proposal ikm kelomgdsgpok f 2012

Upload: tedy-kurnia-farmanda-putra

Post on 03-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    1/21

    1

    PROPOSAL PENELITIAN

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nyasehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian berjudul Hubungan

    antara balita dibawah garis merah dengan prestasi siswa saat kelas 1 sekolah dasar di

    kecamatan krembung, Kabupaten Sidoarjo.

    Laporan penelitian ini kami susun guna melengkapi persyaratan praktek kerja lapangan

    Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya di

    Puskesmas krembung, Kabupaten Sidoarjo.

    Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada :

    a. dr. Hinu, selaku Kepala Puskesmas Krembung, yang telah membantu dan

    mendampingi melaksanakan penelitian ini.

    b. Prof. DR. Hj. Rika Soebarnijati, dr., SKM selaku Kepala bagian SMF Ilmu kesehatan

    Masyarakat.

    c. Laksomono Pratignjo, dr., M.Kes selaku dosen pembimbing penelitian kami.

    d. Bapak, ibu, beserta seluruh staf Puskesmas Krembung yang telah membantu dan

    mendampingi kami hingga terlaksananya penelitian ini.

    e. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

    penelitian ini.

    Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik

    dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

    Akhirnya, kami berharap semoga penelitian bermanfaat bagi semua pihak yang

    berkepentingan.

    Surabaya, Juni 2012

    Penyusun

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    2/21

    2

    PROPOSAL PENELITIAN

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1

    DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

    BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 3

    I.1. LATAR BELAKANG............................................................................................ 3

    I.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................4

    I.3 HIPOTESA................................................................................................................4

    I.4 TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................4

    I.5 MANFAAT PENELITIAN.......................................................................................5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7

    II.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU...................................................7

    II.2 LANDASAN TEORI................................................................................................8

    BAB IIIOBYEK DAN METODE........................................................................................19

    III.1 JENIS PENELITIAN................................................................................................19

    III.2 OBJEK PENELITIAN..............................................................................................19

    III.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN..................................................................19

    III.4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA..............................19

    DAFTAR PUSTAKA.................21

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    3/21

    3

    PROPOSAL PENELITIAN

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan dan

    perkembangan anak karena pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.

    Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

    emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan

    berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini

    (Soetjiningsih, 1995).

    Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan

    gizi. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi kurang. Menurut UNICEF ada

    dua penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi, yaitu : (1) Kurangnya asupan gizi dari

    makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya

    tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu

    kemiskinan. (2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Menurut Ikatan

    Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu: (1)

    Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak; (3)

    Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan

    dan diare (Astaqauliyah, 2006).

    Krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak buruk bagi perkembangan sumber

    daya bangsa Indonesia. Pengangguran mencapai 40 juta orang dan kemiskinan menimpa

    separuh jumlah penduduk (100 juta). Semua ini berdampak pada kekurangan pangan yangmenurunkan kesehatan dan status gizi masyarakat. Sampai saat ini, Indonesia masih

    menggelar perang terhadap empat masalah gizi utama (Anonim, 2008).

    Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan balita.

    Pada KMS terdapat garis yang berwarna merah. Apabila balita tersebut berada di bawah garis

    merah menunujukkan bahwa anak tersebut memiliki masalah gizi dan perlu mendapatkan

    perhatian yang lebih. Pola asuh berperan penting dalam menentukan status gizi balita.

    Apabila pola asuh anak kurang, dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Begitu juga

    terhadap balita BGM. Bila balita BGM tidak mendapatkan perhatian khusus dari keluarga,

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    4/21

    4

    PROPOSAL PENELITIAN

    dapat mengakibatkan status gizi balita tersebut semakin menurun.

    Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004 kasus gizi

    kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 menurun menjadi 4,42

    juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 orang di antaranya kasus gizi buruk) dan

    tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 orang di antaranya kasus gizi buruk) (Luthfi,

    2008).

    Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk

    melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam

    mencapai SDM berkualitas (Depkes RI, 2005). Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang

    berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi

    diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita,

    pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa sampai usia lanjut (Heath et al., 2005).

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

    penelitian sebagai berikut dengan gambaran:

    Apakah gizi balita dibawah garis merah berperngaruh terhadap prestasi siswa saat kelas 1

    sekolah dasar di kecamatan krembung? Dan secara khusus permasalahan dalam penelitian ini

    dirumuskan sebagai berikut:

    a. Bagaimana keadaan perkembangan gizi siswa kelas 1 sekolah dasar di kecamatn

    Krembung saat balita?

    b. Bagaimana prestasi akademik siswa kelas 1 sekolah dasar di kecamatan Krembung?

    c. Bagaimana hubungan antara perkembangan gizi dengan pretasi akademik siswa kelas

    1 sekolah dasar?

    C. HIPOTESIS

    Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perkembangan gizi dengan

    prestasi akademik siswa kelas 1 sekolah dasar. Sedangkan hipotesis nol adalah tidak terdapat

    hubungan antara perkembangan gizi dengan prestasi akademik siswa kelas 1 sekolah dasar.

    D. TUJUAN PENELITIAN

    1. Tujuan Umum

    . Untuk mengetahui pengaruh gizi balita dibawah garis merah terhadap prestasi siswa

    saat kelas 1 sekolah dasar di kecamatan krembung.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    5/21

    5

    PROPOSAL PENELITIAN

    2. Tujuan Khusus

    - Mengetahui status gizi balita di kecamatan krembung

    - Mengetahu tingkat prestasi siswa kelas 1 di kecamatan krembung

    E. MANFAAT PENELITIAN

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

    1. Bagi Ibu

    a. Memberikan pemahaman yang lebih baik pada ibu tentang status

    gizi

    b. Memberikan pengetahuan pada ibu tenteng gizi seimbang

    2. Bagi Anak

    a. Dapat memperoleh gizi yang lebih baik.

    b. Miningkatkan prestasi di sekolah

    c. Sebagai aspek psikologis ( anak menjadi lebih percaya diri karena

    berprestasi dan sehat)

    3. Bagi Sekolah

    a. Meningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya.

    b. Proses belajar mengajar lebih efektif

    c. Meningkatkan prestasi sekolah tersebut

    d. Memberikan pengetahuan kepada guru tentang gizi

    4. Bagi Instansi Terkait

    a. Memberikan masukan bagi Puskesmas Krembung sehingga dapat

    menekan jumlah kasus balita dibawah garis merah.

    b. Meningkatkan status gizi sehingga membantu terwujudnya program

    Sidoarjo Sehat 2015.

    c. Meningkatkan citra Puskesmas Krembung.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    6/21

    6

    PROPOSAL PENELITIAN

    5. Bagi Peneliti

    a. Menambah wawasan peneliti mengenai hubungan status gizi balita dengan

    prestasi siswa saat kelas 1 sekolah dasar di kecamatan krembung.

    b. Melatih peneliti agar bisa berpikir secara obyektif dalam menghadapi dan

    memecahkan masalah.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    7/21

    7

    PROPOSAL PENELITIAN

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

    Pada hasil penelitian terdahulu yang akan dikemukakan mengenai

    penulisan yang telah dilakukan sebelumnya.

    -Peneltian di Bogor mengungkapan bahwa anak-anak yang berbadan tinggi

    mendapat nilai lebih tinggi terhdap uji Wecshler Intelligence Scale

    dibandingkan dengan anak-anak yangberbadan pendek yang diketahui

    menderita KEP pada waktu kecilnya. Nilai IQ terendah didapat oleh anak yang

    menderita KEP terberat pada umur sebelumnya.

    -Penelitian serupa dilakukan di India, dimana anak-anak yang pernah

    menderita KEP sebelumnya berbadan lebih ringan dan lebih pendek serta

    mempunyai nilai uji persepsi, kemampuan abstraksi, kemampuan verbal, dan

    kemampuan mengingat yang lebih rendah daripada anak yang berbadan tinggi

    yang diketahui dalam keadaan gizi baik sejak lahirnya. Rata-rata IQ berbeda

    sebesar 35 antara anak yan pernah menderita KEP dengan anak yang belum

    pernah menderita KEP (Champakar, 1978).

    .

    Dari kedua hasil penelitian di atas dapat di simpulkan: perlu diadakannya

    penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya status gizi dan gizi yang seimbang

    pada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan penyuluhan-penyuluhan diposyandu dan memotivasi ibu untuk memberikan gizi yang cukup untuk anak-

    anaknya.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    8/21

    8

    PROPOSAL PENELITIAN

    B. LANDASAN TEORI

    Pengertian gizi menurut Supariasa, Bachyar B, dan Ibnu F (2001 : 17)

    menyatakan bahwa gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

    yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,

    penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta

    menghasilkan energi.

    Pada dasarnya pemenuhan asupan gizi yang cukup dan memelihara keadaan gizi

    sangat penting bagi kebutuhan kondisi kesehatan tubuh manusia, karena gizi memiliki peran

    sebagai sumber tenaga serta dapat menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Dengan

    mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gizi yang cukup, sangat baik untuk kesehatan

    tubuh. Selain itu, makanan juga merupakan kebutuhan pokok dan mendasar bagi hidup

    manusia.

    Menurut Santoso dan Ranti (2003 : 88) melalui makanan, manusia mendapat zat

    makanan atau zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup,

    tumbuh, dan berkembang. Ada berbagai zat gizi yang amat mempengaruhi kondisi

    kesehatan manusia. Besar pengaruh ini tampak jelas bila konsumsi zat gizi tidak seimbang

    dengan kebutuhan tubuh seseorang dalam hal kuantitas maupun kualitasnya, lebih maupun

    kurang.

    Makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, yaitu

    makanan yang mengandung lemak, kalori, karbohidrat, protein, bahan makanan

    nabati serta yang mengandung vitamin dan mineral. Makanan yang mengandung empat

    sehat lima sempurna seperti makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan

    dan susu sangat baik dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan gizi yang lengkap.

    Karena mengandung semua unsur-unsur zat gizi yang tepat untuk kesehatan tubuh. Terutama

    susu yang mengandung berbagai macam kandungan zat yang berguna dan baik untuk tubuh

    manusia.

    Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas

    hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan

    kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit

    gizi. Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita penyakit gizi kurang dan gizi

    lebih yang disebut gizi salah (malnutrition). Yang menonjol adalah kurang kalori,

    kurang protein dan kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    9/21

    9

    PROPOSAL PENELITIAN

    (Santoso dan Ranti, 2003 : 59).

    Persoalan gizi di Indonesia berdasarkan data dari Departemen Kesehatan

    Indonesia, pada tahun 2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian

    pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta. Turun menjadi 4,3 juta (944.246 di antaranya kasus

    gizi buruk) tahun 2006.

    Kartu Menuju Sehat

    Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan

    murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh

    karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali

    mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-

    Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh

    kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada

    anak. KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk

    menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk

    mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya (Rosmawati, 2008).

    KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,

    penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI

    eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke

    Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi

    orang tua balita tentang kesehatan anaknya. Oleh karena itu semua yang berhubungan dengan

    kesehatan anak sejak lahir sampai berusia lima tahun perlu dicatat di KMS (Rosmawati,

    2008).

    KMS yang digunakan di pos penimbangan diberi warna sehingga membentuk pita

    yang menggambarkan berat badan baku, diberi warna hijau tua, yang kemudian warna hijau

    tua itu berangsur berubah menjadi warna hijau muda dan seterusnya sampai menjadi warna

    kuning yang merupakan warna bagian yang menggambarkan tingkat pertumbuhan yang

    kurang. Pada bagian yang paling bawah terdapat grafik yang berwarna merah yang

    menunjukkan batas bahaya. Anak-anak yang berat badannya berada di sekitar garis merah itu

    adalah anak-anak yang tergolong tingkat pertumbuhan buruk (Robiah, 2007).

    Penimbangan berat badan merupakan salah satu cara pengukuran yang digunakan untuk

    mengetahui status gizi dan pertumbuhan anak. Pengukuran berat badan secara teratur dapat

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    10/21

    10

    PROPOSAL PENELITIAN

    menggambarkan keadaan gizi anak, sehingga dapat dipakai sebagai salah satu pemantau

    pertumbuhan fisik anak. Berat badan merupakan ukuran yang sensitif yang sangat

    dipengaruhi oleh perubahan status gizi. Pada tingkat puskesmas atau lapangan, penentu status

    gizi yang umum dilakukan adalah dengan menimbang balita (berat badan per umur),

    kemudian indeks berat badan menurut umur tersebut dibandingkan dengan angka

    standar/anak yang normal. Tinggi badan anak tidak akan berkurang dengan menurunnya

    keadaan gizi anak tersebut (Robiah, 2007).

    Hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari

    hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis

    pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat,

    berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Balita

    naik berat badannya bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

    garis pertumbuhannya naik pindah ke pita warna di atasnya. Balita tidak naik berat badannya

    bila garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar, atau garis

    pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna di bawahnya (Rifqi, 2009).

    Berat badan balita di bawah garis merah (BGM) artinya pertumbuhan balita mengalami

    gangguan pertumbuhan. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik

    (3T) artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke

    Puskesmas/Rumah Sakit.

    Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS adalah:

    Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang baik/meningkat

    berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang.

    Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena

    sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali dari

    ibu.

    KMS tidak dipakai untuk mengukur status gizi tapi untuk mengetahui dan memantau

    pertumbuhan anak. Berbeda dengan KMS yang diedarkan Depkes RI sebelum tahun 2002,

    garis merah pada KMS versi tahun 2002 bukan merupakan pertanda gizi buruk, melainkan

    garis kewaspadaan (Arisman, 2004).

    Manfaat KMS-Balita adalah (Rosmawati, 2008) :

    1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,

    meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,

    pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan

    Pendamping ASI.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    11/21

    11

    PROPOSAL PENELITIAN

    2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.

    3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

    penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

    Balita Bawah Garis Merah (BGM)

    Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut

    umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS (Anonim, 2009). Balita BGM tidak

    selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa

    balita tersebut mengalami masalah gizi.

    Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan suatu alat yang digunakan untuk memantau

    pertumbuhan dan perkembangan balita, bukan untuk menilai status gizi balita. Itulah

    sebabnya balita BGM dikatakan belum berarti menderita gizi kurang maupun gizi buruk. Hal

    ini dikarenakan KMS diisi atas indikator BB/U, bukan TB/U. Berat badan merupakan ukuran

    yang sensitif yang sangat dipengaruhi oleh perubahan status gizi. Sedangkan tinggi badan

    anak tidak dipengaruhi oleh status gizi anak. Seorang anak dikatakan tidak normal bila diukur

    berdasarkan BB/U. Namun, apabila diukur berdasarkan TB/U belum tentu anak tersebut tidak

    normal.itulah sebabnya status gizi balita tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan

    pengukuran BB/U.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    12/21

    12

    PROPOSAL PENELITIAN

    Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang tidak baik

    dan sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM diberikan perhatian yang

    lebih dan diberikan asupan gizi yang baik, balita tersebut tidak akan mengalami gizi kurang

    maupun gizi buruk. Namun, apabila pola asuh pada balita BGM tidak baik, akan

    menyebabkan anak menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Pola asuh anak sangat

    berperan penting dalam menentukan status gizi balita.

    Gizi Kurang

    Gizi kurang merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling umum dijumpai di dunia

    dan perkiraan sekitar seratus juta anak-anak menderita gizi kurang pada tingkat sedang dan

    berat. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang ada dua, yakni penyebab langsung dan

    tidak langsung. Penyebab langsung yaitu dengan adanya penyakit infeksi sehingga asupan

    makanan berkurang yang dapat menyebabkan gizi kurang. Penyebab tidak langsung yaitu

    persediaan makanan di rumah yang kurang, perawatan anak oleh ibu dan pelayanan

    kesehatan yang mempengaruhi asupan makanan dan ketersediaan pangan gizi kurang

    (Sinaga, 2007).

    Tanda-tanda kekurangan gizi pada balita :

    1. Pada pengukuran antropometri yaitu TB/U, BB/U, dan BB/TB ditemukan tidak seimbang

    menurut hasil pengukuran dibandingkan dengan kriteria antropometri.

    2. Anak balita dengan gizi kurang tampak kurus, lemah, kulit keriput, wajah pucat, sering

    cengeng dan rewel, terkadang apatis.

    Gizi Buruk

    Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,

    atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang

    dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori (Astaqauliyah, 2006). Gizi buruk dibagi

    menjadi tiga bagian, yakni kwashiorkor, marasmus, dan kekurangan kedua-duanya. Gizi

    buruk biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh

    membusungnya perut (busung lapar).

    Gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut :

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    13/21

    13

    PROPOSAL PENELITIAN

    1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)

    membulat dan sembab

    2) pandangan mata sayu

    3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit

    dan mudah rontok

    4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel

    5) terjadi pembesaran hati

    6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

    7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

    menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)

    8) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut

    9) anemia dan diare

    Sedangkan gejala umum marasmus adalah sebagai berikut:

    1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit

    2) wajah seperti orang tua

    3) mudah menangis/cengeng dan rewel

    4) kulit menjadi keriput

    5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)

    6) perut cekung, dan iga gamang

    7) sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

    8) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

    Penyebab Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk

    Penyebab langsung

    Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya

    gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.

    Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat

    menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka

    daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah terserang penyakit.

    Penyebab tidak langsung

    Penyebab tidak langsung gizi kurang/buruk yaitu :

    Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan

    mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggotakeluarganya dalam jumlah yang

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    14/21

    14

    PROPOSAL PENELITIAN

    cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

    Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan

    dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh

    kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

    Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan

    yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan

    dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

    Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan

    ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, makin

    baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin

    banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    15/21

    15

    PROPOSAL PENELITIAN

    Gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adalah faktor pengadaan

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    16/21

    16

    PROPOSAL PENELITIAN

    makanan yang kurang mencukupi suatu wilayah tertentu. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh

    kurangnya potensi alam atau kesalahan distribusi. Faktor kedua adalah dari segi

    Universitas Sumatera Utara

    kesehatan sendiri, yakni adanya penyakit kronis terutama gangguan pada metabolisme atau

    penyerapan makanan (Anonim, 2008).

    Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga hal yang

    saling kait mengkait dalam hal gizi kurang, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan

    kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di

    rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan

    balita sering terkena infeksi penyakit.

    Kemiskinan juga amat terkait erat pendidikan rendah. Dapat diduga, ibu yang lahir dari

    keluarga miskin berisiko tinggi tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.

    Selain itu, ibu yang besar di keluarga miskin ini akan mendapatkan seorang suami yang juga

    memiliki pendidikan rendah. Dengan pendidikan rendah, umumnya akan mendapat upah

    rendah. Ditambah pengaruh budaya, perilaku dan adat istiadat yang kurang sehat,

    kemungkinan terjadinya gizi buruk pada keluarga seperti ini amat tinggi.

    Menurut Astaqauliyah (2006), terdapat beberapa faktor penyebab gizi kurang, yakni faktor

    sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi bagi

    pertumbuhan anak, faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan

    kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi, laju pertumbuhan penduduk yang

    tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan, infeksi yang disebabkan

    oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan

    secara baik.

    Pengaturan Makan Untuk Anak Balita

    Berdasarkan hasil penelitian, anak - anak dalam usia balita sudah dapat lebih banyak

    dikenalkan dengan makanan yang disajikan oleh anggota keluarga lainnya. Terutama protein

    dan vitamin A, di samping kalori dalam jumlah yang cukup. Ada hal penting yaitu

    menanamkan kebiasaan memilih bahan makanan yang baik pada usia ini. Lazimnya anak-

    anak kurang menyukai sayuran dalam makanannya. Dalam hal ini ibu harus bertindak

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    17/21

    17

    PROPOSAL PENELITIAN

    sedemikian rupa untuk mengajak memakan bahan-bahan yang berfaedah itu (Ramaya, 2006).

    Ada beberapa kesukaran dalam menyusun makanan anak-anak, antara lain :

    1. Tidak terdapatnya bahan-bahan makanan yang baik seperti makanan-makanan yang siap

    santap yang khusus dibuat untuk anak-anak.

    2. Bahan makanan di pedesaan umumnya terbatas sehingga tidak ada pilihan lain.

    3. Jika ibu menyusui, makanannya sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan, mungkin ibu

    itu terpaksa harus mengorbankan sebagian besar uang belanja karena hanya untuk anak itu

    sendiri.

    4. Bahan-bahan makanan seperti susu, daging, umumnya tidak terbeli oleh sebagian keluarga.

    Dalam menentukan makanan yang tepat untuk seseorang anak, maka perlu dilakukan

    langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap zat gizi dengan menggunakan data tentang

    kebutuhan gizi.

    2. Menentukan jenis makanan yang dipilih untuk menterjemahkan zat gizi yang diperlukan

    dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan.

    3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan (menu) yang

    dikehendaki.

    4. Menentukan jadwal untuk waktu makan dan menentukan hidangan.

    5. Mempertimbangkan intake yang terjadi terhadap hidangan tersebut dengan

    mempertimbangkan kemungkinan faktor selera terhadap suatu makanan.

    Masalah kekurangan gizi sering terjadi pada anak-anak karena anak-anak merupakan

    golongan yang paling rawan terhadap kekurangan gizi. Kerawanan kurang gizi pada anak

    balita disebabkan oleh karena hal-hal sebagai berikut :

    1. Kebutuhan gizi anak balita lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena di

    samping untuk pemeliharaan kesehatan juga dibutuhkan untuk pertumbuhan.

    2. Segera setelah anak dapat bergerak sendiri, memperbesar kemungkinan terjadinya

    penularan.

    3. Dalam penyajian makanan pada anggota keluarga, biasanya anggota keluarga yang

    produktif akan mendapatkan prioritas utama, baru lebihnya diberikan kepada anggota

    keluarga yang lain. Biasanya anak balita yang mendapat prioritas paling sedikit dalam

    pendistribusian makanan anggota keluarga.

    Dampak Kekurangan Gizi

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    18/21

    18

    PROPOSAL PENELITIAN

    Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami

    gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat

    kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam kandungan sampai

    usia 2 tahun. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan

    anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita

    didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Gizi buruk dapat berpengaruh kepada

    pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah,

    jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya

    penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian (Sinaga, 2007).

    BAB III

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    19/21

    19

    PROPOSAL PENELITIAN

    OBYEK DAN METODE PENELITIAN

    A. JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian ini merupakan cross sectional study, yang bertujuan untuk

    mengetahui perkembangan gizi serta hubungannya dengan prestasi akademik pada

    sisiwa kelas 1 sekolah dasar.

    B. OBJEK PENELITIAN

    Seluruh anak-anak kelas 1 sekolah dasar yang berumur 6-7 tahun angkatan

    2011/2012 scbanyak 25 responden dari lima sekolah dasar yang ada di Kecamatan

    Krembung, Kabupaten Sidoarjo.

    C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

    Penelitian dilakukan di Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo pada tanggal

    18 juni 7 juli 2012.

    D. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

    1. Pengumpulan Data

    Data Sekunder

    Internal : Kartu menuju sehat saat siswa masih balita

    Eksternal : Rapot siswa kelas 1 sekolah dasar di kecamatan krembung

    2. Teknik Pengolahan Data

    Sampel yang diambil dengan cara purposive sampling berdasarkan

    pertimbangan dari peneliti. Jumlah sampel diambil sebanyak 5 orang dari

    5 sekolah dasar yang memiliki prestasi baik dan prestasi buruk dengan

    cara simple random sampling, sehingga didapatkan sampel sebanyak 25

    orang.

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    20/21

    20

    PROPOSAL PENELITIAN

    Kriteria inklusi subjek penelitian adalah:

    Siswa kelas 1 SD di kecamatan krembung, laki-laki dan perempuan

    Data nilai ulangan umum semester terakhir lengkap

    Memiliki kartu menuju sehat

    Kriteria eksklusi subjek penelitian adalah:

    Data nilai ulangan umum semester terakhir tiddak lengkap

    Tidak memiliki kartu menuju sehat

    2. Variabel Penelitian :

    a. Variabel Terikat

    1) Prestasi saat kelas 1 sekolah dasar

    b. Variabel bebas

    2) Perkembangan gizi balita

    3. Definisi Operasional

    Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut umur

    (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS

    Prestasi adalah kemampuan siswa dalam bidang akademik yaitu pada mata pelajaran

    matematika, bahasa Indonesia .

  • 7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012

    21/21

    21

    PROPOSAL PENELITIAN

    DAFTARPUSTAKA

    Anonim, 2005, Buku Panduan Kepaniteraan KHnik Ilmu Kesehatan Masyarakat (Praktek

    Kerja Lapangan), Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

    Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.

    Dhamayanti Metha, 2002, The Tendency to Decline The Practice of Exclusive Breast-

    feeding Among Mothers in Bandung, MKB, Vol33,NO. 1.

    Irianto Joko, Lubis Agustina, Supraptini, 2003, Cakupan Imunisasi Balita dan Air Susu Ibu di

    Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol 2, No 2.

    Purnamawati Sinta, 2001, Faktor - Faktor yang Berhubungari dengan Pola

    Pemberian Air Susu Ibu Pada Bayi Usia Empat Bulan, Media Litbang Kesehatan, Vol XIII,

    No.3.

    Siregar Arifin, 2004, Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Air Susu Ibu Oleh

    Ibu Melahirkan, Digitized by USU digital library.