tugas 2 baru

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas ekspor yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil, Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran produksi tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah Amerika Latin dan Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula, karet dan lain sebagainya. Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah menembus pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas terbaik. Pada saat Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 1

Upload: muhammaddasrulwathon

Post on 28-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS 2 baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas

ekspor yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau

terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil,

Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi

tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran

produksi tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah

Amerika Latin dan Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha

perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha

perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di

Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa

swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula,

karet dan lain sebagainya.

Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah menembus

pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas terbaik. Pada

saat sekarang ini lokasi perkebunan tembakau di Indonesia terdapat salah satunya

di Kebun Klumpang, Deli Serdang.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui segala hal mengenai

Agribisnis tanaman perkebunan tembakau yang menajdi salah satu komoditas

perkebunan utama Indonesia.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 1

Page 2: TUGAS 2 baru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Tembakau

Tembakau adalah produk tanaman yang diproses dari daun genus Nicotiana.

Tembakau terutama digunakan sebagai bahan baku rokok, serta berpotensi

digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan

sebagai obat, khususnya di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara

memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang,

menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan.

Setelah Perang Saudara di Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan

tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk ini dengan cepat

berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi persaingan

antara industri rokok dan obat pada pertengahan abad ke-20.

Gambar 1. Tanaman Tembakau

Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi

oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai

250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila

syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun

mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga

berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan

kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah & Soedarmanto, 1982). 

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Tembakau

Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman tembakau :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 2

Page 3: TUGAS 2 baru

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : solanaceae(suku terung-terungan)

Genus : nicotiana

Spesies : Nicotiana tabacum L. (http://disbun.jabarprov.go.id/)

2.1.2. Jenis Tembakau di Indonesia

Beragam jenis tembakau diproduksi di Indonesia, seperti tembakau

Virginia (atau Flue-cured), Burley, Rajangan, tembakau yang dikeringkan dengan

sinar matahari, tembakau yang dikeringkan dengan dianginkan, serta tembakau

untuk cerutu. Namun demikian, ada beberapa faktor khas Indonesia yang

membuat jenis tembakau di Indonesia sulit dikelompokkan ke dalam jenis

Virginia, Burley, atau Oriental. Tiap daerah penghasil tembakau di Indonesia

biasanya memproduksi daun tembakau yang khas, disebabkan oleh kondisi

maupun budaya setempat. Oleh karena itu, tembakau biasanya dinamakan

menurut daerah asal tumbuhnya, misalnya Temanggung, Garut, Boyolali dan

seterusnya.

Lebih dari 100 jenis tembakau dihasilkan di Indonesia.  Dari 200 juta

kilogram tembakau yang diproduksi tiap tahunnya di Indonesia, 70% adalah jenis

Rajangan yang lazim digunakan untuk membuat rokok kretek. Berdasarkan

musim atau cuaca yang ada di Indonesia, tembakau dapat digolongkan menjadi

dua macam yaitu :

1. Tembakau Na-Oogst

Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim

kemarau kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.

2. Tembakau Voor-Oogst

Tembakau Voor-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim

penghujan kemudian dipanen atau dipetik pada musim kemarau.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 3

Page 4: TUGAS 2 baru

Tembakau jenis ini biasanya dinamakan sebagai tembakau musim

kemarau (onberegend).

Sedangkan berdasarkan karakteristik fisiknya, tembakau dapat dibedakan

menjadi :

1. Tembakau Krosok (Leaf Tobaco)

Diminati oleh pasar internasional sebagai bahan baku rokok putih. 80%

produksi tembakau krosok di Indonesia dipasarkan dalam bentuk setengah

jadi dan 20% produksi sebagai campuran bahan baku rokok kretek oleh

semua pabrik rokok di Indonesia. Berdasarkan pengeringannya yaitu flue

cured (tembakau virginia, yang dikembangkan di Lombok), air cured

(tembakau Burley, didaerah Lumajang), Sun Cured (tembakau oriental dan

native), sun air cured (tembakau kasturi, di daerah Karanganyar, Jember,

Lumajang), dan dark fire cured (tembakau boyolali).

2. Tembakau Rajangan (Slicing Tobacco)

Tembakau rajangan merupakan tembakau asli Indonesia yang banyak

dikembangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan

ukuranrajangannya, tembakau rajangan dapat dibedakan menjadi :

Fine Cut (rajangan halus), ukuran rajangan 0,5-2 mm, yaitu tembakau

rajangan Garut dan Tamanan Wringin.

Medium Cut (rajangan medium), ukuran rajangan 2-3 mm, yaitu

rajangan Madura, Blitar, Rembang, Temanggung, dan Ngawi.

Broad Cut (rajangan kasar), ukuran rajangan 3-4,5 mm, yaitu

Rajangan Paiton, Bondowoso, Ploso.(http://rishadicorp.blogspot.com/)

Selain berbagai jenis tembakau yang telah disebutkan terdapat beberapa

jenis tembakau lain yang ada di Indonesia diantaranya yaitu tembakau

payakumbuh, mole, mranggen, weleri, virginia rajangan, madura, paiton, kalituri,

selopuro, kasturi rajangan, soppeng, sinjai, ampenan dan tembakau rajangan

sumba. (Hartono, Joko, 2013)

2.1.3. Syarat Tumbuh

1. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering

ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 4

Page 5: TUGAS 2 baru

lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman dan juga berpengaruh

terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan

berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau

dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk

tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun.

2. Lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan

waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk

pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30˚C.

3. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran

tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok

untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl.

(http://disbun.jabarprov.go.id)

2.1.4. Manfaat

Tembakau selain digunakan sebagai bahan pembuatan rokok, juga

memiliki banyak manfaat lainnya diantaranya:

1. Sebagai reaktor penghasil protein Growth Colony Stimulating Factor

(GCSF), suatu hormon yang sangat penting dalam menstimulasi produksi

darah.

2. Untuk melepaskan gigitan lintah

3. Sebagai obat herbal diabetes dan antibodi

4. Sebagai obat anti radang

5. Sebagai obat herbal HIV/AIDS

6. Untuk memelihara kesehatan ternak

7. Menghilangkan embun

8. Sebagai obat luka (http://disbun.jabarprov.go.id)

2.2 Budidaya Tembakau

2.2.1 Pembibitan

1. Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam.

2. Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 5

Page 6: TUGAS 2 baru

3. Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah

dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter

persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada

polybag.

4. Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi

Timur dan 60 cm sisi Barat.

5. Benih direndam dalam POC selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.

6. Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain

yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah

menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini

benih baru dapat disemaikan.

7. Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang

sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.

8. Semprot POC selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.

9. Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari

setelah semai.

Sumber : http://purwosari.gunungkidulkab.go.id/

Gambar 2. Pembibitan

2.2.2 Pengolahan Media Tanam

1. Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan

±1 minggu.

2. Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm

dengan arah membujur antara timur dan barat.

3. Lakukan pengapuran jika tanah masam.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 6

Page 7: TUGAS 2 baru

2.2.3 Pembuatan Lubang Tanam

Jarak tanam sangat tergantung pada keadaan tanah dan jenis tembakau

yang ditanam. Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan

kedalaman 10-15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri

dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik

dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Maulidiana, 2008). Apabila diinginkan

daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm.

Terdapat perbedaan jarak dan pola tanam pada tembakau yang memiliki jenis

berbeda.

1. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya

dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud.

2. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x

90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan

jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.

3. Penanaman, untuk jenis tembakau musim kemarau (VO) ditanam antara

Maret-Juni, dan tembakau musim penghujan (NO) ditanaman antara

Agustus-September.

4. Untuk tembakau NO jarak tanamnya 90 x 45 cm dan tembakau NO jarak

tanamannya 90 -100 cm x 70 cm

2.2.4 Cara Penanaman

Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar. Waktu

tanam pada pagi hari atau sore hari.

2.2.5 Pemeliharaan Tanaman Tembakau

1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut

dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

2. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap

3 minggu sekali.

3. Pemupukan

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 7

Page 8: TUGAS 2 baru

Dosis yang diberikan saat pemupukan tergantung jenis tanah dan varietas.

Tabel 1. Dosis Pemberian Pupuk

Waktu PemupukanDosisi Pupuk Makro (kg/ha)

Urea/ZA SP – 36 KCl

Saat Tanam - 300 -

Umur 7 HST 300 - 150

Umur 28 HST 300 - 150

TOTAL 600 300 300

Sumber : http://teknis-budidaya.blogspot.com/, 2007

Ket : HST = hari setelah tanam

Penyemprotan POC dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC (3-4

tutup) dicampur hormonik (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.

4. Pengairan Dan Penyiraman

Tembakau musim kemarau membutuhkan air secukupnya (sekitar 100

mm perbulan) selama pertumbuhannya (3 bulan), namun pada saat panen

tidak dikehendaki hujan sama sekali, agar dihasilkan mutu yang baik.

Tembakau musim penghujan membutuhkan air secukupnya (90 mm

perbulan) pada saat panen. Hal ini agar diperoleh mutu yang baik (daun

tipis, rata, lebar, elastis dan berwarna cerah). Peramalan iklim (saat tanam

dan panen) perlu dilakukan guna meminimalisir kegagalan penanaman.

Pada bibit tembakau, penyiraman dilakukan tiap hari (pagi dan sore)

sampai tanaman cukup kuat. Pengairan diberikan secukupnya pada tanaman.

Pada saat tembakau berumur 7-25 hari dilakukan penyiraman dengan

frekuensi 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari frekuensi penyiraman

4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan

sangat cepat oleh karea itu diperlukan penyiraman 5 liter per tanaman setiap

3 hari. Setela tanaman berumur 65 hari sampai panen, tidak diperlukan

penyiraman lagi kecuali cuaca sangat kering (Warintek, 2007).

5. Topping dan Wiwil

Topping adalah memotong batang pucuk bersama bunga diatasnya,

sedangakan wiwilan membuang tunas yang tumbuh pada ketiak daun.

Tujuan topping dan wiwil yaitu meningkatkan kualitas daun tembakau lebih

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 8

Page 9: TUGAS 2 baru

tebal, mempercepat ketuaan daun, dan meningkatkan produksi, dimana berat

daun perlembar semakin bertambah. Ada dua jenis topping yaitu light

topping dengan menyisakan daun tembakau sebanyak 16 lembar atau lebih,

deep topping dengan menyisakan daun tembakau sekitar 12 – 15 lembar

saja. Pemangkasan tembakau kasturi dilakukan setelah 10% dari bunga

pertamanya mekar atau pada saat umur tanaman 50 hari sampai 55 hari.

Pembuangan solang (tunas yang keluar pada ketiak daun) dilakukan 7 hari

sekali. (http://ndutludfy.blogspot.com/)

Sumber : http://ndutludfy.blogspot.com/

Gambar 3. Topping dan Wiwil

6. Pemangkasan

Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali. Pangkas

pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga

2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit

1. Hama

a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak

beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian:

Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada

pagi/sore hari. Kita juga dapat menyemprotkan obat pengendali hama,

salah satunya kita dapat menggunakan Natural VITURA (produk PT.

Natural Nusantara).

b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang

terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian:

pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 9

Page 10: TUGAS 2 baru

c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman

terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan

musnah telur / ulat, sanitasi kebun.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak

bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya

mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian obat seperti GLIO

(produk PT. Natural Nusantara) diawal tanam.

e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit

yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, bisa juga

menggunakan obat.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes

portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni

(Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

2. Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani.

Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna

coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang

terserang dan bakar.

b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul

bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada

batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati.

Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar.

c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun

terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang

menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit,

renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih,

bongkar dan bakar tanaman terserang.

d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul

bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga

menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan

biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 10

Page 11: TUGAS 2 baru

e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan

lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh

massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM),

Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun (Cucumber

Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat.

Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut

dan dibakar.

Sumber :

Gambar 4. Tembakau yang terkena penyakit

2.2.7 Panen

Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah

cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan

tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat

masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan.

Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak

sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan

tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan

diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.

Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk

pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat

dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai

tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 11

Page 12: TUGAS 2 baru

Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com

Gambar 5. Klasifikasi daun berdasarkan Posisinya

Tingkat kemasakan dan posisi daun yang dipetik mempunyai kaitan erat

dengan mutu tembakau rajangan yang dihasilkan. Sehingga untuk memperoleh

mutu yang baik perlu klasifikasi pemisahan mutu sejak pemetikan antara lain

jangan mencampur daun yang mempunyai unsur-unsur yang berperan besar

terhadap pembentukan mutu.

2.3 Pengolahan Tembakau

Proses pengolahan tembakau sebelumnya diawali dengan melakukan pemetikan

daun tembakau. Pemetikan dilakukan setelah berumur 65-70 HST. Pemetikan

daun harus dilakukan dengan benar dan tepat baik tepat waktu, cara dan kriteria

kematangan daun yang dipanaen. Produk tembakau yang utama diperdagangkan

adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk

bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam

perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber

penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan

lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok).1

1 Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia, (Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian)., hal. 2

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 12

Page 13: TUGAS 2 baru

Sumber: Kementrian Perindustrian

Gambar 6. Pohon Industri Berbasis Tembakau

Daun Tembakau

Daun tembakau merupakan bahan utama yang digunakan dalam

produksi,salah satunya yaitu rokok, namun daun tembakau juga bisa digunakan

sebagaibahan obat penjelasannya akan dijelaskan di bawah ini :

A. Rokok

Seperti penjelasan di atas daun tembakau merupakan bahan utama dalam

membuat rokok/cerutu. Rokok adalah silinder dari kertas berukuranpanjang antara

70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm

yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut

pada ujung lain.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas

yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun

terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan

yang memperingatkan perokok akanbahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan

dari merokok, misalnya kankerparu-paru atau serangan jantung (walapun pada

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 13

Page 14: TUGAS 2 baru

kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Di Indonesia rokok

terjadi kontroversial yaitu larangan merokok/fatwa haram merokok, namun

rokok/cerutu merupakan penghasil pajak terbesar, sehingga dapat membantu

perkembangan perekonomian di indonesia.

B. Obat

Tembakau tidak selalu berkonotasi negatif sebagai penyebab kanker, ternyata

tanaman tersebut dapat pula menghasilkan protein anti-kanker yang berguna bagi

penderita kanker, kata peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR Arief Budi Witarto MEng, demikian seperti

dikutip Antara. Dalam usulan risetnya itu Arief mencoba untuk memproduksi

protein penting “Growth Colony Stimulating Factor” (GCSF) dengan

menggunakan tanaman tembakau (Nicotiana spp., L.) lokal dari varietas yang

paling sesuai “genjah kenongo” dari 18 varietas lokal yang ditelitinya.

Tanaman tembakau ini tidak diambil daun tembakaunya untuk memproduksi

rokok tetapi dimanfaatkan sebagai reaktor penghasil protein GCSF, suatu hormon

yang menstimulasi produksi darah. Protein dibuatoleh DNA dari tubuh kita, kita

masukkan DNA yang dimaksud itu ke tembakau melalui bakteri, begitu masuk,

tumbuhan ini akan membuatprotein sesuai DNA yang dimasukkan. Kalau

tumbuhan itu panen, kitadapat cairannya berupa protein.

Selain untuk protein antikanker, GSCF, ujarnya, bisa juga untuk menstimulasi

perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan

jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak.

Tanaman tembakau mungkin digunakan untuk membuat vaksin kanker

tertentu bagi orang yang menderita jenis lymphoma2 kronis, demikian hasil satu

studi.

Obat tersebut, yang akan menyusun reaksi kekebalan pasien sendiri untuk

memerangi sel-sel tumor mereka sendiri, dibuat dengan menggunakan pendekatan

baru yang mengubah secara genetika tanamantembakau yang direkayasa menjadi

pabrik vaksin tertentu.

2 Lymphoma adalah sejenis kanker yang melibatkan sel-sel sistem kekebalan.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 14

Page 15: TUGAS 2 baru

Ini adalah pertama kali vaksin kanker dari tanaman telah diuji coba pada

manusia. Vaksin yang berasal dari tanaman memiliki sejumlah keunggulan.

Vaksin tersebut dapat dikembangkan jauh lebih cepat dan jauh lebih murah.

Vaksin itu tak berisi resiko infeksi seandainya sel-sel hewan tercemar.

Dan anti bodi yang dihasilkan juga dapat menimbulkan reaksi kekebalan

yang lebih kuat dibandingkan dengan yang dikembangkan pada sel-sel hewan.

C. Olahan mentah

Sebagian orang daun tembakau tidak hanya diproduksi sebagai bahan rokok

atau obat anti-kanker saja, namun dapat juga diolah sebagai bahan pembuat

pestisida. Senyawa yang dikandung dalam daun tembakau adalah nikotin.Ternyata

nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk

racun serangga. Daun tembakau kering mengandung 2– 8 % nikotin. Nikotin

merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun

kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali

jamur (fungisida).

Batang Tembakau

Tembakau umumnya dikenal sebagai bahan baku rokok. Belum banyak

yang mengetahui bahwa batang tembakau dapat dimanfaatkan sebagai pestisida

dan bahan kompos. Padahal limbah batang tembakau setelah panen cukup

melimpah. Kelompok Tani Punik Mitra di desa Suralaga, Lombok Timur

berinisiatif memanfaatkan limbah tersebut untuk mengatasi hama yang menyerang

tanaman sayuran.

Dengan bimbingan BPTP NTB, kelompok Tani Punik Mitra membuat

ekstrak batang tembakau. Caranya cukup mudah, hanya dipotong kecil-kecil

kurang lebih 2 cm, dijemur hingga kering kemudian dihancurkan dengan blender

atau mesin pencacah hingga menjadi tepung. Selanjutnya dibuat larutan. Pestisida

nabati berbahan baku limbah batang tembakau yang digunakan selama percobaan

menunjukkan hasil yanghampir sama dengan insektisida kimia sintetis untuk

menekan hamapenting tanaman bawang merah, tomat dan cabe.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 15

Page 16: TUGAS 2 baru

Penggunaan pestisida nabati sangat dianjurkan karena ramah lingkungan.

Bahan baku juga relatif mudah diperoleh. Pembuatannya cukup sederhana dan

tidak membutuhkan banyak biaya. Namun demikian perlu diperhatikan

keterbatasannya seperti daya tahan pestisida nabati yang singkat karena sangat

mudah berubah dan terurai. Untuk itu volume aplikasi harus direncanakan dengan

cermat agar efisien. Di samping itu,konsentrasi larutan yang dihasilkan tidak

konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan baku.

2.3.1 Tingkat Kematangan Daun Tembakau

Menurut Badri et al. (1994), kematangan daun di pohon sesuai dengan

posisi daun pada tanaman, yaitu:

1. Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan,

gagang daun keputih-putihan.

2. Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuning

kenanga.

3. Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.

4. Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.

5. Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.

Sumber: Abdullah, 1982

Gambar 7. Klasifikasi Daun Tembakau Virginia Berdasarkan

Letak daun Pada Batang

Sifat-sifat yang penting sebagai akibat perbedaan letak daun pada batang

antara lain yaitu panjang, lebar, tekstur, kekenyalan, kepadatan, dan jumlah buluh

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 16

Page 17: TUGAS 2 baru

kelenjar pada daun tembakau. Semakin ke atas maka daun tembakau semakin

tebal dan beratnya akan semakin bertambah sesuai dengan letak daun yang

bertambah tinggi.

2.3.2 Jenis Pengolahan Tembakau

Dalam pengolahan daun tembakau, terdapat dua jenis pengolahan, yaitu

perajangan dan pengkrosokan. Pada proses perajangan, daun tembakau digulung

dan diiris tipis, kemudian dilakukan penjemuran dengan matahari. Pada proses

pengkrosokan, daun tembakau terlebih dahulu disujen dan digantung pada bambu

atau kayu, kemudian dilakukan pengomprongan.

Penjemuran pada intensitas sinar matahari mengakibatkan warna kuning

tidak dapat dipertahankan lagi dan berubah menjadi coklat atau coklat tua,

tembakau menjadi kurang elastic dan terasa kasar dipegang dengan kenampakan

tidak cerah, bercak-bercak ditumbuhi jamur, aroma tidak harum.

Menurut Nasution (1985), dalam melakukan pekerjaan penyujenan perlu

mengikuti beberapa ketentuan berikut ini:

1. Untuk daun panjang I (45 cm ke atas) 6 atau 8 helai daun per biting atau

jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang 3 jari.

2. Untuk daun panjang II (35 sampai 45 cm) 10 sampai 12 helai daun per

biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua setengah

jari.

3. Untuk daun panjang III (25 sampai 35 cm) 16 sampai 13 helai daun per

biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang dua jari.

4. Untuk daun panjang IV (kurang dari 25 cm) 20 sampai 22 helai daun

per biting atau jarak antara tangkai-tangkai daun lebih kurang satu

setengan jari.

Ketentuan yang dipaparkan oleh Nasution (1985) maksudkan agar jumlah

daun per batang tidak terlalu berdekatan. Hal ini dikarenakan, jika jarak antar

sujenan terlalu berdekatan maka aerasi udara akan terhambat dan daun muda

menjadi busuk.

Mutu tembakau adalah total sifat kimia dan organoleptik yang dapat

ditransformasikan oleh perusahaan, pedagang, perokok untuk mencapai tujuan

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 17

Page 18: TUGAS 2 baru

tertentu sampai batas ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima. Beberapa sifat

fisik yang diuji terdiri atas elastisitas, kadar air, daya mekar, kecarahan, dan lain-

lain. Sifat kimia antara lain gula, pati, nikotin, khlor, nitrogen total, dan lain-lain.

Aplikasi tembakau setelah pengolahan tersebut adalah sebagai bahan baku

rokok. Aplikasi lainnya dalam kehidupan masyarakat tradisional, tembakau biasa

digunakan sebagai tembakau kunyah atau tembakau sugi (seperti sirih). Aplikasi

tembakau lainnya sedang dalam pengembangan, yaitu sebagai biopestisida atau

pestisida organik.

2.3.3 Proses Pengolahan Tembakau

Proses pengolahan pada tembakau ini dimulai pada saat penanganan pasca

panen tembakau berikut ini penanganan pasca penen tembakau :

1. Pengangkutan

Daun yang telah di petik dan telah terkumpul di tempat teduh kemudian di

masukkan keranjang dan di dibawa ke gudang. Pengikatan daun sebaiknya

dihindari karena akan mengakibatkan daun memar dan cepat menjadi cokelat

dalam pemeraman.

2. Sortasi daun tembakau

Sortasi daun tembakau bertujuan untuk memilah daun sesuai tingkat

kemasakan sebelum dilakukan pemeraman, sehingga diperoleh daun yang

seragam tingkat kemasakannya waktu dalam lama pemeraman. Sortir daun

berdasarkan kualitas warna daun yaitu:

1. Trash (apkiran): warna daun hitam

2. Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda

3. Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk

lemon)

4. More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 18

Page 19: TUGAS 2 baru

Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com

Gambar 8. Sortasi Daun Tembakau dan Penyujenan Daun

Tembakau

3. Pemeraman, penghilangan gagang/ibu tulang daun, dan penggulungan.

Pemeraman bertujuan untuk meningkatkan suhu agar aktivitas enzim

berjalan lebih tinggi dalam merombak klorofil dan pati, sehingga diperoleh

daun yang berwarna kuning dengan aroma yang khas. Cara pemeraman adalah

menumpuk atau menata daun sesuai tingkat kemasakan dengan pangkal ibu

tulang daun berada di bawah pada lantai yang diberi alas tikar untuk

menghindari kotoran. Demikian juga dinding jika memungkinkan diberi

pelapis “gedeg” (anyaman bambu tipis) untuk menghindari suhu dingin pada

malam hari, kemudian tumpukan daun tersebut ditutup. Pemeraman diakhiri

apabila daun telah berwarna kuning, kemudian ibu tulang daun dihilangkan

secara hati-hati untuk menghindari memar, dan selanjutnya dilakukan

penggulungan. Satu gulungan daun terdiri atas 15 – 20 lembar daun.

Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com

Gambar 9. Penghilangan Ibu Tulang Daun dan Penggulungan

4. Curing

Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun

tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa

petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 19

Page 20: TUGAS 2 baru

tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih

tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing:

Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 %

menjadi 10-15 %.

Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan

aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses.

Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di

dalam oven.Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan

1,8 ha, sedangkan 5 x5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses,

kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering.

Beberapa tahapan curing, yaitu:

a. Penguningan

Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari

hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun/klorophyil ke zat

kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan

ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42˚C. Proses ini harus dilakukan secara

perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya

berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi

ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah

berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat

menentukan terhadap hasil curling.

Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com

Gambar 10. Fase Penguningan (Yellowing)

b. Pengikatan Warna

Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar

daun maupun tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan.

Pada saat proses ini terjadi, makaapabila daun masih berwama hijau,

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 20

Page 21: TUGAS 2 baru

maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama

kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada suhu

43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada

proses penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru

menaikkan temperatur lebih dari42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka

secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya.

Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19

jam.

Sumber : http://dedidoank.files.wordpress.com

Gambar 11. Fase Pengikatan Warna (Fixing)

c. Pengeringan Lembar Daun

Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar

daun dengan cara menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi

dibuka, karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang

harus dibuang keluar oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini,

daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa

basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih

kurang 30-32 jam.

d. Pengeringan Gagang

Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini

air yang bisa dilepas di dalam batang daun akan dikeluarkan proses awal

tahap ini ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk

menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini

bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila

ditekuk  batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa

tahap ini berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi

harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 21

Page 22: TUGAS 2 baru

waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas

72˚C, karena tembakau akan terbakar.

5. Perajangan

Perajangan dilakukan pada waktu malam hari sampai pagi hari. Caranya

dengan merajang gulungan daun yang telah selesai diperam. Gulungan daun

dimasukkan pada lubang alat perajangan kemudian diiris dengan pisau yang

tajam dan ukuran ketebalan rajangan antara 1–2 mm. Perajangan harus dengan

pisau yang tajam karena jika pisau kurang tajam hasil rajangan akan memar

dan dapat menurunkan mutu.

Tabel 2. Perkiraan Mutu dan Ukuran Rajangan

Sumber : dedidoank.files.wordpress.com

A : Terendah , J : Tertinggi

Sumber : http://purwosari.gunungkidulkab.go.id/

Gambar 12. Perajangan

6. Penjemuran

Hasil rajangan dihamparkan diatas “widig” yang terbuat dari anyaman

bambu, kemudian dijemur dipanas matahari. Widig atau rigen adalah anyaman

bilah-bilah bambu yang berukuran 75 x 150 cm yang diberi bingkai untuk

menjemur rajangan daun tembakau. Anyaman dibuat jarang dengan lubang 5 -

10 mm dan ukuran bilah bambu yang dianyam 4 - 5 mm.

Agar pengeringan merata, pada tengah hari dilakukan pembalikan

rajangan. Penjemuran dianggap selesai apabila rajangan dipegang cukup kasar

dan mudah patah. Kemudian “widig” beserta tembakau diatasnya ditumpuk di

dalam ruangan tertutup selama satu sampai dua hari agar rajangan menjadi

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 22

Page 23: TUGAS 2 baru

lemas. Selanjutnya dilipat atau digulung dan dikemas sesuai dengan kebiasaan

petani setempat (masing-masing wilayah).

Sumber : http://purwosari.gunungkidulkab.go.id/

Gambar 13. Penjemuran Tembakau

Sumber : http://pdradiaampenan.blogspot.com/

Gambar 14. Tembakau Kering

Sumber : http://ndutludfy.blogspot.com/

Gambar 15. Penyujenan Tembakau

2.4 Potensi Tembakau di Indonesia

Potensi pasar tembakau sangat besar serta mengalami peningkatan dari waktu

ke waktu. Hal tersebut didukung oleh sumber daya alam Indonesia yang

berlimpah. Rendahnya harga rokok, pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan

rumah tangga, dan mekanisasi industri rokok kretek ikut menyumbang

meningkatnya konsumsi tembakau yang signifikan di Indonesia sejak tahun 1970-

an. Sebagian besar perokok di Indonesia (88 persen) mengkonsumsi rokok kretek

yaitu rokok yang terdiri dari tembakau yang dicampur cengkeh.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 23

Page 24: TUGAS 2 baru

Prospek tembakau di Indonesia adalah sebagai sumber devisa terbesar bagi

perekonomian Negara. Hal ini dikarenakan industri rokok dapat memberikan cukai

terbesar sekitar satu triliun setiap tahunnya. Angka ini merupakan jumlah penerimaan

terbesar dari semua cukai yang dipetik pemerintah, sehingga secara keseluruhan

tembakau mampu mengeruk perolehan yang lebih besar dibandingkan dengan

komoditas perkebunan lainnya (Suwarno, 2000).

2.4.1 Peranan Tembakau dalam Perekonomian Nasional

1. Berperan dalam Penerimaan Negara (PDRB)

Peran tembakau dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari beberapa

indikator seperti perannya dalam penerimaan negara (PDB), sumber lapangan

kerja dan pendapatan masyarakat. Industri tembakau secara luas mencakup

sektor bahan baku primer daun tembakau dan cengkeh dan industri pengolahan

rokok. Berdasarkan hasil analisa Input-Output tahun 2005 industri tembakau

memberikan kontribusi 1,66 persen terhadap total PDB nasional. Kontribusi

terbesar berasal dari Industri rokok sebesar 1,56 persen, sedangkan sektor

bahan baku tembakau dan cengkeh hanya berkontribusi masing masing sebesar

0,03 persen dan 0,07 persen. Namun demikian industri rokok merupakan salah

satu industri pertanian (agroindustri) yang menonjol di Indonesia (Rachmat,

2010). Terhadap Agroindustri tersebut peran industri rokok mencapai 13,13

persen (Tabel 3.).

Tabel 3. Kontribusi Sektor Tembakau, Cengkeh dan Industri Rokok

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, 2005.

Peran bahan baku primer tembakau dan cengkeh terhadap total perkebunan

dan pertanian relatif kecil. Nilai produksi usahatani tembakau dan cengkeh

terhadap nilai produk perkebunan masing-masing sebedar 1,54 persen dan 2,83

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 24

Page 25: TUGAS 2 baru

persen; sementara terhadap nilai produk pertanian masing-masing hanya 0,27

persen dan 0,49 persen (Tabel 4). Kondisi ini sejalan dengan kecilnya peran

areal pertanaman dan jumlah petani tembakau di Indonesia. Dalam tahun 2007

luas areal tembakau mencapai 198 ribu hektar (sekitar 0,9% total areal

perkebunan Indonesia), sementara jumlah petani yang terlibat dalam usahatani

tembakau hanya 554,5 ribu rumah tangga petani atau sekitar 8,0 persen

dibandingkan dengan rumah tangga petani pekebun sebesar 6880 ribu RT, atau

hanya 2,1 persen dari total rumah tangga pertanian sebesar 25 579 ribu RT

(BPS, 2008).

Tabel 4. Kontribusi Tembakau dan Cengkeh Terhadap Sub Sektor

Perkebunan dan Sektor Pertanian di Indonesia, 2005.

2. Sumber Penerimaan Negara dari Cukai

Berdasarkan pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, bahwa

yang dimaksud dengan cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap

barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan

dalam undang-undang yang befungsi untuk menjamin peningkatan penerimaan

negara, sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan peningkatan pembiayaan

pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan

keseimbangan (Suryanto, 2008).

Peran komoditas tembakau yang cukup nyata dalam perekonomian nasional

adalah sebagai sumber penerimaan negara dari cukai. Nilai penerimaan dari cukai

yang dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu dari Rp 11,1 triliun pada tahun

2001 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2008, suatu peningkatan rata rata

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 25

Page 26: TUGAS 2 baru

53 persen per tahun (Tabel 5). Penerimaan nilai cukai sebesar 47 triliun pada

tahun 2008 merupakan nilai satu persen dari penerimaan total negara.

Tabel 5. Perkembangan Cukai Tembakau di Indonesia, 200-2008

Peningkatan cukai tembakau tersebut terutama karena kebijakan

peningkatan harga jual eceran rokok tarif cukai hasil tembakau, sementara

produksi rokok memperlihatkan kecenderungan menurun (Rachmat, 2010).

Indonesia saat ini menerapkan dua jenis sistem cukai tembakau yakni ad

valorem (berdasarkan nilai - value) dan cukai spesifik (menurut kuantitas).

Kedua sistem tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan

dalam upaya meningkatkan penerimaan negara, administrasi dan promosi

peningkatan harga.

Sistem cukai spesifik memiliki kelebihan dalam konteks meningkatkan

penerimaan negara karena cukai tersebut bertujuan untuk melindungi

penerimaan negara dari perang harga atau penurunan harga. Cukai spesifik

dapat menjadi acuan untuk memperkirakan penerimaan negara apabila jumlah

pembelian suatu produk didasarkan atas tinggi rendahnya kualitas produk.

Sistem cukai spesifik juga memberikan insentif untuk meningkatkan harga

rokok karena setiap kenaikan harga akan kembali kepada perusahaan dalam

bentuk penerimaan. Sebaliknya, cukai ad valorem memiliki efek pengganda

(multiplier effect). Cukai ini dikenakan pada nilai produk, sehingga apabila ada

kenaikan harga, maka sebagian harga tersebut (yang dikenai tarif ad valorem)

akan kembali kepada pemerintah dalam bentuk penerimaan cukai. Pada saat

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 26

Page 27: TUGAS 2 baru

yang sama, setiap penurunan harga akan disubsidi secara efektif oleh

pemerintah. Sistem ini tidak menjamin bahwa pemerintah mendapat

penerimaan yang tinggi karena cukai ad valorem dipengaruhi oleh inflasi dan

perang arga. Efek pengganda dari cukai ad valorem ini juga menurunkan

insentif bagi perusahaan untuk memperbaiki kualitas produknya, dan hanya

akan berlomba-lomba untuk menurunkan harga. Sebaliknya, cukai spesifik

berpeluang meningkatkan konsumsi rokok merek berkualitas tinggi.

Penetapan pajak/ cukai umumnya dalam bentuk pajak penjualan ad valorem

sebagaimana juga diterapkan di Indonesia. Cukai ad valorem memberikan

proteksi yang lebih besar kepada produsen dalam negeri yang memproduksi

rokok yang relatif “murah” (kualitas “rendah”). Tetapi ketika terdapat

perbedaan kualitas yang cukup besar antara produk dalam negeri dan produk

impor , cukai impor dapat diterapkan pada produk impor untuk menekan efek

dari dampak negatif cukai spesifik terhadap penurunan harga atau kualitas

produksi domestik. Ketika bea masuk diterapkan untuk proteksi industri, cukai

spesifik dapat dikenakan pada produk domestik dan produk impor .

Rataan dunia pajak rokok sebesar 41,81 persen dari harga rokok dengan

kisaran antara 2 persen sampai 84 persen dari harga rokok (Tabel 6).

Tabel 6. Besaran dan Kisaran Pajak/ Cukai Rokok di

Negara-Negara Dunia

Pajak/cukai rokok terendah (2%) dijumpai di Benin, S. Vincent dan Libia;

sedangkan negara dengan pajak rokok tertinggi (84%) dijumpai di negara Niue,

kawasan Pasifik Barat. Secara umum kawasan dengan pajak rokok tertinggi

terjadi di Asia Tenggara dengan dipelopori oleh Thailand yang menerapkan

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 27

Page 28: TUGAS 2 baru

pajak rokok sebesar 79 persen dari harga rokok. Indonesia menerapkan pajak

rokok sebesar 22,0 persen, relatif rendah dibandingkan dengan rata rata dunia.

Di kawasan Asia tenggara pajak rokok di Indonesia paling rendah, sebaliknya

Thailand menerapkan pajak rokok yang tinggi untuk melindungi rakyatnya

(Rachmat, 2010).

Tabel 7. Target dan Realisasi Penerimaan Cukai Anggaran Pendapatan

Belanja Negara 2005-2010

Dari sisi penerimaan negara, benar bahwa penerimaan negara melalui cukai

sangat tinggi dan terealisasi dengan baik. Departemen keuangan sudah bekerja

dengan baik sehingga dana tersebut mendapatkan angka yang baik. Namun,

tanpa disadari oleh pemerintah kebijakan tersebut dapat menyulitkan Industri

Hasil Tembakau untuk bertahan bahkan memancing tidakan kriminal oleh

oknum tak bertanggungjawab. Kerugian negara dari tindak pidana terkait pita

cukai palsu yang ditangani Ditjen Bea dan Cukai selama 2009 mencapai sekitar

Rp. 1,5 triliun. Kerugian tersebut adalah dari penggerebekan percetakan pita

cukai palsu yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Peredaran pita cukai

palsu tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun dengan melihat tabel di

bawah ini. Apabila dilihat dari cara memproduksi pita cukai tersebut adalah

dengan menjalankan kegiatan pita cukai palsu secara tertutup dengan kedok

kegiatan penjualan.

Disini Departemen Perindustrian dan Perdagangan lebih berperan dalam

menjaga kestabilan penerimaan negara dalam hal cukai hasil tembakau. Dapat

dilihat pada Tabel 8 di atas bahwa proses law enforcement begitu gencar

dilakukan oleh Dirjend Bea dan Cukai bersinergi dengan POLRI (Kepolisian

Republik Indonesia) dalam melakukan pengawasan pita cukai palsu tersebut.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 28

Page 29: TUGAS 2 baru

Tabel 8. Kasus Pita Cukai Palsu dari Tahun 2006- Juli 2009

3. Penciptaan nilai output dan nilai tambah

Peranan sektor tembakau dan sektor industri rokok dalam penciptaan nilai

tambah (value-added) nasional hampir sama dengan peranannya

dalam penciptaan output nasional. Dengan mengolah hasil panen tembakau

yang berupa daun tembakau menjadi berbagai macam hasil olahan, maka hal ini

akan menciptakan suatu nilai tambah pada produk tersebut. Dengan begitu,

maka nilai produk tersebut akan bertambah dan tentunya akan lebih

menguntungkan daripada tanpa pengolahan.

4. Membuka Kesempatan Kerja

Dalam peranannya terhadap lapangan kerja, secara keseluruhan industri

tembakau menyerap tenaga kerja pada industri tembakau sekitar 4,154 juta

tenaga kerja, dimana 93,77 persen diserap pada kegiatan usahatani termasuk

pasca panen, sedangkan tenaga kerja di sektor pengolahan rokok hanya

menyerap sekitar 6,23 persen (Tabel 9).

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 29

Page 30: TUGAS 2 baru

Tabel 9. Penyerapan Tenaga Kerja Agroindustri Tembakau di Indonesia,

2008

Hasil studi Santoso et al. (2009) menunjukkan bahwa nilai pengganda

pendapatan sektor industri rokok memiliki nilai terkecil kedua dibandingkan

dengan pengganda agroindustri lainnya. Nilai pengganda sebesar 0,127

menunjukkan kondisi bahwa apabila terjadi kenaikan output pertanian sebesar

Rp 1 juta akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor perekonomian

sebesar Rp 127 juta. Kondisi ini karena industri rokok merupakan industri

tunggal yang tidak keterkaitannya kecil. Selanjutnya hasil kajian Sudaryanto et

al. (2009) dalam perekonomian nasional, peranan agribisnis tembakau dan

industri rokok dalam penciptaan nilai output, nilai tambah, dan penyerapan

tenaga kerja kurang signifikan, namun kedua sektor tersebut mempunyai angka

pengganda (multiplier effect) output. Angka pengganda untuk tenaga kerja

agribisnis tembakau lebih besar daripada industri rokok. Hal ini terjadi karena

dalam perdagangan internasional, komoditas tembakau dan rokok lebih banyak

menguras dari pada menghasilkan devisa negara, sedangkan agribisnis

tembakau mampu menarik sektor hulu dan mendorong sektor hilir untuk

berkembang, sementara industri rokok hanya mampu mendorong sektor hilir

saja(Rachmat,2010).

2.4.2 Produksi Tembakau

Perkembangan produksi tembakau dunia pada saat ini cenderung mengalami

penurunan hal ini dikarenakan menurunnya produksi dari Negara-negara sebagai

produsen utama tembakau karena perubahan-perubahan iklim yang tidak menentu

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 30

Page 31: TUGAS 2 baru

sehingga mengganggu pertumbuhan, produksi serta kualitas tembakau, akibatnya

terdapat perbedaan antara permintaan dan stok, dalam hal ini dapat terlihat dari

tingkat konsumsi tembakau dunia relatif stabil atau cenderung meningkat sedangkan

stok tembakau dunia mengalami penurunan (Suwarno, 2000).

Secara global, produksi daun tembakau mengalami penurunan. Penurunan

yang serupa terjadi juga di Indonesia, yaitu dari 156 ribu ton di tahun 1990

menjadi 135 ribu ton di tahun 2010. Berdasarkan komposisi produksi, provinsi

penghasil daun tembakau di Indonesia tidak berubah. Produksi daun tembakau

terkonsentrasi di lima provinsi, yaitu Jawa Timur, NTB, Jawa Tengah, Jawa Barat

dan Sumatera Utara, dimana Jawa Timur menyumbang hampir 40% produksi

daun tembakau nasional.

Produktivitas lahan tembakau Indonesia mengalami kenaikan dari 649

kg/ha pada tahun 1995 menjadi 867 kg/ha pada tahun 2009, namun kembali

menurun pada tahun 2010 menjadi 764 kg/ha. Produktivitas lahan tembakau

sendiri ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: pupuk dan pestisida, bibit,

cuaca dan air yang cukup. Sementara itu, mengingat sifat tanaman tembakau yang

sangat sensitif, naik turunnya produktivitas tanaman tembakau juga tergantung

pada cuaca terutama curah hujan yang tinggi dapat merusak daun tembakau dan

yang pada gilirannya dapat menurunkan produktivitas. Jika dibandingkan

keuntungan tanaman tembakau dengan tanaman lain, tembakau bukan tanaman

yang memberikan keuntungan paling besar, baik dataran rendah maupun dataran

tinggi. Di dataran rendah, bawang merah, cabe merah, dan melon memberikan

kentungan lebih besar daripada tembakau. Sedangkan, di dataran tinggi, kentang

dan cabe merah lebih menguntungkan untuk ditanam sebagai alternatif pengganti

tembakau.

2.4.3 Proporsi Lahan Pertanian Tembakau

1. Dalam kurun waktu tahun 1990-2009, persentase luas lahan tembakau

terhadap arable land menunjukkan kecenderungan yang menurun, yaitu

dari 1,16% pada tahun 1990 menjadi 0,87% pada tahun 2009 (tabel 3.3).

2. Bersamaan dengan itu, proporsi lahan tembakau terhadap lahan pertanian,

menunjukkan kecenderungan yang menurun juga, yaitu dari 0,52% tahun

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 31

Page 32: TUGAS 2 baru

1990 menjadi 0,38% tahun 2009 (tabel 3.3). Kecenderungan yang

menurun ini menunjukkan semakin sedikitnya lahan yang diutilisasi untuk

ditanami tembakau.

Gambar 16. Persentase produksi tembakau menurut provinsi, 2009

Gambar 17. Persentase produksi tembakau menurut provinsi, 2010.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 32

Page 33: TUGAS 2 baru

2.5 Perdagangan Tembakau di Pasar Internasional

2.5.1 Produksi Global

Gambar 18. menunjukkan bahwa China, Brazil, India, dan Amerika

Serikat merupakan negara produsen daun tembakau terbesar di dunia. Pada tahun

2009, keempat negara tersebut memproduksi 4,9 juta ton tembakau atau 68,5%

dari total produksi tembakau di dunia. Sementara itu, Indonesia memproduksi

tembakau sebesar 176 ribu ton, atau sekitar 2,4% dari total produksi tembakau

dunia.

Tabel 10. Sepuluh Besar Negara Produsen Daun Tembakau di Dunia, 2009

dan 2010

No Negara2009

Negara2010

Dalam ton % Dalam ton %

1 China 3.067.928 42,65 China 3.005.753 42,25

2 Brazil 863.079 12,00 Brazil 780.942 10,98

3 India 620.000 8,62 India 755.500 10,62

4 Amerika Serikat 373.400 5,19 Amerika Serikat 326.080 4,58

5 Malawi 208.155 2,89 Malawi 215.000 3,02

6 Indonesia 176.510 2,45 Indonesia 135.678 1,91

7 Argentina 159.495 2,22 Argentina 123.300 1,73

8 Italia 119.119 1,66 Pakistan 119,323 1,68

9 Pakistan 104.996 1,46 Zimbabwe 109.737 1,54

10 Zimbabwe 96.367 1,34 Italia 97.200 1,37

Lainnya 1.403.958 19,52 Lainnya 1.445.452 20,32

Dunia 7.193.007 100 Dunia 7.113.965 100

Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012 : tembakau, 2011, Kementrian Pertanian

2.5.2 Impor Tembakau Indonesia

Tabel 11. Impor Tembakau Indonesia dari-10 Negara Penghasil Terbesar

Tahun 2006-2011

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 33

Page 34: TUGAS 2 baru

Sumber : BPS, 2012

Berdasarkat Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata setiap tahunnya negara

Indonesia mengalami kenaikan volume impor setiap tahunnya. Pada tahun 2006-

2011 Indonesia mengalami pengurangan jumlah Impor tembakau hanya satu kali,

yaitu pada tahun 2009, yaitu dari volume impor sebesar 77,302 ton pada tahun

2008 menjadi 53,198 ton pada tahun 2009. Tidak hanya volume namun juga nilai

impor tembakau pun terus meningkat kecuali pada tahun 2009 mengalami

penurunan sebesar 40.340 US$.

Negara asal untuk impor tembakau terbesar Indonesia diduduki oleh

Negara China, kemudian Brazil dan Turki. Ketiga negara tersebut merupakan 3

negara yang menjadi importir tembakau ke Indonesia selama kurun waktu 5 tahun

terakhir.

2.5.3 Ekspor Tembakau Indonesia

Indonesia mengekspor tembakau dalam bentuk tembakau belum diolah

dan tembakau yang telaj diolah. Tembakau yang belum diolah ekspor tembakau

Indonesia didominasi oleh bahan baku pembuat cerutu (na-oogst), sedangkan

untuk keperluan konsumsi dalam negeri didominasi jenis tembakau bahan sigaret

(voor-oogst) lebih dari 90%. Sedangkan untuk produk tembakau yang telah diolah

volumenya naik 7,1% dari 41.892 ton pada 2005 menjadi 44.858 ton pada 2006

dengan nilai naik 9,6% dari US$216,4 juta menjadi US$237,2. Selama tahun

2002–2006 ekspor tembakau hasil olahan rata-rata per tahun sebesar 8.998 ton

dengan nilai US$47.586 juta. (http://balittas.litbang.deptan.go.id)

Bahan sigaret yang diekspor adalah sisa pasar lokal yang mutunya tidak

memenuhi kriteria untuk kebutuhan pabrik rokok dalam negeri.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 34

Page 35: TUGAS 2 baru

Tabel 12. Ekspor Tembakau Indonesia ke-10 Negara Tujuan Terbesar

Tahun 2006-2011

Sumber : BPS, 2012

Berdasarkan Tabel 12 ekspor tembakau Indonesia setiap tahunnya dari

tahun 2006-2011 jika dilihat dari segi volume cukup berfluktuasi, namun jika

dilihat dari nilai ekspor terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat selama

tahun 2006-2011 terus mengalami peningkatan volume tembakau yang di ekspor

oleh Indonesia hanya pada tahun 2007 dan 2011 terjadi penurunan yaitu dari

51,997 ton pada tahun 2006 menjadi 39,297 ton pada tahun 2007, dan 57,408 ton

pada tahun 2010 menjadi 38,905 ton pada tahun 2011. Tujuan utama ekspor

tembakau Indonesia adalah Negara Amerika Serikat dengan jumlah volume

tembakau yang paling tinggi setiap tahunnya dibandingkan dengan negara

lainnya.

Dilihat secara keseluruhan berdasarkan tabel ekspor dan impor tembakau

Indonesia selama 20 tahun terakhir, dari 1990 hingga 2010 terdapat

kecenderungan peningkatan impor dan ekspor daun tembakau. Tahun 2010,

Indonesia mengimpor 65,7 ton daun tembakau atau 48% dari total produksi, dan

mengekspor 57 ton atau sekitar 42% dari total produksi. Jika dilihat dari nilai net

ekspor, selama 20 tahun (1990-2010) Indonesia selalu mengalami net ekspor

negatif yang berarti lebih banyak mengimpor dibandingkan mengekspor (kecuali

1990, 1992 dan 1998). Walaupun nilai net ekspor negatif tersebut besarnya

cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun, akan tetapi lima tahun terakhir nilainya

semakin negatif yang artinya Indonesia semakin banyak mengimpor daun

tembakau dimana pada tahun 2010 jumlahnya mencapai US$ 183,077 juta.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 35

Page 36: TUGAS 2 baru

2.5.4 Ekspor-Impor Olahan Tembakau (Rokok)

Ekspor rokok merupakan bagian kecil (0,28% – 0,42%) dari total nilai

ekspor produk non migas. Dari tahun 2005 sampai 2011, persentase ekspor rokok

terhadap produksi selalu di bawah 0,03%. Demikian dengan presentase impor

rokok terhadap produksi, presentasenya bahkan kurang dari 0,0002%. Dengan

demikian sebagian besar produksi rokok Indonesia adalah untuk konsumsi

domestik. Pada tahun 2011, nilai ekspor rokok Indonesia adalah sebesar US$

549,8 juta atau sekitar 78,5% nilai ekspor produk tembakau. Kuantitas rokok yang

diekspor sebanyak 59,1 juta kilogram atau sekitar 60% dari total kuantitas ekspor

produk tembakau. Pada tahun 2011, nilai ekspor netto dari rokok adalah positif

US$ 543.515.020, dengan nilai ekspor US$ 549.765.664 dan nilai impor US$

6.250.644. Dari enam jenis rokok yang di ekspor oleh Indonesia, nilai ekspor

terbesar adalah dari sigaret mengandung tembakau (rokok putih), kedua sigaret

kretek dan ketiga adalah cerutu, cheroots dan cerutu kecil mengandung tembakau.

Tahun 2010, tiga besar negara penerima ekspor sigaret kretek dari Indonesia

adalah Singapura, Malaysia dan Timor Leste. Sedangkan untuk ekspor rokok

selain kretek, negara tujuan ekspor rokok jenis ini didominasi oleh Kamboja,

Malaysia, Thailand, Turki dan Singapura. Pada tahun 2010, rokok dari Indonesia

paling banyak diekspor ke Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand dan Turki.

Sedangkan untuk impor, Indonesia paling banyak mengimpor rokok dari Jerman

dan Cina.( Nafsiah Mboi, 2012)

2.6 Permasalahan yang Dihadapi

Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di

Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan. Karena tembakau

merupakan tanaman yang memiliki nilai jual hasil olahan yang cukup tinggi.

Sebagai contoh rokok yang merupakan produk olahan dari tembakau dijual

dengan harga yang bervariasi dan relatif tinggi. Rokok tidak hanya dinikmati oleh

segelintir orang, tetapi rokok sudah merupakan bahan yang banyak dikonsumsi

oleh penduduk dunia. Tembakau merupakan komoditi yang mengandalkan zat

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 36

Page 37: TUGAS 2 baru

adiktif yang menimbulkan ketergantungan sehingga mempunyai pangsa pasar

relatif tahan lama.

Dalam perjalanannya, tidak jarang muncul permasalahan-permasalahan yang

terjadi diperkebunan tembakau ini. Baik itu perekebunan tembakau rakyat,

ataupun perkebunan tembakau perusahaan. Permasalahan-permasalahan tersebut

diantaranya :

2.6.1 Permasalahan Perkebunan Tembakau Pada Umumnya

1. Sensitif terhadap cuaca. Tembakau ini menghendaki cuaca yang benar-benar

kering padasaat panen dan adanya hujan walaupun dalam volume kecil akan

sangat merusak hasil tembakau.

2. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem

perdagangan yangtidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat

dikuasai oleh pabrik rokok sehinggaharga maupun volume pembelian

ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agen-agennya.

3. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha)

sehingga sulit untuk menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini

juga menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik terhadap

pedagang.

4. Kampanye anti rokok yang dipelopori WHO (World Health Organization)

sejak tahun1974. Di Indonesia gerakan anti rokok baru dimulai tahun 1991

dengan adanya peringatan pemerintah bahwa merokok dapat merugikan

kesehatan

2.6.2 Permasalahan Perkebunan Rakyat

Tembakau rakyat terdiri atas berbagai jenis tembakau lokal. Areal dan

produksi rata-rata pertahun sebesar 173.542 ha dan 116.995 ton atau72,81% dan

62,72% dari seluruh areal dan produksi tembakau nasional (228.448 ha dan

180.768 ton). Tembakau rakyat terdiri atas berbagai jenis tembakau lokal yang

berkembang di daerah tertentu, pada umumnya diberi nama sesuai dengan

daerahnya. Jenis tembakau rakyat antara lain adalah tembakau madura (64.422

ha), temanggungan (33.079 ha), weleri/kendal (9.043 ha), mranggen (11.928 ha),

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 37

Page 38: TUGAS 2 baru

paiton (12.527 ha), dan lain-lain. Sebagian besar produksi tembakau rakyat

dipergunakan oleh pabrik rokok keretek, selebihnya untuk rokok lintingan dan

diekspor (Tabel 13).

Tabel 13. Areal dan produksi tembakau di Indonesia menurut

jenisnya (2001 s.d. 2004)

Permasalahan utama yang dialami oleh perkebunan tembakau rakyat

adalah mutu dari tembakau yang ditanam. Manual Llianos Company (1985)

mendefinisikan mutu tembakau sebagai total sifat kimia dan organoleptic yang

dapat ditransformasikan oleh perusahaan, pedagang, atau perokok untuk mencapai

suatu tujuan tertentu sampai batas ekonomi dan rasa yang masih dapat diterima.

Suyanto dan Tirtosastro (2006) menyatakan bahwa permasalahan kualitas

tembakau rakyat meliputi (1) tercampurnya benda asing (foreign matter), (2)

cloride, (3) fisik tembakau yaitu persentase gagang, penambahan gula dan

keseragaman ukuran, dan (4) jenis/varietas.

Menurunnya mutu tembakau rakyat juga disebabkan oleh budidaya yang

tidak sesuai dengan baku teknis, seperti tidak dilakukan pemangkasan (di

Bojonegoro), dan dosis pupuk nitrogen yang berlebihan (Balittas, 2002). Selain

itu perluasan areal tembakau seringkali dilakukan ke lahan-lahan yang tidak

potensial seperti meluasnya lahan sawah dan lahan di tepi pantai yang kandungan

klornya tinggi seperti di Madura dan Paiton. Selain itu seringkali petani

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 38

Page 39: TUGAS 2 baru

menggunakan pupuk yang mengandung Cl (klor) yang menyebabkan kandungan

Cl tembakau tinggi dan mutunya turun (Fitriningdyah et al., 2005).

Dari pernyataan-pernyataan di atas penyebab ketidaksesuaian mutu

tembakau yang dihasilkan petani dengan permintaan pabrik rokok dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Ketidakmurnian jenis/varietas tembakau yang ditanam.

Setiap jenis tembakau lokal sudah beradaptasi dengan lingkungan

tumbuhnya, dan dibudidayakan dengan cara berbeda pula, sehingga

menghasilkan karakter fisik dan kandungan kimia daun yang berbeda pula.

Kebutuhan benih per hektar yang sangat sedikit (10–20 gram), dan mudahnya

menghasilkan benih menyebabkan petani umumnya membuat benih sendiri.

Benih tembakau buatan petani pada umumnya tidak murni. Selain itu

seringkali petani mengambil benih atau bibit dari daerah lain sehingga

meningkatkan ketidakmurnian varietas yang ditanam.

Sebagai contoh, sebagian petani Madura bahkan di daerah potensial

seperti Desa Prancak lebih senang menanam tembakau jawa karena

produksinya tinggi. Akan tetapi hal ini dikeluhkan oleh pabrik rokok karena

karakter mutunya berbeda dengan tembakau madura. Pabrik rokok

mengharapkan jenis tembakau madura asli (Jepon Kenek) yang tanamannya

kecil-kecil, tetapi mutu (terutama aromanya) sangat bagus (Suwarso et al.,

2005).

2. Budidaya yang Tidak Sesuai dengan Baku Teknis

Di daerah tertentu, petani enggan memelihara tanaman tembakaunya,

dengan alasan pasar yang tidak menentu dan rendahnya harga jual. Di daerah

Bojonegoro seringkali tanaman tembakau virginia rajangan tidak dipangkas

dan dosis pupuk yang diberikan juga rendah, sehingga hasilnya rendah dan

mutu tidak sesuai dengan kebutuhan pabrik rokok. Sebaliknya pada petani

Madura, untuk meningkatkan hasil tembakau petani seringkali memberikan

pupuk dan jumlah air yang berlebihan, sehingga tanaman menjadi sangat besar,

tetapi mutu (terutama aroma) daunnya menurun dan tidak sesuai dengan

kebutuhan pabrik.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 39

Page 40: TUGAS 2 baru

3. Perluasan areal pada lahan yang tidak sesuai.

Keberhasilan petani tembakau pada tahun-tahun tertentu menyebabkan

banyak petani yang ikut menanam tembakau. Namun demikian perluasan areal

ini seringkali pada lahan-lahan yang kurang sesuai, misalnya areal sawah yang

semakin meluas pada tembakau madura, serta penanaman diareal pantai pada

tembakau madura dan paiton.Tembakau dari areal ini umumnya dijual di

daerah potensial atau dicampurkan dengan tembakau dari daerah potensial.

Sebagai contoh tembakau dari Sampang dibawa ke Pamekasan atau Sumenep

tembakau dari sawah dicampur dengan tembakau dari tegal atau gunung. Hal

ini sangat merugikan, karena mutu tembakau dari daerah potensial akan

menurun.

4. Pencampuran tembakau/pemalsuan tembakau.

Menurut Harno (2006) pencampuran tembakau dengan tembakau dari

daerah lain akan menyebabkan pabrikan kesulitan dalam mengidentifikasi asal

tembakau tersebut dan menilai tembakau tersebu berkualitas rendah. Pabrikan

juga akan kesulitan untuk menggunakan tembakau campuran tersebut dalam

racikan rokoknya. Sebagai contoh Tembakau madura dan temanggung

merupakan primadona bagi industri rokok keretek karena perannya dalam

racikan rokok. Hal ini menyebabkan kedua jenis tembakau tersebut menjadi

factor penentu harga tembakau rakyat yang lain (Mukaniet al., 2006).

Tingginya harga tembakau Madura dan temanggung menyebabkan terjadinya

pemalsuan tembakau.

5. Tingginya kandungan Cl (klor) daun tembakau.

Ketentuan umum kandungan maksimum Cl dalam daun tembakau

adalah 1%, tetapi untuk tembakau rakyat beberapa pabrik dapat mentolerir

sampai 1,5%. Akan tetapi kadungan Cl tembakau rakyat ada yang sampai 4–

5% (Suyanto dan Tirtosastro, 2006). Dari hasil analisis Balittas diketahui

bahwa tembakau yang kandungan Cl-nya antara 2–4% umumnya berasal dari

lahan pantai di Sumenep dan Pamekasan, juga dari beberapa lokasi didaerah

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 40

Page 41: TUGAS 2 baru

Bojonegoro (umumnya yang sering banjir). Namun keluhan tingginya kadar Cl

ini juga terjadi pada lahan-lahan yang jauh dari pantai, seperti di Kecamatan

Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Hal ini disebabkan karena penggunaan

pupuk ataubahan lain yang mengandung Cl, seperti pupukKCl, Phonska, garam

dapur, dan vetsin.

6. Perlakuan yang kurang tepat dalam pengolahan(prosesing) tembakau.

PT HM Sampoerna mengeluhkan tingginya persentase gagang yang

ikut dirajang (yang kisarannya mencapai 15–20%), kecuali jenis rajangan halus

(tembakau garut, wringin). Hal ini menyebabkan efektif jumlah tembakau yang

dapat digunakan juga berkurang 15–20%. Tingginya campuran gagang ini

berpengaruh terhadap fisik rokok, isapan rokok menjadi berat, dan

menimbulkan bara api (Suyanto dan Tirtosastro, 2006). Selain itu dalam

prosesing seringkali petani menambahkan gula atau bahan lain yang sangat

menurunkan mutu spesifik tembakau tersebut, karakter aroma berubah dan

mempengaruhi grader dalam menentukan mutu yang sebenarnya. Dalam

penyimpanan di pabrik, campuran gula ini akan menyebabkan tembakau

mengeras dan berjamur, juga sering menyebabkan kerusakan pada mesin

pengolah rokok. Kondisi tersebut sangat merugikan pabrik rokok.

Tercampurnya benda asing ini berpengaruh terhadap kualitas rokok,

kontaminasi cita-rasa dan aroma produk rokok, fisik rokok (lubang, keras, dan

susah diisap), serta estetika (Suyanto dan Tirtosastro, 2006).

2.6.3 Permasalahan Yang Dihadapi Industri Hasil Tembakau

1. Bahan Baku

a. Mutu tembakau yang belum mampu memenuhi standar pabrik;

b. Ketidakseimbangan jenis pasokan dan jenis kebutuhan tembakau;

c. Pelaksanan Kemitraan khususnya tembakau rakyat belum berjalan

dengan baik;

d. SNI Tembakau belum menjadi acuan dalam perdagangan tembakau;

e. Berfluktuasinya harga cengkeh. ;

2. Produksi

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 41

Page 42: TUGAS 2 baru

a. Kurangnya penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) khususnya

industri kecil;

b. SNI produk olahan tembakau yang tidak sesuai dengan perkembangan

teknologi;

c. Rendahnya tingkat produktifitas dan efisiensi;

d. Kurangnya kemampuan industri pengolahan tembakau untuk melakukan

diversifikasi produk dengan resiko kesehatan yang rendah.

3. Pemasaran

a. Terbatasnya akses pasar luar negeri;

b. Regulasi di daerah yang kurang disosialisasikan;

c. Traktat International Pengendalian Tembakau (Framework Convention

on Tobacco Control-FCTC) cenderung membatasi konsumsi produk hasil

tembakau;

d. Beredarnya rokok ilegal;

e. Kebijakan cukai yang kurang terencana.

2.6.4 Upaya Penyelesaian Masalah Mutu Tembakau Rakyat

Dari permasalahan mutu yang dikemukakandi atas, beberapa upaya dapat

dilakukan untuk meningkatkanmutu tembakau agar sesuai dengan

permintaanpabrik rokok sebagai berikut:

1. Memperbaiki Jenis/Varietas Tembakau yang Ditanam Petani

Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

mengharuskan benih yang diusahakan petani adalah benih berlabel. Peraturan

Pemerintah nomor 44 tahun 1995 tentang Sistem Perbenihan antara lain

menyatakan untuk mendapatkan benih berlabel, varietas yang digunakan harus

sudah dilepas. Sebagian besar varietas (kultivar) tembakau rakyat belum

dilepas (diputihkan).

2. Perbaikan Budidaya

Pada umumnya petani akan melaksanakan budidaya yang benar apabila

ada kepastian pasar dan harga jual tembakaunya. Selain itu petani tembakau

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 42

Page 43: TUGAS 2 baru

rakyat (lokal) pada umumnya terbatas modalnya, sehingga seringkali tidak

mampu membeli sarana produksi sesuai anjuran. Dalam hal ini, peningkatan

sistem kemitraan antara petani dengan pabrik rokok dapat meningkatkan

pelaksanaan budidaya petani yang tepat karena ada jaminan hargadan pasar.

3. Mencegah Perluasan Areal di Lahan-lahan yang Tidak Sesuai

Pada umumnya petani baru berhenti menanam tembakau apabila beberapa

tahun mengalami kerugian. Upaya yang dilakukan adalah dengan mencarikan

komoditas alternatif yang ekonomis. Beberapa komoditas alternatif yang mulai

ditanam petani adalah jagung dan kedelai (daerah Paiton), bawang merah,

melon, dan kedelai (Sumenep dan Pamekasan), wijen (Nganjuk, Sampang)

(Fitriningdyahet al., 2005).

4. Mencegah Pemalsuan atau Pencampuran Tembakau

Beberapa pencegahan telah dilakukan oleh Pemda Kabupaten Pamekasan

dan Temanggung dengan peraturan daerah untuk mencegah masuknya

tembakau dari daerah lain pada saat musim panen tembakau. Tindakan pabrik

rokok keretek menolak atau mengembalikan tembakau campuran yang sudah

dibeli akan efektif mencegah pencampuran tembakau tersebut.

5. Mencegah Peningkatan Kandungan Cl Daun

Upaya ini dapat dilakukan dengan mencegah penanaman di lahan pantai;

mencegah penggunaan pupuk dan bahan lain yang mengandung Cl. Dalam hal

ini perlu dilakukan penyuluhan kepada petani mengenai penyebab tingginya

kandungan Cl pada daun tembakau dan akibat buruknya terhadap

mututembakau yang dihasilkan.

6. Perbaikan Pengolahan (Prosesing) Tembakau Rakyat

a. Menganjurkan petani untuk menghilangkan(mengurangi) gagang (“merit”)

sebelum merajangtembakaunya. Praktek ini sampai tahun. 1990 masih

dilakukan di Madura, Bojonegoro,dll.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 43

Page 44: TUGAS 2 baru

b.Mencegah petani mencampurkan gula atau bahanlain pada saat mengolah

tembakaunya.

c. Menganjurkan prosesing dengan cara bersih,sehingga campuran benda

asing seperti tikar,tali, kertas, dan lain-lain dapat dicegah.

Rokok keretek menolak atau mengembalikan tembakau campuran yang

sudah dibeli akan efektif mencegah pencampuran tembakau tersebut.

1. Mencegah Peningkatan Kandungan Cl Daun

Upaya ini dapat dilakukan dengan mencegah penanaman di lahan pantai;

mencegah penggunaan pupuk dan bahan lain yang mengandung Cl. Dalam hal

ini perlu dilakukan penyuluhan kepada petani mengenai penyebab tingginya

kandungan Cl pada daun tembakau dan akibat buruknya terhadap

mututembakau yang dihasilkan.

2. Perbaikan Pengolahan (Prosesing) Tembakau Rakyat

a. Menganjurkan petani untuk menghilangkan(mengurangi) gagang (“merit”)

sebelum merajangtembakaunya. Praktek ini sampai tahun. 1990 masih

dilakukan di Madura, Bojonegoro,dll.

b.Mencegah petani mencampurkan gula atau bahanlain pada saat mengolah

tembakaunya.

c. Menganjurkan prosesing dengan cara bersih,sehingga campuran benda

asing seperti tikar,tali, kertas, dan lain-lain dapat dicegah.

2.7 Program Pemerintah

Program pengembangan pendukung untuk petani komoditas tembakau dari

pemerintah pusat kebanyakan berupa kebijakan, sedangkan yang berbentuk

program bisa kita dapatkan dari pemerintah daerah lokal komoditas tembakau

berada. Karena pemerintah pusat tidaklah memiliki program pendukung

pengembangan, yang ada adalah program pengendalian tembakau, misalnya

melalui kebijakan bea cukai tembakau dan PP tembakau mengenai pengendalian

tembakau.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 44

Page 45: TUGAS 2 baru

Untuk kebijakan pengembangannya sendiri, pemerintah mencantumkan

pengembangan komoditas tembakau dalam laporan pengembangan keindustrian

2004 – 2012 dengan rincian sebagai berikut :

2.7.1 Kebijakan Industri Nasional (KIN)

Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

Nasional (KIN) menetapkan strategi pembangunan industri melalui 2 (dua)

pendekatan, yaitu top down melalui penetapan 35 klaster industri prioritas serta

bottom-up melalui penetapan Industri Unggulan Provinsi (IUP) dan Kompetensi

Inti Industri Daerah (KIID).

Pengembangan Klaster Industri Prioritas

Dalam jangka panjang pembangunan industri diarahkan pada penguatan,

pendalaman dan penumbuhan klaster kelompok industri prioritas. Tembakau

termasuk kedalam Kelompok Industri Agro yang meliputi cabang-cabang industri

pengolahan:

1) Industri Kelapa Sawit

2) Industri Karet dan Barang Karet

3) Industri Kakao dan Coklat

4) Industri Kelapa

5) Industri Kopi

6) Industri Gula

7) Industri Tembakau

8) Industri Buah-buahan

9) Industri Kayu dan Barang Kayu

10) Industri Hasil Perikanan dan

Laut

11) Industri Pulp dan Kertas

12) Industri Pengolahan Susu

2.7.2 Program Intensifikasi Tembakau Virginia (ITV)

Berbagai permasalahan yang terkait dengan agribisnis tembakau telah

menjadi perhatian pemerintah. Masih lebih banyak petani yang belum bekerja

sama dengan perusahaan sehingga mengalami kesulitan dalam melaksanakan

budidaya tembakau virginia secara baik. Pemerintah telah membantu petani

melalui Program Intensifikasi Tembakau Virginia (ITV) mulai tahun 1979.

Pemerintah berfungsi sebagai fasilitator dan menempatkan perusahaan rokok

menjadi pengelola Program ITV. Bantuan pemerintah kepada petani berupa modal

kerja dan sarana produksi berasal dari bank/lembaga keuangan yang ditunjuk dan

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 45

Page 46: TUGAS 2 baru

dilewatkan para pengelola tersebut. Selanjutnya pengembalian pinjaman petani

dilakukan melalui para pengelola. Dengan cara tersebut pengelola diposisikan

sebagai penjamin dan bersifat avalis.

Program ITV diharapkan dapat melibatkan lebih banyak petani dan

menjadi jembatan antara petani dengan perusahaan. Setiap pengelola memiliki

wilayah kerja tertentu dengan luas pengembangan dan jumlah petani tertentu

disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku masing-masing perusahaan.

Kesepakatan-kesepakatan dapat dibangun melalui koordinasi dan perencanaan

bersama sebelum musim tanam. Selanjutnya petani dapat memasarkan tembakau

yang dihasilkan kepada perusahaan pengelola yang bekerja sama.

Program ITV memiliki tujuan yang sangat penting dengan dilandasi

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Kedua belah pihak mengikatkan diri atas dasar saling membutuhkan: petani

membutuhkan pasar, sedangkan perusahaan membutuhkan tembakau.

2. Kedua belah pihak memiliki komitmen atas dasar kepentingan bersama dan

memegang kepercayaan yang diberikan.

3. Perusahaan melakukan pembinaan kepada petani agar menerapkan teknologi

yang dianjurkan sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan

perusahaan.

4. Kerja sama antara kedua belah pihak tetap berpegang pada prinsip-prinsip

bisnis.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 46

Page 47: TUGAS 2 baru

BAB III

KESIMPULAN

Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha

perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha

perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di

Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa

swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula,

karet dan lain sebagainya.

Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah

menembus pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas

terbaik. Pada saat sekarang ini lokasi perkebunan tembakau di Indonesia terdapat

salah satunya di Kebun Klumpang, Deli Serdang.

Prospek tembakau di Indonesia adalah sebagai sumber devisa terbesar bagi

perekonomian Negara, hal ini dikarenakan industri rokok dapat memberikan cukai

terbesar sekitar satu triliun setiap tahunnya. Angka ini merupakan jumlah

penerimaan terbesar dari semua cukai yang dipetik pemerintah, sehingga secara

keseluruhan tembakau mampu mengeruk perolehan yang lebih besar

dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya (Suwarno, 2000).

Ekspor tembakau Indonesia didominasi oleh bahan baku pembuat cerutu

(na-oogst), sedangkan untuk keperluan konsumsi dalam negeri didominasi jenis

tembakau bahan sigaret (voor-oogst) lebih dari 90%. Bahan sigaret yang diekspor

adalah sisa pasar lokal yang mutunya tidak memenuhi criteria untuk kebutuhan

pabrik rokok dalam negeri.

Dalam perjalanannya, tidak jarang muncul permasalahan-permasalahan

yang terjadi diperkebunan tembakau ini. Baik itu perekebunan tembakau rakyat,

ataupun perkebunan tembakau perusahaan.

Program pengembangan pendukung untuk petani komoditas tembakau dari

pemerintah pusat kebanyakan berupa kebijakan, sedangkan yang berbentuk

program bisa kita dapatkan dari pemerintah daerah lokal komoditas tembakau

berada. Karena pemerintah pusat tidaklah memiliki program pendukung

pengembangan, yang ada adalah program pengendalian tembakau, misalnya

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 47

Page 48: TUGAS 2 baru

melalui kebijakan bea cukai tembakau dan PP tembakau mengenai pengendalian

tembakau.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 48

Page 49: TUGAS 2 baru

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. Jakarta : CV

Yasaguna.

Alas, Blandhong. 2013. Klasifikasi Tembakau Indonesia.

http://rishadicorp.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 21 April 2014.

Anonim. 2007. Budidaya Tembakau. http://teknis-budidaya.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.

Anonim. 2014. Data Ekspor dan Impor. http://www.agribisnis.web.id. Diakses

pada tanggal 24 Maret 2014.

Departemen Perindustrian. 2009. Roadmap Industri Pengolahan Tembakau.

Agro.kemenperin.go.id. Diakses pada tanggal 21 April 2014.

Dirbun. 2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Tembakau.

http://dedidoank.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.

Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap Industri

Pengolahan Tembakau. Jakarta: Departemen Perindustrian.

Disbun. ____. Tambakau. http://disbun.jabarprov.go.id/. Diakses pada tanggal 24

Maret 2014.

Fahmi, A’la, dkk. 2010. Tembakau. http://www.scribd.com . Diakses pada tanggal

21 April 2014.

Faoziah, Amalia. ___.___. Proposal PKM KC: Prototipe Electronic Nose Sebagai

Instrumen Uji Mutu Tembakau. Universitas Dian Nuswantoro.

Hartono, Joko. 2013. Variasi dan Perbaikan Cara Pengolahan Berbagai Tipe

Tembakau Rajangan di Berbagai Wilayah Penghasil Tembakau. Balai

Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat: Malang.

Hidayat, Arif Meftah. 2013. Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum).

http://www.anakagronomy.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.

Latifah, Hikmah Nur. 2010. Sikap Petani Tembakau Terhadap Program

Kemitraan PT. Gudang Garam Di Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten

Bojonegoro. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Diakses Pada Tanggal

24 Maret 2014.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 49

Page 50: TUGAS 2 baru

Mboi, Nafsiah. 2012. Buku Fakta Tembakau. http://tcsc-indonesia.org/. Diakses

pada tanggal 21 April 2014.

Prasetyo, Ludfy Eko. 2013. Budidaya Tembakau Kasturi.

http://ndutludfy.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 21 April 2014.

Rais, Akhyar. ___. Prospek Ekspor dan Impor Tembakau. Lembaga Tembakau

Pusat. http://balittas.litbang.deptan.go.id/. Diakses Pada Tanggal 24 Maret

2014.

Widodo, Slamet. ____. Budidaya Tanaman Tembakau Virginia.

http://cybex.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014.

Yuriandi, A. 2010. _______. Repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 21 April

2014.

Zein Nasution, dkk.1985. Pengolahan Tembakau. Bogor : Agroindustri press IPB.

Yuliasti Estri, 2011. Kebijakan Pemerintah Tentang Pajak, Tarif, dan Kuota

Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia. http://pep-ub-

agroekoteknologi.blogspot.com. Diakses pada tnaggal 21 April 2014.

Anonim, ____. ________ http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 21

April 2014.

Agribisnis Tanaman Perkebunan: Tembakau | 50