laporan dbd
TRANSCRIPT
DEMAM BERDARAH DENGUE
1.Latar Belakang
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebran geografis
yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat
serotype virus dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa
serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah ditransmisikan melalui
nyamuk yang termasuk dalam genus Aedes, yang banyak tersebar di Negara
subtropis dan tropis dan diklasifikasikan sebagai ancaman kesehatan global oleh
WHO.
Sekarang ini, demam berdarah dengue merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas pada anak di Negara-negara Asia Tenggara dan paling
banyak ditemukan di Indonesia. Tahun 1982, di Singapura, angka kematian lebih
dari 50% tarjadi pada usia lebih dari 15 tahun. Di Indonesia, persentasi angka
infeksi tinggi pada dewasa muda di Jakarta dan provinsinya. Di Bangladesh, lebih
dari 82% pasien yang dirawat merupakan pasien dewasa dan seluruk kematian
terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 5 tahun.
Masyarakat awam sulit membedakan demam dengue (DD) dan demam
berdarah dengue (DBD), karena hanya diketahui dokter berdasarkan pemeriksaan
darah dan keadaan klinis penderita. Secara klinis yang membedakan adalah pada
DBD terjadi reaksi keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah
keluar dan masuk ke dalam rongga perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini
apabila tidak segera ditanggulangi dapat mempengaruhi manifestasi gejala
perdarahan menjadi sangat masif. Dalam praktik kedokteran sering kali membuat
seorang dokter terpaksa memberikan transfusi darah dalam jumlah cukup banyak.
1
Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan,
trombosit menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada DBD
trombosit yang menurun sangat drastis hingga kurang dari 90.000, perdarahan
yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak napas karena adanya cairan di
rongga paru (efusi pleura).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada penyebaran demam berdarah yaitu
termasuk ledakan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dengan system kesehatan
yang inadekuat, buruknya control vector, perubahan iklim, dan peningkatan
mobilisasi ke area endemik (rekreasi, bisnis, dan perjalan militer). Faktor-faktor
ini harus diperhatikan untuk mengontrol penyebaran dengue.
2.Definisi
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam
dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien
jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut
dengue shock syndrome (DSS).
3.Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat
reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever,
Japanese encephalitis dan West Nile virus. Dalam laboratorium virus dengue
dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar,
dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibodi pada
2
hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue
dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites.
4.Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat,
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia 6-15 per 100.000 penduduk (1989-
1995), dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue terjadi
melaliu vector nyamuk genus Aedes (terutama Aedes aegypti dan Aedes
albopictus). Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu,
bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan
air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaitu:
Vektor
Perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.
Pejamu
Terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
Lingkungan
Curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
5. Patofisiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh 4 jenis virus, yaitu dengue virus 1
(DENV-1), dengue virus 2 (DENV-2), dengue virus 3 (DENV-3), dan dengue
3
virus 4 (DENV-4). Masing-masing virus tersebut mempunyai genotipe yang
berbeda. Tiap individu bisa saja terinfeksi semua jenis virus.
Virus dengue didapatkan dari gigitan nyamuk Aedes. Vector utama demam
dengue adalah nyamuk kebun yang disebut Aedes aegypti, tapi A.albopictus dan
jenis Aedes lainnya juga dapat menularkan virus dengue dengan tingkat keparahan
yang berbeda.
Jenis nyamuk Aedes beradaptasi dengan baik pada habitat manusia, sering
ditemukan pada tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan
rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari rumah. Tempat
perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti
tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan/pot
bunga,dll. Di tempat perindukan A.aegypti seringkali ditemukan larva
A.albopictus yang hidup bersama-sama.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan
menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari telur
menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali,
tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur
sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Nyamuk dewasa
betina menghisap darah manusia pada siang hari. Umur nyamuk dewasa betina di
alam bebas kira-kira 10 hari, dan mampu terbang sejauh 2 km, walaupun
umumnya jarak terbangnya adalah ± 40 m.
Ketika menginfeksi manusia, virus dengue mempunyai masa inkubasi 3-
14 hari. Sel-sel target yang terinfeksi terutama di sistem retikuloendotel. Masa
penyembuhan biasanya selesai dalam 7-10 hari.
Demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome biasanya
berlangsung selama 3-7 hari sejak masa penularan. Patofisiologi utama yang
abnormal pada demam berdarah dengue adalah terdapatnya kebocoran plasma dan
perdarahan. Kebocoran plasma disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
yang bermanifestasi efusi pleura dan asites. Perdarahan disebabkan kerapuhan
4
kapiler dan trombositopenia yang bermanifestasi perdarahan kulit (ptekie,
purpura) sampai perdarahan gastrointestinal.
Berdasarkan data yang ada, mekanisme imunopatologis berperan dalam
terjadinya demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome. Respon imun
yang berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a. Respon humoral
Berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus,
sitoloisis yang dimediasi komplemen, dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi.
Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada
monosit atau makrofag.
b. Limfosit T
Berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.
c. Monosit dan makrofag
Berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses
fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh
makrofag.
d. Aktivasi komplemen kompleks imun
Menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Menurut Kurane dan Ennis, tahun 1994, menyatakan bahwa infeksi virus
dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-
antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag dan dapat
menyebabkan aktivasi limfosit T (T helper dan T sitotoksik) sehingga diproduksi
limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit
sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a
dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga
mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
1. Supresi sumsum tulang.
2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
5
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan
keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan
terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar
trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan
kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Koagulopati terjadi
sebagai akibat interaks virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel.
Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam
berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pad demam berdarah
dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur
intrinsik juga berperan melalui aktivasi factor XIa namun tidak melalui aktivasi
kontak.
6.Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari rentang (3-14 hari),
timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang
belakang dan perasaan lelah.
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan 2 atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1. nyeri kepala
2. nyeri retroorbital
3. mialgia atau atralgia
4. ruam kulit
5. manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
6. leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif ; atau
ditemukan pasien demam dengue atau demam berdarah dengue yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Demam berdarah dengue (DBD)
Ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
6
1. demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
a. uji bendung positif
b. ptekie, ekimosis, atau purpura
c. perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain.
d. Hematemesis atau melena
3. trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3)
4. terdapat minimal 1 tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut :
a. peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin.
b. Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrot sebelumnya.
c. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, acites atau
hipoproteinemia.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dengan
DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.
Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue
Spektrum Klinis
Manifestasi Klinis
7
DD
• Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.• Dapat disertai trombositopenia.• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
DBD
• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.• Uji torniquet positif.• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.• Hepatomegali.• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.• Trombositopenia.• Hemokonsentrasi.• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
SSD
• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).• Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis. Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg. Akral dingin, capillary refill turun.
Diuresis turun, hingga anuria.
Keterangan:
Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama
perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang
mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter
2,8 cm (1 inchi).
8
Pemeriksaan darah yang rutin adalah melalui pemeriksaan kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
atau tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue
berupa antibody total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3
dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari totalleykosit)
Trombosit: terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
Hematokrit : peningkatan hematokrit ≥ 20% dari
hematokrit awal, dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi
perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein / albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat
kebocoran plasma
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat
meningkat.
Ureum, Kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi
ginjal.
Elektrolit
Golongan Darah dan cross match
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG
terhadap dengue.
IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningakt sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
9
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pada pemeriksaan radiologi dan USG Kasus DBD, terdapat beberapa
kerlainan yang dapat dideteksi yaitu :
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali dan efusi perikard
4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati
5. Caran dalam rongga peritoneum
6. Penebalan dinding vesika felea
7.Terapi
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien
disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan.
Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Untuk mengatasi demam biasanya diberikan parasetamol. Salisilat tidak
digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis. Parasetamol diberikan
selama demam masih mencapai 39 derajat C, paling banyak 6 dosis dalm 24 jam.
Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah.
Kegelisahan ini biasa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati. Haus dan
dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan
muntah. Untuk mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan yang cukup
melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya mengandung
elektrolit seperti oralit. Cairan lain yang biasa digunakan adalah jus buah-buahan.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama
dengan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Hematologi dan Onkologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol
penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan kriteria :
10
Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai
atas indikasi.
Praktis dalam pelaksanaannya.
Mempertimbangkan cost effectiveness.
Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
Protokol 1 : Penanganan tersangka (Probable) DBD dewasa tanpa syok
Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD diruang rawat
Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >
20%
Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
Protokol 5 : Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa.
Protokol 1. Penanganan Tersangka (Probable)DBD dewasa tanpa syok
Seseorang yang tersangka menderita DBD diruang Gawat Darurat dilakukan
pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan trombosit bila :
* Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien
dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke Poliklinik
dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukakan pemeriksaan Hb,Ht,leukosit
dan trombosit tiap 24 jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera
kembali ke instalasi Gawat Darurat.
* Hb,Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurka untuk dirawat.
* Hb,Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurka untuk dirawat.
Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD diruang rawat.
11
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa
syok maka di ruang rawat diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti
rumus berikut ini :
Volume cairan kristaloid perhari yang diperlukan, sesuai rumus berikut :
1500 + { 20 x (BB dalam kg -20)}
Contoh volume rumatan untuk BB 55kg : 1500 + {20 x (55-20)} = 2200 ml
Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb,Ht tiap 24 jam:
Bila Hb,Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht trombo
dilakukan tiap 12 jam.
Bila Hb, Ht meningkat>20% dan trombosit <100.000 maka pemberian
cairan sesuai dengan protocol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan
Ht > 20%.
Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >
20%
Meningkatnya Ht >20% menunjukan bahwa tubuh mengalami deficit
cairan sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah
dengan memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien
kemudian dipantau setelah 3 – 4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan
ditandai dengan penurunan hematokrit, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil,
produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangin menjadi 5
ml/kgBB/jam. 2 jam lagi dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap
menunjukan perbaikan maka jumlah cairan infuse dikurangi menjadi 3
ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian
cairan dapat di hentikan 24 – 48 jam kemudian.
Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
12
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah :
perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan
tampon hidung, perdarahan saluran cerna (hemetemesis dan melena atau
hematokskesia), perdarahan saluran kencing (hematuria), perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4 – 5ml/kgBB/jam.
Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti
keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan
dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht dan
trombosis serta hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht, dan
trombosit sebaiknya diulang setiap 4 – 6 jam.
Protokol 5 : Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa.
Bila kita berhadapan dengan Sindrom Syok Dengue (SSD) maka hal pertama
yang harus diingat adalah bahwa rejatan harus segera diatasi dan oleh karena itu
penggantian cairan intravaskuler yang hilang harus segera dilakukan. Angka
kematian sindrom syok dengue sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita
DBD tanpa rejatan , dan rjatan dapat terjadi karena keterlambatan penderita DBD
mendapatkan pertolongan, penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya
kewaspadaan terhadap tanda-tanda rejatan dini, dan penatalaksanaan rejatan yang
adekuat.
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi jumlah cairan dikurangi menjadi 7
ml/kgBB/jam.
Tabel 5. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien
Ada kedaruratan:
• Syok
• Muntah terus menerus
• Kejang
• Kesadaran turun
Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil Tiga hari setelah
syok teratasi Trombosit > 50.000/uL
13
• Muntah darah
• Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2
kali pemeriksaan berturut-turut
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
Tidak dijumpai distres pernafasan
Ringkasan
PROTOKOL 1
• Tersangka DBD → periksa Hb, Ht, trmbosit → trombosit 100-150 ribu/mm3
→ dipulangkan → kontrol 24 jam → periksa Hb, Ht, trmbosit
• Hb, Ht normal, trombosit < 150 ribu/mm3 → dirawat
• Hb, trmbosit normal, Ht ↑ → dirawat
PROTOKOL 2
• DBD tanpa perdarahan → beri cairan 1500+[20x (BB-20)] ml/hari →
observasi Hb, Ht, trombosit tiap 24 jam.
• Hb, Ht ↑ 10-20%, trmbosit < 100 ribu/mm3 → beri cairan → observasi tiap 12
jam.
• Hb ,Ht ↑ > 20%, trmbosit < 100 ribu/mm3 → protokol 3
PROTOKOL 3
• Ht ↑ > 20% → kristaloid 6-7ml/kgbb/jam → observasi stlh 3-4 jam. Ht ↓,
frek. Nadi ↓, produksi urin ↑ → cairan 5ml/kgbb/jam → observasi setelah 2
jam.
• Ada perbaikan → 3ml/kgbb/jam → observasi 24-48 jam → boleh pulang
• Tidak ada perubahan → 10ml/kgbb/jam → observasi setelah 2 jam. Ada
perbaikan → 5ml/kgbb/jam. Tidak ada perbaikan → 15ml/kgbb/jam. Tidak
ada perbaikan/syok → tatalaksana sindrom syok
14
PROTOKOL 4
• Perderehen spontan → beri cairan sama dgn DBD tanpa syok lainnya →
observasi pasien tiap 4-6 jam
PROTOKOL 5
• Pada SSD à cairan + oksigen 2-4 liter/menit
• Periksa DPL, hemostasis, AGD, kadar Na, K, Cl, serta Ureum dan Creatinin
8.Anjuran pemeriksaan
Cairan pengganti adalah pengobatan utama dari demam berdarah selain
menurunkan demam, mengatasi perdarahan, mencegah infeksi sekunder yang
akan semakin memperberat kondisi pasien. Segera bawa keluarga yang ada gejala
seperti di atas ke dokter terdekat atau Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan
secepatnya. Sebelum sempat di bawa ke Rumah Sakit, berikan minum air
sebanyak-banyaknya untuk mengurangi risiko syok dan mencegah dehidrasi.
Nyeri di ulu hati yang sering terjadi pada pasien demam berdarah, akan
mengganggu proses perbaikan cairan bila pasien tak mendapat infus. Hindari
pemakaian obat seperti aspirin untuk mengurangi risiko perdarahan, untuk
menurunkan demam bisa digunakan Parasetamol. (Dengue Fever, from risiko
perdarahan, untuk menurunkan demam bisa digunakan Parasetamol.
Penganan kasus demam berdarah tidak bisa dilakukan di rumah karena
kompleksnya permasalahan yang mungkin terjadi. Untuk demam Dengue bisa
dilakukan pengobatan rawat jalan dengan syarat jumlah trombosit masih baik dan
belum terjadi penurunan. Pencegahan paling mudah agar tak terkena demam
berdarah atau demam Dengue adalah menjaga kebersihan lingkungan. Sayang
untuk menjaga kebersihan lingkungan bukan hal mudah karena sampah yang
bertumpuk. Kali yang tertimbun sampah sehingga tak lancar, banjir serta air rob
15
yang terjadi di mana-mana dan kebiasaan masyarakat yang suka membuang
sampah sembarangan di selokan maupun di kali.
9.Komplikasi
Demam berdarah sering menimbulkan komplikasi. Perdarahan adalah yang
paling sering terjadi, bisa berupa perdarahan hidung, gusi, berak darah, muntah
darah, atau pada wanita yang sedang Haid terjadi perdarahan yang lebih banyak
dari biasanya. Syok yang ditandai dengan penurunan tekanan darah adalah kondisi
yang berat dari demam berdarah dan dapat menimbulkan kematian apabila sulit
diatasi. Syok ini bisa menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti gagal ginjal
yang kadangkala memerlukan penanganan dengan cuci darah. Penyebab dari syok
adalah kurangnya cairan yang ada di dalam pembuluh darah, karena perdarahan
atau kebocoran dari cairan plasma darah.
10. Prognosis
Kematian oleh Demam dengue (DD) hamper tidak ada. Sebaliknya pada
DHF/DSS mortaliasnya cukup tinggi. Menurut penelitian prognosis dan
perjalanan penyakit orang dewasa umumnya lebih ringan daripada anak-anak
11. Pencegahan
Untuk memutuskan rantai penularan pemberantasan vector dianggap cara paling
memadai. Ada 2 cara pemberantasan vektor :
1. Menggunakan Insektisida
Biasanya digunakan malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan
abate untuk membunuh jentik. Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gr Abate 56 1% per 10 ltr air.
2. Tanpa Insektisida
Minimal 1 x minggu
Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
16
Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, bool-
botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman S.A., 1999. Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai
Penerbit FKUI hal 417-426
Suhendro, Leonard Nainggolan, khie chen, Herdiman T. Pohan, 2006. Demam
Berdarah Dengue. Ilmu Penyakit Dalam, ECG. Hal 1731-1735.
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan
Terapi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
Sowandoyo E. Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa, Gejala Klinik dan
Penatalaksanaannya. Makalah Seminar Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.1998. RS. Sumber Waras Jakarta.
Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
17