tugas pak sudung (ikm)

25
1. Penyediaan Air Perusahaan Korea tertarik garap sistem air bersih Indonesia Perusahaan konstruksi asal Korea Selatan (Korsel) Doosan Group berniat bekerja sama dengan Indonesia dalam penyediaan air bersih. Doosan memiliki kompetensi dalam penyulingan air laut menjadi air minum. Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerjasama Internasional Rizal Afandi Lukman mengatakan, Doosan berniat membantu pengembangan perkotaan dalam penyediaan sistem air bersih. Selain itu bidang kelistrikan juga menjadi sektor yang dijajaki. Gambar1. Perusahaan korea tertarik garap sistem air bersih di Indonesia "Dia ingin membantu pembangunan di Indonesia terutama masalah perkotaan untuk membantu terutama di listriknya, water treatment, dll," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (16/1). Doosan, lanjutnya, bersama dengan Marubeni Cooperation asal Jepang berniat mengembangkan pembangkit listrik di daerah Cirebon. Kebutuhan listrik Indonesia diyakini semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang merangkak naik. 1

Upload: ottiara-febriannisa-akbariah

Post on 19-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PAK SUDUNG

TRANSCRIPT

1. Penyediaan AirPerusahaan Korea tertarik garap sistem air bersih IndonesiaPerusahaan konstruksi asal Korea Selatan (Korsel) Doosan Group berniat bekerja sama dengan Indonesia dalam penyediaan air bersih. Doosan memiliki kompetensi dalam penyulingan air laut menjadi air minum.Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerjasama Internasional Rizal Afandi Lukman mengatakan, Doosan berniat membantu pengembangan perkotaan dalam penyediaan sistem air bersih. Selain itu bidang kelistrikan juga menjadi sektor yang dijajaki.

Gambar1. Perusahaan korea tertarik garap sistem air bersih di Indonesia"Dia ingin membantu pembangunan di Indonesia terutama masalah perkotaan untuk membantu terutama di listriknya, water treatment, dll," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (16/1).Doosan, lanjutnya, bersama dengan Marubeni Cooperation asal Jepang berniat mengembangkan pembangkit listrik di daerah Cirebon. Kebutuhan listrik Indonesia diyakini semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang merangkak naik."Konsumsi energi yang diperlukan Indonesia untuk menopang pertumbuhan ekonomi sekitar keperluannya 3000 megawatt per tahunnya, ini merupakan jumlah yang sangat besar," tuturnya.Sumber:http://www.merdeka.com/uang/perusahaan-korea-tertarik-garap-sistem-air-bersih-indonesia.html

Komentar:Saya setuju dengan kerjasama yang dilakukan Indonesia, mengingat kebutuhan akan air bersih sangat dibutuhkan oleh warga karena ketersediaan yang minim.

2. Pengelolaan Limbah BBBKemenristek Kembangkan Jejaring Pengelolaan Limbah B3 Industri

Gambar2. Kembangkan Jejaring Pengelolaan Limbah B3Aktivitas industri yang menghasilkan limbah B3 seringkali dikhawatirkan sebagai penyebab pencemaran dan perusakan ekosistem lingkungan. Guna mencegah hal tersebut, diperlukan sistem pengelolaan limbah yang terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya pengelolaan limbah B3 yang baik merupakan kunci pencegahan terhadap kerusakan dan pencemaran ekosistem lingkungan.Pengelolaan limbah B3 akan terkait dengan beberapa aspek seperti aspek peraturan perundangan-undangan dan arah kebijakan pemerintah, aspek pengawasan dan pembinaan pelaksanaan peraturan dan kebijakan tersebut, dan aspek solusi teknologi terkait cara atau teknik pengelolaan dan pengolahan limbah B3. Untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan dalam pengelolaan limbah B3 serta mendorong pemanfaatan teknologi yang dihasilkan oleh penyedia iptek untuk mengelola limbah B3, Asisten Deputi Penyedia dan Pengguna Kementerian Riset dan Teknologi bekerjasama dengan Forum Teknologi Industri Puspiptek (FTIP) menyelenggarakan focus group discussion (FGD) pengelolaan limbah B3. Lebih jauh FGD ini dilaksanakan untuk mengembangkan jejaring antara penyedia dengan pengguna iptek yang terkait dengan pengelolaan limbah B3 di industri.

FGD yang diselenggarakan di Puspiptek, Serpong pada 05 Februari 2012 dengan mengambil tema Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Industri Untuk Pembangunan Yang Berwawasan Lingkungan tersebut dibuka oleh Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Pengguna, Wisnu S Soenarso. FGD ini diharapkan sebagai sarana sharing dan mengembangkan networking antara penyedia dengan pengguna iptek, serta pemerintah yang terkait,kata Wisnu.

FGD yang menghadirkan narasumber Asisten Deputi Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup, Balai Teknologi Lingkungan BPPT, dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Tangerang tersebut, diikuti oleh perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kab. Tangerang dan Tangerang Selatan, Peneliti / Perekayasa BPPT, BATAN, LIPI, Institut Pertanian Bogor, PT. Eagle Indo Pharma, PT. Wihadil, PT. Mukti Mandiri Lestari, dan PT. Fajarindo Faliman Zipper.

Dalam paparannya Asdep Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup, Wirjono Koesmoedjihardjo, bahwa pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan prinsip From Cradle to The Grave.

Pengawasan ini dilakukan mulai dari penyimpanan sementara, pengangkut, pengumpul, pengolah, pemanfaat, dan penimbunan. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah memiliki peraturan perundang-undangan yang cukup lengkap terkait dengan pengelolaan limbah B3 ini, khususnya Peraturan Pemerintah No. 80 jo 85 Tahun 1999. Bahkan, KLH mentargetkan penurunan tingkat produksi B3 di Indonesia sebesar 50 juta ton dalam kurun tahun 2011-2014.

Namun demikian nampaknya banyak industri yang belum tahu dan tidak mematuhi regulasi tersebut. Hal ini terungkap berdasarkan data yang dipaparkan oleh Kasubbid Pengendalian Pemanfaatan Lingkungan Hidup BPLH Kota Tangerang, Taufik Syahzaeni, bahwa tingkat ketaatan terhadap upaya pengelolaan limbah B3 di Kota Tangerang pada peraturan perundang-undangan dan implementasi dokumen lingkungan sangat rendah dengan prosentase 18%.

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kota Tangerang dalam pengelolaan limbah B3 industri terkait dengan rendahnya pengetahuan industri tentang pengelolaan limbah B3, rendahnya komitmen perusahaan untuk melakukan pengelolaan limbah B3 dengan baik dan benar, biaya pengelolaan limbah yang dirasa cukup besar, dan belum tersedianya teknologi pengelolaan limbah yang tepat padahal jumlah industri di Kota Tangerang cukup besar yaitu kurang lebih 2200 industri.

Menanggapi kondisi tersebut, Balai Teknologi Lingkungan (BTL BPPT) yang dalam hal ini diwakili oleh M. Abdul Kholiq, menyampaikan beberapa metode dan teknologi yang dapat digunakan dalam pengelolaan limbah B3 tersebut, diantaranya adalah Fisika-Kimia, Thermal, dan Biologis, Chemical conditioning, Solidifikasi/ stabilisasi, insinerasi/pembakaran.

Dari FGD tersebut dihasilkan beberapa rumusan antara lain diperlukannya sosialisasi terus menerus kepada masyarakat dan industri untuk meningkatkan pemahaman dan ketaatan terhadap pengelolaan limbah, dibutuhkannya kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, industri dan lembaga litbang serta akademisi untuk mendukung pengelolaan limbah B3 dalam seperti dalam hal identifikasi dan analisis jenis B3 yang belum tercantum dalam lampiran PP Nomor 85 Tahun 2009, teknologi untuk memanfaatkan limbah B3 menjadi produk yang aman dan bermanfaat, metode quick analysis untuk mengetahui efek jangka panjang atau kronis dari suatu B3, yang saat ini masih memerlukan waktu cukup lama, teknologi / alat pengolahan limbah B3 yang sederhana, ekonomis, dan efektif terutama untuk pelaku IKM.

Beberapa lembaga litbang / laboratorium di kawasan Puspiptek, telah memiliki kompetensi dalam penelitian, pengembangan, dan pengujian terkait pengolahan limbah B3, antara lain BTL-BPPT, Puslit Kimia-LIPI, dan PTLR-BATAN. Kementerian Riset dan Teknologi, dalam hal ini Puspiptek, mendorong agar industri/pelaku usaha serta pemerintah dan pemerintah daerah dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga tersebut. Sebagai tindak lanjut dari FGD ini akan dilaksanakan FGD lanjutan dengan mengambil tema-tema khusus yang terkait dengan pengelolaan limbah B3. (ad2/dep3/humasristek)

Sumber:http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/12709Komentar:Banyak industri yang tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga dengan mudah limbah dibuang ke sistem perairan tanpa adanya pengolahan. Pada hakekatnya, pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan (konsentrat) belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan dan keselamatan lingkungan hidup.

3. Sanitasi MakananHigiene dan Sanitasi Jajanan Anak Perlu Perhatian

Gambar 3. Penyluhan Sanitasi Makanan di SekolahJAKARTA, KOMPAS.com - Higiene dan sanitasi merupakan dua faktor utama keamanan pangan yang patut menjadi perhatian. Saat ini, sebagian besar jajanan anak khususnya di sekolah-sekolah dasar belum sepenuhnya memenuhi syarat kedua faktor tersebut, sehingga perlu terus diawasi dan diperbaiki.Demikian diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga dalam roadshow Kampanye Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) BPOM bertajuk 'Sehatnya Duniaku - Menuju Generasi Emas yang Sehat dan Berkualitas', Selasa (22/1/2013) di Jakarta. "Masalah utama bagi jajan anak, terutama anak Sekolah Dasar adalah higiene sanitasi yang belum baik, sehingga harus ada perhatian," ujar Roy. Dalam roadshow yang kali ini berlangsung di SDN 01 Tebet Timur Jakarta itu, Roy mengatakan masih ada faktor lainnya yang menjadikan jajanan anak menjadi berbahaya untuk dikonsumsi, yaitu bahan kimia berbahaya, seperti pewarna tekstil, pengawet, serta pemanis buatan. Masalah higiene dan sanitasi, menurut Roy, menjadi paling utama karena efeknya dapat langsung dirasakan setelah mengonsumsi makanan tidak bersih. Efek dari higiene sanitasi adalah jangka pendek, sedangkan, bahan kimia berbahaya berefek jangka panjang. Sakit akibat makanan, disebut Roy sebagai kejadian luar biasa (KLB) pangan di Indonesia. Sebanyak 35 persennya adalah dari jajanan anak sekolah, dan 80 persen dari angka itu berasal dari jajanan anak Sekolah Dasar. Hal inilah yang mendasari BPOM perlu untuk mengadakan roadshow tentang pentingnya keamanan pangan. SDN 01 Tebet Timur menjadi tempat pertama dilaksanakannya Road Show 'Sehatnya Duniaku'. Rencananya selanjutnya, BPOM akan melanjutkan ke 25 Sekolah Dasar masing-masing di dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung. "BPOM hanya dapat mengadakan penyuluhan tentang keamanan pangan jajanan anak, namun pelaku pengawasannya tentu saja komunitas sekolah, yaitu guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin, serta pedagang makanan sekitar sekolah," jelas Roy.Sumber: http://health.kompas.com/read/2013/01/22/16312414/Higiene.dan.Sanitasi.Jajanan.Anak.Perlu.Perhatian

Komentar:Saya sangat setuju dengan kegiatan yang dilakukan BPOM ke sekolah-sekolah dalam upaya mengurangi dampak buruk akibat jajanan yang tidak sehat pada siswa siswi sekolah. Saran saya, seharusnya juga pemerintah mengadakan sidak mendadak terhadap jajanan anak di kantin maupun di luar sekolah, jika terbukti jajanan mereka mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh, bisa diberikan sanksi.

4. Sanitasi Pemukiman dan Tempat-tempat Umum (TTU)

Pemprov DKI Berencana Lengkapi Sarana Rusun Marunda

Gambar 4. Salah satu blok Rusun Marunda yang siap huni di kompleks Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (4/1/2013).

JAKARTA, KOMPAS.com Rumah Susun Sewa Marunda, Jakarta Utara, sudah mangkrak lebih dari lima tahun. Dari 26 blok yang ada, 19 blok di antaranya tidak terpakai.Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melengkapi sarana yang belum ada. Harapannya, blok rusun yang tidak terpakai bisa dihuni warga yang membutuhkan. "Kami ingin memperbaikinya agar semua blok di rusun itu terisi. Beberapa sarana yang akan kami benahi adalah kemudahan akses transportasi, puskesmas, sarana sanitasi, dan pasar tradisional," tutur Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Senin (7/1/2013) di Jakarta.Target untuk melengkapi sarana itu, menurut dia, sampai akhir tahun ini diharapkan selesai. Saat ini perbaikan sarana di rusun itu baru sebagian saja yang dilengkapi. "Beri saya waktu. Sekarang baru tiga blok yang sudah diperbaiki. Sampai akhir tahun semoga semua blok rampung," tuturnya.Joko bertekad sepanjang tahun 2013 dapat memanfaatkan semua rusun yang selama ini tidak terpakai. Pemanfaatan rusun itu bekerja sama dengan pemerintah pusat sebab sebagian rusun dalam pengelolaan pemerintah pusat.

Sumber:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/07/14105987/Pemprov.DKI.Berencana.Lengkapi.Sarana.Rusun.MarundaKomentar:Rusun yang ditinggali oleh ratusan bahkan ribuan penghuni menuntut sanisati berupa MCK dan tempat pembuangan kotoran yang baik agar tidak terjadi penyakit yang akan menjangkiti penghuni rusun.

5. PENCEMARAN LINGKUNGAN

Tahun 2014, Indonesia Bebas BAB Sembarangan

Gambar4. Komunitas Toilet HigienisBALI, KOMPAS.com - Mengacu pada target MDGs tujuan ke 7 di mana setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, maka semua negara harus dapat mengurangi separuh proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan pada air minum yang aman dan sanitasi dasar di tahun 2015. Begitu pula halnya dengan Indonesia yang harus mencapai target MDGs pada tahun 2015 nanti.Langkah Indonesia akan terasa lebih berat karena berdasarkan data, posisi Indonesia dari target MDGs masih jauh. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, untuk target MDGs masalah sanitasi, Indonesia berada pada posisi pencapaian 55,6 persen dari target 62,41 persen. Sedangkan untuk target MDGs masalah air minum, Indonesia baru mencapai 42,76 persen dari trget MDGs 68,8 persen.Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Dedy S.Priatna mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan kementerian lainnya saat ini tengah berupaya melakukan percepatan pembangunan sanitasi permukiman (PPSP). Salah satu usahanya, pemerintah pun mencanangkan tahun 2014 nanti Indonesia bebas buang air besar (BAB) sembarangan.

"Tahun 2009 kita baru bebas BAB sembarangan 70 persen. Pemerintah menargetkan 30 persen sisanya tuntas di tahun 2014," ujarnya saat mendampingi Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah Mboi seusai acara pembukaan East Asia Ministerial Conference on Sanitation and Hygiene (EASAN) III yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Senin (10/9/2012) sampai Rabu (12/9/2012).

Menkes Nafsiah menggaris bawahi pentingnya ketersediaan jamban di pemukiman penduduk. Kesadaran masyarakat untuk membuang air besar di jamban bisa dipengaruhi banyak faktor. Di antaranya, sejumlah besar keluarga tidak memiliki akses fasilitas sanitasi seperti jamban, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengaruh sanitasi dan air minum pada kesehatan, perilaku yang tidak mendukung hidup bersih dan sehat, serta tingkat perekonomian masyarakat yang tidak mampu membangun fasilitas sanitasi memadai.Menurut Nafsiah, peranan jamban memiliki kaitan yang sangat luas. Kalau semua orang BAB pada tempatnya maka bisa mengurangi penyakit diare. Sehingga menurunkan risiko penyakit ini sampai 90 persen."Tak kalah pentingnya adalah perubahan perilaku masyarakat. Saya pernah mendapati, ada masyarakat yang tidak mau menggunakan jamban padahal sudah dibuatkan pemerintah. Alasannya, mereka menyayangkan jika jamban tersebut berubah menjadi kotor karena dipakai," ujarnya.Sumber:http://health.kompas.com/read/2012/09/10/16261089/Tahun.2014.Indonesia.Bebas.BAB.SembaranganKomentar:Menurut saya sangat sulit bagi Indonesia untuk terbebas dari Bebas BAB Sembarangan terutama masyarakat pedesaan maupun pelosok dikarenakan faktor kesadaran masyarakat yang rendah dan fasilitas sanitasi yang minim.

6. Pengendalian Vektor dan Rodent

Nyamuk Mandul Memberantas DBD

Gambar7. Nyamuk Aedes AegiptyKOMPAS.com - Metode pengasapan insektisida untuk memberantas nyamuk demam berdarah dengue belumlah optimal, bahkan membuat nyamuk Aedes aegyptivektor DBDmenjadi resistan. Kini, ada alternatif mengurangi populasi nyamuk, yakni menebarkan nyamuk-nyamuk mandul.Bergelut dengan nyamuk sejak tahun 2004, Ali Rahayu, peneliti pada Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), membuktikan, teknologi serangga mandul (TSM) mampu mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Teknologi serupa sebelumnya sukses diterapkan pada eradikasi lalat ternak Cochliomyia hominivorax di Pulau Curacao, Amerika Serikat, tahun 1958-1959. Di Indonesia, penelitian fokus pada pengendalian populasi lalat buah Bactrocera carambolae serta nyamuk vektor DBD dan malaria.Secara teknis, nyamuk jantan dimandulkan dengan diberi paparan radiasi sinar gamma sebesar 70 gray. Nyamuk dimasukkan dalam tabung-tabung kaca berukuran sama dan diletakkan dalam jarak tertentu dari sumber radiasi. Dua menit saja, ratusan hingga ribuan nyamuk menjadi mandul karena kerja sperma mereka terganggu.Paparan sinar gamma itu tergolong sangat kecil. Bandingkan dengan makanan yang diawetkan dengan paparan sinar gamma yang mencapai 10.000 gray. Oleh karena itu, Ali berpendapat, iradiasi tersebut tak akan menghasilkan mutan dan tak akan berpengaruh pada hewan pemangsa nyamuk dalam rantai mangsa.Penembakan sinar gamma langsung ke tubuh nyamuk lebih efektif dibandingkan dengan melakukannya pada larva. Larva nyamuk berada di air sehingga menghambat iradiasi. Nyamuk, sejak usia satu hari, sudah memungkinkan untuk dimandulkan.Nyamuk-nyamuk itu kemudian dilepaskan di rumah-rumah penduduk dengan perbandingan sembilan nyamuk jantan mandul per satu ekor nyamuk di tiap rumah. Artinya, jika ditemukan lima ekor nyamuk, ada 45 nyamuk jantan dilepaskan.Nyamuk-nyamuk mandul hanya akan mengganggu populasi nyamuk Aedes aegypti karena telur-telur yang dihasilkan nyamuk betina tidak akan terbuahi. Secara teori, otomatis jumlahnya di alam akan berkurang.Di lapangan, perlakuan seperti itu berlangsung satu kali sepekan dalam lima minggu berturut-turut di tiga tempat, yaitu di Kota Salatiga, Kabupaten Banjarnegara, dan Bangka Barat. Meski dengan kondisi geografis berbeda, cara tersebut menunjukkan hasil serupa. Populasi nyamuk menurun hingga 95,23 persen. Kondisi itu bertahan 3-6 bulan hingga kasus DBD kembali muncul.Idealnya, lanjut Ali, perlakuan sama harus diulang dalam kurun waktu 3-6 bulan kemudian. Ini jauh lebih efektif ketimbang teknik pengasapan insektisida, yang biasanya hanya bertahan 30 menit dan tak mampu mematikan larva.Biaya yang dibutuhkan juga jauh lebih murah ketimbang pengasapan. Untuk lima kali pelepasan nyamuk di 100 rumah, misalnya, hanya dibutuhkan biaya Rp 180.000. Bandingkan dengan pengasapan yang bisa mencapai Rp 1 juta dengan frekuensi yang sama.Masyarakat pun tidak perlu khawatir karena nyamuk jantan tak mengisap darah manusia seperti nyamuk betina yang membutuhkannya untuk mematangkan telur-telurnya. Nyamuk jantan lebih sering hinggap di tanaman dan mengambil sari-sari bunga.Pada awalnya agak sulit karena banyak orang justru ketakutan ketika rumah mereka disebar nyamuk meskipun itu adalah nyamuk jantan yang tidak pernah hinggap di tubuh manusia, ujar Ali.

Meskipun populasi nyamuk Aedes aegypti berkurang, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir (B2P2VRP) Bambang Heriyanto mengungkapkan, tak dapat disimpulkan bahwa kasus DBD ikut berkurang.Banyak faktor yang mengakibatkan kasus DBD terjadi. Walaupun lingkungan rumah sudah steril, seseorang dapat terkena virus di lokasi lain, ujar dia.Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga Sovie Harjanti menyebutkan, di Kota Salatiga, hingga September 2012, ada 15 kasus DBD ditemukan. Angka kasus terus turun sejak 2010 yang mencapai 155 kasus. Tahun 2012, wilayah endemis DBD yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu Kelurahan Sidorejo Lor dan Kelurahan Blotongan, tidak lagi ditemukan kejadian DBD.Namun, saya belum dapat menyimpulkan menurunnya angka kasus ini karena uji coba tersebut atau faktor lain. Sebab, cuaca juga mendukung, saat ini musim kemarau lebih panjang, kata Sovie.

Dikaji lamaDirektur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Winarno mengungkapkan, pihaknya masih akan mengkaji metode TSM untuk dimasukkan dalam kebijakan. Kami perlu berhitung juga, seberapa besar biayanya, dikalikan siklus berapa kali pelepasan harus dilakukan dalam satu tahun, di wilayah mana saja, perlu nyamuk berapa banyak, ujarnya. Tahun 2008, pengkajian ini sebenarnya sudah dimulai.Ia mengatakan, TSM kemungkinan akan menjadi salah satu alternatif penanggulangan DBD. Sebab, selama ini, program pemberantasan sarang nyamuk serta pengasapan masih banyak memiliki kelemahan. Penanggulangan DBD akan lebih optimal jika disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan masyarakat setempat.Secara nasional, angka kasus DBD ditargetkan maksimal apabila mencapai angka 55 kejadian per 100.000 jiwa pada tahun 2014. Winarno optimistis target itu tercapai karena mulai tahun 2011 dan 2012, kasus DBD rata-rata menurun.Apa pun hasilnya, TSM merupakan cara lain pemanfaatan teknologi nuklir, selain untuk pembangkit listrik yang hingga kini diliputi pro-kontra.Sumber:http://sains.kompas.com/read/2012/10/04/08250166/Nyamuk.Mandul.Memberantas.DBDKomentar:Pada prinsipnya saya mendukung upaya apapun demi kesehatan umat manusia, tapi ada prinsip lain yang lebih mendasar ; " Alam merupakan Induk sekaligus wadah bagi eksplorasi Ilmu Pengetahuan itu sendiri, jd seyogyanya tetap berorientasi kepada keseimbangan alam itu sendiri."

Atasi Hama Tikus, 50 Burung Hantu Disebar di SlemanYOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menghadapi hama tikus yang saat ini merebak, Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman mendatangkan burung hantu dari luar daerah. Ada sekitar 170 hektar lahan padi yang saat ini terserang hama tikus. Kejadian tersebut ditemukan di Kecamatan Minggir, Kecamatan Moyudan, Kecamatan Godean dan Kecamatan Seyegan. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sleman Edi Sri Harmanto mengatakan, selain penyemprotan, upaya membasmi hama tikus juga dilakukan dengan mendatangkan hewan predator yakni burung hantu. "Tahun 2006 lalu, kita datangkan dari Kendal. Kemudian belum lama ini dari Demak.Total di Sleman saat ini ada sekitar 50 ekor," kata Edi, Senin (4/3/2013). Edi menambahkan, 50 ekor burung hantu tersebut tersebar di beberapa kecamatan antara lain di Moyudan dan Seyegan. Pembudidayaanya diserahkan sepenuhnya kepada setiap kelompok tani. "Setiap kelompok tani di kecamatan sudah memiliki kandang, beberapa di antaranya malah sudah memulai membudidayakan hanya saja jumlahnya masih sedikit," sambung Edi.

Gambar8. Burung HantuDiharapkan dengan pembudidayaan salah satu predator tikus itu, maka hama yang sampai saat ini sangat meresahkan petani di Sleman dapat teratasi. "Beberapa petani di kecamatan Minggir, Moyudan, Godean dan Seyegan bahkan harus gagal panen akibat serangan tikus," ungkapnya. Sementara itu, salah satu petani di Dusun Barepan Sumberahayu Moyudan Sleman, Untung Suroso menegaskan, daerahnya merupakan endemik tikus. Hama tersebut sudah bertahun-tahun menyerang sekitar 52 hektar lahan. "Rata-rata umur padi yang dimakan berusia 50 hari. Dan petani harus menanam kembali," kata Untung.Di wilayahnya sekarang jumlah burung hantu, ada sekitar enam ekor dan baru dirintis untuk pembudidayaanya. "Sebagian besar masih liar karena kandang budidaya belum sepenuhnya jadi," ujarnya.Sumber: http://regional.kompas.com/read/2013/03/04/16314545/Atasi.Hama.Tikus.50.Burung.Hantu.Disebar.di.SlemanKomentar:Menurut saya cara ini kurang efektif dikarenakan terbatasnya jumlah burung hantu dan budidayanya yang sulit. Lagipula, dengan lahan yang luasnya mencapai 170 hektar dan dengan perkembangbiakan tikus yang cepat, mustahil untuk memberantas hama tikus tersebut.

7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Keselamatan Kerja Masih Diabaikan

Gambar9. Septic Tank Biologis

JAKARTA, KOMPAS.com Anggota Komisi Ketenagakerjaan DPR, Zuber Safawi, berpendapat, pengawasan terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di sejumlah perusahaan masih sangat lemah, terutama pada proyek konstruksi yang menggunakan jasa pekerja kasar.

"Kami sangat prihatin fungsi pengawasan SMK3 tak berfungsi. Akibatnya, korban nyawa berjatuhan," kata Zuber di Jakarta, Rabu (13/2/2013). Zuber merujuk pada kasus tewasnya lima pekerja proyek gedung Manhattan di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa.

Kelimanya tewas akibat masuk ke dalam lubang tangki septik (septic tank) yang sedang dibuat. Padahal, belum lama berselang, yakni Januari lalu, tiga pekerja tewas akibat tertimpa crane di proyek apartemen Green Lake View, Ciputat.

Zuber menilai terjadinya kecelakaan kerja tersebut merupakan kesalahan manusia, bukan semata musibah.

Dia mensinyalir adanya persyaratan SMK3 yang tidak sesuai prosedur. "Pada prinsipnya human error bisa dicegah, yaitu dengan pengawasan dan kualifikasi SMK3 yang diperketat dan tugas pengawasan ini ada di pemerintah, baik pusat maupun dinas," ujarnya.

Dia menyinggung kurangnya jumlah petugas pengawas ketenagakerjaan yang tersedia. Mengutip data dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Zuber menyebutkan, jumlah petugas pengawas ketenagakerjaan sekitar 2.300, sedangkan perusahaan yang harus diawasi mencapai 220.000 atau rasionya hanya 1:110.

"Berdasarkan rasio ini saja tak mungkin dapat dilaksanakan sistem pengawasan. Pemerintah telah gagal mewujudkan keselamatan pekerja," katanya.

Idealnya satu pengawas mengawasi 5 perusahaan per bulan. Di samping kecelakaan kerja, pelanggaran hak-hak pekerja juga marak dilakukan pengelola jasa pekerja. Banyak di antaranya tak melengkapi para buruh mereka dengan asuransi.

"Terkesan para buruh konstruksi ini dilarang sakit. Apabila celaka pun risikonya ditanggung sendiri," ungkap Zuber. Legislator dari PKS ini juga menyayangkan kecenderungan pemerintah yang kerap mengabaikan masalah tersebut. "Kita tidak bisa cuma berharap semua perusahaan taat prosedur. Kalau begitu negara tak perlu hadir, cukup autopilot saja sistemnya."

Angka kecelakaan kerja di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Menurut data Organisasi Buruh Sedunia (ILO), angka kecelakaan kerja rata-rata per tahun di Indonesia mencapai 99.000 kasus dan 20 di antaranya termasuk fatal karena menyebabkan korban tewas atau cacat seumur hidup.

Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2013/02/13/13004337/.Sistem.Keselamatan.Kerja.Masih.Diabaikan

Komentar:Keselamatan pekerja tetaplah menjadi nomor 1. Para pekerja kasar di proyek mestinya di beri semacam penjelasan tentang keselamatan kerja dan jam kerja mesti ditinjau ulang, menurut sayakecelakaan-kecelakaanitu kemungkinan ada faktor kelelahan untuk mengejar uang lembur, entah itu kewajiban dari pemilik proyek atau dari pekerja itu sendiri. Dilakukan juga pengecekan terhadap kelayakan alat-alat kerja.

8. Pengelolaan Sampah

. Pengelolaan Sampah di LPA Benowo Surabaya akan DievaluasiSenin, 23/09/2013 19:33 WIBNorma Anggara detikNews

Surabaya - Pengelolaan sampah di Lokasi Pembuangan Sampah (LPA) Benowo Surabaya yang melibatkan swasta dipertanyakan dewan. Walikota Tri Rismaharini mengaku akan melakukan evaluasi.Alumni ITS Ini menjelaskan, sejak awal pemkot menggandeng tim karena pemkot memang tidak memiliki pengalaman dalam pengelolaan sampah. Untuk itu, pemerintah melakukan Joint Operation (JO) dalam pengelolaan sampah di Benowo.Tim yang dibentuk Pemkot Surabaya tersebut berasal dari beberapa elemen. Yakni dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementrian Dalam Negeri, kalangan akademisi seperti dari Teknik Lingkungan ITS, pakar ekonomi dan hukum.Tim inilah yang mengurusi persoalan teknis seperti penentuan pemenang tender, juga penentuan harga pengelolaan.Saat ditanya detail terkait angka-angka (harga) yang keluar-masuk dalam tender tersebut, Risma mengaku tak tahu-menahu. "Saya nggak tahu angka-angka itu dari mana, saya kan sudah memercayakan ke tim. Ya nanti akan dievaluasi," tutur Risma."Kalau ada pertanyaan soal teknis, tanya ke tim ahli kenapa keluar angka itu, karena yang mengeluarkan ya mereka. Ada professor-profesor di situ. Kalau nggak percaya mereka, terus harus percaya ke siapa lagi. Ini sampai sekarang saya ndak tahu pesertanya, yang penting bagi saya itu hasilnya," kata Risma lagi.Risma menyebut, dirinya mempercayakan sepenuhnya pengelolaan sampah kepada tim tersebut. Risma sama sekali tidak ingin volume sampah di Surabaya tak terbe"Ndak gampang mengelola TPA karena yang dibawa itu sampah. Persoalannya, siapa yang mau ditempati sampah?" pungkas Risma.Sebelumnya, DPRD Surabaya pertanyakan kenaikan anggaran pengelolaan sampah LPA Benowo yang dipegang PT Sumber Organik (SO) dari Rp 52 Miliar pada 2013 menjadi Rp 62 Miliar untuk tahun 2014.Selain tidak adanya penjelasan resmi teknis dari pemkot, pimpinan dewan secara tiba-tiba memasukkan agenda nota kesepakatan antara walikota dengan DPRD soal proyek tahun jamak (multiyears) di rapat paripurna yang akhirnya berujung hujan interupsi.ndung.Sumber: http://m.detik.com/news/read/2013/09/23/193324/2367186/475/pengelolaan-sampah-di-lpa-benowo-surabaya-akan-dievaluasi; Diunduh pada 9 Januari 2014 15.20

19