

    (ICU). Pengobatan demam dengue pada fase demam adalah pengobatan simptomatik.

    Demam diobati dengan parasetamol. Salisilat dan NSAID harus dihindari karena

    mengakibatkan kecenderungan pada anak-anak untuk terjadinya perdarahan mukosa.

    Setiap pasien yang mengalami ekstremitas dingin, gelisah, sakit perut akut, penurunan

    output urin, hemokonsentrasi dan perdarahan harus dirawat di rumah sakit. Anak-anak

    dengan tingkat hematokrit meningkat dan trombositopenia tanpa gejala klinis harus

    dirawat di rumah sakit. Anak-anak harus didorong untuk meningkatkan asupan cairan

    oral mereka. Terapi cairan suportif dan agresif adalah landasan manajemen DBD

    karena tidak ada obat antivirus khusus untuk infeksi dengue. Hal ini adalah penting

    untuk mengawal tingkat fatalitas kasus DBD. (10)

  • .

    Gambar 2.1 Pedoman pengobatan DBD kelas 1 dan 2 (10)

    Di rumah sakit, semua anak tanpa hipotensi (DBD kelas I dan II) harus

    diberikan suplai oksigen dan cairan. Pemberian oksigen lewat nasal continuous airway

    pressure (NCPAP) lebih baik daripada menggunakan oxygen mask. selain itu,NCPAP

    mengurangi kebutuhan untuk intubasi dan ventilasi. Ringer laktat diberikan dengan

    kadar 7 mL / kg selama 1 jam. Setelah 1 jam, jika terjadi pembaikan dari penurunan

    nilai hematokrit dan parameter penting yang lain, laju infus cairan dapat dikurangi

    menjadi 5 mL / kg selama jam berikutnya dan sampai 3 mL / kg / jam selama 24-48

    jam. Apabila pasien sudah berada dalam keadaan stabil (tekanan darah sudah kembali

    normal, input oral anak sudah terjamin dan urin output telah mencapai jumlah yang

    memuaskan) perawatan anak tersebut di rumah sakit bisa dihentikan. (10)

  • Jika nilai hematokrit menigkat dalam 1 jam dan parameter penting tidak

    menunjukkan perbaikan, laju infus cairan harus ditambah menjadi 10 mL / kg selama

    satu jam berikutnya. Jika masih belum terjadi perbaikan, laju infus cairan dapat

    ditambah lagi menjadi 15 mL / kg selama jam ketiga. Jika tidak ada perbaikan diamati

    pada parameter utama dan nilai hematokrit pada akhir jam ketiga, cairan koloid atau

    plasma infus (10 ml / kg) diberikan. Setelah tingkat hematokrit dan tanda-tanda vital

    stabil, laju infus harus dikurangi secara bertahap dan dihentikan selepas 24-48 jam. (10)

    Pasien yang tidak berespon dengan terapi pengganti cairan cenderung

    mengalami disfungsi miokard dan penurunan kinerja ventrikel kiri yang mudah

    dideteksi oleh echocardiography(ECG). Transfusi darah atau platelet tidak bisa

    didasarkan dengan mengambil kira jumlah platelet sahaja. Pada anak dengan

    trombositopenia berat tanpa adanya perdarahan yang signifikan, hasil transfusi tidak

    memberikan perubahan yang signifikan. Infusi plasma beku segar dan konsentrat

    trombosit mungkin bermanfaat pada pasien dengan koagulasi intravaskular diseminata.

    (10)

    2.2.8 Komplikasi dan Prognosis

    Tingkat fatalitas kasus demam berdarah dengue adalah setinggi 50% tanpa

    pengobatan. Namun,dengan perawatan suportif yang tepat, tingkat fatalitas kasus bisa

    berkurang menjadi 2-10%. Jika pasien bertahan hidup, biasanya tidak ada komplikasi

    yang menyertai setelah demam berdarah dengue. (8)

    2.2.9 Pencegahan

    Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air

    bersih seperti:

    1. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: bak mandi, WC, tempayan,

    drum air, bak menara yang tidak tertutup, susia gali.

  • 2. Wadah yang berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot

    bunga, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan

    air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam

    volume kecil.Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus bertujuan untuk

    menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga

    ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi. Kegiatan

    pemberantasan nyamuk Aedes yang dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu: (11)

    1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa

    dilakukan dengan cara:

    a. Pengasapan (Fogging)

    Pengasapan atau fogging dengan menggunakan jenis insektisida misalnya,

    golongan organophospat atau pyrethroid synthetic (Supartha,2008). Contohnya,

    malathion dan fenthoin, dosis yang dipakai adalah 1 liter malathion 95% EC + 3

    liter solar. Pengasapan dilakukan pada pagi antara jam 07.00-10.00 dan sore antara

    jam 15.00-17.00 secara serempak. (11) Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan

    interval 1 minggu. Pada penyemprotan pertama, semua nyamuk yang mengandung

    virus dengue (nyamuk infentif) dan nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan

    kedua bertujuan agar nyamuk baru yang infektif akan terbasmi sebelum sempat

    menularkan kepada orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat

    membatasi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan

    terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah

    rendahnya. (12) Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara

    penyemprotan pada dinding (residual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak

    suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti

    kelambu dan pakaian yang tergantung. (13)

    b. Penghalau nyamuk

    Bahan aktif dalam produk penghalau nyamuk (biasanya senyawa yang dikenal

    sebagai DEET) mengusir nyamuk tetapi tidak mematikan spesis tersebut.

    Repellents kebanyakan hanya efektif khusus pada bagian badan yang telah disapu

    dan bagian sekitarnya (kira-kira 4 cm). Meskipun leher, pergelangan tangan dan

  • pergelangan kaki sering disebut-sebut sebagai target untuk digigit nyamuk, namun

    setiap bagian batang tubuh manusia itu terpapar pada resiko gigitan nyamuk aedes.

    Ketika dipakai pada kulit, efek penghalau nyamuk membutuhkan waktu 15 menit

    sampai 10 jam, tergantung pada sejumlah faktor seperti lingkungan dan

    kelembaban, perumusan produk, konsentrasi formulasi dan jenis serangga

    menggigit. Penggunaan repellents pada pakaian memperpanjang durasi efektivitas.

    (14)

    c. Obat nyamuk

    Obat nyamuk spiral sebenarnya insektisida yang menguap yang mengandungi

    piretroid sintetis sebagai bahan aktif. Air mengalir di kamar berventilasi

    mempunyai efek dilutif pada insektisida. Kumparan cenderung membakar lebih

    cepat dan memperpendek periode efektivitas. Beberapa versi menempatkan tikar

    insektisida dalam menguap grid dan insektisida dipanaskan dengan listrik dari

    substrat. Asap obat nyamuk menghalang akses nyamuk ke dalam ruangan.

    Sebagian besar nyamuk yang terkena asap ini biasanya mati. Studi menunjukkan

    bahwa kelompok bahan kimia allethrin dengan cepat dimetabolisme pada mamalia,

    dan tidak ada laporan tentang akumulasi senyawa dalam jaringan hewan. Bahan

    kimia ini sangat gampang terbiodegradasi dan terdisintergrasi di bawah sinar

    matahari.Namun penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari. (14)

    2.2.10 Pemberantasan jentik

    Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah

    Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara: (12)

    a. Fisik

    Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat

    perindukkan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada dasarnya ialah

    pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak.

    PSN ini dapat dilakukan dengan:

  • 1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air

    sekurangkurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan

    bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama 7-10 hari.

    2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan

    tempat air lain.

    3) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung

    sekurangkurangnya seminggu sekali.

    4) Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas

    seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang

    nyamuk.

    5) Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan

    tanah

    6) Membersihkan air yang tergenang diatap rumah Pemberantasan Sarang

    Nyamuk (PSN) pada dasarnya, untuk memberantas jentik atau mencegah

    agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. Mengingat Ae.aegypti tersebar

    luas, maka pemberantasannya perlu peran aktif masyarakat khususnya

    memberantas jentik Ae.aegypti di rumah dan lingkungannya masing-

    masing. Cara ini adalah suatu cara yang paling efektif dilaksanakan karena:

    (12)

    a. bisa dilombakan untuk menjadi daerah yang terbersih

    b. menjadikan lingkungan bersih

    c. budaya bangsa Indonesia yang senang hidup bergotong royong

    d. dengan lingkungan yang baik tidak mustahil, penyakit lain yang

    diakibatkan oleh lingkungan yang kotor akan berkurang.

    e. tidak memerlukan biaya yang besar

    b. Kimia

    Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas jentik

    nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik

    (larvasida). Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah temephos yang

  • berupa butiran butiran (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau

    10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan

    temephos ini mempunyai efek residu selama 3 bulan. Nama merek dagang temefos

    adalah abate. Abate merupakan senyawa fosfat organik yang mengandung gugus

    phosphorothioate. Bersifat stabil pada pH 8, sehingga tidak mudah larut dalam air

    dan tidak mudah terhidrolisa. Abate murni berbentuk kristal putih dengan titik lebur

    300 30,50 C. Mudah terdegradasi bila terkena sinar matahari, sehingga

    kemampuan membunuh larva nyamuk tergantung dari degradasi tersebut. Gugus

    phosphorothioate (P=S) dalam tubuh binatang diubah menjadi fosfat (P=O) yang

    lebih potensial sebagai anticholinesterase. Kerja anticholinesterase adalah

    menghambat enzim cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata

    sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas syaraf karena tertimbunnya

    acetylcholin pada ujung syaraf tersebut. (15)

    Larva Aedes aegypti mampu mengubah P=S menjadi P=O ester labih cepat

    dibandingkan lalat rumah, begitu pula penetrasi abate ke dalam larva berlangsung

    sangat cepat dimana lebih dari 99% abate dalam medium diabsorpsi dalam waktu

    satu jam setelah perlakuan. Setelah diabsorpsi, abate diubah menjadi produk-

    produk metabolisme, sebagian dari produk metabolik tersebut diekskresikan ke

    dalam air. (15) Namun cara ini tidak menjamin terbasminya tempat perindukkan

    nyamuk secara permanen, karena masyarakat pada umumnya tidak begitu senang

    dengan bau yang ditimbulkan larvasida selain itu pula diperlukan abate secara rutin

    untuk keperluan pelaksanaannya.

    c. Biologi

    Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik dari

    golongan mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata. Organisme

    tersebut dapat berperan sebagai patogen, parasit atau pemangsa. Beberapa jenis

    ikan pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk seperti ikan kepala timah (Panchax

    panchax), ikan gabus (Gambusia affinis) dan ikan gupi lokal seperti ikan

  • P.reticulata. Pengendalian vektor DBD Ae.aegypti dengan menggunakan predator

    M .aspericornis lebih efisien daripada menggunakan predator Ikan Cupang. Selain

    cara diatas, ada pengendalian legislatif untuk mencegah tersebarnya serangga

    berbahaya dari satu daerah ke daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia,

    diadakan peraturan dengan sanksi pelanggaran oleh pemerintah. Pengendalian

    karantina di pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Demikian pula penyemprotan

    insektisida di kapal yang berlabuh atau kapal terbang yang mendarat di pelabuhan

    udara. Keteledoran oleh karena tidak melaksanakan peraturan-peraturan karantina

    yang menyebabkan perkembangbiakan vektor nyamuk dan lalat, dapat dihukum

    menurut undang-undang. (16)

  • BAB 3

    KERANGKA KONSEP

    3.1 Kerangka konsep

    Kerangka konsep yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini adalah

    Karakteristik responden, Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan terhadap penyakit Demam

    Berdarah Dengue dan pencegahan nya.

    Terdapat variabel yang ingin diketahui oleh peneliti. Variabel-variabel tersebut

    adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda

    Johor Bahru.

    Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :

    Gambar 3.1: Skema kerangka konsep penelitian

    DBD

    Pengetahuan

    Sikap

    Tindakan

  • 3.2 Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    2.3 Cara ukur

    2.3.1 Pengetahuan

    Pengetahuan responden diukur melalui 7 pertanyaan. Jika pertanyaan

    dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab

    salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.

    Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi

    sebagai berikut:

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Alat ukur Hasil ukur Skala

    ukur

    Pengetahuan Segala sesuatu

    yang diketahui

    responden tentang

    DBD

    Kuesioner 1. Baik

    2. Sedang

    3. Kurang

    Ordinal

    Sikap Tanggapan atau

    reaksi responden

    mengenai DBD

    Kuesioner 1. Positif

    2. Negatif

    Ordinal

    Tindakan Segala sesuatu

    yang telah

    dilakukan

    responden

    sehubungan

    dengan

    pengetahuan dan

    sikap tentang DBD

    Kuesioner 1. Benar

    2. Salah

    Ordinal

  • a) Baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya

    tentang DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu

    >7)

    b) Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD (skor

    jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7)

    c) Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD

    (skor jawaban responden

  • BAB 4

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Jenis penelitian

    Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu menggambarkan pengetahuan, sikap

    dan perilaku mengenai DBD pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor

    Bahru. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

    dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

    objektif.

    4.2 Tempat dan waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan di perumahan Bandar Baru Uda, Johor Bahru dan waktu

    penelitian tanggal 29 September 12 Oktober 2014

    4.3 Populasi dan sampel

    4.3.1 Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di perumahan Bandar Baru

    Uda, Johor Bahru yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah populasi kepala

    keluarga di perumahan Bandar Baru Uda adalah sebanyak 2575 kepala keluarga

    4.3.2 Sampel

    Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode quota sampling

    dengan sampel adalah individu yang tinggal di Perumahan Bandar Baru Uda dan

    memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

    Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

    a. Sampel yang akan diwawancarai adalah kepala keluarga atau pasangannya

    b. Telah tinggal di perumahan Bandar Baru Uda selama minimal satu tahun

    Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah

    a. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian

  • b. Data tidak lengkap

    4.3.3 Besar sampel

    Dari jumlah populasi kepala keluarga yang diketahui, maka rumus yang digunakan untuk

    perhitungan sampel adalah:

    diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin:

    n N 1 + N (d2)

    Keterangan:

    n = besar sampel

    N = total populasi

    d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan yakni 0,1

    Jadi, besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

    n 2575

    1 + 2575 (0.12)

    n 96

    4.3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian adalah data primer. Penelitian ini

    menggunakan 100 responden dikarenakan menurut jumlah populasi yang ada dalam

    wilayah penelitian adalah 2575 sehingga jumlah responden yang diambil minimal 100

    responden. Penelitian dilakukan langsung di perumahan Bandar Baru Uda dan peneliti

    langsung turun ke lapangan dengan memberikan kuesioner pada keluarga

    4.5 Manajemen Data

    4.5.1 Teknik Pengumpulan data

    Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

    Pengumpulan data dilakukan saat penelitian pada 29 September 12

    Oktober 2014.

  • Data yang diperoleh, yaitu dari data primer, yaitu data yang didapatkan

    dengan menggunakan kuisioner yang dijawab oleh responden, yaitu

    keluarga di perumahan Bandar Baru Uda. Sebelum pengisian kuisioner,

    peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuisioner dan diberi

    penjelasan bila responden mengalami kesulitan dan hal hal yang kurang

    jelas.

    4.5.2 Pengolahan Data

    Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data hasil dari kuesioner dengan

    menggunakan program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel untuk

    memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.

    Tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Coding

    Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan

    kode untuk masing-masing pertanyaan, kode yang diberikan akan

    menjadi panduan untuk menentukan skor yang didapat responden.

    2. Editing

    Kegiatan yang dilakukan untuk menyunting data sebelum data

    dimasukan, agar data yang salah atau meragukan dapat diklarifikasi lagi

    kembali kepada responden.

    3. Entry data

    Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan

    pengkodingan, langkah selanjutnya adalah memproses data agar

    dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan meng-entry data dari

    kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan program komputer

    sesuai dengan kode yang telah ditetapkan.

    4. Cleaning data

  • Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada

    kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari :

    a. Mengetahui missing data.

    b. Mengetahui variasi data.

    c. Mengetahui konsistensi data.

    4.5.3 Analisis Data

    4.5.3.1 Analisis Univariat

    Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dengan

    menampilkan tabel-tabel distribusi untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

    responden menurut berbagai variabel yang diteliti.

    4.5.4 Rencana Penyajian Data

    Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk table distribusi.

    4.6 Etika Penelitian

    1. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan perizinan kepada pihak

    yang berwenang terhadap lokasi penelitian tersebut

    2. Memberi penjelasan terlebih dahulu kepada subjek yang akan mengisi kuesioner.

    Peneliti akan menjaga kerahsiaan identitas subjek sehingga informasi tetap terjaga

    kerahsiaannya

  • BAB 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

    pengetahun, sikap dan tindakan kepala keluarga tentnag penyakit DBD di perumahan

    Bandar Baru Uda JB di mana penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 29 September

    12 Oktober 2014. Penelitian ini diikuti 100 orang kepala keluarga yang telah bersedia

    mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan

    yang tertuang di kuesioner.

    Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan

    tindakan kepala keluarga tentang penyakit, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi

    karakteristik responden yang berada di perumahan Bandar Baru Uda JB.

    5.1 Hasil

    5.1.1 Gambaran umum daerah penelitian

    Ditinjau dari letak geografisnya, Bandar Baru Uda termasuk dalam daerah Johor

    Bahru dengan luas wilayah 11075 Km2. Luas wilayah ini banyak digunakan untuk

    pemukiman dan sarana umum (kantor, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya).

    Daerah ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut:

    a. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Kampung Melayu

    b. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tampoi

    c. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Larkin

    d. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Perling

    5.1.2 Karakteristik dasar responden penelitian

    Tabel 5.1 dan 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai

    pendidikan terakhir dijenjang S1 yaitu 50 orang (50%), diikuti dengan pendidikan D3

    sebanyak 39 orang (39%), SMP & SMA sebanyak 6 orang (6%) dan hanya 5 orang (5%)

    yang mempunyai pendidikan terakhir sekolah rendah. Pekerjaan terbanyak dari subjek

  • penelitian ini adalah yang bekerja kerajaan yaitu sebanyak 45 orang (45%), diikuti

    dengan pekerjaan swasta sebanyak 36 orang (36%) dan yang paling sedikit adalah

    sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu sebanyak 9 orang (9%).

    Tabel 5.1: Distribusi karakteristik responden menurut pendidikan terakhir

    Pendidikan terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)

    SD 5 5

    SMP & SMA 6 6

    D3 39 39

    S1 50 50

    Total 100 100

    Tabel 5.2: Distribusi karakteristik responden menurut pekerjaan

    Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

    Kerajaan 45 45

    Pegawai swasta 36 36

    IRT/ Pensiunan 9 9

    Lain-lain 10 10

    Total 100 100

    Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa masyarakat di perumahan Bandar Baru Uda

    JB, rata-rata mendapat informasi tentang DBD melalui T.V yakni sebanyak 91 orang

    (91%), sebanyak 63 orang (63%) mendapat informasi DBD melalui radio, 53 orang

    (53%) melalui internet, 40 orang (40%) melalui koran, 37 orang (37%) melalui seminar

    dan yang paling sedikit yakni hanya 33 orang mendapat informasi tentang DBD daripada

    ahli keluarga atau teman.

  • Tabel 5.3 Distribusi karakteristik responden menurut sumber yang diperoleh

    tentang DBD

    Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%)

    Internet 53 53

    T.V 91 91

    Radio 63 63

    Seminar 37 37

    Koran 40 40

    Ahli keluarga/teman 33 33

    5.1.3 Pengetahuan responden

    Dari tabel 5.4 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai DBD

    dapat dilihat sebagian besar responden yakni 62 orang (62%) termasuk ke dalam kategori

    baik, 37 orang (37%) termasuk dalam kategori sedang dan hanya 1 (1%) orang termasuk

    dalam kategori kurang.

    Tabel 5.4: Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat pengetahuan responden

    mengenai DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB

    Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

    Baik 62 62

    Sedang 37 37

    Kurang 1 1

    Total 100 100

    Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa masyarakat di perumahan Bandar Baru Uda

    memiliki pengetahuan yang baik mengenai DBD yakni sebanyak 83 responden (83%)

    telah mengetahui bahwa penyebab DBD adalah virus. 82 responden (82%) telah

    mengetahui bahwa ciri-ciri nyamuk penular DBD adalah badan berwarna hitam

    bergaris putih dan juga mengetahui bahwa orang yang terkena DBD perlu dipasang

    kelambu. Terdapat 77 responden (77%) mengetahui bahwa cara mencegah DBD adalah

    dengan cara membunuh nyamuk penular DBD. Sebanyak 81 responden (81%)

  • mengetahui bahwa jangkitan demam dengue melalui nyamuk hanya terjadi pada siang

    hari. Sebanyak 74 orang (74%) mengetahui bahwa penyakit DBD dan DD adalah

    penyakit yang berbeda dari hal gejala dan prognosa. Untuk pengetahuan tentang gejala

    DBD dapat dilihat bahwa rata-rata responden menjawab gejala dari DBD adalah

    demam dan sakit kepala yakni sebanyak 63 orang (63%).

    Tabel 5.5: Distribusi frekuensi dan presentasi pengetahuan responden tiap

    pertanyaan pengetahuan mengenai DBD

    No Item pertanyaan Pengetahuan

    Benar

    n (%)

    Salah

    n (%)

    1. Mengetahui penyebab DBD

    a) Virus b) Bakteri c) Nyamuk

    83

    0

    0

    0

    6

    11

    2. Mengetahui ciri-citi nyamuk penular DBD

    a) Badan berwarna hitam bergaris putih b) Badan berwarna hitam bergaris coklat c) Badan berwarna hitam bergaris merah

    82

    0

    0

    0

    6

    12

    3. Mengetahui cara mencegah DBD

    a) Pemberian vaksin DBD b) Mandi dengan air bersih c) Melakukan dengan membunuh nyamuk

    penular DBD

    0

    0

    77

    15

    8

    0

    4. Mengetahui bahwa penyakit DBD dan DD adalah

    penyakit yang berbeda dari hal gejala dan prognosa

    74 26

    5. Mengetahui bahwa jangkitan demam dengue melalui

    nyamuk hanya terjadi pada siang hari

    81 19

    6. Mengetahui bahwa orang yang terkena DBD perlu

    dipasang kelambu

    82 18

    7. Mengenal gejala DBD

    a) Demam dan sakit kepala b) Nyeri otot dan bintik-bintik merah c) Perdarahan (mimisan/perdarahan gusi/ BAB

    berdarah)

    d) Pembesaran hati

    63

    58

    34

    21

    63

    58

    34

    21

  • 5.1.4 Sikap responden

    Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan responden yang mempunyai sikap positif

    adalah sebanyak 83 orang (83%), 17 orang (17%) bersikap negatif

    Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentasi kategori sikap responden mengenai

    DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB

    Tingkat sikap Frekuensi (n) Presentase (%)

    Positif 83 83

    Negatif 17 17

    Total 100 100

    Tabel 5.7 memperlihatkan sebanyak 69 responden (69%) bersikap tidak setuju

    bahwa orang kuat dan sihat tidak akan dijangkiti DBD, begitu juga responden tidak

    setuju dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol kosong kerana mungkin boleh

    digunakan atau dijual suatu saat. Sebanyak 68 orang (68%) bersikap tidak setuju akan

    mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat

    menganggu keindahan. 63 responden (63%) menganggap bahwa selama bak mandi

    bersih, tidak akan mengurasnya itu tidak sesuai dan 60 responden (60%) tidak setuju

    dengan pernyataan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah

  • Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan presentasi sikap responden mengenai DBD

    berdasarkan jawaban tiap pernyataan

    5.1.5 Tindakan responden

    Dari 5 pertanyaan untuk mengukur tindakan responden tentang DBD, pada

    tabel 5.8 didapatkan sebanyak 21 orang (21%) dikategorikan tindakannya benar, 79

    orang (79%) dikategorikan tindakannya salah.

    Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan responden mengenai

    DBD

    Tingkat Tindakan Frekuensi (n) Presentase (%)

    Benar 21 21

    Salah 79 79

    Total 100 100

    No Item pertanyaan Sikap yang

    diharapkan

    Sesuai

    n (%)

    Tidak

    sesuai

    n (%)

    1. Saya akan mengumpulkan tin kosong dan serpihan botol

    jika keberadaannya sudah sangat menganggu keindahan

    alam sekitar saya

    32 68

    2. Orang kuat dan sihat tidak akan dijangkiti demam dengue 31 69

    3. Saya masih menyimpan botol-botol kosong kerana

    mungkin boleh digunakan atau dijual suatu saat.

    31 69

    4. Selama kolah mandi saya bersih, saya tidak

    membersihkan kolah mandi

    37 63

    5. Saya hanya akan menutup tempat takungan air yang

    berada di luar rumah

    40 60

  • Pada Tabel 5.9, diperlihatkan tindakan responden yang mayoritas dikategorikan

    kurang diketahui menutup tempat penampungan air dengan rapi sebanyak 50

    responden (50%) dan telah memberi air minum sebanyak-banyaknya jika ada salah

    satu ahli keluarga diduga terkena DBD sebanyak 39 responden (39%). Hanya ada 34

    orang (34%) yang melakukan pengompresan jika ada salah satu anggota keluarga yang

    diduga terkena DBD, 31 orang (31%) sering memeriksa dan membersihkan saluran air

    pada atap rumah dan sebanyak 29 orang (29%) yang melakukan pemberantasan sarang

    nyamuk sekurang-kurangnya seminggu sekali.

    Tabel 5.9: Distribusi frekuensi dan presentasi tindakan responden mengenai

    DBD

    No Item pertanyaan Tindakan

    Benar

    n

    (%)

    Salah

    n

    (%)

    1. Menutup tempat penampungan air 50 50

    2. Melakukan kompres jika ada salah satu ahli

    keluarga yang diduga terkena DBD?

    34 66

    3. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk

    sekurang-kurangnya seminggu sekali

    29 71

    4. Memeriksa dan membersihkan saluran air

    pada atap rumah

    31 69

    5. Melakukan pemberian air minum sebanyak-

    banyaknya jika ada salah satu ahli keluarga

    diduga terkena DBD

    39 61

    5.2 Pembahasan

    5.2.1 Karakteristik responden penelitian

    Dari hasil penelitian didapati mayoritas responden adalah 50 orang (50%) degree,

    dan frekuensi yang terendah adalah dari golongan tingkat pendidikan SD yakni sebanyak

    5 orang (5%). Pekerjaan terbanyak dari subjek penelitian ini adalah yang bekerja kerajaan

    yaitu sebanyak 45 orang (45%) dan yang paling sedikit adalah sebagai ibu rumah tangga

    yaitu sebanyak 9 orang (9%). Berdasarkan sumber informasi tentang DBD rata-rata

    masyarakat di perumahan Bandar Baru Uda mendapat informasi DBD melalui T.V yakni

  • sebanyak 91 orang (91%) dan didapatkan hanya 33 orang (33%) mendapat sumber

    informasi tentang DBD melaluiahli keluarga dna teman. Hal ini sama yang dikemukakan

    oleh Kittigul et al (2003); Acharya et al (2005); Ibrahum et al (2009) menunjukkan bahwa

    T.V merupakan media penting memberi informasi tentang DBD. Namun, dalam studi

    Lao PDR menemukan ahli keluarga adalah sumber utama dalam memberikan informasi

    tentang DBD.

    5.2.2 Pengetahuan

    Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang DBD yang baik

    karena rata-rata nilai total pengethuan responden adalah 8 dari nilai maksimum 10. Pada

    tabel, dapat dilihat mayoritas responden memiliki pengetahuan baik yakni 62 orang

    (62%) dan 37 orang (37%) berpengetahuan sedang. Hal yang sama juga dikemukakan

    oleh hutapea (2007) dalam penelitiannya didapatkan 98.2% responden berpengetahuan

    baik dan hanya 1.8% yang berpengetahuan sedang. Namun berbeda dengan apa yang

    diperlihatkan oleh Florensi (2004) yakni sebanyak 79% responden mempunyai

    pengetahuan sedang. Dengan mengetahui sebaran jawaban responden pada pernyataan

    yang menilai pengetahuan, dapat dilihat sebanyak 83 orang menjawab penyebab DBD

    adalah virus. Hal ini memperlihatkan bahwa penyerapan informasi yang disampaikan

    oleh media adalah bagus. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Florensi (2004) yakni

    sebanyak 52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42%

    lainnya menjawab nyamuk.

    Dari tabel, gejala dan tanda DBD yang diketahui paling banyak oleh responden

    adalah demam dan sakit kepala yaitu sebanyak 63 orang (63%). Gejala pembesaran hati

    adalah gejala DBD yang paling sedikit diketahui responden yaitu 21 orang (21%),

    mungkin dikarenakan tidak setiap orang yang terkena DBD mempunyai gejala

    pembesaran hati dan pembesaran hati dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik yang

    memerlukan kemampuan khusus.

  • Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin

    tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Dilihat

    dari distribusi jenjang pendidikan terakhir, repsonden terbanyak adalah lulusan degree

    sebanyak 50 orang (50%). Responden yang rata-rata mempunyai pendidikan setingkat

    degree memungkinkan kemudahan dalam penerimaan informasi dan komunikasi

    walaupun masih ada responden yang masih dengan tingkat pendidikan SD sederajat

    tetapi baik untuk memperoleh dan memahami informasi tentang DBD. Pengetahuan

    terdiri dari berbagai tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi

    (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

    Mengacu kepada tingkatan pengetahuan responden mengenai DBD di perumahan

    Bandar Baru Uda pada kategori baik dapat dikelompokkan pada tingkatan mengetahui

    dan mampu memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

    Selain itu, pengetahuan baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

    sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Semakin banyak orang

    mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas

    kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

    5.2.3 Sikap

    Sikap responden mengenai DBD tampak baik karena 83% dikategorikan

    mempunyai sikap positif, dan hanya 17% yang bersikap negatif. Hasil ini berkebalikan

    dengan Hutapea (2007) mendapatkan 99,7% responden mempunyai sikap yang baik.

    Sejumlah 40 orang (40%) bersikap hanya akan menutup tempat penampungan air

    yang berada di luar rumah, hal ini menunjukkan ketidaktahuan masyarakat mengenai

    tempat perindukan yang paling nyamuk Aedes aegypti sukai adalah tempat penampungan

    air yang di dalam rumah.

    Responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa masih menyimpan

    botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat sebanyak 69%.

    Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Olga (2008) yakni ada 85,7% tidak setuju

  • dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa

    digunakan atau dijual suatu saat.

    Sikap terdiri dari berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai

    dan bertanggungjawab. Mengacu pada tingkatan sikap yang disebutkan di atasm dapat

    dijelaskan bahwa tingkatan sikap responden mengenai penyakit DBD presentase

    terbesar pada kategori cukup dapat dikelompokkan pada tingkatan kurang mampu

    menghargai ataupun bertanggungjawab dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian

    penyakit DBD.

    5.2.4 Tindakan

    Proporsi paling tinggi adalah responden dengan tindakan salah sebesar 79% Hasil

    ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh Marlina (2005) yang memperlihatkan

    proporsi tertinggi untuk tindakan adalah kategori sedang.

    Tindakan menutup tempat penampungan air ada 50% responden yang

    melakukannya. Marlina (2005) menunjukkan hasil yang berbeda yakni sebanyak 79,7%

    respondennya melakukan penutupan tempat penampungan air. Tindakan merupakan

    realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan

    respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Respon terhadap

    stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, tetapi tidak selalu

    orang yang berpengetahuannya baik langsung melakukan tindakan yang benar.

    Hal lain yang menyebabkan tingkat tindakan yang kurang adalah pekerjaan

    responden rata-rata sebagai pegawai negeri lebih banyak menghabiskan waktu di luar

    rumah sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengurus rumah dengan baik. Jika

    tindakan belum berubah kea rah yang lebih baik, maka akan menjadikan salah satu factor

    resiko terjadinya kasus DBD, oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengembangkan

    metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah perilaku masyarakat dengan

    melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD. Kegiatan

  • penceghan DBD yang dapat dilakukan adalah seperti menutup, menguras tempat

    penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta

    cara lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan meggunakan kelambu

    ketika tidur, memakai obat anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida

  • BAB 6

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan data yang diperoleh dari hasilkuesioner dapat disimpulkan yaitu:

    1. Tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik

    sebanyak 62%, pengetahuan sedang sebanyak 37%, pengetahuan kurang

    sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan pengetahuan responden terhadap DBD sudah

    bagus.

    2. Kategori sikap responden DBD masing-masing untuk sikap positif sebesar 83%,

    sikap negatif sebanyak 17%. Hal ni menunjukkan bahwa sikap responden

    mengenai DBD positif.

    3. Tindakan responden tentang DBD yaitu yang benar sebanyak 21%, dan salah

    sebanyak 79%. Hal ini menunjukkan tindakan responden mengenai DBD rata-

    rata salah, baik dari segi pencegahan maupun penatalaksanaan awal DBD di

    rumah.

    6.2 Saran

    a. Bagi masyarakat

    Masyarakat diperumahan ini harus selalu mempertahankan pengetahuan dan

    meningkatkan tindakan pencegahan DBD agar masyarakat terhindar dari DBD, serta

    selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD.

    b. Pelayanan kesehatan

    Pelayanan kesehatan perlu melakukan kegiatan yang mendukung pencegahan penyakit

    DBD secara aktif dan rutin yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat,

    sehingga dapat mempertahankan pengetahuan serta meningkatkan tindakan pencegahan

    DBD.

    c. Untuk pemerintah dan pihak berkuasa terkait

    Hendaknya lebih mementingkan sistem pembuangan dan pemungutan sampah yang

    berkesan terutama pembuangan sampah yang teratur bagi bekas yang berpotensi

  • pembiakan nyamuk Aedes. Selain itu sistem bekalan air harus bagus untuk

    mengurangkan keperluan penyimpanan air tambahan dalam takungan.

  • DAFTAR PUSATAKA

    1. Ministry of Health Malaysia. Health facts: dengue control 2010. Putrajaya MY: Ministry of Health, 2010.

    2. Ministry Of Health. Clinical Practice Guidelines on Management of Dengue Infection in Adults (revised 2nd ed), 2010.

    3. Ministry Of Health Malaysia. Annual Report, 2004. 4. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

    Cipta.2005. hal 43-64

    5. George R, Ling LN, Chapter of Paediatrics In Consensus Statement on the Management of Dengue Infection in the Paediatric Population. Academy of

    Medicine of Malaysia. Malaysia; 2008.

    6. Shepherd SM, Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever In Emergency Medicine. http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#a0104. 3rd

    February 2012.

    7. Gubler DJ, Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. In Clinical Microbiology Reviews: Journal of American Society for Microbiology (ASM). United State

    of America; July 1998.

    8. Goldman L, Ausiello D. Viral Hemorrhagic Fever. In Cecil Medicine, 23rd Edition, United States of America: Elsevier Inc; 2007.

    9. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and Management of Dengue Hemorrhagic Fever. Thailand; 2005.

    10. Singhi S, Kissoon N, Bansal A, Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Management Issues in an Intensive Care Unit. In Jornal de Pediatria. Brazil;

    2007.

    11. Kebijaksanaan Program P2-DBD dan Situasi Terkini DBD Indonesia, Departemen Kesehatan RI: KepMenkes No. 581/1992 Tentang Pemberantasan

    penyakit Demam Berdarah Dengue. Indonesia; 2004.

    12. Respati YK, Keman S. Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jentik Aedes Hubungannya Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. In Jurnal Kesehatan

    Lingkungan, Vol. 3, No 2. Indonesia; 2007.

    13. Supartha IW. Pengedalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse). Universitas Udayana;

    2008.

    14. Chow A. Ye T, Ang LW. Primary Care Management of Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever During an Outbreak. Singapore ;2005

    15. Fahmi,M. 2006. Perbandingan Efektivitas Abate Dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes Aegypti. Skripsi.

    Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

    http://eprints.undip.ac.id/21271/1/Fahmi.pdf.

    16. Taviv Y, Saikhu A, Sitorus H. Pengendalian DBD Melalui Pemanfaatan Pemantau Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Indonesia; 2010.

    17. World Health Organization (WHO). Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva: WHO, 2009.

  • 18. Kittigul L, Suankeow K, Sujirarat D, Yoksan S. Dengue hemorrhagic fever: knowledge, attitude and practice in Ang Thong Province, Thailand. Southeast

    Asian J Trop Med Public Health 2003; 34: 385-92.

    19. Wahyuni S. Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padanag Bulan

    Kecamatan Medan Baru. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

    Sumatera Utara. 1999.

    20. Acharya A, Goswami K, Srinath S, Goswami A. Awareness about dengue syndrome and related preventive practices amongst residents of an urban

    resettlement colony of south Delhi. J Vector Borne Dis 2005; 42: 122-7

    21. Veronika. Hubungan Perilaku IRT dengan Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padang Bulan

    Kecamatan Medan Baru Tahun 2001. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Sumatera Utara. 2001

    22. Ganie MW. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan tentang 3M (Mengubur Barang Bekas, Menutup dan Menguras Tempat Penanmpungan

    Air) Pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009. Medan: Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2009

    23. Nalongsack S, Yoshida Y, Morita S, Sosouphanh K, Sakamoto J. Knowledge, attitude and practice regarding dengue among people in Pakse, Laos. Nagoya

    J Med Sci 2009; 71: 29-37.

    24. Rozita WM, Yap BW, Veronica S, Muhammad AK, Lim KH, Sumarni MG. Knowledge, attitude and practice (KAP) survey on dengue fever in an urban

    Malay residential area in Kuala Lumpur. Malays J Public Health Med 2006;

    6: 62-7

    25. Swaddiwudhipong W, Lerdlukanavonge P, Khumklam P, Koonchote S, Nguntra P, Chaovakiratipong C. A survey of know-ledge, attitude and

    practice of the prevention of dengue hemorrhagic fever in an urban

    community of Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health 1992; 23:

    207-11

    26. Degallier N, Vilarinhos PT, Carvalho MS, Knox MS, Caetano JJ. Peoples knowledge and practice about dengue, its vectors and control means in

    Brasilia (DF), Brazil: its relevance with entomological factors. J Am Mosq

    Control Assoc 2000; 16: 114-23.

    27. Florensi, 2004. Perilaku Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan Penyakit DBD Di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

    28. Marlina, Siti, 2005. Peirlaku Keluarga terhadap Usaha Pencegahan Penyakit DBD di lingkungan Rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua.

    Fakutas Kedokteran USU.

  • LAMPIRAN

  • KUESIONER PENELITIAN

    PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI DBD PADA

    KELUARGA DI PERUMAHAN BANDAR BARU UDA, JOHOR BAHRU

    Karakteristik sosio-demografik Responden:

    No siri:

    01. Taraf pendidikan ( ) sekolah rendah ( ) sekolah menengah

    ( ) diploma ( ) degree

    02. Status pekerjaan ( ) kerajaan ( ) suri rumah

    ( ) swasta ( ) lain-lain

    Sumber informasi tentang demam dengue

    03. Pernahkah anda mendapat informasi tentang demam dengue?

    ( ) ya ( )tidak

    Jika ya, dari mana anda mendapatkan sumber informasi tentang demam dengue?

    ( ) T.V ( ) Radio ( ) Surat akhbar

    ( ) Leaflet ( ) internet ( ) seminar

    Pengetahuan tentang demam dengue

    1. Menurut anda, apakah penyebab dari DBD?

    a. Virus

    b. Bakteria

    c. Nyamuk

    2. Apakah ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah?

    a. Badan berwarna hitam belang-belang putih

    b. Badan berwarna hitam belang-belang coklat

    c. Badan berwarna hitam belang-belang merah

    3. Menurut anda, bagaimana cara untuk mencegah terkena DBD?

    a. Pemberian vaksin DBD

  • b. Mandi dengan air bersih

    c. Melakukan pencegahan dengan membunuh nyamuk penular DBD

    Benar Salah

    4. Demam berdarah dengue (DBD) dan demam

    dengue (DD) adalah penyakit yang berbeza

    kerana DBD mempunyai symptom yang lebih

    berat dan DD mempunyai kemungkinan

    sembuh lebih besar daripada DBD

    5. Jangkitan demam dengue melalui nyamuk

    hanya terjadi pada siang hari.

    6. Jika seseorang didiagnosa DBD, perlu

    disekitarnya dipasang kelambu untuk

    mencegah nyamuk menggigit penderita DBD

    sehingga tidak menjangkiti orang lain

    7. Di bawah ini merupakan symptom DBD adalah (jawapan boleh lebih dari

    satu..)

    a. Demam dan skit kepala

    b. Sakit otot dan bintik-bintik merah

    c. Pendarahan (darah dari hidung/darah gusi/buang air besar berdarah)

    d. Pembesaran hati

  • Sikap tentang demam dengue Setuju Tidak

    setuju

    1. Saya akan mengumpulkan tin kosong dan serpihan botol jika keberadaannya sudah

    sangat menganggu keindahan alam

    sekitar saya

    2. Orang kuat dan sihat tidak akan dijangkiti demam dengue

    3. Saya masih menyimpan botol-botol kosong kearana mungkin boleh

    digunakan atau dijual suatu saat.

    4. Selama kolah mandi saya bersih, saya tidak membersihkan kolah mandi

    5. Saya hanya akan menutup tempat takungan air yang berada di luar rumah

    Tindakan tentan