tugas 2 baru
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas
ekspor yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau
terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil,
Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi
tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran
produksi tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah
Amerika Latin dan Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha
perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha
perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di
Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa
swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula,
karet dan lain sebagainya.
Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah menembus
pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas terbaik. Pada
saat sekarang ini lokasi perkebunan tembakau di Indonesia terdapat salah satunya
di Kebun Klumpang, Deli Serdang.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui segala hal mengenai
Agribisnis tanaman perkebunan tembakau yang menajdi salah satu komoditas
perkebunan utama Indonesia.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Tembakau
Tembakau adalah produk tanaman yang diproses dari daun genus Nicotiana.
Tembakau terutama digunakan sebagai bahan baku rokok, serta berpotensi
digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan
sebagai obat, khususnya di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara
memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang,
menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan.
Setelah Perang Saudara di Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan
tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk ini dengan cepat
berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi persaingan
antara industri rokok dan obat pada pertengahan abad ke-20.
Gambar 1. Tanaman Tembakau
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi
oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai
250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila
syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun
mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga
berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan
kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah & Soedarmanto, 1982).
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Tembakau
Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman tembakau :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 2
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : solanaceae(suku terung-terungan)
Genus : nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum L. (http://disbun.jabarprov.go.id/)
2.1.2. Jenis Tembakau di Indonesia
Beragam jenis tembakau diproduksi di Indonesia, seperti tembakau
Virginia (atau Flue-cured), Burley, Rajangan, tembakau yang dikeringkan dengan
sinar matahari, tembakau yang dikeringkan dengan dianginkan, serta tembakau
untuk cerutu. Namun demikian, ada beberapa faktor khas Indonesia yang
membuat jenis tembakau di Indonesia sulit dikelompokkan ke dalam jenis
Virginia, Burley, atau Oriental. Tiap daerah penghasil tembakau di Indonesia
biasanya memproduksi daun tembakau yang khas, disebabkan oleh kondisi
maupun budaya setempat. Oleh karena itu, tembakau biasanya dinamakan
menurut daerah asal tumbuhnya, misalnya Temanggung, Garut, Boyolali dan
seterusnya.
Lebih dari 100 jenis tembakau dihasilkan di Indonesia. Dari 200 juta
kilogram tembakau yang diproduksi tiap tahunnya di Indonesia, 70% adalah jenis
Rajangan yang lazim digunakan untuk membuat rokok kretek. Berdasarkan
musim atau cuaca yang ada di Indonesia, tembakau dapat digolongkan menjadi
dua macam yaitu :
1. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim
kemarau kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.
2. Tembakau Voor-Oogst
Tembakau Voor-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim
penghujan kemudian dipanen atau dipetik pada musim kemarau.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 3
Tembakau jenis ini biasanya dinamakan sebagai tembakau musim
kemarau (onberegend).
Sedangkan berdasarkan karakteristik fisiknya, tembakau dapat dibedakan
menjadi :
1. Tembakau Krosok (Leaf Tobaco)
Diminati oleh pasar internasional sebagai bahan baku rokok putih. 80%
produksi tembakau krosok di Indonesia dipasarkan dalam bentuk setengah
jadi dan 20% produksi sebagai campuran bahan baku rokok kretek oleh
semua pabrik rokok di Indonesia. Berdasarkan pengeringannya yaitu flue
cured (tembakau virginia, yang dikembangkan di Lombok), air cured
(tembakau Burley, didaerah Lumajang), Sun Cured (tembakau oriental dan
native), sun air cured (tembakau kasturi, di daerah Karanganyar, Jember,
Lumajang), dan dark fire cured (tembakau boyolali).
2. Tembakau Rajangan (Slicing Tobacco)
Tembakau rajangan merupakan tembakau asli Indonesia yang banyak
dikembangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan
ukuranrajangannya, tembakau rajangan dapat dibedakan menjadi :
Fine Cut (rajangan halus), ukuran rajangan 0,5-2 mm, yaitu tembakau
rajangan Garut dan Tamanan Wringin.
Medium Cut (rajangan medium), ukuran rajangan 2-3 mm, yaitu
rajangan Madura, Blitar, Rembang, Temanggung, dan Ngawi.
Broad Cut (rajangan kasar), ukuran rajangan 3-4,5 mm, yaitu
Rajangan Paiton, Bondowoso, Ploso.(http://rishadicorp.blogspot.com/)
Selain berbagai jenis tembakau yang telah disebutkan terdapat beberapa
jenis tembakau lain yang ada di Indonesia diantaranya yaitu tembakau
payakumbuh, mole, mranggen, weleri, virginia rajangan, madura, paiton, kalituri,
selopuro, kasturi rajangan, soppeng, sinjai, ampenan dan tembakau rajangan
sumba. (Hartono, Joko, 2013)
2.1.3. Syarat Tumbuh
1. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering
ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 4
lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman dan juga berpengaruh
terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan
berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau
dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk
tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun.
2. Lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan
waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30˚C.
3. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran
tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok
untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl.
(http://disbun.jabarprov.go.id)
2.1.4. Manfaat
Tembakau selain digunakan sebagai bahan pembuatan rokok, juga
memiliki banyak manfaat lainnya diantaranya:
1. Sebagai reaktor penghasil protein Growth Colony Stimulating Factor
(GCSF), suatu hormon yang sangat penting dalam menstimulasi produksi
darah.
2. Untuk melepaskan gigitan lintah
3. Sebagai obat herbal diabetes dan antibodi
4. Sebagai obat anti radang
5. Sebagai obat herbal HIV/AIDS
6. Untuk memelihara kesehatan ternak
7. Menghilangkan embun
8. Sebagai obat luka (http://disbun.jabarprov.go.id)
2.2 Budidaya Tembakau
2.2.1 Pembibitan
1. Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam.
2. Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 5
3. Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah
dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter
persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada
polybag.
4. Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi
Timur dan 60 cm sisi Barat.
5. Benih direndam dalam POC selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.
6. Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain
yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah
menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini
benih baru dapat disemaikan.
7. Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang
sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.
8. Semprot POC selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.
9. Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari
setelah semai.
Sumber : http://purwosari.gunungkidulkab.go.id/
Gambar 2. Pembibitan
2.2.2 Pengolahan Media Tanam
1. Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan
±1 minggu.
2. Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm
dengan arah membujur antara timur dan barat.
3. Lakukan pengapuran jika tanah masam.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 6
2.2.3 Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam sangat tergantung pada keadaan tanah dan jenis tembakau
yang ditanam. Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan
kedalaman 10-15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri
dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik
dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Maulidiana, 2008). Apabila diinginkan
daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm.
Terdapat perbedaan jarak dan pola tanam pada tembakau yang memiliki jenis
berbeda.
1. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya
dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud.
2. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x
90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan
jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.
3. Penanaman, untuk jenis tembakau musim kemarau (VO) ditanam antara
Maret-Juni, dan tembakau musim penghujan (NO) ditanaman antara
Agustus-September.
4. Untuk tembakau NO jarak tanamnya 90 x 45 cm dan tembakau NO jarak
tanamannya 90 -100 cm x 70 cm
2.2.4 Cara Penanaman
Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar. Waktu
tanam pada pagi hari atau sore hari.
2.2.5 Pemeliharaan Tanaman Tembakau
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut
dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.
2. Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap
3 minggu sekali.
3. Pemupukan
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 7
Dosis yang diberikan saat pemupukan tergantung jenis tanah dan varietas.
Tabel 1. Dosis Pemberian Pupuk
Waktu PemupukanDosisi Pupuk Makro (kg/ha)
Urea/ZA SP – 36 KCl
Saat Tanam - 300 -
Umur 7 HST 300 - 150
Umur 28 HST 300 - 150
TOTAL 600 300 300
Sumber : http://teknis-budidaya.blogspot.com/, 2007
Ket : HST = hari setelah tanam
Penyemprotan POC dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC (3-4
tutup) dicampur hormonik (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.
4. Pengairan Dan Penyiraman
Tembakau musim kemarau membutuhkan air secukupnya (sekitar 100
mm perbulan) selama pertumbuhannya (3 bulan), namun pada saat panen
tidak dikehendaki hujan sama sekali, agar dihasilkan mutu yang baik.
Tembakau musim penghujan membutuhkan air secukupnya (90 mm
perbulan) pada saat panen. Hal ini agar diperoleh mutu yang baik (daun
tipis, rata, lebar, elastis dan berwarna cerah). Peramalan iklim (saat tanam
dan panen) perlu dilakukan guna meminimalisir kegagalan penanaman.
Pada bibit tembakau, penyiraman dilakukan tiap hari (pagi dan sore)
sampai tanaman cukup kuat. Pengairan diberikan secukupnya pada tanaman.
Pada saat tembakau berumur 7-25 hari dilakukan penyiraman dengan
frekuensi 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari frekuensi penyiraman
4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan
sangat cepat oleh karea itu diperlukan penyiraman 5 liter per tanaman setiap
3 hari. Setela tanaman berumur 65 hari sampai panen, tidak diperlukan
penyiraman lagi kecuali cuaca sangat kering (Warintek, 2007).
5. Topping dan Wiwil
Topping adalah memotong batang pucuk bersama bunga diatasnya,
sedangakan wiwilan membuang tunas yang tumbuh pada ketiak daun.
Tujuan topping dan wiwil yaitu meningkatkan kualitas daun tembakau lebih
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 8
tebal, mempercepat ketuaan daun, dan meningkatkan produksi, dimana berat
daun perlembar semakin bertambah. Ada dua jenis topping yaitu light
topping dengan menyisakan daun tembakau sebanyak 16 lembar atau lebih,
deep topping dengan menyisakan daun tembakau sekitar 12 – 15 lembar
saja. Pemangkasan tembakau kasturi dilakukan setelah 10% dari bunga
pertamanya mekar atau pada saat umur tanaman 50 hari sampai 55 hari.
Pembuangan solang (tunas yang keluar pada ketiak daun) dilakukan 7 hari
sekali. (http://ndutludfy.blogspot.com/)
Sumber : http://ndutludfy.blogspot.com/
Gambar 3. Topping dan Wiwil
6. Pemangkasan
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali. Pangkas
pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga
2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak
beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian:
Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada
pagi/sore hari. Kita juga dapat menyemprotkan obat pengendali hama,
salah satunya kita dapat menggunakan Natural VITURA (produk PT.
Natural Nusantara).
b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang
terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian:
pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 9
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman
terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan
musnah telur / ulat, sanitasi kebun.
d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak
bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya
mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian obat seperti GLIO
(produk PT. Natural Nusantara) diawal tanam.
e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit
yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, bisa juga
menggunakan obat.
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes
portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni
(Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
2. Penyakit
a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani.
Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna
coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang
terserang dan bakar.
b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul
bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada
batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati.
Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar.
c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun
terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang
menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit,
renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih,
bongkar dan bakar tanaman terserang.
d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul
bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga
menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan
biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 10
e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan
lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh
massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang.
f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM),
Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun (Cucumber
Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut
dan dibakar.
Sumber :
Gambar 4. Tembakau yang terkena penyakit
2.2.7 Panen
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah
cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan
tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat
masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan.
Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak
sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan
tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan
diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk
pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat
dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai
tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 11
Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com
Gambar 5. Klasifikasi daun berdasarkan Posisinya
Tingkat kemasakan dan posisi daun yang dipetik mempunyai kaitan erat
dengan mutu tembakau rajangan yang dihasilkan. Sehingga untuk memperoleh
mutu yang baik perlu klasifikasi pemisahan mutu sejak pemetikan antara lain
jangan mencampur daun yang mempunyai unsur-unsur yang berperan besar
terhadap pembentukan mutu.
2.3 Pengolahan Tembakau
Proses pengolahan tembakau sebelumnya diawali dengan melakukan pemetikan
daun tembakau. Pemetikan dilakukan setelah berumur 65-70 HST. Pemetikan
daun harus dilakukan dengan benar dan tepat baik tepat waktu, cara dan kriteria
kematangan daun yang dipanaen. Produk tembakau yang utama diperdagangkan
adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk
bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam
perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber
penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan
lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok).1
1 Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia, (Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian)., hal. 2
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 12
Sumber: Kementrian Perindustrian
Gambar 6. Pohon Industri Berbasis Tembakau
Daun Tembakau
Daun tembakau merupakan bahan utama yang digunakan dalam
produksi,salah satunya yaitu rokok, namun daun tembakau juga bisa digunakan
sebagaibahan obat penjelasannya akan dijelaskan di bawah ini :
A. Rokok
Seperti penjelasan di atas daun tembakau merupakan bahan utama dalam
membuat rokok/cerutu. Rokok adalah silinder dari kertas berukuranpanjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah
satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung lain.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas
yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun
terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan
yang memperingatkan perokok akanbahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
dari merokok, misalnya kankerparu-paru atau serangan jantung (walapun pada
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 13
kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Di Indonesia rokok
terjadi kontroversial yaitu larangan merokok/fatwa haram merokok, namun
rokok/cerutu merupakan penghasil pajak terbesar, sehingga dapat membantu
perkembangan perekonomian di indonesia.
B. Obat
Tembakau tidak selalu berkonotasi negatif sebagai penyebab kanker, ternyata
tanaman tersebut dapat pula menghasilkan protein anti-kanker yang berguna bagi
penderita kanker, kata peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR Arief Budi Witarto MEng, demikian seperti
dikutip Antara. Dalam usulan risetnya itu Arief mencoba untuk memproduksi
protein penting “Growth Colony Stimulating Factor” (GCSF) dengan
menggunakan tanaman tembakau (Nicotiana spp., L.) lokal dari varietas yang
paling sesuai “genjah kenongo” dari 18 varietas lokal yang ditelitinya.
Tanaman tembakau ini tidak diambil daun tembakaunya untuk memproduksi
rokok tetapi dimanfaatkan sebagai reaktor penghasil protein GCSF, suatu hormon
yang menstimulasi produksi darah. Protein dibuatoleh DNA dari tubuh kita, kita
masukkan DNA yang dimaksud itu ke tembakau melalui bakteri, begitu masuk,
tumbuhan ini akan membuatprotein sesuai DNA yang dimasukkan. Kalau
tumbuhan itu panen, kitadapat cairannya berupa protein.
Selain untuk protein antikanker, GSCF, ujarnya, bisa juga untuk menstimulasi
perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan
jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak.
Tanaman tembakau mungkin digunakan untuk membuat vaksin kanker
tertentu bagi orang yang menderita jenis lymphoma2 kronis, demikian hasil satu
studi.
Obat tersebut, yang akan menyusun reaksi kekebalan pasien sendiri untuk
memerangi sel-sel tumor mereka sendiri, dibuat dengan menggunakan pendekatan
baru yang mengubah secara genetika tanamantembakau yang direkayasa menjadi
pabrik vaksin tertentu.
2 Lymphoma adalah sejenis kanker yang melibatkan sel-sel sistem kekebalan.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 14
Ini adalah pertama kali vaksin kanker dari tanaman telah diuji coba pada
manusia. Vaksin yang berasal dari tanaman memiliki sejumlah keunggulan.
Vaksin tersebut dapat dikembangkan jauh lebih cepat dan jauh lebih murah.
Vaksin itu tak berisi resiko infeksi seandainya sel-sel hewan tercemar.
Dan anti bodi yang dihasilkan juga dapat menimbulkan reaksi kekebalan
yang lebih kuat dibandingkan dengan yang dikembangkan pada sel-sel hewan.
C. Olahan mentah
Sebagian orang daun tembakau tidak hanya diproduksi sebagai bahan rokok
atau obat anti-kanker saja, namun dapat juga diolah sebagai bahan pembuat
pestisida. Senyawa yang dikandung dalam daun tembakau adalah nikotin.Ternyata
nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk
racun serangga. Daun tembakau kering mengandung 2– 8 % nikotin. Nikotin
merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun
kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali
jamur (fungisida).
Batang Tembakau
Tembakau umumnya dikenal sebagai bahan baku rokok. Belum banyak
yang mengetahui bahwa batang tembakau dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
dan bahan kompos. Padahal limbah batang tembakau setelah panen cukup
melimpah. Kelompok Tani Punik Mitra di desa Suralaga, Lombok Timur
berinisiatif memanfaatkan limbah tersebut untuk mengatasi hama yang menyerang
tanaman sayuran.
Dengan bimbingan BPTP NTB, kelompok Tani Punik Mitra membuat
ekstrak batang tembakau. Caranya cukup mudah, hanya dipotong kecil-kecil
kurang lebih 2 cm, dijemur hingga kering kemudian dihancurkan dengan blender
atau mesin pencacah hingga menjadi tepung. Selanjutnya dibuat larutan. Pestisida
nabati berbahan baku limbah batang tembakau yang digunakan selama percobaan
menunjukkan hasil yanghampir sama dengan insektisida kimia sintetis untuk
menekan hamapenting tanaman bawang merah, tomat dan cabe.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 15
Penggunaan pestisida nabati sangat dianjurkan karena ramah lingkungan.
Bahan baku juga relatif mudah diperoleh. Pembuatannya cukup sederhana dan
tidak membutuhkan banyak biaya. Namun demikian perlu diperhatikan
keterbatasannya seperti daya tahan pestisida nabati yang singkat karena sangat
mudah berubah dan terurai. Untuk itu volume aplikasi harus direncanakan dengan
cermat agar efisien. Di samping itu,konsentrasi larutan yang dihasilkan tidak
konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan baku.
2.3.1 Tingkat Kematangan Daun Tembakau
Menurut Badri et al. (1994), kematangan daun di pohon sesuai dengan
posisi daun pada tanaman, yaitu:
1. Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan,
gagang daun keputih-putihan.
2. Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuning
kenanga.
3. Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.
4. Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.
5. Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.
Sumber: Abdullah, 1982
Gambar 7. Klasifikasi Daun Tembakau Virginia Berdasarkan
Letak daun Pada Batang
Sifat-sifat yang penting sebagai akibat perbedaan letak daun pada batang
antara lain yaitu panjang, lebar, tekstur, kekenyalan, kepadatan, dan jumlah buluh
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 16
kelenjar pada daun tembakau. Semakin ke atas maka daun tembakau semakin
tebal dan beratnya akan semakin bertambah sesuai dengan letak daun yang
bertambah tinggi.
2.3.2 Jenis Pengolahan Tembakau
Dalam pengolahan daun tembakau, terdapat dua jenis pengolahan, yaitu
perajangan dan pengkrosokan. Pada proses perajangan, daun tembakau digulung
dan diiris tipis, kemudian dilakukan penjemuran dengan matahari. Pada proses
pengkrosokan, daun tembakau terlebih dahulu disujen dan digantung pada bambu
atau kayu, kemudian dilakukan pengomprongan.
Penjemuran pada intensitas sinar matahari mengakibatkan warna kuning
tidak dapat dipertahankan lagi dan berubah menjadi coklat atau coklat tua,
tembakau menjadi kurang elastic dan terasa kasar dipegang dengan kenampakan
tidak cerah, bercak-bercak ditumbuhi jamur, aroma tidak harum.
Menurut Nasution (1985), dalam melakukan pekerjaan penyujenan perlu
mengikuti beberapa ketentuan berikut ini:
1. Untuk daun panjang I (45 cm ke atas) 6 atau 8 helai daun per biting atau
jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang 3 jari.
2. Untuk daun panjang II (35 sampai 45 cm) 10 sampai 12 helai daun per
biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua setengah
jari.
3. Untuk daun panjang III (25 sampai 35 cm) 16 sampai 13 helai daun per
biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua jari.
4. Untuk daun panjang IV (kurang dari 25 cm) 20 sampai 22 helai daun
per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang satu
setengan jari.
Ketentuan yang dipaparkan oleh Nasution (1985) maksudkan agar jumlah
daun per batang tidak terlalu berdekatan. Hal ini dikarenakan, jika jarak antar
sujenan terlalu berdekatan maka aerasi udara akan terhambat dan daun muda
menjadi busuk.
Mutu tembakau adalah total sifat kimia dan organoleptik yang dapat
ditransformasikan oleh perusahaan, pedagang, perokok untuk mencapai tujuan
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 17
tertentu sampai batas ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima. Beberapa sifat
fisik yang diuji terdiri atas elastisitas, kadar air, daya mekar, kecarahan, dan lain-
lain. Sifat kimia antara lain gula, pati, nikotin, khlor, nitrogen total, dan lain-lain.
Aplikasi tembakau setelah pengolahan tersebut adalah sebagai bahan baku
rokok. Aplikasi lainnya dalam kehidupan masyarakat tradisional, tembakau biasa
digunakan sebagai tembakau kunyah atau tembakau sugi (seperti sirih). Aplikasi
tembakau lainnya sedang dalam pengembangan, yaitu sebagai biopestisida atau
pestisida organik.
2.3.3 Proses Pengolahan Tembakau
Proses pengolahan pada tembakau ini dimulai pada saat penanganan pasca
panen tembakau berikut ini penanganan pasca penen tembakau :
1. Pengangkutan
Daun yang telah di petik dan telah terkumpul di tempat teduh kemudian di
masukkan keranjang dan di dibawa ke gudang. Pengikatan daun sebaiknya
dihindari karena akan mengakibatkan daun memar dan cepat menjadi cokelat
dalam pemeraman.
2. Sortasi daun tembakau
Sortasi daun tembakau bertujuan untuk memilah daun sesuai tingkat
kemasakan sebelum dilakukan pemeraman, sehingga diperoleh daun yang
seragam tingkat kemasakannya waktu dalam lama pemeraman. Sortir daun
berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
1. Trash (apkiran): warna daun hitam
2. Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
3. Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk
lemon)
4. More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 18
Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com
Gambar 8. Sortasi Daun Tembakau dan Penyujenan Daun
Tembakau
3. Pemeraman, penghilangan gagang/ibu tulang daun, dan penggulungan.
Pemeraman bertujuan untuk meningkatkan suhu agar aktivitas enzim
berjalan lebih tinggi dalam merombak klorofil dan pati, sehingga diperoleh
daun yang berwarna kuning dengan aroma yang khas. Cara pemeraman adalah
menumpuk atau menata daun sesuai tingkat kemasakan dengan pangkal ibu
tulang daun berada di bawah pada lantai yang diberi alas tikar untuk
menghindari kotoran. Demikian juga dinding jika memungkinkan diberi
pelapis “gedeg” (anyaman bambu tipis) untuk menghindari suhu dingin pada
malam hari, kemudian tumpukan daun tersebut ditutup. Pemeraman diakhiri
apabila daun telah berwarna kuning, kemudian ibu tulang daun dihilangkan
secara hati-hati untuk menghindari memar, dan selanjutnya dilakukan
penggulungan. Satu gulungan daun terdiri atas 15 – 20 lembar daun.
Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com
Gambar 9. Penghilangan Ibu Tulang Daun dan Penggulungan
4. Curing
Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun
tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa
petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 19
tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih
tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing:
Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 %
menjadi 10-15 %.
Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan
aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses.
Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di
dalam oven.Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan
1,8 ha, sedangkan 5 x5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses,
kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering.
Beberapa tahapan curing, yaitu:
a. Penguningan
Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari
hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun/klorophyil ke zat
kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan
ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42˚C. Proses ini harus dilakukan secara
perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya
berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi
ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah
berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat
menentukan terhadap hasil curling.
Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com
Gambar 10. Fase Penguningan (Yellowing)
b. Pengikatan Warna
Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar
daun maupun tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan.
Pada saat proses ini terjadi, makaapabila daun masih berwama hijau,
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 20
maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama
kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada suhu
43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada
proses penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru
menaikkan temperatur lebih dari42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka
secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya.
Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19
jam.
Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com
Gambar 11. Fase Pengikatan Warna (Fixing)
c. Pengeringan Lembar Daun
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar
daun dengan cara menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi
dibuka, karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang
harus dibuang keluar oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini,
daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa
basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih
kurang 30-32 jam.
d. Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini
air yang bisa dilepas di dalam batang daun akan dikeluarkan proses awal
tahap ini ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk
menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini
bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila
ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa
tahap ini berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi
harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 21
waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas
72˚C, karena tembakau akan terbakar.
5. Perajangan
Perajangan dilakukan pada waktu malam hari sampai pagi hari. Caranya
dengan merajang gulungan daun yang telah selesai diperam. Gulungan daun
dimasukkan pada lubang alat perajangan kemudian diiris dengan pisau yang
tajam dan ukuran ketebalan rajangan antara 1–2 mm. Perajangan harus dengan
pisau yang tajam karena jika pisau kurang tajam hasil rajangan akan memar
dan dapat menurunkan mutu.
Tabel 2. Perkiraan Mutu dan Ukuran Rajangan
Sumber : dedidoank.files.wordpress.com
A : Terendah , J : Tertinggi
Sumber : http://purwosari.gunungkidulkab.go.id/
Gambar 12. Perajangan
6. Penjemuran
Hasil rajangan dihamparkan diatas “widig” yang terbuat dari anyaman
bambu, kemudian dijemur dipanas matahari. Widig atau rigen adalah anyaman
bilah-bilah bambu yang berukuran 75 x 150 cm yang diberi bingkai untuk
menjemur rajangan daun tembakau. Anyaman dibuat jarang dengan lubang 5 -
10 mm dan ukuran bilah bambu yang dianyam 4 - 5 mm.
Agar pengeringan merata, pada tengah hari dilakukan pembalikan
rajangan. Penjemuran dianggap selesai apabila rajangan dipegang cukup kasar
dan mudah patah. Kemudian “widig” beserta tembakau diatasnya ditumpuk di
dalam ruangan tertutup selama satu sampai dua hari agar rajangan menjadi
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 22
lemas. Selanjutnya dilipat atau digulung dan dikemas sesuai dengan kebiasaan
petani setempat (masing-masing wilayah).
Sumber : http://purwosari.gunungkidulkab.go.id/
Gambar 13. Penjemuran Tembakau
Sumber : http://pdradiaampenan.blogspot.com/
Gambar 14. Tembakau Kering
Sumber : http://ndutludfy.blogspot.com/
Gambar 15. Penyujenan Tembakau
2.4 Potensi Tembakau di Indonesia
Potensi pasar tembakau sangat besar serta mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Hal tersebut didukung oleh sumber daya alam Indonesia yang
berlimpah. Rendahnya harga rokok, pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan
rumah tangga, dan mekanisasi industri rokok kretek ikut menyumbang
meningkatnya konsumsi tembakau yang signifikan di Indonesia sejak tahun 1970-
an. Sebagian besar perokok di Indonesia (88 persen) mengkonsumsi rokok kretek
yaitu rokok yang terdiri dari tembakau yang dicampur cengkeh.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 23
Prospek tembakau di Indonesia adalah sebagai sumber devisa terbesar bagi
perekonomian Negara. Hal ini dikarenakan industri rokok dapat memberikan cukai
terbesar sekitar satu triliun setiap tahunnya. Angka ini merupakan jumlah penerimaan
terbesar dari semua cukai yang dipetik pemerintah, sehingga secara keseluruhan
tembakau mampu mengeruk perolehan yang lebih besar dibandingkan dengan
komoditas perkebunan lainnya (Suwarno, 2000).
2.4.1 Peranan Tembakau dalam Perekonomian Nasional
1. Berperan dalam Penerimaan Negara (PDRB)
Peran tembakau dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari beberapa
indikator seperti perannya dalam penerimaan negara (PDB), sumber lapangan
kerja dan pendapatan masyarakat. Industri tembakau secara luas mencakup
sektor bahan baku primer daun tembakau dan cengkeh dan industri pengolahan
rokok. Berdasarkan hasil analisa Input-Output tahun 2005 industri tembakau
memberikan kontribusi 1,66 persen terhadap total PDB nasional. Kontribusi
terbesar berasal dari Industri rokok sebesar 1,56 persen, sedangkan sektor
bahan baku tembakau dan cengkeh hanya berkontribusi masing masing sebesar
0,03 persen dan 0,07 persen. Namun demikian industri rokok merupakan salah
satu industri pertanian (agroindustri) yang menonjol di Indonesia (Rachmat,
2010). Terhadap Agroindustri tersebut peran industri rokok mencapai 13,13
persen (Tabel 3.).
Tabel 3. Kontribusi Sektor Tembakau, Cengkeh dan Industri Rokok
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, 2005.
Peran bahan baku primer tembakau dan cengkeh terhadap total perkebunan
dan pertanian relatif kecil. Nilai produksi usahatani tembakau dan cengkeh
terhadap nilai produk perkebunan masing-masing sebedar 1,54 persen dan 2,83
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 24
persen; sementara terhadap nilai produk pertanian masing-masing hanya 0,27
persen dan 0,49 persen (Tabel 4). Kondisi ini sejalan dengan kecilnya peran
areal pertanaman dan jumlah petani tembakau di Indonesia. Dalam tahun 2007
luas areal tembakau mencapai 198 ribu hektar (sekitar 0,9% total areal
perkebunan Indonesia), sementara jumlah petani yang terlibat dalam usahatani
tembakau hanya 554,5 ribu rumah tangga petani atau sekitar 8,0 persen
dibandingkan dengan rumah tangga petani pekebun sebesar 6880 ribu RT, atau
hanya 2,1 persen dari total rumah tangga pertanian sebesar 25 579 ribu RT
(BPS, 2008).
Tabel 4. Kontribusi Tembakau dan Cengkeh Terhadap Sub Sektor
Perkebunan dan Sektor Pertanian di Indonesia, 2005.
2. Sumber Penerimaan Negara dari Cukai
Berdasarkan pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, bahwa
yang dimaksud dengan cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan
dalam undang-undang yang befungsi untuk menjamin peningkatan penerimaan
negara, sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan peningkatan pembiayaan
pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan
keseimbangan (Suryanto, 2008).
Peran komoditas tembakau yang cukup nyata dalam perekonomian nasional
adalah sebagai sumber penerimaan negara dari cukai. Nilai penerimaan dari cukai
yang dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu dari Rp 11,1 triliun pada tahun
2001 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2008, suatu peningkatan rata rata
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 25
53 persen per tahun (Tabel 5). Penerimaan nilai cukai sebesar 47 triliun pada
tahun 2008 merupakan nilai satu persen dari penerimaan total negara.
Tabel 5. Perkembangan Cukai Tembakau di Indonesia, 200-2008
Peningkatan cukai tembakau tersebut terutama karena kebijakan
peningkatan harga jual eceran rokok tarif cukai hasil tembakau, sementara
produksi rokok memperlihatkan kecenderungan menurun (Rachmat, 2010).
Indonesia saat ini menerapkan dua jenis sistem cukai tembakau yakni ad
valorem (berdasarkan nilai - value) dan cukai spesifik (menurut kuantitas).
Kedua sistem tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan
dalam upaya meningkatkan penerimaan negara, administrasi dan promosi
peningkatan harga.
Sistem cukai spesifik memiliki kelebihan dalam konteks meningkatkan
penerimaan negara karena cukai tersebut bertujuan untuk melindungi
penerimaan negara dari perang harga atau penurunan harga. Cukai spesifik
dapat menjadi acuan untuk memperkirakan penerimaan negara apabila jumlah
pembelian suatu produk didasarkan atas tinggi rendahnya kualitas produk.
Sistem cukai spesifik juga memberikan insentif untuk meningkatkan harga
rokok karena setiap kenaikan harga akan kembali kepada perusahaan dalam
bentuk penerimaan. Sebaliknya, cukai ad valorem memiliki efek pengganda
(multiplier effect). Cukai ini dikenakan pada nilai produk, sehingga apabila ada
kenaikan harga, maka sebagian harga tersebut (yang dikenai tarif ad valorem)
akan kembali kepada pemerintah dalam bentuk penerimaan cukai. Pada saat
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 26
yang sama, setiap penurunan harga akan disubsidi secara efektif oleh
pemerintah. Sistem ini tidak menjamin bahwa pemerintah mendapat
penerimaan yang tinggi karena cukai ad valorem dipengaruhi oleh inflasi dan
perang arga. Efek pengganda dari cukai ad valorem ini juga menurunkan
insentif bagi perusahaan untuk memperbaiki kualitas produknya, dan hanya
akan berlomba-lomba untuk menurunkan harga. Sebaliknya, cukai spesifik
berpeluang meningkatkan konsumsi rokok merek berkualitas tinggi.
Penetapan pajak/ cukai umumnya dalam bentuk pajak penjualan ad valorem
sebagaimana juga diterapkan di Indonesia. Cukai ad valorem memberikan
proteksi yang lebih besar kepada produsen dalam negeri yang memproduksi
rokok yang relatif “murah” (kualitas “rendah”). Tetapi ketika terdapat
perbedaan kualitas yang cukup besar antara produk dalam negeri dan produk
impor , cukai impor dapat diterapkan pada produk impor untuk menekan efek
dari dampak negatif cukai spesifik terhadap penurunan harga atau kualitas
produksi domestik. Ketika bea masuk diterapkan untuk proteksi industri, cukai
spesifik dapat dikenakan pada produk domestik dan produk impor .
Rataan dunia pajak rokok sebesar 41,81 persen dari harga rokok dengan
kisaran antara 2 persen sampai 84 persen dari harga rokok (Tabel 6).
Tabel 6. Besaran dan Kisaran Pajak/ Cukai Rokok di
Negara-Negara Dunia
Pajak/cukai rokok terendah (2%) dijumpai di Benin, S. Vincent dan Libia;
sedangkan negara dengan pajak rokok tertinggi (84%) dijumpai di negara Niue,
kawasan Pasifik Barat. Secara umum kawasan dengan pajak rokok tertinggi
terjadi di Asia Tenggara dengan dipelopori oleh Thailand yang menerapkan
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 27
pajak rokok sebesar 79 persen dari harga rokok. Indonesia menerapkan pajak
rokok sebesar 22,0 persen, relatif rendah dibandingkan dengan rata rata dunia.
Di kawasan Asia tenggara pajak rokok di Indonesia paling rendah, sebaliknya
Thailand menerapkan pajak rokok yang tinggi untuk melindungi rakyatnya
(Rachmat, 2010).
Tabel 7. Target dan Realisasi Penerimaan Cukai Anggaran Pendapatan
Belanja Negara 2005-2010
Dari sisi penerimaan negara, benar bahwa penerimaan negara melalui cukai
sangat tinggi dan terealisasi dengan baik. Departemen keuangan sudah bekerja
dengan baik sehingga dana tersebut mendapatkan angka yang baik. Namun,
tanpa disadari oleh pemerintah kebijakan tersebut dapat menyulitkan Industri
Hasil Tembakau untuk bertahan bahkan memancing tidakan kriminal oleh
oknum tak bertanggungjawab. Kerugian negara dari tindak pidana terkait pita
cukai palsu yang ditangani Ditjen Bea dan Cukai selama 2009 mencapai sekitar
Rp. 1,5 triliun. Kerugian tersebut adalah dari penggerebekan percetakan pita
cukai palsu yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Peredaran pita cukai
palsu tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun dengan melihat tabel di
bawah ini. Apabila dilihat dari cara memproduksi pita cukai tersebut adalah
dengan menjalankan kegiatan pita cukai palsu secara tertutup dengan kedok
kegiatan penjualan.
Disini Departemen Perindustrian dan Perdagangan lebih berperan dalam
menjaga kestabilan penerimaan negara dalam hal cukai hasil tembakau. Dapat
dilihat pada Tabel 8 di atas bahwa proses law enforcement begitu gencar
dilakukan oleh Dirjend Bea dan Cukai bersinergi dengan POLRI (Kepolisian
Republik Indonesia) dalam melakukan pengawasan pita cukai palsu tersebut.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 28
Tabel 8. Kasus Pita Cukai Palsu dari Tahun 2006- Juli 2009
3. Penciptaan nilai output dan nilai tambah
Peranan sektor tembakau dan sektor industri rokok dalam penciptaan nilai
tambah (value-added) nasional hampir sama dengan peranannya
dalam penciptaan output nasional. Dengan mengolah hasil panen tembakau
yang berupa daun tembakau menjadi berbagai macam hasil olahan, maka hal ini
akan menciptakan suatu nilai tambah pada produk tersebut. Dengan begitu,
maka nilai produk tersebut akan bertambah dan tentunya akan lebih
menguntungkan daripada tanpa pengolahan.
4. Membuka Kesempatan Kerja
Dalam peranannya terhadap lapangan kerja, secara keseluruhan industri
tembakau menyerap tenaga kerja pada industri tembakau sekitar 4,154 juta
tenaga kerja, dimana 93,77 persen diserap pada kegiatan usahatani termasuk
pasca panen, sedangkan tenaga kerja di sektor pengolahan rokok hanya
menyerap sekitar 6,23 persen (Tabel 9).
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 29
Tabel 9. Penyerapan Tenaga Kerja Agroindustri Tembakau di Indonesia,
2008
Hasil studi Santoso et al. (2009) menunjukkan bahwa nilai pengganda
pendapatan sektor industri rokok memiliki nilai terkecil kedua dibandingkan
dengan pengganda agroindustri lainnya. Nilai pengganda sebesar 0,127
menunjukkan kondisi bahwa apabila terjadi kenaikan output pertanian sebesar
Rp 1 juta akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor perekonomian
sebesar Rp 127 juta. Kondisi ini karena industri rokok merupakan industri
tunggal yang tidak keterkaitannya kecil. Selanjutnya hasil kajian Sudaryanto et
al. (2009) dalam perekonomian nasional, peranan agribisnis tembakau dan
industri rokok dalam penciptaan nilai output, nilai tambah, dan penyerapan
tenaga kerja kurang signifikan, namun kedua sektor tersebut mempunyai angka
pengganda (multiplier effect) output. Angka pengganda untuk tenaga kerja
agribisnis tembakau lebih besar daripada industri rokok. Hal ini terjadi karena
dalam perdagangan internasional, komoditas tembakau dan rokok lebih banyak
menguras dari pada menghasilkan devisa negara, sedangkan agribisnis
tembakau mampu menarik sektor hulu dan mendorong sektor hilir untuk
berkembang, sementara industri rokok hanya mampu mendorong sektor hilir
saja(Rachmat,2010).
2.4.2 Produksi Tembakau
Perkembangan produksi tembakau dunia pada saat ini cenderung mengalami
penurunan hal ini dikarenakan menurunnya produksi dari Negara-negara sebagai
produsen utama tembakau karena perubahan-perubahan iklim yang tidak menentu
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 30
sehingga mengganggu pertumbuhan, produksi serta kualitas tembakau, akibatnya
terdapat perbedaan antara permintaan dan stok, dalam hal ini dapat terlihat dari
tingkat konsumsi tembakau dunia relatif stabil atau cenderung meningkat sedangkan
stok tembakau dunia mengalami penurunan (Suwarno, 2000).
Secara global, produksi daun tembakau mengalami penurunan. Penurunan
yang serupa terjadi juga di Indonesia, yaitu dari 156 ribu ton di tahun 1990
menjadi 135 ribu ton di tahun 2010. Berdasarkan komposisi produksi, provinsi
penghasil daun tembakau di Indonesia tidak berubah. Produksi daun tembakau
terkonsentrasi di lima provinsi, yaitu Jawa Timur, NTB, Jawa Tengah, Jawa Barat
dan Sumatera Utara, dimana Jawa Timur menyumbang hampir 40% produksi
daun tembakau nasional.
Produktivitas lahan tembakau Indonesia mengalami kenaikan dari 649
kg/ha pada tahun 1995 menjadi 867 kg/ha pada tahun 2009, namun kembali
menurun pada tahun 2010 menjadi 764 kg/ha. Produktivitas lahan tembakau
sendiri ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: pupuk dan pestisida, bibit,
cuaca dan air yang cukup. Sementara itu, mengingat sifat tanaman tembakau yang
sangat sensitif, naik turunnya produktivitas tanaman tembakau juga tergantung
pada cuaca terutama curah hujan yang tinggi dapat merusak daun tembakau dan
yang pada gilirannya dapat menurunkan produktivitas. Jika dibandingkan
keuntungan tanaman tembakau dengan tanaman lain, tembakau bukan tanaman
yang memberikan keuntungan paling besar, baik dataran rendah maupun dataran
tinggi. Di dataran rendah, bawang merah, cabe merah, dan melon memberikan
kentungan lebih besar daripada tembakau. Sedangkan, di dataran tinggi, kentang
dan cabe merah lebih menguntungkan untuk ditanam sebagai alternatif pengganti
tembakau.
2.4.3 Proporsi Lahan Pertanian Tembakau
1. Dalam kurun waktu tahun 1990-2009, persentase luas lahan tembakau
terhadap arable land menunjukkan kecenderungan yang menurun, yaitu
dari 1,16% pada tahun 1990 menjadi 0,87% pada tahun 2009 (tabel 3.3).
2. Bersamaan dengan itu, proporsi lahan tembakau terhadap lahan pertanian,
menunjukkan kecenderungan yang menurun juga, yaitu dari 0,52% tahun
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 31
1990 menjadi 0,38% tahun 2009 (tabel 3.3). Kecenderungan yang
menurun ini menunjukkan semakin sedikitnya lahan yang diutilisasi untuk
ditanami tembakau.
Gambar 16. Persentase produksi tembakau menurut provinsi, 2009
Gambar 17. Persentase produksi tembakau menurut provinsi, 2010.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 32
2.5 Perdagangan Tembakau di Pasar Internasional
2.5.1 Produksi Global
Gambar 18. menunjukkan bahwa China, Brazil, India, dan Amerika
Serikat merupakan negara produsen daun tembakau terbesar di dunia. Pada tahun
2009, keempat negara tersebut memproduksi 4,9 juta ton tembakau atau 68,5%
dari total produksi tembakau di dunia. Sementara itu, Indonesia memproduksi
tembakau sebesar 176 ribu ton, atau sekitar 2,4% dari total produksi tembakau
dunia.
Tabel 10. Sepuluh Besar Negara Produsen Daun Tembakau di Dunia, 2009
dan 2010
No Negara2009
Negara2010
Dalam ton % Dalam ton %
1 China 3.067.928 42,65 China 3.005.753 42,25
2 Brazil 863.079 12,00 Brazil 780.942 10,98
3 India 620.000 8,62 India 755.500 10,62
4 Amerika Serikat 373.400 5,19 Amerika Serikat 326.080 4,58
5 Malawi 208.155 2,89 Malawi 215.000 3,02
6 Indonesia 176.510 2,45 Indonesia 135.678 1,91
7 Argentina 159.495 2,22 Argentina 123.300 1,73
8 Italia 119.119 1,66 Pakistan 119,323 1,68
9 Pakistan 104.996 1,46 Zimbabwe 109.737 1,54
10 Zimbabwe 96.367 1,34 Italia 97.200 1,37
Lainnya 1.403.958 19,52 Lainnya 1.445.452 20,32
Dunia 7.193.007 100 Dunia 7.113.965 100
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012 : tembakau, 2011, Kementrian Pertanian
2.5.2 Impor Tembakau Indonesia
Tabel 11. Impor Tembakau Indonesia dari-10 Negara Penghasil Terbesar
Tahun 2006-2011
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 33
Sumber : BPS, 2012
Berdasarkat Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata setiap tahunnya negara
Indonesia mengalami kenaikan volume impor setiap tahunnya. Pada tahun 2006-
2011 Indonesia mengalami pengurangan jumlah Impor tembakau hanya satu kali,
yaitu pada tahun 2009, yaitu dari volume impor sebesar 77,302 ton pada tahun
2008 menjadi 53,198 ton pada tahun 2009. Tidak hanya volume namun juga nilai
impor tembakau pun terus meningkat kecuali pada tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar 40.340 US$.
Negara asal untuk impor tembakau terbesar Indonesia diduduki oleh
Negara China, kemudian Brazil dan Turki. Ketiga negara tersebut merupakan 3
negara yang menjadi importir tembakau ke Indonesia selama kurun waktu 5 tahun
terakhir.
2.5.3 Ekspor Tembakau Indonesia
Indonesia mengekspor tembakau dalam bentuk tembakau belum diolah
dan tembakau yang telaj diolah. Tembakau yang belum diolah ekspor tembakau
Indonesia didominasi oleh bahan baku pembuat cerutu (na-oogst), sedangkan
untuk keperluan konsumsi dalam negeri didominasi jenis tembakau bahan sigaret
(voor-oogst) lebih dari 90%. Sedangkan untuk produk tembakau yang telah diolah
volumenya naik 7,1% dari 41.892 ton pada 2005 menjadi 44.858 ton pada 2006
dengan nilai naik 9,6% dari US$216,4 juta menjadi US$237,2. Selama tahun
2002–2006 ekspor tembakau hasil olahan rata-rata per tahun sebesar 8.998 ton
dengan nilai US$47.586 juta. (http://balittas.litbang.deptan.go.id)
Bahan sigaret yang diekspor adalah sisa pasar lokal yang mutunya tidak
memenuhi kriteria untuk kebutuhan pabrik rokok dalam negeri.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 34
Tabel 12. Ekspor Tembakau Indonesia ke-10 Negara Tujuan Terbesar
Tahun 2006-2011
Sumber : BPS, 2012
Berdasarkan Tabel 12 ekspor tembakau Indonesia setiap tahunnya dari
tahun 2006-2011 jika dilihat dari segi volume cukup berfluktuasi, namun jika
dilihat dari nilai ekspor terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat selama
tahun 2006-2011 terus mengalami peningkatan volume tembakau yang di ekspor
oleh Indonesia hanya pada tahun 2007 dan 2011 terjadi penurunan yaitu dari
51,997 ton pada tahun 2006 menjadi 39,297 ton pada tahun 2007, dan 57,408 ton
pada tahun 2010 menjadi 38,905 ton pada tahun 2011. Tujuan utama ekspor
tembakau Indonesia adalah Negara Amerika Serikat dengan jumlah volume
tembakau yang paling tinggi setiap tahunnya dibandingkan dengan negara
lainnya.
Dilihat secara keseluruhan berdasarkan tabel ekspor dan impor tembakau
Indonesia selama 20 tahun terakhir, dari 1990 hingga 2010 terdapat
kecenderungan peningkatan impor dan ekspor daun tembakau. Tahun 2010,
Indonesia mengimpor 65,7 ton daun tembakau atau 48% dari total produksi, dan
mengekspor 57 ton atau sekitar 42% dari total produksi. Jika dilihat dari nilai net
ekspor, selama 20 tahun (1990-2010) Indonesia selalu mengalami net ekspor
negatif yang berarti lebih banyak mengimpor dibandingkan mengekspor (kecuali
1990, 1992 dan 1998). Walaupun nilai net ekspor negatif tersebut besarnya
cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun, akan tetapi lima tahun terakhir nilainya
semakin negatif yang artinya Indonesia semakin banyak mengimpor daun
tembakau dimana pada tahun 2010 jumlahnya mencapai US$ 183,077 juta.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 35
2.5.4 Ekspor-Impor Olahan Tembakau (Rokok)
Ekspor rokok merupakan bagian kecil (0,28% – 0,42%) dari total nilai
ekspor produk non migas. Dari tahun 2005 sampai 2011, persentase ekspor rokok
terhadap produksi selalu di bawah 0,03%. Demikian dengan presentase impor
rokok terhadap produksi, presentasenya bahkan kurang dari 0,0002%. Dengan
demikian sebagian besar produksi rokok Indonesia adalah untuk konsumsi
domestik. Pada tahun 2011, nilai ekspor rokok Indonesia adalah sebesar US$
549,8 juta atau sekitar 78,5% nilai ekspor produk tembakau. Kuantitas rokok yang
diekspor sebanyak 59,1 juta kilogram atau sekitar 60% dari total kuantitas ekspor
produk tembakau. Pada tahun 2011, nilai ekspor netto dari rokok adalah positif
US$ 543.515.020, dengan nilai ekspor US$ 549.765.664 dan nilai impor US$
6.250.644. Dari enam jenis rokok yang di ekspor oleh Indonesia, nilai ekspor
terbesar adalah dari sigaret mengandung tembakau (rokok putih), kedua sigaret
kretek dan ketiga adalah cerutu, cheroots dan cerutu kecil mengandung tembakau.
Tahun 2010, tiga besar negara penerima ekspor sigaret kretek dari Indonesia
adalah Singapura, Malaysia dan Timor Leste. Sedangkan untuk ekspor rokok
selain kretek, negara tujuan ekspor rokok jenis ini didominasi oleh Kamboja,
Malaysia, Thailand, Turki dan Singapura. Pada tahun 2010, rokok dari Indonesia
paling banyak diekspor ke Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand dan Turki.
Sedangkan untuk impor, Indonesia paling banyak mengimpor rokok dari Jerman
dan Cina.( Nafsiah Mboi, 2012)
2.6 Permasalahan yang Dihadapi
Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di
Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan. Karena tembakau
merupakan tanaman yang memiliki nilai jual hasil olahan yang cukup tinggi.
Sebagai contoh rokok yang merupakan produk olahan dari tembakau dijual
dengan harga yang bervariasi dan relatif tinggi. Rokok tidak hanya dinikmati oleh
segelintir orang, tetapi rokok sudah merupakan bahan yang banyak dikonsumsi
oleh penduduk dunia. Tembakau merupakan komoditi yang mengandalkan zat
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 36
adiktif yang menimbulkan ketergantungan sehingga mempunyai pangsa pasar
relatif tahan lama.
Dalam perjalanannya, tidak jarang muncul permasalahan-permasalahan yang
terjadi diperkebunan tembakau ini. Baik itu perekebunan tembakau rakyat,
ataupun perkebunan tembakau perusahaan. Permasalahan-permasalahan tersebut
diantaranya :
2.6.1 Permasalahan Perkebunan Tembakau Pada Umumnya
1. Sensitif terhadap cuaca. Tembakau ini menghendaki cuaca yang benar-benar
kering padasaat panen dan adanya hujan walaupun dalam volume kecil akan
sangat merusak hasil tembakau.
2. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem
perdagangan yangtidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat
dikuasai oleh pabrik rokok sehinggaharga maupun volume pembelian
ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agen-agennya.
3. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha)
sehingga sulit untuk menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini
juga menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik terhadap
pedagang.
4. Kampanye anti rokok yang dipelopori WHO (World Health Organization)
sejak tahun1974. Di Indonesia gerakan anti rokok baru dimulai tahun 1991
dengan adanya peringatan pemerintah bahwa merokok dapat merugikan
kesehatan
2.6.2 Permasalahan Perkebunan Rakyat
Tembakau rakyat terdiri atas berbagai jenis tembakau lokal. Areal dan
produksi rata-rata pertahun sebesar 173.542 ha dan 116.995 ton atau72,81% dan
62,72% dari seluruh areal dan produksi tembakau nasional (228.448 ha dan
180.768 ton). Tembakau rakyat terdiri atas berbagai jenis tembakau lokal yang
berkembang di daerah tertentu, pada umumnya diberi nama sesuai dengan
daerahnya. Jenis tembakau rakyat antara lain adalah tembakau madura (64.422
ha), temanggungan (33.079 ha), weleri/kendal (9.043 ha), mranggen (11.928 ha),
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 37
paiton (12.527 ha), dan lain-lain. Sebagian besar produksi tembakau rakyat
dipergunakan oleh pabrik rokok keretek, selebihnya untuk rokok lintingan dan
diekspor (Tabel 13).
Tabel 13. Areal dan produksi tembakau di Indonesia menurut
jenisnya (2001 s.d. 2004)
Permasalahan utama yang dialami oleh perkebunan tembakau rakyat
adalah mutu dari tembakau yang ditanam. Manual Llianos Company (1985)
mendefinisikan mutu tembakau sebagai total sifat kimia dan organoleptic yang
dapat ditransformasikan oleh perusahaan, pedagang, atau perokok untuk mencapai
suatu tujuan tertentu sampai batas ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima.
Suyanto dan Tirtosastro (2006) menyatakan bahwa permasalahan kualitas
tembakau rakyat meliputi (1) tercampurnya benda asing (foreign matter), (2)
cloride, (3) fisik tembakau yaitu persentase gagang, penambahan gula dan
keseragaman ukuran, dan (4) jenis/varietas.
Menurunnya mutu tembakau rakyat juga disebabkan oleh budidaya yang
tidak sesuai dengan baku teknis, seperti tidak dilakukan pemangkasan (di
Bojonegoro), dan dosis pupuk nitrogen yang berlebihan (Balittas, 2002). Selain
itu perluasan areal tembakau seringkali dilakukan ke lahan-lahan yang tidak
potensial seperti meluasnya lahan sawah dan lahan di tepi pantai yang kandungan
klornya tinggi seperti di Madura dan Paiton. Selain itu seringkali petani
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 38
menggunakan pupuk yang mengandung Cl (klor) yang menyebabkan kandungan
Cl tembakau tinggi dan mutunya turun (Fitriningdyah et al., 2005).
Dari pernyataan-pernyataan di atas penyebab ketidaksesuaian mutu
tembakau yang dihasilkan petani dengan permintaan pabrik rokok dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Ketidakmurnian jenis/varietas tembakau yang ditanam.
Setiap jenis tembakau lokal sudah beradaptasi dengan lingkungan
tumbuhnya, dan dibudidayakan dengan cara berbeda pula, sehingga
menghasilkan karakter fisik dan kandungan kimia daun yang berbeda pula.
Kebutuhan benih per hektar yang sangat sedikit (10–20 gram), dan mudahnya
menghasilkan benih menyebabkan petani umumnya membuat benih sendiri.
Benih tembakau buatan petani pada umumnya tidak murni. Selain itu
seringkali petani mengambil benih atau bibit dari daerah lain sehingga
meningkatkan ketidakmurnian varietas yang ditanam.
Sebagai contoh, sebagian petani Madura bahkan di daerah potensial
seperti Desa Prancak lebih senang menanam tembakau jawa karena
produksinya tinggi. Akan tetapi hal ini dikeluhkan oleh pabrik rokok karena
karakter mutunya berbeda dengan tembakau madura. Pabrik rokok
mengharapkan jenis tembakau madura asli (Jepon Kenek) yang tanamannya
kecil-kecil, tetapi mutu (terutama aromanya) sangat bagus (Suwarso et al.,
2005).
2. Budidaya yang Tidak Sesuai dengan Baku Teknis
Di daerah tertentu, petani enggan memelihara tanaman tembakaunya,
dengan alasan pasar yang tidak menentu dan rendahnya harga jual. Di daerah
Bojonegoro seringkali tanaman tembakau virginia rajangan tidak dipangkas
dan dosis pupuk yang diberikan juga rendah, sehingga hasilnya rendah dan
mutu tidak sesuai dengan kebutuhan pabrik rokok. Sebaliknya pada petani
Madura, untuk meningkatkan hasil tembakau petani seringkali memberikan
pupuk dan jumlah air yang berlebihan, sehingga tanaman menjadi sangat besar,
tetapi mutu (terutama aroma) daunnya menurun dan tidak sesuai dengan
kebutuhan pabrik.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 39
3. Perluasan areal pada lahan yang tidak sesuai.
Keberhasilan petani tembakau pada tahun-tahun tertentu menyebabkan
banyak petani yang ikut menanam tembakau. Namun demikian perluasan areal
ini seringkali pada lahan-lahan yang kurang sesuai, misalnya areal sawah yang
semakin meluas pada tembakau madura, serta penanaman diareal pantai pada
tembakau madura dan paiton.Tembakau dari areal ini umumnya dijual di
daerah potensial atau dicampurkan dengan tembakau dari daerah potensial.
Sebagai contoh tembakau dari Sampang dibawa ke Pamekasan atau Sumenep
tembakau dari sawah dicampur dengan tembakau dari tegal atau gunung. Hal
ini sangat merugikan, karena mutu tembakau dari daerah potensial akan
menurun.
4. Pencampuran tembakau/pemalsuan tembakau.
Menurut Harno (2006) pencampuran tembakau dengan tembakau dari
daerah lain akan menyebabkan pabrikan kesulitan dalam mengidentifikasi asal
tembakau tersebut dan menilai tembakau tersebu berkualitas rendah. Pabrikan
juga akan kesulitan untuk menggunakan tembakau campuran tersebut dalam
racikan rokoknya. Sebagai contoh Tembakau madura dan temanggung
merupakan primadona bagi industri rokok keretek karena perannya dalam
racikan rokok. Hal ini menyebabkan kedua jenis tembakau tersebut menjadi
factor penentu harga tembakau rakyat yang lain (Mukaniet al., 2006).
Tingginya harga tembakau Madura dan temanggung menyebabkan terjadinya
pemalsuan tembakau.
5. Tingginya kandungan Cl (klor) daun tembakau.
Ketentuan umum kandungan maksimum Cl dalam daun tembakau
adalah 1%, tetapi untuk tembakau rakyat beberapa pabrik dapat mentolerir
sampai 1,5%. Akan tetapi kadungan Cl tembakau rakyat ada yang sampai 4–
5% (Suyanto dan Tirtosastro, 2006). Dari hasil analisis Balittas diketahui
bahwa tembakau yang kandungan Cl-nya antara 2–4% umumnya berasal dari
lahan pantai di Sumenep dan Pamekasan, juga dari beberapa lokasi didaerah
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 40
Bojonegoro (umumnya yang sering banjir). Namun keluhan tingginya kadar Cl
ini juga terjadi pada lahan-lahan yang jauh dari pantai, seperti di Kecamatan
Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Hal ini disebabkan karena penggunaan
pupuk ataubahan lain yang mengandung Cl, seperti pupukKCl, Phonska, garam
dapur, dan vetsin.
6. Perlakuan yang kurang tepat dalam pengolahan(prosesing) tembakau.
PT HM Sampoerna mengeluhkan tingginya persentase gagang yang
ikut dirajang (yang kisarannya mencapai 15–20%), kecuali jenis rajangan halus
(tembakau garut, wringin). Hal ini menyebabkan efektif jumlah tembakau yang
dapat digunakan juga berkurang 15–20%. Tingginya campuran gagang ini
berpengaruh terhadap fisik rokok, isapan rokok menjadi berat, dan
menimbulkan bara api (Suyanto dan Tirtosastro, 2006). Selain itu dalam
prosesing seringkali petani menambahkan gula atau bahan lain yang sangat
menurunkan mutu spesifik tembakau tersebut, karakter aroma berubah dan
mempengaruhi grader dalam menentukan mutu yang sebenarnya. Dalam
penyimpanan di pabrik, campuran gula ini akan menyebabkan tembakau
mengeras dan berjamur, juga sering menyebabkan kerusakan pada mesin
pengolah rokok. Kondisi tersebut sangat merugikan pabrik rokok.
Tercampurnya benda asing ini berpengaruh terhadap kualitas rokok,
kontaminasi cita-rasa dan aroma produk rokok, fisik rokok (lubang, keras, dan
susah diisap), serta estetika (Suyanto dan Tirtosastro, 2006).
2.6.3 Permasalahan Yang Dihadapi Industri Hasil Tembakau
1. Bahan Baku
a. Mutu tembakau yang belum mampu memenuhi standar pabrik;
b. Ketidakseimbangan jenis pasokan dan jenis kebutuhan tembakau;
c. Pelaksanan Kemitraan khususnya tembakau rakyat belum berjalan
dengan baik;
d. SNI Tembakau belum menjadi acuan dalam perdagangan tembakau;
e. Berfluktuasinya harga cengkeh. ;
2. Produksi
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 41
a. Kurangnya penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) khususnya
industri kecil;
b. SNI produk olahan tembakau yang tidak sesuai dengan perkembangan
teknologi;
c. Rendahnya tingkat produktifitas dan efisiensi;
d. Kurangnya kemampuan industri pengolahan tembakau untuk melakukan
diversifikasi produk dengan resiko kesehatan yang rendah.
3. Pemasaran
a. Terbatasnya akses pasar luar negeri;
b. Regulasi di daerah yang kurang disosialisasikan;
c. Traktat International Pengendalian Tembakau (Framework Convention
on Tobacco Control-FCTC) cenderung membatasi konsumsi produk hasil
tembakau;
d. Beredarnya rokok ilegal;
e. Kebijakan cukai yang kurang terencana.
2.6.4 Upaya Penyelesaian Masalah Mutu Tembakau Rakyat
Dari permasalahan mutu yang dikemukakandi atas, beberapa upaya dapat
dilakukan untuk meningkatkanmutu tembakau agar sesuai dengan
permintaanpabrik rokok sebagai berikut:
1. Memperbaiki Jenis/Varietas Tembakau yang Ditanam Petani
Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
mengharuskan benih yang diusahakan petani adalah benih berlabel. Peraturan
Pemerintah nomor 44 tahun 1995 tentang Sistem Perbenihan antara lain
menyatakan untuk mendapatkan benih berlabel, varietas yang digunakan harus
sudah dilepas. Sebagian besar varietas (kultivar) tembakau rakyat belum
dilepas (diputihkan).
2. Perbaikan Budidaya
Pada umumnya petani akan melaksanakan budidaya yang benar apabila
ada kepastian pasar dan harga jual tembakaunya. Selain itu petani tembakau
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 42
rakyat (lokal) pada umumnya terbatas modalnya, sehingga seringkali tidak
mampu membeli sarana produksi sesuai anjuran. Dalam hal ini, peningkatan
sistem kemitraan antara petani dengan pabrik rokok dapat meningkatkan
pelaksanaan budidaya petani yang tepat karena ada jaminan hargadan pasar.
3. Mencegah Perluasan Areal di Lahan-lahan yang Tidak Sesuai
Pada umumnya petani baru berhenti menanam tembakau apabila beberapa
tahun mengalami kerugian. Upaya yang dilakukan adalah dengan mencarikan
komoditas alternatif yang ekonomis. Beberapa komoditas alternatif yang mulai
ditanam petani adalah jagung dan kedelai (daerah Paiton), bawang merah,
melon, dan kedelai (Sumenep dan Pamekasan), wijen (Nganjuk, Sampang)
(Fitriningdyahet al., 2005).
4. Mencegah Pemalsuan atau Pencampuran Tembakau
Beberapa pencegahan telah dilakukan oleh Pemda Kabupaten Pamekasan
dan Temanggung dengan peraturan daerah untuk mencegah masuknya
tembakau dari daerah lain pada saat musim panen tembakau. Tindakan pabrik
rokok keretek menolak atau mengembalikan tembakau campuran yang sudah
dibeli akan efektif mencegah pencampuran tembakau tersebut.
5. Mencegah Peningkatan Kandungan Cl Daun
Upaya ini dapat dilakukan dengan mencegah penanaman di lahan pantai;
mencegah penggunaan pupuk dan bahan lain yang mengandung Cl. Dalam hal
ini perlu dilakukan penyuluhan kepada petani mengenai penyebab tingginya
kandungan Cl pada daun tembakau dan akibat buruknya terhadap
mututembakau yang dihasilkan.
6. Perbaikan Pengolahan (Prosesing) Tembakau Rakyat
a. Menganjurkan petani untuk menghilangkan(mengurangi) gagang (“merit”)
sebelum merajangtembakaunya. Praktek ini sampai tahun. 1990 masih
dilakukan di Madura, Bojonegoro,dll.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 43
b.Mencegah petani mencampurkan gula atau bahanlain pada saat mengolah
tembakaunya.
c. Menganjurkan prosesing dengan cara bersih,sehingga campuran benda
asing seperti tikar,tali, kertas, dan lain-lain dapat dicegah.
Rokok keretek menolak atau mengembalikan tembakau campuran yang
sudah dibeli akan efektif mencegah pencampuran tembakau tersebut.
1. Mencegah Peningkatan Kandungan Cl Daun
Upaya ini dapat dilakukan dengan mencegah penanaman di lahan pantai;
mencegah penggunaan pupuk dan bahan lain yang mengandung Cl. Dalam hal
ini perlu dilakukan penyuluhan kepada petani mengenai penyebab tingginya
kandungan Cl pada daun tembakau dan akibat buruknya terhadap
mututembakau yang dihasilkan.
2. Perbaikan Pengolahan (Prosesing) Tembakau Rakyat
a. Menganjurkan petani untuk menghilangkan(mengurangi) gagang (“merit”)
sebelum merajangtembakaunya. Praktek ini sampai tahun. 1990 masih
dilakukan di Madura, Bojonegoro,dll.
b.Mencegah petani mencampurkan gula atau bahanlain pada saat mengolah
tembakaunya.
c. Menganjurkan prosesing dengan cara bersih,sehingga campuran benda
asing seperti tikar,tali, kertas, dan lain-lain dapat dicegah.
2.7 Program Pemerintah
Program pengembangan pendukung untuk petani komoditas tembakau dari
pemerintah pusat kebanyakan berupa kebijakan, sedangkan yang berbentuk
program bisa kita dapatkan dari pemerintah daerah lokal komoditas tembakau
berada. Karena pemerintah pusat tidaklah memiliki program pendukung
pengembangan, yang ada adalah program pengendalian tembakau, misalnya
melalui kebijakan bea cukai tembakau dan PP tembakau mengenai pengendalian
tembakau.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 44
Untuk kebijakan pengembangannya sendiri, pemerintah mencantumkan
pengembangan komoditas tembakau dalam laporan pengembangan keindustrian
2004 – 2012 dengan rincian sebagai berikut :
2.7.1 Kebijakan Industri Nasional (KIN)
Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional (KIN) menetapkan strategi pembangunan industri melalui 2 (dua)
pendekatan, yaitu top down melalui penetapan 35 klaster industri prioritas serta
bottom-up melalui penetapan Industri Unggulan Provinsi (IUP) dan Kompetensi
Inti Industri Daerah (KIID).
Pengembangan Klaster Industri Prioritas
Dalam jangka panjang pembangunan industri diarahkan pada penguatan,
pendalaman dan penumbuhan klaster kelompok industri prioritas. Tembakau
termasuk kedalam Kelompok Industri Agro yang meliputi cabang-cabang industri
pengolahan:
1) Industri Kelapa Sawit
2) Industri Karet dan Barang Karet
3) Industri Kakao dan Coklat
4) Industri Kelapa
5) Industri Kopi
6) Industri Gula
7) Industri Tembakau
8) Industri Buah-buahan
9) Industri Kayu dan Barang Kayu
10) Industri Hasil Perikanan dan
Laut
11) Industri Pulp dan Kertas
12) Industri Pengolahan Susu
2.7.2 Program Intensifikasi Tembakau Virginia (ITV)
Berbagai permasalahan yang terkait dengan agribisnis tembakau telah
menjadi perhatian pemerintah. Masih lebih banyak petani yang belum bekerja
sama dengan perusahaan sehingga mengalami kesulitan dalam melaksanakan
budidaya tembakau virginia secara baik. Pemerintah telah membantu petani
melalui Program Intensifikasi Tembakau Virginia (ITV) mulai tahun 1979.
Pemerintah berfungsi sebagai fasilitator dan menempatkan perusahaan rokok
menjadi pengelola Program ITV. Bantuan pemerintah kepada petani berupa modal
kerja dan sarana produksi berasal dari bank/lembaga keuangan yang ditunjuk dan
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 45
dilewatkan para pengelola tersebut. Selanjutnya pengembalian pinjaman petani
dilakukan melalui para pengelola. Dengan cara tersebut pengelola diposisikan
sebagai penjamin dan bersifat avalis.
Program ITV diharapkan dapat melibatkan lebih banyak petani dan
menjadi jembatan antara petani dengan perusahaan. Setiap pengelola memiliki
wilayah kerja tertentu dengan luas pengembangan dan jumlah petani tertentu
disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku masing-masing perusahaan.
Kesepakatan-kesepakatan dapat dibangun melalui koordinasi dan perencanaan
bersama sebelum musim tanam. Selanjutnya petani dapat memasarkan tembakau
yang dihasilkan kepada perusahaan pengelola yang bekerja sama.
Program ITV memiliki tujuan yang sangat penting dengan dilandasi
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Kedua belah pihak mengikatkan diri atas dasar saling membutuhkan: petani
membutuhkan pasar, sedangkan perusahaan membutuhkan tembakau.
2. Kedua belah pihak memiliki komitmen atas dasar kepentingan bersama dan
memegang kepercayaan yang diberikan.
3. Perusahaan melakukan pembinaan kepada petani agar menerapkan teknologi
yang dianjurkan sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
4. Kerja sama antara kedua belah pihak tetap berpegang pada prinsip-prinsip
bisnis.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 46
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha
perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha
perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di
Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa
swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula,
karet dan lain sebagainya.
Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah
menembus pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas
terbaik. Pada saat sekarang ini lokasi perkebunan tembakau di Indonesia terdapat
salah satunya di Kebun Klumpang, Deli Serdang.
Prospek tembakau di Indonesia adalah sebagai sumber devisa terbesar bagi
perekonomian Negara, hal ini dikarenakan industri rokok dapat memberikan cukai
terbesar sekitar satu triliun setiap tahunnya. Angka ini merupakan jumlah
penerimaan terbesar dari semua cukai yang dipetik pemerintah, sehingga secara
keseluruhan tembakau mampu mengeruk perolehan yang lebih besar
dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya (Suwarno, 2000).
Ekspor tembakau Indonesia didominasi oleh bahan baku pembuat cerutu
(na-oogst), sedangkan untuk keperluan konsumsi dalam negeri didominasi jenis
tembakau bahan sigaret (voor-oogst) lebih dari 90%. Bahan sigaret yang diekspor
adalah sisa pasar lokal yang mutunya tidak memenuhi criteria untuk kebutuhan
pabrik rokok dalam negeri.
Dalam perjalanannya, tidak jarang muncul permasalahan-permasalahan
yang terjadi diperkebunan tembakau ini. Baik itu perekebunan tembakau rakyat,
ataupun perkebunan tembakau perusahaan.
Program pengembangan pendukung untuk petani komoditas tembakau dari
pemerintah pusat kebanyakan berupa kebijakan, sedangkan yang berbentuk
program bisa kita dapatkan dari pemerintah daerah lokal komoditas tembakau
berada. Karena pemerintah pusat tidaklah memiliki program pendukung
pengembangan, yang ada adalah program pengendalian tembakau, misalnya
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 47
melalui kebijakan bea cukai tembakau dan PP tembakau mengenai pengendalian
tembakau.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 48
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. Jakarta : CV
Yasaguna.
Alas, Blandhong. 2013. Klasifikasi Tembakau Indonesia.
http://rishadicorp.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 21 April 2014.
Anonim. 2007. Budidaya Tembakau. http://teknis-budidaya.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.
Anonim. 2014. Data Ekspor dan Impor. http://www.agribisnis.web.id. Diakses
pada tanggal 24 Maret 2014.
Departemen Perindustrian. 2009. Roadmap Industri Pengolahan Tembakau.
Agro.kemenperin.go.id. Diakses pada tanggal 21 April 2014.
Dirbun. 2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Tembakau.
http://dedidoank.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap Industri
Pengolahan Tembakau. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Disbun. ____. Tambakau. http://disbun.jabarprov.go.id/. Diakses pada tanggal 24
Maret 2014.
Fahmi, A’la, dkk. 2010. Tembakau. http://www.scribd.com . Diakses pada tanggal
21 April 2014.
Faoziah, Amalia. ___.___. Proposal PKM KC: Prototipe Electronic Nose Sebagai
Instrumen Uji Mutu Tembakau. Universitas Dian Nuswantoro.
Hartono, Joko. 2013. Variasi dan Perbaikan Cara Pengolahan Berbagai Tipe
Tembakau Rajangan di Berbagai Wilayah Penghasil Tembakau. Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat: Malang.
Hidayat, Arif Meftah. 2013. Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum).
http://www.anakagronomy.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.
Latifah, Hikmah Nur. 2010. Sikap Petani Tembakau Terhadap Program
Kemitraan PT. Gudang Garam Di Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten
Bojonegoro. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Diakses Pada Tanggal
24 Maret 2014.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 49
Mboi, Nafsiah. 2012. Buku Fakta Tembakau. http://tcsc-indonesia.org/. Diakses
pada tanggal 21 April 2014.
Prasetyo, Ludfy Eko. 2013. Budidaya Tembakau Kasturi.
http://ndutludfy.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 21 April 2014.
Rais, Akhyar. ___. Prospek Ekspor dan Impor Tembakau. Lembaga Tembakau
Pusat. http://balittas.litbang.deptan.go.id/. Diakses Pada Tanggal 24 Maret
2014.
Widodo, Slamet. ____. Budidaya Tanaman Tembakau Virginia.
http://cybex.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.
Yuriandi, A. 2010. _______. Repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 21 April
2014.
Zein Nasution, dkk.1985. Pengolahan Tembakau. Bogor : Agroindustri press IPB.
Yuliasti Estri, 2011. Kebijakan Pemerintah Tentang Pajak, Tarif, dan Kuota
Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia. http://pep-ub-
agroekoteknologi.blogspot.com. Diakses pada tnaggal 21 April 2014.
Anonim, ____. ________ http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 21
April 2014.
Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 50