proposal penelitian ikm

53
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat Seminar Proposal Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Puskesmas Palaran Samarinda GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN BAHAYA NAPZA PADA SISWA SMU SEDERAJAT DI KECAMATAN PALARAN TAHUN 2012 Disusun oleh: Adisetya Wicaksono 01.30283.00031 .09 Virly Effendi 05.48823.00224 .09 Aji Ayunita 06.55348.00291 .09 Umar Jasalim 06.55363.00306 .09 Pembimbing: dr. M. Khairul Nuryanto, M.Kes 1

Upload: dessy-vinoricka-andriyana

Post on 02-Jan-2016

293 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IKM

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian IKM

SMF/Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat Seminar ProposalFakultas Kedokteran Universitas MulawarmanPuskesmas Palaran Samarinda

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU

TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN BAHAYA NAPZA

PADA SISWA SMU SEDERAJAT

DI KECAMATAN PALARAN TAHUN 2012

Disusun oleh:

Adisetya Wicaksono 01.30283.00031.09

Virly Effendi 05.48823.00224.09

Aji Ayunita 06.55348.00291.09

Umar Jasalim 06.55363.00306.09

Pembimbing:

dr. M. Khairul Nuryanto, M.Kes

dr. Sri Asih

dr. Endang Sri Wahyuningsih

LABORATORIUM/SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PUSKESMAS PALARAN

SAMARINDA

2012

1

Page 2: Proposal Penelitian IKM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) adalah

penggunaan NAPZA secara rutin, minimal selama 1 bulan dan telah menimbulkan

masalah penyimpangan perilaku yang mengganggu fungsi dalam peran di

lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan (Stuart dan Sundeen, 1995).

Masalah ini semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun kota kecil di

seluruh wilayah Republik Indonesia. Penyalahgunaan dan ketergantungan

NAPZA merupakan satu ancaman yang dapat menghancurkan generasi muda

sehingga cepat atau lambat akan terjadi lost generation (Joewana, 2005; Kaplan,

1991).

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja

akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah

bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan

hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba,

mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali.

(Soetjiningsih, 2007). Menurut Hartadi (2008), berdasarkan beberapa penelitian

epidemiologi yang dilakukan di Indonesia, menunjukkan hasil yang konsisten,

yaitu pengguna zat psikoaktif sebagian besar berusia kurang dari 25 tahun.

(Hartadi, 2008).

Penyalahgunaan narkoba dapat merusak hubungan kekeluargaan,

menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara drastis,

ketidakmampuan membedakan yang baik dan yang buruk, perilaku maladaptif,

gangguan kesehatan fisik dan mental, tindak kekerasan dan kriminalitas (Hawari,

2002).

Catatan WHO dalam World Drug Report 2011 menyatakan bahwa sekitar

210 juta jiwa mengkonsumsi narkoba setiap tahunnya atau sekitar 3,3%-6,1%

populasi dengan rentang usia 15-64 tahun, dan 200 ribu orang diantaranya

2

Page 3: Proposal Penelitian IKM

meninggal akibat narkoba. Efek penggunaan narkoba ini bukan hanya terhadap

diri sendiri, namun juga mempengaruhi keluar, teman, dan lingkungannya, bahkan

anak-anak yang orang tuanya mengkonsumsi narkoba berada dalam risiko besar

terhadap penggunaan dan tindakan lain yang berbahaya. Sedangkan di Asia

terdapat 6-51 kematian setiap 1 juta jiwa atau sekitar 15000-140000 kematian

dengan rentang usia 15-64 tahun karena penggunaan narkoba (WHO, 2011).

Prevalensi penggunaan NAPZA dari tahun ke tahun terus terjadi

peningkatan sehingga dapat terlihat seperti fenomena gunung es (iceberg

phenomenon). Menurut Hawari (2002), prevalensi ini sebenarnya sepuluh kali

lipat dari prevalensi yang ditetapkan oleh pemerintah (Hawari, 2002). Data Badan

Narkotika Nasional (BNN) tahun 2011 menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat

29.713 kasus narkoba dengan jumlah tersangka sebesar 36.589 orang dan latar

belakang pendidikan yang paling banyak adalah SMU sebesar 20.389 orang,

dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 3,8-4,2 juta orang. Kasus

narkoba di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 281 kasus narkoba dengan

jumlah tersangka sebesar 360 orang dan latar belakang pendidikan terbesar adalah

SMU sebesar 194 orang. Sedangkan kasus narkoba yang terjadi di Kalimantan

Timur sebesar 624 kasus pada tahun 2011 dengan jumlah tersangka sebesar 971

orang dan latar belakang pendidikan terbanyak adalah SMU sebesar 537 orang

(BNN, 2011). Satuan reserse narkoba polresta Samarinda mencatat bahwa

terdapat 70 kasus narkoba dan lebih dari 30% tersangkanya adalah remaja dan

pemuda dengan rentang usia 19-25 tahun (Anonim, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara dari

perwakilan beberapa sekolah SMU sederajat di Palaran, didapatkan bahwa belum

ada siswa yang tertangkap karena menyalahgunakan narkoba, namun ada

beberapa siswa yang menyalahgunakan zat adiktif lain seperti rokok, bahkan salah

satu perwakilan sekolah menyatakan bahwa 50% siswanya merokok. Selain itu,

tindak penyalahgunaan NAPZA yang lain adalah ngelem dan merokok. Seorang

guru sekolah SMU di Palaran pernah mendapati 4 orang siswa yang sedang

ngelem di luar jam sekolah. Selain itu, hasil wawancara dari polsekta Palaran,

didapatkan bahwa sedikitnya terdapat satu kasus konsumsi miras tiap bulannya

3

Page 4: Proposal Penelitian IKM

yang dilakukan oleh pelajar SMU atau sederajat, namun hal tersebut tidak

ditindak sebagai kasus pidana, kasus tersebut dikembalikan ke orang tua masing-

masing pelaku dan dinasehati oleh pihak kepolisian.

Kecamatan Palaran terdiri dari 5 kelurahan yaitu, Rawa Makmur, Simpang

Pasir, Handil Bakti, Bukuan dan Bantuas. Data polsekta Palaran menyebutkan

bahwa tindak penyalahgunaan narkoba tahun 2012 banyak terjadi di daerah Rawa

Makmur, Simpang Pasir dan Bukuan. Menurut Kapolsekta Palaran, wilayah Rawa

Makmur dan Simpang Pasir menjadi wilayah yang rawan akan pengguna narkoba,

hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang cukup padat, dan jarak antara Palaran

dan kota Samarinda tidak terlalu jauh, sehingga untuk mendapatkan narkoba akan

sangat mudah (Anonim, 2012). Oleh karena itu, kami memilih tiga SMU sederajat

yang mewakili masing-masing kelurahan di Rawa Makmur yaitu SMU ‘X’, SMK

“Y” di Bukuan dan SMK “Z” di Simpang Pasir. Berdasarkan data kualitatif

tersebut, kami sebagai penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat

gambaran karakteristik dan perilaku terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan

NAPZA pada siswa SMU sederajat di Kecamatan Palaran tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana gambaran karakteristik dan perilaku terhadap

penyalahgunaan dan bahaya NAPZA pada siswa SMU sederajat di Kecamatan

Palaran tahun 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik dan perilaku terhadap

penyalahgunaan dan bahaya NAPZA pada siswa SMU sederajat di Kecamatan

Palaran tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

4

Page 5: Proposal Penelitian IKM

1) karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin, usia, uang saku, tempat tinggal

dan kegiatan setelah pulang sekolah

2) sumber informasi mengenai penyalahgunaan dan bahaya NAPZA

3) gambaran tingkat pengetahuan siswa SMU sederajat di Kecamatan Palaran

terhadap penyalahgunaan dan bahaya NAPZA tahun 2012

4) gambaran sikap siswa SMU sederajat di Kecamatan Palaran terhadap

penyalahgunaan dan bahaya NAPZA tahun 2012

5) gambaran tindakan siswa SMU sederajat di Kecamatan Palaran terhadap

penyalahgunaan dan bahaya NAPZA tahun 2012

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Puskemas

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merancang program puskesmas

khususnya bidang promosi kesehatan bagi remaja guna meningkatkan mutu

kesehatan remaja di wilayah kecamatan Palaran.

1.4.2 Bagi Sekolah

Sebagai sarana informatif bagi pihak sekolah agar dapat menciptakan

lingkungan sekolah yang bebas NAPZA dengan cara mencegah siswa untuk

melakukan penyalahgunaan NAPZA melalui penyuluhan mengenai bahaya

NAPZA.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menimbulkan rasa peduli terhadap kelompok-kelompok yang rentan

mengalami permasalahan di masyarakat, khususnya mengenai penyalahgunaan

NAPZA yang berdampak besar bagi perkembangan generasi muda.

5

Page 6: Proposal Penelitian IKM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan

reaksi organisme terhadap lingkungannya. Menurut Robert kwick (1974) dalam

Notoatmodjo (2003) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme

yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner (1938) seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat terbagi menjadi

dua yaitu:

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Reaksi pada stimulus ini terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi ini belum dapatdiamati secara

jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Reaksi pada stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Perwujudan respons sangat tergantung pada karakteristik maupun faktor lain

dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap

stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku

dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

6

Page 7: Proposal Penelitian IKM

Pembentukan perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses

interaksi dengan lingkungan. Faktor yang kedua merupakan faktor yang paling

besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku

karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan terjadi melalui proses

belajar (learning process).

Menurut Bandura dan Walter dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tingkah

laku tiruan adalah bentuk asosiasi dari rangsangan dengan rangsang lainnya.

Apabila seseorang melihat suatu rangsang dan ia melihat model bereaksi secara

tertentu terhadap rangsang itu, maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut

terjadi rangkaian simbol-simbol yang menggambarkan rangsang dari tingkah laku

tersebut. Rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan

rangsang balas yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah

laku yang sama dengan tingkah laku model. Terlepas dari ada atau tidak adanya

rangsang, proses asosiasi tersembunyi ini sangat dibantu oleh kemampuan verbal

seseorang. Selain dari itu, dalam proses ini tidak ada cara coba dan ralat (trial and

error) yang berupa tingkah laku nyata, karena semuanya berlangsung secara

tersembunyi dalam diri individu.

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah karena adanya 5 alasan pokok, yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling

dekat.

7

Page 8: Proposal Penelitian IKM

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-

orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka

apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

e. Sumber-sumber daya (resources)

Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya.

Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat, yang dapat bersifat positif ataupun negatif.

Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatamodjo,

2003):

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu atas suatu proses penginderaan

terhadap suatu objek. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

indera penglihatan dan pendengaran (Notoatamodjo, 2003). Pengetahuan dibagi

atas 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

8

Page 9: Proposal Penelitian IKM

5. Sintesis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

2. Secara umum orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

3. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-menurun baik keyakinan yang

positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih

dahulu.

4. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

5. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia

mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

6. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)( Notoatmodjo, 2003).

9

Page 10: Proposal Penelitian IKM

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999) sikap merupakan pandangan atau perasaan yang

disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri ciri sikap

(Purwanto, 1999) adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan

akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan

dengan jelas.

4. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki orang.

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap

positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk

menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto,

1999).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi

yang diberikan (objek).

10

Page 11: Proposal Penelitian IKM

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang tinggi.

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan

atas beberapa tingkatan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

2.2. Remaja

Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono (2006)

adalah sebagai berikut:

11

Page 12: Proposal Penelitian IKM

1. 0 – 7 tahun : masa kanak-kanak (infancy);

2. 7 – 14 tahun : masa anak-anak (boyhood);

3. 14 – 21 tahun : masa dewasa muda (young manhood).

Siswa SMU/sederajat yang ada pada masa kini merupakan orang muda

yang punya hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat

tersebut tanpa membedakannya dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka,

dan hasrat seksuallah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka

menunjukkan hilangnya kontrol diri.

Menurut Sarwono, remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan

dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya.

Cirinya adalah alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul,

inteligensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil,

kesetiakawanan yang kuat terhadap kawan sebaya dan belum menikah.

Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara sosial budaya

(termasuk agama) dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi

pelayanan medis untuk kesehatan pada alat reproduksinya. Dampaknya adalah

makin aktifnya perilaku-perilaku seksual pra-nikah yang disertai ketidaktahuan

yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan reproduksi (Sarwono, 2006).

2.3 NAPZA

2.3.1 Definisi NAPZA

NAPZA merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan zat adiktif

lainnya. Narkotika berhubungan dengan bahasa yunani “narkan” yang berarti

menjadi kaku. Selain itu narkotika juga berhubungan dengan kata narcots yang

berarti narkose atau menidurkan, sehingga diartikan sebagai zat atau obat-obatan

yang dapat membius. Menurut Sasangka tahun 2003, narkotika diartikan sebagai

zat atau obat-obatan yang dipakai sebagai anestesi sehingga dapat mengakibatkan

hilangnya kesadaran karena mempengaruhi sistem susunan saraf pusat. Menurut

Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat yang berasal dari

tanaman yang dapat menyebabkan hilang kesadaran dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

12

Page 13: Proposal Penelitian IKM

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai

potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah heroin dan

ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin (Parapat, 2002).

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat

atau obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktivitas mental dan perilaku seseorang (Parapat, 2002).

Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi, shabu, dan

LSD (lysergic acid diethylamide). Psikotopika golongan II adalah berkhasiat

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi yang kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya adalah amfetamin, metilfenidat atau ritalin.

Psikotropika golongan III adalah berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah

pentobarbital dan flunitrazepam. Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan

dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya adalah diazepam, fenobarbital, nitrazepam dan klonazepam. Zat adiktif

adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang

menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan

alkohol, nikotin dan sebagainya (Susilo, 1993).

13

Page 14: Proposal Penelitian IKM

2.3.2 Jenis-jenis NAPZA

2.3.2.1 Ganja

Ganja merupakan tanaman perdu dengan dun menyerupai daun singkong

yang tepinya bergerigi, berbulu halus dan jumlah jarinya selalu ganjil. Ganja yang

paling banyak dikonsumsi berbentuk minyak (canabis), balok (hashish), atau hasil

pengeringan (marijuana). Ganja dipakai dengan cara dimakan begitu saja,

dicampurkan kedalam masakan, atau dicampur bersama tembakau sebagai rokok

karena bila dibakar dan dihirup asapnya dapat menimbulkan halusinasi atau

khayalan. Ganja mengandung halucinogen substance yang disebut Delta-9

tetrahydrocannabinol atau THC. Tanaman ganja juga mengandung kanabinoid

lain seperti kanabidiol dan asam tetra hydro kanabidiolat (Yanny, 2001).

Hawari (2002), mengungkapkan perubahan mental dan perilaku yang terjadi

pada pengguna ganja berupa:

1) Jantung berdebar-debar (palpitasi)

2) Gejala psikologik:

a) Euforia (rasa gembira tanpa sebab)

b) Halusinasi dan delusi

c) Perasaan waktu berlalu dengan lambat, dan

d) Apatis

3) Gejala fisik:

a) Mata merah

b) Nafsu makan bertambah

c) Mulut kering

d) Perilaku

2.3.2.2 Amphetamine (Ecstasy dan Shabushabu)

Hawari (2002), mengungkapkan bahwa narkoba jenis amphetamin

(psikotropika golongan I) misalnya pil ekstasi (ditelan) dan shabu-shabu (dengan

cara dihirup dengan menggunakan alat khusus yang disebut “Bong”). Idries

(2003) mengatakan ekstasi/ methamphetamines dalam bentuk pil yang berakibat

kondisi tubuh memburuk dan tekanan darah semakin tinggi. Gejalanya suka

14

Page 15: Proposal Penelitian IKM

bicara, rasa cemas dan gelisah, tidak dapat duduk dengan tenang, denyut nadi

terasa cepat, tangan dan jari selalu bergetar.

Penggunaan shabushabu mendorong tubuh melakukan aktivitas yang

melampaui batas kemampuan tubuh, sehingga dapat menyebabkan kekurangan

cairan (dehidrasi). Efek yang dapat terlihat ialah fisik merasa lebih kuat dan

energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, nafsu

makan menurun, badan kurus, susah tidur, tekanan darah meningkat dan

mengalami gangguan interaksi sosial serta pekerjaan (Salomone, 2009). Pada

penggunaan terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung, hati

dan ginjal (Nasution Z, 2004).

Yanny (2001), mengungkapkan bahwa ekstasi diklasifikasikan sebagai

Amfetamin yang dapat menimbulkan efek halusinasi. Bentuk dan warnanya

sangat beragam, tergantung dari kadar kemurniannya, mulai dari tablet berwarna

coklat dan putih, kapsul merah muda, kuning atau bening. Pengaruh ekstasi terjadi

30-60 menit setelah ditelan, mencapai puncak dalam 2-4 jam dan dapat

berlangsung selama beberapa jam (4-8 jam) tergantung dari jumlah obat yang

digunakan. Penggunaan obat ini memberikan rasa gembira berlebihan(euphoria),

menghilangkan rasa sedih, malu, lapar, pusing dan kantuk. Di pasaran dikenal

dengan nama sandi INEX, XTC, leon, pinx, dan lady. Penggunaan terus-menerus

dengan dosis tinggi menyebabkan kematian akibat overdosis (Wresniwiro M,

1999).

2.3.2.3 LSD

Merupakan sngkatan dari Lysergic Acid Diethylamide yang dikenal dengan

sebutan Elsid. Dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pada setiap

pengkonsumsi sesuai dengan keadaan hati, umumnya menimbulkan perasaan

melayang-layang yang muncul setengah sampai satu jam setelah menelan obat.

Obat mencapai puncak sekitar 2-6 jam dan menghilang setelah 12 jam.

Efek samping yang muncul ialah reaksi psikosis dengan kecenderungan

bunuh diri.setelah efek habis pemakai akan merasa cemas dan mengalami depresi

selama beberapa waktu (Sasangka, 2003).

15

Page 16: Proposal Penelitian IKM

2.3.2.4 Opiat (morphine, heroin/putaw)

Idries (2003), mengungkapkan bahwa heroin dihasilkan melalui proses

kimia atas bahan baku morfin. Heroin yang diedarkan sering dalam bentuk bubuk

berwarna putih keabu-abuan atau coklat. Dinikmati dengan cara mencium.

Yanny (2001), mengungkapkan heroin adalah candu yang berasal dari

opium poppy (papaver somniferum). Jenis obat dari heroin antara lain:

Bero,Smack, Scag, H.Junk, Gear atau Borse. Heroin dapat digunakan dengan cara

dihisap, disedot atau disuntikkan. Heroin jarang sekali ditelan, karena cara itu

tidak cukup efektif. Penggunaan yang paling popular adalah dengan cara

memanaskan bubuk heroin diatas kertas alumunium foil dan menghisap asapnya

dengan menggunakan pipa kecil atau gulungan kertas. Penyuntikkan dapat

dilakukan dengan menyuntikkan melalui otot, subkutan (dibawah kulit) atau lewat

pembuluh vena (pembuluh darah balik).

Yanny (2001), mengungkapkan efek psikologis meliputi perasaan bebas dari

rasa sakit, perasaan tegang diikuti perasaan senang, pusing, hangat dan keinginan

bersuka ria. Sedangkan efek fisik yang khas adalah tertariknya bola mata (miosis).

Orang yang menggunakan heroin untuk pertama kali sering mengalami mual-

mual, muntah dan gatalgatal. Hawari (2002), mengungkapkan perubahan mental

dan perilaku yaitu sebagai berikut:

1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar

2) Euforia atau sebaliknya disforia

3) Apatis, retardasi psikomotorik seperti lesu dan tidak bertenaga

4) Mengantuk, pembicaraan cadel/pelo

5) Gangguan pemusatan perhatian atau konsentrasi

6) Daya ingat menurun, tingkah laku maladaptif

2.3.2.5 Kokain

Tanaman coca dapat tumbuh di lingkungan tropis dengan nama lain

Eritroxyloncoca. Tanaman ini termasuk perdu yang mirip dengan pohon kopi.

Dapat digunakan sebagai obat perangsang namun didunia kedokteran digunakan

sebagai pemati rasa lokal. Umumnya dijual dalam bentuk ktistal atau serbukhalus

berwarna putih. Seseorang yang mengkonsumsi zat ini akan merasa hebat, kuat,

16

Page 17: Proposal Penelitian IKM

gembira dan bersemangat, hiperaktif, kemampuan bicara lancar. Hawari (2002),

mengungkapkan bahwa kokain digunakan dengan cara dihirup/disedot melalui

hidung. Perubahan mental dan perilaku meliputi:

1) Agitasi psikomotorik (hiperaktif)

2) Rasa gembira (elation), rasa harga diri meningkat (grandiosity)

3) Banyak bicara, kewaspadaan meningkat (paranoid)

4) Jantung berdebar-debar (palpitasi), pupil mata melebar (dilatasi pupil)

5) Tekanan darah naik (hipertensi), berkeringat berlebihan dan kedinginan

2.3.2.6 Zat Adiktif lainnya (Alkohol dan rokok)

Zat adiksi merupakan bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme

hidup menimbulkan kerja biologis dan apabila disalahgunakan dapat

menimbulkan ketergantungan (adiksi) yaitu keinginan mengkonsumsi terus-

menerus.

Hawari (2002), mengungkapkan bahwa miras atau minuman keras adalah

jenis narkoba dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak peduli

berapa kadar alkohol didalamnya. Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat

tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi

(ketergantungan). Hawari (2002), menjelaskan gangguan mental organik yang

terjadi pada diri seseorang yang menggunakan alkohol akibat reaksi langsung

alkohol pada neuro-transmitter sel-sel saraf pusat otak dapat berupa:

1) Terdapat dampak berupa perilaku misalnya perkelahian dan tindakan

kekerasan.

2) Gejala fisiologik

a. Bicaraan cadel (slurred speech)

b. Gangguan koordinasi, cara jalan yang tidak menetap

c. Mata juling (nistagmus),

d. muka merah

3) Gejala psikologik

a. Perubahan alam perasaan (afek/ mood)

b. Mudah marah dan tersinggung (irritabilitas)

c. Banyak bicara (melantur),

17

Page 18: Proposal Penelitian IKM

d. Gangguan perhatian/konsentrasi

Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol

tingkah lakunya. Namun pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan

diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan

kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan

mabuk (Larson, 2010).

Dampak jangka panjang penggunaan alkohol ialah jangka panjang alkohol

dapat menimbulkan gangguaan pada susunan saraf pusat (degenerasi serebelum),

hati, organ pencernaan (malabsorpsi), sistem pernafasan (bronkitis), otot, janin

(fetal alcohol syndrome), elektrolit, endokrin (hipogonadisme pada laki-laki) dan

risiko kanker (Joewana S, 2004). Kadang-kadang alkohol digunakan dengan

kombinasi obat-obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat

gandasehingga efek dari keracunan obat akibat over dosis akan lebih besar

(National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, 2010).

Rokok mengandung zat psikoaktif yaitu nikotin. Nikotin terdapat pada

tembakau dan menimbulkan perasaan nikmat, nyaman, dan peningkatan

produktifitas pada penghisapnya. Nikotin merupakan perangsang pada susunan

saraf pusat yang berfungsi sebagai penenang. Keracunan nikotin ditandai dengan

gejala sakit perut, diare, muntah, berkeringat, nyeri kepala, tidak mampu

berkonsentrasi, tidak mampu berbicara, serta denyut nadi bertambah cepat serta

lemah (Partodiharjo S, 2006).

Gejala yang muncul apabila putus obat berupa takikardi, tangan gemetar,

suhu kulit meningkat, keinginan kuat untuk merokok lagi, mudah marah,

hipotensi, nyeri kepala, cemas, gelisah, nafsu makan meningkat, kesulitan

berkonsentrasi, ansietas, dan depresi. Dampak yang muncul dikemudian hari

berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru (bronkitis, emfisema,

pneumonia, dan kanker paru), memperberat gastritis, osteoporosis, dan kulit

keriput (Joewana S, 2004).

2.3.2.7 Inhalan-Solven

Zat yang digolongkan dalam inhalasi solvent adalah gas atau zat pelarut

yang mudah menguap. Zat ini banyak terdapat pada alat-alat kebutuhan rumah

18

Page 19: Proposal Penelitian IKM

tanggaseperti perekat(lem), hair spray, deodorant spray, pelumas mesin, bahan

pembersih, dan thinner. Penyalahgunaan ini umumnyaterdapat pada anak usia9-14

tahun. Zat inhalasi bekerja pada membran sel terutama sel saraf pusat, diabsorpsi

di paru dan dimetabolisme di hati kemudia dieksresi melalui ginjal (Tjah, 2002)

Gejala intoksikasi yang muncul adalah euforia, perasaan melayang, iritasi

pada mata, melihat objek menjadi ganda, suara berdengung di telinga, batuk,

kemerahan di sekitar mulut, mual, muntah, diare, kehilangan nafsu makan, nyeri

dada, inkoordinasi motorik, letargi, hiporefleks, aritmia, nyeri otot dan sendi,

halusinasi, ilusi, mudah tersinggung, impulsif, kesadaran tersamar, dan perilaku

aneh. Bila penggunaan pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang otot

saluran nafas sehingga menghambat jalan nafas dan mengakibatkan kematian

mendadak (sudden sniffing death) (Joewana S, 2004).

Dampak penggunaan jangka panjang meliputi kelemahan otot, gangguan

pencernaan (sakit, mual, muntah, muntah darah), disfungsi renal, kardiomiopati,

hepatotoksisitas, kelainan sistem paru, kelainan hematopoiesis (anemia), dan

masalah neurologis (sakit kepala, paraesthesia, dementia) (Joewana S, 2004).

2.3.2.8 Sedatif / Hipnotika

Didunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagai “Obat tidur”

(sedative/hipnotik) yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturat atau

senyawa lain yang berkhasiat serupa. Penggunaan sedatif/hipnotik ini yang

seharusnya sebagai pengobatan (medicine) bila disalahgunakan dapat

menimbulkan ketagihan (adiksi) dan ketergantungan (dependen), apalagi bila

dosisnya melampui batas (Hawari, 2002). Hawari (2002), mengungkapkan bahwa

perubahan mental dan perilaku bagi pemakai yaitu sebagai berikut:

1) Gejala psikologik

a. Emosi labil

b. Hilangnya hambatan dorongan/ impulse seksual dan agresif

c. Mudah tersinggung dan marah

d. Banyak bicara (melantur)

2) Gejala neurologik

a. Pembicaraan cadel, gangguan koordinasi

19

Page 20: Proposal Penelitian IKM

b. Cara jalan yang tidak menetap,

c. gangguan perhatian atau daya ingat

3) Perilaku maladaptif

2.3.3 Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat NAPZA

2.3.3.1 Penyalahgunaan Zat NAPZA

Penyalahgunaan zat merupakan suatu kelainan yang menunjukkan

ketidakwajaran jiwa sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam

masyarakat. Ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan

pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan.

Penyalahgunaan zat tidak saja berbahaya dan merugikan keluarga serta

menimbulkan dampak soasial yang luas. Masalah ketergantungan obat terutama

disebabkan oleh golongan opiat, morphin, hipnotik sedatif dan minor tranquilizers

(Hawari, 2002).

Menurut WHO, ketergantungan obat tidak hanya karena satu sebab

melainkan terdapat berbagai faktor yang saling berinteraksi. Ini adalah gangguan

kepribadian dengan diketahui adanya risiko jangka panjang yang merugikan. Ini

adalah manifestasi upaya mengatasi stres psikis, sosial dan ekonomi, depresi,

kecemasan kronis dan gangguan psikiatri lain. Semua sebagai manifestasi dari

perlawanan terhadap nilai dari perlawanan terhadap nilai sosial yang

konvensional, tekanan sosial budaya, dan peran keluarga (Joewana, 1989).

Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat atau obat di luar indikasi medik

tanpa petunjuk atau resep dokter, digunakan untuk pemakaian sendiri secara

teratur atau berkala, sekurang-kurangnya selama satu bulan dan dapat

menciptakan keadaan yang tak terkuasai oleh individu. Pemakaian zat merupakan

suatu pola gangguan zat yang bersifat patologik sehingga menimbulkan gangguan

fungsi sosial (Brannon, 2010).

2.3.3.2 Ketergantungan Zat NAPZA

Ketergantungan zat adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang

diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini

memiliki tanda-tanda tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti

20

Page 21: Proposal Penelitian IKM

dorongan untuk mempergunakan obat secara periodik atau kontinu. Secara umum

ketergantungan zat (NAPZA) dapat dibagi tiga yaitu ketergantungan primer,

ketergantungan reaktif dan ketergantungan simptomatis.

1. Ketergantungan primer.

Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai

dengan adanya kecemasan dan depresi.

2. Ketergantungan reaktif.

Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan

dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman sebaya.

3. Ketergantungan simptomatis.

Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya

terjadi pada orang dengan kepribadian anti sosial (psikopat) dan pemakaian zat

itu untuk kesenangan semata (Griswold, 2008).

Seseorang dengan gangguan kepribadian (antisosial) memiliki resiko relatif

19,9% untuk terlibat penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, sedangkan

seseorang dengan gangguan jiwa kecemasan memiliki resiko relatif sebesar

13,8%, dan seseorang dengan gangguan jiwa antisosial memiliki resiko relatif

sebesar 18,8% untuk terlibat penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Selain

itu seseorang yang berada dalam kondisi keluarga yang tidak baik (keluarga yang

tidak utuh, orangtua yang sibuk, hubungan interpersonel yang tidak baik) akan

merasa tertekan, dan hal ini dapat menjadi faktor pendorong seseorang untuk

terlibat dalam penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (7,9%) (Hawari,

2006).

Pengaruh kelompok teman sebaya memiliki andil pula dalam meningkatkan

resiko seseorang terlibat dalam penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

Menurut penelitian Hawari 2002 diketahui bahwa yaitu sebesar 81,3%.

Kemudian adanya kemudahan dalam memperoleh NAPZA dalam arti baik

kesempatan maupun fasilitas memiliki resiko relatif sebesar 88%. Sehingga

adanya faktor predisposisi, kontribusi, dan pencetus akan meningkatkan resiko

seseorang terlibat dalam penyalahgnaan dan ketergantungan NAPZA (Hawari,

2006).

21

Page 22: Proposal Penelitian IKM

2.3.4 Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA

BNN mengungkapkan dampak penyalahgunaan narkoba antara lain:

1. Gangguan kesehatan jasmani: fungsi organ tubuh terganggu (hati, jantung,

paru, otak dan lain-lain)

2. Penyakit menular karena pemakaian jarum suntik bergantian (hepatitis B/C,

HIV/AIDS)

3. Overdosis yang menyebabkan kematian, ketergantungan, yang menyebabkan

gejala sakit jika pemakaiannya dihentikan atau dikurangi, serta meningkatkan

jumlah narkoba yang dikonsumsi.

4. Gangguan kesehatan jiwa (gangguan perkembangan mental-emosional,

paranoid)

5. Gangguan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan sosial (pertengkaran,

masalah keuangan, putus sekolah, menganggur, kriminalitas, dipenjara,

dikucilkan dan lain-lain)

Hadiman (1996), mengungkapkan dampak penyalahgunaan narkoba

terhadap generasi muda antara lain:

a. Terhadap pribadi

Narkotik mampu merubah kepribadian korban secara drastis seperti

berubah menjadi murung, pemarah bahkan melawan terhadap apa atau

siapapun menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap diri sendiri, seperti

tidak lagi memperhatikan, sekolah, rumah, pakaian dan sebagainya.

Semangat belajar menjadi menurun dan suatu ketika korban juga

bersikap seperti orang gila karena reaksi dari penggunaan narkoba tersebut.

Tidak lagi ragu untuk melakukan hubungan seks secara sembarangan karena

pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, hukum, agama sudah

longgar. Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa

nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan narkoba .

b. Terhadap keluarga

Tidak lagi segan mencuri uang atau bahkan menjual barang dirumah

yang bisa diuangkan untuk membeli narkoba. Tidak lagi menjaga sopan santun,

kurang menghargai harta milik yang ada dirumah, seperti mengendarai

22

Page 23: Proposal Penelitian IKM

kendaraan tanpa perhitungan rusaknya atau menjadi hancur sama sekali,

mencemarkan nama keluarga.

c. Terhadap kehidupan sosial

Berbuat tidak senonoh dengan orang lain, dan berakibat tidak saja bagi

yang berbuat melainkan hukum masyarakat yang berkepanjangan, tidak

segansegan mengambil milik tetangga (orang lain) dan memperoleh uang

untuk membeli narkoba. Mengganggu ketertiban umum, seperti mengendarai

kendaraan dengan kecepatan tinggi, menimbulkan bahaya bagi ketentraman

dan keselamatan umum antara lain tidak merasa menyesal apabila melakukan

kesalahan.

d. Terhadap negara dan bangsa

Rusaknya generasi muda pewaris bangsa, hilangnya rasa patriotisme

cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara Indonesia, yang pada gilirannya

akan memudahkan pihak-pihak lain mempengaruhinya untuk menghancurkan

negara.

2.3.5 Pencegahan dan Terapi Penyalahgunaan NAPZA

Yayasan Cabang Organisasi (2002), mengungkapkan bahwa pencegahan

narkoba yakni:

a. Lingkungan pergaulan yang sehat

b. Memperkuat keimanan

c. Komunikasi baik

d. Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mencegha penyalahgunaan

NAPZA, pencegahan tersebut terdiri atas tiga yaitu:

1. Pencegahan primer

Upaya ini berupa penyuluhan mengenai bahaya dan kerugian mengenai

penyalahgunaan NAPZA kepada kelompok remaja atau orang-orang yang

belum menggunakan NAPZA.

2. Pencegahan sekunder

23

Page 24: Proposal Penelitian IKM

Upaya ini dilakukan terhada orang-orang yang telah menggunakan NAPZA

dalam tahap dini (coba-coba) untuk segera mendapatkan pengobatan yang tepat

agar terbebas dari efek ketergantungan zat tersebut. Selain itu juga dilakukan

pada komponen masyarakat yang berpotensi menyalahgunakan NAPZA.

Upaya dapat dilakukan dengan deteksi dini pengguna, konseling, bimbingan

sosial melalui kunjungan rumah, penjelasandan pendidikan pengembangan

individu.

3. Pencegahan tersier

Upaya ini dilakukan terhadap pengguna napza dengan ketergantungan berat.

Dalam hal pencegahan ini pengobatan juga harus dilakukan dengan usaha

rehabilitasi fisik, mental, dan sosial. Meliputi konseling dan bimbingan sosial

kepada pengguna, keluarga, dan kelompok lingkungan. Selain itu juga

menciptakan lingkungan yang kondusif dan aman bagi bekas pengguna.

Selain ketiga hal diatas, perlunya pemberian informasi yang tepat tentang

akibat penyalahgunaan NAPZA kepada semua orang khususnya generasi muda

(Jeanne M, 1996).

Untuk penanganan di RSJ umumnya hanya pada masalah medik akut, kronis

dan medik dengan komplikasi. Pasien yang ditangani institusi ini akan menjalani

detoksifikasi untuk menghilangkan pengaruh NAPZA dan menghambat

pemakaian lebih lanjut yang pelaksanaanya dilakukan olah dokter. Kemudian

dilanjutkan dengan penanganan perbaikan perilaku oleh bagian rehabilitasi yang

pada umumnya diluar institusi rumah sakit. Penanganan ini dilakukan dengan

berbagai pendekatan non medis seperti sosial, agama, spiritual, therapeutic

community dan pendekatan alternatif lainnya.

24

Page 25: Proposal Penelitian IKM

Sumber Informasi

Karakteristik SiswaJenis KelaminUsiaUang SakuTempat TinggalKegiatan Setelah Pulang Sekolah

Tindakan

Sikap

Pengetahuan

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

25

Page 26: Proposal Penelitian IKM

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilakukan dengan desain

kuantitatif menggunakan kuesioner.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat SMA/SMK di daerah kecamatan

Palaran yang masing-masing mewakili kelurahan Rawa Makmur, Bukuan dan

Simpang Pasir yaitu SMA “X”, SMK “Y” dan SMK “Z”. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan atas pertimbangan yaitu :

1) Diketahuinya ada siswa yang pernah terlibat penyalahgunaan NAPZA di

sekolah tersebut.

2) Ketiga sekolah mewakili 3 daerah kelurahan di Palaran yakni Rawa Makmur,

Simpang Pasir dan Bukuan. Berdasarkan data laporan yang diperoleh dari

kapolresta Palaran, ketiga kelurahan tersebut merupakan asal para pelaku

penyalahgunaan NAPZA yang terjadi pada tahun 2012.

3) Belum pernah dilakukan penelitian tentang penyalahgunaan NAPZA yang

serupa di ketiga sekolah tersebut.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2012 sebelum acara penyuluhan

bahaya penyalahgunaan NAPZA dilakukan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA “X”, SMK “Y”

SMK “Z” di kecamatan Palaran.

26

Page 27: Proposal Penelitian IKM

(1,96)2 x 0,5 (1-0,5) x 1043

0,12(295-1) + (1,962 x 0,5 (1-0,5))

3,8416 x 0,25 x 1043

2,94 + (3,8416 x 0,25)

1001,6972

3,9004

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh siswa kelas X, kelas XI

dan XII di SMA “X” dan SMK “Y”, serta kelas X dan XII SMK “Z” di

kecamatan Palaran.

Untuk menghitung jumlah sampel, digunakan rumus menurut Lemeshow

sebagai berikut :

Keterangan: N : Besar populasi (1043 orang)

n : Jumlah sampel

d : galat pendugaan (0,1)

Z : tingkat kepercayaan (90% = 1,96)

P : Proporsi populasi (0,5)

n =

n =

n =

n = 256,81 ≈ 257 orang

4.4 Kriteria Responden Penelitian

4.4.1 Kriteria Inklusi

Semua siswa kelas X, kelas XI dan XII di SMA “X” dan SMK “Y”, serta

kelas X dan XII SMK “Z” yang mengikuti acara penyuluhan penyalahgunaan

NAPZA pada bulan Juli 2012 dan bersedia mengisi kuesioner.

27

Page 28: Proposal Penelitian IKM

4.4.2 Kriteria Eksklusi

Siswa kelas X, kelas XI dan XII di SMA “X” dan SMK “Y”, serta kelas X

dan XII di SMK “Z” yang menolak atau tidak lengkap mengisi kuosioner yang

diberikan.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

4.6 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh melalui

metode angket.

4.7 Definisi Operasional

1) Karakteristik Siswa :

Umur merupakan usia siswa saat mengisi kuesioner

Jenis Kelamin merupakan fungsi seksual/gender siswa yang dituliskan

dalam kuesioner

Uang saku merupakan uang yang diberikan oleh orang tua sehari-hari

Tempat tinggal merupakan tempat dimana siswa tersebut hidup menetap di

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meliputi : bersama orang tua,

family, asrama dan kost.

Kegiatan setelah pulang sekolah merupakan aktifitas yang dilakukan sehari-

hari setelah akhir pulang sekolah.

2) Pengetahuan tentang NAPZA merupakan sesuatu yang diketahui oleh siswa

mengenai NAPZA, penyalahgunaan NAPZA, factor-faktor penyebab serta

akibat yang ditimbulkan dan tanda-tanda/ ciri-ciri siswa yang telah memakai

NAPZA.

3) Sikap tentang NAPZA adalah respon atau reaksi dari siswa tentang

penyalahgunaan NAPZA di sekolah.

4) Tindakan merupakan perwujudan nyata dari pengetahuan dan sikap siswa

dalam penyalahgunaan NAPZA.

28

Page 29: Proposal Penelitian IKM

5) Sumber informasi adalah dari mana siswa memperoleh informasi tentang

bahaya NAPZA, meliputi ibu, ayah, saudara, guru, teman, media cetak dan

media elektronik.

4.8 Aspek Pengukuran

4.8.1 Pengetahuan siswa

Pengetahuan responden diukur melalui 11 pertanyaan, responden yang

menjawab benar akan diberi skor 1.

Untuk pertanyaan nomor 1,2,3,4

Jika responden menjawab benar pada salah satu pilihan dari a-d diberi skor 1,

sehingga jika menjawab semua pilihan a-d diberi skor 4, sedangkan yang

menjawab salah diberi skor 0.

Untuk pertanyaan nomor 5 dan 6,

Jika responden menjawab benar pada salah satu pilihan a-e diberi skor 1,

sehingga jika menjawab semua pilihan a-e diberi skor 5, sedangkan yang

menjawab salah diberi skor 0.

Untuk pertanyaan nomor 7

Jika menjawab salah satu pilihan dari a, b, atau c diberi skor 1, sehingga jika

menjawab semua pilihan a-c diberi skor 3, sedangkan yang menjawab salah

satu pilihan dari a-h diberi skor 1 sehingga jika menjawab semua pilihan a-h

diberi skor 8, sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0.

Untuk pertanyaan nomor 10

Jika menjawab benar pada salah satu pilihan dari a-b diberi skor 1, sehingga

jika menjawab semua pilihan a-b diberi skor 2, sedangkan yang menjawab

salah diberi skor 0. Skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 41.

(Pratomo H, 1986).

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden

dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Pengetahuan baik, jika jawaban responden >75% dari nilai tertinggi, yaitu >31

b. Pengetahuan sedang, jika jawaban responden 40% - 75%, yaitu 16-31

29

Page 30: Proposal Penelitian IKM

c. Pengetahuan kurang, jika jika jawaban responden <40% dari nilai tertinggi

yaitu <16

d. Tidak berpengetahuan, jika responden tidak memiliki jawaban yang benar.

4.8.2 Sikap

Sikap diukur melalui 7 pertanyaan dengan memberikan skor terhadap

kuesioner dengan memberikan bobot penilaian, jika jawaban setuju skornya 1, dan

jika jawaban tidak setuju maka skornya 0. Skor tertinggi yang dapat dicapai oleh

responden adalah 14.

Untuk pertanyaan nomor 4

Jika menjawab salah satu saja dari a-h diberi skor 1, sehingga jika menjawab

semua pilihan a-h diberi skor 8.

Untuk pertanyaan nomor 3 dan 6,

Jika jawabannya tidak setuju maka skornya 1, dan bila jawabannya setuju maka

skornya 0. (Pratomo H, 1986)

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka sikap responden dapat

dikategorikan sebagai berikut :

a. Sikap baik jika jawaban responden >75% dari nilai tertinggi, yaitu >11

b. Sikap sedang, jika jawaban responden 40% - 75%, yaitu 6-11

c. Pengetahuan kurang, jika jika jawaban responden <40% dari nilai tertinggi

yaitu <6

4.8.3 Tindakan

Tindakan diukur melalui pernah atau dulu pernah atau tidak pernah

menggunakan NAPZA.

4.8.4 Sumber Informasi

Sumber informasi diukur melalui pernah mendapat sumber informasi

tentang bahaya NAPZA yang benar, baik dari orang tua, guru. Media cetak dan

elektronik.

4.9 Pengolahan dan Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

30

Page 31: Proposal Penelitian IKM

1) Editing

Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan dalam

pengumpulan data, data diperbaiki (editing) dengan cara memeriksa kembali

jawaban yang kurang.

2) Coding

Teknik ini dilakukan dengan memberi tanda atau klasifikasi pada masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka.

3) Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data

dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis dengan

menggunakan tabulasi silang.

4.9.2 Analisis Data

Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi

31

Page 32: Proposal Penelitian IKM

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Banyak Remaja Tersangka Narkoba. Available from: http://kaltimpost.co.id/index.php/main/praca/account_manger_lokalizacja_poznan?mib=berita.detail&id=135215. (Accessed 7 July 2012)

Anonim. 2012. Polisi Sudah Amankan Tiga Warga : Rawa Makmur dan Simpang Pasir Rawan Narkoba. Available from: http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik. (Accessed 7 July 2012)

BNN. 2011. Data Tindak Pidana Narkoba. Available from: http://bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/31/20120531153207-10234.pdf. (Accessed 5 July 2012)

BNN. 2011. Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi DIY. Available from: http://bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/10/20120510165605-10243.pdf. (Accessed 5 July 2012)

BNN. 2011. Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi Kaltim. Available from: http://bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/10/20120510165922-10249.pdf. (Accessed 5 July 2012)

Brannon, Guy E. 2010. Inhalant Related Psychiatric Disordres. Available from: http://www.wolfe411.org/inh/Docs/InhalantRelated%20Psychiatric%20Disorders%20Guy%20E%20Brannon.htm . (Accessed 10 July 2012)

Griswold, Kim S. 2008. Adolescent Substance Abuse. Available from: http://www.aafp.org/afp/2008/0201/p331.html .(Accessed 5 July 2012)

Hadiman. 1996. Perlakukanlah Barang Haram Ekstasi Narkotika dan lain-lain seperti Barang Haram Lainnya. Jakarta: Bimmas Polri.

Handly Neal. 2009. Amphetamine Toxicity. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/812518 (Accessed 5 July 2012)

Harahap. 2001. Penyalahgunaan Narkoba dan Dampak Yang Ditimbulkannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Farmakologi pada FMIPA USU, Medan.

Hartadi. 2008. Penyalahgunaan Obat di Kalangan Remaja dan Pelajar. FK Jakarta: UKRIDA

Hawari. 2002. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Penerbit FK UI

32

Page 33: Proposal Penelitian IKM

Hawari.D. 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Edisi kedua, Jakarta: FKUI

Idries. 2003. Remaja dan Narkoba. Available from: www.Indonesia-media.com/rubrik/ parenting/parenting 00 agustus htm. (Accessed 7 July 2012)

Jeanne,M.N.dkk. 1996. Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Pskotropika. Jakarta: PT.Pramuka Saka Bhayangkara

Joewana, S. 1989. Gangguan Pengawasan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain. PT. Jakarta: Gramedia

Joewana, S. 2004. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta: EGC

Kaplan, D.W, dan Kathleen A., Mammel. 1991. Interrelation of High Risk Adolescent Behaviour, In Current Pediatric Diagnosis and Treatment. Prentice Hall International Health.

Larson, Michael F. 2010. Alcohol Related Psychosis. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/289848. (Accessed 5 July 2012)

Levine, Michael D., 2009. Toxicity, alcohols. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/812411-overview. (Accessed 5 July2012)

National Institute on Alcohol Abuse And Alcoholism. 2010. What is Alcoholism? Available from: http://www.niaaa.nih.gov .(Accessed 5 July 2012)

Kesehatan, edisi I, Andi Offset, Jakarta.Nasution, Z., dkk. 2006. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Tentang Narkoba. Jakarta: Kencana prenada Media Group

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Parapat., T. 2002. Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Pedoman bagi orang tua, Pelajar, Mahasiswa, Masyarakat dan Lembaga Pemerintah. Jakarta: PT. Sepadan Agra Daya

Partodiharjo, S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Erlangga

Purwanto, Y. 2002. Bahaya Penyalahguna NAPZA dalam Perspektif Psikologi. Laporan Pelaksanaan Program Studi Piloting Krisis Unit di SMU. Proyek Pengembangan Kegiatan Kesiswaan dan Pemberian Beasiswa Bakat dan

33

Page 34: Proposal Penelitian IKM

Prestasi Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional.

Salomone, Joseph A. 2009. Hallucinogen Toxicity. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1010821 (Accessed 7 July 2012)

Sarwono, S.W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Sasangka H. 2003. Narkotika dan Psikotropika dan Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju

Skiner, B.F. 1938. The Behavior of Organisms: An Experimental Analysis. Oxford, England: Appleton-Century

Soetjiningsih. 2007. Pertumbuhan Somatik Pada Remaja. Dalam : Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Sagung Seto

Stuart, G.W.,& Sundeen, S.J. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book

Supriyono A., 2006. Mengenal Jenis dan Faktor Penyebab dan Penyalahgunaan NAPZA. Available from: http://unpad.ac.id/content. (Accessed 5 July2012)

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT.Rineka cipta

Sudirman. 2006. Penanggulangan Korban Narkoba (Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan). Jakarta: Penerbit FKUI

Susilo S. 1993. Pengawasan Obat dan Makanan Menurut Undang-undang No.23 tahun 1992. Denpasar Bali.

Tjah T.H., Raharja, K. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Edisi V. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

WHO, 1986. Young Peoples Health a Challenge for Society

WHO. 2001. The World Health Report 2001, Mental Health: New Understanding New Hope. WHO: Jeneva

WHO. 2011. World Drug Report 2011. Available from: http://www.unodc.org/documents/data-and-analysis/WDR2011/World_Drug_Report_2011_ebook.pdf. (Accessed 5 July2012)

Wresniwiro M. 1999. Masalah Narkotika, Psikotropika dan Obat-obat Berbahaya (NARKOBA). Jakarta: Mitra BINTIBMAS

Yanny, L.D. 2001. Narkoba Pencegahan dan Penanganannya. Jakarta: Elex Media Komputindo

34

Page 35: Proposal Penelitian IKM

Yayasan Cabang Organisasi. 2002. Pencegahan dan Pengobatan Narkoba. Available from: http://www.Maljongkok.com/Curhat/ Narko/Narkoarticleid Cfm? Article did = 30. (Accessed 7 July2012)

35