makalah dbd

101
CPS PKBM | Periode 1 21 Februari 2010 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan Kedokteran Komunitas Pendidikan Kedokteran Berorientasi Masyarakat/ Community Oriented Medical Education (PKBM/COME) atau biasanya kita sebut Kedokteran Komunitas/community medicine adalah suatu pendekatan untuk mendekatkan ilmu-ilmu pengetahuan dan ketrampilan kedokteran secara multidisiplin guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dan keadaan masyarakat. Melalui metode dan intervensi yang tepat pada kelompok masyarakat di wilayah tertentu. Pembangunan Kesehatan di Indonesia memerlukan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu pengambil kebijakan tidak akan mampu menyelesaikan pembangunan kesehatan yang ada di Indonesia tanpa ada dukungan dari berbagai pihak. Mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki peranan untuk dapat membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Salah satu permasalahan yang masih memprihatinkan di Indonesia adalah mengenai sanitasi lingkungan, dimana banyak penyakit menular menyebar dan menjadi endemis karena kurangnya upaya masyarakat dalam menyehatkan lingkungannya. Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, seperti malaria, deman berdarah, TBC, filariasis, diare, dan sebagainya. Pada tahun 2005, jumlah kasus demam berdarah dengue di seluruh Indonesia sampai dengan Februari 2005 sebanyak 5.064 kasus dengan 113 kematian. Di 6 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dilaporkan terjadi peningkatan kasus yang diwaspadai sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue. Artinya, jumlah kasusnya sudah dua kali lipat

Upload: michael-nafarin

Post on 26-Dec-2015

100 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

an article about Dengue hemorrhagic fever, epidemiology

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan Kedokteran Komunitas

Pendidikan Kedokteran Berorientasi Masyarakat/ Community Oriented Medical

Education (PKBM/COME) atau biasanya kita sebut Kedokteran Komunitas/community

medicine adalah suatu pendekatan untuk mendekatkan ilmu-ilmu pengetahuan dan

ketrampilan kedokteran secara multidisiplin guna meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dan keadaan masyarakat. Melalui

metode dan intervensi yang tepat pada kelompok masyarakat di wilayah tertentu.

Pembangunan Kesehatan di Indonesia memerlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu pengambil kebijakan tidak akan mampu

menyelesaikan pembangunan kesehatan yang ada di Indonesia tanpa ada dukungan dari

berbagai pihak. Mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki peranan untuk dapat membantu

pemerintah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Salah satu permasalahan

yang masih memprihatinkan di Indonesia adalah mengenai sanitasi lingkungan, dimana

banyak penyakit menular menyebar dan menjadi endemis karena kurangnya upaya

masyarakat dalam menyehatkan lingkungannya.

Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemik berbagai penyakit

menular, seperti malaria, deman berdarah, TBC, filariasis, diare, dan sebagainya.

Pada tahun 2005, jumlah kasus demam berdarah dengue di seluruh Indonesia sampai

dengan Februari 2005 sebanyak 5.064 kasus dengan 113 kematian. Di 6 provinsi yaitu DKI

Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa

Tenggara Timur dilaporkan terjadi peningkatan kasus yang diwaspadai sebagai Kejadian

Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue. Artinya, jumlah kasusnya sudah dua kali lipat

Page 2: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 2

atau lebih dari bulan yang sama pada tahun lalu dan atau angka kematiannya lebih dari 1%

(Depkes 2005).

Pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat jumlah penderita demam berdarah dengue di

seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei 2005 sejumlah 28.330 orang dengan jumlah

kematian 330 orang (Sub Direktorat Arbovirosis Ditjen P2M&PL 2005).

Dalam upaya pengendalian wabah demam berdarah dengue, dibandingkan negara

lainnya di Asia Tenggara, Indonesia termasuk salah satu negara yang masih mengalami

masalah. Indonesia memang sangat jauh tertinggal bila dibandingkan Singapura, yang sejak

awal dekade 1980-an dapat dikatakan telah berhasil memberantas wabah penyakit demam

berdarah dengue (Bang & Tonn 1993), (Ooi 2001).

Indonesia dalam peta wabah demam berdarah dengue ada di posisi yang

memprihatinkan. Dalam jumlah angka kesakitan (morbidity rate) dan kematian (mortality

rate) demam berdarah dengue di kawasan Asia Tenggara, selama kurun waktu 1985-2004,

Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah Thailand (WHO 2004). Selama tahun 1985-

2004, di Indonesia tercatat angka penderita demam berdarah dengue terendah 10.362 pada

tahun 1989 dan tertinggi 72.133 orang pada tahun 1998, dengan angka kematian terendah 422

orang pada tahun 1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988. Pada bulan Januari sampai April

2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terjadi di 75 kabupaten/kota dan 12 propinsi di

Indonesia, dengan 53.719 kasus dan angka kematian sebesar 590 orang (Case Fatality

Rate=1,1%). Tahun 2005 kembali terjadi peningkatan kasus dan KLB di kabupaten/kota dan

propinsi di Indonesia, total kasus sejumlah 93.994 kasus dengan 1.824 kematian

(CFR=1,36%) (Yussianto,2006).

Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan kejadian suatu penyakit pada

suatu kelompok masyarakat merupakan resultance dan hubungan timbal balik antara

masyarakat itu sendiri dengan lingkungan. Dengan demikian, upaya pemberantasan wabah

Page 3: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 3

penyakit menular di Indonesia saat ini perlu mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa

jenis penyakit kembali mewabah khususnya penyakit menular yang tidak ada obatnya namun

dapat dicegah karena sangat terkait dengan kesehatan lingkungan permukiman seperti

penyakit demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD).

Tingginya angka kejadian DBD, baik pada dewasa maupun pada anak-anak di suatu

wilayah tropis, umumnya meningkat pada musim penghujan di mana banyak terdapat

genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypty (Suroso

1983), (Suroso & Umar 1999). Di daerah perkotaan, umumnya wabah demam berdarah

kembali meningkat menjelang awal musim kemarau (Suroso & Umar 1999), sehingga

menyebabkan penurunan produktivitas kerja.

Penyebaran penyakit demam berdarah dengue secara pesat sejak tahun 1968 di

Indonesia dikarenakan virus semakin mudah penyebarannya menulari lebih banyak manusia

karena didukung oleh meningkatnya mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana

transportasi di dalam kota maupun antar daerah, kebiasaan masyarakat menampung air bersih

untuk keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum mencukupi kebutuhan atau

sumber yang terbatas atau letaknya jauh dari pemukiman mendorong masyarakat menampung

air di rumah masing-masing (karena nyamuk Aedes aegypti hidup di air bersih), sikap dan

pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit yang masih kurang.

(Sudarmo 1990), (Suroso 1983).

Penanggulangan demam berdarah dengue secara umum ditujukan pada

pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu

nyamuk Aedes aegypti dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya

ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan

air (Bang & Tonn 1993), (Ditjen PPM & PLP 1987), (Nadesul 2004), (Suroso & Umar 1999),

(WHO 2004).

Page 4: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 4

Gertak Mas Berlian atau yang lebih dikenal dengan gerakan serentak masyarakat

bersihkan lingkungan anti nyamuk. Gertak mas berlian ini dicanangkan oleh Bupati Jombang

Drs. Suyanto, M.M. pada tanggal 6 Februari 2008. Adapun isinya ada 10 langkah, yaitu

bentuk tim juru pemantau jentik (jumantik) di setiap RT, pantau jentik secara berkala setiap

bulan, lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus setiap hari Jumat, kenali gejala

dini penyakit demam berdarah, periksakan segera keluarga yang dicurigai demam berdarah

ke Puskesmas atau RS terdekat, laporkan segera penderita demam berdarah ke puskesmas

terdekat, lakukan penyelidikan epidemiologi di lokasi tempat tinggal penderita DB, lakukan

pengasapan (fogging) sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu pada daerah yang terdapat

sumber virus dengue, lakukan pengasapan (fogging) pada daerah endemis sebelum musim

penularan, lakukan PSN 3M satu hari sebelum dilakukan pengasapan (fogging).

Kader kesehatan dalam upaya penanggulangan DBD memiliki posisi yang sangat

strategis. Ujung tombak upaya penanggulangan DBD ialah kader kesehatan, tetapi akar

permasalahan mulai muncul dari sini mulai berupa kurangnya jumlah kader kesehatan,

kurangnya anggaran untuk melakukan upaya penanggulangan DBD, kurangnya pengetahuan

kader kesehatan mengenai upaya penanggulangan DBD, sampai kurangnya minat dan

kemauan kader kesehatan itu sendiri dalam menjalankan program-program yang terkait

dengan upaya penaggulangan DBD itu sendiri. Kerjasama lintas sektoral dalam memecahkan

permasalahan ini sangat dibutuhkan, salah satunya ialah untuk mengatasi kekurangan jumlah

kader bisa dengan kerjasama dengan berbagai tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk

mendorong masyarakat agar mau menjadi kader kesehatan. sedangkan untuk mengatasi

kurangnya anggaran salah satunya bisa dengan kerjasama muspika setempat untuk dicarikan

dana tambahan melalui swadaya masyarakat itu sendiri. Pelatihan serta lokakarya terhadap

kader kesehatan dapat membekali pengetahuan yang cukup dalam hal-hal upaya

penanggulangan DBD. Untuk memancing timbulnya minat dan kemauan kader kesehatan

Page 5: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 5

dapat dilakukan berbagai upaya, salah satunya ialah seperti memberikan intensif,

penghargaan, maupun pengakuan eksistensi kader kesehatan itu sendiri.

Dusun Mancar Timur oleh Puskesmas Kecamatan Peterongan ditetapkan sebagai

Dusun Endemik, Hal ini dikarenakan dalam 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2007

sampai tahun 2009 selalu tedapat kasus DBD di dusun tersebut.

Dusun Mancar Timur, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang merupakan salah

satu dusun yang mencerminkan keadaan yang paradoksal, sebab angka bebas jentik (ABJ) di

daerah tersebut termasuk tinggi, hal ini dibuktikan pada tahun 2008 ABJ dusun mancar timur

mencapai 67% dan pada tahun 2009 mencapai 96%, ironisnya daerah tersebut tetap menjadi

dusun endemis sampai saat ini. Selama tahun 2008 jumlah pasien DBD mencapai 13 serta

terdapat 1 pasien meninggal, sedangkan pada tahun 2009, yang angka ABJ-nya 96% ternyata

angka pasien DBD masih terdapat 7 pasien. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

mempelajari permasalahan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Gerakan Serentak

Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti Nyamuk dalam upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue pada masyarakat di dusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan,

Kabupaten Jombang.

Page 6: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 6

BAB II

TUJUAN

2.1 Tujuan Umum

Mampu menjalankan pelayanan kesehatan paripurna dengan memanfaatkan ilmu

kedokteran secara multidisiplin, tinggal bersama masyarakat, dan melakukan kedokteran

komunitas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menggunakan

sumberdaya setempat dan menggerakkan peran serta masyarakat.

2.2 Tujuan Khusus

1. Memahami medan kerja di suatu wilayah tertentu dan mampu menghayati kehidupan

masyarakat dengan tinggal bersama masyarakat

2. Memahami epidemiologi kesehatan di wilayah tertentu dengan memeriksa derajat

kesehatan masyarakat dalam situasi problematik yang sebenarnya terjadi pada

individu, keluarga, dan komunitas atau masyarakat

3. Mampu melakukan analisis kesehatan secara holistik dan menegakkan diagnosis

individu, diagnosis keluarga dan diagnosis masyarakat

4. Mampu mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan di masyarakat

5. Mampu melakukan analisis terhadap potensi sumber daya baik dari sumber daya alam

maupun sumber daya manusia yang dimiliki di wilayah tertentu

6. Mampu menyusun rencana program untuk mengatasi masalah kesehatan yang

ditemukan dengan menyesuaikan program kesehatan terhadap kondisi geografi dan

sosio-budaya masyarakat serta melakukan evaluasi program

7. Menghayati kerjasama dalam tim maupun lintas sektoral dalam memecahkan masalah

kesehatan

Page 7: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 7

8. Mampu memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang meliputi usaha

preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif dan mampu menangani kasus-kasus

rujukan, dalam bentuk Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dan Usaha Kesehatan

Masyarakat (UKM) , sebagai pelayan kesehatan di garis depan

9. Mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam menggunakan sumberdaya

setempat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta memberdayakan

masyarakat dalam budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Page 8: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 8

BAB III

METODE

3.1 Metode Pelaksanaan

Kedokteran Komunitas menggunakan metode Penelitian Operasional atau Penelitian

Terapan yang dibagi dalam empat tahap, yaitu:

1. Pengenalan Medan

Tahap pengenalan medan menggunakan metode pengumpulan data secara

observasional yaitu melalui pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Peterongan,

wawancara mendalam dengan petugas kesehatan Puskesmas Peterongan dan

pendekatan survei baik terhadap kader kesehatan maupun masyarakat di Dusun

Mancar Timur, Desa Mancar, Kabupaten Jombang .

2. Diagnosis Komunitas

Tahap diagnosis komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan lokakarya,

yaitu:

a. merumuskan diagnosis komunitas

b. mengidentifikasi solusi atau model pemecahan masalahnya, berbentuk program

kesehatan

c. mengidentifikasi sumberdaya setempat dan peran serta masyarakatnya

d. mengambil keputusan untuk memilih program atau model atau solusi yang akan

dikerjakan dalam tahap Terapi Komunitas.

3. Terapi Komunitas

Tahap terapi komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan program, yaitu

mempersiapkan serta melaksanakan program atau model atau solusi yang terpilih

bersama dengan partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya setempat.

Page 9: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 9

4. Evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap input, proses dan output program terapi

komunitas yang telah dilaksanakan meliputi relevansi, kecukupan, efisiensi dan

efektifitas. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya Focus Group

Discussion, Round Table Discussion, Indepth Interview serta Field Observation.

3.2 Lokasi

Kegiatan kedokteran komunitas dilaksanakan di dusun Mancar Timur, desa Mancar,

Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

3.3 Waktu

Kegiatan Kedokeran Komunitas dilaksanakan pada hari Jumat, 10 Februari 2010.

3.4 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Kegiatan Kedokteran Komunitas

Survei yang dilakukan dalam tahap pengenalan medan menggunakan metode

wawancara dan pengamatan secara langsung dengan instrumen kuesioner, wawancara dan

observasi yang dilakukan pada masyarakat di dusun Mancar Timur, desa Mancar,

Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

Pengenalan Medan

(Informaion Building):

Survei Pendahuluan

Penentuan lingkup masalah

Peneltian operasional

Diagnosis Komunitas (Comunity Dagnosis & Program):

Lokakarya

Identifikasi dan penentuan

prioritas masalah

Menyusun solusi

Terapi Komunitas (Program

Implementation)Evaluasi

Page 10: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 10

Tahap Diagnosis komunitas penelitian dilakukan melalui suatu lokakarya dengan

wakil dari puskesmas dan masyarakat dengan metode presentasi dan diskusi untuk

menganalisis hasil dari pengenalan medan dan mengidentifikasi prioritas masalah yang perlu

ditangani dalam masyarakat.

Terapi komunitas penelitian adalah intervensi secara langsung dengan pembuatan

program dan penyuluhan bagi masyarakat sebagai solusi dari permasalahan yang telah

diidentifikasi pada tahap diagnosis komunitas.

Tahap Evaluasi dilakukan analisis dan penarikan kesimpulan dari terapi komunitas

yang telah dilakukan serta pembuatan rencana tindak lanjutnya.

Page 11: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 11

BAB IV

JADWAL KERJA

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Kedokteran Komunitas CPSPKBM Puskesmas Peterongan

Hari, tanggal Kegiatan

Kamis, 4 Februari 2010 Pencarian data sekunder

Perencanaan

Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan

penanggung jawab masing-masing

program puskesmas

Jumat, 5 Februari 2010 Pencarian data sekunder

Perencanaan

Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan

penanggung jawab masing-masing

program puskesmas

Sabtu, 6 Februari 2010 Pencarian data sekunder

Perencanaan

Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan

penanggung jawab masing-masing

program puskesmas

Senin, 8 Februari 2010 Pencarian data sekunder

Perencanaan

Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan

penanggung jawab masing-masing

program puskesmas

Selasa, 9 Februari 2010 Pencarian data sekunder

Perencanaan

Diskusi dengan Kepala Puskesmas

Diskusi kelompok CPS

Persiapan survei

Kamis, 11 Februari 2010 Pengenalan Medan (Pengumpulan Data

Primer)

Pengolahan data primer

Diskusi kelompok CPS

Jumat, 12 Februari 2010 Lokakarya Awal untuk Diagnosis

Komunitas

Sabtu, 13 Februari 2010 Pembagian Undangan Terapi Komunitas

(Pemicuan) kepada responden di Dusun

Mancar dibantu oleh Ketua Komite

Page 12: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 12

Minggu, 14 Februari 2010 Terapi Komunitas (Pemicuan)

Senin, 15 Februari 2010 Pengolahan data hasil terapi komunitas

Diskusi kelompok CPS

Selasa, 16 Februari 2010 Evaluasi Hasil Terapi Komunitas di

Rumah Ketua Komite

Terapi Komunitas (Penyuluhan Jamban

Sehat)

Lokakarya Lanjutan (Pemaparan program

pemecahan masalah komunitas)

Diskusi kelompok CPS

Selasa, 16 Februari 2010 Evaluasi Hasil Terapi Komunitas

Diskusi kelompok CPS

Selasa, 16 Februari 2010 Pengolahan data hasil terapi komunitas

Konsultasi Laporan Kedokteran

Komunitas

Rabu, 17 Februari 2010 Revisi Laporan Kedokteran Komunitas

Rabu, 17 Februari 2010 Revisi Laporan Kedokteran Komunitas

Kamis, 18 Februari 2010 Pengumpulan Laporan

Page 13: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 13

BAB V

PROGRAM ATAU MASALAH KESEHATAN YANG DIPELAJARI

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Gerakan Serentak Masyarakat

Bersihkan Lingkungan Anti Nyamuk dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

pada masyarakat di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten

Jombang.

Page 14: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 14

BAB VI

PENGENALAN MEDAN

6.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemik berbagai penyakit

menular, seperti malaria, deman berdarah, TBC, filariasis, diare, dan sebagainya.Pada tahun

2005, jumlah kasus demam berdarah dengue di seluruh Indonesia sampai dengan Februari

2005 sebanyak 5.064 kasus dengan 113 kematian. Di 6 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa

Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur

dilaporkan terjadi peningkatan kasus yang diwaspadai sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)

Demam Berdarah Dengue. Artinya, jumlah kasusnya sudah dua kali lipat atau lebih dari

bulan yang sama pada tahun lalu dan atau angka kematiannya lebih dari 1% (Depkes 2005).

Pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat jumlah penderita demam berdarah dengue di

seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei 2005 sejumlah 28.330 orang dengan jumlah

kematian 330 orang (Sub Direktorat Arbovirosis Ditjen P2M&PL 2005).

Dalam upaya pengendalian wabah demam berdarah dengue, dibandingkan negara

lainnya di Asia Tenggara, Indonesia termasuk salah satu negara yang masih mengalami

masalah. Indonesia memang sangat jauh tertinggal bila dibandingkan Singapura, yang sejak

awal dekade \1980-an dapat dikatakan telah berhasil memberantas wabah penyakit demam

berdarah dengue (Bang & Tonn 1993), (Ooi 2001).

Indonesia dalam peta wabah demam berdarah dengue ada di posisi yang

memprihatinkan. Dalam jumlah angka kesakitan (morbidity rate) dan kematian (mortality

rate) demam berdarah dengue di kawasan Asia Tenggara, selama kurun waktu 1985-2004,

Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah Thailand (WHO 2004). Selama tahun 1985-

2004, di Indonesia tercatat angka penderita demam berdarah dengue terendah 10.362 pada

tahun 1989 dan tertinggi 72.133 orang pada tahun 1998, dengan angka kematian terendah 422

Page 15: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 15

orang pada tahun 1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988.Pada bulan Januari sampai April

2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terjadi di 75 kabupaten/kota dan 12 propinsi di

Indonesia, dengan 53.719 kasus dan angka kematian sebesar 590 orang (Case Fatality

Rate=1,1%). Tahun 2005 kembali terjadi peningkatan kasus dan KLB di kabupaten/kota dan

propinsi di Indonesia, total kasus sejumlah 93.994 kasus dengan 1.824 kematian (CFR=1,36%)

(Yussianto,2006).

Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan kejadian suatu penyakit pada

suatu kelompok masyarakat merupakan resultance dan hubungan timbal balik antara

masyarakat itu sendiri dengan lingkungan. Dengan demikian, upaya pemberantasan wabah

penyakit menular di Indonesia saat ini perlu mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa

jenis penyakit kembali mewabah khususnya penyakit menular yang tidak ada obatnya namun

dapat dicegah karena sangat terkait dengan kesehatan lingkungan permukiman seperti

penyakit demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD).

Tingginya angka kejadian DBD, baik pada dewasa maupun pada anak-anak di suatu

wilayahtropis, umumnya meningkat pada musim penghujan di mana banyak terdapat

genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypty (Suroso

1983), (Suroso & Umar 1999). Di daerah perkotaan, umumnya wabah demam berdarah

kembali meningkat menjelang awal musim kemarau (Suroso & Umar 1999), sehingga

menyebabkan penurunan produktivitas kerja.

Penyebaran penyakit demam berdarah dengue secara pesat sejak tahun 1968 di

Indonesia dikarenakan virus semakin mudah penyebarannya menulari lebih banyak manusia

karena didukung oleh meningkatnya mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana

transportasi di dalam kota maupun antar daerah, kebiasaan masyarakat menampung air bersih

untuk keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum mencukupi kebutuhan atau

sumber yang terbatas atau letaknya jauh dari pemukiman mendorong masyarakat menampung

Page 16: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 16

air di rumah masing-masing (karena nyamuk Aedes aegypti hidup di air bersih), sikap dan

pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit yang masih kurang(Sudarmo, 1990;

Suroso ,1983).

Penanggulangan demam berdarah dengue secara umum ditujukan pada

pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu

nyamuk Aedes aegypti dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya

ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan

air (Bang dan Tonn, 1993; Ditjen PPM & PLP, 1987; Nadesul 2004; Suroso dan

Umar,1999;WHO, 2004).

Gertak Mas Berlian atau yang lebih dikenal dengan gerakan serentak masyarakat

bersihkan lingkungan anti nyamuk. Gertak mas berlian ini dicanangkan oleh Bupati Jombang

Drs. Suyanto, M.M. pada tanggal 6 Februari 2008. Adapun isinya ada 10 langkah, yaitu

bentuk tim juru pemantau jentik (jumantik) di setiap RT, pantau jentik secara berkala setiap

bulan, lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus setiap hari Jumat, kenali gejala

dini penyakit demam berdarah, periksakan segera keluarga yang dicurigai demam berdarah

ke Puskesmas atau RS terdekat, laporkan segera penderita demam berdarah ke puskesmas

terdekat, lakukan penyelidikan epidemiologi di lokasi tempat tinggal penderita DB, lakukan

pengasapan (fogging) sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu pada daerah yang terdapat

sumber virus dengue, lakukan pengasapan (fogging) pada daerah endemis sebelum musim

penularan, lakukan PSN 3M satu hari sebelum dilakukan pengasapan (fogging).

Kader kesehatan dalam upaya penanggulangan DBD memiliki posisi yang sangat

strategis. Ujung tombak upaya penanggulangan DBD ialah kader kesehatan, tetapi akar

permasalahan mulai muncul dari sini mulai berupa kurangnya jumlah kader kesehatan,

kurangnya anggaran untuk melakukan upaya penanggulangan DBD, kurangnya pengetahuan

kader kesehatan mengenai upaya penanggulangan DBD, sampai kurangnya minat dan

Page 17: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 17

kemauan kader kesehatan itu sendiri dalam menjalankan program-program yang terkait

dengan upaya penaggulangan DBD itu sendiri. Kerjasama lintas sektoral dalam memecahkan

permasalahan ini sangat dibutuhkan, salah satunya ialah untuk mengatasi kekurangan jumlah

kader bisa dengan kerjasama dengan berbagai tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk

mendorong masyarakat agar mau menjadi kader kesehatan. sedangkan untuk mengatasi

kurangnya anggaran salah satunya bisa dengan kerjasama muspika setempat untuk dicarikan

dana tambahan melalui swadaya masyarakat itu sendiri. Pelatihan serta lokakarya terhadap

kader kesehatan dapat membekali pengetahuan yang cukup dalam hal-hal upaya

penanggulangan DBD. Untuk memancing timbulnya minat dan kemauan kader kesehatan

dapat dilakukan berbagai upaya, salah satunya ialah seperti memberikan intensif,

penghargaan, maupun pengakuan eksistensi kader kesehatan itu sendiri.

Dusun Mancar Timur oleh Puskesmas Kecamatan Peterongan ditetapkan sebagai

Dusun Endemik. Hal ini dikarenakan dalam 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2007

sampai tahun 2009 selalu tedapat kasus DBD di dusun tersebut.Dusun Mancar Timur juga

merupakan salah satu dusun yang mencerminkan keadaan yang paradoksal, sebab angka

bebas jentik (ABJ) di daerah tersebut termasuk tinggi, hal ini dibuktikan pada tahun 2008

ABJ dusun mancar timur mencapai 67% dan pada tahun 2009 mencapai 96%, ironisnya

daerah tersebut tetap menjadi dusun endemis sampai saat ini. Selama tahun 2008 jumlah

pasien DBD mencapai 13 serta terdapat 1 pasien meninggal, sedangkan pada tahun 2009,

yang angka ABJ-nya 96% ternyata angka pasien DBD masih terdapat 7 pasien. Oleh karena

itu peneliti tertarik untuk mempelajari permasalahan ini.

Page 18: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 18

6.2. Tujuan

6.2.1. Tujuan Umum

Mampu meningkatkan Pengetahuan dan kesadaran kader kesehatan dan masyarakat

tentang Gerakan Serentak Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti Nyamuk dalam upaya

pencegahan Demam Berdarah Dengue pada masyarakat di dusun Mancar Timur, desa

Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombangdengan memanfaatkan ilmu kedokteran

secara multidisiplin,tinggal bersama masyarakat dan melakukan kedokteran komunitas guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menggunakan sumberdaya setempat dan

menggerakkan peran serta masyarakat.

6.2.2. Tujuan Khusus

1. Mempelajari Behavior Intention Program Gertak Mas Berlian pada masyarakat dusun

Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

2. Mempelajari Social Support Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun

Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

3. Mempelajari Accessibility of Information Program Gertak Mas Berlian pada

masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten

Jombang.

4. Mempelajari Personal Autonomy Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun

Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

5. Mempelajari Action Situation Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun

Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

6. Mempelajari Karakteristik Sampel Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga pada

masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten

Jombang.

Page 19: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 19

6.3 Tinjauan Pustaka

6.3.1. Ilmu Perilaku

6.3.1.1. Definisi Perilaku

Perilaku dalam pengertian biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu

sendiri. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Kegiatan internal (internal activity) seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia(Notoatmodjo, 2003). Dapat

dikatakan pula bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik

dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang

tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan)

dan lingkungan. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk

perkembangan perilaku selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk

perkembangan perilaku. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan

ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Perilaku dapat pula berarti respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati, mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari

maupun tidak. Perilaku juga merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling

berinteraksi(Notoatmodjo, 2007).

Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah suatu kecenderungan untuk

mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya

tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah

sebagian dari perilaku manusia(Notoatmodjo, 2006).

Page 20: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 20

6.3.1.2.Teori Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa teori yang bisa dipakai

untuk menjelaskan perubahan tersebut, yaitu:

Teori Stimulus Respon

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme. Hosland (1953),

berpendapat proses perubahan perilaku menggambarkan proses belajar individu dengan

beberapa tahap. Tahap pertama adalah penentuan diterima atau tidaknya suatu stimulus. Bila

stimulus diterima, berarti individu dianggap telah mengerti dan siap untuk dilanjutkan pada

proses berikutnya. Kemudian individu mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kerelaan

untuk bertindak.Adanya dukungan fasilitas serta dukungan dari lingkungan maka stimulus

tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Teori Fungsi Menurut Katz (1960)

Menurut teori ini perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang

bersangkutan. Katz berasumsi bahwa teori ini berkeyakinan perilaku itu mempunyai fungsi

untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan

menurut kebutuhannya.Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus

menerus dan berubah secara relatif.

Teori Kurt Lewin (1970)

Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang

seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving force) dan kekuatan penahan

(restaining force).Menurut Lewin perilaku itu dapat berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.

Page 21: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 21

Teori Snehandu B. Kar.

Menurut Snehandu B. Kar perilaku kesehatan dapat dianalisis dari 5 determinan

perilaku antara lain :

1. Adanya niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya(behaviour intention)

2.Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

3.Terjangkaunya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of

information)

4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan (personal

autonomy)

5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak

(action situation)

Uraian di atas dapat dirumuskan dalam model sebagai berikut :

B = f (BI, SS, AL, PA, AS)

dengan :

B = behaviour

f = fungsi

BI = behaviour intention

SS = social support

AI = accessibility of information

PA = personal autonomy

AS = action situation

Contoh dari penerapan teori perilaku Kar tersebut yaitu, seorang ibu yang tidak mau

ikut KB, mungkin karena ia tidak memiliki minat dan niat terhadap KB (behaviour intention),

Page 22: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 22

atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB

(accessibility of information) atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk

menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya atau orang lain yang ia

segani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB

adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan yang

menyebabkan dilakukannya KB adalah suatu kontra indikasi (action situation) (Snehandu,

1991)

6.3.2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

6.3.2.1. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam 5-7 hari disertai gejala perdarahan dan bila

timbul renjatan menimbulkan mortalitas cukup tinggi. Hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan hematokrit cenderung

meningkat lebih dari 20% dari normal(12).

6.3.2.2. Ciri-ciri Klinis

6.3.2.2.1. Gejala Klinis

Demam berdarah dengue dapat memperlihatkan berbagai macam gejala antara lain:

a. Gejala pada penyakit DBD diawali dengan demam mendadak dengan facial flushing

dan gejala-gejala konstitusional non-spesifik yang lain seperti anoreksia, lemah, mual,

muntah, sakit perut, diare, sakit kepala (retroorbital pain), nyeri otot, tulang dan sendi.

Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorokan, tapi rinitis dan batuk jarang terjadi.

Suhu biasanya tinggi (>39 °C) dan tetap seperti itu selama 2-7 hari. Kadang-kadang

Page 23: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 23

suhu dapat mencapai 40-41°C yang dapat menyebakann kejang demam khususnya

pada bayi.

b. Fenomena perdarahan yang paling umum adalah uji tourniquet positif, petekia,

ekimosis dan purpura. Epistaksis dan perdarahan gingiva jarang terjadi, perdarahan

gastrointestinal dapat diamati selama periode demam.

c. Hepatomegali (pembesaran hati). Hepar biasanya dapat dipalpasi pertamakali pada

fase demam dan ukurannya bermacam-macam yaitu 2-4 cm dibawah batas kosta.

Walaupun ukuran hepar tidak berkorelasi dengan berat penyakit, pembesaran hepar

ditemukan lebih sering pada kasus syok daripada non-syok. Limfadenofati pada DBD

bersifat generalisata.

d. Tahap kritis dari rangkaian penyakit didapatkan pada akhir fase demam. Setelah 2-7

hari demam, penurunan cepat suhu acapkali diikuti tanda-tanda gangguan sirkulasi.

Pasien tampak berkeringat, menjadi gelisah, ekstrimitasnya dingin, dan menunjukkan

perubahan pada frekuensi denyut nadi dan tekanan darah. Pada kasus yang kurang

berat, perubahan ini minimal dan sementara, merefleksikan suatu derajat ringan

kebocoran plasma. Sebagian besar pasien sembuh spontan, atau setelah periode

singkat terapi cairan dan elektrolit. Pada kasus lebih berat, ketika kehilangan banyak

melampaui batas kritis maka syok pun terjadi dan berkembang kearah kematian bila

tidak ditangani secara tepat.

e. Sindroma syok dengue didiagnosa bila memenuhi semua dari empat kriteria untuk

DBD ditambah bukti kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi lemah dan cepat dan

tekanan nadi menurun menjadi <20 mmHg, hipotensi, kulit lembab dan dingin,gelisah

serta perubahan status mental.

Page 24: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 24

6.3.2.2.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pada DBD hasil pemeriksaan laboratorium umumnya memberikan hasil sebagai

berikut:

1. Leukopenia dan limfositosis

Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa pada pemeriksaan sumsum tulang penderita

DBD pada masa awal demam, terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan hambatan

pematangan dari semua sistem hemopoesis. Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia

ringan sampai leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga

dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari

ketiga sampai kedelapan. Dalam sediaan hapusan darah tepi penderita DBD dapat ditemukan

limfosit bertransformasi atau atipik, terutama pada infeksi sekunder.

2. Trombositopenia

Penyebab trombositopenia pada DBD antara lain diduga trombopoesis yang menurun

dan destruksi trombosit dalam darah meningkat serta gangguan fungsi trombosit.

Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit diduga sebagai penyebab agregasi

trombosit yang kemudian akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial khususnya dalam

limpa dan hati.

3. Hemokonsentrasi, hiponatremia, hipoalbuminemia

Hemakonsentrasi, hiponatremia, hipoalbuminea rendah adalah suatu tanda

hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran plasma sebagai akibat permeabilitas

vaskuler yang meningkat.

4. PTT dan APTT memanjang, FDP meningkat.

Kompleks virus antibodi atau mediator dari fagosit yang terinfeksi virus pada DBD

dapat mengaktifkan sistem koagulasi, dimulai oleh aktivasi faktor XII menjadi XIIa, faktor

koagulasi kemudian akan diaktifkan secara berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga

Page 25: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 25

akhirnya terbentuk fibrin. Selain itu Faktor XIIa juga mengaktifkan sistem fibrinolisis yang

menyebabkan perubahan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin mempunyai sifat proteolitik

dengan sasaran fibrin. Aktivasi sistem koagulasi dan fibrinolisis yang berkepanjangan

berakibat menurunnya berbagai faktor koagulasi seperti fibrinogen,V,VII,VIII, IX dan X

serta plasminogen. dan sebagai imbasnya FDP meningkat, PTT dan APTT memanjang.

5. Aspartate transaminase dan alanine transaminase

Hepatitis atau nekrosis fokal pada hepar yang disebabkan oleh infeksi virus dengue

pada hepatosit menyebabkan peningkatan aspartate transaminase dan alanine transaminase.

6.3.2.3. Penularan

Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes

yangterinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang keorang.

Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, tidak ditemukan diHong Kong,

namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedesalbopictus.

6.3.2.4. Masa Inkubasi

Jangka waktu inkubasi penyakit demam berdarah adalah 3 sampai 14 hari, umumnya

4 sampai 7 hari.

6.3.2.5. Epidemiologi

Penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu : Virus Dengue, nyamuk Aedes, dan host

manusia. Secara alamiah ketiga kelompok organisme tersebut secara individu atau populasi

dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan biologik dan lingkungan fisik. Pola perilaku

yang terjadi dan status ekologi dari ketiga kelompok organime tadi dalam ruang dan waktu

saling berkaitan dan saling membutuhkan, menyebabkan penyakit DBD berbeda derajat

Page 26: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 26

endemisitasnya pada suatu lokasi ke lokasi yang lain, dan dari tahun ke tahun. Untuk

memahami kejadian penyakit yang ditularkan vektor dan untuk pemberantasan penyakit

melalui pemberantasan vektornya perlu mempelajari penyakit sebagai bagian ekosistem alam

yaitu : Anthorophoda Ecosystem. Subsistem yang terkait dalam ekosistem in adalah : virus,

nyamuk aedes, manusia, lingkungan fisik dan lingkungan biologik.

6.3.2.5.1.Virus Dengue.

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang dapat dibedakan menjadi 4 strain

yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod

borne viruses (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae.

Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Virus ini hidup (survive) di alam lewat

dua mekanisme yaitu:

1. Melalui transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat ditularkan oleh

nyamuk betina dan telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat

ditularkan dari nyamuk jantan kepada nyamuk betina melalui kontak seksual.

2. Melalui transmisi virus yang berasal dari nyamuk masuk ke dalam tubuh vertebrata

seperti manusia dan kelompok kera tertentu atau sebaliknya. Virus ini terdapat dalam

darah penderita selama 4-7 hari. Pada suhu 30o C, di dalam darah (Viremia) di dalam

tubuh nyamuk aedes aegypti memerlukan watu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa

inkubasi extrinsik dari lambung sampai ke kelenjar ludah nyamuk.

Nyamuk mendapatkan virus pada saat menggigit manusia yang terinfeksi virus

dengue. Virus yang berada di lambung nyamuk akan mengalami replikasi, kemudian akan

bermigrasi dan akhirnya sampai ke kelenjar ludah. Virus masuk tubuh manusia lewat gigitan

nyamuk yang menembus kulit, kemudian masuk sirkulasi darah dengan cepat.

Page 27: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 27

Reaksi tubuh terhadap virus dengue dapat berbeda sehingga manifestasi gejala klinis

dan perjalanan penyakitpun akan berbeda. Bentuk reaksi tubuh terhadap adanya virus dengue

itu adalah seperti:

1. Mengendapnya bentuk netralisasi komplek Ig serum pada pembuluh darah kecil di

kulit berupa gejala ruam (rash).

2. Gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas

faktor koagulasi yang menimbulkan manifestasi perdarahan.

3. Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen

plasma menuju ke ruang ekstravaskuler dengan manifestasi asites dan efusi pleura.

Jika tubuh manusia hanya memberi reaksi pertama dan kedua, orang itu akan

menderita demam dengue. Sementara, jika ketiga reaksi terjadi, orang itu akan mengalami

DBD.

6.3.2.5.2. Nyamuk Aedes spp.

Virus dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk aedes

subgenus Stegornyia. Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk Aedes yang bisa menularkan virus

Dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutellaris. Dari ketiga jenis

nyamuk tersebut Aedes aegypti lebih berperan dalampenularan penyakit DBD. Nyamuk ini

banyak ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukannya juga lebih

banyak di dalam rumah. Warna tubuh nyamuk hitam, berbintik-bintik putih di badan dan

kakinya.

6.3.2.5.3. Perilaku Nyamuk Aedes aegypti

Untuk dapat memberantas nyamuk aedes aegypti secara efektif diperlukan

pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut antara lain perilaku mencari darah,

Page 28: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 28

istirahat,dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai Pemberantasan Sarang

Nyamuk dan jentik nyamuk Aedes aegypti yang tepat.

Mereka hidup didalam rumah dan sekitarnya terutama ditempat yang agak gelap dan

lembab serta kurang sinar matahari. Pada saat hujan, nyamuk akan lebih senang didalam

rumah (indofilik), karena mereka mencari suhu yang lebih hangat. Padahal pada saat yang

sama manusia juga sebagian besar berada didalam sehingga, kemungkinan digigit nyamuk

menjadi lebih besar.

6.3.2.5.3.1. Perilaku Mencari Darah

Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Oleh karena itu

nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Nyamuk betina menghisap

darah pada pagi hari sampai sore hari dan lebih menyukai pada waktu pk. 08.00-12.00 dan

jam 15.00-17.00. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit

lebih dari satu orang. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter, dan usia nyamuk betinadapat

mencapai sekitar 1 bulan.

Aktivitas menggigit nyamuk itu mencapai puncaknya saat intensitas cahaya berubah,

yaitu setelah matahari terbit, dan sebelum matahari terbenam, dan jarak terbangnya pendek,

yaitu 50 - 100 meter (Upik Kesumawati Hadi, pakar nyamuk, peneliti dari Laboratorium

Parasitologi dan Entimologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet,

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB)).Darah manusia yang

disedot berfungsi mematangkan telur nyamuk. Yang menggigit betina, yang jantan mencari

manis-manis (buah-buahan). (Paripurna).

Page 29: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 29

6.3.2.5.3.2. Perilaku Istirahat

Setelah menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2-3 hari untuk

mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai adalah tempat yang lembab dan kurang

terang seperti kamar mandi, dapur, WC. Nyamuk juga beristirahat di dalam rumah seperti

baju yang digantung, kelambu, dan tirai. Selain itu bila di luar rumah, nyamuk juga

beristirahat pada tanaman hias di halaman rumah.Masa aktif nyamuk ini pada pagi dan sore

hari, dan memiliki cirri bahwa setelah kenyang menggigit, mereka akan beristirahat, seperti

di gantungan baju. Setelah itu lapar lagi dan menggigit kembali.

6.3.2.5.3.3. Perilaku Berkembang Biak

Nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air

bersih seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, antara lain bak mandi,

WC, tempayan, drum air, tower air yang tidak tertutup, dan sumur gali. Wadah yang berisi air

bersih atau air hujan seperti tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas,

potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng bekas wadah pipa cekung, botol, tempat

pembuangan air kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat air meskipun dengan volume

kecil juga dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan

air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat menghasilkan sekitar 100 butir telur. Dalam

rentang waktu 6-8 hari akan memunculkan nyamuk Aedes aegypti baru yang mampu terbang.

6.3.2.6. Manusia sebagai definitive host

Perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah (urbanisasi tak terkontrol, host

makin banyak), tata ruang pemukiman yang tidak baik berhimpitan (menyebabkan sanitasi

Page 30: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 30

buruk, Aedes berkembang pesat), program pencegahan pengatasi-an dari pemerintah yang

tidak efektif adalah tiga faktor penyebab demam berdarah. (MenKes).

6.3.2.6.1.Faktor- faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia

1. Kepadatan penduduk,

Kepadatan penduduk yang lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD,

oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 – 100 meter.

2. Mobilitas penduduk memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat lain.

3. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan

akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya maka

akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah

sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang

berkunjung kerumah itu.

4. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara

pemberantasan yang dilakukan.

5. Penghasilan akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau Rumah

Sakit.

6. Mata pencaharian mempengaruhi penghasilan sehingga akan mempengaruhi

kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

7. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam

masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.

8. Perkumpulan yang ada bisa digunakan untuk sarana PKM.

9. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak golongan

umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD lebih besar.

10. Suku bangsa.

Page 31: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 31

Setiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing, hal ini juga

mempengaruhi penularan DBD.

11. Kerentanan terhadap penyakit.

Setiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam

tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena

penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit.

6.3.2.6.2.Lingkungan Fisik yang Terkait

1. Macam tempat penampungan air, sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

Macam tempat penampungan air ini dibedakan lagi berdasarkan lahan TPA (logam,

plastik, porselin, fiberglass, semen, tembikar, dll), warna TPA (putih, hijau, coklat

dll); volume TPA (kurang dari 50 lt, 101-200 lt dll); letak TPA ( didalam rumah atau

di luar rumah); penutup TPA (ada atau tidak ada ); pencahayaan pada TPA ( terang

atau gelap) dan sebagainya.

2. Ketinggian tempat di daerah pantai kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk,

di dataran tinggi suhu udara mempengaruhi pertumbuhan virus di tubuh nyamuk,

ditempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak

ditemukan nyamuk Aedes aegypti.

3. Curah hujan menambah genangan air sebagai tempat perindukan, menambah

kelembaban udara terutama daerah pantai, kelembaban udara menambah jarak terbang

nyamuk dan umur nyamuk didaerah pantai.

4. Hari hujan, banyaknya hari hujan akan mempengaruhi kelembaban udara didaerah

pantai dan mempengaruhi suhu di daerah pegunungan

5. Kecepatan anginmempengaruhi juga suhu udara dan pelaksanaan fogging.

6. Suhu udaramempengaruhi perkembangan virus di dalam tubuh nyamuk.

Page 32: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 32

7. Tata guna tanahmenentukan jarak dari rumah ke rumah. Rumah sempit, pencahayaan

kurang lebih disenangi nyamuk.

8. Pestisida yang digunakanmempengaruhi kerentanan nyamuk.

9. Kelembaban udaramempengaruhi umur nyamuk.

10. Lingkungan Biologi yang mempengaruhi penularan penyakit DBD terutama adalah

banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban

dan pencahayaan di dalam rumah dan halamannya. Bila banyak tanaman hias dan

tanaman pekarangan, berarti akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk

hinggap istirahat dan juga menambah umur nyamuk. Pada tempat-tempat yang

demikian di daerah pantai akan memperpanjang umur nyamuk dan penularan

mungkin terjadi sepanjang tahun di tempat tersebut. Merupakan juga fokus penularan

untuk tempat- tempat sekitarnya. Pada waktu musim hujan menyebar ke tempat lain

dari pada saat bukan musin hujan kembali lagi ke pusat penularan. Tempat-tempat

yang menjadi pusat penularan perlu diperhatikan pada saat pemberantasan dilakukan.

Faktor-faktor tersebut berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lain dan berubah dari

waktu ke waktu, untuk itu perlu pengamatan yang benar tentang faktor - faktor tersebut guna

pemberantasan vektor. Kaitan subsistem yang menyebabkan nyamuk menjadi vektor

digambarkan sebagai diagram di bawah ini, tanda panah menunjukan kemungkinan pengaruh

dari masing-masing subsistem.

Gambar 6.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penularan Demam Berdarah

Page 33: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 33

Dari ekologi vektor dapat kita ketahui bahwa ada nyamuk Aedes aegypti dan ada

berbagai faktor pendukung sehingga menjadi infekted dan dapat menularkan penyakit DBD.

Dari suatu populasi nyamuk yang ada, pada musim penularan mungkin hanya beberapa

persen saja dari populasi nyamuk tersebut yang menjadi vektor, mungkin kurang dari 5 %.

6.3.2.7. Patogenesis

Patogenesis DBD dan sindroma syok dengue (SSD) masih merupakan masalah yang

kontroversial karena sejauh ini belum ada suatu teori yang dapat menjelaskan secara tuntas

patogenesis demam berdarah dengue, namun dua perubahan patofisiologi utama yang terjadi

yaitu peningkatan permeabilitas vaskuler dan hemostasis yang abnormal. Permeabilitas

vaskuler yang meningkat mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemi dan syok.

Kebocoran plasma dapat menyebabkan asites. Gangguan homeostasis dapat menimbulkan

vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, sehingga memunculkan manifestasi perdarahan

seperti petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena.

Secara garis besar ada dua teori yang banyak dianut untuk menjelaskan perubahan

patogenesis pada DBD dan SSD yaitu teori infeksi primer/teori virulensi dan teori infeksi

sekunder (teori secondary heterologous infection) atau teori infection enhancing antibody.

Teori pertama menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain dapat

mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada

tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam

genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan

virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus

mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah. Teori tersebut dibuktikan oleh para

peneliti di bidang virus yang mencoba memeriksa sekuens protein virus. Penelitian secara

Page 34: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 34

molekuler biologi ini mendapatkan hal yang menarik. Pada saat sebelum KLB, selama KLB

dan setelah reda KLB ternyata sekuens protein tersebut berbeda.

Teori kedua menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi primer

dengan satu jenis virus , akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi jenis virus tersebut

untuk jangka waktu yang lama tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder

dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Dihipotesiskan juga

mengenai antibody dependent enhancement (ADE)suatu proses yang akan meningkatkan

infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap

infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection dapat

dilihat pada Gambar 2.1 yang dirumuskan oleh Suvatte, tahun 1977.

Gambar. 6.2. Hipotesis the secondary heterologous infection

Page 35: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 35

Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang

pasien, respons limfosit T memori akan mengakibatkan proliferasi dan diferensiasi limfosit

dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping itu, replikasi dapat

juga terjadi dalam plasmosit. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-

antibodi yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen yang dapat

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga plasma keluar.

Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan

berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran plasma dibuktikan dengan adanya peningkatan

hematokrit dan penurunan natrium. Akibat pindahnya plasma ke rongga tubuh seperti pleura

dan cavum abdominal dapat menimbulkan efusi pleura dan asites. Syok yang tidak

ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir

fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian. Kedua

hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan laboratoris.

Page 36: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 36

Gambar 6.3 Hipotesis infection enhancing antibody

Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain

mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi

sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah (Gambar 2.2), akhirnya dapat

mengakibatkan perdarahan. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan

kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP

(adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini akan

menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi

trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan penglepasan platelet faktor III

mengakibatkan terjadinya koagulasi intravaskular diseminata (KID), sehingga terjadi

penurunan faktor pembekuan yang ditandai dengan peningkatan FDP (fibrin degradation

product).

Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga

walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain, aktivasi

koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman akibatnya terjadi aktivasi sistem kinin

sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya

syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor

pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.

Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.

6.3.2.8. Diagnosis DBD

Pedoman yang dipakai dalam menegakkan diagnosis DBD ialah kriteria yang disusun

oleh WHO (1999). Kriteria tersebut terdiri atas kriteria klinis dan laboratoris.Kriteria klinis

terdiri atas:

Page 37: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 37

1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari, terus menerus.

2. Manifestasi perdarahan seperti uji torniquet positif, perdarahan spontan (bintik-bintik

merah dikulit, epitaksis/mimisan, perdarahan gusi dan perdarahan saluran cerna).

3. Pembesaran hati

4. Manifestasi kebocoran plasma (hemokonsentrasi), mulai yang ringan seperti kenaikan

nilai hematokrit > 20% dibandingkan sebelumnya, sampai yang berat yaitu syok (nadi

cepat, lemah, kaki/tangan dingin, lembab, anak gelisah, sianosis/kebiruan dan kencing

berkurang).

Kriteria laboratoris terdiri atas:

1. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/ul )

2. Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20%).

Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan dua kriteria klinis dan dua kriteria

laboratoris.

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:

a. Derajat I: demam tinggi disertai gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan

adalah tes torniquet positif atau mudah memar.

b. Derajat II: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan di kulit atau di

tempat lain.

c. Derajat III: Ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat, lemah, hipotensi,

kaki/tangan dingin, lembab, sianosis, anak menjadi gelisah).

d. Derajat IV: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanandarah yang

tidak dapat diperiksa.

Untuk diagnosis pasti DBD dapat ditegakkan bila ditemukannya virus dengue di

dalam darah. Metode isolasi virus merupakan baku emas (gold standard) pemeriksaan infeksi

virus dengue.

Page 38: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 38

6.3.2.9. Penatalaksanaan

Pengobatan simptomatik dan suportif merupakan terapi efektif pada penderita DBD.

Terapi simptomatik yakni pemberian analgetik (parasetamol), kompres hangat. Terapi

suportif antara lain penggantian (replacement) cairan, pemberian oksigen dan jika diperlukan

dapat dilakukan tranfusi darah. Pemantauan tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi),

hematokrit, trombosit, elektrolit, kecukupan cairan, urine output, tingkat kesadaran, dan

manifestasi perdarahan berguna untuk mengetahui perkembangan penyakit.

6.3.2.10. Pencegahan

Sampai saat ini belum ada obat spesifik atau vaksin yang tersedia untuk mematikan

virus dengue. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,

yaitu nyamuk Aedes aegypti.

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode yang tepat yaitu:

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan perkembangbiakan vektor yakni dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) :

a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

d. Mengubur kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.

2. Biologis

Metode kontrol biologi ditujukan untuk stadium larva dari vektor. Pengendalian

biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik seperti Gambusia affinis dan

Page 39: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 39

Poecilia reticulate (ikan adu/ikan cupang), bakteri penghasil endotoksin (Bacills

thuringiensis serotipe H-14 dan Bacillus sphaericus).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk

mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Pengasapan secara

luas digunakan dengan alasan harga.

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti

gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup,

menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan

pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang

kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,

memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

6.3.3.Gertak Mas Berlian

Gertak Mas Berlian atau yang lebih dikenal dengan gerakan serentak masyarakat

bersihkan lingkungan anti nyamuk. Gertak mas berlian ini dicanangkan oleh Bupati Jombang

Drs. Suyanto, mm pada tanggal 6 februari 2008. Adapun isinya ada 10 langkah, yaitu:

1. Bentuk tim juru pemantau jentik (jumantik) di setiap RT

2. Pantau jentik secara berkala setiap bulan

3. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3m plus setiap hari jum’at

5. Kenali gejala dini penyakit demam berdarah

Page 40: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 40

6. Periksakan segera keluarga yang dicurigai demam berdarah ke puskesmas atau RS

terdekat.

7. Laporkan segera penderita demam berdarah ke puskesmas terdekat

8. Lakukan penyelidikan epidemiologi di lokasi tempat tinggal penderita db

9. Lakukan pengasapan (fogging) sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu pada

daerah yang terdapat sumber virus dengue

10. Lakukan pengasapan (fogging) pada daerah endemis sebelum musim penularan

11. Lakukan psn 3M satu hari sebelum dilakukan pengasapan (fogging)

6.4. Metodologi Penelitian

6.4.1 Metode Pengumpulan Data

Tahap pengenalan medan dilaksanakan dengan pengumpulan data secara

observasional yaitu melalui pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Peterongan,

wawancara mendalam dengan petugas kesehatan Puskesmas Peterongan dan pendekatan

survei baik terhadap kader kesehatan maupun masyarakat di Dusun Mancar Timur, Desa

Mancar, Kabupaten Jombang .

6.4.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode statistik deskriptif

yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram proporsi (pie

diagram).

6.5 Populasi, Sampling dan Sasaran

Populasi pengenalan medan adalah semua kepala keluarga atau ibu rumah tangga di

Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Metode

Page 41: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 41

sampling pada survei ini adalah purposive sampling. Dari metode sampling ini diambil

sampel kepala keluarga atau ibu rumah tangga yang tinggal di RT 6 RW 1 Dusun Mancar

Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Jumlah sampel yang

didapatkan sejumlah 46 kepala keluarga.

Kriteria inklusi sampel

Kepala keluarga atau ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di dusun Mancar

Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang yang bersedia

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kriteria eksklusi sampel

Kepala keluarga atau ibu rumah tangga yang tidak bertempat tinggal di dusun

Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombangatau tidak bersedia

berpartisipasi dalam penelitian ini.

6.6 Variabel

Variabel :

1) Pengetahuan, kesadaran dan keinginan untuk berpartisipasi dalam Program Gertak

Mas Berlian (Behavior Intention)

2) Kader kesehatan yang aktif memberi motivasi untuk berpartisipasi dalam Program

Gertak Mas Berlian (Social support)

3) Pernah mengikuti penyuluhan tentang Program Gertak Mas Berlian (Accessibility of

Information)

4) Pengambil keputusan dalam keluarga (Personal Autonomy)

5) Usaha untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian (Action Situation)

Page 42: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 42

6) Karakteristik Sampel

Menurut Snehandu B Kar, Perilaku seseorang / anggota masyarakat dipengaruhi oleh

variabel :

1) Behavior Intention, niat seseorang untuk menjaga kesehatannya

2) Social support, dukungan sosial dukungan sosial dari orang2 disekitarnya

3) Accessibility of Information, tersedianya informasi ttg kesehatan / fasilitas kesehatan

4) Personal autonomy, otoritas pribadi otonomi / otoritas untuk mengambil keputusan

5) Action Situation, situasi memungkinkan atau tidak

Maka dalam kegiatan Kedokteran Komunitas untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam kegiatan Gertak Mas Berlian di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar,

Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, diteliti variabel berikut :

Tabel 6.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

VARIABEL SUB

VARIABEL

INDIKATOR INSTRUMEN SUMBER

DATA

Behavior

Intention

Pengetahua,

kesadaran

dan

keinginan

untuk

berpartisipasi

dalam

Program

Gertak Mas

Berlian

Kesimpulan dari

hasil wawancara

secara mendalam

tentang keinginan

untuk

berpartisipasi

Kuesioner Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Social Support Kader

Kesehatan

yang

memotivasi

untuk

berpartisipasi

dalam

Program

Gertak Mas

Berlian

Kader Kesehatan

yang

mengingatkan

untuk melakukan

Gertak Mas

Berlian

Ada / Tidak ada

Kuesioner Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Page 43: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 43

Accessibility of

Information

Pernah

mengikuti

penyuluhan

tentang

Program

Gertak Mas

Berlian

Kesimpulan dari

hasil wawancara

secara mendalam

tentang

keikutsertaan

dalam

penyuluhan

tentang Gertak

Mas Berlian

Ada / Tidak ada

Kuesioner

Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Personal

Autonomy

Pengambil

keputusan

dalam

keluarga

Kesimpulan dari

hasil wawancara

mendalam

tentang anggota

keluarga yang

menjadi

pengambil

keputusan dalam

keluarga

Wawancara

mendalam dan

Kuesioner

Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Action

Situation

Usaha untuk

berpartisipasi

dalam

Program

Gertak Mas

Berlian

Kesimpulan dari

wawancara

mendalam

tentang partisipasi

dalam kegiatan

Gertak Mas

Berlian

Ada / Tidak ada

Kuesioner Rumah Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Karakteristik

Sampel

Pendidikan Pendidikan

terakhir Kepala

Keluarga atau ibu

rumah tangga

Kuesioner Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Pekerjaan Pekerjaan Kepala

Keluarga atau ibu

rumah tangga

Kuesioner Kepala

keluarga atau

ibu rumah

tangga

Page 44: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 44

6.7 Kerangka Konsep/ Kerangka Operasional

6.7.1 Kerangka Konsep

Gambar 6.4 Kerangka Konsep

Page 45: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 45

Perubahan perilaku warga Desa Mancar untuk berpartisipasi dalam Program Gertak

Mas Berlian dapat ditingkatkan dengan melakukan intervensi terhadap variabel niat

seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya/behavior intention, dukungan sosial dari masyarakat sekitar/social support,

akses terhadap informasi kesehatan/accessibility of information, otonomi pribadi untuk

mengambil keputusan/personal autonomy, dan situasi yang memungkinkan untuk

bertindak/tidak bertindak/action situation.

Variabel niat untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya/behavior intention dapat dilihat dari komitmen kepala keluarga atau ibu rumah

tangga Desa Muncar untuk ikut serta dalam Program Gertak Mas Berlian.

Motivasi yang dilakukan para Kader Kesehatan Desa Mancar untuk mendorong

keikutsertaan warganya dalam Program Gertak Mas Berlian merupakan variabel dukungan

sosial dari masyarakat sekitar/social support.

Ada tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan/accessibility of information

yang dimiliki oleh kepala keluarga atau ibu rumah tangga Desa Muncar, diukur dari

keikutsertaan mereka dalam mengikuti penyuluhan tentang Program Gertak Mas Berlian.

Variabel Otonomi pribadi dalam mengambil tindakan atau keputusan/personal

autonomy dapat diukur dari pengambilan keputusan oleh kepala keluarga/ibu rumah tangga

Desa Muncar untuk ikut serta dalam Program Gertak Mas Berlian.

Variabel situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak/action

situation dapat diukur dari usaha para kepala keluarga atau ibu rumah tangga Desa Muncar

untuk ikut berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian.

Dengan melakukan intervensi terhadap variabel yang ada diharapkan dapat

meningkatan peran serta masyarakat dalam Program Gertak Mas Berlian di lingkungannya.

Page 46: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 46

6.7.2 Kerangka Operasional

Gambar 6.5 Kerangka Operasional

6.8 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen untuk pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner dan

wawancara mendalam. Instrumen kuesioner untuk mengumpulkan data mengenai pendidikan

terakhir dan jenis pekerjaan kepala keluarga atau ibu rumah tangga, keinginan untuk

berpartisipasi dan pengetahuan tentang kegiatan Gertak Mas Berlian, kader kesehatan yang

memotivasi untuk melakukan Gertak Mas Berlian, keikutsertaan dalam penyuluhan tentang

Gertak Mas Berlian, pengambil keputusan dalam keluarga dan usaha untuk berpartisipasi

dalam Gertak Mas Berlian. Sedangkan instrumen wawancara mendalam dilakukan untuk

mengetahui keinginan responden berpartisipasi dan pengetahuan tentang Gertak Mas Berlian,

kader kesehatan yang memotivasi untuk melakukan Gertak Mas Berlian, keikutsertaan dalam

kegiatan penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian, pengambil keputusan dalam keluarga dan

bagaimana usaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian

Page 47: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 47

6.9 Hasil

6.9.1 Karakteristik Responden

Tabel 6.2 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 9 20

Perempuan 37 80

Total 54 100

Gambar 6.6 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil survei Responden berdasarkan Jenis Kelamin menunjukkan bahwa 20%

responden adalah laki-laki sedangkan 80% responden adalah perempuan.

Tabel 6.3 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Tidak Tamat SD 3 7

SD 4 9

SMP 14 30

SMA 20 43

Perguruan Tinggi 5 11

Total 46 100

20%

80%

Laki-laki

Perempuan

Page 48: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 48

Gambar 6.7 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Hasil survei menunjukkan bahwa 7% responden tidak tamat SD, sedangkan sejumlah

9% responden adalah lulusan SD, 30% lulus SMP, 43% adalah lulusan SMA, dan sebesar

11% adalah lulusan perguruan tinggi.

Tabel 6.4 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Petani 1 2

PNS 3 6

Pedagang 5 11

Wiraswasta 16 35

Ibu Rumah Tangga 21 46

Total 46 100

Gambar 6.8 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel di atas menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan. Sebanyak 2%

adalah petani, 6% adalah Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 11% adalah pedagang, sebanyak

35% berprofesi sebagai wiraswasta, dan sebanyak 46% adalah ibu rumah tangga.

7%9%

30%43%

11%Tidak Tamat SD

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

2% 6%11%

35%

46%

Petani

PNS

Pedagang

Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga

Page 49: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 49

Tabel 6.5 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)

3 orang 13 28

4 orang 13 28

5 orang 12 26

6 orang 3 7

7 orang 3 7

8 orang 2 4

Total 46 100

Gambar 6.9 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Hasil survei menunjukkan bahwa 28% keluarga responden terdiri dari 3 orang,

sebanyak 28% keluarga responden terdiri dari 4 orang, 26% keluarga responden terdiri dari 5

orang, 7% keluarga responden terdiri dari 6 orang, 7% keluarga responden terdiri dari 7 orang

dan sebanyak 4% keluarga responden terdiri dari 8 orang.

6.9.2 Niat Untuk Bertindak / Behahior Intention Kepala Keluarga atau Ibu Rumah

Tangga untuk berpartisipasi dalam Kegiatan Gertak Mas Berlian

Tabel 6.6 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden tentang Kegiatan Gertak

MasBerlian dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah

Pengetahuan tentang

Kegiatan Gertak Mas

Berlian

Frekuensi Persentase (%)

Tahu 40 87

Tidak Tahu 6 13

Total 46 100

28%

28%

26%

7%7% 4%

3 orang

4 orang

5 orang

6 orang

7 orang

8 orang

Page 50: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 50

Gambar 6.10 Diagram Proporsi Pengetahuan Reponden tentang Kegiatan Gertak Mas

Berlian dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah

Gambar 6.7 menunjukkan bahwa 87% responden yang mengetahui kegiatan Gertak

Mas Berlian, sedangkan 13% yang tidak mengetahui kegiatan Gertak Mas Berlian.

Tabel 6.7 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden terhadap Cara Penularan

Demam Berdarah

Pengetahuan Cara

Penularan Demam

Berdarah

Frekuensi Persentase (%)

Nyamuk 38 95

Lalat 0 0

Tikus 2 5

Total 40 100

Gambar 6.11 Diagram Proporsi Pengetahuan Responden terhadap Cara Penularan

Demam Berdarah

87%

13%

tahu

tidak tahu

95%

0%5%

nyamuk

lalat

tikus

Page 51: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 51

Gambar 6.8 menunjukkan bahwa 95% dari responden mengetahui nyamuk sebagai cara

penularan penyakit demam berdarah. Sedangkan 5% dari responden mengetahui tikus

sebagai cara penularan penyakait demam berdarah.

Tabel 6.8 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden tentang Gejala Penyakit

Demam Berdarah.

Pengetahuan Gejala

Demam Berdarah Frekuensi Persentase (%)

Panas Badan 37 92

Bintik Merah

Sesak Nafas

Batuk Pilek

Nyeri Perut

3

0

0

0

8

0

0

0

Total 40 100

Gambar 6.12 Diagram Proporsi Pengetahuan Responden tentang Gejala Demam Berdarah

Hasil survei menunjukkan bahwa 92% responden mengetahui gejala panas badan sebagai

gejala demam berdarah dan 8% mengetahui bintik merah sebagai gejala demam berdarah.

Tabel 6.9 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan tentang Tempat Perindukkan Nyamuk

Demam Berdarah.

Pengetahuan Tempat

Perindukkan Nyamuk

Demam Berdarah

Frekuensi Persentase

(%)

Baju Kotor yang Menggantung

Tembok

Pepohonan

29

0

4

72

0

10

Tidak Tahu 7 18

Total 40 100

92%

8%

0%0%

0%

Panas badan

Bintik merah

Sesak nafas

Batuk pilek

Nyeri perut

Page 52: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 52

Gambar 6.13 Diagram Proporsi Pengetahuan tentang Tempat Perindukkan Nyamuk Demam

Berdarah.

Hasil survei menunjukkan bahwa 72% responden megetahui baju kotor menggantung

sebagai tempat perindukkan nyamuk demam berdarah, 10% responden mengetahui

pepohonan sebagai tempat perindukkan nyamuk demam berdarah dan 18% responden tidak

mengetahui tempat perindukkan nyamuk demam berdarah.

Tabel 6.10 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Demam

Berdarah

Pengetahuan

Pencegehan Demam

Berdarah`

Frekuensi Persentase (%)

Program 3M/PSN 19 47

Gertak Mas Berlian

Abatisasi

Fogging

Tidak Tahu

4

4

12

1

10

10

30

3

Total 46 100

72%0%

10%

18% Baju kotor yang menggantung

Tembok

Pepohonan

Tidak tahu

Page 53: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 53

Gambar 6.14 Diagram Proporsi Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan demam

berdarah

Hasil survei menunjukkan bahwa 47% responden mengetauhi program 3M/PSN sebagai

pencegahan demam berdarah, 10% responden mengetahui Gertak Mas Berlian dan abatisasi

sebagai pencegahan demam berdarah, 30% responden mengetauhi fogging sebagai

pencegahan demam berdarah dan 3% responden tidak mengatahui cara pencegahan demam

berdarah.

6.9.3 Dukungan Sosial dari Masyarakat Sekitar/Social Support kepada Kepala Keluarga

atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian

Tabel 6.11 Distribusi dan Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap pelaksanaan

Gertak Mas Berlian Berdasarkan Waktu Kunjungan Pemeriksaan Jentik

Keaktifan Kader

Kesehatan Frekuensi Persentase (%)

1x/minggu

Tiap 1 bulan

>1x/bulan

8

20

8

17

22

44

Tidak melakukan 10 22

Total 46 100

47%

10%10%

30%

3%

Program 3M/PSN

GERTAK MAS BERLIAN

Abatisasi

Fogging

Tidak Tahu

Page 54: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 54

Gambar 6.15 Diagram Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap Pelaksanaan Kegiatan

Gertak Mas Berlian Berdasarkan Waktu Kunjungan Pemeriksaan Jentik.

Hasil survei menunjukkan bahwa 44% responden menyatakan bahwa kader kesehatan

melakukan pemeriksaan tiap 1 bulan, 17% responden menyatakan bahwa kader kesehatan

melakukan pemeriksaan 1x/minggu dan >1x/bulan. 22% responden menyatakan bahwa kader

kesehatan tidak melakukan kunjungan pemeriksaan jentik.

Tabel 6.12 Distribusi dan Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap pelaksanaan

Gertak Mas Berlian Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Saat Melakukan Kunjungan

Pemeriksaan Jentik

Keaktifan Kader Kesehatan Frekuensi Persentase (%)

Kamar mandi saja

Kamar mandi+penampungan air di

dalam rumah

Kamar mandi+penampungan air di

dalam dan luar rumah

19

10

17

41

22

37

Total 46 100

17%

44%

17%

22%

1x/minggu

tiap 1 bulan

>1x/bulan

Tidak

Page 55: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 55

Gambar 6.16 Diagram Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap Pelaksanaan Kegiatan

Gertak Mas Berlian Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Saat Melakukan Kunjungan Pemeriksaan

Jentik.

Hasil survei menunjukkan bahwa 41% responden menyatakan bahwa kader kesehatan hanya

melakukan pemeriksaan di kamar mandi, 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan

melakukan pemeriksaan dikamar mandi +penampungan air di dalam rumah dan 37%

responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan di kamar mandi dan penampungan

air di dalam dan luar rumah.

6.9.4 Informasi Kesehatan/Accessibility of Information kepada Kepala Keluarga atau

Ibu Rumah Tangga tentang Kegiatan Gertak Mas Berlian

Tabel 6.13 Distribusi dan Proporsi Partisipasi Responden dalam Penyuluhan tentang

Gertak Mas Berlian

Partisipasi dalam

penyuluhan tentang

Gertak Mas Berlian

Frekuensi Persentase (%)

Pernah 33 72

Tidak pernah 13 28

Total 46 100

41%

22%

37%

Kamar mandi saja

Kamar mandi+penampungan air dalam rumah

Kamar mandi+penampungan air dalam dan luar rumah

Page 56: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 56

Gambar 6.17 Diagram Proporsi Partisipasi Responden dalam Penyuluhan tentang

Gertak Mas Berlian

Hasil survei menunjukkan bahwa 72% responden pernah mengikuti penyuluhan

tentang Gertak Mas Berlian sedangkan 28% responden tidak pernah mengikuti

penyuluhan tentang Gertak Mas berlian.

6.9.5 Otonomi Pribadi Untuk Mengambil Keputusan/Personal Autonomy Kepala

Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk Berpartisipasi dalam Kegiatan Gertak Mas

Berlian

Tabel 6.14 Distribusi dan Proporsi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Responden

Pengambil Keputusan

dalam Keluarga

Responden

Frekuensi Persentase (%)

Suami 43 94

Istri 2 4

Anak 1 2

Total 46 100

72%

28%

Pernah

Tidak Pernah

Page 57: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 57

Gambar 6.18 Diagram Proporsi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Responden

Hasil survei menunjukkan bahwa 93% pengambil keputusan dalam keluarga responden

adalah suami, 4% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah istri dan 3%

pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah anak.

6.9.6 Situasi yang Memungkinkan Untuk Bertindak/Tidak Bertindak/Action Situation

Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk Berpartisipasi dalam Kegiatan Gertak

Mas Berlian

Tabel 6.15 Distribusi dan Proporsi Reponden terhadap Perilaku Menguras Bak Mandi

Menguras Bak Mandi Frekuensi Persentase (%)

< 1 minggu 28 61

> 1 minggu 18 39

Total 46 100

Gambar 6.19 Diagram Proporsi Reponden terhadap Perilaku Menguras Bak Mandi

94%

4% 2%

Suami

Istri

Anak

61%

39%

<1x/minggu

≥1x/minggu

Page 58: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 58

Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden yang menguras bak mandi < 1

minggu, sedangkan 39% yang menguras bak mandi > 1 minggu.

Tabel 6.16 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Memberi Bubuk

Abate/Memelihara Ikan di Bak Mandi

Perilaku memberi

bubuk

Abate/Memelihara

ikan di bak mandi

Frekuensi Persentase (%)

Ya 25 54

Tidak 21 46

Total 46 100

Gambar 6.20 Diagram Proporsi Responden terhadap perilaku memberi bubuk

Abate/memelihara ikan di bak mandi

Hasil survei menunjukkan bahwa 54% dari responden yang menunjukkan perilaku

memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. Sedangkan 46% dari responden

menunjukkan perilaku tidak memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi.

Tabel 6.17 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Mengikuti Kegiatan

Gerakan Jumat Bersih di Lingkungan Rumah

Perilaku mengikuti

kegiatan gerakan

jumat bersih di

lingkungan rumah

Frekuensi Persentase (%)

1x/minggu 12 26

Kadang-kadang 16 36

Tidak Pernah 18 39

Total 46 100

54%

46%

Ya

Tidak

Page 59: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 59

Gambar 6.21 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Mengikuti Kegiatan

Gerakan Jumat Bersih di Lingkungan Rumah

Hasil survei menunjukkan bahwa 26% responden mengikuti 1x/minggu, 35% kadang-

kadang mengikuti dan 39% tidak pernah mengikuti kegiatan gerakan jumat bersih di

lingkungan rumah.

Tabel 6.18 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Melakukan Gerakan 3M

di Rumah

Perilaku Melakukan

Gerakan 3M di

Rumah`

Frekuensi Persentase (%)

1x/minggu 29 63

< 1 minggu 10 22

Tidak Pernah 7 15

Total 46 100

Gambar 6.22 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Melakukan Gerakan 3M

di Rumah

26%

35%

39%

1x/minggu

kadang-kadang

tidak pernah

63%

22%

15%

1x/minggu

<1x/minggu

tidak pernah

Page 60: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 60

Hasil survei menunjukkan bahwa 63% responden melakukan gerakan 3M di rumah

1x/minggu, 22% < 1x/minggu dan 15% tidak pernah melakukan gerakan 3M.

Tabel 6.19 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan Kasa

Anti Nyamuk di Rumah

Perilaku Melakukan

Gerakan 3M di

Rumah`

Frekuensi Persentase (%)

Ya 18 39

Tidak 28 61

Total 46 100

Gambar 6.23 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan Kasa

Anti Nyamuk di Rumah

Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden menggunakan kasa anti nyamuk dan

39% tidak menggunkan kasa anti nyamuk.

Tabel 6.20 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan obat

nyamuk

Perilaku Melakukan

Gerakan 3M di

Rumah`

Frekuensi Persentase (%)

Bakar 23 54

Semprot 4 9

Lotion anti nyamuk 16 37

Total 46 100

39%

61%Ya

Tidak

Page 61: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 61

Gambar 6.24 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan Kasa

Anti Nyamuk di Rumah

Hasil survei menunjukkan bahwa 54% responden menggunakan obat nyamuk bakar, 4%

responden menggunakan obat nyamuk semprot dan 37% menggunakan lotion anti nyamuk.

54%

9%

37%

bakar

semprot

lotion anti nyamuk

Page 62: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 62

6.10 Pembahasan

Pembahasan penelitian dibuat berdasarkan hubungan antara beberapa teori yang

terangkum dalam tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan. Hal

yang dibahas meliputi variabel niat untuk bertindak/behavior Intention dalam rangka

peningkatan keikutsertaan masyarakat Desa Mancar Timur pada program Gertak Mas

Berlian, dukungan sosial dari masyarakat sekitar/social support, informasi

kesehatan/accessibility of information, otonomi pribadi untuk mengambil keputusan/personal

autonomy dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak/tidak bertindak/action situation.

6.10.1 Variabel Niat/Behavior Intention Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga

untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian

Hasil survei di Desa Muncar Timur Kecamatan Peterongan dengan jumlah responden

sebanyak 46 orang, peneliti menemukan bahwa sebagian besar penduduk yakni 45 orang

(97%) telah mengetahui cara pencegahan penyakit demam berdarah yakni program 3M/PSN

sebanyak 47%, kegiatan gertak mas berlian sebanyak 10%, abatisasi sebanyak 10% dan

fogging sebanyak 30%. Hanya sebagian kecil penduduk yang tidak mengetahui tentang cara

pencegahan demam berdarah yakni 1 orang (3%).

Dari 100% responden, sebanyak 87% mengetahui tentang kegiatan Gertak Mas

Berlian, 95% diantaranya telah mengetahui tentang cara penularan demam berdarah yakni

melalui vektor nyamuk aedes aegipty. 92% penduduk mampu menyebutkan bahwa panas

badan merupakan salah satu gejala dari penyakit demam berdarah, 8 % diantaranya

menjawab bintik-bintik merah pada tubuh. 72% responden mengetahui bahwa baju kotor

menggantung merupakan salah satu tempat perindukan nyamuk demam berdarah, 10%

responden menjawab bahwa pepohonan merupakan tempat perindukan nyamuk demam

Page 63: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 63

berdarah dan 18% responden sama sekali tidak mengetahui tempat perindukkan nyamuk

demam berdarah.

6.10.2 Variabel Dukungan Sosial dari Masyarakat Sekitar/Social Support Intention

Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak

Mas Berlian

Dari hasil survei mengenai keaktifan kader kesehatan, 44% responden menyatakan

bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala tiap 1 bulan, 17% responden

menyatakan bahwa pemeriksaan jentik berkala dilakukan tiap 1x/minggu dan >1x/bulan. 22%

responden menyatakan bahwa kader kesehatan tidak pernah melakukan kunjungan

pemeriksaan jentik sama sekali.

Dari jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh para kader kesehatan, 41% responden

menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala hanya di kamar

mandi saja, 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan

dikamar mandi + penampungan air di dalam rumah dan 37% responden menyatakan bahwa

kader kesehatan melakukan pemeriksaan di kamar mandi + penampungan air di dalam dan

luar rumah.

6.10.3 Variabel Informasi Kesehatan/Accessibility of Information Kepala Keluarga atau

Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian

Penyuluhan kesehatan yang diberikan para petugas kesehatan dinilai sangat penting

karena menyangkut aksesibilitas warga pada informasi kesehatan. Hasil survei menunjukkan

bahwa 72% responden mengaku pernah mengikuti penyuluhan tentang kegiatan Gertak Mas

Berlian sedangkan 28% sisanya tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang kegiatan

tersebut.

Page 64: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 64

6.10.4 Variabel Otonomi Pribadi Untuk Mengambil Keputusan/Personal Autonomy

Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak

Mas Berlian

Decision maker dalam keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam proses

pengambilan keputusan termasuk dalam usaha peningkatan keikutsertaan warga dalam

kegiatan Gertak Mas Berlian. Hasil survei menunjukkan bahwa 93% pengambil keputusan

dalam keluarga responden adalah suami, 4% pengambil keputusan dalam keluarga responden

adalah istri dan 3% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah anak.

6.10.5 Variabel Situasi yang Memungkinkan Untuk Bertindak/Tidak Bertindak/Action

Situation Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk Berpartisipasi dalam

Program Gertak Mas Berlian

Hasil survei mengenai perilaku menguras bak mandi, menunjukkan bahwa 61%

responden menguras bak mandi < 1 minggu/kali, sedangkan sisanya menguras bak mandi >

1/minggu/kali.

54% dari responden yang menunjukkan perilaku memberi bubuk Abate/memelihara

ikan di bak mandi. Sedangkan 46% dari responden menunjukkan perilaku tidak memberi

bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi.

26% responden mengikuti kegiatan jumat bersih 1x/minggu, 35% kadang-kadang

mengikuti kegiatan tersebut dan sisanya tidak pernah mengikuti kegiatan gerakan jumat

bersih di lingkungan rumah.

Hasil survei menunjukkan bahwa 63% responden melakukan gerakan 3M di rumah

1x/minggu, 22% < 1x/minggu dan 15% tidak pernah melakukan gerakan 3M.

Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden menggunakan kasa anti nyamuk dan

39% tidak menggunkan kasa anti nyamuk.

Page 65: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 65

Hasil survei menunjukkan bahwa 54% responden menggunakan obat nyamuk bakar,

4% responden menggunakan obat nyamuk semprot dan 37% menggunakan lotion anti

nyamuk.

Jenis pekerjaan keluarga menjadi subvariabel yang mempengaruhi upaya masyarakat

untuk melaksanakan program Gertak Mas Berlian. Dimana ketersediaan waktu menjadi hal

yang penting untuk keikutsertaan masyarakat. Hasil survei menunjukkan sebanyak 2% adalah

petani, 6% adalah Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 11% adalah pedagang, sebanyak 35%

berprofesi sebagai wiraswasta dan sebanyak 46% adalah ibu rumah tangga. Subvariabel lain

yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan responden. Hasil survei menunjukkan bahwa

7% responden tidak tamat SD, sedangkan sejumlah 9% responden adalah lulusan SD, 30%

lulus SMP, 43% adalah lulusan SMA, dan sebesar 11% adalah lulusan perguruan tinggi.

6.11 Kesimpulan

1. Niat untuk bertindak /behahior intention kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun

Mancar terhadap pengetahuan dan kesadaran untuk berpartisipasi dalam Program Gertak

Mas Berlian dalam upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil

survei menunjukkan 97% telah mengetahui cara pencegahan penyakit demam berdarah

yakni program 3M/PSN sebanyak 47%, kegiatan gertak mas berlian sebanyak 10%,

abatisasi sebanyak 10% dan fogging sebanyak 30%. Hanya sebagian kecil penduduk

yang tidak mengetahui tentang cara pencegahan demam berdarah yakni 1 orang (3%).

Kemudian sebanyak 87% mengetahui tentang Program Gertak Mas Berlian, 95%

diantaranya telah mengetahui tentang cara penularan demam berdarah yakni melalui

vektor nyamuk aedes aegipty. 92% penduduk mampu menyebutkan bahwa panas badan

merupakan salah satu gejala dari penyakit demam berdarah, 8 % diantaranya bintik-

bintik merah pada tubuh. 72% responden mengetahui bahwa baju kotor menggantung

Page 66: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 66

merupakan salah satu tempat perindukan nyamuk demam berdarah, 10% responden

menjawab bahwa pepohonan merupakan tempat perindukan nyamuk demam berdarah.

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar/social support kepada kepala keluarga atau ibu

rumah tangga Dusun Mancar untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian

dalam upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei

mengenai keaktifan kader kesehatan, 44% responden menyatakan bahwa kader kesehatan

melakukan pemeriksaan jentik berkala tiap 1 bulan, 17% responden menyatakan bahwa

pemeriksaan jentik berkala dilakukan tiap 1x/minggu dan >1x/bulan. Dari jenis

pemeriksaan yang dilakukan oleh para kader kesehatan, 41% responden menyatakan

bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala hanya di kamar mandi

saja, 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan

dikamar mandi + penampungan air di dalam rumah dan 37% responden menyatakan

bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan di kamar mandi + penampungan air di

dalam dan luar rumah.

3. Informasi kesehatan/accessibility of information kepada kepala keluarga atau ibu rumah

tangga Dusun Mancar untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian dalam

upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei menunjukkan

bahwa 72% responden mengaku pernah mengikuti penyuluhan tentang kegiatan Gertak

Mas Berlian.

4. Otonomi pribadi untuk mengambil keputusan/personal autonomy kepala keluarga atau

ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas

Berlian sebagai upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei

menunjukkan bahwa 93% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah suami,

4% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah istri dan 3% pengambil

keputusan dalam keluarga responden adalah anak.

Page 67: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 67

5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak/tidak bertindak/action situation kepala

keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur untuk berpartisipasi dalam

kegiatan Gertak Mas Berlian sebagai upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam

berdarah. Hasil survei mengenai perilaku menguras bak mandi, menunjukkan bahwa

61% responden menguras bak mandi < 1 minggu/kali, sedangkan sisanya menguras bak

mandi > 1/minggu/kali. kemudian perilaku 54% dari responden menunjukkan perilaku

memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. Sedangkan 46% dari responden

menunjukkan perilaku tidak memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. 26%

responden mengikuti kegiatan jumat bersih 1x/minggu, 35% kadang-kadang mengikuti

kegiatan tersebut dan sisanya tidak pernah mengikuti kegiatan gerakan jumat bersih di

lingkungan rumah. Hasil survei menunjukkan bahwa 63% responden melakukan gerakan

3M di rumah 1x/minggu, 22% < 1x/minggu. Hasil survei menunjukkan bahwa 61%

responden menggunakan kasa anti nyamuk. Hasil survei menunjukkan bahwa 54%

responden menggunakan obat nyamuk bakar, 4% responden menggunakan obat nyamuk

semprot dan 37% menggunakan lotion anti nyamuk. Hasil survei mengenai jenis

pekerjaan responden menunjukkan sebanyak 2% adalah petani, 6% adalah Pegawai

Negeri Sipil, sebanyak 11% adalah pedagang, sebanyak 35% berprofesi sebagai

wiraswasta dan sebanyak 46% adalah ibu rumah tangga. tingkat pendidikan responden.

Hasil survei menunjukkan bahwa 7% responden tidak tamat SD, sedangkan sejumlah 9%

responden adalah lulusan SD, 30% lulus SMP, 43% adalah lulusan SMA, dan sebesar

11% adalah lulusan perguruan tinggi.

Page 68: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 68

BAB VII

DIAGNOSIS KOMUNITAS

7.1 Kegiatan

7.1.1 Lokasi dan Waktu Lokakarya

Diagnosis komunitas ditegakkan dengan menyelenggarakan lokakarya. Lokakarya

diselenggarakan di Musholla Mancar Timur, RT 06, RW 01, Dusun Mancar Timur, Desa

Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Lokakarya dilaksanakan pada hari

Jumat tanggal 11 Februari 2010 pukul 18.00 – 21.00 WIB.

7.1.2 Peserta Lokakarya

Jumlah peserta yang hadir pada lokakarya adalah 42 orang yang terdiri dari Ketua RT

06 RW 01 Dusun Mancar Timur, warga dari RT 05 RW 01 RT 06 RW 01, RT 07 RW 01,

RT 14 RW 01 Dusun Mancar Timur, Penanggung jawab Program Promosi Kesehatan

(Promkes) Puskesmas Peterongan, Bidan Desa Mancar Puskesmas Peterongan, dan sembilan

orang CPS PKBM.

7.1.3 Kerangka Operasional Lokakarya

Gambar 7.1 Kerangka Operasional Lokakarya

Kegiatan lokakarya diawali dengan penyampaian hasil survei dan daftar masalah. Sesi

kedua lokakarya adalah penentuan prioritas masalah oleh peserta lokakarya. Sesi ketiga

lokakarya adalah identifikasi penyebab masalah yang mendapatkan prioritas tertinggi. Sesi

keempat lokakarya adalah penentuan solusi masalah. Pencarian solusi dilakukan dengan

Penyampaian Hasil Survei dan Daftar Masalah

Penentuan Prioritas Masalah

Identifikasi Penyebab Masalah

Pencarian Solusi

Penyepakatan Solusi

Page 69: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 69

focus group discussion. Solusi masalah dirumuskan berdasarkan penyebab masalah yang

telah diidentifikasi. Sesi terakhir lokakarya adalah penyepakatan waktu dan penanggung

jawab realisasi solusi.

7.2 Hasil Kegiatan

7.2.1 Daftar Masalah

Berdasarkan hasil survei lapangan, dapat dirumuskan beberapa masalah masalah

sebagai berikut:

1. 74% responden yang sibuk dengan pekerjaannya menyatakan tidak memiliki cukup

banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat

bersih dan PSN

2. Masih kurangnya pengetahuan responden mengenai gejala demam berdarah dan

upaya pencegahannya (41%).

3. Masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik

berkala(39%)

4. Cara pemeriksaan jentik yang kurang tepat (63%)

7.2.2 Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah dalam lokakarya didasarkan pada besarnya masalah,

menurut urgensi masalah, teknologi yang dikuasai dalam penanganan masalah dan sarana

prasarana yang dimiliki untuk menangani masalah tersebut. Prioritas masalah yang disepakati

dalam lokakarya adalah masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak

waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN dan

masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik berkala di Dusun

Page 70: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 70

Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang yang masih jauh

dari target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.

7.2.3 Penyebab Masalah

Masalah yang diputuskan untuk diangkat dalam Musyawarah Mufakat Desa adalah

Masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi

dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN. Hal ini disebabkan karena

hampir semua warga di Dusun Mancar Timur baik ibu dan bapaknya bekerja. Dari survey

pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, didapatkan data bahwa 2% penduduk Mancar

Timur bekerja sebagai petani, 6% sebagai Pegawai Negeri Sipil, 11% sebagai pedagang, 35%

sebagai wiraswasta, dan 46% bekerja sebagai ibu rumah tangga yang membantu suami

berwiraswasta. Dengan kesibukan bekerja hingga sore hari, maka hal ini menjadi faktor

penghambat untuk para warga di Dusun Mancar Timur untuk melakukan kegiatan

kemasyarakatan seperti Jumat bersih dan PSN bersama-sama.

Masalah lain yang diangkat dalam Musyawarah Masyarakat Desa pada hari Jum’at

tanggal 12 Februari 2010 adalah bahwa masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan

dalam pemeriksaan jentik berkala. Berdasarkan Musyawarah masyarakat Dusun Mancar

Timur, didapatkan bahwa hal ini dikarenakan tidak terdapatnya alokasi dana bagi para

Jumantik yang telah ditunjuk sehingga mengalami kesulitan untuk menggerakkan Jumantik

tersebut. Selain itu, berdasarkan survey, ditemukan bahwa ada 22% rumah warga Dusun

Mancar Timur yang tidak pernah diperiksa oleh Jumantik karena ketika ada pemeriksaan,

para warga juga tidak berada di rumah karena bekerja. Jumantik yang telah ditunjuk juga

melakukan pemeriksaan hanya dengan bertanya terhadap pemilik rumah tentang ada atau

tidaknya jentik sehingga menyebabkan kinerja Kader Jumantik belum optimal.

Page 71: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 71

7.3 Diagnosis Komunitas

Masalah utama masyarakat Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan

Peterongan, Kabupaten Jombang adalah masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki

cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat

bersih dan PSN dan masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan

jentik berkala di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten

Jombang.

7.4 Rencana Program Terapi Komunitas

Tabel 7.1 Rencana Program Terapi Komunitas di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar,

Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang

No. Nama

Program

Koordinator Kegiatan Penanggung

Jawab

Kegiatan

Waktu

Pelaksanaan

1 Pemicuan Mahasiswa

CPS PKBM

Pemicuan untuk GERTAK

MAS BERLIAN

Ketua Tim

Mahasiswa

CPS PKBM

Jumat, 12

Februari

2010

2 Penyuluhan

DBD dan

pencegahannya

melalui

GERTAK

MAS

BERLIAN

kepada

masyarakat

Dusun Mancar

Timur

Mahasiswa

CPS PKBM

Penyuluhan tentang DBD,

bahayanya terhadap

manusia, cara penularan,

dan cara pencegahannya

melalui GERTAK MAS

BERLIAN

Ketua Tim

Mahasiswa

CPS PKBM/

Staf

Puskesmas

Peterongan

Jumat, 12

Februari

2010

3 Pembentukan

Organisasi

Jumantik

tingkat RT

pada warga RT

06 RW 01

Ketua RT 06

RW 01

Pembentukan Pengurus

Jumantik Tingkat RT

Ketua RT 06

RW 01

Jumat,12

Februari

2010

4 Program

Minggu Bersih

Ketua RT 06

RW 01

Kegiatan membersihkan

lingkungan dan 3M PLUS

setiap minggu pagi

Jumantik RT Minggu, 14

Februari

2010

Page 72: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 72

5 Penyuluhan DBD dan

pencegahannya

melalui

GERTAK

MAS

BERLIAN

kepada anak

SD Mancar 03

Mahasiswa CPS PKBM

Penyuluhan tentang DBD, bahayanya terhadap

manusia, cara penularan,

dan cara pencegahannya

melalui GERTAK MAS

BERLIAN

Ketua Tim Mahasiswa

CPS PKBM

Sabtu, 13 Februari

2010

6

Pembentukan

Organisasi

Wamantik

Kepala

Sekolah SDN

Mancar 03,

Guru UKS

SDN Manjar

03,

Mahasiswa

CPS PKBM,

Pembentukan komite

untuk perwujudan

terlaksananya program

Sekolah dan Rumahku

Bebas Jentik Tahun 2011

Kepala

Sekolah / Guru

UKS / CPS

PKBM

Sabtu, 13

Februari

2010

7 Pelaksanaan

Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011

Ketua

Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011,

Mahasiswa

CPS PKBM,

Anggota

Organisasi

Wamantik

Sosialisasi Program

Sekolah dan Rumahku

Bebas Jentik Tahun 2011

Ketua Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011,

Ketua Tim

CPS PKBM

Sabtu, 13

Februari

2010

Pemilihan Anggota

Organisasi Wamantik

Ketua Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011,

Kepala

Sekolah

sebagai

Pelindung

Organisasi

Wamantik

2011

Senin, 15

Februari

2010

Pelaksanaan Pemantauan

Jentik oleh anggota

organisasi Wamantik dan

Pencatatan hasil

Pemeriksaan

Ketua Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011

Setiap bulan

Penyuluhan dan Edukasi

tentang PSN kepada warga

dengan Jentik positif

Ketua Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011

Setiap bulan

Evaluasi bulanan Komite

Program Sekolah dan

Rumahku Bebas Jentik

Tahun 2011 bersama

Ketua Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Setiap bulan

Page 73: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 73

Pelindung Organisasi Wamantik dan Guru

Pendamping Organisasi

Wamantik

Tahun 2011/ Pelindung

Organisasi

Wamantik/

Guru

Pendamping

Organisasi

Wamantik

Evaluasi bulanan Komite

Program Sekolah dan

Rumahku Bebas Jentik

Tahun 2011 bersama

Pelindung Organisasi

Wamantik dan Guru

Pendamping Organisasi

Wamantik

Ketua Program

Sekolah dan

Rumahku

Bebas Jentik

Tahun 2011/

Pelindung

Organisasi

Wamantik/

Guru

Pendamping

Organisasi

Wamantik

Setiap 3

bulan

Page 74: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 74

BAB VIII

TERAPI KOMUNITAS

8.1 Deskripsi

8.1.1 Pemicuan Pada Warga Masyarakat

Pemicuan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan niat masyarakat untuk

melakukan GERTAK MAS BERLIAN dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan anti

nyamuk. Program GERTAK MAS BERLIAN sendiri sebelumnya telah dijelaskan oleh Tim

CPS PKBM pada saat lokakarya. Sasaran pemicuan kali ini adalah pemegang keputusan

dalam keluarga, yang mayoritas adalah kepala keluarga dan perangkat desa yang berperan

dalam pengambilan keputusan di masyarakat. Pengambil keputusan dalam keluarga dan

masyarakat ini dipilih sebagai sasaran pemicuan dengan tujuan memudahkan diterimanya dan

tersebarnya perubahan persepsi dan perilaku dalam keluarga dan masyarakat dikarenakan

besar dan pentingnya peran serta pengaruhnya dalam keluarga dan masyarakat.

Pemicuan dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Februari 2010 pada pukul 18.00-21.00.

Kegiatan Pemicuan diputuskan untuk diadakan pada malam hari ketika para peserta yang

mayoritas adalah kepala keluarga selesai bekerja. Para peserta dikumpulkan di Musholla RT

06 RW 01 Dusun Mancar Timur. Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan perangkat dusun ,

kader kesehatan dusun dan bidan desa Mancar, Ketua RT 06 RW 01 Dusun Mancar Timur,

warga dari RT 05 RW 01 RT 06 RW 01, RT 07 RW 01, RT 14 RW 01 Dusun Mancar Timur.

Metode pemicuan dipilih karena menggunakan pendekatan yang berbeda dengan metode

penyuluhan pada umumnya. Penyuluhan biasanya lebih menekankan pada peningkatan segi

kognitif. Sedangkan program Pemicuan tidak hanya menekankan pada segi kognitif saja, tapi

juga segi afektif dan psikomotor. Tujuan akhir yang diharapkan adalah masyarakat yang

sudah terpicu dapat proaktif dan berinisiatif untuk memperbaiki kesehatan lingkungannya,

terutama dalam hal mewujudkan lingkungan anti nyamuk.

Page 75: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 75

Kegiatan Pemicuan dilaksanakan secara tim dengan pembagian tugas antar anggota tim

antara lain sebagai berikut:

1. Lead facilitator yang berfungsi sebagai memimpin dan penggerak utama dalam proses

fasilitasi. Peran ini dilakukan oleh Bapak Moh. Zuhri selaku penanggung jawab program

Promosi Kesehatan Puskesmas Peterongan.

2. Co-facilitator membantu lead facilitator untuk memfasilitasi penyampaian materi dan

diskusi sesuai dengan kesepakatan awal yang sudah dibentuk Lead facilitator. Peran ini

dilakukan oleh Noviandhy Geloed A, S.Ked.

3. Content recorder bertugas mencatat proses pemicuan, hasil kesepakatan yang terjadi

selama pemicuan, dan pertanyaan yang timbul selama pemicuan, serta melakukan

pengambilan foto selama kegiatan untuk kepentingan dokumentasi. Peran ini dilakukan oleh

Evelyn Diantika M, S.Ked. dan Michael Anthony Nafarin, S.Ked.

4. Process facilitator befungsi untuk menjaga alur selama proses pemicuan, mengontrol

proses pemicuan agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip pemicuan dan mengontrol

waktu dengan cara mengingatkan fasilitator dengan kode-kode yang telah disepakati

sebelumnya. Peran ini dilakukan oleh Puspita Wijayanti, S.Ked dan , Lahuda A. S.Ked.

5. Environment Setter berfungsi untuk menjaga suasana agar tetap serius tapi santai selama

proses fasilitasi berlangsung, mengajak diskusi terpisah para partisipan yang terlalu

mendominasi, memprovokasi atau mengganggu proses. Peran ini dilakukan oleh Sugi Deny

P.S., S.Ked, Lenny Oktavia,S.Ked, Jifaldi Alfrian M.D.S., S.Ked, dan Natasya Ayunda,

S.Ked.

8.1.2 Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN

Data hasil survey pendahuluan didapatkan hanya 87% responden yang mengetahui

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk, sedangkan 13% sisanya tidak mengetahui kegiatan

Page 76: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 76

Pemberantasan Sarang Nyamuk. Oleh karena itu Tim CPS PKBM memutuskan untuk

meningkatkan kemampuan kognitif masyarakat Dusun mancar Timur, khususnya mengenai

DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN.

Penyuluhan dilakukan dengan metode kuliah dan tanya jawab untuk meningkatkan

kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang bahaya DBD dan pentingnya pencegahan

DBD melalui GERTAK MAS BERLIAN. Dalam penyuluhan ini juga diberikan pandangan

dari segi agama melalui pemaparan beberapa ayat Alquran dan hadist.

8.1.3 Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT

Setelah diberikan Pengetahuan kognitif tentang bahaya demam berdarah dengue dan

pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN dan dilakukan Pemicuan untuk

menimbulkan kesadaran masyarakat mengenai permasalahan ini, Tim Mahasiswa CPS

PKBM berkoordinasi dengan Ketua RT menawarkan pembentukan Organisasi Jumantik

Tingkat RT untuk memantau kondisi lingkungan terutama jentik nyamuk di lingkungan

rumah warga. Pemilihan pengurus Jumantik dilakukan berdasarkan spontanitas dan

musyarawah bersama warga.

Pada akhir acara ini, Tim Mahasiswa CPS PKBM memilih untuk membentuk Jumantik

Tingkat RT pada RT 06 RW 01 dengan alasan karena pada saat survey pendahuluan

didapatkan data bahwa di RT 06 adalah daerah endemis tetapi ABJ yang dilaporkan adalah

96%. Setelah ditelusuri lebih lanjut oleh Tim Mahasiswa CPS PKBM dengan melakukan

wawancara mendalam kepada warga didapatkan data bahwa ternyata terdapat kesalahan

dalam cara pemeriksaan jentik oleh Jumantik Desa yaitu dilakukan dengan cara bertanya

kepada pemilik rumah tentang kebersihan kamar mandi dan keberadaan jentik nyamuk

bahkan ada 22% rumah warga yang tidak diperiksa. Diharapkan dari pembentukan Jumantik

Page 77: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 77

di RT 06 RW 01 tersebut dapat menjadi contoh semua RT di Dusun Mancar Timur untuk

membentuk Jumantik RT sehingga dapat tercipta lingkungan anti jentik nyamuk DBD.

Pembentukan Jumantik RT di RT 06 RW 01 dibentuk dengan koordinasi Ketua RT 06

bersama warga RT 06 yang dilakukan dengan spontanitas dan musyawarah mufakat sehingga

terbentuklah Jumantik RT 06 RW 01 dengan susunan pengurus sebagai berikut:

Ketua: Pak Yatno (Ketua RT 06 RW 01)

Anggota: Pak Suyatno (warga RT 06 RW 01), Pak Sugeng (warga RT 06 RW 01), Pak

Dodi (warga RT 06 RW 01), Pak Kastam (warga RT 06 RW 01).

Diharapkan setelah terbentuknya organisasi Jumantik Tingkat RT tersebut, pemantauan

jentik nyamuk di RT 06 RW 01 Dusun Mancar Timur dapat terpantau dengan baik dan benar

secara rutin minimal sekali setiap bulan.

8.1.4 Program Minggu Bersih

Berdasarkan hasil penentuan skala prioritas pada Lokakarya tanggal 12 Februari

2010, masyarakat menentukan prioritas masalahnya. Prioritas masalah yang disepakati dalam

lokakarya adalah masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu

untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN. Oleh

karena itu Tim CPS PKBM bekerja sama dengan Ketua RT mencoba memodifikasi kegiatan

Jumat bersih yang sebelumnya belum optimal karena terbentur masalah waktu menjadi

Program Minggu Bersih. Diharap dengan pengadaan acara pada hari minggu masyarakat

yang bekerja dapat meluangkan waktunya lebih banyak untuk membersihkan lingkungannya

dan mewujudkan lingkungan anti nyamuk di rumahnya dan pekarangan di sekitarnya.

Page 78: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 78

8.1.5 Penyuluhan dan Pemicuan Pada Siswa Kelas IV-V-VI SDN Mancar 3

Penyuluhan dan pemicuan terhadap siswa-siswi kelas IV-V-VI SDN Mancar 3

dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Februari 2010. Acara ini berlangsung dari pkl. 09.00 –

11.00 di salah satu ruang kelas di SDN Mancar 3. Acara diawali dengan perkenalan anggota

Tim CPS PKBM, lalu dilanjutkan dengan Penyuluhan mengenai Demam Berdarah. Pada

penyuluhan ini dijelaskan penyebab Demam Berdarah, bagaimana gejalanya, cara penularan,

dan pertolongan pertama pada pasien Demam Berdarah. Kemudian dijelaskan lebih lanjut

mengenai pentingnya pencegahan demam berdarah dan upaya-upaya apa saja yang bisa

dilaksanakan seperti kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan 3M. Setelah memberikan

pengetahuan kognitif berupa penyuluhan, Tim CPS PKBM juga merangsang siswa secara

psikomotor dengan mengajarkan dan mempraktekan bagaimana cara memeriksa jentik yang

benar. Praktek pemeriksaan jentik dilakukan dengan membagi siswa-siswi kelas IV-V-VI

SDN Mancar 3 menjadi kelompok beranggotakan 10 orang. Masing-masing kelompok

dibimbing oleh mahasiswa CPS PKBM untuk melakukan pemeriksaan jentik di kamar mandi

di lingkungan sekolah SD Mancar 03. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel air dari

bak kamar mandi di lingkungan sekolah SD Mancar 03 yang berjentik nyamuk. Kegiatan ini

ditujukan untuk mempelajari siklus hidup nyamuk, melihat berapa lama jentik nyamuk

menjadi nyamuk dewasa sehingga bisa meningkatkan kesadaran bahwa sangatlah penting

untuk melakukan pengurasan minimal sekali seminggu karena jentik nyamuk berubah

menjadi nyamuk dewasa baru dalam waktu 7 – 10 hari.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemicuan terhadap para siswa. Pemicuan ini

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai pentingnya menciptakan

lingkungan anti nyamuk di sekitar mereka. Pada sesi ini siswa di ajak untuk bergabung

dalam organisasi Wamantik (Siswa memantau Jentik) yang diprakarsai oleh Tim CPS

PKBM. Siswa diminta membuat essay “Bila Aku Menjadi Wamantik”. Selain itu masing-

Page 79: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 79

masing siswa diberi lembar tugas untuk memantau jentik-jentik nyamuk di rumahnya dan di

rumah tetangga sebelah rumahnya baik di dalam maupun di luar rumah. Tugas ini nantinya

akan dievaluasi pada hari Senin, 15 Februari 2010.

8.1.6 Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011

Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 merupakan program yang

diprakarsai Tim CPS PKBM dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan

kemauan para siswa dalam upaya penanggulangan demam berdarah dan mewujudkan

lingkungan anti nyamuk. Tujuan program ini adalah mewujudkan rumah dan sekolah di

wilayah dusun Mancar Timur bebas jentik di tahun 2011. Dalam pelaksanaannya Program

ini dibagi menjadi beberapa metode, antara lain:

a. Pembentukan Organisasi Wamantik

b. Sosialisasi

c. Pemilihan anggota Organisasi Wamantik

d. Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik

e. Koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang

program jangka panjang Organisasi Wamantik

f. Evaluasi

a. Pembentukan Organisasi Wamantik

Pembentukan organisasi Wamantik dilaksanakan pada hari Senin, 15 Februari 2010

pkl. 09.00 – 10.00. Acara yang bertempat di ruang kelas SDN Mancar 3 ini dikoordinasi oleh

Tim CPS PKBM dengan melibatkan Guru UKS SDN Mancar 3 dan Kepala Sekolah SDN

Mancar 3. Pada acara ini disepakati Tujuan dibentuknya Organisasi Wamantik adalah untuk

pelaksana operasional kegiatan Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik 2 Tahun 2011.

Page 80: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 80

Organisasi ini terdiri dari Kepala Sekolah SDN Mancar 3 sebagai Pelindung, Pembina

Wamantik yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah yang berperan dalam menjembatani program-

program yang akan diadakan Wamantik, dan anggota Wamantik terpilih yaitu siswa-siswi

kelas 4,5, dan 6 SDN Mancar 3. Misi dari Organisasi ini adalah meweujudkan kawasan

sekolah dan lingkungan tinggal bebas jentik dengan memantau adanya angka keberadaan

jentik. Diharapkan dengan program yang berjalan, banyak siswa lain dan warga Mancar

Timur tergerak dan peduli pada lingkungan tinggal dan berperan serta menjalankan program

hingga terwujud Peningkatan Angka Bebas Jentik hingga mencapai ≥95%.

b. Sosialisasi

Sosialisasi program ini ditujukan untuk memberi pengetahuan kepada siswa-siswi kelas

4,5, dan 6 SDN Mancar 3 tentang penyakit Demam Berdarah serta memperkenalkan

Organisasi Wamantik.

c. Pemilihan Anggota Organisasi Wamantik

Pemilihan anggota Wamantik adalah perwakilan dari siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN

Mancar 3 yang ingin menjadi anggota Organisasi Wamantik dan ingin ikut serta berperan

aktif dalam program-program Organisasi Wamantik. Pemilihan ini dilakukan dengan cara

memilih siswa-siswi yang memiliki pengetahuan cukup tentang Demam Berdarah serta

mengerjakan tugas memantau jentik di lingkungan rumah dan mengerjakan karangan tentang

“ANDAI AKU MENJADI WAMANTIK”.

d. Pemberian Penghargaan Kepada Wamantik Terbaik

Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik adalah suatu upaya untuk

menumbuhkan kebanggan pada siswa-siswi SDN Mancar 3 tentang didirikannya Organisasi

Page 81: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 81

Wamantik. Penghargaan akan diberikan kepada perwakilan Wamantik terbaik dari

perwakilan tiap-tiap kelas 4, 5, dan 6 SDN Mancar 3. Seleksi ini didasarkan pada keaktifan

saat penyuluhan diberikan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesungguhan dalam mengerjakan

tugas yang diberikan. Bagi siswa/siswi yang terpilih maka akan dijadikan koordinator

Wamantik dari tiap kelas. Diharapkan dengan adanya penghargaan yang diberikan, para

anggota Wamantik akan terpacu dan bersemangat dalam menjalankan Organisasi Wamantik.

8.2 Hasil Kegiatan Program Terapi Komunitas

8.2.1 Program yang Sudah Dikerjakan

Program terapi komunitas yang telah dilaksanakan selama CPS PKBM FK Unair yang

berada di Dusun Mancar Timur pada tanggal adalah sebagai berikut:

1. Pemicuan Pada Warga Masyarakat

2. Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN

3. Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT pada warga RT 06 RW 01

4. Program Minggu Bersih

5. Penyuluhan dan Pemicuan Pada Siswa Kelas IV-V-VI SDN Mancar 3

6. Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011

a. Pembentukan Organisasi Wamantik

b. Sosialisasi

c. Pemilihan anggota Organisasi Wamantik

d. Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik

8.2.2 Program yang Belum Dikerjakan

Program terapi komunitas yang belum dilaksanakan selama CPS PKBM FK Unair yang

berada di Dusun Mancar Timur pada tanggal adalah sebagai berikut:

Page 82: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 82

1. Program Pembentukan Jumantik tingkat RT di seluruh RT Dusun Mancar Timur dengan

melakukan koordinasi kegiatan dengan pihak Promosi Kesehatan dan pihak

Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas Peterongan sebagai pengawas dan

fasilitator.

2. Pengkoordinasian Program Minggu Bersih sehingga dapat terlaksana setiap minggu

dengan perangkat desa atau Petugas Jumantik tingkat RT sebagai pengawas.

3. Melakukan koordinasi dengan Petugas Puskesmas Peterongan bagian Pemberantasan

Penyakit Menular untuk melakukan pelatihan kepada Kepala Sekolah dan Guru Pembina

Wamantik SDN Mancar 03.

4. Melakukan koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik

tentang program jangka panjang Organisasi Wamantik sehingga Program Sekolah dan

Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 dapat berjalan dengan baik.

Page 83: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 83

BAB IX

EVALUASI

9.1 Metode dan Kegiatan Evaluasi

Pemicuan

Kegiatan Pemicuan pada warga masyarakat dan pada anak sekolah dievaluasi lewat

penilaian jumlah peserta yang menyatakan bersedia berkomitmen untuk melaksanakan

pencegahan demam berdarah lewat Pemberantasan Sarang Nyamuk dan gerakan 3M. Pada

pemicuan warga masyarakat hal ini dievaluasi dari jumlah warga yang bersedia menjadi

Jumantik RT, sedangkan pada penyuluhan siswa SD hal ini dievaluasi dari antusiasme siswa

SD untuk menjadi Wamantik.

Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN

Kegiatan penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN

pada masyarakat dievaluasi dari kuisioner lokakarya yang dibagikan pada akhir acara

lokakarya. Sedangkan kegiatan penyuluhan pada siswa SD dievaluasi dari sesi tanya jawab

tentang pengetahuan seputar DBD dan pencegahannya yang dilakukan pada akhir

penyuluhan.

Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT

Kegiatan Pembentukan organisasi Jumantik tingkat RT dievaluasi melalui kinerja dari

kegiatan pemantauan Jentik berkala yang dilakukan setiap minimal seminggu sekali yang

dilaksanakan setiap satu bulan oleh Ketua Organisasi Jumantik tingkat RT dan setiap tiga

bulan sekali dilakukan oleh Ketua Organisasi Jumantik tingkat RT dan Penanggung Jawab

Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Peterongan.

Page 84: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 84

Program Minggu Bersih

Kegiatan Program Minggu Bersih dievaluasi melalui kinerja dari kegiatan mingguan

Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Program 3M yang dilakukan setiap hari minggu.

Pemantauan dilakukan langsung oleh Ketua RT atau perangkat RT lain secara bergilir.

Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011

Evaluasi keberhasilan Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik 2011 dapat dilihat

dari terbantuknya dan berjalannya Organisasi Wamantik di SDN Mancar Timur. Kinerja

organisasi ini dinilai dari keaktifan wamantik dalam melakukan kegaitan Pemantauan Jentik

Berkala setiap minggu, dan berjalannya kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan

Program 3M setiap minggu di sekolah dan di rumah siswa. Secara garis besar Program ini

dinyatakan berhasil bila dalam tahun 2011 Angka Bebas Jentik di deaerah tersebut mencapai

lebih dari atau sama dengan 95%.

9.2 Hasil Evaluasi

Evaluasi Kegiatan Tanggal 12-14 Februari 2010 terhadap warga masyarakat Dusun

Mancar Timur

Pemicuan pada masyarakat cukup mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat Dusun

Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Ini dapat dilihat

dari antusiasme warga pada saat pemicuan dan komitmen masyarakat secara spontanitas

dalam Program Minggu bersih, dan Pembentukan Jumantik RT.

Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik. Ini dapat dilihat dari antusiasme

masyarakat untuk mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Selain itu di akhir acara

masyarakat juga aktif bertanya seputar materi penyuluhan yang telah diberikan.

Evaluasi kegiatan Minggu bersih dilihat dari Partisipasi masyarakat yang aktif pada

pelaksanaan perdana Minggu bersih tanggal 14 Februari 2010.

Page 85: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 85

Evaluasi kinerja Jumantik RT belum dapat dievaluasi.

Evaluasi Kegiatan Tanggal 13-15 Februari 2010 terhadap Siswa Kelas IV-V-VI SDN

Mancar 3

Penyuluhan Pemicuan pada siswa SDN Mancar 3 berlangsung dengan sukses. Ini

dievaluasi dari antusiasme para siswa dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Tim

CPS dari awal sampai akhir. Hasil evaluasi Kegiatan juga dinilai dari antusiasme para siswa

untuk menjadi wamantik yang dapat dilihat dari karangan yang dibuat oleh para siswa.

Kegiatan Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 yang lain belum dapat

dievaluasi lebih lanjut.

Page 86: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 86

BAB X

DISKUSI

Berdasarkan hasil survei lapangan, dirumuskan beberapa masalah, yaitu responden

yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga menyatakan tidak memiliki cukup banyak waktu

untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN (74%),

masih kurangnya pengetahuan responden mengenai gejala demam berdarah dan upaya

pencegahannya (41%), masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan

jentik berkala(39%), dan cara pemeriksaan jentik yang kurang tepat (63%).

Dalam lokakarya dilakukan musyawarah bersama antar warga masyarakat dengan

Tim CPS dan Bapak Moh. Zuhri selaku penanggung jawab program Promosi Kesehatan

Puskesmas Peterongan sebagai fasilitator. Dalam diskusi akhirnya disepakati prioritas

masalah yang harus diselesaikan, yaitu masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki

cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih

dan PSN dan masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik

berkala di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang

yang masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. Kedua masalah

tersebut disepakati untuk dicarikan solusi bersama.

Masalah yang pertama, yaitu Masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki

cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih

dan PSN. Hal ini disebabkan karena hampir semua warga di Dusun Mancar Timur baik ibu

dan bapaknya bekerja. Dari survey pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, didapatkan data

bahwa 2% penduduk Mancar Timur bekerja sebagai petani, 6% sebagai Pegawai Negeri

Sipil, 11% sebagai pedagang, 35% sebagai wiraswasta, dan 46% bekerja sebagai ibu rumah

tangga yang membantu suami berwiraswasta. Dengan kesibukan bekerja hingga sore hari,

Page 87: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 87

maka hal ini menjadi faktor penghambat untuk para warga di Dusun Mancar Timur untuk

melakukan kegiatan kemasyarakatan seperti Jumat bersih dan PSN bersama-sama.

Masalah yang kedua, yaitu belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam

pemeriksaan jentik berkala. Berdasarkan Musyawarah masyarakat Dusun Mancar Timur,

didapatkan bahwa hal ini dikarenakan tidak terdapatnya alokasi dana bagi para Jumantik yang

telah ditunjuk sehingga mengalami kesulitan untuk menggerakkan Jumantik tersebut. Selain

itu, berdasarkan survey, ditemukan bahwa ada 22% rumah warga Dusun Mancar Timur yang

tidak pernah diperiksa oleh Jumantik karena ketika ada pemeriksaan, para warga juga tidak

berada di rumah karena bekerja. Jumantik yang telah ditunjuk juga melakukan pemeriksaan

hanya dengan bertanya terhadap pemilik rumah tentang ada atau tidaknya jentik sehingga

menyebabkan kinerja Kader Jumantik belum optimal.

Oleh karena pentingnya permasalahan tersebut untuk diselesaikan secepatnya maka

dilakukan musyawarah untuk mencari solusi yang terbaik. Setelah melalui pembicaraan yang

cukup panjang disepakati beberapa kegiatan sebagai solusi dari kedua masalah tersebut,

yaitu, Pemicuan terhadap masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SD,

Pemicuan terhadap masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SD untuk meningkatkan

kesadaran melaksanakan GERTAK MAS BERLIAN, terutama Pemberantasan Sarang

Nyamuk dan Program 3M, Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS

BERLIAN kepada masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SDN Mancar 3, Pembentukan

Organisasi Jumantik tingkat RT, Program Minggu Bersih, dan Pembentukan Organisasi

Wamantik untuk mewujudkan pelaksanaan program Program Sekolah dan Rumahku Bebas

Jentik Tahun 2011.

Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN kepada

masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SDN Mancar 3 untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat seputar Demam Berdarah Dengue dan pencegahannya.

Page 88: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 88

Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT untuk meningkatkan kinerja Jumantik desa

yang belum optimal, untuk program ini sebagai langkah awal dilakukan program percontohan

pada warga RT 06 RW 01.

Program Minggu Bersih adalah program yang ditujukan sebagai pengganti program

Jumat bersih yang selama ini tidak berjalan di Dusun Mancar Timur karena waktu

pelaksanaannya bersamaan dengan jam kerja warga.

Pembentukan Organisasi Wamantik merupakan langkah awal untuk terwujudnya Program

Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011. Lewat kegiatan-kegiatannya, seperti

pemantauan jentik di sekolah baik di kamar mandi, tempat air wudhu, dan kontainer-

kontainer yang dapat menampung air hujan diharapkan organisasi ini dapat merangsang

psikomotor siswa SD untuk memiliki kesadaran dan kemauan menjaga lingkungan

sekolahnya agar bersih dan bebas nyamuk. Diharapkan hal positif ini dapat pula ditularkan

terhadap keluarganya di rumah sehingga tidak hanya lingkungan sekolah tetapi juga

lingkungan rumahnya.

Page 89: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 89

BAB XI

KESIMPULAN

Kesimpulan dari kegiatan kedokteran komunitas periode 1 Februari – 21 Februari

2010 adalah sebagai berikut:

1. Hasil survei menunjukkan bahwa 20% responden adalah laki-laki sedangkan 80%

responden adalah perempuan.

2. Berdasarkan survei Jumlah Anggota Keluarga menunjukkan bahwa 56% Kepala

keluarga terdiri atas 3-4 anggota keluarga, sedangkan 44% merupakan keluarga besar

dengan jumlah anggota keluarga 5-8 orang.

3. 84 % responden memiliki latar belakang pendidikan yang cukup (SMP atau lebih

tinggi)

4. 98% responden bekerja setiap hari tanpa jadwal kerja yang jelas, yaitu 2% petani,

11% pedagang, 35% wiraswasta, dan 46% ibu rumah tangga yang membantu

suaminya bekerja sehingga 74 % responden menyatakan tidak aktif dalam jumat

bersih

5. Kemauan untuk bertindak / behavior intention kepala keluarga atau ibu rumah tangga

Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang

sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit DBD dinilai cukup baik.

Ini dilihat dari antusiasme warga untuk menjalankan Program Minggu Bersih sebagai

pengganti program Jumat bersih yang kurang optimal pelaksanaannya.

6. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar / social support kepada kepala keluarga atau

ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan,

Kabupaten Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit

DBD dinilai kurang. Ini dilihat dari rendahnya kinerja Jumantik desa dalam

menjalankan Pemeriksaan Jentik berkala.

Page 90: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 90

7. Informasi kesehatan / accessibility of information kepada kepala keluarga atau ibu

rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan, Kabupaten

Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit DBD dinilai

masih kurang. Ini terbukti dari kurangnya partisipasi responden dalam pemicuan atau

penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian yang pernah diadakan sebelumnya (72%).

8. Otonomi pribadi untuk mengambil keputusan/ personal autonomy Dusun Mancar

Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan mayoritas berada di tangan suami sebagai

kepala keluarga (93%).

9. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak / tidak bertindak / action situation

kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar

Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan

penularan penyakit DBD dinilai masih rendah. Ini dilihat dari rendahnya partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan Jumat bersih (26%), perilaku menguras bak mandi,

perilaku menggunakan kasa anti nyamuk.

Page 91: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 91

BAB XII

SARAN

12.1 Saran bagi Masyarakat Dusun Mancar Timur

Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, masyarakat Dusun Mancar Timur

disarankan untuk:

1. Melaksanakan rangkaian kegiatan dalam Program Jumantik RT dan Minggu bersih

sesuai dengan perencanaan.

2. Melaksanakan Sosialisasi Program Jumantik RT dan Minggu bersih kepada RT – RW

yang belum mengetahui program tersebut.

3. Berkoordinasi dengan Petugas Puskesmas Bagian P2M Peterongan, Promosi Kesehatan,

dan Kesehatan Lingkungan bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan Program

Jumantik RT dan Minggu bersih.

12.2 Saran bagi Institusi Puskesmas Peterongan

Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, Puskesmas Peterongan disarankan

untuk:

1. Berkoordinasi dengan Ketua RT di Dusun Mancar Timur yang belum membentuk

Jumantik RT untuk menjalankan Program Jumantik RT dan melakukan Gerakan Minggu

Bersih ataupun gerakan serupa sehingga dapat tercipta lingkungan bersih dan sehat bebas

nyamuk DBD.

2. Berkoordinasi dengan kepala RT 06 RW 01 untuk terlaksananya Program Jumantik RT

berjalan dengan baik dan sesuai harapan . Diharapkan Petugas Puskesmas Peterongan

bagian P2M DBD dan Kesehatan Lingkungan dapat menjadi pembina dan pengawas

Page 92: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 92

Program Jumantik RT dan Minggu Bersih sehingga Program Jumantik RT dan

melakukan Gerakan Minggu Bersih dapat berlangsung dalam jangka panjang.

3. Petugas Puskesmas Peterongan bagian Promosi Kesehatan, P2M DBD diharapkan lebih

sering mengadakan pelatihan, penyuluhan dan sosialisasi tentang Gertak Mas Berlian

kepada masyarakat Desa Mancar.

4. Melakukan Evaluasi setiap bulan dan melakukan rekapitulasi laporan setiap angka

pemantauan Jentik yang telah dikumpulkan oleh ketua Program Jumantik RT.

5. Mengadakan evaluasi berkala setiap 3 bulan untuk memantau pelaksanaan Program

Jumantik tingkat RT.

6. Petugas Puskesmas Peterongan bagian Promosi Kesehatan, P2M DBD diharapkan lebih

sering mengadakan pelatihan, penyuluhan dan sosialisasi tentang Gertak Mas Berlian

kepada masyarakat Desa Mancar.

7. Petugas Puskesmas Peterongan bagian Promosi Kesehatan, P2M DBD diharapkan

mengadakan pelatihan terhadap guru di SDN Mancar 03 sehingga dapat membimbing

para siswa – siswi di SDN tersebut melaksanakan program Sekolah dan Rumahku bebas

Jentik 2011.

8. Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah SDN Mancar 03 untuk menjalankan Program

Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 sehingga dapat tercipta

lingkungan bersih dan sehat bebas nyamuk DBD. Diharapkan petugas Puskesmas

Peterongan dapat menjadi pembina dan pengawas Program Sekolah dan Rumahku Bebas

Jentik Tahun 2011 sehingga program dapat berlangsung.

9. Melakukan Evaluasi setiap bulan dan melakukan rekapitulasi laporan setiap angka

pemantauan Jentik yang telah dikumpulkan oleh ketua Program Sekolah dan Rumahku

Bebas Jentik Tahun 2011.

Page 93: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 93

10. Mengadakan evaluasi berkala setiap 3 bulan untuk memantau pelaksanaan Program

Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011.

12.3 Saran bagi Institusi Desa Mancar

Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, Desa Mancar disarankan untuk

memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program Jumantik RT dan Minggu Bersih dalam

bentuk evaluasi dan sosialisasi berkala bersama Komite Program Jumantik RT dan Minggu

Bersih.

12.4 Saran bagi Mahasiswa CPS

Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, mahasiswa CPS PKBM periode

berikutnya disarankan untuk:

1. Melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap Program Jumantik RT dan Minggu Bersih

pada masyarakat Desa Mancar dengan melakukan kegiatan kedokteran komunitas.

2. Mengembangkan program yang telah dirintis dan dijalankan pada kegiatan kedokteran

komunitas periode 1 Februari – 21 Februari 2010.

Page 94: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 94

BAB XIII

PENUTUP

Syukur dan puji kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-

Nya,kami telah menyelesaikan lokakarya di Dusun Mancar Timur Desa Mancar, Kecamatan

Peterongan, Kabupaten Jombang yang merupakan salah satu tugas kami selama di Unit

BKKM Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Suksesnya pelaksanaan tugas lokakarya

ini tidak dapat lepas dari bimbingan Kepala Puskesmas Peterongan beserta staf dan dosen-

dosen kami dari Unit BKKM Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan, khususnya bagi

Dokter Muda yang nantinya sebagian besar akan bertugas di puskesmas di seluruh wilayah

Indonesia.

Semua daya upaya telah dilaksanakan semaksimal mungkin demi terlengkapinya laporan

ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami

harapkan. Terakhir kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang

membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.

Page 95: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 95

DAFTAR PUSTAKA

Bang, Yong H. and Robert J. Tonn. 1993. Vector Control and Intervention. Dalam Prasert

Thongcharoen ed.. Monograph On Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. WHO

Regional Publication SEARO, 22: 121-138. New Delhi: WHO Regional Office for

South-East Asia.

Departemen Kesehatan (Depkes) RI. 2005b. Presiden Ajak Masyarakat Lakukan Gerakan

Pemberantasan Sarang Nyamuk. Press release. 11 Februari

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen

PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 2004. Panduan Program Peningkatan Peran

Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

di Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen

PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 2004. Modul Latihan Juru Pemantau Jentik

dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen

PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan

Kejadian Luar Biasa KLB dan Wabah Demam Berdarah Dengue DBD. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Kristina, Isminah, Wulandari L. Demam berdarah dengue. Badan Litbang Depkes RI

2004;(online), (http://www.litbang.depkes.go.id/index.htm, diakses 22 Maret 2007).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2,

Mei. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Ooi, Eng Eong. 2001. Changing Pattern of Dengue Transmission In Singapore. Dengue

Bulletin, 25: 40-44.

http://w3.whosea.org/LinkFiles/Dengue_Bulletin_Volume_25_ch7.pdf

Phuong CXT, Nhan NT, Kneen R, Thuy PT, Thien CV, Nga NTT et al. Clinical diagnosis

and assessment of severity of confirmed dengue infections in Vietnamese children: is

the World Health Organization classification helpful?. The American Society of

Tropical Medicine and Hygiene 2004;70(2):172-179.

Prihatiningsih. 2009. hubungan faktor perilaku dengan kejadian Demam berdarah dengue di

wilayah kerja Puskesmas boyolali. Boyolali

Siti arifah. 2008. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pemberantasan Sarang nyamuk

dalam upaya pencegahan penyakit Demam berdarah di desa kliwonan. Sragen

Subdirektorat Arbovirosis Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 2005. Laporan

mingguan status demam berdarah dengue.

Page 96: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 96

Suroso, Thomas & Ali Imran Umar. 1999. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit

Demam Berdarah di Indonesia Saat Ini. Dalam Sri Rezeki H. Hadinegoro & Hindra

Irawan Satari eds. Demam Berdarah Dengue: Naskah Lengkap Pelatihan Bagi

Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk Tata

Laksana Kasus DBD. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Umar Fachmi Achmadi. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Kompas

WHO. 1997. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd

ed. Geneva:. World Health Organization

WHO Regional Office for South Asia. Dengue. South East Asia Region 2006;

(online),http://www.searo.who.int/EN/Section10/Section332_1103.htm,diakses 26

Pebruari 2007).

World Health Organization (WHO) South East Asia Regional Office. 2004. Situation Of

Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever In the South-East Asia Region: Prevention And

Control Status In SEA Countries. http://w3.whosea.org/en/Section10/Section332.htm

World Health Organization (WHO). 2002. The World Health Report: Reducing Risks,

Promoting Healthy Life. Geneva: WHO.

World Health Organization (WHO) South East Asia Regional Office. 2004. Situation Of

Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever In the South-East Asia Region: Prevention And

Control Status In SEA Countries. http://w3.whosea.org/en/Section10/Section332.htm

Page 97: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 97

Lampiran 1. KUISIONER SURVEY PENDAHULUAN 1. IDENTITAS

a. Nama : b. Alamat : c. Pekerjaan : d. Pendidikan : e. Jumlah anggota keluarga :

2. PENGETAHUAN TENTANG DBD

a. Apakah anda mengetahui tentang penyakit demam berdarah?

i. Ya ii.Tidak

b. Penyakit demam berdarah ditularkan lewat: i. Nyamuk

ii. lalat iii. tikus

c. Apakah anda mengetahui tanda-tanda demam berdarah? i. panas badan

ii. nyeri perut iii. sesak nafas iv. batuk pilek

d. Apakah anda mengetahui dimana tempat perindukan nyamuk demam berdarah?

i. Ya, apa saja? 1. baju kotor yang menggantung 2. tembok 3. pepohonan

ii. Tidak e. Apakah anda mengetahui apa saja cara pencegahan DBD?

i. Ya, di.... 1. Program 3M /PSA 2. GERTAK MAS BERLIAN 3. Abatisasi 4. Pengasapan/fogging

ii. Tidak 3. KONDISI LINGKUNGAN

a. Apakah di lingkungan rumah anda terdapat tempat-tempat yang dapat menampung genangan air?

i. Ya: 1. sumur yang tidak ditutup 2. barang bekas(kaleng, botol,dll) 3. bak mandi 4. gentong untuk menampung air 5. lainnya, ...........

ii. Tidak b. Apakah di rumah anda terdapat baju-baju yang bergantungan?

i. Ya ii.Tidak

4. UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK a. Seberapa sering anda menguras bak mandi?

i. <1x/minggu ii.>=1x/ minggu

b. Bila anda menguras bak mandi <1/minggu,apakah anda memberikan bubuk abate/memelihara ikan di bak mandi anda? i. Ya ii.Tidak

c. Berapa sering anda mengikuti gerakan jumat bersih di lingkungan anda? i. 1x/minggu ii.kadang-kadang, karena......... iii.tidak pernah, karena........

d. Berapa sering anda melakukan gerakan 3 M di rumah anda? i. 1x/minggu ii.<1x/ minggu iii. tidak pernah

5. PROTEKSI TERHADAP GIGITAN NYAMUK a. Apakah anda menggunakan kasa anti nyamuk di rumah anda?

i. Ya ii.Tidak

b. Apakah anda menggunakan obat nyamuk di rumah anda? i. Ya:

1. obat nyamuk bakar 2. obat nyamuk semprot 3. otion anti nyamuk

ii. Tidak

Page 98: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 98

c. Apakah anda menggunakan kelambu saat tidur? i. Ya ii.Tidak

6. KEAKTIFAN PETUGAS KESEHATAN a. Apakah pernah diadakan penyuluhan kesehatan, terutama

demam berdarah di lingkungan anda? i. Ya, oleh............ ii.Tidak

b. Apakah kader kesehatan di lingkungan anda melakukan pemeriksaan jentik berkala?

i. Ya: 1. 1x/minggu 2. Tiap 1 bulan 3. >1x/ bulan

ii. Tidak c. Bila kader kesehatan mengadakan pemeriksaan jentik biasanya

pemeriksaan dilakukan terhadap apa? i. kamar mandi saja

ii. kamar mandi dan tempat penampungan air di dalam rumah

iii. kamar mandi, trempat penampungan air di dalam dan di luar rumah

d. Apakah pernah dilakukan fogging/pengasapan di lingkungan tempat tinggal anda? i. Ya, oleh............ ii.Tidak

7. PARTISIPASI a. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang

demam berdarah? i. Ya, di...........

b. ii.Tidak Bila diadakan penyuluhan demam berdarah di lingkungan anda, apakah anda bersedia hadir?

i. Ya: ii. Tidak

c. Bila hendak diadakan penyuluhan kesehatan sebaiknya dilakukan pada:

i. Siang hari ii. Sore hari iii. Malam hari iv. Hari minggu

d. Bila digalakkan jumat bersih di lingkungan anda, apakah anda bersedia berpartisipasi?

i. Ya: ii. Tidak, karena...........

KESIMPULAN

1. KENDALA YANG DIHADAPI a. Tidak tahu bagaimana cara mencegah demam berdarah b. kurangnya penyuluhan tentang pencegahan demam berdarah c. Tidak ada waktu untuk melakukan PSN, karena........ d. Petugas kesehatan tidak rutin melakukan PJB e. Apakah ada uang pungutan dalam pembagian bubuk abate dan

PJB ? f. Kurangnya dukungan dari aparat desa dalam menggalakkan

GERTAK MAS BERLIAN (Gerakan Serentak Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti nyamuk)

2. SOLUSI YANG DIINGINKAN a. Diadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat mengenai demam berdarah b. Penggalakan Gertak Mas Berlian di lingkungan tempat tinggal

yang melibatkan semua warga c. Meningkatkan kinerja kader kesehatah dalam upaya

penanggulangan demam berdarah

Interviewer : ............................................, S.Ked. TIM DOKTER MUDA CPS PKBM PUSKESMAS PETERONGAN

FEBRUARI 2010

Page 99: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 99

Lampiran 2. Program Sekolahku dan Rumahku Bebas Jentik 2011

Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011

CPS PKBM FK UNAIR

Periode 01 Februari 2010 – 19 Februari 2010

Tujuan

Mewujudkan rumah dan sekolah di wilayah dusun Mancar Timur bebas jentik di tahun

2011.

Metode

a. Pembentukan Organisasi Wamantik

b. Sosialisasi

c. Pemilihan anggota Organisasi Wamantik

d. Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik

e. Koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang

program jangka panjang Organisasi Wamantik

f. Evaluasi

1. Pembentukan Organisasi Wamantik

Tujuan dibentuknya Organisasi Wamantik adalah untuk pelaksana operasional kegiatan

Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik 2 Tahun 2011. Organisasi ini terdiri dari Kepala

Sekolah SDN Mancar 3 sebagai Pelindung, Pembina Wamantik yang ditunjuk oleh Kepala

Sekolah yang berperan dalam menjembatani program-program yang akan diadakan

Wamantik, dan anggota Wamantik terpilih yaitu siswa-siswi kelas 4,5, dan 6 SDN Mancar

3. Misi dari Organisasi ini adalah meweujudkan kawasan sekolah dan lingkungan tinggal

bebas jentik dengan memantau adanya angka keberadaan jentik. Diharapkan dengan

program yang berjalan, banyak siswa lain dan warga Mancar Timur tergerak dan peduli

pada lingkungan tinggal dan berperan serta menjalankan program hingga terwujud

Peningkatan Angka Bebas Jentik hingga mencapai ≥95%.

2. Sosialisasi

Page 100: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 100

Sosialisasi program ini ditujukan untuk memberi pengetahuan kepada siswa-siswi kelas

4,5, dan 6 SDN Mancar 3 tentang penyakit Demam Berdarah serta memperkenalkan

Organisasi Wamantik.

3. Pemilihan Anggota Organisasi Wamantik

Pemilihan anggota Wamantik adalah perwakilan dari siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN

Mancar 3 yang ingin menjadi anggota Organisasi Wamantik dan ingin ikut serta berperan

aktif dalam program-program Organisasi Wamantik. Pemilihan ini dilakukan dengan cara

memilih siswa-siswi yang memiliki pengetahuan cukup tentang Demam Berdarah serta

mengerjakan tugas memantau jentik di lingkungan rumah dan mengerjakan karangan

tentang “ANDAI AKU MENJADI WAMANTIK”.

4. Pemberian Penghargaan Kepada Wamantik Terbaik

Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik adalah suatu upaya untuk

menumbuhkan kebanggan pada siswa-siswi SDN Mancar 3 tentang didirikannya

Organisasi Wamantik. Penghargaan akan diberikan kepada perwakilan Wamantik terbaik

dari perwakilan tiap-tiap kelas 4, 5, dan 6 SDN Mancar 3. Seleksi ini didasarkan pada

keaktifan saat penyuluhan diberikan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesungguhan dalam

mengerjakan tugas yang diberikan. Bagi siswa/siswi yang terpilih maka akan dijadikan

koordinator Wamantik dari tiap kelas. Diharapkan dengan adanya penghargaan yang

diberikan, para anggota Wamantik akan terpacu dan bersemangat dalam menjalankan

Organisasi Wamantik.

5. Koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang

program jangka panjang Organisasi Wamantik.

Page 101: Makalah DBD

CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010 101

Koordinasi ini ditujukan untuk melancarkan program-program yang akan diajukan dan

memastikan agar program-program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 dapat

berjalan dengan baik. Diharapkan kegiatan ini akan dijadikan salah satu kegiatan pokok

dan menjadi ciri sekolah SDN Mancar 3 sehingga Organisasi Wamantik akan terus

berjalan dalam jangka waktu yang panjang.

6. Evaluasi

Evaluasi kegiatan ini akan dilakukan tiap bulan dengan bimbingan dari Pembina Wmantik.

Evaluasi yang diberikan tidak hanya mengevaluasi hasil kerja Wamantik dengan

pemantauan jumlah jentik di lingkungan sekolah, dan rumahnya, namun juga mengevaluasi

semangat kerja tiap anggota Wamantik. Diharapkan dengan evaluasi ini tiap program

berjalan dengan baik, teratur, sesuai dengan sasaran dan tujuan. Dengan demikian

terciptalah lingkungan sekolah dan rumah yang bebas jentik.

* : Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Peterongan tentang angka bebas jentik, Dusun

Mancar memiliki Angka Bebas Jentik sebesar 97%. Namun kenyataannya Dusun Mancar

merupakan daerah endemis Demam Berdarah.