tugas ikm tetanus dr maria

27
Usulan Program RENCANA PROGRAM PENANGULANGAN TETANUS NEONATORUM DI KECAMATAN MELATI Disusun oleh : Ahmad Hifni (040531000117) Meike Anggreny (04053100008) Siti Sarahdeaz Fazzaura Putri (04061001077) Mutiara (54061001001) Sisi Artayasuinda (54061001030) Pembimbing: dr. Hj. Mariatul Fadilah, MARS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/

Upload: sisi-artayasuinda

Post on 23-Jun-2015

571 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

Usulan Program

RENCANA PROGRAM PENANGULANGAN

TETANUS NEONATORUM DI KECAMATAN

MELATI

Disusun oleh :

Ahmad Hifni (040531000117)Meike Anggreny (04053100008)

Siti Sarahdeaz Fazzaura Putri (04061001077)Mutiara (54061001001)

Sisi Artayasuinda (54061001030)

Pembimbing:

dr. Hj. Mariatul Fadilah, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

2010

Page 2: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan

rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Rencana

Program Penangulangan Tetanus Neonatorum di Kecamatan Melati” dengan

baik. Makalah ini berisi tentang ringkasan perencanaan program pelayanan

kesehatan untuk tetanus neonatorum.

Beberapa sumber yang dihimpun penulis dalam membuat makalah ini

berasal dari buku dan artikel kedokteran.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing makalah yakni dr.

Hj. Mariatul Fadilah, MARS yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan proposal ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-

teman yang telah mendukung penulisan proposal ini.

Akhir kata, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sarana informasi dalam

kemajuan dan perkembangan ilmu di bidang kedokteran.

Palembang, September 2010

Penulis

ii

Page 3: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4

1.2 Deskripsi Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan.......................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6

BAB III PEMECAHAN MASALAH…………………………………………..12

3.1 Deskripsi Soisal. .………………………………………………………12

3.2 Pemecahan Masalah……………………………………………………14

BAB IV PENUTUP...............................................................................................17

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………...17

4.2 Saran……………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii

Page 4: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tetanus neonatorum merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana

masih terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.

Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi, akan tetapi angka kejadiannya masih

tetap tinggi dengan angka kematian yang tinggi pula. Di negara maju, kasus

tetanus jarang ditemui. Karena penyakit ini terkait erat dengan masalah sanitasi

dan kebersihan selama proses kelahiran. Kasus tetanus memang banyak dijumpai

di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan

rendah.

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin

yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang

periodik dan berat.. Berdasarkan teori Bloom, maka tetanus dapat disebakan oleh

empat faktor yaitu faktor perilaku, faktor biologis, faktor lingkungan dan faktor

pelayanan kesehatan.

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila di

bandingkan dengan negara-negara Asean. Sekitar 40 % kematian bayi terjadi pada

saat neonatal (bulan pertama kehidupan bayi). Tetanus neonatorum masih

merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal di Indonesia. Dari

126.000 kematian neonatal, sekitar 50.000 diantaranya meninggal karena tetanus

neonatorum.

Besarnya angka kematian akibat tetanus neonatorum di Indonesia ini

mendesak kita untuk segera menentukan program yang dapat dilakukan untuk

menekan angka kematian tetanus neonatorum sehingga dapat menekan beban

terhadap kesejahteraan masyarakat.

4

Page 5: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

I.2 Deskripsi Masalah

Menurut teori Blum, terdapat empat faktor yang mempengaruhi kejadian

suatu penyakit dalam masyarakat, perilaku, lingkungan, biologis, dan pelayanan

kesehatan.

Dalam kejadian tetanus neonatorum, faktor-faktor tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

1. Faktor perilaku: perilaku dari dukun beranak dan bidan dalam penggunaan

alat penolong kelahiran yang tidak steril dan penggunaan bahan yang

mengandung tepung /abu untuk perawatan tali pusat.

2. Faktor lingkungan: letak puskesmas yang jauh dari daerah permukiman

dan sarana tranportasi yang tidak memadai.

3. Faktor biologis: infeksi oleh bakteri.

4. Faktor layanan kesehatan: kurangnya penyuluhan dari petugas kesehatan

mengenai bahaya tetanus neonatorum dan pentingnya imunisasi tetanus.

1.3 Tujuan

Tujuan umum

Untuk mengurangi angka kejadian tetanus neonatorum di masyarakat.

Tujuan khusus

1. Untuk mengurangi angka kejadian tetanus neonatorum melalui intervensi

pada faktor perilaku

2. Untuk mengurangi angka kejadian tetanus neonatorum melalui intervensi

pada faktor biologis

3. Untuk mengurangi angka kejadian tetanus neonatorum melalui intervensi

pada faktor lingkungan

4. Untuk mengurangi angka kejadian tetanus neonatorum melalui intervensi

pada faktor layanan kesehatan

5

Page 6: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi Tetanus

Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan

meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh

tetanospasmin, suatu protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium

tetani..

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan sering fatal yang

disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang menghasilkan

tetanospasmin neurotoksin, biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka

tusuk yang terkontaminasi (seperti oleh jarum logam, splinter kayu, atau

gigitan serangga).

B. Etiologi Tetanus

Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif. Cloastridium tetani

Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa

pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja

binatang tersebut. Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang,

ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk

golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Dalam kondisi anaerobik

yang dijumpai pada jaringan nekrotik dan terinfeksi, basil tetanus

mensekresi dua macam toksin : tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin

mampu secara local merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi

sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan

multiplikasi bakteri. Tetanospasmin akan menyebabkan kejang otot dan

saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650 C

akan hancur dalam lima menit.

6

Page 7: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

C. Pathogenesis Tetanus

Tetanus dapat terjadi apabila tubuh terkena luka dan luka tersebut

kemudian terkontaminasi oleh spora dari Clostridium tetani. Luka dengan

potensi oksidasi reduksi rendah membantu perkembangan spora menjadi

bentuk vegetatif dan mampu memproduksi toksin. Toksin ini

menyebabkan jaringan mati, ditambah dengan adanya benda asing

menyebabkan infeksi aktif. Clostridium tetani tidak mencetuskan

peradangan (port de’entrée terabaikan). Toksin terikat terminal neuron

motorik perifer menyebabkan masuknya akson menuju sel body batang

otak sampai pada medulla spinalis. Toksin melintasi sinaps menuju

terminal presinaps, memblok pelepasan neurotransmitter inhibitor: Glisin

& Gama Aminobutyric Acid (GABA). Terhambatnya inhibisi

menyebabkan rigiditas sehingga refleksnya terhambat dan spasme

meningkat. Bila neuron preganglionik simpatik terkena dapat

menyebabkan hiperaktivitas simpatik.

D. Klasifikasi tetanus

1. Tetanus Generalisata

Tetanus Generalisata merupakan bentuk paling umum dari tetanus

yang ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiperrefleksi, yang

mengakibatkan trismus (rahang terkunci), spasme glotis, spasme otot

umum, opistotonus, spasme respiratoris, serangan kejang dan paralisis.

(Dorland, 2002)

2. Tetanus Lokal

Tetanus lokal termasuk jenis tetanus yang ringan dengan kedutan

(twitching) otot lokal dan spasme kelompok otot didekat lokasi cidera,

atau dapat memburuk menjadi bentuk umum (generalisata). (Dorland,

2002)

3. Tetanus Sefalik

Tetanus sefalik merupakan bentuk yang jarang dari tetanus lokal,

yang terjadi setelah trauma kepala atau infeksi telinga. Masa

7

Page 8: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

inkubasinya 1-2 hari. Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau lebih

saraf kranial, yang tersering adalah saraf ke-7. Dysphagia dan paralisis

otot ekstraokular dapat terjadi. Mortalitasnya tinggi. (Aru W, 2004)

4. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah suatu bentuk tetanus infeksius yang

berat dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir, disebabkan

oleh faktor-faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusat yang tidak

higienis atau pada sirkulasi bayi laki-laki dan kekurangan imunisasi

maternal.

E. Gejala dan Tanda Tetanus

Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih

lama 3 atau beberapa minggu). Karakteristik tetanus :

1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5

-7 hari.

2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya

3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.

4. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari

leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus,

lockjaw ) karena spasme otot masetter.

5. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity ).

6. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis

tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan

kuat .

7. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,

tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya

kesadaran tetap baik.

8

Page 9: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

F. Klasifikasi Tingkat Keparahan Tetanus

1. Derajat I (ringan)

Trismus ringan sampai sedang, spastisitas generalisata, tanpa

gangguan pernapasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.

2. Derajat II (sedang)

Trismus sedang, rigiditas yang Nampak jelas, spasme singkat ringan

sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi

pernafasan lebih dari 30, disfagia ringan.

3. Derajat III (berat)

Trismus berat, spastisitas generalisata, spasme reflex berkepanjangan,

frekuensi pernapasan lebih dari 40, serangan apnea, disfagia berat dan

takikardia lebih dari 120.

4. Derajad (IV) sangat berat

Derajat 3 dengan gangguan otonomik berat melibatkan system

kadiovaskular. Hipertensi berat takikardia terjadi berselingan dengan

hipotensi dan bradikardia,salah satunya dapat menetap.

G. Pemeriksaan Penunjang Pada Tetanus

Pemeriksaan penunjang penyakit tetanus meliputi :

1. Lab darah : tidak spesifik, mungkin leukositosis ringan, serum CK

agak meningkat.

2. Pada pemeriksaaan bakteriologik ditemukan clostridium tetani.

3. Rekam EMG : hilangnya periode diam pada 50-100 ms setelah

kontraksi reflek.

H. Diagnosis Tetanus

Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien

sewaktu istirahat, berupa:

1. Gejala klinik : Kejang tetanik, trismus, dysphagia, risus sardonicus

( sardonic smile ).

9

Page 10: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah

dilupakan.

3. Kultur: C. tetani (+).

4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.

I. Diagnosis Banding Tetanus

1. Spasme yang disebabkan oleh strikinin jarang menyebabkan spasme

otot rahang. Tetanus didiagnosis dengan pemeriksaan darah (kalsium

dan fosfat).

2. Kejang pada meningitis dapat dibedakan dengan kelainan cairan

cerebrospinalis.

3. Pada rabies terdapat anamnesis gigitan anjing atau kucing disertai

gejala spasme laring dan faring yang terus menerus dengan pleiositosis

tetapi tanpa trismus.

4. Trismus dapat pula terjadi pada angina yang berat, abses retrofaringeal,

abses pada gigi yang hebat, pembesaran kelenjar getah bening leher.

5. Kuduk kaku juga dapat terjadi pada meningitis (pada tetanus kesadaran

tidak menurun), mastoiditis pneumonia lobaris atas miositis leher,

spondilitis leher.

J. Prognosis Tetanus

Dipengaruhi oleh beberapa factor dan akan buruk pada masa tunas

yang pendek (kurang dari 7 hari), usia yang sangat mudah (neunatus) dan

usia lanjut, bila disertai frekuensi kejang yang tinggi, kenaikan suhu tubuh

yang tinggi, pengobatan yang terlambat, period of onsed yang pendek

(jarak antara trismus dan timbulnya kejang) dan adanya kompikasi

terutama spame otot pernafasan dan obstruksi saluran pernafasan.

K. Pengobatan Tetanus

a. Secara Umum

1. Merawat dan memebersihkan luka sebaik-baiknya.

10

Page 11: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

2. Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan bila

trismus makanan diberi pada sonde parenteral.

3. Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar.

4. Oksigen pernafasan butan dan trakeotomi bila perlu.

5. Mengatur cairan dan elektrolit.

b. Obat-obatan

1. Antitoksin

Antitoksin 20.000 iu/1.m/5 hari. Pemberian baru dilaksanakan

setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.

2. Anti kejang/Antikonvulsan

Fenobarbital (luminal) 3 x 100 mg/1.M. untuk anak diberikan

mula-mula 60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6 x 30 mg hari

(max. 200 mg/hari).

Klorpromasin 3 x 25 mg/1.M/hari untuk anak-anak mula-mula

4-6 mg/kg BB.

Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.

3. Antibiotik

Penisilin prokain 1, juta 1.u/hari atau tetrasiflin 1 gr/hari/1.V

Dapat memusnakan oleh tetani tetapi tidak mempengaruhi proses

neurologiknya.

L. Pencegahan

1. Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan sebagai dapat pada

usia 3,4 dan 5 bulan. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya

tiap 2-3 tahun.

2. Bila mendapat luka :

- Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di eksplorasi dan dicuci

dengan H2O2.

- Pemberian ATS 1500 iu secepatnya.

11

Page 12: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

- Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi

dasar.

BAB III

PEMECAHAN MASALAH

III.1 Deskripsi Sosial

Wilayah Kecamatan Melati yang terdapat pada Kabupaten Bunga Provinsi

Sumatera Selatan meliputi areal seluas 5.000 km2. Secara administratif terdiri atas

4 desa yaitu: Desa Sukabangun seluas 2.000 km2, Desa Sukakerja dan Desa

Sukatani masing-masing seluas 750 km2 serta Desa Sukaria seluas 1.500 km2.

Jumlah penduduk mencapai 6.000 jiwa yang tersebar merata di 4 Desa.

Kecamatan Melati ini terletak di lereng bukit yang dikelilingi oleh hutan karet

yang merupakan sumber pendapatan masyarakat di kecamatan tersebut. Desa-desa

di kecamatan ini dikelilingi anak sungai yang tidak terpelihara dan menjadi

sumber penghidupan penduduknya. Penduduk desa ini rata-rata menggunakan

sumur sebagai sumber air rumah tangga.

Distribusi penduduk di Kecamatan Melati berdasarkan usia yang terbanyak

berada pada kelompok 20-40 tahun (40%), sedangkan kelompok usia <20 tahun

dan >40 tahun masing-masing 30%.

Gambar 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

Pekerjaan penduduk di Kecamatan Melati terbanyak adalah sebagai petani karet

(60%). Kemudian berturut-turut tidak bekerja (5%), pedagang dan buruh (15%),

12

Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

30%

40%

30%

<20 tahun

20-40 tahun

>40 tahun

Page 13: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

PNS(10%), dan guru (10%). Hal ini berpengaruh pada pendapatan perkapita yang di

bawah rata-rata dan keadaan sosio ekonomi yang rendah.

Gambar 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Kondisi perumahan penduduk kebanyakan berupa bedeng dengan sanitasi kurang

baik. Dalam keseharian warga menggunakan air sungai dan air sumur untuk memenuhi

kebutuhannya, baik untuk air minum, memasak, maupun kebutuhan MCK. Dalam bidang

penerangan daerah ini belum terdapat fasilitas listrik.

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di daerah ini hanya terdapat sebuah

puskesmas, selain itu banyak terdapat praktek dukun beranak. Namun bidang kesehatan

masih memerlukan peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya setelah diteliti

tingginya angka kejadian tetanus neonaotorum yakni 200 kasus pertahun. Sebagian

besar kejadian tetanus neonatorum terjadi pada ibu hamil di wilayah ini yang

melahirkan dengan dukun beranak. Terdapat juga kaitan antara tetanus neonatorum

dengan sterilitas dari alat kesehatan yang di gunakan. Kebiasaan masyarakat yang

memberikan tepung pada tali plasenta setelah melahirkan juga meningkatkan angka

kejadian tetanus neonaorum di kecamatan Melati.

Upaya untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat daerah akan

dilanjutkan. Sejalan dengan itu peningkatan penyuluhan dan penyediaan berbagai

fasilitas pelayanan masyarakat, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun di bidang

13

Page 14: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

sosial lainnya, diusahakan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Mutu

pendidikan dan keterampilan penduduk ditingkatkan melalui berbagai kegiatan pelatihan

dan peningkatan pendidikan formal yang diarahkan untuk meningkatkan tingkat

pengetahuan dan kesejahteraan di wilayah ini sehingga tingkat kesehatan meningkat.

III.2 PEMECAHAN MASALAH

Dalam rangka mencapai tujuan yang digariskan dalam program ini, tiga

program akan dijalankan. Program-program ini adalah edukasi bagi masyarakat,

pelatihan bagi para tenaga kesehatan, para kader dan dukun beranak, serta

penyediaan vaksin imunisasi.

III.2.1 Edukasi bagi masyarakat

Masalah-masalah yang ada pada masyarakat sebagian besar dapat diatasi

bila masalah yang ada pada faktor lingkungan dan perilaku dapat diatasi. Untuk

mencapai tujuan ini, maka masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan mengenai

perilaku yang tepat untuk mencegah tetanus neonatorum.

Program edukasi bagi masyarakat akan diarahkan untuk menyampaikan hal-hal

berikut:

1. Pengetahuan masyarakat mengenai tetanus neonatorum

2. Imunisasi TT pada wanita usia subur.

3. Melakukan pemeriksaan berkala pada masa kehamilan.

4. Imunisasi TT pada wanita hamil.

5. Perawatan tali pusat.

6. Imunisasi DPT pada bayi.

Program ini akan dijalankan secara bertahap, yaitu dimulai dari

penggalangan kerja sama dengan pihak pemerintahan, yaitu camat setempat, dan

dengan para kader, yang diharapkan akan memicu untuk mengaktivasi posyandu.

Setelah camat dan para kader mendapat informasi mengenai program ini, jadwal

edukasi disusun dengan panduan sebagai berikut:

1. Sosialisasi program kepada masyarakat.

14

Page 15: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

2. Survey awal untuk mengetahui baseline perilaku serta pengetahuan

masyarakat.

3. Edukasi tahap pertama yang melibatkan penyampaian hal-hal yang telah

digariskan di atas.

4. Survey pasca edukasi tahap pertama yang dilakukan setelah periode 3

bulan untuk menilai perubahan perilaku serta tingkat pengetahuan

masyarakat.

5. Edukasi tahap kedua jika survey pasca edukasi tahap pertama

mengungkapkan ketiadaan atau kurangnya perbaikan perilaku maupun

pengetahuan; edukasi dapat disesuaikan dengan pencapaian menurut hasil

survey pasca edukasi tahap pertama.

6. Survey pasca edukasi tahap kedua yang dilakukan 3 bulan setelah edukasi

tahap kedua.

7. Hasil survey tahap kedua dapat digunakan untuk menyusun program

lanjutan di masa depan.

Edukasi pada masyarakat dilakukan sebagai suatu edukasi berkelanjutan,

dengan penggunaan posyandu serta puskesmas untuk menyampaikan informasi.

Program ini dilakukan tanpa mengganggu program penyuluhan puskesmas.

III.2.2 Pelatihan kepada tenaga kesehatan dan dukun beranak

Tenaga kesehatan dan dukun beranak dapat membantu mengatasi masalah

yang timbul dari kejadian tetanus neonatorum, termasuk membantu dalam

pencegahan kematian dan kecacatan akibat tetanus neonatorum dalam edukasi

masyarakat. Maka, tenaga kesehatan dan dukun beranak perlu dibekali dengan

pengetahuan yang memadai untuk mengenali serta mengatasi tetanus neonatorum

Memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan

mengenai:

1. Sterilisasi peralatan dalam membantu persalinan

2. Penggunaan antiseptik pada tali pusat

3. Perawatan tali pusat

4. Pentingnya imunisasi bagi wanita usia subur, wanita hamil dan balita

15

Page 16: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

Selain itu, harus juga diberikan pengetahuan dan pelatihan kepada dukun

beranak mengenai:

1. Penggunaan alat bantu persalinan

2. Sterilisasi peralatan persalinan

3. Pemotongan tali pusat

4. Penggunaan antiseptik pada tali pusat

5. Perawatan tali pusat

Pelatihan dilakukan secara berulang setiap 3 bulan untuk memastikan

bahwa para tenaga kesehatan dan para dukun beranak tetap memiliki pengetahuan

yang cukup untuk mengatasi tetanus neonatorum.

III.2.3 Penyediaan Imunisasi vaksin tetanus pada wanita usia subur, ibu

hamil dan balita

Tetanus neonatorum bisa dicegah sampai ditekan sekecilnya-kecilnya,

dengan melakukan persalinan yang bersih dan aman, juga dengan melakukan

imunisasi bagi wanita usia subur (WUS), bayi dan anak-anak. Oleh karena itu,

perlu dilakukan suatu program imunisasi vaksin tetanus untuk menekan angka

kejadian tetanus neonatorum yang meliputi suatu perencanaan untuk menentukan

jumlah sasaran, menentukan target cakupan, dan perencanaan kebutuhan vaksin.

Pada dasarnya perhitungan kebutuhan jumlah dosis vaksin berasal dari unit

pelayanan imunisasi (Puskesmas).Cara perhitungan berdasarkan:

a. Jumlah sasaran imunisasi.

b. Target cakupan yang diharapkan untuk setiap jenis imunisasi.

c. Index pemakaian vaksin tahun lalu.

Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.

Kompilasi dilakukan oleh kabupaten ditambah dengan kebutuhan vaksin dari

RSU Pemerintah/RS swasta, RB dan lain-lain di tingkat kabupaten. Demikian

pula provinsi harus mengkompilasi kebutuhan vaksin kab/kota yang ada di

wilayahnya ditambah kebutuhan vaksin bagi RSU dan RS swasta tingkat provinsi.

Selanjutnya angka kebutuhan per kabupaten/kota ini dikirimkan oleh provinsi ke

pusat untuk proses penyediaan vaksin imunisasi

16

Page 17: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

1. Tetanus neonatorum merupakan penyakit yang sering ditemukan,

dimana masih terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas

menengah ke bawah.

2. Kejadian tetanus neonatorum dipengaruhi oleh berbagai faktor, sesuai

teori Blum, faktor-faktor ini adalah faktor perilaku, lingkungan,

biologis, dan layanan kesehatan. Intervensi terhadap faktor-faktor ini

diharapkan dapat menekan angka kejadian tetanus neonatorum.

3. Intervensi yang direncanakan dalam tulisan ini melibatkan tiga

program, edukasi berkelanjutan bagi masyarakat, edukasi tenaga

kesehatan dan dukun beranak, serta penyediaan vaksin imunisasi pada

wanita usia subur, ibu hamil dan balita.

V. Saran

Pada makalah ini, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi angka

kejadian tetanus neonatorum, yaitu faktor prilaku dan faktor layanan kesehatan..

Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadian tetanus neonatorum perlu

dilakukan edukasi pada masyarakat mengenai tetanus neonatorum, edukasi tenaga

kesehatan dan dukun beranak mengenai cara persalinan yang benar untuk

mencegah tetanus neonatorum serta dilakukan penyediaan vaksin TT bagi wanita

usia subur dan ibu hamil serta vaksin DPT bagi balita.

17

Page 18: Tugas IKM Tetanus Dr Maria

DAFTAR PUSTAKA

1. Ningsih, S., and Witarti, N., 2007. Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus.

Available from : www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-joiq163.doc.

Accested : Oct 16, 2007.

2. Lubis, U. N., 2004. Tetanus Lokal pada Anak. Available from :

www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15. Accested : Oct 16, 2007.

3. Ismoedijanto, and Darmowandowo, W., 2006. Tetanus. Available from :

www.pediatrik.com. Accested : Oct 16, 2007.

4. Silalahi, L., 2004. Tetanus. Available from : www.tempointeraktif.com.

Accested : Oct 16, 2007.

5. Tami, 2005. Tetanus, Infeksi yang Mematikan. Available from :

www.jilbab.or.id/content/view/456/36/. Accested : Oct 16, 2007.

6. Suraatmaja, S., and Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana. Denpasar.

18