laporan dbd

26
DEMAM BERDARAH DENGUE 1.Latar Belakang Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah ditransmisikan melalui nyamuk yang termasuk dalam genus Aedes, yang banyak tersebar di Negara subtropis dan tropis dan diklasifikasikan sebagai ancaman kesehatan global oleh WHO. Sekarang ini, demam berdarah dengue merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak di Negara-negara Asia Tenggara dan paling banyak ditemukan di Indonesia. Tahun 1982, di Singapura, angka kematian lebih dari 50% tarjadi pada usia lebih dari 15 tahun. Di Indonesia, persentasi angka infeksi tinggi pada dewasa muda di Jakarta dan provinsinya. Di Bangladesh, lebih dari 82% pasien yang dirawat 1

Upload: darari-genadita

Post on 11-Feb-2015

165 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan DBD

DEMAM BERDARAH DENGUE

1.Latar Belakang

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) merupakan

penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebran geografis

yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat

serotype virus dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. Setiap serotipe cukup

berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa

serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah ditransmisikan melalui

nyamuk yang termasuk dalam genus Aedes, yang banyak tersebar di Negara

subtropis dan tropis dan diklasifikasikan sebagai ancaman kesehatan global oleh

WHO.

Sekarang ini, demam berdarah dengue merupakan salah satu penyebab

morbiditas dan mortalitas pada anak di Negara-negara Asia Tenggara dan paling

banyak ditemukan di Indonesia. Tahun 1982, di Singapura, angka kematian lebih

dari 50% tarjadi pada usia lebih dari 15 tahun. Di Indonesia, persentasi angka

infeksi tinggi pada dewasa muda di Jakarta dan provinsinya. Di Bangladesh, lebih

dari 82% pasien yang dirawat merupakan pasien dewasa dan seluruk kematian

terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 5 tahun.

Masyarakat awam sulit membedakan demam dengue (DD) dan demam

berdarah dengue (DBD), karena hanya diketahui dokter berdasarkan pemeriksaan

darah dan keadaan klinis penderita. Secara klinis yang membedakan adalah pada

DBD terjadi reaksi keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah

keluar dan masuk ke dalam rongga perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini

apabila tidak segera ditanggulangi dapat mempengaruhi manifestasi gejala

perdarahan menjadi sangat masif. Dalam praktik kedokteran sering kali membuat

seorang dokter terpaksa memberikan transfusi darah dalam jumlah cukup banyak.

1

Page 2: Laporan DBD

Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan,

trombosit menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada DBD

trombosit yang menurun sangat drastis hingga kurang dari 90.000, perdarahan

yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak napas karena adanya cairan di

rongga paru (efusi pleura).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada penyebaran demam berdarah yaitu

termasuk ledakan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dengan system kesehatan

yang inadekuat, buruknya control vector, perubahan iklim, dan peningkatan

mobilisasi ke area endemik (rekreasi, bisnis, dan perjalan militer). Faktor-faktor

ini harus diperhatikan untuk mengontrol penyebaran dengue.

2.Definisi

Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri

otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.

Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam

dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.

Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien

jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut

dengue shock syndrome (DSS).

3.Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus

dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Terdapat 4

serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat

menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe

ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat

reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever,

Japanese encephalitis dan West Nile virus. Dalam laboratorium virus dengue

dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar,

dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibodi pada

2

Page 3: Laporan DBD

hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue

dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites.

4.Epidemiologi

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat,

dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh

wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia 6-15 per 100.000 penduduk (1989-

1995), dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000

penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun

hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue terjadi

melaliu vector nyamuk genus Aedes (terutama Aedes aegypti dan Aedes

albopictus). Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi

lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu,

bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan

air lainnya).

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus

dengue yaitu:

Vektor

Perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di

lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.

Pejamu

Terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan

terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.

Lingkungan

Curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

5. Patofisiologi

Infeksi dengue disebabkan oleh 4 jenis virus, yaitu dengue virus 1

(DENV-1), dengue virus 2 (DENV-2), dengue virus 3 (DENV-3), dan dengue

3

Page 4: Laporan DBD

virus 4 (DENV-4). Masing-masing virus tersebut mempunyai genotipe yang

berbeda. Tiap individu bisa saja terinfeksi semua jenis virus.

Virus dengue didapatkan dari gigitan nyamuk Aedes. Vector utama demam

dengue adalah nyamuk kebun yang disebut Aedes aegypti, tapi A.albopictus dan

jenis Aedes lainnya juga dapat menularkan virus dengue dengan tingkat keparahan

yang berbeda.

Jenis nyamuk Aedes beradaptasi dengan baik pada habitat manusia, sering

ditemukan pada tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan

rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari rumah. Tempat

perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti

tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan/pot

bunga,dll. Di tempat perindukan A.aegypti seringkali ditemukan larva

A.albopictus yang hidup bersama-sama.

Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan

menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat

meletakkan rata-rata 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari telur

menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali,

tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur

sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Nyamuk dewasa

betina menghisap darah manusia pada siang hari. Umur nyamuk dewasa betina di

alam bebas kira-kira 10 hari, dan mampu terbang sejauh 2 km, walaupun

umumnya jarak terbangnya adalah ± 40 m.

Ketika menginfeksi manusia, virus dengue mempunyai masa inkubasi 3-

14 hari. Sel-sel target yang terinfeksi terutama di sistem retikuloendotel. Masa

penyembuhan biasanya selesai dalam 7-10 hari.

Demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome biasanya

berlangsung selama 3-7 hari sejak masa penularan. Patofisiologi utama yang

abnormal pada demam berdarah dengue adalah terdapatnya kebocoran plasma dan

perdarahan. Kebocoran plasma disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler

yang bermanifestasi efusi pleura dan asites. Perdarahan disebabkan kerapuhan

4

Page 5: Laporan DBD

kapiler dan trombositopenia yang bermanifestasi perdarahan kulit (ptekie,

purpura) sampai perdarahan gastrointestinal.

Berdasarkan data yang ada, mekanisme imunopatologis berperan dalam

terjadinya demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome. Respon imun

yang berperan dalam patogenesis DBD adalah :

a. Respon humoral

Berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus,

sitoloisis yang dimediasi komplemen, dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi.

Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada

monosit atau makrofag.

b. Limfosit T

Berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.

c. Monosit dan makrofag

Berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses

fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh

makrofag.

d. Aktivasi komplemen kompleks imun

Menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.

Menurut Kurane dan Ennis, tahun 1994, menyatakan bahwa infeksi virus

dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-

antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag dan dapat

menyebabkan aktivasi limfosit T (T helper dan T sitotoksik) sehingga diproduksi

limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit

sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi yang dapat mengakibatkan

terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a

dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga

mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :

1. Supresi sumsum tulang.

2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.

5

Page 6: Laporan DBD

Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan

keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan

terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar

trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan

kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai

mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Koagulopati terjadi

sebagai akibat interaks virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel.

Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam

berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pad demam berdarah

dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur

intrinsik juga berperan melalui aktivasi factor XIa namun tidak melalui aktivasi

kontak.

6.Diagnosis

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari rentang (3-14 hari),

timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang

belakang dan perasaan lelah.

Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai

dengan 2 atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :

1. nyeri kepala

2. nyeri retroorbital

3. mialgia atau atralgia

4. ruam kulit

5. manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)

6. leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif ; atau

ditemukan pasien demam dengue atau demam berdarah dengue yang sudah

dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.

Demam berdarah dengue (DBD)

Ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :

6

Page 7: Laporan DBD

1. demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

2. terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :

a. uji bendung positif

b. ptekie, ekimosis, atau purpura

c. perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau

perdarahan dari tempat lain.

d. Hematemesis atau melena

3. trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3)

4. terdapat minimal 1 tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)

sebagai berikut :

a. peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur

dan jenis kelamin.

b. Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrot sebelumnya.

c. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, acites atau

hipoproteinemia.

Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dengan

DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.

Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue

Spektrum Klinis

Manifestasi Klinis

7

Page 8: Laporan DBD

DD

• Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.• Dapat disertai trombositopenia.• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

DBD

• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.• Uji torniquet positif.• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.• Hepatomegali.• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.• Trombositopenia.• Hemokonsentrasi.• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok

SSD

• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).• Gejala syok :

Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis. Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg. Akral dingin, capillary refill turun.

Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:

Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama

perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.

Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang

mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.

Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter

2,8 cm (1 inchi).

8

Page 9: Laporan DBD

Pemeriksaan darah yang rutin adalah melalui pemeriksaan kadar

hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat

adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)

atau tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue

berupa antibody total, IgM maupun IgG.

Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain :

Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3

dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari totalleykosit)

Trombosit: terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8

Hematokrit : peningkatan hematokrit ≥ 20% dari

hematokrit awal, dimulai pada hari ke-3 demam

Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT,

Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi

perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

Protein / albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat

kebocoran plasma

SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat

meningkat.

Ureum, Kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi

ginjal.

Elektrolit

Golongan Darah dan cross match

Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG

terhadap dengue.

IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningakt sampai minggu ke-3,

menghilang setelah 60-90 hari.

IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi

sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.

9

Page 10: Laporan DBD

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pada pemeriksaan radiologi dan USG Kasus DBD, terdapat beberapa

kerlainan yang dapat dideteksi yaitu :

1. Dilatasi pembuluh darah paru

2. Efusi pleura

3. Kardiomegali dan efusi perikard

4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati

5. Caran dalam rongga peritoneum

6. Penebalan dinding vesika felea

7.Terapi

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien

disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan.

Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin

diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.

Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.

Untuk mengatasi demam biasanya diberikan parasetamol. Salisilat tidak

digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis. Parasetamol diberikan

selama demam masih mencapai 39 derajat C, paling banyak 6 dosis dalm 24 jam.

Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah.

Kegelisahan ini biasa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati. Haus dan

dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan

muntah. Untuk mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan yang cukup

melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya mengandung

elektrolit seperti oralit. Cairan lain yang biasa digunakan adalah jus buah-buahan.

Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama

dengan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Hematologi dan Onkologi Medik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol

penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan kriteria :

10

Page 11: Laporan DBD

Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai

atas indikasi.

Praktis dalam pelaksanaannya.

Mempertimbangkan cost effectiveness.

Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :

Protokol 1 : Penanganan tersangka (Probable) DBD dewasa tanpa syok

Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD diruang rawat

Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >

20%

Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

Protokol 5 : Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa.

Protokol 1. Penanganan Tersangka (Probable)DBD dewasa tanpa syok

Seseorang yang tersangka menderita DBD diruang Gawat Darurat dilakukan

pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan trombosit bila :

* Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien

dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke Poliklinik

dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukakan pemeriksaan Hb,Ht,leukosit

dan trombosit tiap 24 jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera

kembali ke instalasi Gawat Darurat.

* Hb,Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurka untuk dirawat.

* Hb,Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurka untuk dirawat.

Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD diruang rawat.

11

Page 12: Laporan DBD

Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa

syok maka di ruang rawat diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti

rumus berikut ini :

Volume cairan kristaloid perhari yang diperlukan, sesuai rumus berikut :

1500 + { 20 x (BB dalam kg -20)}

Contoh volume rumatan untuk BB 55kg : 1500 + {20 x (55-20)} = 2200 ml

Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb,Ht tiap 24 jam:

Bila Hb,Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah pemberian

cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht trombo

dilakukan tiap 12 jam.

Bila Hb, Ht meningkat>20% dan trombosit <100.000 maka pemberian

cairan sesuai dengan protocol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan

Ht > 20%.

Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >

20%

Meningkatnya Ht >20% menunjukan bahwa tubuh mengalami deficit

cairan sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah

dengan memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien

kemudian dipantau setelah 3 – 4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan

ditandai dengan penurunan hematokrit, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil,

produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangin menjadi 5

ml/kgBB/jam. 2 jam lagi dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap

menunjukan perbaikan maka jumlah cairan infuse dikurangi menjadi 3

ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian

cairan dapat di hentikan 24 – 48 jam kemudian.

Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

12

Page 13: Laporan DBD

Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah :

perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan

tampon hidung, perdarahan saluran cerna (hemetemesis dan melena atau

hematokskesia), perdarahan saluran kencing (hematuria), perdarahan otak atau

perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4 – 5ml/kgBB/jam.

Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti

keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan

dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht dan

trombosis serta hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht, dan

trombosit sebaiknya diulang setiap 4 – 6 jam.

Protokol 5 : Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa.

Bila kita berhadapan dengan Sindrom Syok Dengue (SSD) maka hal pertama

yang harus diingat adalah bahwa rejatan harus segera diatasi dan oleh karena itu

penggantian cairan intravaskuler yang hilang harus segera dilakukan. Angka

kematian sindrom syok dengue sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita

DBD tanpa rejatan , dan rjatan dapat terjadi karena keterlambatan penderita DBD

mendapatkan pertolongan, penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya

kewaspadaan terhadap tanda-tanda rejatan dini, dan penatalaksanaan rejatan yang

adekuat.

Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi

setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi jumlah cairan dikurangi menjadi 7

ml/kgBB/jam.

Tabel 5. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien

Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien

Ada kedaruratan:

• Syok

• Muntah terus menerus

• Kejang

• Kesadaran turun

Tidak demam selama 24 jam tanpa

antipiretik, Nafsu makan membaik

Secara klinis tampak perbaikan

Hematokrit stabil Tiga hari setelah

syok teratasi Trombosit > 50.000/uL

13

Page 14: Laporan DBD

• Muntah darah

• Berak hitam

Hematokrit cenderung meningkat setelah 2

kali pemeriksaan berturut-turut

Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)

Tidak dijumpai distres pernafasan

Ringkasan

PROTOKOL 1

• Tersangka DBD → periksa Hb, Ht, trmbosit → trombosit 100-150 ribu/mm3

→ dipulangkan → kontrol 24 jam → periksa Hb, Ht, trmbosit

• Hb, Ht normal, trombosit < 150 ribu/mm3 → dirawat

• Hb, trmbosit normal, Ht ↑ → dirawat

PROTOKOL 2

• DBD tanpa perdarahan → beri cairan 1500+[20x (BB-20)] ml/hari →

observasi Hb, Ht, trombosit tiap 24 jam.

• Hb, Ht ↑ 10-20%, trmbosit < 100 ribu/mm3 → beri cairan → observasi tiap 12

jam.

• Hb ,Ht ↑ > 20%, trmbosit < 100 ribu/mm3 → protokol 3

PROTOKOL 3

• Ht ↑ > 20% → kristaloid 6-7ml/kgbb/jam → observasi stlh 3-4 jam. Ht ↓,

frek. Nadi ↓, produksi urin ↑ → cairan 5ml/kgbb/jam → observasi setelah 2

jam.

• Ada perbaikan → 3ml/kgbb/jam → observasi 24-48 jam → boleh pulang

• Tidak ada perubahan → 10ml/kgbb/jam → observasi setelah 2 jam. Ada

perbaikan → 5ml/kgbb/jam. Tidak ada perbaikan → 15ml/kgbb/jam. Tidak

ada perbaikan/syok → tatalaksana sindrom syok

14

Page 15: Laporan DBD

PROTOKOL 4

• Perderehen spontan → beri cairan sama dgn DBD tanpa syok lainnya →

observasi pasien tiap 4-6 jam

PROTOKOL 5

• Pada SSD à cairan + oksigen 2-4 liter/menit

• Periksa DPL, hemostasis, AGD, kadar Na, K, Cl, serta Ureum dan Creatinin

8.Anjuran pemeriksaan

Cairan pengganti adalah pengobatan utama dari demam berdarah selain

menurunkan demam, mengatasi perdarahan, mencegah infeksi sekunder yang

akan semakin memperberat kondisi pasien. Segera bawa keluarga yang ada gejala

seperti di atas ke dokter terdekat atau Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan

secepatnya. Sebelum sempat di bawa ke Rumah Sakit, berikan minum air

sebanyak-banyaknya untuk mengurangi risiko syok dan mencegah dehidrasi.

Nyeri di ulu hati yang sering terjadi pada pasien demam berdarah, akan

mengganggu proses perbaikan cairan bila pasien tak mendapat infus. Hindari

pemakaian obat seperti aspirin untuk mengurangi risiko perdarahan, untuk

menurunkan demam bisa digunakan Parasetamol. (Dengue Fever, from risiko

perdarahan, untuk menurunkan demam bisa digunakan Parasetamol.

Penganan kasus demam berdarah tidak bisa dilakukan di rumah karena

kompleksnya permasalahan yang mungkin terjadi. Untuk demam Dengue bisa

dilakukan pengobatan rawat jalan dengan syarat jumlah trombosit masih baik dan

belum terjadi penurunan. Pencegahan paling mudah agar tak terkena demam

berdarah atau demam Dengue adalah menjaga kebersihan lingkungan. Sayang

untuk menjaga kebersihan lingkungan bukan hal mudah karena sampah yang

bertumpuk. Kali yang tertimbun sampah sehingga tak lancar, banjir serta air rob

15

Page 16: Laporan DBD

yang terjadi di mana-mana dan kebiasaan masyarakat yang suka membuang

sampah sembarangan di selokan maupun di kali.

9.Komplikasi

Demam berdarah sering menimbulkan komplikasi. Perdarahan adalah yang

paling sering terjadi, bisa berupa perdarahan hidung, gusi, berak darah, muntah

darah, atau pada wanita yang sedang Haid terjadi perdarahan yang lebih banyak

dari biasanya. Syok yang ditandai dengan penurunan tekanan darah adalah kondisi

yang berat dari demam berdarah dan dapat menimbulkan kematian apabila sulit

diatasi. Syok ini bisa menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti gagal ginjal

yang kadangkala memerlukan penanganan dengan cuci darah. Penyebab dari syok

adalah kurangnya cairan yang ada di dalam pembuluh darah, karena perdarahan

atau kebocoran dari cairan plasma darah.

10. Prognosis

Kematian oleh Demam dengue (DD) hamper tidak ada. Sebaliknya pada

DHF/DSS mortaliasnya cukup tinggi. Menurut penelitian prognosis dan

perjalanan penyakit orang dewasa umumnya lebih ringan daripada anak-anak

11. Pencegahan

Untuk memutuskan rantai penularan pemberantasan vector dianggap cara paling

memadai. Ada 2 cara pemberantasan vektor :

1. Menggunakan Insektisida

Biasanya digunakan malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan

abate untuk membunuh jentik. Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1

gr Abate 56 1% per 10 ltr air.

2. Tanpa Insektisida

Minimal 1 x minggu

Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

16

Page 17: Laporan DBD

Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, bool-

botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk

bersarang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman S.A., 1999. Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai

Penerbit FKUI hal 417-426

Suhendro, Leonard Nainggolan, khie chen, Herdiman T. Pohan, 2006. Demam

Berdarah Dengue. Ilmu Penyakit Dalam, ECG. Hal 1731-1735.

Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan

Terapi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.

Sowandoyo E. Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa, Gejala Klinik dan

Penatalaksanaannya. Makalah Seminar Demam Berdarah Dengue di

Indonesia.1998. RS. Sumber Waras Jakarta.

Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.

Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu

17